Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berisi tentang bakteri “ Vibrio sp dan Pseudomonas sp”.
Makalah ini berisikan tentang informasi macam-macam bakteri Pseudomonas sp dan
Vibrio sp. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
klasifikasi, nama penyakit dan cara infeksi bakteri Pseudomonas sp dan Vibrio sp.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
meridhoi segala usaha kita. aamiin.
Jakarta, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KLASIFIKASI Vibrio Sp
2.2 MORFOLOGI
2.3 SIFAT BIOKIMIA ATAU FISIOLOGIS
2.4 SIFAT PATOGENITAS
2.5 TES KULTUR DAN IDENTIFIKASI
2.5.1 Pewarnaan Gram
2.5.2 Tes Kultur
2.6 PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA
2.7 PSEUDOMONAS AERUGINOSA
2.7.1 KLASIFIKASI
2.7.2 Morfologi & Identifikasi
2.7.3 Struktur Antigen dan Toksik
2.7.4 Patogenesis
2.7.5 Gambaran Klinik
2.7.6 Tes Diagnostik Laboratorium
2.7.7 Pengobatan
2.7.8 Epidemiologi dan pengendalian
2.8 PSEUDOMONAS PSEUDOMALLEI
2.9 PSEUDOMONAS MALLEI
2.10 PSEUDOMONAS LAIN
2.11 XANTHOMONAS MALTOPHILIA
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri
ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang
tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut
seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. SpesiesVibrio umumnya menyerang larva udang dan
penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara
sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan
bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada
dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi
patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan
buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan
lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi
perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh
terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang
dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung
bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga
menyebabkan penyakit pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KLASIFIKASI Vibrio Sp
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Divisi : Eubacteri
Class : Gamma proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibro anguillarum Vibrio vulnificus
Vibrio salmonicida Vibrio hollisae
Vibrio alginolyticus Vibrio damsel
Vibrio cholera Vibrio fluvialis
Vibrio parahaemolyticus Vibrio mimicus
2.2 MORFOLOGI
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi.
Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan
atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5
atau kondisi alkali dengan pH 9,0.
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas
Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif,
fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang
antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung
sel.
b. Vibrio alginolyticus
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan
manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
c. Vibrio cholera
Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa,
fruktosa, bersifat negatif.
Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera asiatica. Masa inkubasi dari 5 jam sampai
beberapa hari.
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan
methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
e. Vibrio vulnificus
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa,
fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.
Vibrio vulnificus dapat menyebabkan infeksi luka parah, bekteremia, dan mungkin
gastroenteritis. Bakteremia dengan infeksi yang tidak focus terjadi pada orang yang memakan
tiram yang terinfeksi dan orang yang gemar minum alcohol atau berpenyakit hati.
Luka bisa menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang
berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali terjadi dengan cepat,
dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50% pasien dengan bakteremia meninggal.
f. Vibrio parahaemolyticus
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna
hijau tua. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan
H2S bersifat negatif.
Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif, yang menyebabkan
gastroenteritis akut sebagai akibat makan makanan seafood yang terkontaminasi seperti ikan
mentah atau kerang. Setelah periode inkubasi selama 12 – 24 jam, terjadi mual dan muntah, kram
perut, demam dan diare air dan darah. Lekosit pada feces sering terlihat. Enteritis cenderung
sembuh sendiri dalam 1 – 4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan
elektrolit. Enterotoksin yang di isolasi dari organisme. Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl
optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99.
Hasil :
CARA INFEKSI
1. Seseorang bisa mendapatkan kolera dengan minum air atau makan makanan tercemar dengan
Vibrio sp. Sumber kontaminasi vibrio, selama epidemi, biasanya tinja orang yang terinfeksi.
Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di daerah dengan pengobatan yang tidak memadai
limbah dan air minum.
