Anda di halaman 1dari 35

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian dengan Menggunakan Format Self Care Orem


Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. DR. H.S.T.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Pangkal Pinang, 11 Januari 1948
Umur : 69 Tahun
Status : Menikah
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pensiunan Dosen
Alamat : Jln. Simponi – Kelapa Gading
No.RM : 00.63.94.69
Tanggal masuk RS : 28 November 2017 melalui UGD, pukul 22.48
malam.
Tanggal perawatan ICU : 3 Desember 2017
Ruang Perawatan : ICU Bed V
Diagnosis Medik : CVD Non Hemoragic, Hemiparese Dextra,
Hipertensi, Sepsis Berat, Hipoalbumin,
Hiponatremia
Tanggal pengkajian : 6 Desember 2017

Penanggung Jawab
Nama : Tn. S.T.
Umur : 35 tahun
Hubungan Keluarga : Anak pasien
Pekerjaan : Wiraswasta

Keluhan Utama :
 Berdasarkan catatan rekam medic pada pengkajian awal saat masuk RS,
pasien masuk ke RS dengan keluhan nyeri kepala, rasa pusing, muntah-
muntah ± 4 kali dirumah, kondisi tubuh lemah, terutama pada lengan dan kaki
kanan.

46
Riwayat Penyakit Sekarang:
 Pasien dipindahkan dari Unit Carolus untuk dirawat di ICU pada tanggal 3
Desember 2017. Kondisi pasien saat pindah ke ICU yaitu kesadaran apatis,
tekanan darah yang tinggi, sesak dan hipersekresi mukus. Saat masuk ke ICU,
pasien menggunakan ventilator dengan SIMV (Syncronized Intermitten
Mandatory Ventilation), dan pada tanggal 4 Desember 2017, ventilator
dilepaskan.
 Saat dikaji tanggal 6 Desember 2017, pasien mengalami penurunan
kesadaran. Pemeriksaan kesadaran kualitatif yaitu somnolens. Pemeriksaan
kesadaran kuantitatif dengan GCS yaitu E3 (mata membuka kalau diajak
bicara), V2 (bisa bersuara tapi tidak dapat dimengerti dengan jelas artinya),
M4 (flexi menjauh dari rangsang nyeri), dengan total GCS 9 (skor ≥ 9 : tidak
coma). Pemeriksaan TTV: TD 167/103 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi
28 x/menit, SB 38˚C, Saturasi O2 98%. Pasien nampak sesak dan batuk
berlendir.
 Saat di ICU, pasien didiagnosis dengan CVD Non Hemoragic, Hemiparese
Dextra, Hipertensi, Pneumonia, Sepsis Berat, Hipoalbumin, Hiponatremia

Riwayat Penyakit dahulu :


 Berdasarkan catatan rekam medic pada pengkajian awal saat masuk RS,
pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak diperoleh data sehubungan dengan riwayat penyakit dalam keluarga
karna kondisi pasien dengan penurunan kesadaran, dan keluarga tidak berada
di ruang tunggu untuk diwawancarai

Faktor Risiko :
 Tidak diperoleh data sehubungan dengan riwayat penyakit dalam keluarga
karna kondisi pasien dengan penurunan kesadaran, dan keluarga tidak berada
di ruang tunggu untuk diwawancarai

47
Riwayat Alergi :
 Berdasarkan catatan rekam medic pada pengkajian awal saat masuk RS,
pasien memiliki tidak memiliki riwayat alergi

Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum: Pasien nampak sakit berat
2. Kesadaran: Somnolen, GCS E3 V2 M4 (total skor 9 : tidak coma)
3. Tekanan darah: 168/103 mmHg
4. MAP: 124,3 mmHg
(Perfusi darah ke ginjal memadai : normal MAP 70 mmHg)
5. Pernapasan: 28 kali/menit, irama teratur
6. Nadi: 107 x/menit, nadi cepat
7. Suhu badan : 38 oC

Diagnostik test :
 EKG (1 Desember 2017) :
 Heart Rate (R – R Lead II = 3 kotak besar) = 300 / 3 = 100 x/mnt
 Gelombang P 1 kotak kecil = 0,05 detik
 Gelombang PR Interval 3 kotak kecil = Lebar 0,12 detik
 Gelombang QRS 2 kotak kecil = Lebar 0,08 detik
 Axis: Gelombang P diikuti QRS Kompleks pada Lead I dan aVF = Normal
Axis

 Foto Thorax (3 Desember 2017)


 Ujung ET Tube setinggi vertebra throracal III diatas level carina
 Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar
 CTR tak dinilai
 Elongatio aorta thoracalis dengan sclerosis arcus aorta
 Kedua hili tak membesar
 Tak tampak pelebaran formasi vascular sentral di kedua perihiler
 Bronchial marking lapangan paru dalam batas normal
 Tidak tampak infiltrate, nodul pada kedua lapangan paru
 Sinus kostofrenikus bilateral lancip terutama tidak tampak adanya efusi
pleura
48
 Kontur diafragma bilateral regular dengan letak yang normal
 Tak tampak deformitas tulang
 Bayangan soft tissue kedua hemithorax normal
 KESAN:
 Dibandingkan dengan X-Foto Thorax 2 Desember 2017: Posisi ET
Tube baik. Tak tampak kelainan pada pulmo.

 CT Scan Kepala dengan Kontras (4 Desember 2017)


 Tampak lesi hipodens di subkortikal frontal kiri dan gambaran lesi
hipodens samar di region temporal kiri. Pasca pemberian contras terlihat
penyagatan fokal ringan di region temporal kiri
 Parenkim otak tidak tampak lesi yang mencurigakan SOL / perdarahan
 Differensiasi white and gray matter baik, tidak tampak shift dari midline
struktur
 Susunan ventrikel di tengah, simetris, tidak melebar
 Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna tidak melebar
 Cerebellum dan batang otak terlihat relatif baik
 Tulang kepala intact, extracranial tidak tampak kelainan
 KESAN:
 Infark region subkortikal frontal kiri
 Penyangatan fokal ringan di region temporal kiri, suspek infeksi DD/
fokal encephalitis
 Tidak tampak kecurigaan SOL saat ini

 Pemeriksaan HSV (Herpes Simplex Virus) Tipe II, CMV (Cyto Megalo
Virus), CD4 + CD8 (6 Desember 2017)
 Belum ada hasil

 Foto Thorax (7 Desember 2017)


