Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berisi tentang bakteri “ Vibrio sp dan Pseudomonas sp”.
Makalah ini berisikan tentang informasi macam-macam bakteri Pseudomonas sp dan
Vibrio sp. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
klasifikasi, nama penyakit dan cara infeksi bakteri Pseudomonas sp dan Vibrio sp.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
meridhoi segala usaha kita. aamiin.

Jakarta,       Juni 2015

 Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KLASIFIKASI Vibrio Sp
2.2 MORFOLOGI
2.3 SIFAT BIOKIMIA ATAU FISIOLOGIS
2.4 SIFAT PATOGENITAS
2.5 TES KULTUR DAN IDENTIFIKASI
2.5.1 Pewarnaan Gram
2.5.2 Tes Kultur
2.6 PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA
2.7 PSEUDOMONAS AERUGINOSA
2.7.1 KLASIFIKASI
2.7.2 Morfologi & Identifikasi
2.7.3 Struktur Antigen dan Toksik
2.7.4 Patogenesis
2.7.5 Gambaran Klinik
2.7.6 Tes Diagnostik Laboratorium
2.7.7 Pengobatan
2.7.8 Epidemiologi dan pengendalian
2.8 PSEUDOMONAS PSEUDOMALLEI
2.9 PSEUDOMONAS MALLEI
2.10 PSEUDOMONAS LAIN
2.11 XANTHOMONAS MALTOPHILIA
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri
ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang
tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut
seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. SpesiesVibrio umumnya menyerang larva udang dan
penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara
sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan
bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada
dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi
patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan
buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan
lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi
perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh
terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang
dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung
bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga
menyebabkan penyakit pada manusia.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KLASIFIKASI Vibrio Sp
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Divisi : Eubacteri
Class : Gamma proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibro anguillarum Vibrio vulnificus
Vibrio salmonicida Vibrio hollisae
Vibrio alginolyticus Vibrio damsel
Vibrio cholera Vibrio fluvialis
Vibrio parahaemolyticus Vibrio mimicus

2.2 MORFOLOGI
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi.
Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan
atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5
atau kondisi alkali dengan pH 9,0.
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas
Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif,
fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang
antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung
sel.

2.3 SIFAT BIOKIMIA ATAU FISIOLOGIS


Pada biakkan, dapat dilihat bahwa Vibrio membentuk koloni yang cembung (convex), bulat,
smooth, opak, dan tampat bergranula bila diamati dibawah sinar cahaya.
Bersifat halofilik dan dapat tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰ tetapi
tidak tahan asam sehingga bakteri Vibrio dapat tumbuh pada pH 4 – 9 dan tumbuh optimal
pada pH 6,5 – 8,5 atau kondisialkali dengan pH 9,0 . Vibrio juga bersifat aerob atau anaerob
facultative yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Sifat biokimiaVibrio adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa, dan manitol menjadi asam
tanpa menghasilkan gas, sedangkan laktosa dapat diragikan tetapi lambat.Vibrio juga dapat
meragikan nitrat menjadi nitrit. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan nitrat)
akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah sehingga tes
indol dinyatakan positif.
Hasil uji biokimia dari bakteri Vibrio antara lain adalah hasil positif pada
uji oksidase dan katalase. Pada uji indol Vibrio menunjukan hasil positif dan bersifat motil.
Selain itu, pada uji fermentasi sukrosadan manitol bakteri Vibrio juga memberi hasil positif yaitu
dapat melakukan fermentasi sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif
yaitu tidak dapat memfermentasikan laktosa.
Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), hasil yang muncul
adalah bagian atas (slant) menunjukan warna merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah
(butt) berwarna kuning yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin
dekarboksilasi terhadap Vibrio juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji NaCl 0%
memberi hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6% dengan hasil bervariasi, dan NaCl
8 % dengan hasil negatif (kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis
Vibrio akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin dekarboksilase Vibrio akan
memberi hasil positif.
Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri
patogen Vibrio sp, yaitu :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa,
galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.

b. Vibrio alginolyticus
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan
manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
c. Vibrio cholera
Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa,
fruktosa, bersifat negatif.
Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera asiatica. Masa inkubasi dari 5 jam sampai
beberapa hari.

