1. Judul Praktikum
Identifikasi Ekosistem Peternakan Intensif dan Peternakan Ekstensif
2. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengerti dan mampu mengidentifikasi komponen-komponen ekosistem
pada peternakan yang dikelola secara intensif baik komponen biotik, abiotik, dan
hubungan antara kedua komponen tersebut.
2. Praktikan mengerti dan mampu mengidentifikasi komponen-komponen ekosistem
pada peternakan yang dikelola secara Ekstensif baik komponen biotik, abiotik, dan
hubungan antara kedua komponen tersebut.
3. Kajian Pustaka
Pemeliharaan sistem intensif sering digunakan pada peternakan di Indonesia karena lebih
efisien dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang, penanganan penyakit dan
memandikan ternak (Sugeng, 2000).
Arga Sawung Kusuma (2010) menyatakan ayam broiler mampu memproduksi daging
secara optimal dengan hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit.
mamalia karena menyusui anaknya. Sistem pencernaan yang khas di dalam rumen,
menyebabkan domba juga digolongkan sebagai hewan ruminansia (Muttaqien, 2007).
Menurut Williamson and Payne (1993) pada sistem pemeliharaan ekstensif, ternak
dipelihara secara bebas dan merumput tumbuhan yang ada dialam. Pada sistem ini ternak
dilepas dengan komposisi jantan dan beberapa betina dalam satu populasi.
Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak
bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo
yang ada pada saat ini berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lainnya yang
masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan
Handiwirawan, 2006). Kebanyakan kerbau di Indonesia adalah tipe kerbau rawa/lumpur
(Bubalus bubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe sungai yang terdapat di
Sumatera Utara (Situmorang, 2005).
Ternak itik merupakan salah satu jenis unggas air (water fowl) karena unggas ini suka
berenang di perairan. Itik termasuk kelas aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub
famili Anatinae, genus Anas. Potensi itik cukup menarik bagi penduduk pribumi.
Pemeliharaannya sangat mudah dan mempunyai ketahanan hidup sangat tinggi sehingga
angka mortalitasnya cukup rendah (Murtidjo, 2006).
4. Hasil Pengamatan
4.1 Daftar komponen biotik dan abiotik
4.1.1 Peternakan intensif
• Video A (Peternakan Ayam Pedaging)
A. Komponen biotik
1. Manusia (peternak)
2. Ayam (ternak)
3. Tumbuhan (pepohonan, rumput diluar kandang)
4. Mikroorganisme (virus, bakteri, decomposer)
5. Hama makro (tikus, ular, serangga, detritivore)
B. Komponen abiotik
1. Kandang
2. Udara (tekanan udara)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 4 dari 53
3. Air
4. Tanah
5. Cahaya (matahari, lampu penghangat)
6. Temperatur suhu (kelembapan)
7. Polutan udara (CO2, N)
8. Garam mineral (cairan)
9. Pakan (dedak, pelet, dll.)
10. Alat semprot desinfektan
2. Air
3. Suhu
4. Cahaya matahari
5. Kelembapan
6. Perahu kayu
7. Rakit bambu, dan bambu penggiring hewan
5. Pembahasan
5.1 Deskripsi singkat masing-masing komponen
5.1.1 Peternakan intensif
• Peternakan Ayam Pedaging
A. Komponen biotik
1. Manusia sebagai pengatur produktivitas ayam (breeding, feeding, manajemen).
2. Ayam sebagai sumber daya yang akan dimanfaatkan.
3. Tumbuhan (pohon) sebagai salah satu sumber oksigen.
4. Tumbuhan (rumput) sebagai mencegah pengikisan tanah di daerah peternakan.
5. Mikroorganisme seperti bakteri yang terdapat pada feses, virus dari udara,
decomposer yang mengurai ayam mati.
6. Hama makro sebagai gangguan seperti tikus, serangga berbahaya, detritivore.
B. Komponen abiotik
1. Kandang sebagai tempat dimana hewan tersebut berada,dan hampir semua
aktivitas dilakukan di kandang.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 6 dari 53
2. Udara berpengaruh pada lingkungan kandang secara fisiologi dan hal lainnya.
3. Air komponen pendukung keberlangsungan hidup ternak.
4. Suhu berpengaruh pada Kesehatan ternak.
5. Tanah berpengaruh pada tekanan suhu, serta kelembapan udara.
6. Cahaya sebagai pengatur suhu, sumber energi, juga sumber vitamen D dan E dari
matahari.
7. Polutan udara sebagai udara yang menggangu kesehatan ternak.
8. Garam mineral merupakan campuran pakan.
9. Pakan komponen sebagai sumber pokok energi ternak.
10. Alat semprot desinfektan sebagai seperangkat alat untuk keamanan dari berbagai
penyakit,virus,bakteri yang dapat mengancam ternak.
• Peternakan Domba
A. Komponen Biotik
1. Manusia sebagai pengatur produktivitas domba (breeding, feeding, manajemen).
2. Domba sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
3. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur pada feses, virus dari udara, decomposer
pengurai domba mati.
4. Hama mikro seperti protozoa, jamur, bakteri yang menjadi simbiosis parasitisme.
5. Hama makro seperti cacing pada perut.
6. Tumbuhan (pohon) sebagai penghasil dan memberi oksigen.
7. Tumbuhan (rumput) sebagai penyedia oksigen dan pencegah erosi tanah area
ternak.
B. Komponen abiotik
1. Kandang sebagai tempat dimana hewan tersebut berada,dan hampir semua
aktivitas dilakukan di kandang.
