Anda di halaman 1dari 10

Ê 

 Mungkin ada pepatah yang mengatakan bahwa dimana kaki dipijak disitu langit dijunjung,
hal ini secara tersirat mungkin bisa diartikan bahwa dimanapun kita melangkah di dunia ini,
berjuta-juta agen infeksi siap menyerang kita tanpa kita bisa melihat agen infeksi itu. Oleh
karena itu, karena kita tak bia melihat agen infeksi itu, kita harus mengenal agen infeksi itu baik
secara sifatnya, bentuknya dan bagaimana agen infeksi itu bisa menyerang. agar kita bisa
menghindar dari ganasnya agen infeksi itu.

Akhir-akhir ini ditemukan agen infeksi baru yang dinamakan prion, para peneliti-peneliti
pun semakin tertarik untuk meneliti agen infeksi ini. Prion ini berbeda dengan agen infeksi lain
seperti virus, bakteri dan jamur. Mekanisme penyerengannya dan penyuunnya pun sudah pasti
berbeda.

Referat ini di buat berdasarkan referensi yang telah dipilih dari referensi yang telah ada,
walau referat ini jauh dari kesempurnaan, tetapi saya berharap semoga pembaca bisa tahu tentang
prion dan penyakit yang ditimbulkannya.

c
Ê 


 Menurut Pratiwi (2008) Prion adalah agen infeksi penyebab penyakit saraf. Ditemukan saat
ahli neurologi Amerika bernama Stanley Prusiner, menduga bahwa penyakit scrapie pada domba
disebabkan oleh agen infeksi ini. Dugaan timbul karena otak domba yuang terkena scrapie dapat
direduksi menggnakan protease.

Hertadi melaporkan dalam web-nya bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa protein ini
lebih tahan terhadap serangan protease dibanding protein biasa. Protease adalah suatu enzim
yang berfungsi untuk mengurai protein. Penelitian lain juga mendapati bahwa saat DNAase dan
RNAase dimasukan ke dalam sistem, aktivitas prion tidak menurun, tetapi saat dimasukan
protease aktivitasnya menurun. Dari sini para ilmuan lalu menyimpulkan bahwa prion tidak
memiliki DNA ataupun RNA. Dari hasil pencarian yang panjang, ternyata ditemukan bahwa gen
yang mengkode prion terdapat disetiap organisma hidup yang menjadi inang untuk
berkembangnya Prion. Gen tersebut dikenal sebagai PrP. Tetapi, saat gen ini diekspresikan dan
proteinnya di injeksikan ke dalam tubuh tikus percobaan, tidak dideteksi adanya penyakit. Dari
hasil ini, para ahli biokimia memprediksi adanya struktur lain diluar struktur protein PrP normal,
yang menyebabkan penyakit.

Dalam bukunya, Sudoyo (2009) menjelaskan bahwa prion dapat menjadi agen infeksi saat
protein normal pada neuron disebut cellular prion protein (PrPc) terkena efek toksik dan
mengalami perubahan struktur menjadi prion abnormal yang patologis yang dinamakan resistant
prion protein (PrPres) yang menyebabkan kerusakan neuron. Ditandai dengan degenerasi otak
yaitu otak yang berbentuk spongious. Dan hilangnya neuron serta ditemukannya agregat protein
prion PrPsc di otak tanpa ada inflamasi. Infeksi prion dapat menyerang seluruh mamalia.
Manifestasinya pada hewan berupa scarpie,Transmissible Milk Ensephalopathy, Bivine
Spongiform Enchelopathy. pada manusia dikenal ada empat macam yaitu creutzfetdt-Jakob
Disease (CJD), Gertsmann-Straussker Scheinker Syndrome (GSS), Fatal Familial Insomnia
(FFI). Penyakit yang paling sering ditemukan di manusia adalah CJD dan lebih dikenal dengan
variant CJD (vCJD). Penyakit prion termasuk penyakit infeksi Karena bisa menular ke orang/ke
spesies lain. Agen infeksi ini sangat unik Karena PrPres tidak memiliki asam nukleat. Bisa


menular lewat Herediter, Sporadis dan infeksi.Pada herediter terjadi karena mutasi pada gen
pengkode prion. Dan dapat menular karena obat-onatan yang terbuat dari sapi, atau penularan
akibat mengkonsumsi otak dan daging hewan tersebut.prion juga ditemukan dalam darah pasien,
namun WHO belum bisa membuktikan adanya penularan lewat tranfusi darah.