d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan
methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.

e. Vibrio vulnificus
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa,
fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.
Vibrio vulnificus dapat menyebabkan infeksi luka parah, bekteremia, dan mungkin
gastroenteritis. Bakteremia dengan infeksi yang tidak focus terjadi pada orang yang memakan
tiram yang terinfeksi dan orang yang gemar minum alcohol atau berpenyakit hati.
Luka bisa menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang
berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali terjadi dengan cepat,
dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50% pasien dengan bakteremia meninggal.

f. Vibrio parahaemolyticus
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna
hijau tua. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan
H2S bersifat negatif.
Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif, yang menyebabkan
gastroenteritis akut sebagai akibat makan makanan seafood yang terkontaminasi seperti ikan
mentah atau kerang. Setelah periode inkubasi selama 12 – 24 jam, terjadi mual dan muntah, kram
perut, demam dan diare air dan darah. Lekosit pada feces sering terlihat. Enteritis cenderung
sembuh sendiri dalam 1 – 4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan
elektrolit. Enterotoksin yang di isolasi dari organisme. Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl
optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99.

2.4 SIFAT PATOGENITAS


Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara
eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio khususnya
Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan
mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada
malam hari terlihat menyala. Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis.
Serta bagian mulut yang kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut.
Vibrio tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi
menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini
antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas,
musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang
hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak
cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju
aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan
elektrolit dalam jumlah besar.
Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian
melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini
menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat dibuktikan
dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit.
Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang
dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman.
Vibrio jenis lain juga dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel
darah merah. Struktur antigen Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H
tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak
terjadi overlapping dengan bakteri lain. Gartnor dan Venkatraman membagi antigen-O Vibrio
menjadi grup O1-O6. Yang patogen bagi manusia adalah grup O1 dari Vibrio coma. Antibodi
terhadap antigen-O bersifat protektif sehingga Ogawa, Inaba, dan Hikojima membagi tiga serotip
yang mewakili tiga faktor gen yaitu A, B, dan C. Serotip Hikojima atau serotip ketga merupakan
campuran antara Ogawa dan Inaba
Pada Vibrio parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber
penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta
hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit,
dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier.
Penyebarannya juga bisa melalui air yang tercemar, bakteri ini termasuk jenis opportunistic
pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian
berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya
memungkinkan. Bakteri Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di
luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan
sebagainya.
Dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan DNA
toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghuni perairan tersebut.Jika semua
ikan dan hewan laut mati atau terkena vibriosis, maka akan menyebabkan penyakit bagi manusia
yang memakannya dengan gejala awal seperti mual, muntah, diare, dan kejang perut sehingga
bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektorlit secara
berlebihan, dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan anuri. Penyakit ini biasanya hanya dianggap sebagai
diare biasa dan masyarakat hanya menganggap remeh serta tidak ditindaklanjuti atau tidak segera
diobati sehingga dapat didapatkan angka kematian tanpa pengobatan sebanyak 25-50%. Di
Jepang, 5% diare disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus.