2. Udara berpengaruh pada lingkungan luar dan dalam kendang.
3. Suhu berpengaruh pada kesehatan ternak.
4. Tanah berpengaruh pada kelembapan udara dan tekanan suhu.
5. Cahaya matahari sebagai sumber vitamen D dan E.
6. Polutan udara sebagai udara yang mengganggu kesehatan ternak.
7. Garam mineral campuran pakan dan minum ternak.
8. Air dan pakan sebagai komponen utama sumber energi dan keberlangsungan
hidup ternak.
• Peternakan Itik
A. Komponen biotik
1. Itik sebagai salah satu SDA yang sangat bermanfaat bagi manusia, hidupnya
berkelompok.
2. Manusia sebagai peternak yang menjaga kesehatan dan kesejahteraan
peternakannya dari segala aspek (breeding, feeding, manajemen).
3. Tumbuhan merupakan ekosistem yang dsapat hidup dipersawahan seperti
rumput, padi dan lainnya, yang dapat bermanfaat sebagai penghasil oksigen,
dan mengatur keseimbangan udara lingkungan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 8 dari 53
• Peternakan domba
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 9 dari 53
Manusia memberi pakan ternak serta air yang sehat untuk dikonsumsi oleh
ternak domba. Pertumbuhan dan perkembangan domba-domba tersebut
dipengaruhi oleh suhu, cahaya, udara, dan lainnya. Hasil perkembangannya
menjadi ternak dewasa, yang nantinya melakukan perkawinan untuk
menghasilkan anak domba baru lagi. Ternak dewasa tersebut juga akan
didistribusi ke masyarakat untuk diperjual belikan lalu dapat dikonsumsi.
Manusia dengan ternak memiliki hubungan sebagai simbiosis mutualisme.
Feses dan dekomposer memiliki hubungan simbiosis mutualisme. faktor
abiotik terhadap ternak ada yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme
dan ada yang parasitisme atau yang merugikan bagi ternak.
• Peternakan itik
Manusia menggiring ternak untuk mencari pakan, lalu setelah selesai digring
ke gerobak angkut untuk Kembali dimasukkan kedalam kendang. Peternak
juga menjaga selalu keamanan dan kesejahteraan itik dengan memperhatikan
air, matahari, tanah, suhu, dan udara yang ada dikandang dan menjauhi
musang-musang predator.
Manusia dengan ternak memiliki hubungan sebagai simbiosi mutualisme.
Feses dan dekomposer memiliki hubungan simbiosis mutualisme. faktor
abiotik terhadap ternak ada yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme
dan ada yang parasitisme atau yang merugikan bagi ternak. Predator dengan
manusia dan ternak memiliki hubungan simbiosis parasitisme dimana
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 10 dari 53
predator sangat merugikan bagi manusia bbilamana ternak itu dimangsa oleh
predator.
6. Kesimpulan
Peternakan intensif dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
dan kesejahteraan hidup sebuah peternakan bergantung pada campur tangan manusia.
Peternakan ekstensif dapat definisikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
dan kesejahteraan hidup sebuah peternakan tidak selalu bergantung campur tangan manusia,
melainkan lebih benyak tersedia secara alami pada ekosistem.
7. Daftar Pustaka
1. Judul Praktikum
Identifikasi Dekomposer dan Detritivor
2. Tujuan Praktikum
Praktikan mengerti dan mampu mengidentifikasi detitrivor dan dekomposer serta
menganalisis peranannya dalam ekosistem.
3. Kajian Pustaka
Detritivor adalah heterotroph yang menghasilkan zat makanan dengan memakan detritus
(mereput bahan organik). Mereka telah menyumbang kepada penguraian dan kitaran zat
makanan. Detritivor ialah sebuah aspek penting dalam kebanyakan ekosistem. Mereka
hidup dalam mana-mana tanah yang mempunyai komponen organik, dan juga hidup
dalam ekosistem marin di mana mereka dinamakan kesalingbolehtukaran dengan
penghantar bawahan (Jimmy, 2001). Detritivor seringkali membentuk suatu hubungan
utama antara produsen primer dan konsumen dalam suatu ekosistem. Di sungai,
misalnya, banyak di antara bahan organik yang digunakan oleh konsumen, disediakan
oleh tumbuhan teresterial yang memasuki ekosistem sebagai dedaunan dan serpihan-
serpihan lain yang jatuh ke dalam air atau tercuci oleh aliran permukaan (Campbell dkk,
2005).
Dekomposer adalah organisme yang mengurai atau memecah organisme yang sudah
mati, proses penguraian yang dilakukannya disebut dekomposisi. Sama seperti karnivora
dan herbivora, dekomposer adalah heterotrofik yang menggunakan substrat organik
untuk mendapatkan energi, serta karbon dan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Dekomposer dapat memecah sel-sel organime lain menggunakan reaksi
biokimia yang mengkonversi jaringan organisme mati menjadi senyawa kimia
metabolik, tanpa menggunakan pencernaan internal. Dekomposer menggunakan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 12 dari 53
organisme yang sudah mati sebagai sumber nutrisi mereka, contoh-contoh organisme
yang tergolong dekomposer : bakteri, fungi dan cacing (Hayat, 2013).
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam (Samekto, 2006). Secara
alami sampah organik mengalami pembusukan atau penguraian oleh mikroba atau jasad
renik seperti bakteri, jamur dan sebagainya.
4. Hasil Pengamatan
Daftar detritivor dan dekomposer yang terdapat pada video praktikum
• Video 1 (Bahan/sampah organik)
A. Detritivore
1. Cacing tanah (epigeic)
B. Dekomposer
1. Fungi atau jamur (mesofil, termofil)
2. Bakteri (mesofil, termofil)
5. Pembahasan
Deskripsi peran masing-masing
• Video 1 (Bahan/sampah Organik)
A. Detritivore
1. Cacing tanah merupakan hewan yang hidup ditanah dan memakan bahan-
bahan organik. Dalam video ini, cacing tanah memakan sayuran busuk,
kardus serta kertas. Pengomposan membutuhkan bantuan air dan tanah untuk
menciptakan kelembapan sehingga pengomposan lebih cepat.