 Belum ada hasil

49
 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Jenis Pemeriksaan 28 / 11 / 29 / 11 1 / 12 / 2 / 12 / 3 / 12 / 5 / 12 / 6 / 12 / Nilai Normal Satuan
2017 / 2017 2017 2017 2017 2017 2017
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15.4 14.7 12.00 – 14.00 g/dL
Eritrosit 4.89 4.67 4.50 – 5.50 juta/ul
Leukosit 15.59 17.22 5.00 – 10.00 ribu/ul
Hitung Jenis:
Basofil 0.3 0.3 0.0 – 1.0 %
Eosinofil 0.2 0.1 0.0 – 3.0 %
Neutrofil 71.3 77.1 0.0 – 6.0 %
Limfosit 13.0 11.1 20.0 – 40.0 %
Monosit 15.2 11.4 0.0 – 8.0 %
Hematokrit 43.8 41.2 36.00 – 42.00 %
Trombosit 180 134 150.00 – 400.00 ribu/ul
MCV 90 88 79 – 97 fL
MCH 32 32 27 – 31 pg/mL
MCHC 35.2 35.7 31.4 – 38.5 g/dL
RDW-CV 13 12 10 – 20 %
KIMIA
Albumin 3.19 4.00 – 5.20 g/dL
GINJAL
Ureum 32 15.00 – 40.00 Mg/dl
Kreatinin 0.8 0.50 – 1.00 Mg/dl

50
eGFR 91.1 CKD formula by mL/min/1.73
creatinine EPI mˆ2
ELEKTROLIT
Kalium 4.1 3.7 3.7 4.0 3.50 – 5.10 mmol/L
Natrium 123 125 123 137 136.00 – 145.00 mmol/L
Chlorida 91 94 93 99 98.00 – 107.00 mmol/L
Glukosa Sewaktu (Kapiler) 114 164 170 ADA & PERKENI: mg/dL
≤ 200
HEMOSTASIS
PT
PT (Pasien) 10.2 9.4 – 11.3 Detik
PT (Kontrol) 10.9 9.5 – 11.3 Detik
APTT
APTT (Pasien) 29.6 27.7 – 40.2 Detik
APTT (Kontrol) 32.9 29.0 – 39.2 Detik
d-Dimer 5940 0 - 500 ng/mL
ANALISA GAS DARAH
pH 7.41 7.36  Bayi:
 1 hari: 7.20 – 7.40
 10 hari – 3 bulan: 7.38 – 7.40
 Dewasa: 7.34 – 7.45
p CO2 30.7 44.1 35.0 – 45.0 mm Hg
p O2 138 95 75 – 100 mm Hg
HCO3 19.3 25.0 22 – 26 mEq/L
CO2 Total 20 26 21 – 25 mmol/L
Base Excess (-) 3.10 (-) 0.20 (-) 2.50 – (+) 2.50 mmol/L
O2 Saturation 99.50 97.40 95.0 – 98.00 %
Std HCO3 22 24 22 – 26

51
Terapi Medis :
Obat Oral
1. Amlodipin 1 x 10 mg (jam 13.00)
Indikasi:
Amlodipine adalah obat anti hipertensi yang termasuk ke dalam golongan
calcium channel blockers. Obat ini bekerja dengan cara menghambat secara
selektif masuknya ion kalsium ke dalam membran sel terutama sel otot polos
pembuluh darah dan sel-sel otot jantung. Obat ini juga berperan sebagai arteri
perifer vasodilator sehingga mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh
darah perifer dan penurunan tekanan darah.
Kegunaan amlodipine adalah untuk kondisi-kondisi berikut :
 Untuk pengobatan hipertensi, baik terapi tunggal maupun kombinasi
dengan diuretik tiazid, beta adrenoreseptor blocker, atau ACE inhibitor.
 Digunakan juga untuk pengobatan iskema miokardia termasuk angina
pektoris dan atau vasospasmus / vasokonstriksi vaskulator koroner.
 Obat ini juga dipakai dalam terapi penyakit arteri koroner.
Kontraindikasi:
 Jangan menggunakan obat ini pada pasien yang mempunyai riwayat
hipersensitif terhadap amlodipine atau obat-obat yang termasuk golongan
calcium channel blockers lainnya.
 Pasien yang mengalami syok kardiogenis (sirkulasi darah yang tidak
normal karena ventrikel jantung tidak berfungsi optimal), stenosis aorta
(penyempitan pada saluran keluar ventrikel kiri jantung), atau menderita
angina yang tidak stabil jangan menggunakan obat ini.
 Obat ini juga dikontraindikasikan untuk penderita tekanan darah rendah (<
90/60 mmHg), ibu menyusui dan wanita hamil.
Efek samping:
 Efek samping amlodipine yang sering terjadi : sakit kepala, kelelahan,
pusing, mengantuk, mual, nyeri perut, kulit memerah, palpitasi,
somnolensi, termasuk edema perifer.
 Efek samping seperti kelainan pada darah, impotensi, depresi, insomnia,
takikardia, dan penyakit kuning terjadi sangat jarang namun akan berakibat
fatal bila terjadi. Oleh karena itu pemakaian obat ini harus dengan
pengawasan dokter.

52
2. Sucralfat 3 x 15 cc (jam 09.00 – 17.00 – 01.00)
Indikasi:
Sukralfat (sucralfate) adalah agen sitoprotektif, obat saluran pencernaan yang
digunakan secara oral terutama untuk mengobati ulkus duodenum aktif. Obat
ini adalah suatu senyawa kompleks aluminium hidroksida dan sukrosa sulfat
yang berfungsi sebagai antasida minimal.
Kegunaan Sukralfat (sucralfate) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi
berikut :
 Tukak usus duabelas jari (duodenum) aktif yang tidak disebabkan oleh
penggunaan NSAID. Obat digunakan dalam jangka pendek (maksimal 8
minggu).
 Tukak lambung yang tidak disebabkan oleh penggunaan NSAID.
 Terapi pemeliharaan pada proses penyembuhan tukak usus duabelas jari.
 Aphthous ulcer dan stomatitis yang disebabkan oleh radiasi atau
kemoterapi.
 Gastro esophageal reflux disease (GERD) selama kehamilan. Sukralfat
(sucralfate) merupakan obat lini pertama yang digunakan pada kondisi ini.
Biasanya dikombinasikan dengan pengaturan gaya hidup.
 Stres ulkus profilaksis dan mengurangi risiko ventilator-associated
pneumonia (VAP).
 Sukralfat (sucralfate) mampu menghambat pembentukan striktur pada luka
bakar korosif dan dapat digunakan dalam pengobatan korosif esophagitis
untuk meningkatkan penyembuhan mukosa dan menekan pembentukan
striktur.
 perdarahan rektal dan manajemen setelah iradiasi untuk kanker serviks
uterus.
 Hyperphosphatemia akibat gagal ginjal.
Kontraindikasi:
 Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang diketahui memiliki
riwayat hipersensitif pada Sukralfat (sucralfate).
 Tidak dianjurkan digunakan oleh anak usia < 15 tahun.

53
 Hindari menggunakan obat ini pada pasien dengan gagal ginjal kronis
karena obat ini bisa menyebabkan nefropati yang diinduksi oleh
aluminium.
Efek samping:
Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa
efek samping Sukralfat (sucralfate) yang mungkin terjadi :
 Efek samping yang paling umum adalah sembelit. Efek samping lain pada
saluran pencernaan yang bisa terjadi diantaranya diare, mual, gangguan
pencernaan, dan gangguan lambung .
 Efek samping yang lebih jarang terjadi seperti pusing, sakit kepala,
vertigo, mengantuk, mulut kering, ruam, reaksi hipersensitifitas, nyeri
punggung dan pembentukan bezoar.
 Pasien dengan disfungsi ginjal memiliki resiko mengalami efek samping
yang lebih serius seperti hypophosphatemia dan keracunan aluminium.

3. NaCl 2 x 1 gr (jam 09. 00 – 21.00) Catatan: tanggal 7 Desember 2017, obat


sudah di STOP
Indikasi:
Garam Nacl diindikasikan untuk perawatan Regulasi fungsi ginjal,
Pemeliharaan osmolaritas, Regulasi konduksi saraf, Regulasi kontraksi otot dan
kondisi lainnya.
Nacl digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, & perbaikan penyakit,
kondisi dan gejala berikut ini:
 Regulasi fungsi ginjal
 Pemeliharaan osmolaritas
 Regulasi konduksi saraf
 Regulasi kontraksi otot

4. Acyclovir 5 x 80 mg (2 tab: 1 tab = 40 mg) (jam 17.00 – 21.00 – 01.00 – 05.00 –


09.00)
Indikasi:
Acyclovir adalah obat anti virus yang digunakan untuk mengobati infeksi
herpes simplex, herpes zoster, dan campak. Acyclovir bekerja dengan cara
menghambat sistesis DNA dan replikasi virus.

54
Kegunaan acyclovir adalah untuk hal-hal berikut :
 Mengobati herpes simplex akut pada kulit dan membran mukosa, herpes
zoster, dan herpes genital episode awal ataupun berulang.
 Sebagai terapi pencegahan (profilaksis) kambuhnya herpes simplek pada
pasien immune compromised.
 Untuk mengobati infeksi cacar (varicella).
 Digunakan juga untuk mengobati herpes simplex encephalitis pada
neonatus dengan usia > 6 bulan.
Kontraindikasi:
Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas
terhadap acyclovir dan valasiclovir.
Efek samping:
 Efek samping yang sering dilaporkan akibat pemakaian obat ini adalah
terjadinya gangguan pada saluran pencernaan seperti sakit perut, mual,
muntah, dan diare.
 Efek samping yang lebih jarang adalah terjadinya gangguan pada ginjal
dan kadar trombosit yang rendah.
 Efek samping lainnya misalnya pusing, sakit kepala, bingung, halusinasi,
mengantuk, rasa lelah, ruam pada kulit, urtikaria, pruritis, fotosensitifitas,
hepatitis, jaundice, dyspnoea, angiodema, peningkatan bilirubin,
peningkatan enzim hati dan reaksi anafilaksis.
 Efek samping pada pemberian sediaan intravena misalnya, terjadi
inflamasi lokal pada tempat penyuntikan, demam, agitasi, tremor,
psychosis dan konvulsi.

5. Captopril 3 x 25 mg (09.00 – 17.00 – 01.00) Catatan: bila TD < 130, lewati


pemberian obat
Indikasi:
Captopril adalah obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi (tekanan
darah tinggi) dan kelainan-kelainan pada organ jantung. Obat ini termasuk
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor golongan sulfhydryl.
Captopril bekerja dengan cara mencegah konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II, suatu zat vasokonstriktor endogen. Penghambatan ini
menyebabkan kadar angiotensin II menurun. Penurunan juga terjadi pada

55
kadar hormon-hormon simpatis seperti noradrenalin dan adrenalin. Di sisi lain
terjadi peningkatan bradikinin, prostaglandin, dan nitrit oksida. Kedua hal ini
menyebabkan terjadinya vasodilatasi terutama pada arteri perifer, sehingga
tekanan darah sistemik menurun, beban afterload jantung berkurang, dan
peningkatan aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal.
Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitor juga menyebabkan dilatasi vena.
Berikut ini adalah beberapa kegunaan captopril :
 Untuk mengobati hipertensi dan kelainan-kelainan pada organ jantung
seperti : gagal jantung kongestif dan disfungsi ventrikel kiri setelah infark
miokardial.
 Digunakan juga untuk pemeliharaan fungsi ginjal pada penderita nefropati
diabetik.
Kontraindikasi:
 Jangan menggunakan obat ini pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap captopril atau obat-obat yang termasuk ACE
inhibitor.
 Kontraindikasi untuk pasien angioedema yang terkait dengan penggunaan
ACE inhibitor.
 Kontraindikasi untuk pasien hereditary atau idiopathic angioneurotic
oedema.
 Tidak boleh digunakan bersamaan dengan aliskiren pada pasien diabetes.
 Jangan menggunakan obat ini pada penderita stenosis arteri renalis
bilateral.
 Tidak boleh digunakan oleh wanita hamil.
Efek samping:
 Efek samping yang paling umum adalah batuk, yang terjadi karena
peningkatan kadar bradikinin.
 Efek samping lainnya adalah hipotensi dan gagal ginjal akut. Hentikan
pemakaian obat ini bila tekanan darah sistolik turun menjadi < 90 mm Hg,
atau kalium meningkat > 6 mmol/l, atau kreatinin meningkat 50% atau > 3
mg/dl.
 Obat ini juga bisa menyebabkan hiperkalemia yang terjadi terjadi karena
penurunan kadar aldosteron, hormon steroid yang berfungsi menahan
natrium dan mengekskresi kalium.

56
 Efek samping yang jarang tetapi sangat berbahaya akibat pemakaian
captopril adalah angioneurotik edema, yang biasanya timbul pada bulan
pertama pemakaian.
 Obat-obat ACE inhibitors diketahui bersifat teratogenik sehingga tidak
boleh diberikan pada wanita hamil.
 Efek samping lainnya adalah : gatal, sakit kepala, takikardia (detak
jantung yang melebihi tingkat istirahat normal), palpitasi (kelainan detak
jantung misalnya denyut tidak teratur, keras dan cepat), nyeri dada, ruam,
kadang-kadang disertai demam, artralgia, dan eosinofilia.

6. Clonidine 3 x 150 mg (jam 09.00 – 17.00 – 01.00) Catatan: Obat diberikan oleh
dokter saat visite mulai tanggal 6 sore pukul 17.00
Indikasi:
Clonidine merupakan obat jenis alpha agonist. Clonidine menurunkan tekanan
darah dengan cara mengurangi kadar kimia tertentu dalam darah. Hal ini
membuat pembuluh darah mengendur dan jantung berdetak dengan lebih
lambat dan mudah. Obat ini dapat digunakan bersamaan dengan obat tekanan
darah lainnya. Clonidine diindikasikan untuk mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Kontraindikasi:
"Sick sinus syndrome". Pemblokan atrio ventrikular stadium 2 atau 3.
Efek samping:
 Efek CNS (keadaan mengantuk, kepeningan, sakit kepala, depresi,
kecemasan, kelelahan, gangguan tidur, impotensi); Efek GI (mulut kering,
konstipasi, mabuk, anoreksia); Efek GU (sulit buang air kecil,
incontinece); Efek CV (hipotensi ortostatik, penyimpanan cairan).
 Efek lainnya yang tidak umum: Bradycardia, gangguan ECG, gagal
jantung, halusinasi, dan lain-lain.