2.5 TES KULTUR DAN IDENTIFIKASI


Pemeriksaan di Laboratorium perlu dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi
penyebab atau sumber utama dari penyakit yang diderita seorang pasien. Adapun cara
pemeriksaannya adalah dengan tes kultur dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik dan
dengan cara mengidentifikasi spesies apa yang menyerang pasien agar dapat diberikan
antibiotik yang tepat untuk menyembuhkannya.
Sebelum dilakukan tes kultur atau perbenihan, kita harus mengetahui dulu media apa
yang cocok untuk bakteri ini. Untuk itu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan
pembuatan preparat bakteri dengan pewarnaan Gram.
2.5.1 Pewarnaan Gram
Metode : Christian Gram
Prinsip : Membedakan bakteri Gram positif dengan Gram negatif yaitu apabila bakteri
berwarna ungu, maka Gram Positif, sedangkan bila bakteri berwarna merah maka Gram
negatif.
Alat dan Bahan : a. Objeck glass
b. Kapas alcohol
c. Bunsen
d. Ose
Bahan pewarnaan Gram
Spesimen : faeces atau muntahan
Cara kerja :
a. Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan
b. Cuci tangan sebelum bekerja.
c. APD dikenakan.
d. Objeck glass dibersihkan dengan kapas alcohol.
e. Spesimen dibuat sediaan diatas objeck glass dengan menggunakan ose dan dikerjakan
didekat nyala Bunsen lalu dikeringkan
f. Setelah kering, difiksasi 3 – 4 kali.
g. Digenangi dengan larutan Gentian violet selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air
mengalir.
h. Digenangi dengan lugol selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir.
i. Digenangi dengan alcohol 96% selama 10 – 20 detik, kemudian dibilas dengan air
mengalir.
j. Digenangi dengan larutan Safranin selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air
mengalir.
k. Preparat dibiarkan kering udara.
l. Diperiksa dibawah lensa objektif 100x atau dengan perbesaran 1000x dengan
ditambahkan immersion oil.
Hasil : Bakteri Gram negatif dengan morfologi batang bengkok.
2.5.2 Tes Kultur
Dari hasil yang didapat, sumber penyakit dari pasien adalah bakteri Gram negatif batang
bengkok. Untuk pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan uji coba dengan tes kultur yaitu
penanaman bakteri pada suatu media agar dapat dibedakan jenis bakteri yang satu dengan
yang lainnya berdasakan hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut.
Jika media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan bakteri, maka bakteri dapat
melakukan pertumbuhan dengan baik. Karena sudah diketahui bahwa sifat dari bakteri yang
diperiksa adalah Gram negatif dengan morfologinya batang bengkok, maka dapat disimpulkan
bahwa bakteri tersebut adalah Vibrio. Untuk mempertegas hasil, media yang digunakan adalah
TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose) karena mengandung garam yang tinggi dan
brilliant yang selektif untuk bakteri Vibrio serta mengandung sukrosa sehingga membedakan
V. cholerae dan V. parahaemolythicus. Media BA (Blood Agar) juga dipergunakan untuk
bakteri V. parahaemolythicus yang bersifat hemolitik atau membutuhkan darah untuk
pertumbuhannya.

Adapun cara atau teknik untuk mengkultur yaitu :


Alat dan Bahan : a. Ose
b. Bunsen
c. Inkubator
d. Media TCBS dan BA
Spesimen : faeces atau muntahan
Cara Kerja :
1. Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan
2. Cuci tangan sebelum bekerja.
3. APD dikenakan.
4. Ose dipijarkan diatas nyala bunsen hingga membara.
5. Tutup dibuka kemudian leher media dipanaskan.
6. Spesimen diambil sebanyak satu sampai dua mata ose dengan ose yang dingin kemudian
dipindahkan ke media dan dilakukan penyetrikkan.
7. Semua pekerjaan dilakukan didekat api atau nyala Bunsen.
8. Ose dipijarkan kembali sebelum diletakkan.
9. Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Hasil :

a. Media TCBS b. Media BA

V. cholerae V. parahaemolythicus  V. parahaemolythicus

CARA INFEKSI
1. Seseorang bisa mendapatkan kolera dengan minum air atau makan makanan tercemar dengan
Vibrio sp. Sumber kontaminasi vibrio, selama epidemi, biasanya tinja orang yang terinfeksi.
Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di daerah dengan pengobatan yang tidak memadai
limbah dan air minum.
2. Vibrio sp juga dapat hidup dalam lingkungan payau (air asin) sungai dan perairan pesisir.
Ketika dimakan mentah, kerang telah menjadi sumber bakteri Vibrio cholerae, dan beberapa
orang di Amerika Serikat terjangkit kolera setelah makan kerang mentah atau kurang matang
dari Teluk Meksiko.
3. Karena Vibrio sp tidak mungkin menyebar langsung dari satu orang ke orang lain, kontak
biasa dengan penderita tidak risiko untuk menjadi sakit.
4. Setelah Vibrio sp yang tertelan, bakteri perjalanan ke usus kecil di mana mereka mulai
berkembang biak. Penyebab utama diare berair, gejala kolera karakteristik, adalah ketika
Vibrio sp mulai memproduksi racun mereka.
5. Dalam rangka mengembangkan gejala kolera, seseorang perlu menelan banyak Vibrio.
Jumlah yang dibutuhkan menurun pada mereka yang menggunakan antasida (atau siapa
yang baru saja dimakan makan), ketika asam di lambung dinetralkan.
6. Penyakit dapat menyebar lebih lanjut jika orang yang terinfeksi mulai menggunakan sumber
air kotor untuk membersihkan diri mereka sendiri dan untuk buang dari limbah.