B. Dekomposer
1. Fungi atau jamur berfungsi dalam mengurai sisa tanaman (hemiselulosa,
selulosa, dan lignin). Pertumbuhan pucuk hifa ,ataupun miselium
meyebabkan tekanan fisik di sertakan dengan pengeluaran enzim yang
melarutkan dinding sel jaringan kayu, menghasilkan enzim ekstraseluler
untuk perombakan komponen polimer.
2. Bakteri dapat memutus ikatan rantai korban (c) dalam bahan organik,
penyusun lignin (pada bahan berkayu), selulosa (pada bahan berserat), dan
hemiselulosa yang merupakan komponen penyusun bahan organik sisa
tanaman.
Penjelasan Video 1
- Penambahan balok es bertujuan agar terciptanya ekosistem dengan kondisi
lembap agar mempermudah proses penghancuran han organik, ataupun
anorganik.
- Penambahan pasir untuk memudahkan pergerakan cacing serta proses
reproduksi dan perkembang biakan detritivor dan dekomposer.
- Penambahan dedaunan atau bahan organik agar cacing atau dekomposer lain
terus mencerna dan mendekomposisi sifat tanaman dan mengubahnya
menjadi humus, berlaku juga untuk kertas dan kardus.
- Pada bagian yang berisi dedaunan kering cacing lebih cepat mencerna dan
mendekomposisi dibandingkan dengan yang berisi kardus dan kertas karena
daun kerin memeliki tekstur yang lebih sederhana. Bagian yang berisi kardus
dan kertas lebih susah untuk diurai karena tekstur yang lebih kompleks.
1. Lalat buah atau larva dari lalat buah yang menyebabkan pembusukan buah
nanas. Hal ini karena daging buah nanas dimakan oleh mareka. Sedangkan
lalat buah dewasa memakan nectar bunga.
2. Semut yang mengkonsumsi protein buah nanas dari gula hasil dari nanas.
Protein tersebut untuk memberi makan telur dan larva semut.
B. Dekomposer
1. Jamur biasa tumbuh, hidup, dan berkembangbiak pada buah yang berada
dalam suhu ruangan yang tingkat kelembapan dan keasamannya tinggi.
2. Bakteri yang akan menghasilkan enzim yang mampu melunakkan jaringan
lalu saat jaringan buah nanas lunak, infeksi dilakukakan hingga membusuk.
Penjelasan Video 2
- Buah nanas mengalami proses pengkerutan karena kadar air yang ada
didalam nanas menguap keluar dan suhu udara ruangan yang berbeda dengan
suhu di lemari pendingin. Semut dan lalat buah akan mendatangi buah nanas
karena mencium aroma dari air yang keluar dari nanas yang mengandung gula
dan protein yang dibutuhkan oleh semut dan lalat buah. Kemudian akan
muncul kapang yang akan menyerap nutrisi dan cairan yang masih
terkandung dalam nanas hingga akhirnya benar-benar kering dan mengkerut.
Penjelasan video 3
- Hewan yang mati akan mengeluarkan aroma beupa cairan atau gas yang
berasal dari pecahnya organ seperti rumen, lambung, dan organ lainnya.
Kemudian lalat datang dan menyimpan telurnya yang kemudian menjadi
faktor munculnya belatung. Belatung akan berperan pada proses penguraian
dan dibantu oleh cacing yang muncul dari permukaan tanah. Adapula semut
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 15 dari 53
dan serangga pemakan bangkai lain akan memakan bangkai dan menjadi
pengontrol belatung.
6. Kesimpulan
Pada hasil pengamatan detritivora adalah heterotrof yang mengambil zat
makanan dengan memakan detritus (mereput bahan organik). Mereka telah
menyumbang kepada penguraian dan kitaran zat makanan. Dekomposer merupakan
mahluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan mahluk hidup yang berfungsi untuk
menguraikan mahluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap
oleh tumbuhan yang hidup di sekitar daerah tersebut. Perbedaan utama Detritivor dan
Dekomposer adalah detritivore merupakan organisme yang memakan bahan organic yang
mati dan membusuk dengan menelan secara oral sementara dekomposer adalah
organisme yang menguraikan bahan organik.
7. Daftar Pustaka
daun Avcennia marina setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas .
http// www:repository.usu.ac.id.[20 Mei 2021].
1. Judul Praktikum
Pengenalan Alat dan Bahan Di Laboratorium
2. Tujuan Praktikum
Praktikan mengenal bentuk serta fungsi alat dan bahan yang digunakan di Laboratorium.
3. Kajian Pustaka
Konsorsium Ilmu Pendidikan (1978) dalam Muhammad Amien (1988: 1) definisi
operasional laboratorium adalah prasarana, sarana dan mekanisme kerja yang menunjang
secara unit satu atau lebih dari dharma sekolah dan atau madrasah (pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat) melalui pengalaman
langsung dalam membentuk keterampilan, 13 pemahaman, dan wawasan dalam
pendidikan dan pengajaran, dalam pengembangan ilmu dan tekhnologi, serta pengabdian
kepada masyarakat luas.
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja,
serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan
bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat dan bahan,
praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).
Menurut Moedjadi (1979: 12), laboratorium adalah tempat dimana percobaan dan
penyelidikan dilakukan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruang terbuka. Mohammad Amien (1988: 54) dalam peraturan pemerintah nomer 5 tahun
1980 pasal 29 menyebutkan bahwa laboratorium mempunyai fungsi mempersiapkan
sarana penunjang untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam satu bidang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 17 dari 53
studi dan mempersiapkan sarana penunjang untuk melaksanakan penelitian dalam satu
bidang studi.
