Anda di halaman 1dari 45

PERILAKU CARING DAN KOMUNIKASI

THERAPEUTIK PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPUASAN PASIEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan

RAFIKA CICI AMELIA


1614201027

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI


KEPERAWATAN & PENDIDIKAN NERS
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2020
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juni 2020

RAFIKA CICI AMELIA

Literatur Review: Perilaku Caring Dan Komunikasi Therapeutik Perawat


Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

ABSTRAK

Proses keperawatan merupakan suatu metode perencanan dan pelaksanaan


asuhan keperawatan yang tahapnya dilakukan dengan sistematis dan rasional
dengan tujuan menangani masalah kesehatan pasien. Komunikasi dalam bidang
keperawatan adalah merupakan suatu dasar dan kunci dari seorang perawat dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Komunikasi merupakan suatu proses untuk
menciptakan hubungan antara perawat dan klien serta dengan tenaga kesehatan
lainnya. Komunikasi terapeutik adalah pengiriman pesan antara pengirim dan
penerima dengan interaksi diantara keduanya yang bertujuan untuk memulihkan
kesehatan seseorang yang sedang sakit. Perilaku caring perawat merupakan salah
satu aspek penting dalam memenuhi kepuasan pasien, hal ini menjadi salah satu
indikator kualitas pelayanan disebuah rumah sakit. Tujuan Untuk mengetahui
hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat
inap di rumah sakit. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi
literature review. Sumber pustaka yang digunakan dalam penyusunan artikel ini
adalah dengan melakukan telaah jurnal dan buku referensi dengan kata kunci
komunikasi therapeutik, perilaku caring perawat, dan kepuasan pasien.
Hasil Perilaku caring perawat berhubungan dengan tingkat kepuasan
pasien di ruang rawat inap rumah sakit. Perubahan leadership dalam profesi
keperawatan terus dikembangkan, diharapkan dapat diaplikasikan secara nyata,
semakin berkembang, semakin diakui dan dapat menunjukkan kinerja yang
profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kesimpulan ada hubungan
yang signifikan perilaku caring Perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat inap rumah sakit. Perilaku caring sangat penting bagi setiap orang, juga
sangat dibutuhkan bagi perawat selaku pemberi asuhan keperawatan di rumah
sakit.

Kata kunci : Kepuasan pasien, Komunikasi terapeutik,


Perilaku caring
Daftar Bacaan : 25 (2013-2019)
FORT DE KOCK BUKITTINGGI UNIVERSITY
HEALTH FACULTY
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
THESIS, JUNE 2020

RAFIKA CICI AMELIA

Literature Review : Nurses Caring Behavior And Therapeutic


Communication With Patient Satisfaction Levels

ABSTRACT

The process of nursing is a method of planning and implementation of


nursing care stages performed systematically and rationally with the aim of
handling patient health problems. Communication in the field of nursing is a basic
and key of a nurse in carrying out its duties. Communication is a process for
creating relationships between nurses and clients as well as with other health
workers. Therapeutic communication is the sending of messages between the
sender and the recipient with the interaction between the two that aims to restore
the health of a sick person. Nurse caring behavior is one of the important aspects
in meeting patient satisfaction, this is one indicator of the quality of service in a
hospital. Objective To find out the relationship between caring care and the level
of patient satisfaction in the inpatient room at the hospital. The method used in
this discussion is a review of literature studies. The sources of literature used in
the preparation of this article are by reviewing journals and reference books with
key words for nurse care, and patient satisfaction.
The results of nurses caring behavior are related to the level of patient
satisfaction in the hospital inpatient room. Changes in leadership in the nursing
profession continue to be developed, expected to be developed, increasingly
developed, increasing and can show professional improvement in providing health
services. The conclusion is that there is a significant relationship between caring
for nurses and the level of patient satisfaction in hospital stays. Caring behavior is
very important for everyone, it is also very necessary for nurses as providers of
nursing care in hospitals.

Keywords : Patient Satisfaction, Therapeutic Communication, Caring


Behavior
Reading List : 25 (2013-2019)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berbentuk Litterature Review yang berjudul “Perilaku Caring Dan

Komunikasi Therapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan

dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama ibu Ns. Ratna Dewi, S.kep, M.kep

selaku pembimbing I, serta Ibu Ns. Silvia S.Kep M.Biomed selaku pembimbing

II yang penuh perhatian dan kesabaran yang telah mengarahkan dan telah

memberikan bimbingan, pemikiran, serta dorongan semangat kepada penulis.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr.Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi, yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada

penulis selama perkuliahan

2. Ibu Aria Wahyuni, Ns. S.Kep, Sp.KMB selaku ketua Program Studi

Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi

3. Bapak/Ibu staf dosen Univeritas Fort De Kock Bukittinggi yang telah

memberi pengetahuan, peran serta, nasehat dan semangat pada penulis

4. Untuk yang teristimewa papa dan mama tersayang terima kasih atas

dukungannya, jerih payah dan pengorbanannya, serta do’a yang tidak

terhingga untuk mengiringi setiap langkahku

i
5. Serta semua sahabat dan rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat

penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuannya

baik secara langsung maupun tidak langsung, serta dukungan, semangat

dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini

bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan

penulis, untuk itu penulis harapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan skirpsi ini

