Anda di halaman 1dari 117

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER KELUARGA PADA Ny.

L
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KABUPATEN
PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2020

COMPLEMENTARY NURSING CASE STUDY

SEPTIWI FITRI ANDANI


1914901060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,

pembengkakan dan keterbasan gerak serta fungsi dari bahaya sendi.Rheumatoid arthritis dapat

mempengaruhi sendi apapun, sendisendi kecil ditangan dan kaki cenderung paling sering

terlibat.Pada rheumatoid arthriti kekakuan paling sering terburuk dipagi hari. Hal ini dapat

berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama

di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mengalami rheumatoid atritis, karena

sedikit penyakit atritis lainnya berperilaku seperti ini.Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak

menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatologi, 2012).

Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling vital bagi tumbuh

kembang yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh sangat penting pada pembentukan identitas

dan rasa percaya diri seseorang. Terdapat suatu keterkaitan yang kuat antara keluarga dan

status kesehatan anggotanya, sehingga peran keluarga amat penting dalam setiap aspek

pelayanan kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan hingga

dalam tahap rehabilitasi. Pengkajian dari pemberi layanan kesehatan keluarga adalah hal

terpenting dalam membantu tiap anggota keluarga mencapai tingkat kesejahteraan yang

optimal (Gillis & Davis, 1993) dikutip dalam (Friedman, 2010)

Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu

penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi

jalannya suatu penyakit dan status kesehatan keluarga. Oleh karena itu, pengaruh status

2
sehat/sakit keluarga saling mempengaruhi atau bergantung satu sama lain. Keluarga cenderung

menjadi seorang reactor terhadap masalah - masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam

menentukan masalah - masalah kesehatan anggota keluarga (Wright dan Leahey, 1984) dikutip

dalam (Friedman, 2010)

Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian rematik pada tahun 2010

mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% berusia 5-20

tahun dan 20% berusia 55 tahun sedangkan tahun 2012 meningkat menjadi 25% penderita

rematik yang akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan gangguan pada

persendian. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang

mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang di Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah

perempuan, bahkan 1-3% wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya.

Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara

maju seperti Amerika. Prevalensi kasus Arthritis Rheumatoid di Indonesia berkisar 0,1%

sampai dengan 0,3%. Sementara, di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Angka

kejadian Arthritis Rheumatoid di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar

0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan

jumlah penderita Rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).

Jumlah penderita Artritis Reumatoid di dunia saat ini telah mencapai angka 355 juta

jiwa, artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita penyakit Artritis Reumatoid (WHO 2010). Di

Indonesia prevalensi kasus Artritis Reumatoid pada tahun 2014 berkisar 0,1% sampai 0,3%

sementara di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009, dalam susanti, 2014). Perbandingan

pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga

3
tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (Zen, 2010, dalam

Susanti, 2014).

Prevalensi penyakit sendi pada tahun 2009 berada di posisi ke-12 di Indonesia sebesar

29,7%, sedangkan pada tahun 2013 berada pada posisi ke-6 yaitu sebesar 26,7% dari data

tersebut dapat di simpulkan bahwa prevalensi penyakit sendi di Sulawesi Tengah mengalami

penurunan, namun terjadi peningkatan posisi terbanyak (RISKESDAS 2013).

Menurut Riskesdas 2009 Provinsi Sumatra Barat mempunyai kasus penyakit rematik

mencapai 21,8% (Riskesdas, 2010). Data Dinas Kesehatan Kota Padang Pada tahun 2011

penyakit rematik menempati urutan ke( 6 dengan jumlah penderita 14,353 (5,7%). Data Dinas

Kesehatan Bukittinggi tahun 2009 dan 2010 penyakit rematik menempati urutan ke(4 dengan

jumlah penderita 6.759 (59,1%). Dari data ini terlihat bahwa angka rematik tidak mengalami

penurunan maupun peningkatan dari tahun ke tahun (Profil Dinas Kesehatan Bukittinggi,

2010)

Penatalaksanaan pada penderita rematik untuk mencegah komplikasi dilkukan dengan

2 cara yaitu terapi farmakologi, non-farmakologi . Terapi farmakologi yaitu tindakan

pemberian obat sebagai penurun nyeri. Biasanya dengan pemberian obat-obat analgesik seperti

Pemberian obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), contoh: aspirin dan ibuprofen.

Penggunaan obatobatan analgesik memiliki dampak buruk seperti rasa yang tidak nyaman

pada saluran cerna, mual, diare, perdarahan tukak, dapat juga mengakibatkan kerusakan pada

ginjal, dan gangguan kardiovaskuler (Sukandar dkk, 2009, dalam Izza, 2014). Adapun terapi

nonfarmakologi yaitu dengan bimbingan antisipasi, distraksi, stimulus kutaneus, terapi es dan

panas, hipnosis, relaksasi, dan kompres (Potter dan Perry, 2006, dalam Izza, 2014)

4
Salah satu penanganan dan pencegahan dapat dilakukan Pemberian kompres air hangat

jahe untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan relaksasi otot,

meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis, dan memberi rasa nyaman, bekerja

sebagai counteriritan dan kompres jahe merupakan tindakan yang sering kali digunakan

sebagai obat nyeri persendian karena kandungan gingerol dan rasa hangat yang

ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar sirkulasi darah, sehingga

suplai makanan dan oksigen lebih baik dan nyeri sendi berkurang (Utami & Puspaningtyas,

2013, dalam Izza 2014).

Pengobatan komplementer untuk Rheumatoid Arthritis dalam penurunan nyeri dengan

pemberian jahe karena jahe memiliki kandungan zat analgesia dan antiinflamasi . Kandungan

zat pada jahe mempunyai khasiat untuk mengurangi proses peradangan adalah gingerol dan

shagol. Bahkan salah satu zat yang bernama shagol selain mengurangi inflamasi juga

melindungi tulang rawan femur dari kerusakan (Bachtiar, 2010)

Terapi komplmeneter bersifat terapi dengan cara alamiah diantaranya dengan terapi

herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, terapi tawa, akupuntur, akupresur, aromaterapi, terapi

back flower remedy, dan refleksologi dan meditasi (Handayani, 2013). Dalam penelitian ini

untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi komplementer kompres serei hangat

karena kompres serei hangat merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk

mengurangi nyeri Rheumatoid Arthritis yang dilakukan dengan kombinasi serei hangat untuk

penurunan ketegangan otot, sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

Kandungan enzim siklo-oksigenasi pada kompres serei hangat dapat mengurangi

peradangan pada penderita Rheumatoid Artritis . Serei juga memiliki efek farmakologis yaitu

rasa panas dan pedas yang dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya

5
vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang baik akan tercapai dalam waktu 20 menit sesudah

pengopresan . Meskipun serei aman dikonsumsi, sebaiknya kompres serei tidak digunakan

secara berlebihan, karna panas yang mengenai jaringan secara terus menerus akan merusak

sel–sel kapitel, menyebabkan kemerahan, rasa perih, bahkan kulit menjadi melepuh

(Bachtiar,2015)

Peran perawat komunitas yang pertama adalah sebagai penyedia pelayanan

memberikan asuhan keperawatan melalui pengkajian masalah keperawatan yang ada,

merencanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran perawat yang kedua adalah sebagai

pendidik dan konsultan sehingga terjadi perubahan prilaku seperti yang diharapkan dalam

mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran perawat yang ke tiga adalah sebagai panutan

yang dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan.

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus pada

pasien Rematik (rheumatoid arthritis) dengan “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.L dengan

kasus Rematik pada Ny. L diwilayah kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

Propinsi Sumatra Barat tahun 2020 “.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. L dengan Asuhan

Keperawatan Komplementer dengan masalah utama : Rheumatoid Arthritis di wilayah kerja

Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi SumateraBarat tahun 2020.

6
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukam Asuhan Keperawatan Komplementer Keluarga Pada Ny.L dengan

kasus Rhematoid Arthritis Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Mampu Mengetahui Konsep Dasar Teori Tentang Keperawatan Komplementer Keluarga

Dengan Rhematoid Arthritis

b. Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan Komplementer Kepada Ny.L Dengan

Rhematoid Arthritis Tahun 2020

c. Mampu Mengaplikasikan Jurnal Terkait Asuhan Keperawatan Komplementer Kepada

Ny.L Dengan Rhematoid Arthritis Thun 2020

d. Mampu Melakukan Telaah Dan Analisa Jurnal Terkait Asuhan Keperawatan

Komplementer Kepada Ny.L Dengan Rhematoid Arthritis Tahun 2020

7
D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil karya tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Rheumatoid Artritis dan lebih dikembangkan

oleh penulis lain dengan diagnosa keperawatan lainnya.

2. Bagi Instasi Pendidikan

Hasil karya ilmiah dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta

masukan dan perbandingan untuk penulis selanjutnya dengan Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan Kasus Rheumatoid Arthritis.

3. Bagi Pelayan Kesehatan

Hasil karya ilmiah ners ini dapat memberikan manfaat terhadap pelayanan keperawatan

dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan

keperawatan keluarga dengan kasus Rheumatoid Artritis dengan komperhensif (bio, psiko,

sosial, spiritual).

4. Bagi Masyarakat

Hasil karya ilmiah dapat berguna untuk penerapan serta masukan untuk merawat

keluarga dengan kasus Rheumatoid Artritis

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan

perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian

dari keluarga (Ekasari, 2015).

Menurut Duval, (dalam Supartini, 2017) mengemukakan bahwa keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih

individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta

mempertahankan budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah

tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling

ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai

tujuan bersama

9
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval dan Friedman , ada 8

tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan

keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai

sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota

keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap

memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam

keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan

kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan

10
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan

tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali

hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,

mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama

sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan

keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui

dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan

sakit-sakitan dari suami dan istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua

memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas

perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan

hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh

hubungna perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

11
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain

meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan

hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan

mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

3. Tipe Keluarga

Menurut Maclin, (dalam Achjar, 2017) pembagian tipe keluarga, yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup

dalam rumah tangga yang sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang

mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak

yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di

rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang

tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

b. Keluarga non tradisional

12
1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya

terdiri dari ibu dan anaknya).

2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak

3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama

sebagai pasangan yang menikah

4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy

dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai

pengalaman yang sama.

Menurut Allender dan Spradley (2016)

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

kandung atau anak angkat

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi

3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung

atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah

2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam

satu rumah

13
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah

tangga

Menurut Carter dan Mc Goldrick dalam Setiawan dan Darmawan (2015)

a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang

menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara

bersama-sama.

c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu

tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Setiawati dan Darmawan (2015), yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan

kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh

dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi

keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan

14
perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota

keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan,

dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk

memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/

memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,

keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

5. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan

lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat

penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang

dimaksud adalah:

15
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga

terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan

persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga,

bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat

atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system

pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana

keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang

diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota

keluarga yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi

bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan

lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan

keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,

keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan

fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

16
B. KONSEP TEORI RHEUMATOID ARTHRITIS

1. Pengertian Artritis Reumatoid

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi

utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh

organ tubuh (Hidayat, 2006).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia

lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi

Darmojo, 2002).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker,

2003).

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama

poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour, 2005).

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada

daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

2. Klasifikasi Artritis Reumatoid

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Reumatoid arthritis klasik 

Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung

terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 

17
2. Reumatoid arthritis defisit 

Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung

terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 

3. Probable Reumatoid arthritis 

Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung

terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 

4. Possible Reumatoid arthritis 

Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung

terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. 

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,

edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan

kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

gangguan fungsi secara menetap.

18
3. Etiologi Artritis Reumatoid

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa

menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor

Reumatoid

2. Gangguan Metabolisme

3. Genetik

4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor

predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi

virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin. 

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.

2. Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit

ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)

3. Riwayat Keluarga. 

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka

anda kemungkinan besar akan terkena juga. 

4. Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

19
4. Patofisiologi Artritis Reumatoid

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi

dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-

enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial

dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan

mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami

perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot

(Smeltzer & Bare, 2002). 

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi

membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.  

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan

kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa

atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan

ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi

dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa

serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif

20
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang

difus (Long, 1996). 

   

5. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian

2. Bengkak (Reumatoid nodule)

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4. Terbatasnya pergerakan

5. Sendi-sendi terasa panas

6. Demam (pireksia)

7. Anemia

8. Berat badan menurun

9. Kekuatan berkurang

10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas

2. Adanya nyeri tekan

3. Deformitas bertambah pembengkakan

4. Kelemahan

5. Depresi
21
Gejala Extraartikular :

1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan

katub),Pericarditis, Myocarditis

2. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis

3. Pada lympa : Lhymphadenopathy

4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

5. Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.

Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena

penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan

demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi

diartrodial dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi

terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada

osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu

kurang dari 1 jam.

4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan

sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada

radiogram.

22
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,

deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering

dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang

timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan

mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak

ekstensi.

6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar

sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari

deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan

ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada

tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk

suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain

di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah

dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan

jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti

meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan

pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala

penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi

(kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). 

23
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya

nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi

biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis

sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri,

pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik

untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis

adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996). 

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di

tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,

siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya

akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari

berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum. 

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 

1. Stadium sinovitis 

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,

edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan

kekakuan. 

2. Stadium destruksi 

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 

3. Stadium deformitas 

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

gangguan fungsi secara menetap. 

24
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum

terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi

tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien

cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam

waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.

Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang

tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002). 

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia

menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan

pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat

bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa

sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

7. Komplikasi Artritis Reumatoid

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di

bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh

adanya darah yang membeku.

25
5. Terjadi splenomegali.

Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya untuk

menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi

menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang

merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang

menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan

antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati

akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

8. Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid

Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.

No Kriteria Definisi

.
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan

disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum

perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3  daerah  Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau

lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada

sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang

diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini

terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu

26
PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan

kaki dan MTP kiri dan kanan.


3 Artritis pada       Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.


4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera

pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan

PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima

walaupun tidak mutlak bersifat simetris.


5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular

yang diobservasi oleh seorang dokter.


6 Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum

yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil

positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang

diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas

bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X

tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang

harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi

tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang

berdekatan dengan sendi (perubahan akibat

osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia

sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat

27
minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian

diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

9. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan

leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang

menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan

osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/

degenerasi tulang pada sendi

5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk

pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan

komplemen ( C3 dan C4 ).

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;

cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental

dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang

mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
28
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto

rontgen.

Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis

Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi

dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan

peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal

penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan

C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.

Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau

kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen

(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan

diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi

tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit

tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

10. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan

2. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.

3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

29
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana

pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas

4. Pengobatan

a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang

diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap

terapi obat

c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari: mengatasi

keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan

steroid yang diperlukan.

d. Garam emas

e. Kortikosteroid

5. Nutrisi: diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan

dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya

sebagai berikut:

a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan

fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

30
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan

yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan

dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk

dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama

(Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan

dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun

analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter

agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-

inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju

pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan

bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun

pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). 

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya

digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi

lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,

seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga

asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan

ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega

31
3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap

lentur

C. KONSEP JAHE

1) Pengertian

Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal dari bahasa

Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun 77 M. Nama inilah yang

digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari Swedia untuk memberi nama latin

jahe (Anonimus, 2007). Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia

Tropik, yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebut

sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman,

bumbu masakan, dan obat-obatan tradisional.

2) Klasifikasi dan morfologi jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili

Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman jahe dalam

sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

32
Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale Rosc

Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara

30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm –

23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe

hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga. Berdasarkan

ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar

(jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau

kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih

kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori

sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta

berasa tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna

merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam.

3) Kandungan kimia jahe

Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat yang

terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam

organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid,

polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal,

kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram bagian yang dapat dimakan

mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-

10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya mengandung 1-2% gingerol

33
Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat tempat tumbuh

tanaman jahe. Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe bermanfaat

sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi

melindungi lemak atau membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan

meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati, 2010)

4) Manfaat Jahe

Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan dalam

berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman (sirup jahe, instan

jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan jahe, enting

enting jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur Selain bermanfaat

di dalam industri, hasil penelitian Kikuzaki dan Nakatani menyatakan bahwa oleoresin

jahe yang mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol,

sedangkan hasil penelitian Ahmed et al., menyatakan bahwa jahe memiliki daya

antioksidan yang sama dengan vitamin C.

Jahe yang digunakan sebagai bumbu dapur ternyata juga dapat melindungi tubuh dari

berbagai bahan kimia, hal ini dapat dilihat bahwa jahe dapat menurunkan kadar glukosa

darah, kolesterol dan triasilglyserol pada mencit yang diinduksi oleh streptozotocin (Al

amin et al., 2016)

5) Cara Konsumsi Jamu Untuk Sistem Imun

Resep pembuatan jamu jahe dan kunyit

Persiapkan alat dan bahan :

34
a. Panci

b. Kompor

c. Waslap

d. Air 400 ml

e. Setengah kilo tanaman jahe

Tahap kerja

 Setengah kilogram jahe di cuci bersih tanpa dikupas kulitnya, lalu diiris tipis-tipis.

 Setelah itu, ditambahkan air 400 ml dan diblender.

 Setelah diblender, lalu disaring pakai kain saring (waslap)

 Ampas yang ada di kain saring juga di saring sampai kering betul

 Air yang sudah disaring, dibiarkan mengendap sampai 20 menit untuk

memisahkan patinya dengan ekstrak jahe. Patinya di buang

 Air ekstrak jahe yang sudah terpisah dari patinya, diletakkan di wajan (panci) lalu

di rebus

 Air di aduk terus searah jarum jam hingga kering dan terjadi pengkristalan . lama

mengaduk kurang lebih 45 menit

 Setelah kering lalu di angkat dan disaring dengan saringan untuk memisahkan

kristal yang halus dan yang kasar. Kristal yang masih kasar diblender kering, lalu

disaring lagi sampai habis

D. KOMPRES HANGAT

1. Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
35
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan (Price & Wilson, 2010).

2. Manfaat Efek Kompres Hangat

Menurut Kozier (2009), kompres hangat digunakan secara luas dalam

pengobatan karena memiliki efek bermanfaat yang besar. Adapun manfaat efek

kompres hangat adalah efek fisik, efek kimia, dan efek biologis.

a. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke

segala arah.

b. Efek kimia

Bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalamtubuh tergantung pada

temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan menurunnya

temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan

peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring

dengan peningkatan pertukaran antara zak kimia tubuh dengan cairan tubuh.

c. Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas

yaitu menyebabkan pembuluh darah menurunkan kekentalan darah.

3. Prosedur Kompres Hangat

Menurut Sriyanti (2016), langkah-langkah pemberian terapi kompres hangat

adalah sebagai berikut:

36
1. Persiapan alat dan bahan

a. Botol atau kain yang dapat menyerap air

b. Air hangat dengan suhu 37-40oC

2. Tahap kerja

a. Cuci tangan

b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan

c. Ukur suhu air dengan thermometer

d. Isi botol dengan air hangat, kemudian dikeringkandan dibungkus / lapisi botol

dengan kain

e. Bila menggunakan kain, masukkan kain pada air hangat, lalu diperas

f. Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah diperas pada daerah

yang akan dikompres

g. Angkat botol atau kain setelah 15-20 menit, dan lakukan kompres ulang

jika nyeri belum teratasi

h. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan

E. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga. Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Effendi, 2004). Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan
37
klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga membentuk unit dasar

masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang

memungkinkan menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2003).

Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat (Bronfenbrenner,

1979 dalam Friedman, 2003). Tujuan dasar sebuah keluarga terdiri dari dua, yaitu:

mempertemukan kebutuhan dari masyarakat dimana keluarga merupakan bagian dari

masyarakat dan mempertemukan kebutuhan individu-individu dalam keluarga. Fungsi ini

merupakan asas bagi adaptasi manusia yang tidak dapat dipenuhi secara terpisah sehingga harus

berkaitan satu sama lain di dalam sebuah keluarga. Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk

mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga

dan masyarakat yang sehat.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan

pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota

keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga

dan individu dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana

keperawatan.

F. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun

sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.

a. Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

38
1) Data umum

a) Identitas kepala keluarga

b) Komposisi kelaurga

c) Genogram

d) Tipe keluarga

e) Latar belakang keluarga (etnis)

f) Agama

g) Status Sosial Ekonomi

h) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga sebelumnya

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

b) Karakteristik lingkungan komunitas

c) Mobilitas geografis keluarga

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi

b) Struktur kekuasaan

c) Struktur peran

39
d) Nilai dan normal keluarga

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

b) Fungsi Sosial

c) Fungsi Perawatan Keluarga

d) Fungsi Reproduksi

e) Fungsi Ekonomi

6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau stressor

c) Penggunaan strategi koping

d) Strategi adaptasi disfungsional

e) Harapan Keluarga

Keinginan dan cita – cita keluarga dimasa yang akan datang

f) Pemeriksaan Fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” .

b. Analisa Data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan

keluarga antara lain :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakter keluarga

40
Dalam pilar pengelolaan Rheumatoid Artritis terdapat 2 hal yang termasuk dalam

terapi non-farmakologis yaitu edukasi dan latihan/program rehabilitasi. Edukasi yang

dimaksud mencakup 2 poin penting yaitu penjelasan mengenai penyakit yang diderita

dan juga penjelasan mengenai diet dan terapi komplementer. (PRI, 2014)

Hal yang penting dalam pengobatan Rheumatoid Artritis adalah perlunya penjelasan

kepada pasien tentang penyakitnya, apa itu AR, bagaimana perjalanan penyakitnya,

kondisi pasien saat ini dan bila perlu penjelasan tentang prognosis penyakitnya.

Pasien harus diberitahu tentang program pengobatan, risiko dan keuntungan

pemberian obat dan modalitas pengobatan yang lain. (PRI, 2014)

Sampai saat ini belum ditemukan diet spesifik yang mencetuskan ataupun

memperberat Rheumatoid Artritis. Namun beberapa ahli gizi menyarankan diet untuk

banyak makan sayuran, buah dan ikan serta mengurangi konsumsi lemak/daging

merah. Pasien Rheumatoid Artritis juga dianjurkan untuk mempertahankan berat

badan ideal, karena obesitas akan memberi stress tambahan pada sendi dan berperan

pada risiko terjadinya osteoarthritis.. (PRI, 2014)

Pada saat diagnosis Rheumatoid Artritis ditegakan maka program latihan fisik

aerobic dapat disarankan. Latihan fisik harus disesuaikan secara individual

berdasarkan kondisi penyakit dan komorbiditas yang ada. Latihan aerobik dapat

dikombinasikan dengan latihan penguatan otot (regio terbatas atau menyeluruh), dan

latihan untuk kelenturan, koordinasi dan kecekatan tangan serta kebugaran tubuh.

keperawatan komplementer yang bisa di gunakan sebagai alternative Rheumatoid

Arthritis diantaranya adalah kompres serei hangat yang bisa mengurangi rasa nyeri

pada penderita Rheumatoid Arthritis yang mana penatalksanaannya dengan merebus

41
serei yang di kompreskan ke bagian yang mengalami nyeri. Penggunaan terapi

komplementer fish oil dalam menurunkan nyeri akibat inflamasi pada Rheumatoid

Artritis. Aktivitas fisik senam rematik yang dapat dilakukan para lansia terhadap

nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis.

1. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons

manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau

kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk

mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Diagnosis

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri

dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian

fungsi perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk

menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah

- masalah aktual, resiko atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA

(The North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014 dan SDKI, SLKI, SIKI.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang mengelompokkan data

subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan

masalah keperawatan. Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Penyebab (etiologi)

adalah kumpulan data subjektif dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan

objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak

42
yang mendukung masalah dan penyebab.

Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga:

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

2. Prilaku kesehatan cendrung beresiko

3. Penurunan Koping Keluarga

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.2

Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman, 2003)

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1

Skala :

 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 3

 Ancaman Kesehatan/ Resiko 2

 Keadaan Sejahtera/ Potensial 1


2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2

Skala :

 Mudah 2

 Sebagian 1

 Tidak Dapat 0
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1

Skala :

 Tinggi 3

43
 Cukup 2

 Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah 1

Skala :

 Masalah berat, harus segera 2

ditangani 1

 Ada masalah tetapi tidak perlu 0

ditangani

 Masalah tidak dirasakan

Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena

yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya

faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber

daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat

dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kepelikan

dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang

berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah
44
tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high risk" atau

kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga

melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan

intervensi keperawatan keluarga.

2. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan

umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar

merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan

dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo,

2004). Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan

penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga.

3. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai

diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup

lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan

45
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan

tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara

mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara

mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,

mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,

dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan

perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara

memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber

daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan

penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

4. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan

upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum.

Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan

46
melakukan berbagai perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan

keperawatan.

b. Dimensi ketepat gunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan dalam

pelaksanan tindakan keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan dari

tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan

standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah

terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang

spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah

dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi

dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan

keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2003).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

a. S:Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga

setelah diberikan implementasi keperawatan.

b. O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan

yang obyektif.

c. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.

d. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

47
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. L DENGAN RHEUMATOID

ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KABUPATEN PESISIR

SELATAN SUMATERA BARAT TAHUN 2020

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga

1. Data umum

a. Nama KK : Ny. L

b. Umur : 50 tahun

c. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

d. Pendidikan : Smp

e. Alamat : Tarusan, pesisir selatan

f. Komposisi Keluarga

No Nama J Hub Umur Pddk Status Imunisasi Ket


BCG Polio DPT Hepatitis Campak
K Dg
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Kk
2 An. S P Anak 25 th S1
3 An.F L Anak 19 th SMA

g. Genogram

48
Skema 3.1

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

Pada Genogram tesebut Tn. Z menikah dengan Ny.L pada tahun 1993 . Kedua orang

tua Tn. Z sudah meninggal dunia, ayah Tn .Z meninggal pada tahun 2001 disebabkan oleh

49
penyakit Asma . Ibu Tn .Z meninggal pada tahun 1971 karna penyakit jantung . Keluarga

Tn.Z terdiri dari 6 adik beradik dan pada tahun 2018 Tn. Z meninggal disebabkan oleh

penyakit DiabetesMelitus.. Dan Kedua orang tua Ny.L Juga sudah meninggal dunia, ayah

Ny.L meninggal pada tahun 1978 dan Ibu Ny.L meninggal pada tahun 2017 disebabkan oleh

penyakit paru-paru, Keluarga Ny.L 4 adik beradik dan Ny.L anak kedua dari 4 bersaudara dan

kakak laki-lakI Ny.L telah meninggal karena penyakit ginjal.

Tn .Z dan Ny.L memiliki 2 orang anak. Anak pertama perempuan berumur 25 tahun

belum berumah tangga dan Anak kedua Laki-laki berumur 19 tahun belum berumah tangga.

h. Tipe Keluarga

Keluarga Ny. L merupakan tipe Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family).

Keluarga inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.

i. Suku dan Bangsa

Keluarga Ny. L memiliki kebangsaan Indonesia. Ny.L berasal dari tarusan (pesisir

selatan) , Tempat tinggal keluarga Ny.L berada pada lingkungan etnis homogen yang

sebagian besar adalah suku minangkabau. Bahasa sehari - hari yang digunakan keluarga

adalah bahasa minangkabau. Keluarga Ny.L tidak memiliki kebiasaan menghindari

makanan tertentu, makanan yang dimasak pun bervariasi tergantung selera, lebih

cenderung memakan makanan yang berlemak (makanan khas suku minangkabau).

j. Agama

50
Agama yang dianut oleh keluarga Ny.L adalah agama islam. Keluarga Ny. L biasanya

melakukan ibadah dirumah saja dan jarang sekali pergi ke mesjid, keluarga Ny. L jarang

melakukan kegiatan sehari-sehari bersama masyarakat setempat.

k. Status Sosial dan ekonomi

Status ekonomi keluarga Ny. L termasuk Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

(tanpa jabatan, pensiunan) dimana keluarga dapat memenuhi lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

Ny. L adalah sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai warung sembako kecil kecilan

. Penghasilan Ny. L setiap bulannya ± Rp. 500.000 , Sumber - sumber penghasilan per

bulan adalah melalui warung yang diterima Ny.L . Jumlah pengeluaran sehari hari

berkisar antara Rp 400.000, sumber pendapatan belum mencukupi keluarga selama ini.

Kebutuhan keluarga yang lain adalah biaya kuliah untuk An. S dan An. F , Keuangan

keluarga diatur oleh Ny. L

l. Aktivitas dan rekreasi

Ny.L mengatakan kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari adalah menonton tv dan

menjaga warung, kadang-kadang keluarga ny.L berkumpul bersama tetangga untuk

berbincang-bincang bersama. Jika memiliki uang sedikit dan kesehatan mendukung

keluarga Ny. L berekresi ke tempat wisata yang terdekat.

2. Riwayat dan tahap perkembangan Keluarga

51
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Ny.L memasuki tahap perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka

antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam

batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

b. Tugas Perkembangan Keluarga Yang belum Terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu mempertahankan kesehatan

masing - masing anggota keluarga, karena Ny. L masih sering mengeluh sakit, dan

keluarga juga belum mampu mengenal masalah kesehatan secara keseluruhan. Tugas

perkembangan yang belum terpenuhi lainnya yaitu menciptakan lingkungan rumah yang

dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya . Upaya yang sudah dilakukan Ny. L jika

meneluhkan sakit akan membawa nya ke puskesmas terdekat.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti

Ny. L memiliki anggota keluarga yaitu 2 orang anak (An. S dan An. F). Ny.L mempunyai

penyakit rematik yang mana Ny.L merasakan nyeri di pergelangan tangan, tangan terasa

kaku dan kebas, tangan susah digerakan , pada saat malam hari tangan Ny.L terasa sangat

sakit sekali, An S pernah menderita penyakit seperti demam, flu, batuk, yang sembuh

dengan rawat jalan. Adapun penyakit yang pernah diderita An F yaitu batuk, demam, flu,

yang sembuh dengan rawat jalan.

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

52
Ny. L merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, Ny, L mengatakan memiliki riwayat

penyakit paru-paru yang diderita oleh ibu dari Ny.L.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Pengkajian Karakteristik Rumah

Keluarga Ny. L tinggal di kawasan pedesaan dengan luas rumah ± panjang 17 meter

dan lebar 12 meter dengan tipe rumah permanen. Rumah keluarga Ny.L adalah rumah

permanen, kamar tidur (terdapat 4 kamar tidur, 2 kamar tidur berada disamping ruang

tamu, 1 kamar tidur berada di samping ruang makan, 1 kamar tidur berada di dapur)

lantainya semen, cukup ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Rumah Ny.L terdiri dari

beberapa ruangan yaitu, 1 ruang tamu, 1 dapur sekaligus ruang makan, dan 1 kamar mandi.

Untuk kamar mandi dengan kondisi lantai semen, memiliki wc dengan jumlah satu di luar

kamar. Keadaan air minum tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna yang di peroleh

dari sumur gali kemudian di rebus untuk meminumnya.

Terdapat kain yang bergantungan di setiap kamar, semua barang kurang tertata rapi.

Keluarga memiliki hewan, kucing dan ayam yang kandangnya berada di belakang rumah

yang keadaannya kurang bersih. Keluarga memiliki halaman rumah yang luas dengan

tanaman bunga. Kondisi halaman bersih . Untuk sarana penerangan Ny. L menggunakan

listrik. Sedangkan untuk limbah rumah tangganya seperti sampah basah dan kering di

buang dan dibakar ± 1 meter dari belakang rumah rumah. Serta untuk limbah air mandi, air

cucian piring, baju dan lain-lain dialirkan ke tempat limbah yang dibuat keluarga Ny.L

Kamar
Kamar Dapur Kamar
1 53
4 Dan ruang makan mandi
3x4 m 3x3 m
3x2 m
Kamar
1

Kamar
3x4 m
2 , 3x4
m
Ruang
tamu
Kamar 3x4 m
1
3x4 m

Pintu depan

Teras
3x5 m

Halaman rumah
4x7 m

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Rumah Ny. L berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya

adalah petani. Sarana jalan tersebut sudah di aspal, sarana kesehatan di lingkungan tersebut

berupa bidan desa . di dekat rumah Ny. L N 100 meter terdapat surau. Tetangga Ny, L

mayoritas beragama islam serta memiliki sifat kebersamaan misalnya yasinan, jumatan,

dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara

yang ada di mushola atau surau.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

54
Keluarga Ny.L jarang berpegian ke tempat yang jauh, kegiatan rutin Ny. L menjaga

warung serta ke sawah. Sawah tersebut tidak jauh dari rumah nya (sekitar 1 km), aktivitas

lainnya menonton tv dan mengikuti kegiatan keagamaan, Keluarga Ny.L baru pindah

sekitar 1 tahun ke kampung halaman dikarena Tn.Z suami Ny.L telah meninggal dunia

disebabkan oleh penyakit diabetes melitus, karena sebelum tinggal dikampung halaman

keluarga ny.L tinggal di pangkalan koto baru tepat nya di kompleks PTPN 6 selama 23

tahun. Sekarang keluarga Ny. L tinggal dikampung halaman tepatnya di tarusan pesisir

selatan.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas

Ny. L memiliki 2 orang anak yang tinggal satu rumah dengannya. Anggota keluarga Ny.L

sering berkumpul sekeluarga dan menonton TV bersama. Keluarga Ny.L kadang-kadang

mengikuti pengajian yang ada di surau terdekat. Namun, pada saat hari raya atau lebaran

keluarga Ny. L dari kampung pulang dan berkumpul di rumah mereka yang sekarang.

e. Sistem Pendukung Keluarga

Ny. L memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu

dapat di minta bantuan . Ny.L dulu memiliki BPJS saat Tn.z masih hidup dan seteah Tn, Z

telah meninggal Ny.L tidak pernah lagi membayar uang perbulan BPJS tsb. Sehingga

sedikit mempunyai kendala saat keluarga sakit saat dibawa ke pskesmas terdekkat.

4. Struktur Keluarga

55
a. Pola Komunikasi

Keluarga mengatakan komunikasi dua arah (feedback) dan bahasa yang dilakukan

antar keluarga yakni menggunakan bahasa minangkabau, ibu sebagai kepala keluarga yang

memutuskan suatu masalah dan apabila ada masalah dilakukan musyawarah dengan kepala

dingin.

b. Struktur kekuatan Keluarga

Keluarga mengatakan untuk mengambil keputusan dilakukan bersama - sama.

Pengambilan keputusan yang dominan adalah pada Ny. L sebagai kepala keluarga, namun

juga disesuaikan dengan hasil musyawarah semua anggota keluarga dan yang mengatur

keuangan keluarga.

c. Struktur Peran

1) Ny. L berperan sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai ibu bagi An S dan An F. Ny.

L berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman

bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu, serta merupakan pengambil keputusan tertinggi dalam keluarganya. Ny. L

sudah melakukan perannya dengan baik walaupun masih belum sempurna. Ny. L tidak

menginginkan apapun untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk kebaikan

anggota keluarga yang lain. Ny. L tidak ada terlibat dalam kegiatan

2) An S merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara yang berperan sebagai anak Ny. L yang

saat ini sudah berusia 25 tahun dan masih kuliah di bagian keperawtan.. An S berperan

sebagai anak dan sebagai kakak bagi An F. Peran An S sudah dijalankan dengan baik

walaupun belum sempurna. An S menerima ide orang, berfungsi sebagai pendengar

56
dalam diskusi dan keputusan kelompok. An S juga tidak ada memiliki peran di dalam

masyarakat seperti menjadi ketua pemuda dan sebagainya.

3) An F merupakan anak ke 2 dari 1 bersaudara yang berperan sebagai anak Ny L yang

saat ini sudah berusia 19 tahun dan masih Kuliah di unp padang , An. F berperan

sebagai anak dan sebagai adik bagi An S. Peran An.F sudah dijalankan dengan baik

walaupun belum sempurna.

d. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang di anut

dan norma yang berlaku di lingkungannya. Norma keluarga yang berkaitan dengan

kesehatan adalah bila keluarga sakit di belikan obat ke apotik terdekat. Sedangkan anak-

anak yang sakit di bawa ke puskesmas dan apotik. Dalam setiap hari keluarga menjalani

hidup dengan tuntunan agama islam. Nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga anak

tidak boleh lagi keluar malam dari rumah setelah selesai shalat magrib, makan harus di

meja makan dan ibu selalu menekan selalu makan sayur, dan bagi anak perempuan harus

pakai jilbab keluar dari rumah.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga Ny. L mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga,

saling menyayangi dan menghormati. Apabila ada anggota keluarga membutuhkan atau

sakit maka anggota keluarga yang lain berusaha membantu.

57
b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga mengatakan interaksi atau sosialisi antar keluarga dapat berjalan dengan baik,

Ny. L berusaha untuk memnuhi aturan yang ada keluarga , misalnya saling menghormati

dan menghargai , Ny.L akan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar , sehingga

dapat menyesuaikan dan berhubungan baik dengan para tetangga dan masyarakat sekitar.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Praktik diit keluarga : Ny. L mengatakan dirinya tidak boleh makan makanan spt :

daging, gulai atau makanan yang bersantan, atau makanan siap saji dan tidak ada

keluarga yang alergi dengan makan serta tidak ada makanan yang di khsususkan.

2) Kebiasaan tidur dan istirahat : Ny.L mengatakan terkadang mata nya tidak bisa tidur

karena banyak pikiran dan Ny.L mengatakan sering buang air kecil pada malam hari

sebanyak 5 kali , itulah yang bisa menggangu jam tidur malam Ny.L. serta An.F sering

tidur malam sekitar jam 02.00 atau jam 03.00 dikarena kan main game.

3) Latihan Aktivitas Fisik dan Rekreasi : Ny. L mengatakan setiap pagi atau sore Ny.L

melakukan senam jantung sehat serta anak-anak Ny.L juga melakukan senam jantung

sehat. Keluarga Ny.L mengatakan kadang-kadang pergi rekreasi ke pantai bersama

anggota keluarga Ny.L.

4) Kebiasaan penggunaan obat-obatan penenang : Ny.L mengatakan dalam keluarga tidak

ada anggota keluarga yang mengkonsumsi alkohol. Ny L meminum obat rutin untuk

mahg, Sesekali Ny.L meminum teh saat pagi hari

5) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri : masing-masing anggota keluarga

melakukan perawatan diri secara mandiri. Apabila ada keluarga yang sakit, perawatan

dirinya dibantu oleh seluruh anggota keluarga.

58
6) Praktik perawatan gigi : keluarga Ny.L selalu menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari

yaitu pagi dan malam sebelum tidur.

7) Pelayanan perawatan gawat darurat : jika ada anggota keluarga yang sakit dan dalam

keadaan darurat Ny.L membawa nya ke pelayanan kesehatan terdekat seperti

puskesmas atau bidan desa.

8) Sumber pembiayaan : Ny.L mengatakan semua pembiayaan berasal dari penghasilan

warung atau kedai , dan juga penghasilan tambahan dari sawah

d. Fungsi Reproduksi

Ny. L memiliki 2 orang anak yang belum menikah dan tinggal bersama dalam satu rumah

dengan Ny. L.

e. Fungsi Ekonomi

Ny. L termasuk keluarga yang kurang mampu dan mempunyai penghasilan yang tidak

menentu dan Ny.L mengatakan susah untuk menyisihkan uang untuk ditabung.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stres Jangka Pendek

Keluarga Ny.L mengatakan saat ini memiliki masalah keuangan seperti biasanya dan Ny.L

mengatkan saat ini warung nya sepi saat ada Covid19 dan aktivitas diluar rumah dibatasi

oleh pemerintah Negara Indonesia.

b. Stres Jangka Panjang

Ny.L mengatakan sangat ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya. Ny. L mengatakan

kurang mengetahui bagaimana cara merawat rematik (Rheumatoid Arthritis) tersebut, dan

ingin mengetahui perawatannya.

59
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stresor

Untuk stresor jangka pendek, keluarga mengupayakan untuk tidak adanya masalah

sehingga bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Sedangkan terhadap stresor

jangka panjang keluarga Ny.L mengupayakan pengobatan, pencegahan, dan perawatan

kesehatan untuk Ny L serta anggota keluarga lainnya.

d. Strategi Koping yang Digunakan

Keluarga Ny. L menggunakan koping yang adaptif dalam keluarga dengan bersikap

terbuka terhadap semua masalah yang ada di keluarga. Dalam hal penyelesaian masalah

keluarga menyelesaikan dengan cara bermusyawarah dan berdiskusi bersama anggota

keluarga yang lainnya agar masalah tersebut terselesaikan.

e. Strategi Adaptasi Disfungsional

Keluarga mengatakan bahwa ketika banyak pekerjaan , Ny L akan kakinta terasa sakit di

bagian lutut dan tersa nyeri di bagian tangan, tersa kebal saat sudah banyak melakukan

pekerjaan dan susah tidur. Namun, ketika Ny L memijat bagian yang nyeri sedikit hilang

nyeri nya, terkadang nyeri terus menerus. Semua masalah yang dihadapi diselesaikan

dengan cara musyawarah secara bersama-sama dengan seluruh anggota keluar.

7. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.2

Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan Ny. L An.S An. F

.
1. Tanda Vital TD : 130/80 mmHg TD: mmHg TD : mmHg

Nadi :79 x/i Nadi :81 x/i Nadi :89 x/i

RR : 20 x/i RR: 20 x/i RR : 21 x/i


60
S: 36,4 °C S: 36,3 °C S: 36,9 °C
2. TB dan BB TB: 155 cm TB:154 cm TB:168 cm

BB: 65 Kg BB:52 Kg BB:58 Kg

IMT = 27,05 (BB lebih) IMT = 21,92 (Ideal) IMT = 20,54 (ideal)
3. Kepala Inspeksi : Rambut hitam Inspeksi : Rambut terdistribusi Inspeksi : Rambut t

lebat, beruban, kulit merata, tidak beruban, kulit merata, tidak beruba

kepala bersih, kepala kepala bersih, kepala simetris, bersih, kepala simet

simetris, Lesi (-) Lesi (-) Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), Palpasi : Benjolan (-), Nyeri

Nyeri (-) (-)


4. Mata Inspeksi : Konjungtiva Inspeksi : Konjungtiva Inspeksi : Konjungt

ananemis, sklera ikterik ananemis, sklera ikterik (-), sklera ikterik (-), p

(-), pupil +/+, lesi (-) pupil +/+, lesi (-) Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), Palpasi : Benjolan (-), Nyeri

Nyeri (-) (-)


5. Hidung Inspeksi : Mukosa Inspeksi : Mukosa lembab, Inspeksi : Mukosa k

kering, pengeluaran pengeluaran cairan atau lender pengeluaran cairan a

cairan atau lender (+), (+), Lesi (-) Lesi (-)

lesi (-). Palpasi : Benjolan (-), Nyeri Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), (-)

Nyeri (-)
6. Telinga Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris,

pembengkakan (-), pembengkakan (-), pengeluaran (-), pengeluaran cair

pengeluaran cairan (-), cairan (-), Serumen (-), (-), berdengung (-),

Serumen (-), berdengung berdengung (-), Lesi (-) Palpasi : Benjolan

(-), Lesi (-) Palpasi : Benjolan (-), Nyeri


61
Palpasi : Benjolan (-), (-)

Nyeri (-)
7. Mulut dan Gigi Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris, mukosa Inspeksi : Simetris,

mukosa lembab, lembab, pembengkakan (-), Gigi lembab, pembengka

pembengkakan (-), Gigi bersih, karies (-), gigi tidak sedikit kuning, karie

kuning, karies (+), gigi lengkap, kesulitan menelan (-), lengkap tapi ada ber

tidak lengkap dan juga lesi (-) kesulitan menelan (-

berlubang, kesulitan Palpasi : Benjolan (-), Nyeri Palpasi : Benjolan

menelan (-), lesi (-) (-)

Palpasi : Benjolan (-),

Nyeri (-)
8. Leher Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris,

pembengkakan kelenjar pembengkakan kelenjar tiroid kelenjar tiroid (-), JV

tiroid (-), JVP (-), (-), JVP (-), lesi (-) Lesi (-)

Lesi (-) Palpasi : Benjolan (-), Nyeri(-) Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-),

Nyeri (-)
9. Dada Jantung Jantung Jantung

Inspeksi : Dada simetris, Inspeksi : Dada simetris, lesi (-) Inspeksi : Dada sim

lesi (-) Palpasi : Benjolan (-), Nyeri Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), (+) Perkusi : Pekak pa

Nyeri (-) Perkusi : Pekak pada area Auskultasi : Bunyi

Perkusi : Pekak pada jantung S2, tidak ada bunyi

area jantung Auskultasi : Bunyi normal S1 tambahan, murmur (

Auskultasi : Bunyi dan S2, tidak ada bunyi jantung Paru - Paru
62
normal S1 dan S2, tidak tambahan, murmur (-), Gallop Inspeksi : Dada sim

ada bunyi jantung (-) menggunakan otot b

tambahan, murmur (-), lesi (-)

Gallop (-) Paru – Paru Palpasi : Ekspansi

Paru - Paru Inspeksi : Dada simetris, simetris, Benjolan (-

Inspeksi : Dada simetris, menggunakan otot bantu nasfas taktil fremitus tidak

menggunakan otot bantu (+), lesi (-) Perkusi : Sonor pa

nasfas (-), lesi (-) Palpasi : Ekspansi dinding paru

Palpasi : Ekspansi dada simetris, Benjolan (-), Auskultasi : Bunyi

dinding dada simetris, Nyeri(-) bronko vesikuler wh

Benjolan (-), Nyeri (-), Perkusi : Sonor pada area paru krekle (-/-)

taktil fremitus tidak - paru

normal Auskultasi : Bunyi nafas

Perkusi : Sonor pada bronko vesikuler wheezing (-/-),

area paru - paru krekle (-/-)

Auskultasi : Bunyi nafas

bronko vesikuler

wheezing (-/-), krekle

(-/-)
10. Abdomen Inspeksi : Abdomen Inspeksi : Abdomen datar, lesi Inspeksi : Abdomen

datar, lesi (-) (-) Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), Palpasi : Benjolan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri ulu

Nyeri tekan (-), Nyeri ulu tekan (-), Nyeri ulu hati (-) Perkusi : Timpani

hati (-) Perkusi : Timpani pada area abdomen


63
Perkusi : Timpani pada abdomen Auskultasi : BU (+)

area abdomen Auskultasi : BU (+)

Auskultasi : BU (+)
11. Ekstremitas Inspeksi : Edema (-), lesi Inspeksi : Edema (-), lesi (-), Inspeksi : Edema (-

(-), rentang gerak rentang gerak sempurna, rentang gerak sempu

sempurna, kekuatan kekuatan otot : otot :

otot :

Palpasi : Benjolan(-), Nyeri (-) Palpasi : Benjolan

Palpasi : Benjolan (-), Perkusi : Reflex patella (++/+ Perkusi : Reflex p

Nyeri(-) +)

Perkusi : Reflex patella

(++/++)
12. Kulit Inspeksi : Warna sawo Inspeksi : Warna sawo matang, Inspeksi : Warna sa

matang, Lesi (-), Tugor Lesi (-), Tugor kulit baik, kulit Lesi (-), Tugor kulit

kulit baik, kulit lembab lembab lembab

Palpasi : Benjolan (-), Palpasi : Benjolan (-), Nyeri Palpasi : Benjolan

Nyeri (-) (-),

64
8. Harapan Keluarga

Ny. L mengatakan agar penyakit rematiknya berkurang dan tidak kambuh

lagi dan ingin memahami lebih banyak lagi tentang bagaimana perawatan

penyakit rematik Ny. L, keluarga masih butuh penjelasan lebih lanjut

tentang perawatan dan obat/penangananya.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


DS:

 Ny.L mengatakan sering TTV

bertanya ke An,S apa obat  TD : 130/80 mmHg

untuk penyakitnya  N : 79

 Ny.L mengatakan saat rematik  S : 36,4

kambuh pergelangan tangan  RR : 20


dan kaki nyeri dan sudah di

gerakan
 Ny.L mengatakan ingin
 Ny.L mengatakan tidak tau mengetahui perawatan lebih
apa saja makanan yang lanjut pada penyakitnya dan
dilarang untuk penyakitnya pencegahan supaya sakitnya
yang akan beresiko tidak kambuh lagi
penyakitnya akan bertambah
 Keluarga jarang memeriksakan
 Ny.L mengatakan kurang tahu kesehatan ke puskesmas
apakah macam-macam obat

65
tradisonal yang lainnya yang terdekat

bisa digunakan untuk  Keluarga masih bingung

penyakitnya. dengan perawatan rematik dan

 Ny.L mengatakan sampai saat pada saat ditanya keluarga

ini tidak ada memakan obat hanya diam

rutin untuk sakit Rheumatoid  Keluarga Ny.L tampak jarang

nya berolahraga

 Ny.L mengatakan ingin  Ny.L tampak mengeluh

mengetahui perawatan lebih kesakitan di pergelangan

lanjut pada penyakitnya dan tangannya

pencegahan supaya sakitnya  Ny.L tampak lelah karena

tidak kambuh lagi terlalu banyak aktivitas

 Ny.L tampak bersemangat dirumah

untuk melawan penyakitnya  Makanan sehari hari keluarga

 Keluarga tampak bersemangat Ny. L masih kurang dari 4

untuk mengelola masalah sehat 5 sempurna, tidak ada

kesehatan dan pencegahannya batasan dalam makanan yang

 Keluarga mengatakan dimakan (tampak suka

sekarang cemas dengan makanan berlemak dan

kondisi keuangan saat ini dan bersantan)

juga bingung dengan  Tugas kesehatan keluarga yang

perawatan rematik pada Ny L belum terpenuhi seperti

dalam jangka panjang berperilaku hidup bersih dan

 Ny.L mengatkan tidak pernah sehat.

66
ke puskesmas untuk  An.F tampak asyik bermain

memeriksakan penyakitnya game

 An.F mengatakan hanya  An.F tampak tidak mencuci

menggosok gigi 1x dalam tangan dengan sabun

sehari  An.F tampak sering begadang

 An.F mengatakan pada malam  An.F tampak kurang

hari sering begadang sehingga memperhatikan kebersihan gigi

tidur hanya 4 jam dalam nya

sehari  Keluarga Ny.L hanya

 An.F mengatakan terkadang memeriksakan kesehatan ke

mencuci tangan dengan air pelayanan kesehatan jika ada

mengalir saja dan tidak keluarga yang sakit saja

menggunakan sabun  Keluarga tampak selalu

 An.F mengatakan terkadang memberikan support kepada

makan 2x dalam sehari karna Ny.L untuk menjalankan

keasyikan main game lupa program untuk mencegah

akan makan penyakit rematiknya

 Ny.L mengatakan tidak ada  Ny.L tampak memegangi

anggota keluarga dengan pergelangannya yang sakit

kebiasaan khusus sebelum  Ny.L tampak selalu

tidur, anggota keluarga tidur mengerjakan pekerjaan yang

ketika sudah mengantuk dan berat

jika belum mengantuk  Tampak kening Ny.L


anggota keluarga melakukan mengkerut saat memegangi

67
aktivitas masing-masing pergelangan tangannya.

seperti menonton dan main  Keluarga Ny.L tampak

HP. menggantungkan kain di

 Ny. L mengatakan pusing kamarnya, seperti di pintu dan

memikirkan biaya uang kuliah sebagainya

AnS dan An.F  Keadaan rumah dan

 Ny.L mengatakan penjualan lingkungannya kurang bersih,

nya berkurang karena covid19 ada kotoran ayam yang

ini berserakan di belakang rumah

 Ny. L mengatakan tidak ada dan juga rumput liar yang

yang bisa membantu tumbuh

keuangan nya karna anak ny.l  Keluarga memiliki hewan

belum bekerja ternak ayam, kucing yang

kandangnya berada di belakang

rumah yang keadaannya

kurang bersih.

 untuk limbah rumah tangganya

seperti sampah basah dan

kering di buang dan dibakar ±

2 meter dari belakang rumah

 Ny.L tampak sedih saat

menceritakan tentang

keuangannya

 Ny.L tampak memikirkan

68
beban yang berat dengan

masalah keuangan

 Saat anak-anak Ny.L kuliah

Ny.L tinggal sendiri dirumah

2. Analisa Data

No
Data Fokus Masalah Keperawatan
.
1. DS:

 Ny. L mengatakan mempunyai riwayat Ketidakefektifan

hipertensi dari ibunya Pemeliharaan

 Ny.L mengatakan sering bertanya ke Kesehatan

An,S apa obat untuk penyakitnya 00080

 Ny.L mengatakan saat rematik kambuh

pergelangan tangan dan kaki nyeri dan

sudah di gerakan

 Ny.L mengatakan tidak tau apa saja

makanan yang dilarang untuk

penyakitnya yang akan beresiko

penyakitnya akan bertambah

 Ny.L mengatakan ingin mengetahui

perawatan lebih lanjut pada penyakitnya

dan pencegahan supaya sakitnya tidak

kambuh lagi

 Ny.L mengatakan sampai saat ini tidak

69
ada memakan obat rutin untuk sakit

Rheumatoid nya

 Keluarga mengatakan sekarang cemas

dengan kondisi keuangan saat ini dan

juga bingung dengan perawatan

Hipertensi pada Ny L dalam jangka

panjang

 Ny.L mengatkan tidak pernah ke

puskesmas untuk memeriksakan

penyakitnya

 Ny.L mengatakan kurang tahu apakah

macam-macam obat tradisonal yang

lainnya yang bisa digunakan untuk

penyakitnya.

DO :

TTV

 TD : 130/80 mmHg

 N : 79

 S : 36,4

 RR : 20

 Ny.L mengatakan ingin mengetahui

perawatan lebih lanjut pada penyakitnya

70
dan pencegahan supaya sakitnya tidak

kambuh lagi

 Keluarga jarang memeriksakan

kesehatan ke puskesmas terdekat

 Keluarga masih bingung dengan

perawatan rematik dan pada saat ditanya

keluarga hanya diam

 Keluarga Ny.L tampak jarang

berolahraga

 Ny.L tampak mengeluh kesakitan di

pergelangan tangannya

 Ny.L tampak lelah karena terlalu banyak

aktivitas dirumah

 Makanan sehari hari keluarga Ny. L

masih kurang dari 4 sehat 5 sempurna,

tidak ada batasan dalam makanan yang

dimakan (tampak suka makanan

berlemak dan bersantan)

 Tugas kesehatan keluarga yang belum

terpenuhi seperti berperilaku hidup

bersih dan sehat.

2. DS:

71
1. An.F mengatakan hanya menggosok Prilaku Sehat Cendrung

gigi 1x dalam sehari Beresiko

2. An.F mengatakan pada malam hari D.00188

sering begadang sehingga tidur

hanya 4 jam dalam sehari

3. An.F mengatakan terkadang

mencuci tangan dengan air mengalir

saja dan tidak menggunakan sabun

4. An.F mengatakan terkadang makan

2x dalam sehari karna keasyikan

main game lupa akan makan

5. Ny.L mengatakan tidak ada anggota

keluarga dengan kebiasaan khusus

sebelum tidur, anggota keluarga

tidur ketika sudah mengantuk dan

jika belum mengantuk anggota

keluarga melakukan aktivitas

masing-masing seperti menonton

dan main HP.

DO:

1. An.F tampak asyik bermain game

2. An.F tampak tidak mencuci tangan

dengan sabun

72
3. An.F tampak sering begadang

4. An.F tampak kurang memperhatikan

kebersihan gigi nya


3 DS: Penurunan koping

 Ny. L mengatakan pusing memikirkan keluarga

biaya uang kuliah AnS dan An.F D.0097

 Ny.L mengatakan penjualan nya

berkurang karena covid19 ini

 Ny. L mengatakan tidak ada yang bisa

membantu keuangan nya karna anak ny.l

belum bekerja

DO :

 Ny.L tampak sedih saat menceritakan

tentang keuangannya

 Ny.L tampak memikirkan beban yang

berat dengan masalah keuangan

 Saat anak-anak Ny.L kuliah Ny.L

tinggal sendiri dirumah

3. Prioritas Masalah

 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

 Perilaku Kesehatan Cendrung Beresiko

 Penurunan Koping Keluarga

73
 Pemeliharaan kesehatan Kesehatan Tidak Efektif

No Kriter Bobot Nilai Pembenaran

ia
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang

Skala : 3/3 x 1 mampu

 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 3 1 =1 menjalankan

 Ancaman Kesehatan/ Resiko perilaku hidup

 Keadaan Sejahtera/ Potensial sehat


2 Kemungkinan Masalah dapat diubah Masalah dapat

Skala : diubah sebagian

 Mudah 2 1/2 x 2 dengan keinginan

 Sebagian 1 =1 keluarga untuk

 Tidak Dapat mencapai

kesehatan yang

baik
3 Potensial Masalah untuk Dicegah Keinginan

Skala : keluarga untuk

 Tinggi 3 1 3/3 x 1 mencari tahu

 Cukup =1 perilaku hidup

 Rendah sehat untuk

terhindar dari

penyakit cukup

baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga

Skala : menyadari

74
 Masalah berat, harus 2 2/2 x 1 masalah dan

segera ditangani 1 =1 menangani agar

 Ada masalah tetapi tidak masalah

perlu ditangani kesehatan dapat

 Masalah tidak dirasakan teratasi


Jumlah 9 4

 Prilaku Sehat Cendrung Berisiko

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : 2/3 x 1 mampu
 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 1 = 2/3 menjalankan
 Ancaman Kesehatan/ Resiko 2 perilaku hidup
 Keadaan Sejahtera/ Potensial sehat
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah Masalah dapat
Skala : diubah sebagian
 Mudah 2 2 2/2 x 2 dengan keinginan
 Sebagian =2 keluarga untuk
 Tidak Dapat mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah untuk Dicegah Keinginan
Skala : keluarga untuk
 Tinggi 1 3/3 x 1 mencari tahu
 Cukup 3 =1 perilaku hidup
 Rendah sehat untuk
terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, harus segera 2 2/2 x 1 masalah dan
ditangani 1 =1 menangani agar
 Ada masalah tetapi tidak perlu masalah
ditangani kesehatan dapat
 Masalah tidak dirasakan teratasi
Jumlah 9 6,3

