Anda di halaman 1dari 6

KERACUNAN SIANIDA PADA HEWAN

DAN UPAYA PENCEGAHANNYA


Yuningsih

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Kotak Pos 52, Bogor 16114
Telp. (0251) 8331048, 8334456, Faks. (0251) 8336425, E-mail: balitvet@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 08 Februari 2011; Diterima: 02 Februari 2012

ABSTRAK
Sianida adalah senyawa kimia yang sangat toksik atau berpotensi menimbulkan efek kematian. Senyawa sianida
dalam bentuk gas (HCN, CNCl) lebih cepat aktif dibandingkan dalam bentuk bubuk [NaCN, KCN, dan Ca(CN)2].
Hampir 40% dari 35 kasus keracunan senyawa toksik pada hewan di Indonesia pada tahun 1992−2005 disebabkan
oleh keracunan sianida sintetis NaCN atau KCN yang sengaja ditambahkan ke dalam pakan (unsur kriminal). Oleh
karena itu, keracunan sianida sangat mengkhawatirkan para peternak. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu
diketahui keberadaan racun sianida di alam (bentuk alami atau sintetis) berikut toksisitasnya serta cara mendiagnosis
gejala keracunan pada ternak melalui analisis kandungan sianida dalam sampel pakan yang diduga mengandung
sianida. Gejala spesifik keracunan sianida adalah kematian akut dengan perubahan warna darah menjadi merah
terang. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan sodium nitrit dan sodium tiosulfat secara intravena
untuk memecah cytochrome-cyanide bone dan secara langsung memisahkan sianida kompleks serta membentuk
tiosianat yang diekskresikan melalui urine. Pencegahan utama dapat dilakukan dengan memantau kandungan
sianida pada tanaman yang berpotensi mengandung sianogen pada kondisi tertentu, seperti kekeringan, tanaman
muda, dan perlakuan herbisida sehingga akan meningkatkan kandungan sianida.
Kata kunci: Hewan, keracunan sianida, sianida sintetis, sianida alami

ABSTRACT
Cyanide poisoning on animals and their prevention

A cyanide is a rapidly acting, potentially deadly chemicals that can exist in various forms, especially cyanide gas
(HCN, CNCl) which is more actively than cyanide crystals [NaCN, KCN, and Ca(CN)2]. Nearly 40% from 35 cases
of toxic compound poisoning in 1992−2005 in Indonesia was caused by adding synthetic cyanide deliberately in
feed (crime). This issue makes anxiously concerned with animal welfare. In order to solve this problem it is very
important to know the cyanide compounds (natural, synthetic), including their toxicity and the method to
diagnose cyanide poisoning in animal by analyzing cyanide content in the suspected feed samples. Specific signs of
cyanide poisoning are death acutely with bright colored blood. The treatment is performed by injecting sodium
nitrite and sodium thiosulfate which will split cytochrome-cyanide bone and subsequent rapid removal of a cyanide
complex and to form thiocyanate which is readily excreted in the urine. The prevention of cyanide poisoning is
recommended by monitoring cyanide content in cyanogenic plants which grow in certain conditions (wilted,
young, herbicide-treated), which will increase glycoside (cyanide) levels.
Keywords: Animals, cyanides poisoning, synthetic cyanides, natural cyanides

H idrogen sianida (HCN) atau prussic


acid atau sianida adalah senyawa
kimia yang bersifat toksik dan merupakan
racun sianida ke dalam pakan (unsur
kriminal) (Yuningsih 2007).
Sianida dalam bentuk logam [AuCN,
dingkan dengan bentuk sianida lainnya.
Namun, hingga kini belum ada informasi
mengenai penggunaannya sehingga
jenis racun yang paling cepat aktif dalam Hg(CN)2] secara luas digunakan dalam belum ditemukan kasus keracunannya.
tubuh sehingga dapat menyebabkan industri pertambangan dan pelapisan Pada Perang Dunia II, gas sianida
kematian dalam waktu beberapa menit logam, terutama pada pertambangan emas, digunakan Jerman untuk membunuh
(akut). Senyawa sianida yang ditemukan dan buangan limbahnya dapat mencemari manusia (genocidal agent).
di alam umumnya dalam bentuk sintetis, lingkungan karena masih mengandung Bentuk sianida alami ditemukan dalam
terutama dalam bentuk garam [NaCN, sianida dan senyawa merkuri yang sangat tanaman yang mengandung sianogen
KCN, dan Ca(CN)2]. Umumnya kasus berbahaya atau dapat menyebabkan glikosida berikut enzimnya yang berfungsi
keracunan pada hewan di Indonesia di- keracunan. Sianida dalam bentuk gas membantu pelepasan (hidrolisis) sianida.
sebabkan secara sengaja menambahkan (HCN, CNCl) paling cepat aktif diban- Keracunan sianida asal tanaman (sianida