Bukittinggi, Juni 2020

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Manajemen Keperawatan ........................................................ 4
B. Model Pratik Keperawatan Profesional (Mpkp) .................................. 19

BAB III METODE


A. Desan Literature Review ...................................................................... 24
B. Kriteria Literature Review.................................................................... 24
C. Sumber Literature Review ................................................................... 24
D. Cara Pencarian Literature Review ........................................................ 26
E. Cara Seleksi Literature Review ............................................................ 26
F. Prisma Diagram .................................................................................... 27

BAB IV PEMBAHASAN
A. Tabel Hasil Pencarian .......................................................................... 28

BAB V HASIL
A. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ............................ 35

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 37
B. Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting

untuk membina hubungan terapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas

pelayanan keperawatan. Komunikasi teraupetik menjadi sangat penting karena

dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

yang diberikan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikas iprofe-sional

bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan

komunikasi terapeutik yang baik, perawat akan lebih mudah menjalin

hubungan saling percaya dengan pasien, dan hal ini akan lebih efektif bagi

perawat dalam memberikan kepuasan professional dalam asuhan keperawatan.

(Kusumo, 2017)

Perilaku merupakan wujud tindakan yang diberikan oleh seseorang

terhadap orang lain maupun lingkungan. Perilaku caring merupakan suatu

tindakan dengan memperhatikan aspek-aspek perasaan dan situasi orang lain.

Keperawatan merupakan profesi yang di dasari atas nilai-nilai caring, dan hal

ini dapat dipengaruhi oleh faktor individu tersebut baik secara emosi,

kematangan psikologis, kemampuan akademik, faktor organisasi dan kegiatan

yang di ikuti serta faktor religious dan psikologis dari individu tersebut.

(Valentina BM Lumbantobing .dkk, 2019)

Komunikasi adalah proses yang penting dalam berhubungan terutama

dalam pelayanan keperawatan. Keliat, Akemat, Helena, &Nur-haeni (2015)

1
2

menjelasakan komunikasi adalah komponen utama dalam berhubungan antar

manusia yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terdiri dari pertukaran

informasi, perasaan, pikiran dan perilaku. Penyampaian komunikasi ini

menurut Stuart (2013) dapat melalui komunikasi verbal dan non verbal. Keliat

(2015) menjelaskan tahapan komunikasi tera-peutik yaitu tahap prainteraksi,

tahap orientasi, tahap kerja, dantahapterminasi. (Wijayanti, Nabhani, 2019)

Caring merupakan manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat

pada orang lain, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk

mencegah terjadinya suatu yang memburuk, member perhatian dan konsen,

menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan,

otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan

dan menyenangkan. (Suweko, 2019)

Ketidak puasan pasien saat dirawat di rumah sakit di sebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor kesalahan identitas masih sering terjadi yaitu

kekeliruan identitas pasien terutama di unit perawatan intensif, ruang operasi,

dan keadaan darurat. Faktor komunikasi, penyebab terbanyak dikarenakan

kesalahan dari penerapan ke-selamatan pasien. Kerugian yang terjadi sebagai

akibat tidak dipedulikannya keselamatan pasien cukup banyak.(Widiasari .

dkk, 2019)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yg dapat diambil

dalam literatur review ini yaitu perilaku caring perawat dan komunikasi

theraupeutik dengan tingkat kepuasan pasien.


3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari literarur review ini untuk mengetahui perilaku caring

perawat dan komunikasi theraupeutik dengan tingkat kepuasan pasien

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya Perilaku caring (kepedulian) perawat.

2) Diketahuinya komunikasi theraupetik perawat.

3) Diketahuinya kepuasan pasien.

4) Diketahuinya hubungan prilaku caring (kepedulian) perawat dengan

kepuasan pasien.

5) Diketahuinya hubungan komunikasi theraupetik dengan kepuasan

pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Caring

1. Pengertian Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,

perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting

terutama dalam praktik keperawatan dan diyakini berperilaku caring

untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai

lingkungan merupakan esensi keperawatan (Wiyana, 2008).

Caring merupakan inti atau fokus dalam keperawatan sebagai

bentuk praktik keperawatan profesional. Caring menurut Potter &

Perry (2005) adalah memberikan perhatian penuh pada klien saat

memberikan asuhan keperawatan. Sedangkan menurut Kozier (1995),

caring menekankan pada keteguhan hati, kemurahan hati, janji,

tanggung jawab, yang mempunyai kekuatan atau motivasi untuk

melakukan upaya memberi perlindungan dan meningkatkan martabat

klien.

Aspek utama caring dalam analisis, meliputi:

a. Pengetahuan

b. Penggantian irama (belajar dari pengalaman)

c. Kesabaran

4
5

d. Kejujuran

e. Rasa percaya

f. Kerendahan hati

g. Harapan, dan

h. Keberanian

Terdapat 3 aspek penting yang mendasari keharusan perawat

untuk care terhadap orang lain,aspek kontrak, aspek etika, dan aspek

spirinual dalam caring terhadap orang lain yang sakit. Caring dalam

makna yang paling umum analisisnya tidak berarti dibatasi pada

caring disebuah klinik atau lingkungan perawatan kesehatan tapi

semua hubungan caring personal, interpersonal, keluarga, spiritual,

terapeutik, emosional, dan seterusnya.

2. Komunikasi Terapeutik

a. Defenisi Terapeutik

Komunikasi terapeutik didefinisikan suatu proses interaktif

antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stres

sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan

dengan sesuatu yang tidak dapat diubah, dan mengatasi hambatan

psikologis yang menghalangi realisasi diri. Komunikasi terapeutik

berbeda dari komunikasi sosial, yaitu pada komunikasi terapeutik

selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi

oleh karena itu, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

terencana. Komunikasi paling terapeutik berlangsung ketika klien


6

dan perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan

individualitas dan harga diri. Terdapat teknik komunikasi verbal

dan non verbal khusus yang menunjukkan sikap tersebut. (Praktik

keperawatan profesional 2007)

1) Komunikasi Verbal

Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku

asertif (asserti veness) adalah suatu cara komunikasi yang

memberikan kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan

perasaannya secara langsung, jujur, dan dengan cara yang

sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.

2) Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan

menggunakan ekspresi wajah, ferakan tubuh, dan sikap tubuh

atau body language.

Kehadiran, atau sikap benar-benar ada untuk klien, adalah bagian

komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh terlihat bingung,

sebaliknya, klien harus merasa bahwa dia merupakan fokus utama

perawat selama interaksi. Mendengarkan, yang terkadang disebut

mendengarkan dengan penuh perhatian, adalah mendengarkan

aktif. Frisch dan frisch (1998) dan Kozier et al., (2000)

menjelaskan tentang mendengarkan sebagai teknik komunikasi

yang paling penting. Untuk menjadi terapeutik, mendengarkan

harus secara aktif dan menggunakan semua indra, bukan hanya

menggunakan telinga secara pasif. Diam adalah bagian dari


7

mendengarkan dengan penuh perhatian. Perawat harus merasa

nyaman dengan diam. Diam memungkinkan klien untuk

memikirkan atau merefleksikan apa yang telah dikatakan.

Terkadang diam dapat mengungkapkan lebih dari kata-kata, diam

memungkinkan ekspresi perasaan atau emosi. (Praktik keperawtan

profesional 2007)

3. Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik merupakan respons spesifik yang

mendorong ekspresi perasaan dan ide, serta menyampaikan

penerimaan dan penghargaan. Pembelajaran teknik ini membantu

menimbulkan kesadaran akan berbagi respons keperawatan pada

berbagai situasi. Teknik tersebut dapat tampak dibuat-buat, tetapi

dengan latihan akan semakin terampil dan nyaman dalam

mengerjakannya. Kepuasan besar akan timbul dari keberhasilan

membentuk hubungan terapeutik dan pencapaian hasil klien yang

diinginkan.

Mendengarkan secara aktif berarti memusatkan perhatian kepada

pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien. Teknik ini

memfasilitasi komunikasi klien. Crouch (2002) mengemukakan bahwa

menggukanakan rasio 2 : 1 karena adanya dua telinga dan satu mulut.

Teknik ini akan meningkatkan kepercayaan karena perawat

menyampaikan keterbukaan dan penghormatan terhadap klien.

Beberapa keterampilan nonverbal memfasilitasi teknik ini.


8

S- Sift facing the client (duduk menghadap klien) postur ini

memberikan pesan bahwa perawat bersedia mendengarkan dan tertarik

pada pembicaraan klien.

O- Observe an open posture (amati postur yang terbuka, seperti

lengan dan kaki yang tidak menyilang). Postur ini menandakan bahwa

perawat terbuka terhadap ucapan klien. Posisi tertutup menunjukkan

sikap yang defensif dan dapat menimbulkan respons yang sama dari

klien.

L- Lean toward the client (condongkan tubuh ke arah klien).

Postur ini berarti perawat terlibat dan tertarik untuk berinteraksi.

E- Establish and maintain intermittent eye contact (bentuk dan

pertahankan kontak mata). Perilaku ini menyampaikan keterlibatan dan

kesediaan perawat untuk mendengarkan pembicaraan klien. Ketiadaan

kontak mata atau memindahkan pandangan berkali-kali dapat

menimbulkan kesan bahwa perawat tidak tertarik pada pembicaraan

klien.