Alat – alat laboratorium mikrobiologi seperti lemari pengeram (incubator), autoklav, rak
dan tabung reaksi, beaker gelas, pipet hisap, pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas
steril, lampu spritus, osse (Selian, et all, 2013).
Kebanyakan peralatan untuk percobaan-percobaan di dalam laboratorium terbuat dari
gelas (kaca). Meskipun alat-alat tersebut telah siap dipakai, namun dalam pemasangan
alat untuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-sambungan dengan gelas
atau alat lain untuk membuat peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imam, 2010).
4. Hasil Pengamatan
Tabel alat dan bahan di laboraturium
No. Nama Ciri-ciri Fungsi
1. Pembakar - Berbentuk seperti labu - Untuk mensterilkan alat
Bunsen - Memiliki sumbu salah satunya osse
- Nyala api menggunakan - Untuk memanasi larutan
spirtus titik didih rendah
2. Osse - Memiliki pegangan dari besi - Untuk memindahkan
- Ada kawat didepannya bakteri atau jamur
3. Object glass - Berbahan kaca tipis - Menaruh/menyimpan objek
- Berbentuk persegi panjang penelitian untuk di
mikroskop
4. Cover glass - Berbahan kaca tipis - Menutup objek pada objek
- Berbentuk persegi gelas agar diam
5. Tabung - Berbentuk tabung sangat - Pendeteksi gelembung gas
durham kecil dari mikroorganisme
6. Tabung reaksi - Terbuat dari kaca - Sebagai tempat larutan
7. Rak tabung - Berbahan kayu - Tempat menyimpan tabung
reaksi - Berlubang reaksi
8. Cawan petri - Berbentuk pipih damn - Untuk menumbuhkan sel
punya tutup dengan ruangan yang luas
- Berbahan kaca
9. Pipet tetes - Berbahan kaca dan pipih - Untuk meneteskan air atau
larutan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 18 dari 53
5. Pembahasan
5.1 Cara sterilisasi alat laboratorium
A. Pemanasan bassah => Dengan pemanasan tekanan tinggi
1. Autoclave manual:
Menggunakan ketinggian air harus tetap tersedia dalam autoclave. Hal ini tidak
bisa ditinggal dalam waktu lama. Autoclave manual setelah suhu mencapai
12100C setelah 15 menit, jika tidak dimatikan maka suhu akan terus naik, lalu
air habis dan dapat meledak.
2. Autoclave otomatis:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 19 dari 53
Alat ini dapat diatur dengan suhu mencapai 12100C selama 15 menit Ketika
suhu tercapai, lalu suhu turun otomatis samapi 5000C dan tetap stabil.
B. Pemanasan kering
1. Pemijaran = Memanaskan osse diatas api Bunsen samapai ujung osse berpijar
2. Pembakaran = Dilakukan untuk alat yang berbahan logam atau kaca dengan
melewatkan diatas api Bunsen, dan tidak sampai memijar.
3. Hot Air Oven = Digunakan pada benda dari kaca, tidak boleh dari karet/plastic.
Benda tersebut dibungkus dengan kertas sebelum di sterilisasi.
5.2 Cara pemakaian mikroskop yang baik dan benar (mikroskop Olympus C x 23)
1. Nyalakan dan sesuaikan letak lampu mikroskop
2. Turun dan geserkan ke dalam meja mikroskop
3. Siapkan contoh uji yang akan diamati pada kaca uji coba
4. Putar roleover pada pembesar lensa lemah hingga terdengar bunyi klik
5. Letakkan kaca preparate di meja mikroskop
6. Kencangkan kaca dengan meletakkan diantara penjepit kaca
7. Atur posisi objek hingga di bawah lensa objektif dengan memutar dan mengatur
preparate
8. Amati objek pada lensa okuler dengan menggerakkan penggerak makro
9. Putar pengaruh kondensor hingga objek dapat terlihat jelas
10. Atur diafragma dan kecerahan cahaya dengan memutar pengatur lampu
11. Atur dari 10x pembesaran hingga 40x pembesaran dan amati objek
12. Setelah selesai menggunakan, bersihkan mikroskop dan simpan ditempat yang
baik.
6. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan
alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Terdapat kurang
lebih 18 alat yang digunakan pada praktikum Mikrobiologi Umum. Cara mensterilkan
alat laboraturium ada 2 pemanasan yaitu pemanasan basah dan pemanasan kering. Dalam
pemanasan basah bisa menggunakan autoclave manual atau autoclave digital/otomatis
dan pada pemanasan kering bisa dilakukan dengan pemijaran, pembakaran, dan hot air
oven.
7. Daftar Pustaka
1. Judul Praktikum
Pengamatan Bakteri (Perhitungan, Pewarnaan, Isolasi Bakteri Fungsional, Identifikasi)
2. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengerti bagaimana konsep isolasi dan cara perhitungan jumlah mikroba.
2. Praktikan mengerti dan mampu menjelaskan bagaimana pembuatan preparat dan
pengamatan bakteri secara mikroskopis dengan beberapa teknik pewarnaan yakni
pewarnaan Gram, pewarnaan spora, dan pewarnaan kapsul.
3. Praktikan mengerti serta mampu menjelaskan bagaimana metode identifikasi bakteri
menggunakan Analytical Profile Index (API) 20E test dan bagaimana metode isolasi
bakteri fungsional (Bakteri penambat Nitorgen dan pelarut Fosfat).
3. Kajian Pustaka
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan aktifitas
untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryotic seperti bakteri dan virus, dan eukaryot
seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam kehidupan (Nester, Anderson,
Robert, Nester,2009).
Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap mikroba mempunyai
morfologi dan struktur anatomi yang berbeda (Waluyo, 2004).
pembiakannya relative cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki peran dalam
kehidupan (Darkuni, 2001).