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 21


alami) sangat jarang terjadi pada ternak metal-cyanide complexes) yang secara ke dalam tanah dan air hingga mencapai
karena peternak umumnya telah menge- langsung menghasilkan gas dari suatu 0,75 juta kg. Oleh karena itu, Environmental
tahui cara pengolahan tanaman yang asam, seperti cyanide amenable to Protection Agency (EPA) di Amerika
mengandung sianida untuk menurunkan chlorination (CATC) yang bersifat cepat Serikat menetapkan nilai batas aman
kandungan racunnya. mematikan (akut). Sianida dalam bentuk (maximum contaminant level, MCL)
Tulisan ini mengulas keracunan sia- gas paling cepat menimbulkan keracunan, sianida dalam air minum sebesar 0,2 ppm.
nida pada hewan serta upaya pence- diikuti sianida dalam bentuk garam yang Apabila kandungan HCN dalam air minum
gahannya. Dengan mengetahui kebera- mudah larut atau tidak larut, dan urutan secara konsisten berada di atas nilai
daan senyawa sianida di alam serta terakhir yang berbentuk sianogen (sianida MCL, perlu dilakukan pengolahan untuk
toksisitasnya, termasuk kasus keracunan, asal tanaman) (Leybell 2006). Gas sianida menurunkan kandungan sianida sampai
pengobatan, dan pencegahannya, di- yang dikenal dengan nama zyklon B di bawah level MCL. Salah satu cara
harapkan peternak dapat menghindarkan pernah digunakan Jerman pada Perang pengolahannya yaitu dengan pertukaran
ternaknya dari keracunan sianida. Dunia II. Gas sianida dengan konsentrasi ion, reverse osmosis, dan menggunakan
3.500 ppm (sekitar 3.200 mg/m3) dapat klorin.
mematikan manusia dalam waktu satu Di Indonesia, penetapan nilai batas
menit karena ion sianida dapat meng- aman kandungan sianida dalam air minum
BENTUK SIANIDA DAN hentikan sel-sel respirasi dengan cara didasarkan atas kriteria kualitas baku mutu
TOKSISITASNYA menghambat enzim sitokrom c oksidase air dan levelnya disesuaikan dengan
(Dwork et al. 1996). Uap sianida dari ba- kebutuhan. Sebagai contoh, batas aman
Masing-masing senyawa sianida mem- han pemadam kebakaran yang digunakan kandungan sianida untuk peternakan dan
punyai bentuk dan kecepatan aktif untuk mengatasi kerusuhan di Putin’s perikanan harus di bawah 0,02 ppm
(toksisitas) yang berbeda di dalam tubuh, Rusia menyebabkan kematian lebih dari (Kantor Kementerian Kependudukan dan
baik sianida sintetis maupun sianida 17.000 orang selama tahun 2006 (Cyanide Lingkungan Hidup 1991).
alami. Poisoning Treatment Coalition 2006).
Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan
uap sianida asal rokok sekitar 0,06 µg/ml Toksisitas Sianida Alami (Asal
Toksisitas Sianida Sintetis dalam darah perokok pasif dan 0,17 µg/ml Tanaman)
pada perokok aktif. Produksi plastik juga
Sianida sintetis jauh lebih cepat aktif menghasilkan sianida dari nitril yang Lebih dari 2.000 spesies tanaman me-
dibandingkan dengan sianida alami (asal dilepaskan pada saat pembakaran ngandung glikosida sianogen dengan 25
tanaman). Ada tiga bentuk sianida sintetis. (pemanasan) dan sangat berbahaya bagi macam sianogennya dan kandungan
Pertama, senyawa sianida sederhana kesehatan pekerja (Centers for Disease sianidanya bervariasi (Kwok 2008).