75
 Penurunan Koping Keluarga

No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 2/3 x 1 Keluarga menyadari
Skala : = 0,6 jika masalah terus
 Tidak/ Kurang 3 dipikirkan (stress)
sehat/ Aktual 1 akan menunjang
 Ancaman 2 penyakit yang datang.
Kesehatan/ Resiko
 Keadaan 1
Sejahtera/
Potensial

2 Kemungkinan 2/2 x 2 Dengan diberikannya


Masalah dapat =2 manajemen stress dan
diubah dukungan koping
Skala : 2 keluarga mendorong
 Mudah 1 2 klien untuk
 Sebagian 0 mengontrol stress dan
 Tidak Dapat mencari solusi dari
setiap masalah nya
3 Potensial Masalah 1/3 x 1 Dengan diberikannya
untuk Dicegah = 0,3 manajemen stress dan
Skala : dukungan koping
 Tinggi 3 keluarga mendorong
 Cukup 2 1 klien untuk
 Rendah 1 mengontrol stress dan
mencari solusi dari
setiap masalah nya

4 Menonjolnya 2/2 x 1 Keluarga menyadari


Masalah =1 bahwa masalah ini
Skala : 2 perlu ditangani karena
 Masalah berat, ini merupakan upaya
harus segera 1 untuk
ditangani 1 mensejahterakan
 Ada masalah 0 ekonomi keluarga
tetapi tidak perlu kembali.
ditangani
 Masalah tidak

76
dirasakan
JUMLAH 3,9

77
C. Intervensi Keperawatan Keluarga

Data NANDA / SDKI NOC / SLKI NIC / SIKI

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi


DS: Keluarga mampu

 Ny. L mengatakan Sudah sering 00080 Ketidakefektifan mengenal masalah : Keluarga mampu

melakukan senam jantung sehat pemeliharaan 1831 Pengetahuan : manajemen 5510 mengenal masalah :

setiap pagi dan sore tetapi lutut kesehatan Rheumatoid Arthritis Pendidikan kesehatan :

nya masih sakit dan pengajaran proses

pergelangan tangannya terasa Pengetahuan : regimen penyakit yang dialami

ngilu 1813 pengobatan

 Ny.L mengatakan sering Keluarga mampu

bertanya ke An,S apa obat memutuskan untuk

untuk penyakitnya meningkatkan atau

 Ny.L mengatakan kurang tahu Keluarga mampu memperbaiki

78
apakah macam-macam obat memutuskan untuk 5250 kesehatan:

tradisonal yang lainnya yang meningkatkan atau Dukungan membuat

bisa digunakan untuk memperbaiki keputusan: langkah-

penyakitnya. 1606 kesehatan: langkah mencegah

 Ny.L mengatakan sampai saat Berpartisipasi dalam Rheumatoid Arthritis

ini tidak ada memakan obat memutuskan perawatan

rutin untuk sakit Rheumatoid 2202 kesehatan

nya 1700 Kesiapan caregiver dalam

 Ny.L mengatakan saat rematik 2605 perawatan di rumah Keluarga mampu

kambuh pergelangan tangan dan Kepercayaan kesehatan merawat anggota

kaki nyeri dan sudah di gerakan Partisipasi keluarga dalam 1100 keluarga yang sakit :

 Ny.L mengatakan tidak tau apa perawatan profesional Manajemen nyeri:

saja makanan yang dilarang 1400


pembuatan obat
untuk penyakitnya yang akan
tradisional (Kompres

79
beresiko penyakitnya akan
jahe hangat)
bertambah Keluarga merawat

 Ny.L mengatakan ingin anggota keluarga untuk

mengetahui perawatan lebih 1632 meningkatkan atau

lanjut pada penyakitnya dan memperbaiki kesehatan

pencegahan supaya sakitnya Perilaku kepatuhan:


Keluarga mampu
tidak kambuh lagi 1605 melakukan aktivitas yang 6480
memodifikasi
2205 tepat
DO : lingkungan :
Kontrol nyeri
 Ny.L mengatakan ingin Pencegahan jatuh
Kemampuan keluarga
mengetahui perawatan lebih
memberikan perawatan
lanjut pada penyakitnya dan
langsung
pencegahan supaya sakitnya

tidak kambuh lagi Keluarga mampu


1908 7400
 Ny.L tampak bersemangat memanfaatkan fasilitas

80
untuk melawan penyakitnya 2009 Keluarga mampu kesehatan :

 Keluarga tampak bersemangat memodifikasi 7400 Panduan pelayanan

untuk mengelola masalah lingkungan: kesehatan

kesehatan dan pencegahannya Deteksi resiko Bantuan sistem kesehatan

 Keluarganya jarang Dukungan keluarga

memeriksakan kesehatan ke selama pengobatan

pelayanan kesehatan, hanya

ketika sakit saja ke pelayanan

kesehatan 1806 Keluarga mampu

 Ny.L tampak berolahraga memanfaatkan fasilitas

kurang 1603 kesehatan:

 Ny.L tampak lelah karena Pengetahuan tentang

terlalu banyak aktivitas dirumah 2605 sumber-sumber kesehatan

Perilaku mencari pelayanan

81
kesehatan

Partisipasi keluarga dalam

perawatan keluarga

Keluarga mampu

DS: 00188 prilaku cendrung keluarga mampu 5606 mengenal masalah :

6. An.F mengatakan pada berisiko mengenal masalah : Pengajaran : individu

malam hari sering begadang 1803 Pengetahuan kesehatan Pentingnya menggosok

sehingga tidur hanya 4 jam 1602 Pengetahuan tentang proses gigi

dalam sehari penyakit 5602 Pengajaran proses

7. An.F mengatakan 1411 Status nutrisi penyakit:Akibat dari

terkadang mencuci tangan 1827 Mencari informasi masalah begadang

dengan air mengalir saja kesehatannya

dan tidak menggunakan

sabun

82
8. An.F mengatakan hanya Keluarga mampu

menggosok gigi 1 kali memutuskan untuk Keluarga mampu

dalam sehari meningkatkan atau memutuskan untuk

9. An.F mengatakan terkadang memperbaiki meningkatkan atau

makan 2x dalam sehari kesehatan: memperbaiki

karna keasyikan main game 1606 Berpartisipasi dalam kesehatan:

lupa akan makan memutuskan perawatan 5250 Dukungan membuat

10. Ny.L mengatakan tidak ada kesehatan keputusan : Terapi

anggota keluarga dengan 2202 Berpartisipasi dalam pengalihan gadget

kebiasaan khusus sebelum merumuskan perawatan dengan bimbingan

tidur, anggota keluarga tidur kesehatan belajar, bimbingan

ketika sudah mengantuk 2605 Kesiapan caregiver dalam seni dan nonton

dan jika belum mengantuk perawatan dirumah televisi

anggota keluarga

83
melakukan aktivitas

masing-masing seperti Keluarga merawat

menonton dan main HP. anggota keluarga untuk Keluarga mampu

DO: meningkatkan atau merawat anggota

 An.F tampak asyik bermain memperbaiki kesehatan keluarga yang sakit :

game 0003 Istirahat 4360 Modifikasi perilaku:

 An.F tampak tidak mencuci 0002 Pemeliharaan energi Mengajarkan pada anak

tangan dengan sabun 2006 Status kesehatan personal : cara mencuci tangan yang

 An.F tampak sering begadang kesehatan fisik benar

 An.F tampak kurang Mengajarkan cara

memperhatikan kebersihan gigi menggosok gigi yang

nya benar

Keluarga mampu Mengajarkan pola tidur

memodifikasi yang baik

84
lingkungan:

1908 Deteksi resiko Terapi nutrisi: Pentingnya

1120 nutrisi dan olahraga bagi

tubuh anak

Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas Keluarga mampu

kesehatan: memodifikasi

1806 Pengetahuan tentang lingkungan :

1603 sumber-sumber kesehatan Modifikasi perilaku dan

2605 Perilaku mencari pelayanan 4360 lingkungan:

kesehatan Memperhatikan

1806 Partisipasi keluarga kecukupan waktu tidur

85
dalam perawatan dan modifikasi tata letak

1603 keluarga sabun cuci tangan.

Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas

kesehatan :

7400 Bantuan sistem kesehatan

86
Keluarga mampu

DS: 0097 Penurunan Koping Keluarga mampu mengenal masalah

 Ny. L mengatakan pusing keluarga mengenal masalah kesehatan :

memikirkan biaya uang kuliah kesehatan : Dukungan koping

AnS dan An.F 09088 Status Koping keluarga Keluarga

 Ny.L mengatakan penjualan 13114 Fungsi Keluarga 09260 Edukasi proses penyakit

nya berkurang karena covid19 09074 Ketahanan keluarga Promosi koping

ini “Edukasi Covid 19”

 Ny. L mengatakan tidak ada Keluarga mampu 12441

yang bisa membantu keuangan memutuskan tindakan Keluarga mampu

nya karna anak ny.l belum dan keyakinankeluarga memutuskan tindakan

87
bekerja 1606 untuk meningkatkan atau 09132 dan keyakinan keluarga

memperbaiki kesehatan : untuk meningkatkan


DO :
Berpertisipasi dalam atau memperbaiki
 Ny.L tampak sedih saat
2202 memutuskan perawatan kesehatan:
menceritakan tentang
kesehatan Dukungan kepatuhan
keuangannya
Kesiapan caregiver dalam program pengobatan
 Ny.L tampak memikirkan
perawatan dirumah Edukasi prilaku upaya
beban yang berat dengan
kesehatan
masalah keuangan
09074
 Saat anak-anak Ny.L kuliah
Keluarga mampu
Ny.L tinggal sendiri dirumah
merawat / membantu

pemenuhan ADL : Keluarga mampu

Ketahanan keluarga merawat / membantu

12361 pemenuhan ADL :

88
Manajemen Nyeri :

Keluarga mampu “ ajarkan latihan rom

13114 memodifikasi lingkungan 12435 untuk sendi sendi”

untuk mencegah Edukasi Kesehatan

,mengurangi, dan “Ajarkan batuk yang

mengontrol ancaman benar dan cuci tangan”

kesehatan : Terapi Kesehatan

Fungsi Keluarga “pengaruh latihan gerak

1806 aktif terhadap intensitas

nyeri pada rematik”

1603 Keluarga mampu Keterlibatan Keluarga

memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan :

Pengetahuan tentang Keluarga mampu

89
sumber kesehatan memodifikasi

Perilaku mencari pelayanan lingkungan untuk

kesehatan mencegah ,mengurangi,

082338 dan mengontrol

ancaman kesehatan

Promosi kepatuhan

program latihan

12384 Edukasi proses penyakit

Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan :

Panduan pelayanan

kesehatan

90
Mengunjungi fasilitas

kesehatan

Bantuan sistem kesehatan

D.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/tanggal Jam DX Implementasi Evaluasi


Kamis/30 10.00 Ketidakefektifan Pertemuan ke 1 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB pemeliharaan kesehatan keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan proses penyakit dan