2.6 PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA


1. Direbus atau hanya minum air murni
2. Hindari makan makanan mentah
3. Hindari makan makanan mentah dan kerang
4. Hindari salad
5. Sanitasi dan sistem pemurnian air yang akan dimonitor
6. Sayuran dan buah-buahan harus dicuci dengan larutan kalium permanganat

2.7 PSEUDOMONAS AERUGINOSA

“ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak membahayakan pasien “, kata Florence
Nightingale. Ternyata, pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme yang bersifat patogen. Istilah bagi infeksi ini yaitu penyakit nosokomial yang
telah dikenal sekitar tahun 1960-an. Pada abad ke- 18, pencegahan tersebarnya penyakit dalam
masyarakat, si sakit akan dikucilkan di rumah sakit demam, rumah sakit cacar, sanatorium
tuberkulosis, atau “rumah hama”. Rumah sakit ini merupakan bangsal yang luas dan penuh
sesak, pasien saling berdesakan sehingga infeksi mudah menjalar dari satu pasien ke pasien yang
lain. Pelopor perbaikan rumah sakit, Sir James Y. Simpson mengatakan bahwa di dalam
mengobati si sakit, maka akan berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat
tercapai bila mereka saling dipisahkan. Hal ini disebabkan adanya infeksi nosokomial.
Nosokomial berasal dari kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah
infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas aeruginosa.

P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada


mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada
manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia.
Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita
kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. P.
aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas, yang ditentukan oleh Migula pada tahun 1984.
Yang termasuk dalam genus tersebut adalah bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar da
berflagel. Pada tahun 2000 spesies Pseudomonas spesies dideterminasikan meliputi
Pseudomonas aeruginosa strain PA01.

2.7.1 KLASIFIKASI

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

2.7.2 Morfologi & Identifikasi


A. Ciri Khas Organisme: P. aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran
sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram-negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal,
berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek.

Gambar 2: Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan gram

B. Biakan: P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak
jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau
menyerupai anggur. Beberapa strain menhemolisis darah.
P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan.
Bakteri ini sering menghasikan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak
berflouresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak
menghasilkan piosianin. Banyak strain P. aeruginosa juga menghasilkan pigmen
piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam.

P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni, sehingga


memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri.
P. aeruginosa yang jenis koloninya berbeda dapat mempunyai aktivitas biokimia dan
enzimatik yang berbeda dan pola kepekaan antimikroba yang berbeda pula. Biakan
dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan P. aeruginosa sebagai hasil
produksi berlebihan dari alginat, suatu aksopolisakarida.
Gambar 2: Salah satu koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar

C. Ciri-ciri Pertumbuhan: P. aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42°C;


pertumbuhannya pada suhu 42°C membantu membedakan spesies ini dari spesies
Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragikan karbohidrat.
Tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan
morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas dan pertumbuhan
pada suhu 42°C. Untuk membedakan P. aeruginosa dari pseudomonas yang lain
berdasarkan aktivitas biokimiawi, dibutuhkan pengujian dengan berbagai subsrat.

2.7.3 Struktur Antigen dan Toksik

Pili (fimbriane) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epiltel
inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita
penyakit fibrosis kistik. Lipopolisakarida,yang terdapat daam berbagai imunotipe,bertanggung
jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme itu.

P. aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya


terhadap piosin (bakteriosin). Kebanyakan solat P aeruginosa dari infeksi klinis menghasilkan
ensim ekstrasel,termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin: suatu fosfolipase C yang tidak
tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas.

Banyak strain P. aeruginosa menghasilkan eksotoksin A,yang menyebabkan nekrosis


jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikkan dalam bentuk murni.Toksin ini
menghambat sintesis protein dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria,
meskipun struktur kedua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan
dalam serum beberapa manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi P.
aeruginosa yang berat.