(simple cyanide compounds), seperti Control and Prevention 2004). Tanaman tertentu yang mengandung
natrium sianida (NaCN) dan kalium sianida Bentuk terakhir senyawa sianida sianogen dapat dikonsumsi manusia,
(KCN) yang dikenal dengan nama potas, adalah sianida kompleks logam kuat. seperti tertera pada Tabel 1. Sebenarnya
berupa kristal putih dan sering digunakan Sianida dalam bentuk ion dan dibebas- sianogen bersifat nontoksik, tetapi proses
sebagai racun ikan. Potas mudah diperoleh kan dengan cara reflux distillation yang hidrolisis oleh enzim yang terdapat dalam
di pasaran dan bersifat seribu kali lebih menghasilkan sianida kuat. tanaman itu sendiri dapat menghasilkan
toksik pada hewan yang hidup di air Sianida juga sering ditemukan dalam sianida yang toksik (Kwok 2008).
(sejenis ikan) dibandingkan pada manusia air, yaitu sianida sintetis potas yang Menurut Bokanga (2001), sianogen
(William 2008). Oleh karena itu, nelayan umumnya sengaja ditambahkan ke dalam linamarin dalam tanaman ubi kayu pahit
menggunakannya untuk menangkap ikan air minum untuk membunuh ternak. (Manihot esculenta Crantz) dihidrolisis
di laut. Di perairan Filipina dan Indonesia, Adanya kandungan sianida dalam air oleh enzim linamarase dan membentuk
nelayan sering menangkap ikan hias dapat pula terjadi karena air terkontami- sianida yang toksik, selain aseton dan sia-
dengan cara menyemprotkan potas nasi buangan limbah asal industri plastik, nohidrin sebagai reaksi antara yang tidak
konsentrasi rendah untuk membius ikan pertambangan atau pelapisan logam stabil (Gambar 1). Walaupun ubi kayu
dan memudahkan penangkapan, kemu- tembaga (Cu), emas (Au), dan perak (Ag). pahit mengandung sianida cukup tinggi
dian dilakukan penggantian air secepat- Di Indonesia, limbah pertambangan emas dan dapat menyebabkan keracunan pa-
nya agar ikan segar kembali. Keberadaan cukup mengkhawatirkan masyarakat da ternak, peternak dapat melakukan
kontaminan potas di laut akan menyebab- sekitarnya karena masih ditemukan sianida pengolahan untuk menurunkan kan-
kan kematian organisme yang diperlukan sebagai hasil proses ekstraksi emas (gold dungan sianida (detoksifikasi) sebelum
untuk pertumbuhan karang (US Fish and cyanidation). Sianida asal limbah industri diberikan kepada ternak. Beberapa cara
Wildlife Service 2008). Kalsium sianida pupuk kalsium sinanamid, sebagai hasil pengolahan ubi kayu (umbi) untuk
Ca(CN)2 bersifat mudah larut dalam air hidrolisisnya, juga dapat mencemari menurunkan kandungan sianida meliputi
dan digunakan sebagai bahan pupuk, sumber air minum di sekitarnya (Clarke pengupasan, pengeringan, fermentasi,
yaitu urea (Guthner dan Mentschenk dan Clarke 1977). perendaman, pencacahan, dan penyim-
2006). Menurut Toxics Release Inventory panan (Tweyongyere dan Katongole
Bentuk senyawa sianida kedua adalah (Cyanide 2000), industri logam di Califor- 2002). Kulit umbi mengandung sianida pa-
sianida kompleks logam sangat lemah dan nia dan Pennsylvania pada tahun 1987− ling tinggi dibandingkan dengan bagian
sangat kuat (weak and moderately strong 1993 membuang limbah senyawa sianida umbi dan daun (Heyne 1987; Everist 197).