Perhitungan mikroba adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah colony
bakteri yang tumbuh pada suatumedia pembiakan. Secara mendasar ada dua cara
penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa
cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu
bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber). Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (visible count). Dalam
pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan, perhitungan melalui
pegenceran, perhitungan jumlah terkecil (Hadietomo, Ratna 1990).
Bakteri gram positif relatif lebih sederhana dibanding dengan bakteri gram negative,
yaitu terdiri dari dua sampai tiga lapis membran sitoplasma yang tersusun dari asam
teikhik dan asam teikhouronik berupa polimer yang larut dalam air, sedangkan dinsing
sel bakteri negatif lebih kompleks dan lebih tebal, tersusun dari peptidoglikon,
lipoprotein dan lipopolisakarida, sehingga dinding sel bakteri gram positif lebih
permeable terhadap senyawa yang bersifat hidrofil dibandingkan sel bakteri gram negatif
(Puwarni, 2009).
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode tersebut diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang
mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884 untuk membedakan antara
Pneumococcus dan bakteri Klebsiella Pneumonia.
Pewamaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan gram negatif, tergantung
dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau kristal violet. Beberapa bakteri tidak
terwarnai dengan pewarnaan gram, karena dinding selnya mengandung banyak lipid,
sehingga digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaan
tersebut sel bakteri akan berwarna merah tetapi sel jaringan akan berwarna hijau.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar.spora bakteri mempunyai fungsi yang sama sepertti
kristal amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk Kristal
merupakan suatu fase di mana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk
melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungnkan. Endospora hanya
terdapat pada bakteri merupakan tubuh dinding yang tebal yang sangat refraktif, dan
sangat resisten. Dihasilkan oleh semua spesies basillus, clostidum, dan sporosarcina.
Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama
banyak generasi sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam
pertumbuhanya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang di
maksudkan untuk menjadi spora (Pelczar, 2007).
Metode pewarnaan spora berfungsi untuk mempermudah pengamatan agar peneliti atau
pengamat mampu melihat spora, membedakan dengan sel vegetative ataupun mengamati
bentuknya. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya. Hal
tersebut yang menjadi dasar dari metode pengecatan endospora dengan larutan hijau
malasit. Metode Shaeffor, foton endospora diwarnai pertama dengan larutan hijau
malasit. Pengecatan tersebut sifatnya kuat karena dapat berpenetrasi ke dalam endospora
dengan perlakuan larutan hijau malasit. Teknik tersebut akan menghasilkan warna hijau
pada endospora dan merah pada sel vegetative (James 2002).
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang. Hal ini tergantung oleh
spesisesnya endospora ada yang lebih kecil ada pula yang lebih besar dari pada diameter
sel induk. Letak sel di dalam sel serta ukurannya dalam pembentukanya tidaklah sama
bagai semua spesies. Sebagai contoh beberapa spora adalah sental yang dibentuk
ditengah-tengah sel, yang kedua adalah terminal yang dibentuk diujung, ketiga yaitu
subterminal yang dibentuk di dekat ujung. Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi
jika keadaan medium memburuk dan zat-zat yang timbul sebagai zat-zat pertukaran zat
bertimbuntimbun dan faktor-faktor luar lainya merugikan tetapi pada beberapa spesies
mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat di
cegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru, beberapa spesies
bakteri dapat kehilangan kemampuanya untuk membentuk spora-spora dapat tumbuh lagi
menjadi bakteri apabila keadaan di luar menguntungkan. Mula-mula air meresap ke
dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya
keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung. Tetapi juga dapat terjadi di tengah-
tengah spora. Hal ini merupakan cirri khas bagi beberapa spesies bacillus, jika kulit spora
pecah di tengah-tengah maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada
kedua ujung bakteri (Pelczar, 2001).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 24 dari 53
Pada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat dengan kadar air tinggi, beberapa lapisan-
lapisan dengan berbagai ketebalan merupakan selubung lendir dan kapsul. Bagi bakteri,
selubung lendir dan kapsul ini tidak begitu penting untuk hidup, akan tetapi dengan
memiliki selubung, banyak bakteri patogen 4 menjadi resisten terhadap fagositosis,
sehingga meningkatkan virulensinya untuk hewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai
cadangan makanan, erlindungan terhadap kekeringan karena dehirasi. Kapsul tidak
memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Kapsul
tampaknya tidak larut dalam air. Beberapa kapsul tidak dirusak oleh gangguan mekanik
atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari berbagai species bebeda dalam
susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperhatikan dalam proses
pewarnaan yang sama. Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beada menurut
organismenya, ada yang berupa polimer glukosa contohnya: dekstran pada Leucunostoc
mesentroides, polmer gula-amino misalnya pada Staphilococcus sp., Polipeptida
misalnya: Bacillus disentri, polimer asam D-glutamat, yaitu: Bacillus anthracis
(Schlegel, 1994).
Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta
cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat
tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ini merupakan penampilan negatif
kapsul yang terlihat jernih dengan latar belakang gelap (Schlegel, 1994).
Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan polimer
ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika
polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut
lendir (Darkuni: 2001).
API merupakan singkatan dari Analytical Profile Index dan merupakan sistem komersial
untuk mengidentifikasi bakteri yang berbeda. Salah satu sistem API khusus untuk
membedakan antara anggota keluarga bakteri Gram negatif dari
family Enterobacteriaceae dan disebut API-20E. Sedangkan sistem API lainnya khusus
untuk bakteri Gram positif, termasuk spesies Staphylococcus, Micrococcus, spesies, dan
organisme terkait, dan disebut API-Staph. API terdiri dari strip plastik yang pada
umumnya terdiri dari 20 miniatur tabung atau sumur. Hampir semua jenis bakteri dan
lebih dari 550 spesies yang berbeda bisa diidentifikasi dengan menggunakan uji API.