u   

Penyakit yang disebabkan oleh prion ini pertama kali ditemukan di Inggris tahun 1985 oleh
petani Inggris, yang mengamati bahwa hewan peliharaannya sulit tak terkendalikan. Dalam
jurnal yang ada di situs CDC (Centers for Disease Comtrol and Prevention) dijelaskan bahwa,
Sejak vCJD pertama kali dilaporkan pada tahun 1996, total 217 pasien dengan penyakit dari 11
negara telah diidentifikasi. Pada Oktober 2009, kasus vCJD telah dilaporkan dari negara-negara
berikut: 170 dari Britania Raya, 25 dari Perancis, 5 dari Spanyol, 4 dari Irlandia, 3 dari Amerika
Serikat, 3 di Belanda, 2 di Portugal, 2 di Italia, dan masing-masing dari Kanada, Jepang, dan
Arab Saudi. Dua dari tiga kasus AS, dua dari empat kasus dari Irlandia dan kasus tunggal dari
Kanada dan Jepang yang kemungkinan terpapar agen BSE sementara yang berada di Britania
Raya. Satu dari 25 kasus Perancis mungkin juga telah terinfeksi di Britania Raya. Dari tahun
1986 sampai 2001, 98% kasus dilaporkan di Inggris. Selama 2001-2003, tiga negara di luar
Eropa (Kanada, Jepang, dan Israel) melaporkan kasus pertama BSE. Kasus BSE di luar Inggris
di luar Inggris meningkat menjadi lebih dari 25% pada tahun 2000 dan lebih dari 55% pada
tahun 2003. tingkat BSE dilaporkan per juta ternak lebih dari usia 24 bulan adalah 58 untuk
Republik Irlandia, 46 untuk Spanyol, 25 untuk Swiss, 12 untuk Perancis, 11 untuk Belgia dan
Belanda, 10 untuk Italia, 9 untuk Jerman , dan 7 untuk Slovakia. Selain negara-negara dengan
kasus asli BSE dikonfirmasi tahun 2003, 6 negara sebelumnya telah melaporkan satu atau dua
kasus BSE ke OIE, negara-negara termasuk Austria, Finlandia, Yunani, Israel, Liechtenstein, dan
Luxemburg. komite Uni Eropa pada penilaian risiko BSE juga diklasifikasikan 18 negara lainnya
cenderung memiliki BSE, termasuk Albania, Andorra, Belarus, Bulgaria, Kroasia, Siprus,
Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Makedonia, Malta, Meksiko, Rumania, San Marino, Afrika
Selatan, Turki, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2003, kasus vCJD, yang sekarang diyakini telah
dihasilkan dari penerimaan transfusi darah yang terkontaminasi dengan agen vCJD, dilaporkan di
Inggris penduduk 62 tahun.




Ê
   

Menurut sudoyo (2009), Protein prion normal (PrPc) adalah Protein yang sensitive pada
degradasi oleh enzim proteinase K dan terdiri dari 223 asam amino dan berikatan dengan
molekul glikosilfosfa-tidinisol pada residu AA 230 yang membuat PrPc menempel pada neuron.
Dan larut pada deterjen, mempunyai waktu paruh 5 jam. Fungsinya masih belum jelas tapi
kemungkinan untuk metabolism tembaga di neuron transmisi sinaptik. Pada keadaan patologis,
PrPc berubah menjadi PrPres dan resisten terhadap ensim proteinase K, tidak larut deterjen, tak
larut pemanasan dan waktu paruhnya lebih lama. Oleh karena itu, PrPres akan terakumulasi di
neuron dalam jangka panjang hingga menimbukan kerusakan, Semua penyakit prion dikaitkan
dengan penumpukan PrPres pada lisosom dan vakuola di otak. Susunan PrPres dan PrPc identik
dari segi asam aminonya namun beda dalam susunan tiga dimensial, PrPc banyak rantai Į dan
sedikit rantai ȕ, sedang PrPres sebaliknya. Perubahan ini merupakan dasar pathogenesis penyakit
prion. Pada penyakit FFI ditemukan PrPres denagn BM 19 kDa sedang pada fCJD dan sCJD
PrPres mempunyai BM 21 kDa, dimana perbedaan ini menunjukan perbedaan struktur pada
PrPres. Bagaimana rute perjalanan PrPres dari usus sampai otak masih be;lum diketahui, mungkin
PrPres ini di serap lalu difagositosis ke limpa lalu mencapai syaraf pusat scara ascending lewat
akson. Bagaimana replikasinya pun belum diketahui dengan pasti, mungkin karena ikatan PrPres
dan PrPc , lalu PrPres merubah PrPc. menjadi 2 molekul PrPres baru.mekanisme pembentukan
prion herediter adalah mutasi gen PRNP sehingga PrPc tak stabil. Mekanisme kerusakan neuron
pun belum jelas, tapi, PrPres jika tidak ada hadirnya PrPc tidak akan menimbulkan kerusakan.

