Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN KESEHATAN NEURO REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

Pemeriksaan Penunjang Pada Nyeri Pinggang

Oleh
Pujima K.K Hutagalung
(2015-83-050)

Pembimbing
dr. Semuel Wagiu Sp. S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN NEURO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Pemeriksaan
Penunjang Pada Nyeri Pinggang”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Neuro.
Penyusunan Referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Semuel Wagiu, Sp. S, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu,
pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Referat ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan penulisan Referat ini ke depannya. Semoga laporan Referat dapat
memberikan manfaat ilmiah bagi semua pihak yang membutuhkan.

Ambon, Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................3

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Definisi LBP.....................................................................................................5

2.2 Epidemiologi ...................................................................................................5

2.3 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................6

BAB III PENUTUP ...............................................................................................26

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................12

3.2 Saran ................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu sindrom berupa nyeri di
daerah lumbosakral pada tulang belakang yang dapat disebabkan oleh inflamasi,
degeneratif,keganasan, kelainan genikologi,trauma dan gangguan metabolik.Nyeri
punggung bawah ini menjadi penyebab nomor satu kecacatan di dunia, dan
mempengaruhi sekitar seperlima populasi global. Prevalensi nyeri punggung bawah
bervariasi mencapai 85% pada populasi umum. Prevalensi pada wanita lebih besar dari
pada pria, dengan 70% nyeri punggung dialami oleh usia dewasa.

Nyeri ini terjadi akibat aktivitas manusia sehari-hari, seperti posisi angkat
jinjing, mendorong,jongkok, membungkuk, berlari, melompat, mengejan, duduk,
berdiri, dan sebagainya. Nyeri hilang-timbul dan tidak menimbulkan kerusakan
permanen apapun. Nyeri pinggang terjadi akibat gangguan muskuloskeletal (suatu
kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf, tendon, dan tulang
belakang). Penyebab paling umum pada nyeri punggung adalah myofascial, yaitu nyeri
muskuloskeletal yang disebabkan oleh titik pemicu nyeri di otot atau tendon. Myofascial
mempengaruhi hingga 95% orang dan juga telah ditemukan menjadi penyebab utama
nyeri pada 85% pasien nyeri punggung .

Faktor pemicu nyeri karena kelainan anatomi, berbagai kebiasaan


postural, kurang aktivitas fisik dan olahraga Pada orang dewasa yang lebih tua,
prevalensinya sangat bervariasi. erdiri atau membungkuk terlalu lama, mengemudi
dalam waktu lama, tarik dorong barang terlalu berat, kasur yang tidak sesuai.Nyeri
menimbulkan terbatasnya rentang gerak aktif, kekakuan otot, dan
disfungsi otonom. Kambuhnya nyeri sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot dan
rentang gerak pasien. Nyeri mempengaruhi fleksibilitas, keseimbangan, dan postur
yang merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal. Muncul dari daerah lumbar

3
ke sendi sacroiliac hingga ke ekstremitas bawah. Nyeri punggung bawah (Low Back
Pain/LBP) merupakan masalah kesehatan yang sangat umum dan menjadi penyebab
utama kecacatan, serta seringkali dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat.1
Data WHO tahun 2013 menunjukan 33% penduduk di negara berkembang memiliki
nyeri persisten. Di Inggris sekitar 17,3 juta orang pernah mengalami nyeri punggung
dan dari jumlah tersebut sekitar 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan
oleh nyeri punggung.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun insiden
berdasarkan kunjungan pasien beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-
17%.2 Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010, dari 291 penyakit yang diteliti,
LBP merupakan penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalui years
lived with disability (YLD), serta menduduki peringkat keenam dari total beban secara
keseluruhan, yang diukur dengan the disability adjusted life year (DALY).1,3

LBP sangat mengganggu kualitas hidup dan kinerja kerja, dan merupakan
alasan paling umum untuk konsultasi medis.1,4 LBP memang tidak mengakibatkan
kematian, namun menyebabkan individu menjadi tidak produktif sehingga beban
ekonomi menjadi sangat besar bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah.4,5
Meskipun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi seperti postur kerja, suasana hati
depresi, obesitas, tinggi badan atau usia, penyebab timbulnya nyeri punggung bawah
tetap tidak jelas dan diagnosis sulit dibuat.1 Mengingat begitu banyak penyebabnya
keluhan nyeri pinggang, maka diperlukan pendekatan diagnosa yang rasional dan efektif
dalam biaya, untuk bisa memberikan penanganan yang rasional dan efektif. Dokter tidak
akan memberikan pemeriksaan penunjang dan penanganan berlebihan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan diantara sudut iga terbawah dan

lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral.6 Nyeri yang dirasakan

dapat berupah nyeri, terbakar, menusuk, tajam atau tumpul, berbatas tegas, atau tidak

jelas dengan intensitas mulai dari ringan hingga parah. Nyeri bisa mulai tiba-tiba atau

berkembang secara bertahap. Nyeri punggung bawah non-spesifik didefinisikan

sebagai nyeri punggung bawah yang tidak terkait dengan patologi spesifik yang

diketahui dan tidak diketahui (misalnya infeksi, tumor, osteoporosis, ankylosing

spondylitis, fraktur, proses inflamasi, sindrom radikuler atau sindrom cauda equina).

Low back pain mempengaruhi siapa saja, dari jenis kelamin apapun, ras atau latar

belakang ekonomi, low back pain memiliki substansial berdampak pada

kesejahteraan finansial dan keseluruhan individu dan masyarakat.1

2.2 Epidemiologi

Sekitar 75-85% setiap individu akan mengalami low back pain seumur hidup

mereka. Beberapa studi epidemiologi tidak menjelaskan antara tipe-tipe nyeri pada

low back pain. Setiap tahunnya prevalensi low back pain diestimasikan sekitar 15%-

20% di Amerika Serikat dan 25-45% berada di Eropa. Secara alami low back pain

akan sembuh sekitar 2-4 minggu, tetapi sebagai pengingat, lebih dari 90% yang

sembuh sekitar 12 minggu.1,2 Pada suatu survei yang dilakukan oleh Saskatchewan

5
Health and Back Pain Survey, didapatkan hasil standarisasi umur dan jenis kelamin

pada insidensi nyeri leher adalah sekitar 14,6% (insidensi low back pain sekitar

26,8%).1,2

Beberapa data menunjukan bahwa orang akan selalu menderita sakit

punggung dimana pada back pain disability menunjukan peningkatan yang stabil dari

waktu ke waktu. Dilaporkan di Inggris terjadi peningkatan sekitar 208,5% dalam

kasus kejadian back pain disability yang berbeda kasusnya yang terjadi antara tahun

1978 dan 1992 dimana kasus peningkatannya hanya sekitar 54,6%. Di Jerman pada

tahun 2003, keluhan musculoskeletal menyebabkan 24,9% adanya absen atau

ketidakhadiran dalam waktu kerja per individu. Dimana jumlah rata-rata hari

ketidakhadiran dikarenakan episode low back pain yang tertinggi adalah 18,2 hari.

Saat ini di negara Jerman dan negara lainnya, tren peningkatan ketidakhadiran dalam

dunia kerja dalam beberapa dekade ini telah berhenti dengan jumlah kejadian yang

terjadi mulai mendatar tanpa disertai adanya peningkatan.1,2

2.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan bilamana terjadi dugaan keberadaan

tumor, infeksi dan keadaan lain yang serius (atas indikasi)6 :

a. Laju endap darah

b. Darah perifer lengkap

Tes darah tidak secara rutin digunakan untuk mendiagnosis penyebab

sakit punggung tetapi mungkin diperintahkan untuk mencari tanda-

tanda peradangan, infeksi, kanker, dan / atau artritis.

6
c. Ureum, creatinin

d. elektrolit

e. C – reaktif protein (CRP)

f. Faktor rematoid

g. Urinalisa

h. LCS

i. Tumor marker (PSA, AFP, CEA, ALP, β-hCG, thyroglobulin, calcitonin)

7
2. Pemeriksaan Radiologis (atas indikasi):7

Untuk pemeriksaan secara radiologis, sebenarnya tidak terlalu membantu.

Pemeriksaan ini hanya dibutuhkan apabila penderita memenuhi kriteria pada

tabel 1.

Tabel 1.1. Pemeriksaan Laboratorium dan radiologis untuk nyeri punggung bawah
dengan keadaan khusus

Disease or condition Laboratory Test Radiographs

Back strain No abnormalities Usually Negative


Radiographs may show
incidental spondylotic
changes.
Acute disc herniation If testing is timed Possibly, narrowed intervertebral
properly, positive findings disc spaces on radiographs CT and
for electrodiagnostic studies MRI can reveal level and degree
in the presence of root herniation .
entrapment
Myelography localizes site of disc
herniation and the presence of root
entrapment.

Osteoarthritis Asymetric narrowing of joint space


Sclerotic subchondral bone
ESR and WBC count plus Marginal Osteophyte formation
differential typically normal
Abnormal
intervertebral movement on
Spondylolisthesis radiographs obtained with spine in
No abnormalities flexion and extension

Radiographs may reveal pars defect.