Obat Injeksi:
1. Sotatic 3 x 1 ampul via IV (jam 09.00 – 17.00 – 01.00)
Indikasi:
Meringankan gastoparesis pada diabetik akut & rekuren. Pengobatan
simtomatik jangka pendek pada nyeri panas di dada/lambung & keterlambatan
57
pengosongan lambung krn refluks esofagitis. Mengurangi mual, muntah
metabolik akibat emetogenik kemoterapi kanker & stlh op. Mencegah mabuk
perjalanan. Memudahkan intubasi usus pada anak & dewasa
Kontraindikasi:
Epilepsi, perdarahan GI, obstruksi mekanik atau perforasi, feokromositoma
Efek samping:
Sakit kepala, cepat lelah, efek ekstrapiramidal terutama pada penggunaan
jangka panjang pada anak, konstipasi, diare, sedasi

2. Dexamethasone Sodium Phosphate 3 x 5 mg/1 ampul via IV (jam 09.00 – 17.00 –


01.00)
Indikasi:
Dexamethasone injection adalah obat yang digunakan sebagai agen anti alergi,
imunosupresan, anti inflamasi dan anti shock yang sangat kuat.
Dexamethasone injection mengandung Dexamethasone natrium phosphate,
obat yang termasuk golongan kortikosteroid.
Kegunaan Dexaton injection (dexamethasone) adalah untuk pengobatan
kondisi-kondisi berikut :
 Obat golongan kortikosteroid seperti Dexaton injection (dexamethasone)
digunakan untuk berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumatik,
radang usus, radang pada ginjal, radang pada mata, radang karena asma
dan radang pada tempat lainnya.
 Obat ini juga digunakan untuk menangani penyakit-penyakit autoimun
seperti rheumatoid arthritis, berbagai jenis alergi, penyakit lupus,
bronkospasme, dan idiopatik thrombocytopenic (penurunan jumlah
trombosit darah karena masalah kekebalan tubuh).
 Obat ini berguna untuk menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis
tinggi.
 Obat kortikosteroid termasuk Dexaton injection (dexamethasone) juga
digunakan untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam
proses pencakokkan organ.
 Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung
kemoterapi. Obat ini bisa menangkal perkembangan edema pada pasien
tumor otak. Sebagai agen kemoterapi, obat ini digunakan untuk

58
pengobatan multiple myeloma baik tunggal ataupun dikombinasikan
dengan obat-obat seperti thalidomide, lenamide, bortezomidib, kombinasi
dari adriamycin dan vincristine atau velcade dan revlimid. Untuk
mencegah efek samping mual dan muntah saat kemoterapi, Dexaton
injection (dexamethasone) bisa mendukung obat antiemetik seperti
ondansetron.
 Sering diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara
prematur. Pemberian obat ini bertujuan untuk mematangkan organ paru-
paru janin. Untuk tujuan ini, pengobatan harus dilakukan dengan
pengawasan yang ketat dari dokter karena penggunaan obat ini secara
tidak tepat dapat meningkatkan resiko kecacatan janin.
 Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema
(HACE), atau high-altitude pulmonary edema (HAPE), sering
menggunakan obat ini.
 Biasa digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat untuk
penyelamatan nyawa.
Kontraindikasi:
 Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif pada obat golongan kortikosteroid.
 Dexaton injection (dexamethasone), sebaiknya tidak diberikan pada pasien
yang menderita tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi
jamur sistemik, glaukoma, psikosis, psikoneurosis berat, penderita TBC
aktif, herpes zoster, herpes simplex, infeksi virus lain, sindroma Cushing
dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Efek samping:
 Obat-obat glukokortikoid termasuk Dexaton injection (dexamethasone),
meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan
peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada
penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari.
 Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga
menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun
tulang menyusut drastis. Oleh karena itu penggunaan obat ini pada pasien
yang memiliki resiko besar seperti usia lanjut sangat tidak dianjurkan.

59
Untuk anak-anak hal ini dapat menghambat pertumbuhan, khususnya
pertumbuhan tulang.
 Dexaton injection (dexamethasone) seperti glukokortikoid lainnya, juga
mempengaruhi proses metabolisme lemak termasuk distribusinya di dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan efek di beberapa bagian tubuh seperti wajah
yang kelihatan lebih tembem. Efek samping ini, sering disalahgunakan
dengan cara menambahkan obat ini ke dalam produk-produk penambah
berat badan ilegal. Pemakai produk ilegal ini mengira dirinya mengalami
kenaikkan berat badan, padahal hal itu adalah efek samping dari Dexaton
injection (dexamethasone), yang sangat berbahaya jika obat ilegal itu
dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
 Obat ini menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit
berkurang dan mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
penurunan sistem kekebalan tubuh akibat pemakaian Dexaton injection
(dexamethasone).
 Secara umum kumpulan-kumpulan efek samping ini dikenal sebagai
Cushing sindrom, yaitu gejala-gejala seperti muka tembem, penebalan
seperti selulit pada punggung dan perut, hipertensi, penurunan toleransi
terhadap karbohidrat dan gejala-gejala lainnya.

3. Farmavon 3 x 1 ampul via IV (jam 21.00 – 05.00 – 13.00)


Indikasi:
Bisolvon injection adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh dahak/mukus yang berlebihan.
Obat ini mengandung bromhexine, obat yang termasuk agen mukolitik, yaitu
obat yang berfungsi mengencerkan dahak.
Kegunaan bisolvon injection (bromhexine) adalah sebagai terapi
secretolyticpada penyakit bronkopulmonalis akut dan kronis yang terkait
dengan sekresi dahak/mukus yang berlebihan.
Kontraindikasi:
 jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat alergi /
hipersensitivitas.
 pasien yang menderita ulkus pada lambung penggunaan obat ini harus
dilakukan secara hati-hati.

60
Efek samping:
 Efek samping yang relatif ringan yaitu gangguan pada saluran pencernaan
misalnya mual, muntah, diare, rasa penuh di perut, dan nyeri pada ulu hati.
 Efek samping lain bisa berupa sakit kepala, vertigo, keringat berlebihan,
dan kenaikan enzim transaminase.
 Efek samping yang lebih serius tetapi kejadiannya jarang misalnya reaksi
alergi seperti kulit kemerahan, bengkak pada wajah, sesak nafas dan
kadang-kadang demam.