Menurut jurnal yang ditulis Gambetti (2007) di situs Merck, penyakit Prion dapat terjadi
secara spontan tanpa alasan yang diketahui. Inilah yang disebut sporadis dan yang paling umum
dari semua penyakit prion manusia, akuntansi untuk 85 sampai 90% dari semua kasus. penyakit
Prion dapat terjadi dalam keluarga karena orang dapat mewarisi mutasi pada gen PrPc . Mutasi
c
PRP membuat molekul lebih berpeluang untuk menjadi prion. Berbagai mutasi ada. Setiap
mutasi umumnya menyebabkan penyakit prion yang berbeda, yang, bagaimanapun, layak
menjadi tiga kelompok: keluarga Creutzfeldt-Jakob penyakit, insomnia familial fatal, dan
penyakit Gerstmann-Sträussler-Scheinker.

 


Sudoyo (2009) menjelaskan bahwa penyakit prion dapat menyebabkan penyakit antara lain:

  


    

sCJD (Sporadic Creutzfetdt-Jakob Disease), penyakit ini adalah penyakit yang poaling
sering ditemukan, merupakan 80-95% penyakit CJD adalah jenis ini. Namun jarang terjadi pada
usia di bawah 30 tahun. Penyakit ini tidak berhubungan pada paparan dengan protein prion oada
daging, tapi mungkin disebabkan oleh mutasi genetik spontan pada gen PNRP, atau konversi
spontan PrPc menjadi PrP res

iCJD (Iatrogenic Creutzfetdt-Jakob Disease), penyakit ini terjadi pertama kali di tahun
1970 dan dikaitkan dengan terapi Growth Hormon, penularannya juga terjadi lewat transplantasi
kornea, hepar, dan prosedur bedah saraf.

fCJD (Familial Creutzfetdt-Jakob Disease) Penyakit ini adalah penyakit herediter yang
menurunkan mutasi gen PNRP. Yang paling sering adalah pada kodon 200 dengan perbuahan
asam glutamate menjadi lisin, asam astartat menjadi asparagin di posisi 178, dan valin menjadi
isoleusin di posisi 210.

vCJD (Variant Creutzfetdt-Jakob Disease) ditemukan bulan maret 1996 umumnya terjadi
pada usia 16-41 tahun. Berbeda dengan sCJD yang timbul tiba-tiba, vCJD ini mungkin terjadi
oleh kontaminasi daging yang telah terinfeksi prion, mungkin juga terjadi oleh tranfusi darah.

 

Penyakit ini ditemukan hanya pada suku fore yang terisolasi dataran tinggi, hal ini karena
suku ini melakukan acara ritual yaitu memakan jaringan otak keluarganya yang telah meninggal
sebagai upacara perkabungan. Penyakit ini terutama mengenai wanita dewasa dan anak-anak

 
 
    

Penyakit ini bersifat hereditermelalui mutasi gen PRPN, sebagian besar disebabkan oleh
mutasi P102L dan A117V.

D
 
   !   !

 Penyakit ini juga bersifat herediter disebabkan mutasi gen PRNP asam amino aspartat
diganti kodon 178 diganti oleh arginin 

"   Ê
#

Dalam www.prion.ucl.ac.uk dijelaskan bahwa sistem kekebalan tubuh pada manisia tidak
menganggap prion sebagai antigen yang merugikan, sehingga prion dapat bereplikasi di limpa,
KGB, atau di tonsil dan akhirnya prion dapat menuju otak dan menyebabkan kerusakan yang
sangat fatal.