Bone scan can reveal par defect not
visible on radioghraphs.

8
Tabel 2. Indikasi untuk pemeriksaan Radiologi pada keluhan Nyeri Punggung bawah

Indications for Radiographs in the Patient with Acute Low Back Pain

History of significant trauma


Neurologic deficits
Systemic symtoms
Temperature greater than 30 derajat
Unexplained weight loss
Medical History
Ankylosing spondylitis suspected

a. Teknik foto rontgen pada lumbal


➢ Posisi AP atau PA Lumbal
pada posisi ini pasien dapat dilalukan dengan posisi telentang dengan lutut
ditekuk , tangan dilipat didada.selain itu pasien juga dapat dilakukan dengan
posisi tidur dan kedua lengan diangkat ke samping kepala.sentrasi sinar
diarahkan pada sentral abdomen setinggi krista illiaca.
Hasil foto rontgen pada posisi ini akan memperlihatkan badan lumbalis, discus
invertebralis, prosessus spinosus dan transversus, pedikel dan sendisakroilliacal,
serta sacrum.

➢ Foto Polos Lumbasacral


Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan
untuk membantu dokter melihat penyebab penyakit punggung
seperti adanya patah tulang, degenerasi, dan penyempitan DIV.
Pada foto lumbosacral akan terlihat susunan tulang belakang yang
terdiri dari lima ruas tulang belakang, sacrum dan tulang ekor.8

9
Gambar 1. Gambaran foto polos spondylolisthesis

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penunjang yang


paling sering dilakukan pada pasien LBP karena mudah dilakukan
dan relatif murah. Pemeriksaan foto polos ada tiga posisi, yaitu
anterior-posterior (AP), lateral dan oblique.8

Pada foto polos lumbosacral AP/lateral gambaran kelainan


yang mungkin terlihat pada pasien LBP ringan antara lain
spondylolisthesis < 3 mm, osteophyte < 2 mm, subcondral
sclerosis ringan dan penyempitan DIV 25-50%. Pada kasus LBP
sedang gambaran yang mungkin terlihat antara lain
spondylolisthesis 3-5 mm, osteophyte 2-4 mm, subcondral
sclerosis sedang, fraktur pada satu tulang dan penyempitan DIV
50-75%. Sedangkan gambaran foto polos lumbosacral AP/lateral
pada pasien LBP berat akan terlihat spondylolisthesis > 5 mm,
osteophyte > 4 mm, adanya kompresi tulang vertebra, subcondral
sclerosis berat, multiple fraktur dan penyempitan DIV 75-100%.8

Gambar 2. Gambaran Osteoporosis

10
Pada foto oblique evaluasi dari elemen posterior lumbar
vertebrae seperti lamina, pedicle, the facet joints, dan
intervertebral foramina dapat dilakukan meski tidak terlalu
penting. Foto oblique biasa digunakan untuk memvisualisasikan
foramina L5 sisi kanan dan kiri karena pada foto lateral tidak
terlihat dengan baik. Pasien dengan posisi miring 30-45 derajat
articular process dan facet joints akan tampak seperti “Scottie
dogs”.8

Kelemahan pada pemeriksaan radiologi foto polos adalah


pada paparan radiasi yang ditimbulkan, terutama pada foto oblique.
Kelemahan lain adalah pada identifikasi gambaran abnormalitas
sendi, skoliosis ringan dan penonjolan dari DIV (herniated disc).
Untuk mengamati lebih jelas pada kelainan tersebut perlu
dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.8

b. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)


EMG dan NCS sangat membantu dalam
mengevaluasi gejala neurologis dan/atau defisit neurologis yang
terlihat selama pemeriksaan fisik. Pada pasien LBP dengan gejala
atau tanda neurologis, pemeriksaan EMG dan NCS dapat
membantu untuk melihat adanya lumbosacral radiculopathy,
peripheral polyneuropathy, myopathyatau peripheral nerve
entrapment.9

c. CT-mielografi

Computerized tomography (CT) dapat menunjukkan struktur jaringan lunak yang tidak
dapat dilihat pada rontgen konvensional, seperti ruptur diskus, stenosis spinal, atau
tumor.9

11
d. BMD
e. MRI Pemeriksaan neurofisiologi (atas indikasi) :
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius atau defisit neurologis yang
progresif, seperti infeksi tulang, cauda equina syndrome atau kanker dengan
penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut keterlambatan dalam diagnosis dapat
mengakibatkan dampak yang buruk.10

