PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan tuhan yang maha esa dari agama
Hindu yang menciptakan manusia, tumbuhan, dan hewan. Segala ciptaan beliau
memiliki peran yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan di bumi ini
dan menjalankan kehidupannya masing-masing agar bumi ini memiliki kesan
yang berwarna dan memiliki banyak variasi makhluk hidup yang mendiami bumi
ini. Walaupun terdapat perbedaan antara manusia, hewan, tumbuhan tetapi tuhan
adil dalam segi pembagian kemampuan, kesempurnaan, fungsi, dan lain
sebagainya. Ida Sang Hyang Widhi telah merencanakan segala kehidupan yang
akan datang secara sempurna serta bisa saja berada diluar nalar pikiran manusia
maka dari itu rencana tuhan tidak ada yang mengetahui termasuk segala hasil
ciptaannya yang berupa keindahan alam, sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan lain sebagainya.
Ida Sang Hyang Widhi menciptakan atau melahirkan manusia melalui
perantara seoarang ibu, tuhan memberikan kemampuan serta kebijakan kepada
semua ibu di dunia ini yang telah diciptakan oleh beliau untuk mengandung dan
melahirkan seoarang anak yang suputra. Kehadiran seorang anak merupakan
peristiwa yang dapat membuat pasangan suami istri menjadi bahagia dan arti
pernikahan mereka menjadi indah karena dikaruniai seorang anak. Menurut
kepercayaan agama Hindu, segala proses terciptanya makhluk hidup terutama
manusia pasti melakukan upacara yadnya
Berdasarkan ajaran agama Hindu, para umat Hindu khususnya di Bali
melakoni lima jenis upacara yadnya, yaitu Dewa Yadnya, Pitra Yadnya,Rsi
Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Tujuan adanya yadnya adalah untuk
memberikan persembahan suci yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widhi
serta ciptaan-Nya. Umat Hindu percaya adanya persembahan atau pengorbanan
suci yang dilakukan sesama manusia dalam jangka waktu tertentu, hal tersebut
dapat menimbulkan rasa keserasian, kedamaian, dan kasih sayang sesama
manusia. Salah satu persembahan yang dimaksud adalah manusa yadnya, yadnya
ini merupakan suatu persembahan yang harus dilakukan sejak manusia sebelum
dilahirkan agar kelak menjadi manusia yang dapat menjalankan ajaran agama
Hindu secara baik dan menjadi manusia yang berbakti kepada catur guru.
Maka dari itu, berdasarkan permasalahan di atas penulis berinisiatif untuk
menulis atau membuat makalah dengan judul “ Pentingnya Upacara Manusa
Yadnya sejak Sebelum Dilahirkan”.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari manusa yadnya ?
2. Bagaimana urutan atau rangkaian upacara manusa yadnya yang dilakukan
manusia khususnya umat Hindu ?
3. Apakah fungsi dari dilakukan upacara manusa yadnya sejak sebelum dilahirkan
?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manusa yadnya.
2. Untuk mengetahui urutan atau rangkaian upacara manusa yadnya yang
dilakukan oleh manusia khususnya umat Hindu.
3. Untuk mengetahui fungsi dari dilakukannya upacara manusa yadnya sebelum
dilahirkan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah :
1. Manfaat Teoretis
Berdasarkan teori yang sudah ada, dapat dijadikan sumber acuan dalam
menambah wawasan. Selain itu, dapat menjadi dasar atau panduan dalam
memahami konsep manusa yadnya dan penerapannya yang berguna bagi diri
sendiri dan lingkungan sekitar.
2. Manfaat Praktis
Dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui
penjabaran atau penjelasan tentang pengertian manusa yadnya, urutan atau
rangkaian upacara manusa yadnya, dan fungsi dilakukannya upacara manusa
yadnya sejak dilahirkan. Melalui kajian ini diharapkan pembaca serta penulis
dapat memahami konsep manusa yadnya secara baik dan dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manusa Yadnya
Kata Yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari akar kata “yaj”
yang artinya memuja, mempersembahkan, atau korban.
Dalam kitab Bhagawad Gita dijelaskan Yadnya artinya suatu perbuatan yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melaksanakan
persembahan kepada Tuhan.
Bhagawadgita III.13 menyebutkan:
“yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,
bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat”
artinya:
Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari
segala dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan
kepentingan sendiri, mereka itu adalah makan dosanya sendiri.
“ Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo Brahma Yadnya pratiwim dharayanti “
Artinya :
Sebenarnya yang menyangga alam semesta ini sehingga menjadi ajeg adalah :
Satya (kebenaran), rtam (hukum alam), diksa (sarana), tapa (pengendalian diri),
brahma (orang-orang suci), dan yadnya (korban suci secara tulus ikhlas).
3
4. Yadnya sebagai sarana untuk menciptakan kesucian manusia dan
lingkungannya serta penebusan dosa atau kesalahan akibat
Sad Ripu atau Atetayi
5. Yadnya sebagai sarana untuk pendidikan & pelatihan (praktek) tata laku
pengamalan ajaran Agama (Dharma).
Jenis-jenis Yadnya
1. Dewa Yadnya (Tapa, Brata, Yoga, Samadi, Sembahyang rutin Tri Sandya,
Piodalan, Purnama/ atau tilem, Karya Agung ngenteg Linggih,
Pembangunan/ renovasi Pura, dan yg sejenisnya)
2. Resi Yadnya (Melaksanakan Diksa Pariksa, Hormat pada guru atau osen,
Ngaturang Sesari atau punia, ngaturang Daksina gede atau Alit,
Ngaturang punia, hormat pada pandita atau pinandita, dan lain
sebagainya)
3. Pitra Yadnya (Ngaben, ngerorasin/ mukur/ maligia, taat pada ajaran
leluhur, melanjutkan cita cita leluhur, dan lain sebagainya)
4. Manusa Yadnya (hubungan baik dengan sesama, donor darah, bantuan
bencana, bantuan beasiswa, otonan, mewinten,metatah/ mepandes, ngraja
sewala, wiwaha, menyekolahkan anak, membantu sesama,dan lain
sebagainya)
5. Bhuta Yadnya (menjaga kelestarian lingkungan, Mecaru, segehan, Taur
agung, melestarikan alam, Danu Kerti, Wana Kerti, Samudra Kerti,
menyayangi binatang/ tumbuhan, dan lain sebagainya).
Umat Hindu sangat taat atau patuh terhadap pelaksanaan yadnya, khususnya
yang diperlakukan atau diberikan kepada manusia. Hal ini dilakukan karena untuk
menciptakan suasana yang harmonis antar manusia, dapat memperbaiki karma,
dan dapat menghilangkan sifat-sifat manusia yang rajasika dan tamasika. Maka
dari itu, salah satu yadnya yang berperan penting dalam kehidupan manusia
adalah manusa yadnya.
4
Jadi dapat disimpulkan, pengertian manusa yadnya adalah korban suci yang
tulus iklas untuk memelihara dan menyucikan lahir batin manusia sejak terjadinya
proses pembuahan dalam kandungan sampai akhir kehidupan. Pembersihan dan
penyucian lahir batin ini selama hidupnya dipandang perlu agar mendapatkan
petunjuk dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga dalam kehidupan selanjutnya
secara baik, santun, tulus, dan ramah kepada sesama umat manusia.
b) Upacara 12 hari
Untuk upacara dibuatkan upacara dengan tingkatan sesuai dengan kemampuan
orang tuanya. Hiburan tidak mesti harus dilaksanakan yang penting upacaranya
dengan sesajen yang sederhana pun sudah cukup untuk memberikan doa agar anak
tersebut tidak rewel dan tidak diganggu oleh yang reinkarnasi kembali tetapi
malah dibantu dalam kesehariannya untuk menjadi bayi yang segar dan ceria.
c) Upacara Pekambuhan
Upacara Pekambuhan atau mecolongan atau bayi yang sudah berumur 42 hari,
diupacarai dengan penuh rasa kasih dengan harapan agar bayi mendapat
perlindungan dari Ida Sang Hyang Widhi, dan dijauhi dari sifat nyolong atau
mencuri.
d) Upacara Tiga bulan
Upacara bayi tiga bulanan merupakan salah satu dari rangkaian dari upacara bayi
yang baru lahir dengan sarana yang telah disediakan dan pada saat itu bayi baru
boleh menginjakkan kakinya di tanah dan sejak saat itu bisa menggunakan
5
perhiasan dengan cara mengambilnya di wadah yang tergenang air untuk dipilih
gelang kaki dan tangannya di kaki, dan perempuan untuk di tindik telinganya.
e) Upacara Satu Oton
Upacara Pawetonan ini diadakan setelah bayi berumur 6 bulan atau 210 hari, sejak
saat itu sang bayi mulai disucikan dengan sarana upacara tertentu yang dipuput
atau diselesaikan oleh seorang sulinggih. Pada upacara itu digunakan byakawonan
berupa penyucian dari perut hingga kaki bayi, ada juga sesajen pabersihan yang
lain digunakan untuk penyucian dari perut ke kepala bayi serta ada menggunakan
penyeneng yang maknanya senang jadi dengan harapan yang reinkarnasi terhadap
bayi itu merasa senang dan bayi pun selalu dalam keadaan bahagia dengan tenang
berada disamping atau dalam penjagaan ibunya.
6
h) Upacara Pewiwahan
7
2.3 Fungsi Dilaksanakan Upacara Manusa Yadnya sejak Sebelum Dilahirkan
Setiap keluarga berharap yang terbaik bagi janin beserta ibu yang
mengandungnya. Janin dalam kandungan diharapkan terlahir menjadi anak yang
suputra dan ibu yang mengandung juga diberikan keselamatan selama proses
kehamilan. Di Bali ada upacara yang dilakukan untuk janin dan ibu yang sedang
mengandungnya yang disebut pacara magedong-gedongan. Upacara pagedong-
gedongan ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada saat kandungan berumur 7
bulan, upacara ini dilaksanakan bertujuan untuk menyucikan janin dalam
kandungan, agar nantinya terlahir anak yang Suputra. Upacara Pagedong-
gedongan ini dilaksanakan setiap terjadinya suatu kehamilan pada si Ibu.
Megedong Gedongan ini dilakukan pada saat bayi dalam kandungan berumur 7
bulan (210 hari), karena wujud bayi sudah dianggap sempurna atau lengkap pada
usiaitu. Selain itu untuk memperkuat posisi bayi didalam kandungan agar tidak
terjadi abortus atau keguguran.
Lalu secara jasmani upacara Megedong Gedongan ini dilakukan agar
sang bayi menjadi kuat pada saat dilahirkan dan kelak menjadi orang yang
berbudi luhur, berbakti pada orang tua, berguna bagi keluarga, masyarakat dan
bangsa. Sedangkan untuk ibunya sendiri sebagai doa permohonan keselamatan
kepada Hyang Whidi (Tuhan Yang Maha Esa) agar si ibu sehat, selamat pada saat
waktu melakukan persalinan atau melahirkan.
Sementara untuk ibunya sendiri dengan diadakannya
upacara megedong gedongan ini, bertujuan mendapatkan dukungan kejiwaan
seperti merasa aman, ketenangan juga merasa mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari pihak keluarga, karena ibu yang hamil belum mempunyai
pengalaman dalam hal melahirkan.
Oleh sebab itu, sehari sebelum megedong gedongan ini dilaksanakan
“Dharma Tula” yaitu pemberian nasehat bahwa melahirkan itu adalah kobrat
sebagai seorang ibu. Kemudian ibu yang akan melahirkan disarankan untuk
membaca buku ilmu pengetahuan, agama dan mendekatkan diri dengan Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), serta menghindari diri dari penglihatan dan
pendengaran yang bersifat negatif atau buruk, karena dapat memengaruhi
kehidupan bayi dikemudian hari.
8
untuk umur kandungan antara 3 – 8 bulan. Pelaksanaan Upacara Magedong-
gedongan berfungsi sebagai penyucian terhadap bayi. Secara bathiniah agar Sang
Bayi kuat mulai setelah lahir menjadi orang yang berbudi luhur, berguna bagi
keluarga dan masyarakat. Demikian juga dimohonkan keselamatan atas diri si Ibu
agar sehat, selamat waktu melahirkan.
9
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, simpulan yang didapatkan adalah umat
Hindu wajib mengikuti dan menerapkan ajaran yadnya khususnya Manusa
Yadnya. Manusa yadnya adalah korban suci yang tulus iklas untuk memelihara
dan menyucikan lahir batin manusia sejak terjadinya proses pembuahan dalam
kandungan sampai akhir kehidupan. Tujuan diadakannya segala upacara manusa
yadnya adalah agar kehidupan manusia berjalan secara lancar dan memiliki
hubungan baik dengan sesama manusia serta memiliki hubungan yang baik
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun runtutan upacara Manusa Yadnya yang harus dilakukan umat
Hindu dari sejak sebelum dilahirkan sampai mencapai jenjang kehidupan
Grahasta. Senua runtutan upacara Manusa Yadnya yang dilakukan oleh umat
Hindu secara bertahap dan tidak boleh dilewatkan satu pun.
3.2 Saran
Dalam memahami makna upacara Manusa Yadnya, tahapan upacara
Manusa Yadnya, dan fungsi upacara Manusa Yadnya sejak sebelum dilahirkan
diharapkan umat Hindu khususnya di Bali dapat menerapkan dan menjadikan
sebuah materi ini sebagai bekal untuk menjadi umat Hindu yang patuh dan
menjadi manusia yang baik. Selain itu, upacara Manusa Yadnya diharapkan
sebagai media antar sesama manusia umat Hindu dapat mempererat tali
persaudaraan.
10
11