22 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012


picung (Pangium edule) yang mengan-
Tabel 1. Jenis tanaman, kandungan sianida, dan nama glikosidanya. dung sianogen ginokardin. Senyawa
tersebut dapat dihidrolisis oleh enzim
Kandungan sianida ginokardase menjadi glukose sianohidrin
Tanaman/bagian tanaman Nama glikosida
(ppm) yang tidak stabil dan membentuk sianida
cukup tinggi, hingga 4.000 ppm terutama
Biji almond 2.500 Amigdalin
dalam biji (Yuningsih dan Damayanti
Ubi kayu 530 Linamarin
Sorgum 2.500 Durin 2008). Kandungan sianida tertinggi
Lima beans (sejenis kacang 100−3.120 Linamarin terdapat dalam biji, diikuti bagian buah,
polong) batang, dan akar (Van Valkenburgh dan
Bunyapraphatsara 2001). Selain sifat
Sumber: Magnuson (1997).
tanaman dalam mengakumulasi sianogen,
kandungan sianida pada tanaman juga
dipengaruhi oleh kondisi tanaman, seperti
kerusakan, tumbuh cepat setelah keke-
Pengolahan ubi kayu dilakukan sampai pelepasan sianidanya sangat lambat ringan (bagian daun muda), dan perlakuan
kandungan sianida berada pada level yang dibandingkan dengan jenis ubi kayu herbisida (Tweyongyere dan Katongole
tidak berbahaya atau tidak menyebabkan lainnya (Yuningsih 2009). Tempo Interaktif 2002; Robson 2007), selain kandungan
keracunan (100 ppm) (Bolhuis 1954). pada tahun 2011 menurunkan laporan nitrogen dan fosfor yang tinggi dalam
Pengolahan daun ubi kayu untuk enam orang tewas akibat keracunan tiwul tanah (Osweiler et al. 1976)
menurunkan (melepaskan) kandungan (makanan asal ubi kayu) yang diduga
sianida memerlukan waktu lebih cepat mengandung sianida. Ubi kayu yang
dibandingkan dengan umbi. Daun cukup digunakan sebagai bahan baku tiwul KERACUNAN SIANIDA
diangin-anginkan satu hari dan kan- merupakan ubi kayu pahit yang umumnya PADA HEWAN
dungan sianidanya akan menurun hampir mengandung sianida cukup tinggi (>100
50% (Yuningsih 1999). Untuk umbi dan ppm) dan pelepasan sianidanya belum Sianida yang dilepas dari dalam lambung,
kulit umbi perlu dipotong (dicacah) lebih maksimal karena fasilitas penjemuran sebagai hasil hidrolisis glikosida sianogen
dahulu untuk memperluas permukaan dan sangat kurang terutama pada musim hujan. asal tanaman yang dikonsumsi ternak,
mempercepat kontak antara sianogen dan Kandungan sianida pada tanaman, akan diserap dengan cepat ke dalam aliran
enzim sehingga akan mempercepat proses selain ditentukan oleh kandungan sia- darah. Selanjutnya akan terjadi oksigenasi
hidrolisis (pelepasan) sianida. Setelah nogen, juga dipengaruhi oleh sifat (level oksigen tinggi dalam darah) karena
pencacahan, ubi kayu dikeringkan di tanaman dalam mengakumulasi sianogen. sianida bereaksi dengan ferric (trivalent)
bawah sinar matahari (pengeringan secara Sekitar 200 jenis tanaman bersifat iron dari cytochrome oxidase dan
tradisional) untuk mempercepat pelepasan mengakumulasi sianogen dan memiliki membentuk cyanide cytochrome yang
sianida. Pengeringan sangat diperlukan kandungan sianida yang tinggi (Robson tinggi. Sementara itu, hemoglobin tidak
terutama untuk jenis ubi kayu pahit yang 2007). Salah satu contoh adalah tanaman mampu membebaskan oksigen (sistem
transportasi elektron) sehingga warna
darah menjadi merah terang, sebagai ciri
spesifik keracunan sianida (Osweiler et
CH3 H2 O CH3 al. 1976). Sebagian kecil sianida akan
diserap melalui usus dan paru-paru dan
Linamarase
CH3 C C N CH3 C C N dikeluarkan dengan bau khas bitter
W

almond (Clarke dan Clarke 1977). Efek


O
W
OH toksisitas sianida terhadap ternak ber-
C6H12O6 Aseton variasi dan dipengaruhi oleh beberapa
C6H11O5 sianohidrin faktor, yaitu: 1) ukuran dan jenis hewan,
Glukose
Linamarin W 2) kecepatan hewan mengunyah pakan,
3) jenis sianogen dalam tanaman, 4)
pH > 5
keaktifan enzim dalam memecah pakan,
Hidroksinitril dan 5) daya detoksifikasi sianida
liase (HNL) (Osweiler et al. 1976).
W