Identifikasi yang dilakukan dengan API merupakan cara yang paling mudah dan uji API
ini memberikan hasil identifikasi yang akurat (Carson 2001). Salah satu produk
komersial untuk identifikasi bakteri ialah API 20E yang berguna untuk mengidentifikasi
spesies dan subspesies Enterobacteriaceae dan identifikasi kelompok serta spesies
mikroorganisme non-fermentatif. Selain API 20E, terdapat juga beberapa jenis produk
seperti API 20NE yang berfungsi untuk identifikasi bakteri Gram negatif yang
merupakan non-Enterobacteriaceae missal genus Vibrio, Aeromonas, Pseudomonas dll.
4. Hasil Pengamatan
4.1 Perhitungan jumlah mikroba
4.1.1 Alat dan bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi disertai sumbat 7. Erlenmeyer
2. Tip mikropet 8. Incubator
3. Rak tabung reaksi 9. Mikropipet
4. Bunsen 10. Colony counter
5. Cawan petri 11. Gelas beaker
6. Autoclave
B. Bahan
1. Larutan fisiologis (NaCl 0,9%) 5. Media nutrient agar (Na)
2. Media malt extract agar (MEA) 6. Spirtus
3. Akuades 7. Media potato dextrose agar (PDA)
4. Alcohol 70% 8. Sampel
- Lugol/iodin
- Slide dryer
- Kipas
- Alcohol 96%
- Biakan bakteri
- Bunsen
- Safranin
- Kertas saring
- Mikroskop Olympus Cx23
- Osse
- Korek api
- Aquades
- Penjepit slide
- Tabung reaksi
- Minyak imersi
- Bak slide
- Kristal violer
- Slide bersih
- Bunsen dan korek api
- Air tisu
- Koroni bakteri
- Penjepit slide
- Mikroskop
- Minyak immerse
- Gelas tabung
2. Pelarut fosfat
- Timbangan digital
- Magnetik striper
- Bottle top dispenser
- Tabung reaksi
- Kapas
- Kertas
- Autoklav
- Cawan petri
- Batang penyebar
- Blue tip
- Oven
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 28 dari 53
- Tanah
- Shaker
- Mikropipet
- Bunsen
- Laminar air klav
- Vortex
- Media:
• Glukosa 10 gram
• Ca3(PO4)2 5 gram
• (MH4)2SO4 0,5 gram
• NaCl 0,29 gram
• MgSO4 0,01 gram
• KCl 0,2 gram
• Yeast extract 0,5 gram
• MnSO4 0,002 gram
• FeSO4 0,002 gram
• Agar 20 gram
• Aquades 1000 ml
5. Pembahasan
5.1 Perhitungan jumlah mikroba
5.1.1 Prosedur pembuatan medium dan sterilisasi (Video 1)
A. Medium
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 29 dari 53
C. Proses autoclave
1. Mengisi bagian dasar autoclave dengan menggunakan akuades sampai dengan
tanda atas
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 30 dari 53
Crystal Violet
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 34 dari 53
Iodine Treatment
De Colorization
B. Pelarut fosfat
1. Timbang semua bahan untuk pembuatan media.
2. Campurkan semua bahan dengan aquades lalu homogenkan menggunakan
magnet stiner.
3. Larutkan NaCl sebanyak 8,5 gram ke dalam 1 liter aquades.
4. Media dikouskaya dan larutan fisiologis. Serta alat lain disterilisasikan
menggunakan autoklav lalu keringkan alat dan bahan didalam oven.
5. Masukkan 10 gram tanah kedalam 90 ml larutan fisiologis kemudia dibakar
minimal 30 menit.
6. Sebelum prosesmisolasi, semua alat dan bahan di UV dalam laminar air flow
selama 19 menit.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 37 dari 53
Halozone
Bakteri yang dapat melarutkan fosfat ditandai dengan pertumbuhan bakteri pada
media agar yang disertai adanya halozone atau zona bening disekitar koloni
bakteri.
bawah diisi dengan suspense sebanyak setengah dari mikrotabung yaitu, ONPG,
TDA, INO, GLU, MAN, INU, SOR, RHA, SHI, MEL, ANI, dan ARA.
5. Bungkus stray menggunakan plastik bersih dan inkubasi selama 18 – 24 jam pada
suhu 370C.
6. Selama masa inkubasi, ambil koloni lain dari cawan petri dan lakukan tes
oksidasi, tuliskan warna yang tampak test m, menjadi test ke 4 pada API 20E test.
7. Setelah inkubasi 24 jam reagen lengkap ditambahkan pada IND sebanyak 1 tetes
reagen TDA ditambahkan sebanyak 1 tetes pada mikrotabung TDA reagen VP1
dan VP2 ditambahkan masing-masing 1 tetes pada mikrotabung VP.
8. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar uji positif dan
negative.
9. Hasil positif dan negatif dimasukkan ke dalam software.
Test Colour Result Slorp Profile
ONPG Yellow + 1
ADH Yellow - 0 5
LOL Red + 4
ODL Yellow - 0
CIT Green - 0 0
H2S Colours - 0
URE Yellow - 0
TDA Yellow - 0 4
INP Pink + 4
VP Colours - 0
GEL No Pick - 0 4
GLU Yellow + 4
MAN Yellow + 1
AVO Blue - 0 5
SOR Yellow + 4
RHA Yellow + 1
SAI Blue - 0 5
MEL Yellow + 4
ONPG Blue - 0
ADH Yellow + 2 2
LOL Cream - 0
Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa sampel bakteri E-Coli yang diuji dengan API
20E. Hasil yang diperoleh merupakan hasil identifikasi yang termasuk dapat diterima
Identifikasi
Strip API 20E V4.1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 39 dari 53
Profile 5044552
Significan Toxa 90 T Test Againts
Escherichia Coli 1 99,8 8,94 -
Next Taxon 9,10 T Test Againt
Escherichia Coli 2 0,1 0,58 Mel 3%
6. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum, perhitungan mikroba adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghitung jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara
mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung. Jumlah sel mikroba yang tumbuh dalam suatu cawan sangat bergantung pada
jumlah generasi yang ada dan waktu generasi bakteri yang ia biakkan agar dapat
memprediksi jumlah sel bakteri dengan baik.