"  
   

 Menurut Ginsberg, Secara umum manifestasi klinis dari penyakit oleh infeksi prion ini
adalah terjadinya demensia. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Kematian
biasanya terjadi setelah 1-2 tahun, dan disertai masalah virtual kortikal.

Semua penyakit mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Sudoyo (2009) menjelaskan
bahwa pada sCJD (Sporadic Creutzfetdt-Jakob Disease) yaitu diawali gejala prodormal
nonspesifik seperti ansietas, gangguan tidur, dan penurunan berat badan, nyeri kepala dan
kelemahan umum. Dalam beberapa minggu akan terjadi demensia, delirium, gangguan memori
dan gangguan perilaku, gangguan fungsi intelektual. Gejala lain yaitu gangguan penglihatan,
halusinasi, kejang, hiperestia dan atrofi optic.

Sedang pada kasus iCJD (Iatrogenic Creutzfetdt-Jakob Disease), yaitu mirip gejala kuru,
denagn gejala utama ataksia disertai gangguan koordinasi. Sedang demensia sangat kecil.Dan
pada kasus fCJD (Familial Creutzfetdt-Jakob Disease) mirip dengan sCJD. Serta pada vCJD

[
(Variant Creutzfetdt-Jakob Disease) biasanya terjadi depresi beberapa bulan kemudian baru
terjadi gangguan neurologi. Bedanya dengan sCJD adalah vCJD gejala awal adalah gangguan
afektif dan sering disertai gangguan sensorik.

Pada KURU diawali dengan gejala prodormal. Tanda utamanya adalah ataksia serebral
pogresif, tremor dan gerakan involunter. Pada Gertsmann-Straussker Scheinker Syndrome (GSS)
terjadi demensia global gejala lainnya adalah gangguan serebral. Dan pada Fatal Familial
Insomnia (FFI) adalah insomnia yang progresif, hiperaktivitas simpatik dan gangguan motorik.
Serta terjadi gangguan status mental dan gangguan hormonal.

   

 Menurut jurnal di situs bestpractice.bmj.com dijelaskan bahwa penyakit prion terutama


CJD dapat mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :

1.‘ Aspiration pneumonia, terjadi disfagia , kebanyakan penderita CJD mengalami ini,
tidak dijelaskan bagaimana mekanismenya. Tapi untuk menghambat itu penderita
bisa makan bubur atau makanan cair, untuk lebih aman lagi bisa memakai tabung
enterogastric perkutan
2.‘ Deep Vein Thrombosis, terjadi penurunan mobilitas dan meningkatkan DVT dan
emboli paru. CJD juga diindikasikan bisa menimbulkan penyakit ini
3.‘ Konstipasi, kebanyakan penderita CJD mengalami sembelit
4.‘ Obstruksi Usus Kecil, CJD adalah entitas yang berkembang pesat yang umumnya
berakhir fatal sebelum obstruksi usus berkembang.
5.‘ Obstruksi Usus Besar
6.‘ Maag, CJD adalah entitas cepat berkembang yang umumnya berakhir fatal sebelum
ulkus tekanan berkembang
7.‘ Infeksi Saluran Kemih pada Pria, pada kasus CJD, penderita sangat rentan terkena
infeksi saluran kemih

   

 Sudoyo (2009) menjelaskan bahwa diagnosis penyakit ini dalam semua penyakit berbeda ,
antara lain.

r
sCJD (Sporadic Creutzfetdt-Jakob Disease dapat dengan anamnesis dan ditunjang
pemeriksaan lainnya seperti hasil lab. Gejala yang menonjol pada sCJD (Sporadic Creutzfetdt-
Jakob Disease adalah adanya mioklonus dan ataksia yang mengiringi dementia progresif cepat
tanpa demam. Dan ditemukan protein 14-3-3 yang menunjukan kerusakan sel neuron.

iCJD (Iatrogenic Creutzfetdt-Jakob Disease) dapat didiagnosis lewat riwayat tranplantasi


organ atau bedah syarafatau penyuntikan growth hormone dan gejala neurologis seperti kuru.
Diagnosis pasti dengan biopsy otak.

fCJD (Familial Creutzfetdt-Jakob Disease) gejalanya mirip sCJD dan didiagnosis adanya
riwayat keluarga yang menderita sakit serupa, disertai juga pemeriksaan patologi otak.