CH3 CO CH3 + HC N Gejala Klinis


Aseton Hidrogen
sianida
Gejala keracunan sianida umumnya terjadi
dalam 15−20 menit setelah mengonsumsi
Gambar 1. Reaksi hidrolisis sianogen linamarin oleh enzim linamarase dalam sianida dalam bentuk garam (KCN, NaCN)
pembentukan HCN (Bokanga 2001). atau dalam waktu sangat cepat (akut),

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 23


sekitar 2−3 menit setelah menghirup berian sianida sintetis potas secara makanan anak-anak (umur 8−11 tahun)
sianida dalam bentuk gas. Gejala kera- sengaja ke dalam pakan. Biasanya potas yang menderita keracunan, dengan ge-
cunan sianida adalah susah bernafas, yang digunakan berbentuk bubuk karena jala lemah dan sesak nafas dan warna
denyut nadi cepat, lemah, tremor, mata cukup murah, mudah diperoleh, dan cukup darahnya merah terang (Espinoza et al.
terbelalak, kembung dan kadang-kadang efisien pada dosis rendah (1−2,5 mg/kg 1992).
terjadi salivasi dan muntah, kejang-kejang, berat badan sudah dapat mematikan
dan lapisan mukosa berwarna merah hampir semua spesies) (Clarke dan Clarke
terang (Osweiler et al. 1976; Clarke dan 1977). Hampir 40% dari 35 kasus keracun- Diagnosis
Clarke 1977; Robson 2007). Kadang- an senyawa toksik (sulfat, nitrat-nitrit,
kadang hewan mati tanpa terlihat gejala- klorin, klorida, sianida, rodentisida Untuk memperoleh hasil diagnosis kera-
nya karena efeknya secara langsung seng fosfit, insektisida DDT, diazinon, cunan sianida yang cepat dan tepat, harus
kekurangan oksigen pada otak dan temik, klorin, dan klorida) pada hewan dilakukan pengujian (analisis sianida
jantung yang dapat mempercepat ke- di Indonesia pada tahun 1992−2005 secara kimia) terhadap sampel pakan yang
matian. Pengamatan gejala intoksikasi merupakan keracunan sianida sintetis dikonsumsi dan sampel isi rumen dalam
sianida kronis dapat dilakukan ber- potas (Tabel 2; Yuningsih 2007). keadaan segar atau beku di laboratorium.
dasarkan perkembangan fungsi tiroid Kasus keracunan sianida alami (asal Salah satu metode yang cepat dan mudah
(Bahri et al. 1984) dan syaraf (Kwok 2008), tanaman) biasanya disebabkan kelalaian untuk analisis sianida adalah dengan
dan biasanya terjadi pada ternak yang peternak dalam pemberian pakan hijauan. picrate paper method (Hyde et al. 1977).
mengonsumsi ubi kayu dalam jangka Keracunan tanaman angrung (Trema Pengujian sianida juga dapat dilakukan
waktu lama dan terus-menerus dengan orientalis) pada salah satu peternakan di dengan menggunakan spektrofotometer
keadaan nutrisi buruk. Kalimantan Timur menyebabkan 26 ekor (Anderson 1960). Pengamatan gejala
kambing etawa mati. Hal ini disebabkan klinis menunjukkan terjadinya perubah-
peternak tidak mengetahui bahwa tanam- an warna darah menjadi merah terang
Kasus Keracunan Sianida an angrung mengandung sianida cukup dan bau khas bitter almond dari isi
tinggi (Yuningsih 2007) dan terdesak lambung (Osweiler et al. 1976; Clarke dan
Sebenarnya kasus keracunan sianida pada kekurangan hijauan (musim kering), Clarke 1977). Pengamatan gejala klinis
ternak jarang ditemukan di lapangan, sehingga peternak memanfaatkan hijauan cukup penting di samping pengujian di
kecuali karena adanya unsur kesengajaan yang tumbuh di sekitarnya sebagai pa- laboratorium karena sianida bersifat cepat
(kriminal) atau keteledoran peternak dalam kan. Di Venezuela, terjadi kematian ternak menguap sehingga tidak terdeteksi lagi
pemberian pakan. Kebanyakan kasus babi akibat keracunan sianida setelah dalam sampel.
keracunan sianida terjadi karena pem- mengonsumsi ubi kayu pahit asal sisa

Tabel 2. Jenis spesimen asal keracunan sianida potas pada hewan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan
tahun kejadiannya.