Magnetic Resonance Imaging tidak menimbulkan radiasi dan memiliki hasil


gambaran yang lebih akurat pada jaringan lunak, kanal tulang belakang dan pada
keluhan neurologi, oleh karena itu MRI lebih disukai daripada CT scan. Namun pada
CT scan memiliki gambaran tulang kortikal yang lebih baik dibandingkan MRI. Jadi
ketika pemeriksaan pada struktur tulang menjadi fokus utama, pemeriksaan yang dipilih
adalah CT scan. Pada pasien dengan nyeri punggung akut dengan tandatanda atau gejala
herniated disc atau penyakit sistemik lain, CT scan dan MRI jarang dilakukan kecuali
pada pasien dengan kecurigaan kanker, infeksi atau cauda aquina syndrome dalam
pemeriksaan awalnya.10

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Nyeri pinggang adalah suatu sindrom berupa nyeri di daerah lumbosakral pada
tulang belakang yang dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Nyeri ini terjadi akibat
aktivitas manusia sehari-hari, seperti posisi angkat jinjing, mendorong,jongkok,
membungkuk, berlari, melompat, mengejan, duduk, berdiri, dan sebagainya. Nyeri
hilang-timbul dan tidak menimbulkan kerusakan permanen apapun. Nyeri pinggang
terjadi akibat gangguan muskuloskeletal (suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi,
ligamen, otot, saraf, tendon, dan tulang belakang). Penyebab paling umum pada nyeri
punggung adalah myofascial, yaitu nyeri muskuloskeletal yang disebabkan oleh titik
pemicu nyeri di otot atau tendon. Myofascial mempengaruhi hingga 95% orang dan juga
telah ditemukan menjadi penyebab utama nyeri pada 85% pasien nyeri punggung .

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain/LBP) merupakan masalah


kesehatan yang sangat umum dan menjadi penyebab utama kecacatan, serta
seringkali dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat. 11 Mengingat begitu
banyak penyebabnya keluhan nyeri pinggang, maka diperlukan pendekatan
diagnosa yang rasional dan efektif dalam biaya, untuk bisa memberikan
penanganan yang rasional dan efektif. Dokter tidak akan memberikan pemeriksaan
penunjang dan penanganan berlebihan.

Pemeriksaan penunjang pada kasus LBP lebih difokuskan pada


pemeriksaan radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk
melihat apakah ada kelainan pada struktur tulang belakang, otot dan
persarafan.

3.2 Saran

LBP sangat mengganggu kualitas hidup dan kinerja kerja, dan dapat
menyebabkan kecacatan. LBP memang tidak mengakibatkan kematian, namun

13
menyebabkan individu menjadi tidak produktif sehingga beban ekonomi menjadi
sangat besar bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah.Sehingga diperlukan
pendekatan diagnosa yang rasional dan efektif dalam biaya, untuk bisa memberikan
penanganan yang rasional dan efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Duthey Beatrice. Low Back Pain. Priority Medicines for Europe and the World

"A Public Health Approach to Innovation". 2013

2. Harahap PS, Marisdayana R, Hudri MA. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengana Keluhan Low Back Pain ( LBP ) Pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Di

Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan:

2018;7(2).

3. Goin ZZ, PontohLM, Umasangadji H. Karakteristik Pasien Nyeri Punggung

Bawah di Poliklinik Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Daerah Kota Tidore

Kepulauan Periode Januari-Juni 2019. Kieraha Medical Journal: 2019;1(1)

4. Arwinno LD. Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit Garmen. Higeia J

Public Heal Res Dev. 2018;2(3):406–16

5. Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E. Prevalensi dan Faktor Risiko

Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr.

Hasan Sadikin Bandung. J Anestesi Perioper. 2015;3(1):47–56.

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia 2016. Panduan Praktik Klinis

Neurologi. Perdossi. 2016;150.

7. Publikasi N. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain

pada lansia di puskesmas gamping 1. 2019;

8. LA CHAPELLE EH. Low back pain. Ned Tijdschr Geneeskd.

1954;98(31):2171–4.

15
9. Yuliana. Low Back Pain dalam Cermin Dunia Kedokteran vol 38 nomor 4.
Jakarta. 2011
10. Allegri M, Montella S, Salici F, Valente A, Marchesini M, Compagnone C, et al.

Mechanisms of low back pain: A guide for diagnosis and therapy [version 1;

referees: 3 approved]. F1000Research. 2016;5:1–11.

11. Traeger A, Buchbinder R, Harris I, Maher C. Diagnosis and Management of low

back pain in primary care. CMAJ. November 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai