Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm (Manuaba, 2015). Ketuban dinyatakan pecah dini adalah
ketuban yang pecah spontan yang terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini d i s e b a b k a n o l e h k a r e n a b e r k u r a n g n ya k e k u a t a n
m e m b r a n e a t a u meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi
yang dapatberasal dari vagina serviks. Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketubansebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan
padamultipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2015)Ketuban pecah ini
adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.
(Fadlun, dkk. 2011). Sedangkan menurut (Yulaikhah (2009)
ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan premature
dengan segala akibatnya. Ketuban pecah dini berdasarkan teori diatas dapat
disimpulkansebagai proses pevahnya ketuban sebelum persalinan
berlangsung dan dapat terjadi juga pada usia kehamilan yang belum aterm yaitu
22 hingga 37 minggu.
B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurang nya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin.
2002)

1. a. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi
dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah.
2. (Winkjosastro, 2006)
3. d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
4. 3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
5. 4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
6. 5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya
selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
7. 6. Penyakit Infeksi
8. Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
9. 7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
10. 8. Riwayat KPD sebelumya
11. 9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
12. 10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
High virulensi : Bacteroides ; Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion
dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. (Taylor, 2006)

D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer ( 2000) Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1. Keluar air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban sudah
kering
6. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
7. Bunyi jantung bisa tetap normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Achadiat (2004) adalah:
1. Pemeriksaan leukosit/WBC, bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi infeksi
2. Ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau
persentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
3. Monitor DJJ dengan fetoskoplaennec atau Doppler atau dengan melakikan pemeriksaan atau
kardiotokografi ( bila usia kehamial >32 mmingu).
4. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kassceosa, rambut lanugo/ telah
terinfeksi atau berbau
5. Inspekulo: lihat dan oerhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servik dan
apakah ada bagian yang sudah pecah
6. Gunakan kertas lakmus
Bila menjadi biru (basa): air ketuban
Bila menjadi merah(asam): air kemih (urine)
7. Pemeriksaan PH forniks posterior pada prom PH adalah basa air ketuban
8. Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)
9. Aborization dan sitologi air ketuban

F. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
Tali pusat menumbung
4. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau
persalinan kering
5. Ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan prematuritas
janin.
6. Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan dilakukan setelah 24
jam onset
7. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus oligohidramnion

G. PENANGANAN MEDIS
a. Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara lain :
1. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi
4. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin,
dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri
atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap
6 jam sebanyak 4 kali
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
7. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi
8. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)

b. Pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:


1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
 Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
 Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata klien
berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical
Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
b. Keluhan utama :
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada
periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air
ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid,
hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
d. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak,
atau tidak direstui dengan orang tua ?
e. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani
nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau
kambuh berulang – ulang
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti
panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital
atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
h. Kebiasaan sehari –hari
 Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
 Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
 Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau
tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
 Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
 Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan
untuk bedresh total
 Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
i. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan umum: suhu normal kecuali disertai infeksi.
 Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi abdomen
memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi.
Denyut jantung normal.
 Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan untuk memeriksa
adanya cairan amnion dalam vagina. Karna cairan alkali amnion mengubah pH asam normal
vagina, kertas nitrasin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrasin menjadi biru
bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnose tidak pasti adanya skuama anukleat, lanugo, atau
bentuk Kristal daun pakis cairan amnion kering dapat membantu.
 Pemeriksaan vagina steril: menentukan penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina
juga mengidentivikasi bagian presentasi dan stasi bagian presentasi dan menyingkirkan
kemungkinan prolaps tali pusat.
j. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan
yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
 Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
mengahsilakan tes yang positif palsu.
 Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada
penderita oligohidromnion.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi
b. Intoleran aktifitas b/d tirah baring
c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi
d. Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin yang menurun
e. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban

3. FOKUS INTERVENSI
a. Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi
Tujuan:
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks
- Pasien tidak mengeluh kesakitan
- Pasien menyatakan nyerinya berkurang
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), frekuensi, dan waktu. Menandai
gejala nonverbal. Misalnya: gelisah, takikardia, dan meringis.
2. Dorong pengungkapan perasaan
3. Berikan aktivitas hiburan, misalnya: membaca, berkunjung, dan lain -lain.
4. Lakukan tindakan paliatif, misalkan: pengubahan posisi, massase, rentang gerak pada sendi
yang sakit.
5. Intruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas dalam.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring


Tujuan : - Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas
- Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
- Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah,
pernapasan)
Intervensi :
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
3. Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktivitas.
4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk program latihan
jangka panjang.
5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.

c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi


Tujuan: - Menggungkapkan pengetahuan tentang prosedur/situasi
- Berpartisipasi dalam prosedur pembuatan ketuban
Intervensi :
1. Tinjauan ulang ketuban terhadap induksi/augmentasi persallin
2. Jelaskan prosedur yang akan dirasakan klien,kontraksi dan DJJ adan dipantau secara
kontinus
3. Tinjau prosedur secara amniotomi
4. Demontrasikan dan jelaskan penggunaan peralatatan

d. Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin yang menurun


Tujuan : - Gangguan sistem dukungan secara efektif
- Menyelesaikan persalinan dengan sukses
Intervensi :
1. Kaji status psikologi dan emosi
2. Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan
3. Gunakan berminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menendakan abnormalitas
prosedur atau proses
4. Anjurkan penggunaan/tehnik pernafasan
5. Nyeri perabaan/perbedaan yang diantisipasi dalam pola persalinan dan kontrasi
6. Tinjau ulang atau berikan instruksi tehnik pernafasan sederhana
7. Anjurkan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi

e. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban


Tujuan : - Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
- Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi
Intervensi :
1. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial
2. Kurangi organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh
3. Lindungi individu yang defisit imun dari infeksi
4. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
5. Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase purulen)
6. Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan kekuatan penularan
infeksi.
7. Laporkan penyakit-penyakit menular.

Anda mungkin juga menyukai