R- Relax (Rileks). Komunikasi rasa tenang dan nyaman kepada

klien. Kegelisahan mengomunikasikan ketiadaan minat dan

menimbulkan rasa tidak nyaman pada klien. (Fundamentals of

Nursing)

a) Berbagai Hasil Observasi. Perawat melakukan observasi dengan

berkomentar tentang penampilan, suara atau tindakan seseorang.

Menyampaikan hasil observasi akan membantu klien

berkomunikasi tanpa pernyataan atau klarifikasi yang panjang


9

lebar. Teknik ini membantu pembukaan percakapan pada individu

yang pendiam atau menarik diri. Berbagai hasil obsevasi

merupakan tindakan yang berbeda dari asumsi. Asumsi berarti

penarikan kesimpulan yang tidak penting tanpa melakukan

validasi terlebih dahulu. Asumsi membuat klien membantah

pernyataan perawat.

b) Berbagi Empati. Empati merupakan kemampuan untuk

memahami dan menerima realita seseorang, merasakan perasaan

dengan tepat, dan mengomunikasikan pengertian kepada pihak

lain. Balzer Riley (2004) menyatakan “Saat klien atau sejawat

sedang terluka, bingung, bermasalah, gelisah, merasa diasingkan,

takut, ragu atau tidak pasti akan identitasnya, maka dibutuhkan

pengertian. Untuk mengekspresikan empati, perawat

memperlihatkan pengertian atas kepentingan pesan berdasarkan

tingkat perasaan. Teknik ini mengharuskan perawat untuk sensitif

dan imajinatif, terutama jika perawat tidak memiliki pengalaman

terdahulu. Empati merupakan tujuan yang penting, kunci untuk

menyelesaikan masalah, dan mendukung komunikasi. Pernyataan

yang menunjukkan empati sangat efektif karena memperlihatkan

perhatian perawat atas kandungan perasaan dan fakta dari

komunikasi. Pernyataan emapati bersifat netral, tidak menuduh

dan membantu pembentukan kepercayaan dalam situasi yang

sulit.
10

c) Berbagi Harapan. Perawat menyadari harapan berperan besar

dalam penyembuhan dan mengomunikasikan kemungkinan

kepada klien. Dukungan dan umpan balik positif sangat penting

untuk menumbuhkan harapan dan kepercayaan diri, serta untuk

membantu individu mencapai potensi dan tujuannya. Berbagi visi

tentang masa depan dan mengingatkan pihak lain tentang

kekuatannya juga dapat memperkuat harapan.

d) Berbagi humor. Humor merupakan unsur yang penting dalam

interaksi keperawatan, tetapi jarang digunakan. mcCabe (2004)

menemukan bahwa humor membuat klien lebih percaya diri dan

perawat terlihat lebih bersahabat.

4. Tujuan Komunikasi Terapeutik

a. Mengenal dan memahami pasien (klien)

Untuk membantu perwat untuk menegnal lebih mendalam tentang

kondisi pribadi dan karakteristik (to be know identiry) pasien.

Karena tanpa melakuakan proses komunikasi mustahil perawat

dapat mengungkapkan lebih mendalam atas diri pasien.

Pemahaman ini juga dimaksutkan agar perawat mengetahui metode

dan strategi komunikasi yang dibutuhkan pasien.

b. Mengubah opini dan cara berpikir (opinion change) pasien (klien)

Membantu perawat mengenal, membentuk dan mengubah pola

pikir, oipini pandangan, gagasan atau ide-ide berkenaan dengan

informasi. Tindakan keperawatn (penyembuhan) penyakit pasien.

c. Menubah sikap umum (attitude change) pasien (klien)


11

Untuk membantu perawat dalam mengenal, membentuk, dan

mengubah sikap (attitude change).

d. Mengubah sikap sosial (social change) pasien (klien)

Untuk membantu perawat untuk menegtahui seberapa besar

perubahan sosial (social change) yang berkaitan erat dengan

informati, atau tindakan-tindakan medik keperawatan dan upaya

penyembuhan penyakit pasien.

5. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Prinsip dasar komunikasi therapeutik menurut Suryani (2006) yaitu :

a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan therapeutik yang

saling mneguntungkan.

b. Perawat harus menghargai keunikan klien.

c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri

pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus

mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.

d. Rasa percaya merupakan landasan sebelum menggali

permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah.

6. Fungsi Komunikasi Terapeutik

a. Sebagai kebutuhan sosial manusiawi antara perawat dan pasien

Komunikasi menjadi bagian kebutuhan manusiawi karena pada

kenyataanya manusia diciptakan dan dikodratkan untuk dapat

berkomunikasi.

b. Sebagai instrumen interaksi sosial antara perawat dan pasien


12

Komunikasi sebagi instrumen interaksi sosial juga sekaligus

menunjukkan siapa dirinya, apa dan bagaimana potensi diridan

kapasitasnya, seberapa besar kejujurannya dan kredibilitas dirinya

serta berapa besar keterampilannya membujuk dan meyakinkan

orang lain.

7. Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik

Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik menurut Egan (1995)

dalam Hidayat (2003) yaitu :

a. Berhadapan

Ini dimaksudkan agarn tercipta suatu sikap yang menunjukkan

bahwa perawat mempunyai ketertarikan dalam proses komunikasi

yang sedang berlangsung. Sehingga klien tidak segan dan takut

lagi dalam mengungkapkan perasaannya.

b. Mempertahankan kontak mata

Mempertahankan kontak mata menunjukkan bahwa perawat

tertarik dengan proses komunikasi yang sedang berlangsung

tetapi perlu diingat, pada sebagian budaya, menatap mata orang

yang lebih tua dan lawan jenis dapat dikategorikan tindakan yang

tidak sopan.

c. Membungkuk ke arah pasien

Sikap ini menunjukkan bahwa perawat tertarik dan sikap

melakukan komunikasi dengan klien.

d. Mempertahankan sikap terbuka (posisi kaki tidak dilipat, tangan

rilek dan tidak melipat).


13

Hal ini membuat klien terbuka dalam mengungkapkan

perasaannya.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi therapeutik menurut

Hidayat (2003) antara lain :

a. Faktor internal perawat, terdiri dari pendidikan, lama bekerja,

pengetahuan.

b. Faktor internal klien, meliputi umur dan psikologis.

c. Faktor eksternal klien, meliputi sistem sosial dan budaya, fasilitas

dan saluran komunikasi serta lingkungan.

9. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Tahapan komunikasi therapeutik menurut Suryani (2006) terdiri dari :

a. Pra ineteraksi

Pada tahap ini perawat menggali perasan dan mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangannya. Perawat mencari informasi tentang

pasien kemudian merancang strategi untuk pertemuan pertama

dengan pasien. Tugas perawat pada tahap ini adalah :

1) Mengeksplorasikan perasaan, harapan dan kecemasan.

2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.

3) Mengumpulkan data tentang pasien.

4) Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.


14

b. Orientasi

Pada saat perkenalan perawat harus memperkenalkan dirinya

terlebih dahulu kepada pasien (Brammer, 1993). Kegagalan pada

tahap orientasi menimbulkan kegagalan pada keseluruhan

interaksi. Tugas perawat adalah:

1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan rasa penerimaan

dan komunikasi terbuka.

2) Merumuskan kontak dengan pasien.

3) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah

pasien.

4) Perawat merumuskan tujuan bersama pasien.

c. Tahap kerja atau interaksi

Pada tahap ini perawat dan pasien bekerja bersama-sama untuk

mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Perawat dituntut

kemampuannya untuk mendorong pasien mengungkapkan

perasaannya dan pikirannya. Tahap ini adalah inti dari seluruh

proses komunikasi therapeutik (Yusmarni, 2012).

d. Tahap terminasi

1) Terminasi sementara, yaitu tahap pertemuan akhir klien dan

perawat untuk sesi tersebut dengan memberikan informasi

tentang kedatangan untuk sesi berikutnya, sehingga tercapai

kesepakatan tentang jadwal yang akan datang.


15

2) Terminasi akhir, yaitu apabila perawat telah menyelesaikan

rangkaian prosedur dari proses keperawata secara keseluruhan

yaitu mulai dari pengkajian sumpah pada tahap evaluasi.

Tugas perwat tahap ini adalah :

a) Mengevaluasikan pencapaian tujuan dari interaksi yang

telah dilakukan.

b) Melakukan evaluasi subyektif dengan menanyakan perasaan

klien setelah berinteraksi dengan perawat.

c) Menyepakati tinjak lanjut pada tahap yang telah dilakukan.

d) Membuat kontak untuk pertemuan selanjutnya.

10. Keterampilan Berkomunikasi

Teknik komunikasi yang digunakansecara tepat dapat menciptakan

hubunga terapeutik, dan apabila tidak tepat akan menimbulkan

masalah bagi klien dan perawat. Dalam teknik berkomunikasi ini, ada

tiga keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan

terapeutik antara perawat dan klien.

a. Kehadiran atau keberadaan perawat

Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan psikologis dalam

berkomunikasi dengan klien. Hal itu antara lain mencakup

mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian

terhadap ucapan dan perilaku klien.kehadiran fisik psikologis.

Kehadiran psikologis ini berarti perhatien melalui pikiran dan

perasaan.
16

a. Kehadiran fisik mempunyai peran yang penting dalam

berkomunikasi interpersonal karena tubuh dapat memperkuat

pesan yang di sampaikan dalam bentuk kata-kata.akan tetapi,

keberadaan tubuh juga dapat membingungkan bahkan

mengubah oesanyang sampai ke penerima menjanjadi

kebalikannya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat agar klien

mengerti atau merasakan bahwa perawat secara fisik terlibat

dalam interaksi atau perawat benar-benar memperhatikan

klien.

