Anda di halaman 1dari 14

MK: EPID. PENY.

MENULAR
TOPIK: BOVINE SPONGIFORM
ENCEPHALOPHATY (PENYAKIT SAPI GILA)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8, TERDIRI DARI :


1. RIA KRISTALINA (NPM: 205059025)
2. MARTIN (NPM: 215059033)
3. DEWI TARA PUJINIGSIH (NPM: 215059037)
BOVINE SPONGIFORM ENCEPHALOPHATY
(PENYAKIT SAPI GILA)
• DEFINISI
• BSE (bovine spongiform encephalopathy) adalah gangguan
neurologis progresif pada sapi yang disebabkan oleh infeksi oleh
agen menular . Penyakit ini disebabkan oleh prion, yaitu
partikel protein yang bersifat infeksius. Infeksi prion
membuat otak sapi berlubang seperti spons sehingga kondisinya
disebut spongiform.

• Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan infeksi pertama pada


sapi terjadi selama tahun 1970-an dengan dua kasus diidentifikasi
pada tahun 1986. Kemungkinan berasal dari makanan daging dan
tulang sapi yang mengandung produk yang terinfeksi BSE dari
makanan yang terjadi secara spontan. kasus produk domba yang
terinfeksi BSE atau scrapie. Scrapie adalah penyakit prion pada
domba. Ada bukti kuat dan kesepakatan umum bahwa wabah itu
kemudian meluas dan menyebar ke seluruh industri peternakan
Inggris Raya dengan memberi makan daging sapi dan tulang sapi
yang terinfeksi prion ke anak sapi muda.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit BSE (bovine spongiform encephalopathy) ini, pertamakali di
indentifikasi pada sapi oleh para ahli di Central Veterinary Laboratory (CVL),
Webbridge, Inggris bulan Juni 1986. Kemudian menyebar ke Negara-negara lain
seperti di irlandia Utara (1988),Republik Irlandia (1989), Kesultanan Oman
(1989) Kepulauan Falkland (1989), Swiss (1990), Perancis (1990), Denmark
(1992), Portugal (1993), kanada (1993),Jerman (1994) dan Amerika (Desember
2003).
Pertengahan tahun1950 di New Guinea ditemukan penyakit Kuru yang mirip
dengan CJD ( Creutzfeld-Jacob Disease) mengenai orang-orang yang masih
kanibal. Penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Inggris November 1986
sebanyak 170.000 kasus. Kejadian sporadis terjadi juga di beberapa negara
Eropa. Dari tahun 1989 hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi gila di
sejumlah negara seperti Belgia, Prancis, Italia,Portugal dan spanyol.
Sedangkan kasus CJD yang diduga menyebabkan kematian pada 153 orang di
dunia yang dianatranya 143 orang warga Inggris (1980) dan 1 Orang di Amerika
karena pernah tinggal di Inggris, di Jerman kasus ini menyerang 1: 1.000.000
orang.
Lanjutan
Departemen Pertanian Indonesia melalui keputusan Emergency Center
24 jam Desember 2003 melarang impor: sapi, kambing, domba, kerbau,
rusa dan bahan-bahan asal Ruminansia seperti daging dan produk
olahannya, tulang, organ dalam (jeroan), SRM ( Specified Risk Material)
seperti: otak, mata,tonsil, saraf,tulang belakang, usus,kelenjar limpa dan
produk yang mengandung saraf, embrio, fetal bovin
serum/gut/ballder/stomatch yang di pakai untuk sarung sosis, hati, ekstrak
dan jus daging.
Sedangkan hasil dari bahan ruminansia sendiri berupa meat dan bone
meal, protein meal, lemak dan turunannya, gelatin yang terbuat dari tulang,
kolagen yang terbuat dari tulang (biasanya untuk bahan kosmetik), fastfood
yang terbuat dari bahan-bahan gelatin yang berasal dari Amerika dan
negara-negara tersangka BSE lainnya juga dilarang.
Lanjutan