91
kesehatan keluarga khususnya Ny.L dengan dukungan pembuatan keputusan

rheumatoid arthritis dengan pendidikan rheumatoid arthritis

kesehatan dan dukungan membuat O : Keluarga Ny.L tampak sudah

keputusan paham dengan penkes yang diberikan,

hal ini terbukti dengan keluarga dapat


a. Mengetahui tentang proses penyakit
mengulangi kembali tentang proses
rheumatoid arthritis
penyakit dan dukungan membuat
b. Mengetahui apa saja dukungan
keputusan rheumatoid arthritis
pembuatan keputusan rheumatoid
A : Ketidakefektifan pemeliharaan
arthritis.
kesehatan teratasi sebagian

P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu mengenal

masalah
Kamis /02 13.00 Ketidakefektifan Pertemuan ke 2 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB pemeliharaan kesehatan keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan apa itu Rheumatoid

92
kesehatan keluarga khususnya Ny.L dengan arthritis

rheumatoid arthritis dengan mengenal O : Keluarga Ny.L tampak sudah

masalah paham dengan penkes yang diberikan,

hal ini terbukti dengan keluarga dapat


a. Mengetahui tentang pengertian
mengulangi kembali tentang dari
rheumatoid arthritis.
pengertian, penyebab, tanda gejala,
b. Mengetahui tentang penyebab
penatalaksanaan serta pengobatan
rheumatoid arthritis.
terhadap penyakit
c. Mengetahui tentang tanda dan gejala
A : Ketidakefektifan pemeliharaan
rheumatoid arthritis
kesehatan teratasi sebagian
d. Mengetahui tentang pengobatan/
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan
penatalaksanaan rheumatoid arthritis
keluarga berikutnya yaitu terapi
e. Mengetahui tentang manifestasi klinis
kompres jahe hangat untuk nyeri sendi
dari rheumatoid arthritis

93
Jumat/ 03 10.00 Ketidakefektifan Pertemuan ke 3 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB pemeliharaan kesehatan keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan terapi kompres jahe

kesehatan keluarga khususnya Ny.L dengan hangat untuk mengurangi nyeri

rheumatoid arthritis dengan terapi O : Keluarga Ny.L tampak sudah

kompres jahe hangat untuk mengurangi paham dengan memutuskan tindakan

nyeri kesehatan yang diberikan, hal ini

terbukti dengan keluarga dapat


a. Memberi pengetahuan keluarga
mempraktekkan cara pembuatan
pengobatan tradisonal dengan terapi
kompres serei hangat
ramuan kompres hangat serei
A : Ketidakefektifan pemeliharaan
b. Mendemonstrasikan cara pembuatan
kesehatan teratasi sebagian
kompres serei hangat untuk
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan
menurunkan nyeri
keluarga berikutnya yaitu terapi

kompres serei hangat untuk

94
mengurangi sendi
Sabtu /04 14.00 Ketidakefektifan Pertemuan ke 4 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB pemeliharaan kesehatan keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan terapi kompres

kesehatan keluarga khususnya Ny.L dengan serei hangat untuk mengurangi nyeri

rheumatoid arthritis dengan terapi O : Keluarga Ny.L tampak sudah

kompres serei hangat untuk mengurangi paham dengan memutuskan tindakan

nyeri kesehatan yang diberikan, hal ini

terbukti dengan keluarga dapat


a. Memberi pengetahuan keluarga
mempraktekkan cara pembuatan
pengobatan tradisonal dengan
kompres serei hangat
terapi ramuan kompres hangat
A : Ketidakefektifan pemeliharaan
serei
kesehatan teratasi sebagian
b. Mendemonstrasikan cara
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan
pembuatan kompres serei hangat
keluarga berikutnya yaitu manajemen
untuk menurunkan nyeri
nutrisi untuk pasien rheumatoid

95
arthritis

Rabu/08 19.00 Ketidakefektifan Pertemuan ke 5 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB pemeliharaan kesehatan keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan makanan untuk

kesehatan keluarga khususnya Ny.L dengan penderita rheumatoid arthritis

rheumatoid arthritis dengan manajemen O : Keluarga Ny.L tampak sudah

nutrisi untuk pasien rheumatoid arthritis paham dengan memutuskan tindakan

kesehatan yang diberikan, hal ini


a. Memberi pengetahuan keluarga
terbukti dengan keluarga dapat
tentang makanan yang baik bagi
menyebutkan makanan yang baik serta
penderita rheumatoid arthritis
makanan yang di bolehkan dan
b. Memberi pengetahuan keluarga
dilarang bagi pasien rheumatoid
tentang makanan yang di
arthritis

96
perbolehkan dan yang dilarang bagi A : Ketidakefektifan pemeliharaan

penderita rheumatoid arthritis kesehatan teratasi sebagian

P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu cara

menggosok gigi yang baik dan benar


Jumat/10 20:00 Perilaku kesehatan Pertemuan ke 6 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB cenderung beresiko keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan cara menggosok gigi

kesehatan keluarga dengan cara yang baik dan benar

menggosok gigi yang baik dan benar O : Keluarga Ny.L tampak sudah

paham dengan memutuskan tindakan


a. Mendemontrasikan cara menggosok
kesehatan yang diberikan, hal ini
gigi yang baik dan benar
terbukti dengan keluarga dapat

mempraktekkan cara menggosok gigi

yang baik dan benar

A : Perilaku kesehatan cenderung

97
beresiko teratasi sebagian

P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu cara

mencuci tangan yang benar


Minggu/12 14:00 Perilaku kesehatan Pertemuan ke 7 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB cenderung beresiko keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan cara mencuci tangan

kesehatan keluarga dengan cara mencuci yang benar

tangan yang benar O : Keluarga Ny.L tampak sudah

paham dengan memutuskan tindakan


a. Mengajarkan cara mencuci tangan
kesehatan yang diberikan, hal ini
yang benar
terbukti dengan keluarga dapat

mempraktekkan cara mencuci tangan

yang benar

A : Perilaku kesehatan cenderung

beresiko teratasi sebagian

98
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu cara

mengatur pola tidur


Senin/13 14:00 Perilaku kesehatan Pertemuan ke 8 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB cenderung beresiko keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan cara mengatur pola

kesehatan keluarga dengan cara mengatur tidur yang benar dan modifikasi

pola tidur lingkungan

O : Keluarga Ny.L tampak sudah


a. Memberikan pengajaran bagaimana
paham dengan memutuskan tindakan
cara mengatur pola tidur yang benar
kesehatan yang diberikan, hal ini
b. Mengajarakan hal apa saja yang di
terbukti dengan keluarga dapat
lakukan supaya waktu tidur sehari-
mengatur pola tidr yang benar serta
hari terpenuhi serta modifikasi
modifikasi lingkungan
lingkungan
A : Perilaku kesehatan cenderung

beresiko teratasi sebagian

99
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu pentingnya

nutrisi dan olahraga


Selasa/14 14:00 Perilaku kesehatan Pertemuan ke 9 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB cenderung beresiko keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan pentingnya nutrisi

kesehatan keluarga dengan pentingnya dan olahraga

nutrisi dan olahraga O : Keluarga Ny.L tampak sudah

a. Memberi pengetahuan keluarga paham dengan memutuskan tindakan

tentang makanan 4 sehat 5 kesehatan yang diberikan, hal ini

sempurna terbukti dengan keluarga dapat

b. Memberi pengetahuan keluarga menyebutkan makanan 4 sehat 5

tentang pentingnya olahraga bagi sempurna serta pentingnya olahraga

tubuh bagi tubuh

A : Perilaku kesehatan cenderung

beresiko teratasi sebagian

100
P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu Pemakaian

msker dan cuci tangan yang benar


Rabu/15 10:00 Prilaku Cendrung Pertemuan ke 10 S : Keluarga Ny.L mengatakan sudah

April 2020 WIB Berisiko keluarga mampu mengenal masalah mengerti dengan pemakaian masker

kesehatan keluarga dengan pemakaian dan cuci tangan yang benar

masker dan cuci tangan yang benar O : Keluarga Ny.L tampak sudah

a. Mengajarkan bagaimana cara paham dengan memutuskan tindakan

pemakaian masker yang benar kesehatan yang diberikan, hal ini

b. Mengajarkan bagaimana cara terbukti dengan dapat melakukan cuci

mencuci tangan yang baik dan tangan dan pemakaian masker yang

benar sesuai aturan benar dalam kesehariannya

A : prilaku cendrung berisiko keluarga

teratasi sebagian

P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

101
keluarga berikutnya yaitu “ Terapi

Aromatherapy Lemon Untuk

Mengurangi Stress
kamis/16 14:00 penurunan koping Pertemuan ke 11 S:

April 2020 WIB keluarga keluarga mampu mengenal masalah  Ny. L mengatakan pusing ada

kesehatan keluarga dengan pembuatan sedikit berkurang jika dipijat

terapi aromatherapy lemon untuk dengan aromaterapi le

mengurangi stress  mon

a. Mendemontrasikan cara pembuatan  Ny. L mengatakan jika pusing

jahe hangat untuk mempertahankan Ny. L menghirup aromaterapi

sistem imun tubuh lemon kemudian dibawa

istirahat

O:

 Tampak Ny. L menghirup

aromaterapi lemon

102
 Tampak Ny. L membawa

kemana saja aromaterapi

lemon

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan ke tugas keperawatan

keluarga berikutnya yaitu

Memodifikasi Lingkungan Dan

Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan


jumat /17 13:00 Penurunan koping Pertemuan ke 12 S:

April 2020 WIB keluarga  Keluarga Ny. L mengatakan

tahu manfaat fasilitas

pelayanan kesehatan jika ada

eluarga yang sakit

O:

 Tampak Keluarga Ny. l segera

103
membawa anggotanya jika ada

yang sakit

 Tampak Keluarga Ny. L bisa

menyebutkan manfaat fasilitas

kesehatan.

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dientikan

104
BAB IV

CRITICAL REVIEW EVEDENCE BASE

1. Kompres Jahe Berkhasiat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Penderita

Rheumathoid Arthritis

Judul : Kompres Jahe Berkhasiat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri

PadaPenderita Rheumathoid Arthritis

Kata Kunci : Nyeri, Radang Sendi Rematik, Kompres Jahe.

Penulis :

a. Problem (P)

Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang sudah lama

di aplikasikan oleh perawat. Kompres air hangat dianjurkan untuk menurunkan nyeri

karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi,

meningkatkan relaksasi psikologis, dan memberi rasa nyaman, dan kompres jahe

merupakan tindakan yang sering kali digunakan sebagai obat nyeri persendian karena

kandungan gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah

terbuka dan memperlancar sirkulasi darah, sehingga suplai makanan dan oksigen

lebih baik dan nyeri sendi berkurang (Utami & Puspaningtyas, 2013, dalam Izza

2014).

Penatalaksanaan pada penderita rematik untuk mencegah komplikasi dilkukan

dengan 2 cara yaitu terapi farmakologi, non-farmakologi . Terapi farmakologi yaitu

tindakan pemberian obat sebagai penurun nyeri. Biasanya dengan pemberian obat-

105
obat analgesik seperti Pemberian obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), contoh:

aspirin dan ibuprofen. Penggunaan obatobatan analgesik memiliki dampak buruk

seperti rasa yang tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, perdarahan tukak,

dapat juga mengakibatkan kerusakan pada ginjal, dan gangguan kardiovaskuler,

Adapun terapi nonfarmakologi yaitu dengan kompres air hangat jahe yang bertujuan

untuk obat nyeri persendian karena kandungan gingerol dan rasa hangat yang

ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar sirkulasi darah,

sehingga suplai makanan dan oksigen lebih baik dan nyeri sendi berkurang (Potter

dan Perry, 2006, dalam Izza, 2014)

b. Intervention (I)

Desain penelitian menggunakan quasi experiment desain pre and post test

nonequivalent control group. Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang

mengalami nyeri Artrithis reumatoid berjumlah 220 orang dengan penentuan sampel

penelitian menggunakan Cluster sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah lembar observasi numerik rating scale, Metode analisa data yang di gunakan

yaitu uji Paired t test berpasangan (Dharma, 2011)

c. Comparator (C)

Hasil penelitian membuktikan Artrithis reumatoid sebelum pemberian

kompres hangat jahe mengalami tingkat nyeri sedang sebanyak 6 responden (54,5%)

dan Nyeri Sesudah pemberian kompres hangat jahe, responden yang mengalami

nyeri sedang menjadi 0%. Hasil uji didapatkan ρ value 0,000 (ρ < nilai α) sehingga

106
terdapat pengaruh yang signifikan kompres hangat jahe terhadap nyeri pada Artrithis

reumatoid di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang.

d. Outcome (O)

Berdasarkan hasil penelitian maka dalam proses penyembuhan penyakit

Artrithis reumatoid dengan melakukan hidup sehat dengan melakukan olahraga

teratur, hindari melakukan aktivitas yang berlebihan dan terus menerus, makan

makanan yang kaya antioksidan untuk mengurangi dan mencegah peradangan sendi.

2. Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid

Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Graha Residen Senior Karya Kasih Medan

Judul : Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Artritis

Rheumatoid Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Graha Residen Senior

Karya Kasih Medan

Kata Kunci : rheumatoid arthritis, intensitas nyeri, kompres serai, lansia dengan 60

tahun

Penulis : Maita Sarah

a. Problem (P)

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,

kekakuan, pembengkakan dan keterbasan gerak serta fungsi dari bahaya

sendi.Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendisendi kecil

ditangan dan kaki cenderung paling sering terlibat.Pada rheumatoid arthriti kekakuan

paling sering terburuk dipagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau

bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut

merupakan petunjuk bahwa seseorang mengalami rheumatoid atritis, karena sedikit

107
penyakit atritis lainnya berperilaku seperti ini.Misalnya, osteoarthritis paling sering

tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of

Rheumatologi, 2012).

Kompres serei hangat merupakan terapi alternatif yang dapat dilakukan secara

mandiri untuk mengurangi rasa nyeri, karena serei mengandung senyawa aktif yang

dapat menurunkan nyeri dan tanaman serei juga memiliki kandungan enzim

siklooksigenase yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis

rheumatoid, selain itu juga serei memiliki efek farmakologi yaitu rasa pedas yang

bersifat hangat. Dimana efek panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme

otot, karena terjadi vasodilatasi pembuluh darah (Smeltzer, 2010).

b. Intervention (I)

Desain penelitian ini menggunakan metode pra eksperimen dengan rancangan

one group pre post test design. Populasi penelitian ini adalah semua lanjut usia yang

menderita artritis rheumatoid yang mengalami nyeri arthritis rheumatoid di Panti

Jompo Graha Residen Senior Karya Kasih Medan Tahun 2018 sebayak 23 orang.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu seluruh

populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel dengan riwayat nyeri

artritis rheumatoid ringan dan sedang, dengan demikian maka jumlah sampel

sebanyak 23 orang Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, instrument skala nyeri. Analisa

data menggunakan analisa

108
c. Comparator (C)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyeri responden sebelum dilakukan

kompres serei hangatnilai rata-rata mencapai 3.65 dengan standar deviasi 0.93 dan

setelah dilakukan intervensi dengan kompres serei hangat nilai ratarata 2.17 dengan

standar deviasi 1.17. Menunjukkan nilai rata-rata nyeri artritis rheumatoid responden

setelah intervensi kompres serei hangat lebih rendah dari pada nilai rata-rata sebelum

intervensi sehingga dapat dinyatakan bahwa kompres serei hangat ini berpengaruh

terhadap penurunan intensitas nyeri atritis rheumatoid pada lanjut usia

Hasil penelitian diatas sesuai dengan pendapat Hembing (2007) dimana serei

mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi yaitu

rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti radang (anti inflamasi) dan menghilangkan

rasa sakit atau nyeri yang bersifat analgetik serta melancarkan sirkulasi darah, yang di

indikasikan untuk menghilangkan nyeri otot dan nyeri sendi pada penderita artritis

rheumatoid.

d. Outcome (O)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang

akan mengalami beberapa perubahan dalam diri mereka secara fisiologis dan

psikologis, diantara perubahan fisiologis tersebut adalah perubahan pada mekanisme

kardio vaskuler sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit degenerative seperti

tekanan darah tinggi. Intensitas nyeri sendi rheumatoid lansia sebelum diberikan

kompres serei hangat bervariasi karena sifat nyeri adalah subyektif, dipengaruhi

beberapa faktor dan juga penyebab nyeri bermacammacam sehingga dapat

menimbulkan nyeri yang berbeda-beda. Setelah pemberian terapi kompres serei

hangat terhadap responden yang mengalami nyeri atritis rheumatoid selama 20 hari,

109
responden mengatakan merasa lebih nyaman dan sakit yang dirasakan merasa lebih

kurang. Pemberian kompres serei hangat yang diberikan pada responden dilakukan

selama 20 hari karna menurut Sri Hyulita (2013) dan Marlina Andriani (2016) terapi

komplementer akan terlihat hasilnya jika diberikan dalam waktu 20 hari.

110
BAB V

PEMBAHASAN

Pasien kelolaan adalah Ny.L orang tua dari An.S dan An.F dengan Rheumatoid

Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2020. Pada bagian ini penulis membahas tentang komplementer

keperawatan terapi kompres jahe hangat dan kompres serei hangat yang telah dilakukan

pada Ny.L dengan Rheumatoid Arthritis dan akan membandingkannya dengan teori yang

ada. Adapun uraian tentang pembahasan tersebut sebagai berikut.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian yang dilakukan berdasarkan pengkajian keperawatan keluarga dan

anamnesa dari pasien. Kemudian data dikumpulkan dan di analisa sehingga dapat

diketahui masalah keperawatan yang ada pada keluarga Ny.L. Data yang didapat setelah

dilakukan pengkajian pada seluruh keluarga Ny.L berdasarkan tinjauan teoritis yang

dibuat. Data-data tersebut menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan selanjutnya

karena sudah didapatkan jelas dan sesuai.

 Pengkajian pada keluarga Ny.L dilakukan pada tanggal 3 april 2020. Dari

pengkajian tersebut didapatkan data bahwa Ny.L mengalami sakit di

pergelangan tangan Rheumatoid Arthritis, saat ini Ny.L berusia 50 tahun.

Rheumatoid Artritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian

dalam sendi (Febriana,2015). Penyebab Arthritis Rheumatoid (RA) dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain, Mekanisme IMUN

111
( Antigen- Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid,

Gangguan Metabolisme, Genetik, infeksi virus dan Faktor lain : nutrisi, faktor

usia dan faktor lingkungan yaitu (pekerjaan dan psikososial). Pada saat

pengkajian tanda dan gejala pada Ny.L tampak sakit dipergelangan tangan,

tampak susah berjalan, nyeri persendian, tersa nyeri saat malam hari,

bengkak, terbatasnya pergerakkan dan kekakuan pada saat bangun tidur di

pagi hari.

B. DIAGNOSA

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisikyang telah dilakukan, maka

diagnosa keperawatan keluarga yang akan di angkat antara lain:

1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

2. Perilaku Kesehatan Cendrung Beresiko

3. Penurunan Koping Keluarga

C.INTERVENSI

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa menggunakan rencana

keperawatan yang telah disusunkan oleh Nanda/SDKI, NIC/SLKI, NOC/SIKI sebagai

standar. Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang

dapat diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien.

Dalam hal ini penulis tidak terlalu mengalami kesulitan yang begitu berarti hal

ini disebabkan karena adanya beberapa factor pendukung dan terjalinnya hubungan

komunikasi yang baik antara penulis dengan pembimbing. Intervensi yang telah

dilakukan pada keluarga adalah membantu keluarga agar keluarga mampu mengenal

112
masalah, keluarga mampu memutuskan utnuk meningkatkan kesehatan, keluarga mampu

merawat anggota keluarga untuk meningkatkan kesehatan, keluarga mampu

memodifikasi lingkungan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan.

D.IMPLEMENTASI

Dalam tahap implementasi penulis telah melakukan implementasi keperawatan

berdasarkan perencanaan keperawatan. Untuk keperawatan komplementer dilakukan

terapi kompres jahe hangat pada Ny.L ,komplementer kompres jahe hangat telah

dilakukan selama 2 minggu, dari pengenalan tentang komplementer kompres jahe hangat

yang akan dilakukan, mendampingi keluarga dalam melakukan kompres jahe hangat

pada Ny.L, hingga keluarga benar-benar mampu melakukan kompres jahe hangat secara

mandiri.

E .EVALUASI

Setelah dilakukan implementasi selama 4 minggu didapatkan hasil keluarga

sudah mampu melakun terapi kompres jahe hangat da kompres serei hangat secara

mandiri dengan benar. Data objektif yang didapatkan pada hari terakhir fase terminasi

nyeri pada pergelangan tangan Ny.L , Ny.L sudah tidak meringis kesakitan lagi dan

sudah mampu melalukan sedikit aktivitas di luar rumah.

113
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan Complementary Nursing Case Study setelah praktek

profesi keperawatan keluarga yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :

1. Pengobatan Komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara

banyak nya fenomena-fenomena pengobatan non konvensial yang lain seperti,

kompres hangat jahe dan kompres serei hangat. Defenisi CAM (Complementary And

Alternative Madacinne) Suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai

system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan.,

2. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,

pembengkakan dan keterbasan gerak serta fungsi dari bahaya sendi.Rheumatoid

arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi sendi kecil ditangan dan kaki

cenderung paling sering terlibat.

3. Melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.L dengan Rheumatoid Arthritis

dengan diagnosa :

a. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

b. Prilaku Sehat Cendrung Berisiko

c. Penurunan Koping Keluarga

B. Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Dengan adanya Complementary Nursing Case Study ini diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan keperawatan dan tindakan keperawatan keluarga yang

terbaik bagi keluarga khususnya bagi keluarga yang menderita rheumatoid arthriti

114
2. Bagi Masyarakat

Hasil Complementary Nursing Case Study ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat tentang perawatan mandiri yang dapat dilakukan

keluarga khususnya keluarga dengan Rematik (rheumatoid arthriti) di rumah.

3. Bagi instansi pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dalam pendidikan

terutama pada kesejahteraan hidup keluarga dengan menerapkan terapi komplementer

sebagai penunjang dari pengobatan farmakologis.

4. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dibidang perawatan

keluarga dan selalu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan

rencana tindakan.

115
DAFTAR PUSTAKA

Balata. Skripsi. Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Bogor

Fathona, Difa. 2011. Kandungan Gingerol dan Shogaol, Intensitas Kepedasan dan

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi

11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of

Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hembing, W. (2007). Atasi Asam Urat dan Rematik Ala Hembing. Jakarta : Puspa Swara

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis

MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,

International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Indonesia

Izza, Syarifatul. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat Dan

Pemberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Unit

Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran : STIKES Ngundi Waluyo Ungaran

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :

EGC

Laporan Profil Kesehatan Kota Bukittinggi Tahun 2010

Lase, Hartati. 2015. Pengaruh Kompres Jahe terhadap Intensitas Nyeri pada Penderita

116
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Masyhurrosyidi, Arif. 2008. Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe terhadap Tingkat

Nainggolan, (2009), Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia : Majalah

Kedokteran Indonesia,Vol. 59, No 12, pp. 589

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar

Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag

2. Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2013)

Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan Jahe Merah (Zingiber

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta

: EGC. 2002.

Subakut dan Kronis pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut di Puskesmas

Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Jurnal. Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

Suratun, (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.

Jakarta : EGC

Susanti, Devi. (2014). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Artritis

Rematoid pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar.

Sumatera Barat :Universitas Muhammadiyah

117

Anda mungkin juga menyukai