Jenis spesimen Jenis hewan Lokasi Tahun kejadian Jumlah hewan mati
(ekor)

Isi tembolok Ayam Jakarta 1991 **


Isi tembolok Ayam Rangkasbitung 1991 **
Isi tembolok Ayam Jakarta 1995 **
Sisa pakan ayam dan Ayam Pontianak 1991 **
makanan nasi
Isi rumen Sapi Bandung 1991 **
Daun ubi kayu + serbuk putih Sapi Bogor 2004 1
Serbuk putih + daun pisang Gajah Lampung 1999 1
Pakan + isi tembolok Ayam Jakarta 2000 **
Serbuk putih dan cempedak Gajah Lampung 2004 1
(muntahan gajah)
Isi lambung Gajah Lampung 2004 5
Kristal putih dimasukan Anjing Bogor 2008* 1
ke dalam kepala ayam
Kristal putih dibungkus daun Sapi Bengkulu 2008* **
nangka, jagung, dan mangga
Daun jagung Kerbau Bogor 2010* 4
Isi lambung Gajah Riau 2010* 5

*Laporan Laboratorium Diagnostik Bbalitvet, **Tidak ada informasi jumlah hewan yang mati.
Sumber: Yuningsih (1991; 2007); Bbalitvet (2010).

24 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012


Pengobatan hijauan atau tanaman (sianida alami), (dilayukan) (Oguntimein 1992; O’Hair
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1995). Sianida sintetis umumnya di-
Pengobatan dimaksudkan untuk mem- 1) tempat merumput agar terhindar dari temukan dalam buangan limbah industri
bantu menstabilkan transportasi oksigen risiko keracunan, 2) level glikosida pada emas, selain logam merkuri, sehingga
pada sel-sel jaringan dengan cara rumput yang mengandung sianogen akan sumber air minum harus diperhatikan
memecah ion sianida dalam level tinggi meningkat apabila mengalami kekeringan agar tidak terkontaminasi buangan limbah
(level berbahaya) dengan injeksi sodium atau kerusakan, 3) tanaman muda ber- industri tersebut (Centers for Disease
nitrit untuk membentuk cyanmethaemo- potensi mengandung sianida tinggi, 4) Control and Prevention 2004; Cyanide,
globin. Senyawa tersebut kemudian di- perlakuan pengolahan (pengeringan) Chemistry, Sources 2006).
ubah menjadi tiosianat setelah penam- pakan hijauan akan menurunkan sebagian
bahan tiosulfat yang secara langsung besar sianogen, 5) rumput kering (hay)
dikeluarkan melalui ginjal. Pengobatan harus berasal dari hasil pemotongan rum-
pada anjing dilakukan dengan injeksi 1% put yang tidak berbahaya, 6) penggunaan KESIMPULAN
larutan sodium nitrit dengan dosis 25 mg/ rumput dengan perlakuan silase lebih
kg berat badan dilanjutkan dengan 25% aman karena bahan toksiknya lebih cepat Keracunan sianida pada hewan umumnya
sodium tiosulfat 1,25 g/kg berat badan. menurun (satu minggu) dibandingkan disebabkan oleh racun potas (NaCN, KCN)
Pengobatan ulang dapat dilakukan bila dengan rumput tanpa silase (bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam pakan
diperlukan dengan dosis setengah dari toksiknya akan berkurang sekitar 50% (unsur kriminal). Pengobatan yang cukup
dosis awal (Clarke dan Clarke 1977). Peng- dalam waktu tiga minggu, 7) penggunaan efektif (antidota sianida level tinggi)
obatan keracunan sianida telah berhasil rumput dalam bentuk dipotong-potong adalah dengan cara injeksi kombinasi
dengan cara injeksi sodium tiosulfat 660 lebih aman dibandingkan dengan tanaman tiosulfat dan sodium nitrit. Upaya pen-
mg/kg atau p-aminopropriofenon 1 mg/kg utuh, 8) pemberian suplemen sulfur cegahannya yaitu menghindarkan hewan
yang efektif menurunkan sianida level (apabila defisiensi) akan menaikkan merumput pada area yang mengandung
tinggi. Kombinasi tiosulfat 660 mg/kg efisiensi ternak dalam mengubah asam sianida. Tanaman yang mengandung
dengan sodium nitrit 22 mg/kg juga sianida menjadi tiosianat yang tidak tok- sianogen harus terhindar dari kekeringan,
efektif sebagai antidota sianida level sik, dan 9) untuk tanaman sorgum agar kerusakan, dan perlakuan herbisida karena
tinggi (Burrows dan Way 1979; Burrows dihindari menyimpan tanaman yang dapat menaikkan level glikosida. Selain
1981). muda (tingginya kurang dari 50 cm) itu, perlu dihindarkan menggunakan
(Robson 2007). Pakan asal ubi kayu, tanaman muda untuk pakan karena
terutama jenis ubi kayu pahit perlu diolah berpotensi mengandung sianida tinggi.
Pencegahan lebih dahulu (pemotongan, pengeringan) Proses pengolahan dan pengeringan
tanpa mengurangi kualitas umbi. Bagian diperlukan untuk tanaman bahan pakan
Untuk mencegah terjadinya keracunan daun yang mengandung sekitar 20% yang mengandung sianida tinggi (> 100
sianida pada ternak, terutama pada pakan protein cukup dipotong dan dikeringkan ppm) untuk menurunkan sianidanya.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. 1960. Precise Estimation of Hydro- Burrows, G.E. and J.L. Way. 1979. Cyanide Dwork, D., V. Pelt, and R. Jan. 1996. Auschwitz,
cyanic Acid in Sudan Grass and Sorghum. intoxication in sheep: antagonism with 1270 to present. Norton. p. 219.
Dept. Biochemistry of Wisconsin. p. 1−4. sodium nitrite, cobalt chloride and sodium
Espinoza, O.B., M. Perez, and M.S. Ramirez.
thiosulfate. Am. J. Vet. Res. 40: 613−617.
Bahri, S., H. Hamid, Ng. Ginting, Z. Arifin, dan 1992. Bitter cassava poisoning in eight
Yuningsih. 1984. Pengaruh pemberian sing- Centers for Disease Control and Prevention. children: A case report. Vet. Hum. Toxicol.
kong pahit (Manihot esculenta) terhadap 2004. Facts About Cyanide. http://www.bt. 34(1): 65.
pertumbuhan dan keadaan kelenjar thyroid cdc.gov/agent/cyanide/basics/facts.asp [1
ayam pedaging. Penyakit Hewan 16(27): Everist, S.L. 1974. Euphorbiaceae: Manihot
January 2000].
173−178. esculenta Crantz. Poisonous plants of
Clarke, E.G.C. and M.L. Clarke. 1977. Cyanides. Australia. Angus & Robertson Pub. p. 279−
Balai Besar Penelitian Veteriner. 2010. Laporan Veterinary Toxicology. 1 st Ed. Collier 280.
Hasil Laboratorium Diagnostik. Balai Besar Macmillan Publ., New York. p. 250−255.
Penelitian Veteriner, Bogor. Guthner, T. and B. Mentschenk. 2006. Cyana-
Cyanide. 2000. Drinking Water Contaminants- mides. Ullmann’s Encyclopedia of Industrial
Bokanga, M. 2001. Cassava: Post-harvest Cyanide. http://www.freedrinkingwater.com. Chemistry. http://dx.doi.org [27 June 2011].
biodeterioration. International Institute of water-contamination/cyanide-contaminants-
Tropical Agriculture (IITA), Ibadan, Nigeria. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
removal-wat… [1 January 2000].
http://www.cgiar.org/iita/. [30 November Badan Penelitian dan Pengembangan Kehu-
2007]. Cyanide, Chemistry, Sources. 2006. Cyanide tanan, Jakarta. hlm. 1203.
Chemistry. http://wwwcyantists.com.cyanide.
Bolhuis, G.G. 1954. The toxicity of cassava root. Hyde, W., J. Kiesley, P.F. Ross, and H.M. Stahr.
html [13 February 2008].
Netherlands J. Agric. Sci. 2: 176−185. 1977. Cyanide (alternate method). Analy-
Cyanide Poisoning Treatment Coalition. 2006. tical Toxicology Methods Manual. p. 63−
Burrows, G.E. 1981. Cyanide intoxication Fires in the News. Cyanide and Toxic Chemi- 64.
in sheep: Therapheutics. Vet. Human cal News. http://www.cyanidepoisoning.org/
Toxicol. 23: 22−28. pages/news.asp [12 February 2008].

Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012 25


Kantor Kementerian Kependudukan dan Ling- Osweiler, G.D., T.L. Carson, W.B. Buck, and G.A. Yuningsih. 1999. Pengaruh cara dan lama
kungan Hidup. 1991. Himpunan Peraturan Van Gelder. 1976. Clinical and Diagnostic penyimpanan terhadap penurunan kadar
di Bidang Lingkungan Hidup. Kantor Veterinary Toxicology. Kendall/Hunt. Pub. sianida pada daun singkong. hlm. 367−371.
Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Co. IOWA. p. 455−457. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan
Hidup, Jakarta. Veteriner. Bogor, 18−19 Oktober 1999. Pusat
Robson, S. 2007. Prussic acid poisoning in
Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Kwok. 2008. Cyanide Poisoning and Cassava. livestock. Primefact.417. (www.dpi.nsw.
Bogor.
Centre for Food Safety. http://www.cfs. gov.au/primefacts). [29 March 2010]
gov.hk/english/multimedia/multimedia_pub/ Yuningsih. 2007. Kasus keracunan pada hewan
Tweyongyere, R. and Katongole. 2002. Cyano-
multimedia_pub_fsf_19_01.html [29 March di Indonesia dari tahun 1992−2005. Seminar
genic potential of cassava peels and their
2010]. Nasional Teknologi Peternakan dan Vete-
detoxification for utilization as livestock
riner, 21−22 Agustus 2007. Pusat Penelitian
Leybell, I. 2006. Toxicity, Cyanide. http:// feed. Vet. Hum. Toxicol. 44(6): 366−369.
dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
www.emidicine.com/emerg/topic118.htm [2
US Fish and Wildlife Service. 2008. Cyanide
July 2008]. Yuningsih dan R. Damayanti. 2008. Studi awal:
fishing. http://www.petstoreabuse.com/
Efektivitas ekstrak biji picung (Pangium
Magnuson, B. 1997. Endogenous Plant Toxins. cyanide.html [8 May 2008].
edule Reinw) terhadap mencit dan anjing
Cyanogenic glycosides. http://extoxnet.orst.
Van Valkenburgh, J.L.C. and N. Bunyapraphat- sebagai pengganti racun strychnine dalam
edu/faqs/natural/cya.htm [1 January 2000].
sara. 2001. Plant resources of South-East upaya eliminasi anjing liar. Buletin Tanaman
Oguntimein, G.B. 1992. Processing cassava for Asia. Medicinal and Poisonous Plants 2. Obat 19(1): 86−94.
animal feeds. http://www.fao.org/Wairdocs/ 12(2): 400−402.
Yuningsih. 2009. Perlakuan penurunan kan-
ILR/x5458E/x5458eOd.htm [27 November
William, L. 2008. Summary of Cyanide and its dungan sianida pada ubi kayu. Jurnal Pene-
2007].
Methods for Analysis. http://EzineArticles. litian Pertanian Tanaman Pangan 28(1): 58−
O’Hair, S.K. 1995. Cassava. New Crop com/?expert=William Lipps [1 January 61.
FactSHEET. http://www.hort.purdue.edu/ 2010].
newcrop/CropFactSheets/cassava.html [1
Yuningsih. 1991. Kasus Keracunan Sianida pada
January 2000].
Ternak. Penyakit Hewan 23(41): 62−64.

26 Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

Anda mungkin juga menyukai