4. Omeprazole 2 x 40 mg/1 ampul via IV (jam 17.00 – 05.00)


Indikasi:
Omeprazole secara reversibel mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat secara spesifik enzim lambung. Merupakan terapi pilihan untuk
kondisi-kondisi berikut yang tidak dapat menerima pengobatan peroral: ulkus
duodenum, ulkus gaster, esofagitis ulseratif dan sindrom Zolinger-Ellison.
Kontraindikasi:
Omeprazole dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui hipersensitivitas
terhadap obat ini atau bahan lain yang terdapat dalam formulasi.
Efek samping:
Omeprazole pada umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping berikut
dilaporkan terjadi pada individu yang mendapat terapi omeprazole pada situasi
klinik terkontrol: sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual, muntah, infeksi
saluran nafas atas, vertigo, ruam, konstipasi, batuk, astenia, nyeri tulang
belakang, dan lain-lain. Kebanyakan efek samping bersifat ringan dan
sementara dan tidak ada hubungan yang konsisten dengan pengobatan.

5. Natrium Phenytoin 3 x 100mg/1 ampul via IV (jam 17.00 – 01.00 – 09.00)


Indikasi:
Fenitoin merupakan obat golongan antiepilepsi. Mekanisme kerja utamanya
pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang.
Kemungkinan hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron
dan fenitoin cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap
hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan
perubahan lingkungan di mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui

61
membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan
dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal). Waktu paruh plasma
setelah pemberian oral rata-rata adalah 22 jam (antara 7-42 jam).
Fenitoin diindikasikan untuk mengontrol keadaan kejang tonik-klonik (grand
mal) dan serangan psikomotor “temporal lobe”.
Kontraindikasi:
Pasien dengan sejarah hipersensitif terhadap fenitoin atau produk hidantoin
lain.
Efek samping:
 Susunan Saraf pusat: manifestasi paling sering yang berhubungan dengan
terapi fenitoin dengan SSP biasanya tergantung dosis. Efek samping ini
berupa nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan konfusi
mental, pusing, susah tidur, gelisah, kejang motorik dan sakit kepala.
 Saluran cerna: mual, muntah dan konstipasi.
 Kulit: kelainan dermatologik berupa ruam kulit skarlatimiform atau
morbiliform kadang-kadang disrtai dengan demam. Bentuk lebih serius
dapat berupa dermatitis eksfoliativ, lupus eritematosus, sindroma Stevens-
Johnson dan nekrolisis epidermal toksik.
 Sistem hemopoetik: efek samping yang dapat bersifat fatal ini kadang-
kadang dilaporkan terjadi. Hal ini dapat berupa trombositopenia
leukopenia, granulositopenia, agranulositosis, pansitopenia dengan atau
tanpa supresi sumsum tulang.
 Jaringan penunjang: muka menjadi kasar, bibir melebar, hiperplasia gusi,
hipertrikosis dan penyakit peyroni.
 Kardiovaskular: periarterisis nodosa.
 Imunologik: sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan
kelainan immunoglobulin.

6. Stesolid 5 mg via IV Catatan: Kalau perlu, bila pasien kejang


Indikasi:
Stesolid injeksi adalah obat yang digunakan untuk terapi jangka pendek pada
penderita ansietas (kecemasan), insomnia, terapi tambahan pada kondisi putus

62
alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, dan spasme otot. Stesolid
injeksi mengandung diazepam, obat yang termasuk golongan benzodiazepine.
Tiap kemasan stesolid injeksi mengandung zat aktif (nama generik) sebagai
berikut : Diazepam 5 mg / ml injeksi
Kegunaan stesolid injeksi (diazepam) :
 Stesolid injeksi (diazepam) terutama digunakan untuk pengobatan jangka
pendek pada ansietas atau insomnia (sulit tidur), kejang demam,
kecemasan, dan kepanikan.
 Sebagai tambahan untuk menghilangkan kejang otot rangka karena spasme
refleks patologi lokal.
 Digunakan juga sebagai obat premedikasi untuk menginduksi sedasi,
anxiolysis, atau amnesia sebelum prosedur medis tertentu (misalnya,
endoskopi).
 Sebagai tambahan untuk menangani gejala putus alkohol akut, obat ini
berguna dalam mengurangi gejala-gejala agitasi akut, tremor, dan
halusinasi.
 Obat pilihan untuk mengobati ketergantungan benzodiazepine.
 Efek antikonvulsan stesolid injeksi (diazepam) dapat membantu dalam
pengobatan kejang karena overdosis obat atau racun kimia seperti zat
Sarin, VX, atau soman (atau racun organofosfat lainnya), lindane,
klorokuin, physostigmine, atau piretroid.
 Diazepam intravena atau lorazepam adalah obat lini pertama untuk status
epileptikus. Namun, lorazepam lebih dipilih karena memiliki keunggulan
seperti efektivitas yang lebih tinggi untuk mengakhiri kejang dan efek
antikonvulsan yang lebih lama.
Kontraindikasi:
 Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada
diazepam atau obat golongan benzodiazepine lainnya.
 Hindari penggunaan obat ini pada pasien myasthenia gravis, insufisiensi
pernapasan berat, insufisiensi hati berat, insufisiensi ginjal berat,
insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik,
serangan asma akut, dan sleep apnea sindrom.
 Kontraindikasi pada glaukoma sudut sempit akut.

63
 Hindari menggunakan obat ini untuk wanita hamil terutama pada trimester
pertama atau ibu menyusui.
 Tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas
dengan depresi.
Efek samping:
 Efek samping yang umum adalah mengantuk, kesulitan koordinasi,
kelelahan, kelemahan otot, ataksia, dan kepala terasa ringan.
 Efek samping yang lebih jarang misalnya nyeri kepala, vertigo, perubahan
salivasi, gangguan saluran cerna, ruam kulit, dan gangguan penglihatan.
 Efek samping yang lebih serius, tetapi kejadiannya relatif jarang misalnya
depresi pernapasan, ketergantungan, gangguan mental, amnesia,
kebingungan, kelainan darah dan sakit kuning, retensi urin, dan hipotensi.
 Efek samping paradoks dapat terjadi, termasuk kegelisahan, lekas marah,
kegembiraan, memburuknya kejang, insomnia, kram otot, perubahan
libido, dan dalam beberapa kasus, kemarahan dan kekerasan. Efek
samping ini lebih mungkin terjadi pada anak-anak, orang tua, dan individu
dengan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol dan atau agresi.
 Obat ini meningkatkan risiko kejang jika digunakan terlalu sering pada
pasien pengidap epilepsi.
 Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan toleransi,
ketergantungan, dan gejala putus obat pada pengurangan dosis.
 Pada injeksi intravena terjadi bisa terjadi nyeri, dan tromboflebitis

Obat Inhalasi
Combivent 1 ampul + Flexotide 1 ampul via Nebulizer 3 x 1/hari (jam 09.00 – 17.00 –
01.00)
Combivent 1 ampul
Indikasi:
Bronkospasme yang berhubungan dengan PPOK pada pasien-pasien yang diterapi
dengan ipratropium Br & salbutamol.
Kontraindikasi:
Kardiomiopati obstruktif hipertrofi, takiaritmia. Hipersensitif terhadap derivat
atropin
Efek samping:

64
Sakit kepala, pusing, gelisah, takikardi, tremor halus pada otot rangka, palpitasi,
hipokalemia serius. mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia/kram otot.
Mulut kering, disfonia, komplikasi pada mata, reaksi tipe alergi

Flixotide 1 ampul
Indikasi:
Meredakan gejala & eksaserbasi asma pada pasien yang sebelumnya diterapi
dengan bronkodilator saja atau dengan terapi profilaksis lain. Profilaksis asma
berat pada dws & remaja >16 tahun. Terapi eksaserbasi akut asma ringan s/d
sedang pada anak & remaja 4-16 tahun
Kontraindikasi:
Tidak untuk serangan akut tapi untuk penanganan rutin jangka panjang. Monitor
tinggi badan anak pada terapi jangka panjang. Pasien yang diterapi steroid
sistemik sebelumnya. Hindari penghentian terapi secara mendadak. TB paru aktif
atau laten
Efek samping:
Kandidiasis pada mulut & tenggorokan, suara serak, bronkospasme paradoksikal;
reaksi hipersensitivitas pada kulit; supresi adrenal, retardasi pertumbuhan,
penurunan densitas mineral tulang, katarak & glaukoma

Obat Drip
1. Meropenem 3x1 gram (NaCl 0.9% 20 cc) (Jam 13.00 – 21.00 – 05.00)
Indikasi:
Meropenem adalah salah satu jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi yang khusus disebabkan oleh bakteri. Obat ini dapat
digunakan untuk mengobati kondisi neutropenia febril, yaitu kondisi demam
yang disertai dengan penurunan jumlah sel darah putih jenis netrofil.
Meropenem tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus.
Meropenem bekerja dengan cara membunuh atau menghentikan reproduksi
bakteri yang menyebabkan infeksi. Meropenem diberikan dalam bentuk cairan
dengan cara disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah melalui jarum yang
dipasangkan ke salah satu nadi pasien oleh tenaga medis terlatih
(intravenous/IV).
Meropenem diindikasikan untuk:

65
 Mengobati pneumonia dan pneumonia nosokomial
 Mengobati infeksi saluran kemih (ISK)
 Mengobati infeksi intra abdominal (Peritonitis)
 Mengobati infeksi ginekologi (endometritis)
 Mengobati infeksi kulit dan struktur kulit
 Mengobati meningitis
 Mengobati septikemia
 Terapi empirik untuk dugaan infeksi pada penyakit neutropenia febril
 Menoterapi atau terapi kombinasi dengan antivirus atau antijamur
Kontraindikasi:
 Wanita yang merencanakan kehamilan, wanita hamil, wanita menyusui,
anak-anak, serta manula diperbolehkan mengonsumsi obat ini, namun
disesuaikan dengan anjuran dokter.
 Penderita gangguan ginjal.
 Penderita meningitis.
 Penderita tumor.
 Penderita yang memiliki sejarah kejang.
 Penderita yang memiliki alergi terhadap obat-obatan atau makanan
tertentu, bahan pengawet, bahan pewarna, dan hewan.
 Penderita yang sedang dalam perawatan lain pada waktu yang sama,
termasuk terapi suplemen, pengobatan herba, atau pengobatan pelengkap
lainnya
Efek samping:
Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi obat ini,
antara lain:
 Kemerahan dan bengkak pada area bekas suntikan
 Demam
 Ruam kulit dan gatal
 Diare
 Sakit kepala
 Sakit perut
 Sensasi kesemutan

66
2. Levofloxacin 1 x 750 mg (jam 17.00)
Indikasi:
Levofloksasin (levofloxacin) adalah antibiotik golongan fluorokuinolon yang
mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram
positif. levofloksasin (levofloxacin) adalah levo isomer dari ofloksasina. seperti
semua kuinolon, levofloksasin (levofloxacin) bekerja dengan cara menghambat
dua tipe enzim II topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan topoisomerase IV.
topoisomerase IV memerlukan DNA terpisah yang telah direplikasi sebelum
pembelahan sel bakteri. Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti
dan bakteri tidak bisa membagi. Sedangkan DNA gyrase bertanggungjawab
untuk supercoil DNA sehingga akan cocok di dalam sel yang baru terbentuk.
kombinasi dari dua mekanisme di atas akan membunuh bakteri sehingga
levofloksasin (levofloxacin) digolongkan sebagai bakterisida.
Levofloksasina (levofloxacin) digunakan untuk infeksi maksilaris sinusitis
akut, eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronik, pneumonia komunitas, kulit dan
struktur kulit yang kompleks, infeksi saluran kemih, pieloneritis dan infeksi
lain yang disebabkan kuman peka terhadap levofloksasina (levofloxacin).
Kontraindikasi:
 evofloksasina (levofloxacin) harus dihindari pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap levofloksasina (levofloxacin) atau antibiotik
golongan kuinolon lainnya.
 levofloksasina (levofloxacin) juga kontra indikasi pada pasien dengan
epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
 dan pada pasien yang memiliki riwayat pemakaian kuinolon terkait tendon
pecah.
Efek samping:
Kebanyakan efek samping levofloksasin (levofloxacin) bersifat ringan sampai
sedang. Namun, efek samping serius kadang terjadi.
 Efek samping yang paling umum seperti gangguan gastrointestinal : mual,
muntah, dan sembelit.
 Levofloksasina (levofloxacin) juga menyebabkan intoksifikasi pernafasan,
darah dan kelainan hormonal serta kardiovaskuler.

67
 efek samping yang yang kadang terjadi meskipun jarang adalah tremor,
kegelisahan, ansietas, sakit kepala ringan, kebingungan, halusinasi,
paranoid, depresi, mimpi buruk, dan insomnia

3. Paracetamol 3 x 1 gram (jam 09.00 – 17.00 – 01.00) Catatan: Kalau perlu


Indikasi:
Paracetamol adalah obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan
antipiretik (penurun panas/demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Paracetamol juga dikenal dengan nama acetaminophen. Meskipun paracetamol
memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID,
karena efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan.
Cara kerja obat ini yang diketahui sekarang adalah dengan cara menghambat
kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim COX berperan pada pembentukan
prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim
ini, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang
sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol menurunkan
suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali
suhu tubuh di otak.
Kegunaan paracetamol adalah sebagai berikut :
 Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia.
Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-benar
tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas. Rekomendasi WHO :
penggunaan obat penurun panas, bila suhu tubuh lebih besar dari 38.5 °C
(101,3 °F).
 Digunakan secara luas untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri
ringan lainnya. Pada nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi obat
ini biasanya dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid.
 Kombinasi paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama pada
pengobatan migrain.
 Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan,
dengan efek yang sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang lebih
ringan.
 Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar luas
di pasaran.

68
Kontraindikasi:
Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif.
Efek samping:
Beberapa efek samping paracetamol yang mungkin terjadi :
 Paracetamol bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika
penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini
meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.
 Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.
Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi, paracetamol diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
 Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka
panjang, obat ini dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal., termasuk
gagal ginjal akut.
 Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US
Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya
efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis epidermal
toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun
bisa fatal jika terjadi.
 Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini pada
penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan terjadinya
peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit asma yang telah
diderita sebelumnya.
 Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun
jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa
menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal
 Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol oleh ibu hamil, dengan
resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD. Namun
obat ini tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk nyeri dan
demam selama kehamilan, meski harus memperhatikan resikonya.

69
Infus
1. Aminofluid 500 ml/24 jam Catatan: Tanggal 6 Desember 2017, bila sudah habis
maka pemberian di STOP
Indikasi:
Aminofluid Infusion meningkatkan kondisi pasien dengan melakukan fungsi-
fungsi berikut:
 Memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membantu dalam metabolisme
gula.
 Melibatkan dalam transmisi sinyal kimia di otak.
 Menyediakan tubuh dengan blok bangunan yang diperlukan untuk
biosintesis.
 Meningkatkan produksi testosteron alami dan pelepasan.
 Mengatur pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon.
 Mengikat metabolit beracun dari alkohol yang terbentuk di hati.
 Meningkatkan tingkat gula darah.
 Merangsang reseptor glutamat otak.
 Terlibat dalam proses metabolisme tubuh.
 Modulasi aktivitas serotonin.
 Mempromosikan penyerapan kalsium dari usus kecil.
 Mengurangi kerusakan otot.
 Mengurangi frekuensi dan kekuatan kontraksi dari sel-sel otot.
 Mogok produk acetaminophen dari merusak hati.
 Fenilalanin diubah menjadi asam amino tirosin sebelum digunakan oleh
tubuh.
Komposisi per L: Natrium 35 mEq, Kalium 20 mEq, Magnesium 5 mEq,
Florida 35 mEq, Sulfat 5 mEq, Asetat 13 mEq, Glukonat 5 mEq, Laktat 20
mEq, Sitrat 6 mEq, Fosfor 10 mmol, Zinc 5 umol, Glucosa, Asam amino 30 g,
BCAA 30%
Kontraindikasi:
Koma hepatik atau risiko koma hati; gangguan ginjal berat atau azotemia;
CHF; asidosis berat; metabolisme normal elektrolit, hyperpotassemia,
hiperfosfatemia, hypermagnesemia, hiperkalsemia; mengurangi output urin;
metabolisme asam amino yang abnormal
Efek samping:

70
Ruam, ketidaknyamanan dada, palpitasi, otak, paru dan edema perifer,
hyperpotassemia, asidosis, intoksikasi air, nyeri vaskuler, flebitis, menggigil,
demam, rasa hangat, sakit kepala.

2. NaCl 0.9% 500 ml/8 jam


Indikasi:
Hiponatremia atau sindrom rendah garam. Mengembalikan keseimbangan
cairan tubuh dan NaCl, pengganti cairan ekstraseluler, terapi untuk alkalosis
metabolik, pelarut untuk obat yang diberikan secara iv drip
Kontraindikasi:
Hipernatremia, retensi cairan.
Efek samping:
Demam, abses, nekrosis jaringan atau infeksi pada tempat suntikan, trombosis
vena atau hipervolemia

3. Inviclot 2500 unit + NaCl 0.9% (100 ml) / 24 jam


Indikasi:
Komposisi Heparin 5000 iu/ml. Diindikasikan untuk profilaksis dan terapi
trombosis vena dan emboli paru, terapi emboli arteri, mencegah pembekuan di
arteri dan bedah jantung, trombosis serebral, antikoagulan pada transfusi darah,
sirkulasi ekstrakorporal, dialisis untuk, untuk kepentingan laboratorium
Kontraindikasi:
Pasien dengan pendarahan, trombositopenia, hemofilia, subakut endokarditis
bakterialis, ulkus peptikum, hipertensi, ikterus, ancaman aborsi, bedah mayor
yang mempengaruhi otak, medula spinalis dan mata
Efek samping:
Pendarahan, iritasi lokal, hipersensitif, trombositopenia, osteoporosis,
peningkatan SGOT dan SGPT

71
A. Basic conditioning factors (faktor kondisi dasar)
No Faktor kondisi Data
1. Umur 69 Tahun
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Status Pasien berusia 69 tahun sehingga
perkembangan berdasarkan status perkembangan dari
DEPKES RI, pasien saat ini berada dalam
tahap perkembangan Lanjut Usia Manula (>
65 tahun)
4. Status Kesehatan Berdasarkan catatan rekam medic pada
pengkajian awal saat masuk RS, pasien
memiliki riwayat penyakit Hipertensi
5. Orientasi Tidak diperoleh data sehubungan dengan
sosiokultural riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
6. Fungsi system Tidak diperoleh data sehubungan dengan
pelayanan kesehatan riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
7 Fungsi system Tidak diperoleh data sehubungan dengan
keluarga riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
8. Pola hidup Tidak diperoleh data sehubungan dengan
riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
9. Factor lingkungan Tidak diperoleh data sehubungan dengan

72
riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
10 Ketersediaan sumber Pasien menggunakan asuransi kesehatan
BPJS

B. Universal self care requisite (kebutuhan perawatan diri universal)


No Kebutuhan Data
1 Pemenuhan DS:
kebutuhan udara  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO:
 Terpasang O2 via nasal canul 4 lpm
 R 28 x/mnt
 Irama napas cepat
 Pasien nampak sesak
 Pasien nampak batuk berlendir
 Suara napas vesikuler (inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi)
 Terdengar ronchi pada paru kiri dan kanan
 Perkusi paru sonor
 Tidak ada tanda sianosis di daerah bibir dan
dasar kuku
 N 107 x/mnt
 JVP 5 + 1 cm air
 Ictus Cordis tidak tampak
 Ictus Cordis teraba pada ICS V Mid
Clavicula, lebar < 1 cm

73
 BJ I dan II tunggal
 Tidak terdengar BJ tambahan
2 Pemenuhan DS:
kebutuhan air  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO:
 Kebutuhan intake cairan melalui NGT
(nomor 16 F)
 Pasien diberikan air putih
 Balance cairan tanggal 5 Desember 2015
yaitu (-) 1022
 Mukosa bibir nampak kering
 CRT < 3 detik
 Kulit nampak lembab
3 Pemenuhan DS:
kebutuhan makan  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO:
 Kebutuhan nutrisi diberikan melalui NGT
(nomor 16 F)
 Pasien diberikan Sonde Fooding 6 x 150 ml
(jam 09.00 – 13.00 – 17.00 – 21.00 – 01.00
– 05.00)
 Mukosa bibir nampak kering
 CRT < 3 detik
 Kulit nampak lembab
 Peristaltik usus 4 kali/menit

