Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penyakit Shipping Fever Pada Sapi ini tepat pada waktunya. Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu
Penyakit Dalam Hewan Besar dan juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Penyakit pada sistem respirasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada bapak drh. Rusli, M.S.
selaku dosen mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya mengakui makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harap kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 4 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Etiologi......................................................................................................3
2.2. Gejala Klinis..............................................................................................4
2.3. Pathogenesis..............................................................................................4
2.4. Diagnosa....................................................................................................5
2.5. Pengobatan................................................................................................5
2.6. Pencegahan................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
KESIMPULAN........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki potensi dalam hal
ekonomi yang cukup tinggi, baik sebagai ternak bibit maupun sebagai produk
hewani yang menghasilkan daging, susu, dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan
usaha peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Salah satu faktor yang menghambat
produksi dan reproduksi ternak adalah penyakit. Salah satu penyakit yang serius
bagi sapi adalah penyakit pada sistem respirasi.

Sistem respiratorius atau sistem pernafasan adalah suatu sistem yang


memiliki fungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostatis tubuh. sistem
respiratorius tersusun dari traktus respiratorius yang dimulai dari cavum nasi
(rongga hidung), larings, trachea, bronchus, dan paru-paru. Organ sistem respirasi
sangat mudah terserang penyakit karena adanya hubungan langsung antara udara
luar dengan organ-organ sistem respirasi.

Gangguan sistem respirasi dapat disebabkan oleh agen penyakit


mikroorganisme yang ada di udara, flora pada orofaring, partikel-partikel toksik,
dan parasit. Kelainan sistem respirasi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor
non infeksius yaitu trauma, gangguan metabolisme, dan neoplasma. Agen
penyakit infeksius ditularkan melalui udara atau airborne.

Salah satu penyakit pada sistem respiratorius adalah shipping fever.


shipping fever merupakan penyakit yang menyerang ternak-ternak sapi di seluruh
dunia, dengan frekuensi kerjadian yang tinggi dan menyebabkan masalah bagi
peternakan sapi. shipping fever merupakan penyakit respirasi akut.

Penyakit shipping fever disebabkan oleh bakteri Pasteurella spp yang


menginfeksi organ pernafasan. Pasteurella spp ini merupakan flora normal yang
hidup dalam selaput lendir tractus respirasi hewan normal. Pada saat terjadi

1
perubahan cuaca atau stress jumlah Pasteurella spp akan meningkat sehingga
dapat menjadi pathogen khususnya pada sapi-sapi muda atau anakan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Penyakit shipping fever disebabkan oleh apa?
2. Apa saja gejala klinis dari hewan yang terserang penyakit shipping fever?
3. Bagaimana pathogenesis penyakit shipping fever?
4. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit shipping fever?
5. Bagaimana pengobatan yang tepat untuk hewan yang terkena penyakit
shipping fever?
6. Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit shipping fever?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Etiologi

Sistem respirasi memiliki bakteri mikroflora normal, sama seperti pada


sistem lainnya pada tubuh yang ada kontak langsung dengan lingkungan luar
tubuh. Bakteri flora normal terdapat pada bagian proksimal sistem pernafasan
seperti rongga hidung, faring, dan laring. Sedangkan pada bagian trachea,
bronkus, dan paru-paru tidak memiliki flora normal atau disebut steril. Bakteri
flora normal spesienya sangat bervariasi tergantung dari spesies hewannya. Ada
beberapa bakteri flora normal di rongga hidung yang dapat bersifat patogen dan
menyebabkan penyakit pernafasan yang fatal pada hewan, salah satu contohnya
adalah Pasteurella spp. bakteri ini merupakan flora normal pada rongga hidung
tetapi dapat menyebabkan penyakit radang paru-paru pada sapi yang dikenal
dengan sebutan shipping fever pneumonia atau pasteurellosis (Adi, 2014).