2. Vibrio sp juga dapat hidup dalam lingkungan payau (air asin) sungai dan perairan pesisir.
Ketika dimakan mentah, kerang telah menjadi sumber bakteri Vibrio cholerae, dan beberapa
orang di Amerika Serikat terjangkit kolera setelah makan kerang mentah atau kurang matang
dari Teluk Meksiko.
3. Karena Vibrio sp tidak mungkin menyebar langsung dari satu orang ke orang lain, kontak
biasa dengan penderita tidak risiko untuk menjadi sakit.
4. Setelah Vibrio sp yang tertelan, bakteri perjalanan ke usus kecil di mana mereka mulai
berkembang biak. Penyebab utama diare berair, gejala kolera karakteristik, adalah ketika
Vibrio sp mulai memproduksi racun mereka.
5. Dalam rangka mengembangkan gejala kolera, seseorang perlu menelan banyak Vibrio.
Jumlah yang dibutuhkan menurun pada mereka yang menggunakan antasida (atau siapa
yang baru saja dimakan makan), ketika asam di lambung dinetralkan.
6. Penyakit dapat menyebar lebih lanjut jika orang yang terinfeksi mulai menggunakan sumber
air kotor untuk membersihkan diri mereka sendiri dan untuk buang dari limbah.
“ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak membahayakan pasien “, kata Florence
Nightingale. Ternyata, pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme yang bersifat patogen. Istilah bagi infeksi ini yaitu penyakit nosokomial yang
telah dikenal sekitar tahun 1960-an. Pada abad ke- 18, pencegahan tersebarnya penyakit dalam
masyarakat, si sakit akan dikucilkan di rumah sakit demam, rumah sakit cacar, sanatorium
tuberkulosis, atau “rumah hama”. Rumah sakit ini merupakan bangsal yang luas dan penuh
sesak, pasien saling berdesakan sehingga infeksi mudah menjalar dari satu pasien ke pasien yang
lain. Pelopor perbaikan rumah sakit, Sir James Y. Simpson mengatakan bahwa di dalam
mengobati si sakit, maka akan berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat
tercapai bila mereka saling dipisahkan. Hal ini disebabkan adanya infeksi nosokomial.
Nosokomial berasal dari kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah
infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas aeruginosa.
2.7.1 KLASIFIKASI
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
B. Biakan: P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak
jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau
menyerupai anggur. Beberapa strain menhemolisis darah.
P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan.
Bakteri ini sering menghasikan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak
berflouresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak
menghasilkan piosianin. Banyak strain P. aeruginosa juga menghasilkan pigmen
piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam.
Pili (fimbriane) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epiltel
inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita
penyakit fibrosis kistik. Lipopolisakarida,yang terdapat daam berbagai imunotipe,bertanggung
jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme itu.
2.7.4 Patogenesis
P. aeruginosa hanya bersifat pathogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena kerusakan jaringan langsung;
pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau kateter air kemih atau bila terdapat
netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa
atau kulit, menginvasi secara lokal,dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh
pili, enzim,dan toksin yang diuraikan di atas. Lipopolisakarida berperan langsung dalam
menyebabkan demam,syok,oliguria,leukositosis dan leukopenia,disseminated intravascular
coagulation dan respiratory distress syndrome pada orang dewasa.
P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau
kebiruan; meningitis,bila masuk bersama punksi lumbal; dan infeksi saluran kemih, bila masuk
bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran nafas,
terutama dari respiratoryang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrisis.
Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang.Bakteri ini dapat
menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada penderita diabetes. Infeksi mata,yang dapat
dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan.
Pada bayi atau orang yang lemah,
P. aeruginosa dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal; ini
biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau
terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat.Pada sebagian besar infeksi P.
aeruginosa,gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik dan berkaitan dengan organ yang
terlibat.Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang
berflourense dapat dideteksi pada luka, luka bakar,atau urine dengan penyinaran fluorense
ultraungu. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat P. aeruginosa; lesi
yang disebut ektima ganggrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. P.
aeruginosa dapat dilihat pada bahan pewarnaan Gram dan lesi ektima, dan biakan positif.Ektima
gangrenosum tidak lazim pada bakteremia akibat organisme selain P. aeruginosa.