Merujuk data organisasi Kesehatan Dunia, tidak pernah di laporkan kejadian


penyakit sapi gila di Indonesia. Penyakit pada umumnya menyerang sapi di
Indonesia tercatatat antara lain: Haemoragic septicaemia,bovine anaplasmosis,
bovine brucellosis dan malignant catar rhal fever ,di Negara tetangga Indonesia
yaitu malaysia atau Brunei darusallam juga belum pernah di laporkan adanya
penyakit sapi gila.
ETIOLOGI

Penyakit sapi gila penyebabnya prion yaitu suatu protein tanpa asam inti
yang mengalami perubahan struktur dan bersifat infeksis menyerang jaringan
otak. Agen infeksius yang menyebar pada kasus sapi gila di peternakan dan
dari pertenakan menginfeksi manusia. Penyebaran terletak pada saat prion
yang tidak terbungkus menyentuh salah satu protein normal yang terbungkus
lalu protein yang tersentuh ini memmbuka bungkusnya dan seterusnya
terjadi rantai reaksi sampai menyebabkan proses besar-besaran sehingga
jaringan otak menjadi spon atau kemungkinan protein normal yang terbuka
bungkusnya secara spontan dan menjadi prion yang terinfeksius.
Lanjutan etiologi
Protein jenis ini tidak rusak baik dengan pemanasan, radiasi dan kebanyakan
tehnik-tehnik sterilisasi yang biasa dipakai. Prion sangat tahan terhadap segala
macam tingkat keasaman (PH) juga terhadap pendinginan dan pembekuan.
Protein ini baru inaktif setelah dipanaskan dengan otoklaf (alat pemanas
bertekanan tingg1) pada suhu 134-138 derajat celcius selama 18 menit.
Penyakit BSE termasuk dalam keluarga TSE (Transmissible Spongiform
Encephalopathies) yaitu jenis penyakit yang menyerang otak. Pada manusia
dikenal sebagai CJD (Creutzfeldt Jacob Disease).

PENULARAN
Penularan pada hewan terjadi melalui pakan ternak yang terbuat dari bahan-
bahan protein/tulang/organ-organ dalam yang berasal dari hewan yang terinfeksi
BSE. Pada manusia penularan terjadi melalui beberapa cara, antara lain:
1.Makan daging yang terkontaminasi terutama otak dan sumsum tulang belakang
2.Menerima transplantasi kornea dari donor yang menderita CJD
3.Peralatan bedah yang pernah digunakan oleh penderita CJD
4.Anak-anak yang menerima suntikan growth hormon berasal dari kelenjar
hipofise mayat yang menderita CJD (tetapi sekarang growth hormon sudah tidak
dibuat dengan rekayasa genetika dan tidak lagi membawa penyakit CJD).
Para ahli menyimpulkan bahwa sejauh ini tidak ditemukan bukti adanya penularan
dari manusia ke manusia.
MASA INKUBASI
Pada hewan antara beberapa bulan sampai puluhan tahun. Pada manusia CJD
klasik mempunyai masa inkubasi 15 bulan – puluhan tahun, Gejala mulai
tampak pada usia rata-rata 68 tahun . Varian CJD memiliki masa inkubasi antara
5-10 tahun kebanyakan gejalanya mulai muncul pada usia rata-rata 26 tahun
(18-41 tahun).
GEJALA  Perubahan temperamen
a. Pada hewan  Kehilangan berat badan
 berbaring  Kondisi menurun
 Kesulitan lokomotor dan
 hiperestesia menendang
Tremor Pada hewan setelah
Sulit bangun terdiagnosis 2 minggu s.d. 6
Nervous saat dibawa ke bulan kemudian sapi yang
kandang bersangkutan akan mati.
Produksi susu menurun
Agresif
Ketakutan
roboh
GEJALA Sedangkan varian CJD
b. Pada Manusia  cemas
 pada manusia CJD klasik akan Depresi
memperlihatkan gejala: Bicara tidak jelas dan lambat
Depresi Tremor
Perubahan kepribadian dan Sulit berjalan
perilaku Sulit mengotrol pergerakan
Kehilangan memori Lupa pada orang sekelilingnya
Pandangan kabur Begitu satu gejala timbul maka
Paralisis dan koma penyakit berlangsung sekitar 14
begitu satu gejala muncul bulan s.d. Pasien meninggal.
perjalanan penyakit menjadi
cepat dan biasanya mati dalam
beberapa bulan.
Keduanya memberikan gambaran buruk pada semua aspek fungsi otak,
tamapk bingung dan disorientasi. Bentuk varian CJD ini yang oleh orang
awam di kenal sebagai sapi gila.
PEMERIKSAAN