Shipping fever adalah penyakit saluran pernafasan yang akut yang terjadi
pada hewan ternak khusunya sapi. Shipping fever juga dikenal dengan nama
Bovine Respiratory Disease, enzootic pneumonia, bovine pasteurellosis,
septikemia hemorrhagi, dan transit fever. Bovine Respiratory Disease (BRD)
disebabkan oleh virus dan stress, penyebab keduanya adalah lebih dari satu
spesies dan serotipe Pasteurella. Pada septikemia hemorrhagi disebabkan oleh
serotipe spesifik dari spesies Pasteurella multocida. Bakteri Pasteurella yang
terkait dengan penyakit pernafasan pada sapi sebagian besar adalah Pasteurella
haemolytica tipe A dan Pasteurella multocida serogrup kapsuler A (De Alwis,
1999).

Shipping fever secara primer disebabkan infeksi virus PI-3, virus IBR,
PPLO dan virus dari kelompok PL. penyebab sekundernya disebabkan oleh
bakteri P. multocida dan P. haemolytica. Faktor-faktor lain seperti padatnya

3
populasi sapi pada saat transportasi, kelelahan, stress, perubahan cuaca, perubahan
makanan dan minumam semuanya sangat menunjang terjadinya penyakit ini.

Penyakit shipping fever sebagian besar ditemukan pada sapi muda (6-8
bulan) pada keadaan stress, misalnya saat transportasi, kelaparan, dehidrasi, dan
lain-lain. Penyakit ini disebabkan oleh P. multocida tipe A. Penyakit ini juga
dapat ditemukan bersamaan dengan infeksi organisme lain seperti virus Infectious
Bovine Rhinotracheitis (IBR), mikoplasma, atau bakteri lainnya (Taopan et al.,
2016).

Pasteurella multocida merupakan bakteri gram negative berbentuk


kokobasilus dan bersifat fakultatif anaerob. Terdapat dua serotipe P. multocida
yaitu serotipe A penyebab Shipping fever dan serotipe B:2 penyebab penyakit
Septicaemia epizootica (SE) (Taopan et al., 2016).

2.2. Gejala Klinis

Sapi yang terinfeksi shipping fever akan memperlihatkan gejala depresi,


anoreksia, dyspnea, demam, frekuensi nafas meningkat, pneumoni fibrinus dan
batuk. Ditemukan juga gejala klinis cermin hidung kering dan adanya eksudat
mukopurulen pada hidung.

Pada auskultasi paru-paru terdengar suara redup yang menandakan adanya


cairan dalam paru-paru, sedangkan pergesekan paru-paru mengalami kesukaran
hingga menimbulkan suara gemerisik dengan adanya emfisema interstitial.

2.3. Pathogenesis

Terjadinya penyakit shipping fever dimulai dengan infeksi dari virus yang
masuk ke alat pernafasan melalui udara yang dihirup (airborne), lalu virus tersebut
menginfeksi selaput lendir dari alat pernafasan bagian atas yaitu trachea dan
bronkus. Virus berkembang biak di dalam sel-sel epitel alat pernafasan sehingga
terjadi kerusakan-kerusakan sel epitel dan menyebabkan terbentuknya ulser-ulser

4
disertai nekrosa. Pada permukaan saluran pernafasan terdapat reruntuhan sel hasil
dari nekrosa beserta eksudat radang yang menumpuk sehingga menyebabkan
penyumbatan.

Kemudian terjadi infeksi lagi oleh bakteri flora normal yang terdapat
dalam tractus respirasi. Bakteri ini apabila dalam keadaan yang kurang baik akan
berkembang biak sehingga menjadi patogen dan terjadi pneumoni secara
sekunder. Derajat kerusakan dalam paru-paru berhubungan dengan sistem
pertahanan dari hewan dan virulensi dari virus.

Peranan virus dalam pneumoni pasteurellosis adalah virus menyebabkan


kerusakan epitel-epitel selaput lendir terutama sel epitel bronchus sehingga
mekanisme pembersihan mukosiliari dari paru-paru terhalang. Ini mengakibatkan
bakteri akan berkumpul dan berkembang biak sehingga terjadi peradangan.

2.4. Diagnosa

Diagnosa biasanya dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang terlihat,


disertai suhu tubuh yang meningkat (tinggi). Tetapi terkadang pada infeksi ringan
gejala-gejala tersebut tidak terlihat. Diagnosa laboratorium dapat dilakukan
dengan mengisolasi virus dan bakteri yang berasal dari eksudat pada rongga hidup
untuk hewan hidup, untuk pemeriksaan pada hewan pasca mati dapat dilakukan
isolasi bakteri dan virus dengan mengambil organ-organ yang diduga terinfeksi,
seperti jaringan paru-paru dan trachea.