Gambar 3: Infeaksi Pseudomonas aeruginosa pada mata dan kaki
B. Sediaan Apus:Batang gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus.Tidak ada ciri-ciri
morfologik khusus yang membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang gram-negatif
yang lain.
C. Biakan: bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang biasa
digunakan untuk menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan
mudah pada kebanyakan perbenihan ini, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat dibanding batang
enterik lain. P. aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah dibedakan dengan bakteri
peragi laktosa. Biakan merupakan tes khusus untuk diagnosis infeksi P. aeruginosa.
2.7.7 Pengobatan
Infeksi P. aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan terapi obat
– tunggal , karena keberhasilan terapi semacam itu rendah dan bakteri dapat dengan cepat
menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap P. aeruginosa—tikarsilin, mezlosilin, dan
piperasilin—digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya gentamisin,
tobramisin, atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam ;
imipenem ; kuinolon baru , termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru , seftazidim dan
sefoperakson aktif melawan
P. aeruginosa ; seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi P. aeruginosa. Pola
kepekaan P. aeruginosa bervariasi secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai
pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba.
P. pseudomallei adalah basil gram – negatif yang kecil , dapat bergerak , dan aerobic.
Bakteri ini tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standard , membentuk koloni
yang bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut ( memerlukan waktu 72 jam
) dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri tumbuh pada suhu 42 0 C dan
mengoksidasi glukosa , laktosa , dan berbagai karbohidrat lain. P. pseudomallei menyebabkan
melioidosis , suatu penyakit seperti kelenjar yang endemik pada hewan dan manusia , terutama
di Asia Tenggara dan Australia bagian Utara. Organisme ini adalah saprofit alami yang dapat
dibiak dari tanah , air segar , beras , dan sayur – sayuran. Infeksi pada manusia mungkin berasal
dari sumber – sumber tersebut melalui kontaminasi luka di kulit dan mungkin melalui makanan
atau pernapasan.
Infeksi P. pseudomallei epizootik terjadi pada sapi , domba , babi , kuda , dan hewan lain ,
walaupun hewan –hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme.
Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut , subakut , atau kronik. Masa
inkubasi dapat singkat 2 – 3 hari , tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan – bulan hingga
bertahun – tahun . Infeksi supuratif setempat dapat terjadi pada tempat inokulasi dimana terjadi
perlukaan kulit. Infeksi lokal dapat menimbulkan infeksi bentuk septikemik akut dengan
melibatkan banyak organ. Tanda – tanda dan gejalanya bergantung pada tempat utama yang
terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering adalah infeksi paru , yang dapat menjadi
pneumonitis primer ( P. pseudomallei ditularkan melalui saluran napas bagian atas atau
nasofaring ) atau berlanjut menjadi infeksi supuratif setempat dan bakteremia. Pasien dapat
mengalami demam dan leukositosis , dengan pemadatan lobus atas , Selanjutnya , pasien menjadi
tidak demam lagi , sementara itu timbul kavitas pada lobus atas , menghasilkan gambaran yang
mirip dengan tuberkulosis pada film sinar-x. Beberapa pasien mengalami infeksi supuratif kronik
dengan abses pada kulit , otak , paru , miokardium , hati , tulang ,dan tempat – tempat lain.
Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami penyakit yang
berkembang lambat. Infeksi laten kadang – kadang teraktivasi kembali sebagai akibat penekanan
fungsi imun.
Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari daerah
endemik dengan penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang tidak dapat
diterangkan. Pewarnaan Gram pada bahan yang sesuai akan memperlihatkan basil gram – negatif
yang kecil; pewarnaan bipolar ( gambaran titik aman ) terlihat dengan pewarnaan biru metilen
atau pewarnaan Wright. Biakan yang positif bersifat diagnostik. Tes serologik yang positif
membantu secara diagnostik dan merupakan bukti dari infeksi pada masa lalu.
Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin
diperlukan drainase pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik merupakan
panduan penting untuk pengobatan. P. pseudomallei biasanya peka terhadap berbagai antibiotik,
antara lain tetrasiklin , sulfonamide , trimetoprim – sulfametoksazol , kloramfenikol , amoksisilin
atau tikarsilin dengan asam klavulanat , piperasilin ,imipenem , dan sefalosporin generasi ketiga.
Pasien dengan infeksi yang berat sebaiknya diobati secara parenteral ( misalnya , trimetoprim –
sulfametoksazol , atau kloramfenikol , seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan
antimikroba paling sedikit 8 minggu ; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus
dipertimbangkan bagi pasien dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan
melioidosis , dan pilihan yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotic untuk mencegah
kekambuhan belum dapat ditetapkan. Tidak terdapat vaksin atau cara – cara pencegahan yang
spesifik.
P. mallei adalah batang gram – negative, aerob, kecil, tak berpigmen dan tak bergerak,
yang tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi. Bakteri ini
menyebabkan glander, penyakit kuda yang dapat menular pada manusia. Pada kuda, penyakit ini
terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru – paru, lesi ulseratif subkutan, dan penebalan
saluran getah bening dengan nodul ; juga terjadi sistemik. Infeksi manusia, yang dapat berakibat
fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada kulit atau selaput mukosa diikuti dengan limfangitis
dan sepsis. Penghirupan bakteri ini dapat mengakibatkan pneumonia primer.
Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinasi dan biakan bakteri dari lesi local
pada manusia atau kuda.Penderita manusia dapat diobati secara efektif dengan tertrasiklin
ditambah suatu aminoglikosida.
Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi, dan
sekarang hal ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan satu –
satunya sumber penyakit ini.
BAB III
KESIMPULAN
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas
Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae
Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang
yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan
oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.
Pada biakkan, dapat dilihat bahwa Vibrio membentuk koloni yang cembung (convex),
bulat, smooth, opak, dan tampak bergranula bila diamati dibawah sinar cahaya.
Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri
patogen Vibrio sp, yaitu :Vibrio Anguillarum, Vibrio alginolyticus,Vibrio cholera,
Vibrio salmonicida, Vibrio vulnificus, Vibrio parahaemolyticus
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara
eksperimen dapat juga menginfeksi hewan
Untuk mengidentifikasi adanya Vibrio sp dapat dilakukan dengan tes kultur yang
sebelumnya dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui media apa yang cocok untuk
digunakan
Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob
beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air
Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan
Klasifikasi pseudomonas ini didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan
lazim yaitu
1. Grup fluoresen diantaranya Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens, p. putida dan
grup nonfluoresen diantaranya Pseudomonas stutzeri, P. mendocina, P. alcaligenes, p.
pseudoalcaligenes.
2. Pseudomonas pseudomallei, P. mallei, P. capecia, P. picketti
3. dan 4 Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia
5. Xanthomonas maltophilia
Diantara spesies diatas yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa .Dalam
jumlah kecil P aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit
manusia dan merupakan pathogen utama dari kelompoknya.
P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal
pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit
manusia.
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit nosokomial. Nosokomial berasal dari kata
Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh
selama dalam perawatan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
http://analiskesehatanmakassar.blogspot.com/2010/06/vibrio.html
http://susanblogs18.blogspot.com/2012/10/praktikum-makalah-bakteri-vibrio-sp-bab.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Vibrio
http://susanblogs18.blogspot.com/2012/10/praktikum-makalah-bakteri-vibrio-sp-bab.html
http://tsumasaga.wordpress.com/2012/10/30/definisi-penyakit-kolera/
Anonim, Pseudomonas, http://en.wikipedia.org/wiki
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2004