74
4 Pemenuhan DS :
kebutuhan  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
eleminasi riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO :
 Pasien menggunakan catheter urin (nomor
16 F)
 Jumlah urin saat 2 kali penakaran urin jam
10.00 dan 12.00 yaitu 530 ml
 Urin warna kuning jernih
 Kandung kemih teraba kosong
 Pasien menggunakan pampers
 Pasien BAB kemarin (5 Desember 2017)
5 Keseimbangan DS:
aktivitas dan  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
istirahat riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO:
 Pasien nampak bedrest total diatas tempat
tidur
 Tidak ada refleks cahaya pada pupil saat
disinari
 Kebutuhan pasien semuanya dilayani di atas
tempat tidur
 Pasien mengalami hemiparese ekstremitas
atas dan bawah sebelah kanan
 Kekuatan otot (1: Tampak kontraksi atau
ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu
jatuh, 3 : Mampu menahan tegak walaupun

75
sedikit didorong, tetapi tidak mampu
menahan tekanan/dorongan)

1 3

1 3

 Terpasang IV Catheter pada daerah lengan


kanan
6 Pemeliharaan  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
keseimbangan diri riwayat penyakit dalam keluarga karna
dan interaksi kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
social dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
7 Pencegahan DS:
faktor risiko /  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
yang mengancam riwayat penyakit dalam keluarga karna
kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
untuk diwawancarai
DO:
 Pasien nampak tirah baring total diatas
tempat tidur
 Pasien mengalami hemiparese ekstremitas
atas dan bawah sebelah kanan
 Tubuh bagian belakang dirawat
menggunakan minyak kelapa dengan cara
diolesi
8 Peningkatan  Tidak diperoleh data sehubungan dengan
fungsi diri dan riwayat penyakit dalam keluarga karna
pengembangan kondisi pasien dengan penurunan kesadaran,
dalam kelompok dan keluarga tidak berada di ruang tunggu
social untuk diwawancarai

76
C. Developmental self care requisites (kebutuhan perawatan diri sesuai
dengan tahap perkembangan)
No Kebutuhan Data
1 Pemeliharaan  Semua kebutuhan ADL pasien
perkembangan dilayani oleh perawat diatas tempat
lingkungan tidur
2 Pencegahan/pengelolaan  Pagar tempat tidur selalu terpasang
kondisi yang untuk mencegah pasien jatuh dari
mengancam tempat tidur
perkembangan normal  Pemantauan kondisi pasien dilakukan
oleh perawat

D. Health deviation self care reguisites (Kebutuhan perawatan diri dari


penyimpangan kesehatan)
No Kebutuhan Data
1 Mencari bantuan medis  Saat sakit pasien langsung dibawah
ketika perubahan status oleh keluarganya ke RS
kesehatan
2 Kesadaran/manajemen  Tidak diperoleh data sehubungan
proses penyakit dengan riwayat penyakit dalam
keluarga karna kondisi pasien dengan
penurunan kesadaran, dan keluarga
tidak berada di ruang tunggu untuk
diwawancarai
3 Kepatuhan terhadap  Tidak diperoleh data sehubungan
regimen terapetik dengan riwayat penyakit dalam
keluarga karna kondisi pasien dengan
penurunan kesadaran, dan keluarga
tidak berada di ruang tunggu untuk
diwawancarai
4 Kesadaran terhadap  Tidak diperoleh data sehubungan
masalah dengan riwayat penyakit dalam

77
ketidaknyamanan yang keluarga karna kondisi pasien dengan
berhubungan dengan penurunan kesadaran, dan keluarga
regimen terapetik tidak berada di ruang tunggu untuk
diwawancarai
5 Modifikasi konsep diri  Tidak diperoleh data sehubungan
terhadap perubahan dengan riwayat penyakit dalam
status kesehatan keluarga karna kondisi pasien dengan
penurunan kesadaran, dan keluarga
tidak berada di ruang tunggu untuk
diwawancarai
6 Penilaian gaya hidup  Tidak diperoleh data sehubungan
terhadap perubahan dengan riwayat penyakit dalam
akomodasi status. keluarga karna kondisi pasien dengan
penurunan kesadaran, dan keluarga
tidak berada di ruang tunggu untuk
diwawancarai

3.2. Diagnosa Keperawatan (NANDA)


No Therapeutik self care demand Adequacy of Nursing Diagnosis
self care agency
1 DS: Inadekuat Ketidakefektifan
 Tidak diperoleh data (Perlunya bersihan jalan
sehubungan dengan riwayat bantuan untuk napas berhubungan
penyakit dalam keluarga mengatasi dengan penurunan
karna kondisi pasien dengan masalah kemampuan
penurunan kesadaran, dan bersihan jalan memobilisasi secret
keluarga tidak berada di napas agar dapat dari saluran
ruang tunggu untuk kembali pernapasan secara
diwawancarai adekuat) mandiri
DO:
 R 28 x/mnt
 Pasien nampak batuk

78
berlendir
 Suara napas vesikuler
(inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi)
 Terdengar ronchi pada paru
kiri dan kanan
2 DS: Inadekuat Ketidakefektifan
 Tidak diperoleh data (Perlunya pola napas
sehubungan dengan riwayat bantuan untuk berhubungan
penyakit dalam keluarga mengatasi dengan gangguan
karna kondisi pasien dengan masalah pengaturan
penurunan kesadaran, dan gangguan pola pernapasan di otak
keluarga tidak berada di napas agar
ruang tunggu untuk kembali
diwawancarai adekuat)
DO:
 R 28 x/mnt
 Irama napas cepat
 Pasien nampak sesak
 Suara napas vesikuler
(inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi)
 Terdengar ronchi pada paru
kiri dan kanan
3 DS: Inadekuat Gangguan perfusi
 Tidak diperoleh data (Perlunya jaringan serebral
sehubungan dengan riwayat bantuan untuk berhubungan
penyakit dalam keluarga mengatasi dengan infark
karna kondisi pasien dengan masalah cerebral
penurunan kesadaran, dan gangguan
keluarga tidak berada di perfusi serebral
ruang tunggu untuk agar kembali
diwawancarai adekuat)

79
DO:
 Pemeriksaan kesadaran
kualitatif: somnolen
 Pemeriksaan kesadaran
dengan GCS: E3, V2, M4
(skor 9)
 Tidak ada refleks cahaya
pada pupil saat disinari
 TD 167/103 mmHg
 N 107 x/mnt
 Pasien mengalami
hemiparese ekstremitas atas
dan bawah sebelah kanan
 Kekuatan otot (1: Tampak
kontraksi atau ada sedikit
gerakan dan ada tahanan
sewaktu jatuh., 3 : Mampu
menahan tegak walaupun
sedikit didorong, tetapi tidak
mampu menahan
tekanan/dorongan)
1 3

1 3

 Hasil pemeriksaan CT Scan


dengan kontras (4 Desember
2017): Infark region
subkortikal frontal kiri,
Penyangatan fokal ringan di
region temporal kiri, suspek
infeksi DD/ fokal
encephalitis, Tidak tampak
kecurigaan SOL saat ini

80

Anda mungkin juga menyukai