Diagnosa penyakit ini juga dapat diperkuat dengan pemeriksaan perubahan


patologi anatomi, histopatologi, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan
mikroskopis, terdapat penebalan dari septum interlobular. Alveol berisi eksudat
yang terdiri dari sel mononuclear, polimorfnuklear, dan sel-sel lendir.

5
2.5. Pengobatan

Pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri P. multocida dapat


dilakukan dengan pemberian antibiotik yang tepat. Antibiotik yang sensitif
terhadap P. multocida adalah siprofloksasin. Siprofloksasin merupakan antibiotik
golongan fluorokuinolon generasi dua, berspektrum luas, bersifat bakterisid, aktif
terutama terhadap bakteri gram negatif dan terhadap bakteri gram positif
cenderung lemah. Mekanisme kerja antibiotik siprofloksasin yaitu antibiotik
mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi bakteri dengan cara menghambat sub
unit DNA girase bakteri dan enzim esensial yang berperan dalam
mempertahankan struktur super heliks DNA bakteri (Taopan et al., 2016).

2.6. Pencegahan

Penyakit ini dapat dicegah dengan memberikan vaksinasi bakteri dan virus
pada sapi yang akan melakukan perjalanan panjang. Usaha-usaha lain untuk
mencegah penyakit yaitu dengan cara memberikan penanganan yang baik selama
hewan di perjalanan dan pasca perjalanan. Pada saat perjalanan panjang usahakan
sapi tidak mengalami stress dengan cara mengurangi kepadatan populasi,
menghindarkan kelelahan yang berlebih, memberi makanan sehat dan sebisa
mungkin lakukan perjalanan saat cuaca baik. Sapi-sapi yang baru tiba baiknya
diisolasi dan dipisahkan dari sapi-sapi yang ada di kandang.

6
BAB III

KESIMPULAN

Shipping fever adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan yang


berasal dari bakteri P. multocida dan P. haemolytica tipe A. Gejala yang terlihat
yaitu depresi, anoreksia, dyspnea, demam, frekuensi nafas meningkat, pneumoni
fibrinus dan batuk. Ditemukan juga gejala klinis cermin hidung kering dan adanya
eksudat mukopurulen pada hidung.

Diagnosa dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang terlihat, disertai


suhu tubuh yang meningkat (tinggi). Diagnosa juga dapat diperkuat dengan
pemeriksaan perubahan patologi anatomi, histopatologi, dan pemeriksaan
laboratorium. Pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri P.
multocida dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang tepat. Antibiotik
yang sensitif terhadap P. multocida adalah siprofloksasin.

Shipping fever dapat dicegah dengan memberikan vaksinasi bakteri dan


virus pada sapi yang akan melakukan perjalanan panjang. Usaha-usaha lain untuk
mencegah penyakit yaitu dengan cara memberikan penanganan yang baik selama
hewan di perjalanan dan pasca perjalanan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adi, A.A.A.M. (2014). Buku Ajar Patologi Veteriner Sistemik: Sistem pernafasan.
Mandra Ketut (MDR), Bali.

De Alwis, M. C. L. (1992). Haemorrhagic Septicaemia. General Review. Brit.


Vet. J. 148: 99-112.

Susilo, J., Triwibowo, B. dan heni, A. (2018). Pengembangan imunohistokimia


untuk deteksi Bovine Pasteurellosis pada kasus Pneumonia Enzootika
pedet di balai veteriner lampung. Prosiding RATEKPIL, 1(1): 168-179.

Taopan, H.S., sanam, M.U.E. dan Tangkonda, E. (2016). Isolasi, identifikasi dan
uji sensitivitas antibiotik terhdapa Pasteurella multocida asal sapi yang
dipotong di rumah pemotongan hewan Oeba Kupang. Jurnal Veteriner
Nusantara, 1(1):1-9.

Anda mungkin juga menyukai