2. TERMODINAMIKA
KESETIMBANGAN HETEROGEN
Dosen Pengampu:
Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.
Disusun Oleh:
Anak Agung Istri Brahmani Prita Dewi
1913031022
Tujuan :
dP S 2−S1 ∆ Ś
S2dT sehingga = = , dengan ∆ Ś adalah perubahan entropi molar kedua fasa
dT V 2−V 1
∆V
dan ∆ V́ perubahan volume molar kedua fasa. Karena setiap perubahan fasa, ∆ Ś = ∆H/T
maka persamaannya menjadi:
dP ∆ H́
= . Persamaan tersebut disebut persamaan Clapeyron yang berlaku untuk
dT T ∆ V́
peralihan fasa yang mana perbedaan volume zat berfasa gas jauh lebih besar dibandingkan
fasa cair maupun padatnya. Berikut contoh penerapan dari persamaan Clapeyron.
1 mol cair = 18 gram atau 18 mL, sedangkan 1 mol gas H2O (pada STP) = 22,4 L.
Satu mol es lebih kecil dari 18 mL maka V uap >> Vair>> V padat dalam peralihan fasa
yang melibatkan fasa gas,yaitu penguapan dan sublimasi maka perbedaan volumenya
dapat disederhanakan seperti berikut.
a) Penguapan : ∆V ¿ Vuap – V cair ≈ V uap
b) Sublimasi : ∆V = Vuap – V cair ≈ V uap
dP ∆ H uap
Maka persamaan Clapeyron menjadi: =
dT T ∆ V uap
Jika titik didih campuran azeotrop kurang dari titik didih salah satu larutan
konstituennya. Sebuah contoh azeotrop positif adalah 95,63 % etanol dan 4,37 %
air (berat). Etanol mendidih pada suhu 78,4 °C , air mendidih pada suhu 100 °C ,
tetapi azeotrop mendidih pada 78,2 °C , yang merupakan lebih rendah daripada
salah satu dari konstituennya. Suhu 78,2 °C adalah suhu minimum dimana setiap
larutan etanol / air dapat mendidih pada tekanan atmosfer. Secara umum, sebuah
azeotrop positif mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada rasio lain dari
konstituennya. Azeotrop positif juga disebut campuran didih minimum atau
azeotrop tekanan maksimum.
Gambar 1. Azeotrop positif
b. Azeotrop negatif
Jika titik didih campuran azeotrop lebih dari titik didih konstituennya atau salah
satu konstituennya. Contoh dari azeotrop negatif adalah HCl pada konsentrasi
20,2% dan 79,8 % air (berat). HCl mendidih pada suhu -84 °C dan air pada suhu
100 °C , tetapi azeotrop mendidih pada suhu 110 °C, yang lebih tinggi daripada
salah satu dari konstituennya . Suhu maksimum di mana setiap larutan HCl dapat
mendidih adalah 110 °C. Secara umum, sebuah azeotrop negatif mendidih pada
suhu yang lebih tinggi daripada rasio lain dari konstituennya. Azeotrop negatif juga
disebut campuran didih maksimum atau tekanan azeotrop minimum.
2. Pemisahan Kimiawi
Metode pemisahan kimiawi yang paling konvensional adalah penambahan
kalsium oksida (CaO) pada campuran azeotrop alkohol-air. Saat ini, metode ini
masih digunakan pada skala laboratorium. Bahan kimia CaO akan bereaksi kuat
dengan air membentuk senyawa non-volatil, kalsium hidroksida (Ca(OH) 2). Karena
Ca(OH)2 tidak mudah larut dalam alkohol, maka dapat dengan mudah dipisahkan
dari alkohol, baik dengan distilasi langsung atau dengan dekantasi diikuti dengan
filtrasi.
3. Distilasi vakum
Konsentrasi azeotrop alkohol dipengaruhi oleh tekanan yang digunakan.
Semakin rendah tekanan, maka konsentrasi alkohol dalam campuran alkohol-air
semakin tinggi. Contoh kasus untuk etanol, pada tekanan 11,5 kPa etanol dan air
tidak membentuk campuran azeotrop, sehingga secara teori komponen etanol dan air
dapat dipisahkan dengan distilasi sederhana. Pada teknik ini, distilasi dilakukan
dengan menggunakan dua kolom yang bekerja pada teakanan yang berbeda. Kolom
distilasi pertama bekerja pada tekanan di bawah atmosferik (vakum) dan akan
menghasilkan campuran etanol-air dengan kadar lebih dari 95,5%. Penentuan
tekanan dan dan temperatur operasi dilakukan berdasarkan kurva hubungan tekanan
dan temperatur untuk mendapatkan suatu komponen murni dari azeotrop. Kemudian,
produk hasil atas
didistilasi lagi pada tekanan atmosferis, sehingga menyisakan etanol murni pada
bagian bawah kolom. Namun, metode ini tidak direkomendasikan karena
konversinya yang kecil sehingga kurang ekonomis.
Pada suatu sistem dengan tekanan konstan, naka aturan fasa pada kondisi ini
adalah F = C + 1 – P. Maka titik eutektik merupakan titik invariant. Jika
komposisi dari liquid atau suhu diubah, maka jumlah fase yang terlibat akan
berkurang menjadi 2. Jika sistem hanya terdiri dari murni zat A, maka sistem
tersebut merupakan sistem satu komponen dan fasa A akan meleleh hanya pada
satu titik suhu, yaitu suhu leleh murni zat A, T mA. Begitu pula jika sistem hanya
terdiri dari murni zat B, maka sistem tersebut merupakan sistem satu komponen
dan fase B akan meleleh hanya pada satu titik suhu, yaitu suhu leleh murni zat B,
TmB.
Untuk semua komposisi antara murni A dan murni B, suhu leleh akan berkurang
secara drastis, dan pelelehan akan dimulai pada suhu eutektik TE. Pelelehan juga
terjadi pada rentang suhu antara solidus dan liquidus untuk semua komposisi
antara A dan B. Hal ini bisa diaplikasikan untuk semua komposisi kecuali pada
titik eutektik. Komposisi eutektik hanya akan meleleh pada suhu eutektik.
DAFTAR PUSTAKA