2.7.4 Patogenesis

P. aeruginosa hanya bersifat pathogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena kerusakan jaringan langsung;
pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau kateter air kemih atau bila terdapat
netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa
atau kulit, menginvasi secara lokal,dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh
pili, enzim,dan toksin yang diuraikan di atas. Lipopolisakarida berperan langsung dalam
menyebabkan demam,syok,oliguria,leukositosis dan leukopenia,disseminated intravascular
coagulation dan respiratory distress syndrome pada orang dewasa.

P. aeruginosa (dan spesies lain,misalnya Pseudomonas cepacia,Psedomonas putida)


resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga akan berkembangbiak bila bakteri flora
normal yang peka ditekan

2.7.5 Gambaran Klinik

P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau
kebiruan; meningitis,bila masuk bersama punksi lumbal; dan infeksi saluran kemih, bila masuk
bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran nafas,
terutama dari respiratoryang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrisis.
Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang.Bakteri ini dapat
menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada penderita diabetes. Infeksi mata,yang dapat
dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan.
Pada bayi atau orang yang lemah,
P. aeruginosa dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal; ini
biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau
terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat.Pada sebagian besar infeksi P.
aeruginosa,gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik dan berkaitan dengan organ yang
terlibat.Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang
berflourense dapat dideteksi pada luka, luka bakar,atau urine dengan penyinaran fluorense
ultraungu. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat P. aeruginosa; lesi
yang disebut ektima ganggrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. P.
aeruginosa dapat dilihat pada bahan pewarnaan Gram dan lesi ektima, dan biakan positif.Ektima
gangrenosum tidak lazim pada bakteremia akibat organisme selain P. aeruginosa.
Gambar 3: Infeaksi Pseudomonas aeruginosa pada mata dan kaki

2.7.6 Tes Diagnostik Laboratorium

A. Bahan:Bahan dari lesi kulit,nanah,urine,darah,cairan spinal,dahak,dan bahan lain harus


diambil seperti yang ditunjukkan oleh jenis infeksi.

B. Sediaan Apus:Batang gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus.Tidak ada ciri-ciri
morfologik khusus yang membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang gram-negatif
yang lain.

C. Biakan: bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang biasa
digunakan untuk menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan
mudah pada kebanyakan perbenihan ini, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat dibanding batang
enterik lain. P. aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah dibedakan dengan bakteri
peragi laktosa. Biakan merupakan tes khusus untuk diagnosis infeksi P. aeruginosa.

2.7.7 Pengobatan

Infeksi P. aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan terapi obat
– tunggal , karena keberhasilan terapi semacam itu rendah dan bakteri dapat dengan cepat
menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap P. aeruginosa—tikarsilin, mezlosilin, dan
piperasilin—digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya gentamisin,
tobramisin, atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam ;
imipenem ; kuinolon baru , termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru , seftazidim dan
sefoperakson aktif melawan

P. aeruginosa ; seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi P. aeruginosa. Pola
kepekaan P. aeruginosa bervariasi secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai
pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba.

2.7.8 Epidemiologi dan pengendalian

P. aeruginosa terutama merupakan patogen nosokomial , dan metode untuk


mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial yang lain. Karena
Pseudomonas dapat tumbuh subur dalam lingkungan yang basah , perhatian khusus harus
ditujukan pada bak cuci , bak air , pancuran , bak air panas , dan daerah basah yang lain. Untuk
tujuan epidemiologi , strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan tehadap piosin dan
imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita
dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap sepsis Pseudomonas.
Terapi semacam itu telah digunakan secara eksperimental pada penderita leukemia , luka bakar ,
fibrosis kistik , dan imunosupresi.

2.8 PSEUDOMONAS PSEUDOMALLEI

P. pseudomallei adalah basil gram – negatif yang kecil , dapat bergerak , dan aerobic.
Bakteri ini tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standard , membentuk koloni
yang bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut ( memerlukan waktu 72 jam
) dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri tumbuh pada suhu 42 0 C dan
mengoksidasi glukosa , laktosa , dan berbagai karbohidrat lain. P. pseudomallei menyebabkan
melioidosis , suatu penyakit seperti kelenjar yang endemik pada hewan dan manusia , terutama
di Asia Tenggara dan Australia bagian Utara. Organisme ini adalah saprofit alami yang dapat
dibiak dari tanah , air segar , beras , dan sayur – sayuran. Infeksi pada manusia mungkin berasal
dari sumber – sumber tersebut melalui kontaminasi luka di kulit dan mungkin melalui makanan
atau pernapasan.