Pada vCJD (Variant Creutzfetdt-Jakob Disease) jika ditemukan manifestasi klinisnya dan
dilihat patologi otaknya, patologis khasnya adalah florod plaque berupa inti amilod protein prion
yang dikelilingi vakuola seperti daun bunga. Pada biopsy protein prion sering sering terdeteksi di
luar system saraf pusat. Dan pada biopsy tonsil, limfa dan kelenjar limfa dapat ditemukan PrPres
dan hal ini tak terjadi pada sCJD

Sampai saat ini penyakit Kuru belum ditemukan pemeriksaan laboratorium dan rekaman
Elektroensefalogram (EEG). Pemeriksaan histologi otak menunjukan hilangnya sel neuron dan
astrogliosis dengan akumulasi PrPres. Pada gambaran patologi juga ditemukan pembentukan plak
PrPres.

Gertsmann-Straussker Scheinker Syndrome (GSS) didiagnosis lewat pemeriksaan


laboratorim dan EEG yang tidak mengeluarkan kelainan khas, tapi pada pemeriksaan CTscan
ada atrofi serebelar pada batang otak., pada pemeriksaan neuropatologik terdapat jaringan otak
yang terdapat penimbunan plak.

Fatal Familial Insomnia (FFI) didiagnosis apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit
yang sama, ganbaran neuropatologik menunjukkan hilangnyasel saraf dan gliolisis di nucleus
ventral anterior, dan kadang pada serebelar dan korteks seerebri. Dan ditemukan PrPres tersebar
difus dalam jumlah sedikit di sebstansia nigra subkortikal dan batang otak.

a
Ê 


 Dalam bukunya, Sudoyo (2009) menjelaskan bahwa saat ini belum ditemukan cara yang
efektif untuk mengobati prion, maka terapi suportif lah yang sangat penting untuk penderita.
Yang terpenting adalah perawatan bagi penderita, terapi okusional, nutrisi yang bagus,
fisioterapi, terapi bicara dan bahasa. Dalam upaya pencegahan, dapat ditempuh dengan
menghindari kontak dengan jaringan otak, transplantasi organ, penggunaan growth hormone dari
cadaver,dan tindakan sterilisasi alat bedah syaraf.

Ê   

 Sudoyo (2009) menjelaskan bahwa semua penyakit prion berakibat fatal dan progresif.
Pada umumnya penderita sCJD mengalami kematian kurang dari satu tahun, sedang penderita
vCJD lebih lama yaitu 7-22 bulansejak gejala pertama kali muncul. Beberapa penyakit prion
genetic dapat berlangsung 20 tahun lebih. Penyakit kuru biasanya dapat bertahan hingga 3 tahun.

G
$ #$Ê#$$

1.‘ Alwi, I., Setiati, S., Setiyohadi, B., Simadibrata, M., dan Sudoyo, A.W., 2009, Buku
Ajar : Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta.
2.‘ Gambetti, Pierluigi, 2007. Prion Disease,
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch090/ch090a.html, Diakses tanggal 11 April
2010.
3.‘ Ginsberg, Lionel, 2005. åecture Notes : Neurologi (8th ed.). Warhani, Indah R. 2008
(alih bahasa)¶ Erlangga, Jakarta.
4.‘ Hertadi, Rukman, Keajaiban Protein: Molekul Biomilenium
,http://ppitokodai.org/index.php?view=article&catid=20%3Aartikel&id=82%3Akeaj
aiban-protein-molekul-biomilenium-
&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=74, Diakses
tanggal 10 April 2010.
5.‘ No Name, vCJD (Variant Creutzfetdt-Jakob Disease),
http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/vcjd/epidemiology.htm, Diakses tanggal 11 April
2010.
6.‘ No Name, Cellular mechanisms of prion propagation,
http://www.prion.ucl.ac.uk/research/mrc-reseach-groups/cellular-mechanisms-of-
prion-propagation/, Diakses tanggal 10 April 2010.
7.‘ No Name, Prion disease http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/484/follow-up/complications.html, Diakses tanggal 11 April
2010.
8.‘ Pratiwi, Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga, Jakarta.

c

Anda mungkin juga menyukai