Neurologis dan sistem motorik terdapat twitching otot


Terjadi kebutaan pada mata
EEG ada perubahan gelombang listrik pada otak yang abnormal, tampak jelas
paling tidak setelah 3 bulan terserang penyakit
MRI tampak gambaran kelainan otak
Pemeriksaan cairan spinal, tampak 14-3-3 protein yang walaupun bukan
sebagai diagnosa menunjukkan karakteristik bentuk spon pada otak.
Pemeriksaan histopatologik pada jaringan otak pasien yang sudah meniggal
sebagai diagnosa pasti. Kalau untuk yang masih hidup dari biopsi otak/tonsil
yang infeksius

TERAPHY

Belum ditemukan terapi yang tepat dan efektif untuk


menyembuhkan klasik CJD dan varian CJD. Penyakit ini sifatnya fatal.
Obat-obatan yang ada hanya digunakan untuk mengurangi gejala/sakit
saja.
PENCEGAHAN

World Organization for Animal Health (WOAH) telah mengeluarkan


rekomendasi untuk pencegahan dan pengendalian BSE :

•Setiap negara memiliki penilaian atau analisis risiko untuk penyakit BSE
•Menghilangkan SRMs dari seluruh karkas sapi berumur 12 bulan atau lebih
•Memperbaiki strandar pengolahan produk buangan menggunakan
temperatur, tekanan, dan waktu yang sesuai saat diproses (133°c, 3 bar, dan
20 menit)
•Menghindari kontaminasi silang dari produk buangan
•Melakukan surveilan secara aktif dan pasif
•Memusnahkan sapi yang menderita BSE
PENGOBATAN
•Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, dan progresifitasnya tidak dapat
diperlambat. Bisa diberikan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku
yang agresif (misalnya obat  penenang,  anti- psikosa). Pencegahan
Menghindari pencangkokan jaringan manusia yang terinfeksi atau
menghindari makan jaringan hewan yang terinfeksi.
PENYAKIT KURU DI PAPUA NUGINI

• Penyakit Kuru adalah penyakit langka mematikan yang menyerang


sistem saraf dan bersifat progresif.
• Penyakit Kuru termasuk ke dalam golongan penyakit transmissible
spongiform encephalopathies (TSE) yang menyerang otak kecil, yaitu
bagian otak bertanggung jawab dalam koordinasi dan keseimbangan.
• Suku Fore generasi terdahulu pernah punya tradisi untuk memakan jasad
orang yang baru saja meninggal di upacara pemakamannya. Tradisi
kanibalisme ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap
mendiang semasa hidupnya. Pria makan daging almarhum, sementara
perempuan, lansia, dan anak-anak kebagian jatah otaknya.
• Saat ini, tradisi makan otak manusia tidak lagi dilakukan oleh
mereka karena ada sejarah pilu di baliknya. Dari 11 ribu total jiwa
penduduk suku Fore, lebih dari 200 orang meninggal selama tahun
1950 sampai 1960-an akibat penyakit Kuru setelah makan otak
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1.CDC TENTANG bovine spongiform encephalopathy yang di akses
pada tanggal 26 oktober 2018.
2.https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/bovine-spongiform-
encephalopathy-bse/.
3.Jurnal penyakit sapi gila oleh Ernawati 1 Maret 2004.
4.Helfing K. Gaving brain fodd,mad cow or no. Indiana diners chow
down on a disappearing delicy 2004 Januari 2015, available
from:http://www.msnbc.msn.com/id/3969530/.

Anda mungkin juga menyukai