Infeksi P. pseudomallei epizootik terjadi pada sapi , domba , babi , kuda , dan hewan lain ,
walaupun hewan –hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme.
Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut , subakut , atau kronik. Masa
inkubasi dapat singkat 2 – 3 hari , tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan – bulan hingga
bertahun – tahun . Infeksi supuratif setempat dapat terjadi pada tempat inokulasi dimana terjadi
perlukaan kulit. Infeksi lokal dapat menimbulkan infeksi bentuk septikemik akut dengan
melibatkan banyak organ. Tanda – tanda dan gejalanya bergantung pada tempat utama yang
terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering adalah infeksi paru , yang dapat menjadi
pneumonitis primer ( P. pseudomallei ditularkan melalui saluran napas bagian atas atau
nasofaring ) atau berlanjut menjadi infeksi supuratif setempat dan bakteremia. Pasien dapat
mengalami demam dan leukositosis , dengan pemadatan lobus atas , Selanjutnya , pasien menjadi
tidak demam lagi , sementara itu timbul kavitas pada lobus atas , menghasilkan gambaran yang
mirip dengan tuberkulosis pada film sinar-x. Beberapa pasien mengalami infeksi supuratif kronik
dengan abses pada kulit , otak , paru , miokardium , hati , tulang ,dan tempat – tempat lain.
Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami penyakit yang
berkembang lambat. Infeksi laten kadang – kadang teraktivasi kembali sebagai akibat penekanan
fungsi imun.

Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari daerah
endemik dengan penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang tidak dapat
diterangkan. Pewarnaan Gram pada bahan yang sesuai akan memperlihatkan basil gram – negatif
yang kecil; pewarnaan bipolar ( gambaran titik aman ) terlihat dengan pewarnaan biru metilen
atau pewarnaan Wright. Biakan yang positif bersifat diagnostik. Tes serologik yang positif
membantu secara diagnostik dan merupakan bukti dari infeksi pada masa lalu.

Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin
diperlukan drainase pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik merupakan
panduan penting untuk pengobatan. P. pseudomallei biasanya peka terhadap berbagai antibiotik,
antara lain tetrasiklin , sulfonamide , trimetoprim – sulfametoksazol , kloramfenikol , amoksisilin
atau tikarsilin dengan asam klavulanat , piperasilin ,imipenem , dan sefalosporin generasi ketiga.
Pasien dengan infeksi yang berat sebaiknya diobati secara parenteral ( misalnya , trimetoprim –
sulfametoksazol , atau kloramfenikol , seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan
antimikroba paling sedikit 8 minggu ; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus
dipertimbangkan bagi pasien dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan
melioidosis , dan pilihan yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotic untuk mencegah
kekambuhan belum dapat ditetapkan. Tidak terdapat vaksin atau cara – cara pencegahan yang
spesifik.

2.9 PSEUDOMONAS MALLEI

P. mallei adalah batang gram – negative, aerob, kecil, tak berpigmen dan tak bergerak,
yang tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi. Bakteri ini
menyebabkan glander, penyakit kuda yang dapat menular pada manusia. Pada kuda, penyakit ini
terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru – paru, lesi ulseratif subkutan, dan penebalan
saluran getah bening dengan nodul ; juga terjadi sistemik. Infeksi manusia, yang dapat berakibat
fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada kulit atau selaput mukosa diikuti dengan limfangitis
dan sepsis. Penghirupan bakteri ini dapat mengakibatkan pneumonia primer.
Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinasi dan biakan bakteri dari lesi local
pada manusia atau kuda.Penderita manusia dapat diobati secara efektif dengan tertrasiklin
ditambah suatu aminoglikosida.
Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi, dan
sekarang hal ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan satu –
satunya sumber penyakit ini.