Perwarnaan gram yang telah dilakukan kali ini, maka dapat disimpulkan bahwa
organisme gram positif adalah organisme yang dapat menahan zat pewarna setelah dicuci
dengan alkohol, hal ini ditunjukan atau terindikasi dengan tampaknya warna ungu pada
bakteri itu sendiri dan bentuk yang dihasilkan dari bakteri tersebut adalah berbentuk
Monobacillus.
Spora akan terbentuk jika bakteri berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuknya, yaitu pada keadaan panas, kering, radiasi, dan adanya bahan kimia. Spora yang
terbentuk ada bermacam-macam yaitu spora terminal, spora subterminal, spora sentral,
spora oval, dan ada juga spora yang membuat bagian sel bakteri mengembang. Larutan
Malachite hijau akan mewarnai spora menjadi hijau dan bentuk bakteri beragam dengan
warna merah dari safranin.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 40 dari 53
Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk melihat
bagian kapsul dari suatu bakteri. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara
pewarnaan sederhana dan pewarnaan negative. Hasil pengamatan, bakteri bewarna
merah, sedangkan kapsul tampak sebagai bagian yang kosong di sekitar tubuh bakteri
dan sekitar kapsul bewarna gelap/agak pekat.
Isolasi bakteri pelarut fosfat dan bakteri penambat nitrogen dengan menggunakan metode
identifikasi bakteri menggunakan Analytical Profile Index (API) 20E test berhasil. Hasil
isolasi bakteri bakteri penambat nitrogen setelah masa inkubasi, terlihat koloni-koloni
bakteri pada media Ashby’Manitol Broth. Koloni-koloni tersebut merupakan bakteri
penambat nitrogen yang bisa digunakan untuk pengolahan limbah. Kemudian, bakteri
pelarut fosfat bakteri yang dapat melarutkan fosfat ditandai dengan pertumbuhan bakteri
pada media agar yang disertai adanya halozone atau zona bening disekitar koloni bakteri.
Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa sampel bakteri E-Coli yang diuji dengan
API 20E. Hasil yang diperoleh merupakan hasil identifikasi yang termasuk dapat
diterima.
7. Daftar Pustaka
Artati, D. 2019. Identifikasi Bakteri Melalui Penggunaan KIT Analytical Profile Index
(API) 20E. Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan SDA Kelautan dan
Perikanan.
Bibiana, 2010. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raya Grafindo Persada. Jakarta.
Bulele, T, Rares, F, Porotu, J. 2020. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram pada
Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. Prodi
Pendidikan Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Fardiaz S., 2001. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fitri, L, Yasmin, Y. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri Kitinolitik. FMIPA,
Unsyah, Darussalam Banda Aceh.
Gandjar, I., Ariyanti, O. dan Wellyzar, S. 2006, Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi.
Putri, A, Kusdiyanti, E. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Dari Pangan Fermentasi.
FMIPA, Universitas Diponegoro.
Rosmania, R, Yanti, F. 2020. Perhitungan Jumlah Bakteri di Laboratorium Mikrobiologi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 41 dari 53
1. Judul Praktikum
Pengamatan Kapang dan Ragi
2. Tujuan Praktikum
Praktikan mengerti serta mampu menjelaskan bagaimana metode pengamatan kapang
dan khamir.
3. Kajian Pustaka
Jamur adalah mikroorganisme yang masuk golongan eukariotik dan tidak termasuk
golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempuyai dinding
sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau
kitosan. Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan sel hewan dan sel
tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 42 dari 53
besar adalah selulosa. Jamur mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara aseksual, seksual, dan
keduanya (Sutanto, 2008).
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk
golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai
dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari
selulosa atau kitosan. Ciri khas tersebut yang membedakan jamur dengan sel hewan dan
sel tumbuhan. Jamur mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti,
tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara aseksual, seksual atau keduanya.
Jamur bersifat heterotropik yaitu organism yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak
dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti tumbuhan. Untuk
hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan dan
serangga. Dengan menggunakan enzim, zat organik diubah menjadi zat anorganik yang
kemudian diserap oleh jamur menjadi makanannya(Sutanto dkk, 2008). Jamur memiliki
banyak persamaan nama, anatara lain disebut jamur, cendawan, kapang, lapuk, kulat dan
khamir. (Makfoeld, 1993).
Kapang adalah jamur yang tersusun dari hifa-hifa. Hifa tersebut dapat bersekat sehingga
terbagi menjadi banyak sel, atau tidak bersekat disebut hifa senositik (coenocytic).
Anyaman hifa baik yang multiseluler atau senositik disebut miselium. Kapang
membentuk koloni yang menyerupai kapas (cottony, woolly) atau padat (velvety,
powdery, granular) (Sutanto, 2008).
Khamir adalah sel-sel yang berbentuk bulat (uniseluler) dan dapat bersifat dimorfistik,
lonjong atau memanjang yang berkembang biak dengan membentuk tunas dan
membentuk koloni yang basah atau berlendir. Sedangkan kapang terdiri atas sel-sel
memanjang dan bercabang yang disebut hifa, anyaman hifa yang disebut miselium
(Sutanto, 2008).