2.10 PSEUDOMONAS LAIN


Beberapa dari berbagai spesies Pseudomonas dicantumkan pada table 1; kadang – kadang
pseudomonas ini merupakan pathogen oportunistik. Pseudomonas cepacia kadang – kadang
dibiakkan dari pasien dengn fibrosis kistik.
Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas ini dibuat dengan membiakkan bakteri
dan mengidentifikasinya dengan reaksi pembeda pada serangkaian substat biokimia. Diantara
pseudomonas – pseudomonas ini banyak yang mempunyai pola kepekaan antimikroba yang
berbeda dari pola kepekaan P. aeruginosa.

2.11 XANTHOMONAS MALTOPHILIA


Xanthomonas maltophilia adalah nama yang telah diterima secara luas bagi organism
yang sebelumnya disebut Pseudomonas maltophilia. X. maltophilia adalah batang gram –
negative yang hidup bebas yang tersebar di lingkungan. Pada agar darah, koloni berwarna hijau –
lembayung muda atau abu –abu. Organisme ini bersifat oksidase – negative dan lisan
dekarboksilase positif. X. maltophilia umumnya tidak membentuk pigmen dan enzim seperti
yang dihasilkan oleh P. aeruginosa dan yang berkaitan dengan virulensi P. aeruginosa. X.
maltophilia adalah penyebab penting dari infeksi yang didapat di rumah sakit pada penderita
yang system imunnya terganggu. Bakteri ini telah diisolasi dari berbagai tempat anatomi, seperti
sekresi saluran pernafasan,air kemih , cedera kulit, dan darah. Isolat sering merupakan bagian
dari flora campuran yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Bila biakan darah member hasil
positif, hal ini biasanya berhubungan dengan penggunaan kateter plastik intravena. X.
maltophilia biasanya peka terhadap trimetoprim – sulfametokasazol dan tahan terhadap
antimikroba yang biasa digunakan sepertisefalosporin, penisilin antipseudomonas,
aminoglikosida, imipenem, dan kuinolon. Penggunaan obat – obatan secara luas terhadap X.
maltophilia memainkan peranan penting dalam menimbulkan resistensi sehinggaa meningkat
frekuensi penyakit.

BAB III

KESIMPULAN

 Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas
Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae
 Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang
yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan
oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.
 Pada biakkan, dapat dilihat bahwa Vibrio membentuk koloni yang cembung (convex),
bulat, smooth, opak, dan tampak bergranula bila diamati dibawah sinar cahaya.
 Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri
patogen Vibrio sp, yaitu :Vibrio Anguillarum, Vibrio alginolyticus,Vibrio cholera,
Vibrio salmonicida, Vibrio vulnificus, Vibrio parahaemolyticus
 Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara
eksperimen dapat juga menginfeksi hewan
 Untuk mengidentifikasi adanya Vibrio sp dapat dilakukan dengan tes kultur yang
sebelumnya dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui media apa yang cocok untuk
digunakan
 Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob
 beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air
 Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan
 Klasifikasi pseudomonas ini didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan
lazim yaitu
1. Grup fluoresen diantaranya Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens, p. putida dan
grup nonfluoresen diantaranya Pseudomonas stutzeri, P. mendocina, P. alcaligenes, p.
pseudoalcaligenes.
2. Pseudomonas pseudomallei, P. mallei, P. capecia, P. picketti
3. dan 4 Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia
5. Xanthomonas maltophilia
 Diantara spesies diatas yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa .Dalam
jumlah kecil P aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit
manusia dan merupakan pathogen utama dari kelompoknya.
 P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal
pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit
manusia.
 Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit nosokomial. Nosokomial berasal dari kata
Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh
selama dalam perawatan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

http://analiskesehatanmakassar.blogspot.com/2010/06/vibrio.html
http://susanblogs18.blogspot.com/2012/10/praktikum-makalah-bakteri-vibrio-sp-bab.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Vibrio
http://susanblogs18.blogspot.com/2012/10/praktikum-makalah-bakteri-vibrio-sp-bab.html
http://tsumasaga.wordpress.com/2012/10/30/definisi-penyakit-kolera/
Anonim, Pseudomonas, http://en.wikipedia.org/wiki
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2004

Anda mungkin juga menyukai