4. Hasil Pengamatan
4.1 Alat dan bahan
4.1.1 Pengamatan kapang
1. Mikroskop dengan perbesaran 10x10 atau 10x40
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 43 dari 53
• Aspergillus
• Penicillium
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 45 dari 53
4.2.2 Khamir
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 46 dari 53
5. Pembahasan
5.1 Prosedur pengamatan
5.1.1 Kapang
1. Objek glass datar dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan
alcohol 96% untuk menghilangkan lemak dan mikroba lain.
2. Media PDA diteteskan pada permukaan objek glass sebanyak 1-2 tetes secara
aseptis didekat Bunsen dan dibiarkan hingga memadat.
3. Needle dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga berpijar kemudia
didinginkan.
4. Pada permukaan PDA yang sudah memadat dibuat goresan melintang
menggunakan needle.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 47 dari 53
5.1.2 Khamir
1. Sebanyak 1 gram fermipan yang berisi biakan ragi Saccharomyces cereviceae
ditimbang dan dilarutkan dengan 50 ml Nacl 0,9% pada wadah steril kemudia
diaduk hingga homogen.
2. Selanjutnya, sebanyak 5 tetes methylenene blue ditambahkan pada larutan
tersebut dan Kembali diaduk sampai homogen.
3. Obhjek ngelas datar dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi dengan akohol
96% untuk menghilangkan lemak dan mikroba lain.
4. Suspensi ragiu yang telah dibuat lalu diambil menggunakan pipet tetes dan
diteteskan diatas objek gelas dan ditutup dengan gelas cover.
5. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x40.
6. Gunakan minytak imersi pada gelas cover untuk dapat melihat morfologi ragi
dengan perbesaran 10x100.
6. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum melalui pengamatan video Identifikasi kapang dan khamir
dilakukan dengan pengamatan makroskopis terhadap pertumbuhannya. Pada
pengamatan makroskopis, pertumbuhan kapang dapat ditentukan berdasarkan adanya
spora seperti benang-benang / bulu halus.
Berdasarkan praktikum melalui pengamatan video Identifikasi kapang dan khamir
dilakukan dengan pengamatan makroskopis terhadap pertumbuhannya. Pada
pengamatan makroskopis, pertumbuhan khamir terlihat seperti lendir dan mengkilat.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 48 dari 53
7. Daftar Pustaka
1. Judul Praktikum
Pengamatan Protozoa dan Helminth
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 49 dari 53
2. Tujuan Praktikum
Praktikan mengerti serta mampu menjelaskan bagaimana metode pengamatan protozoa
dan helminth.
3. Kajian Pustaka
Protozoa merupakan sekelompok mahluk hidup yang bersel tunggal, yang heterogen,
meliputi kurang lebih 50.000 Spesies yang telah diberih nama, dan 20.000 spesies telah
berubah fosil. Ribuan spesies telah behasil didiskripsikan sebagai mahluk hidup sebagian
babas dan sebagian lainya hidup secara parasit pada hewan lain, terutama hewan tingkat
tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam sutu tempat sering sangat menajjubkan, misalnya
dalam suatu kolam dapat mencapai suatu jutaan hewan, bahkan milyaran (Jasin, 1992).
Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan zoon yang
artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat uniseluler, dimana setiap satu
sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu sendiri. Protoplasma dari
protozoa dapat mengadakan modifikasi – modifikasi atau penonjolan – penonjolan yang
dapat bersifat sementara atau tetap. Penonjolan – penonjolan yang bersifat sementara
misalnya penonjolan yang berfungsi sebagai kaki pseudopodia (Lahay, 2007).
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa diantaranya
bersimbiosis dengan mahluk hidup lain. Pencernaan secara intraseluler di dalam vakuola
makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau flagella pengambilan makanan secara
holozik, saprozoik dan holophitik. Umumnya berkembang biak melalui pembelahan sel
dan konjugasi. Alat gerak berupa kaki semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1).
Mastigopora 2). Rhizopoda 3). Sprozoa 4). Ciliata (Lahay, 199)
Sungkar, 2011). Lebih dari 800 juta anak di dunia terinfeksi oleh Trichuris trichiura
(Capello dan Hotez, 2003).
Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam siklusnya hidupnya
membutuhkan tanah untuk proses pematangan (Rusmatini,2009). Cacing ini di tularkan
melalui telur cacing yang di keluarkan bersamaan dengan tinja orang yang terinfeksi.di
daerah ang tidak memiliki sanitasi yang memadai, telur ini akan mencemari tanah. (Hotez
et al). soil transmitted helminthes yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale,dan Trichuris trichura.
4. Hasil Pengamatan
4.1 Alat dan bahan
4.1.1 Pengamatan protozoa
a. Mikroskop (pembesaran 10x10 atau 10x40)
b. Objek gelas datar dan cover gelas
c. Suspensi protozoa dalam air sungai/selokan/sawah
d. Alkohol 96%
e. Kapas
4.2.2 Helminth
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
MODUL PRAKTIKUM
EKOLOGI PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM-EKOLOGI PETERNAKAN-J10A237 15-02-2021 0 52 dari 53
5. Pembahasan
5.1 Prosedur pengamatan
5.1.1 Pengamatan protozoa
1. Objek gelas datar dibersihkan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan
alkohol 96% sebagai penghilang lemak dan mikroba lain.
2. Suspensi prortozoa yang telah disiapkan kemudai diambil dengan pipet tetes lalu
diteteskan diatas objek gelas dan ditutup cover gelas.
3. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10.
4. Untuk melihat morfologi protozoa lebih jelas, preparate dapat diamati dengan
perbesran mikroskop 10x40.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, mengamati preparate protozoa dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x10. Untuk melihat morfologi protozoa lebih jelas, mengamati
preparate dapat dengan perbesaran mikroskop 10x40. Protozoa bergerak
dengan Flagella, Pseudopodia, silia atau bergerak sendiri dan ada yang tanpa alat gerak.
7. Daftar Pustaka