1) Perawat menghadapi klien dengan jujur atau terbukan

melalui sikap bersedia mendengarkan atau membantu

anda, dengan tubuh berhadapan muka, menghadap ke arah

klien.

2) Perawat menggunakan postur tubuh terbuka, yaitu tangan

dan kaki terbuka, tidak menyilang, tidak melipat tangan

atau meletakkan tangan di belakang. Postur tubuh terbuka

menunjukkan seseorang siap mendengarkan atau

membantu klien.

3) Sikap condong perawat ke arah klien merupakan tanda

kehadiran, kesediaan dan keterlibatan perawat untuk

berusaha memahami klien.


17

4) Perawat memandang klien atau mengadakan kontak mata

dengan klien. Hal itu menunjukkan minat perawat utntuk

mendengarkan dan memperhatikan klien.

5) Perawat bersikap rileks, yaitu dengan menciptakan

lingkungan yang rileks dan menjaga privasi.

b. Kehadiran psikologis,

yaitu mendengarkan secara aktif yang berarti mendengarkan

dengan telinga, pikiran dan perasaan, kata-kata yang diucapkan

klien dan perilaku nonverba klien. Selama mendengar aktif,

perawat mengikuti apa yang di bicarakan klien dan

memperhatikan perilaku klien serta memberi tanggapan

dengan tepat.

b. Perilaku Nonverbal

Beberapa macam perilaku nonverbal dapat memengaruhi hubungan

perawat dengan klien. Perilaku nonverbal tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Aktivitas fisik, meliputi gerakan tubuh, ekspresi wajah, sikap

atau postur tubuh, kontak mata dan gerakan mata serta

sentuhan.

b) Vokalisasi, meliputi bahasa yang di gunakan dengan

pengaturan tekanan suara atau nada bicara dan kecepatan

bicara.
18

c) Jarak antar pembicara, jarak antar perawat dan klien dalam

membina hubungan interpersonal adalah 45-120cm sehingga

memungkingkan kontak mata dan sentuhan.

c. Keterampilan Menberi Respons

Keterampilan ini digunakan oleh perawat untuk menyampaikan

pengertian kepada klien, memberikan umpam balik, dan

memperjelas pemahaman perawat tentang pembicaraan dan

parilaku klien. Untuk dapat memberikan respons yang tepat,

diperlukan kemampuan perawat yang mendasari hubungan perawat

dan klien. Kemampuan perawat tersebut meliput hal-hal sebagai

berikut:

a) Empati, yaitu merasakan apa yang di alami klien.

b) Kesetiaan,yaitu bersikap terbuka, jujur dan tulus.

c) Kesiapan diri, yaitu peka dan mau menyediakan diri untuk

membantu klien.

d) Bersikap objektif dan konkret, yaitu berdasarkan kenyataan.

e) Menerima klien dengan menghargai, menghormati dan

memperhatikannya.

f) Bersikap asertif, yaitu dapat mengemukakan ketidak sesuaian

pendapat tanpa menyinggung perasaan, menyakiti hati, atau

merugikan orang lain.


19

B. Mutu Pelayanan Keperawatan

1. Defenisi Mutu Pelayanan Keperawatan

Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilakan

produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada

kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada pasien. Melihat fenomena di atas, pelayanan keperawatan yang

memiliki kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit

dipandang perlu untuk melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah

diberikan. Strategi untuk kegiatan jaminan mutu antara lain dengan

baku mutu dan menejemen kualitas total (Nursalam, 2014).

Baku mutu atau penelitian praktik terbaik adalah kegiatan

mengkaji kelemahan tertentu dari suatu institusi dan kemudian

mengindenfikasi institusi lain yang memiliki keunggulan dalam aspek

yang sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi dalam

menetapkan kesepakatan kerja sama untuk mendukung dang

meningkatkan kelemahan tersebut (Nursalam, 2014).

Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di

rumah sakit dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian

mutu. Kegiatannya dapat dilaksankan dalam dua tingkat yaitu tingkat

rumah sakit dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat

dilaksanakan dengan cara mengembangkan tim gugus kendali mutu

yang memiliki program baik jangka pendek maupun jangka panjang

kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit akan diawali dengan

penetapan kriteria pengendalian, mengindentifikasi informasi yang


20

relavan dengan kriteria, menetapkan cara mengumpulkan

informasi/data.

Kemudian melakukan pengumpulan dan menganalisis informasi

dalam membandingkan informasi dengan kriteria yang telah

ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas, serta memperbaiki

situasi sesuai hasil yang diperoleh, lalu menetapkan kembali cara

mengumpulkan informasi (Nursalam, 2014). Ada tujuh indikator

utama kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit :

a. Keselamatan pasien (patien safety) , yang meliputi : angkat infeksi

nosokomial angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, decubitus,

kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien

terhadap pelayanan kesehatan.

b. Pengolaan nyeri dan kenyamanan.

c. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.

d. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan.

e. Perawatan diri.

f. Kecemasan pasien.

g. Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien.

2. Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan

secara efesien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan

kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil


21

penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan

sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2014).

Menurut parasuraman (2001:162) bahwa konsep kualitas layanan

yang diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan.

Kualitas layanan tersebut terdiri atas daya tanggap, jaminan, bukti

fisik, empati dan keandalan. Selain itu, pelayanan yang diharapkan

sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari mulut ke

mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi

eksternal, persepsi inilah yang memengaruhi pelayanan yang

diharapkan dan pelayanan yang dirasakan yang membentuk adanya

konsep kualitas layanan.

Parasuraman (2001; 165) menyatakan bahwa konsep kualitas

adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang

memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan dikatakan

bermutu apabila pelayanan yang diharapkan lebih kecil dari pada

pelayanan yang dirasakan. Konsep kualitas layanan dari harapan yang

diharapkan seperti dikemukakan di atas, ditentukan oleh empat faktor,

yang saling terkait dalam memberikan suatu persepsi yang jelas dari

harapan pelanggan dalam mendapatkan pelayanan. Keempat faktor

tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Komunikasi dari mulut ke mulut

Faktor ini sangat menentukan dalam pembentukan harapan

pelanggan atas suatu jasa / pelayanan. Pemelihan untuk

mengonsumsi suatu jasa/pelayanan yang bermutu dalam banyak


22

kasus dipengaruhi oleh informasi dari mulut yang diperoleh dari

pelanggan yang telah mengonsumsi jasa tersebut sebelumnya.

Sebenarnya hubungan dari mulut ke mulut berbentuk U, apabila

seseorang puas maka ia akan menyebarkan berita positif dari mulut

ke mulut, tapi apabila mengeluh tidak puas maka ia akan

menyebarkan berita dari negative dari mulut ke mulut.

b. Kebutuhan pribadi

Yaitu harapan pelanggan bervariasi tergantung pada karakteristik

dan keadaan individu yang memengaruhi kebutuhan pribadinya.

c. Pengalaman masa lalu

Yaitu pengalaman pelanggan merasakan suatu pelayanan jasa

tertentu di masa lalu yang memengaruhi tingkat harapannya untuk

memperoleh pelayanan jasa yang sama di masa kini dan yang akan

datang.

d. Komunikasi eksternal

Yaitu komunikasi eksternal yang digunakan oleh organisasi jasa

sebagai pemberi pelayanan melalui berbagai bentuk upaya promosi

juga memegang peranan dalam pembentukan harapan pelanggan.

Dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk

aktualisasi kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang

menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap, menumbuhkan

adanya jaminan, menunjukkan bukti fisik yang dilihatnya, menurut

empati dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan

keandalannya menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara


23

konsequen untuk memuaskan yang menerima pelayanan (Nursalam,

2014).

3. Pengukuran Mutu Pelayanan

Menurut Donadebian, mutu pelayanan dapat diukur dengan

menggunakan tiga variabel, yaitu input, proses dan output/outcome

a. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,

peralatan, teknologi, organisasi, dan informasi.

b. Proses adalah interaksi professional antara pemberi pelayanan

dengan konsumen (pasien dan masyarakat). Setiap tindakan

medis/keperawatan harus selalu mempertimbangkan nilai yang

dianut pada diri pasien. Setiap tindakan korektif dibuat dan

diminimalkan resiko terulangnya keluhan atau ketidakpuasan pada

pasien lainnya.

c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan

keperawatan, yaitu berupa perubahan yang terjadi pada konsumen

termasuk kepuasan dari kondumen. Tanpa mengukur hasil kinerja

rumah sakit/ keperawatan tidak dapat diketahui apakah input dan

proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.


BAB III
METODE

A. Desain Literatur Review


Studi literature ini menggunakan literature review untuk mengkaji lebih

dalam keterkaitan antara pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap

insomnia pada lansia di indonesia

B. Kriteria Literature Review

1. Kriteria inklusi dalam literature ini adalah :

a. Paper tertulis dalam bahasa indonesia/ inggris

b. Dipublish tahun 2016-2020

c. Merupakan hasi penelitian

d. Berisi terkait perilaku caring dan komunikasi therapeutik perawat

dengan tingkat kepuasan pasien

2. Kriteria ekslusi literature ini adalah :

a. Penelitian tidak dilakukan di indonesia

b. Tidak full paper

c. Paper hasil konferensi

C. Sumber Literature Review

1. Studi literature ini dilakukan pencarian melalui mesin pencari artikel

google scholar, pubmed, science direct, dan sinta.

24
25

2. Google scholar merupakan mesin pencari yang memberikan layanan

untuk melakukan pencarian materi-materi pelajaran berupa teks dalam

berbagai format publikasi. Google scholar mencakup jurnal-jurnal

online dari publikasi ilmiah.

3. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melaului link

https://scholar.google.co.id/. Mesin pencari lain yang digunakan adalah

Pubmed, yaitu basis data gratis yang digunakan untuk mencari referensi

dan abstrak tentang ilmu alam dan topik biomedis MEDLINE.

4. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan menggunakan link

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

5. Selain itu, juga dilakukan pencarian dengan Science Direct yang

merupakan situs web yang menyediakan akses berlangganan ke

pangkalan data penelitian ilmiah dan medis.

6. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melalui link

https://www.sciencedirect.com/.

7. Mesin pencari berikutnya yaitu SINTA yang merupakan sebuah portal

berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang

meliputi kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi

Iptek untuk mendorong budaya publikasi ilmiah.

8. Mesin pencarian ini bisa diakses melalui link

http://sinta.ristekbrin.go.id/journals.
26

D. Cara pencarian Literature Review

1. Studi literature ini di temukan dalam 5 tahun terakhir terkait artikel

nasional google scholar

2. Pencarian artikel di google scholar menggunakan kata kunci: “Perilaku

carring perawat” AND “Kepuasan Pasien” AND “Komunikasi

terapeutik” di dapatkan 25 artikel

E. Cara seleksi pencarian Literature Review

1. Seleksi artikel dalam studi literature ini menggunakan 4 tahapan yaitu:


Identification (identifikasi), Screening (penyaringan), Eligibility
(kelayakan), dan Included (memasukkan) dengan menggunakan
gambar seperti diagram.
2. Identification merupakan sebuah proses identifikasi artikel melalui
pencarian dalam basis data.
3. Tahap selanjutnya adalah screening, yang merupakan proses
penyaringan artikel yang akan digunakan sesuai dengan topik. Ketiga
adalah tahap eligibility, yaitu proses seleksi dimana sebuah artikel
dinyatakan layak atau tidak untuk dijadikan tinjauan literature.
4. Tahap terakhir yaitu included, yakni memasukkan artikel yang telah
sesuai dengan topic sebagai tinjauan literatur (Polit & Beck, 2009)
27

F. Literature Review (Prisman Diagram)

Google scholar dengan kata kunci:


“Perilaku carring” AND “Kepuasan
pasien” AND “komuniasi terapeutik”
di dapatkan 10 artikel
n= 25

Setelah ditelaah yang memenuhi kriteria inklusi


n=18

Setelah ditelaah yang memenuhi syarat jurnal


n=11

Karena Cuma 11 ini yang mempunyai abstrak,


hasil,kesimpulan
BAB IV
HASIL

A. Tabel Hasil Pencarian

Penerbit/ Tujuan Desain Subyek Hasil Kesimpulan


tahun penelitian penelitian
terbit
Anggoro, Untuk Jenis populasi pada Hasil penelitian menunjukkan Usia yang lebih dewasa dan semakin
Aeni, & mengetahui penelitian penelitian ini ada hubungan positif antara lama masa kerja perawat maka semakin
Istioningsi hubungan deskriptif adalah semua usia perawat dengan perilaku baik perilaku caring perawat, sedangkan
h, (2019) karakteristik korelasionald perawat di RSUD caring perawat dengan uji jenis kelamin, pendidikan, dan status
perawat engan Dr. H. Soewondo spearman rho diperoleh nilai pernikahan tidak membedakan perilaku
dengan caring pendekatan Kendal. Jumlah pvalue=0,000 (ρvalue< 0,05), caring perawat
secara cross sampel dalam dan nilai koefisien korelasi
sectional penelitian ini sebesar 0,303
sebanyak
132responden
Bailussy Untuk kualitatif Semua perawat Dari hasil penelitian Komunikasi terapeutik perawat kepada
& Syaiful mengetahui pelasana dilapangan menunjukkan pasien selama proses pengobatan di
(2017) perilaku caring bahwa kemampuan dan ruang bedah RSUD Chasan Boesoerie
perawat penerapan komunikasi tidak menunjukkan sikap komunikasi
pelasana terapeutik perawat di RSUD yang seimbang sehingga pasien masih
Chasan Boesoerie masih merasakan tidak nyaman

28
29

sangat minim. Hal ini


terganbarkan dari hasil
wawancara dengan para
perawat dan hasil amatan
peneliti,
Damayanti Untuk Jenis melibatkan 15 Mayoritas komunikasi dapat disimpulkan bahwa, ada
(2019) megetahui penelitian orang pasien dan terapeutik perawat baik yaitu hubungan antara komunikasi terapeutik
hubungan cross 15 orang perawat 13 orang (86,7%), kepuasan perawat dengan kepuasan pasien
komunikasi sectional yang diambil pasien terhadap prosedur terhadap prosedur tindakan invasif.
terapeutik secara purposive tindakan invasif katagori puas
perawat sampling bangsal yaitu 12 orang (80%).
dengan dewasa RSUD
kepuasan Surakarta.
pasien
terhadap
prosedur
tindakan
invasive
Dora, Untuk kuantitatif sampel berjumlah Hasil analisa univariat terdapat hubungan yang bermakna
Ayuni, & mengetahui dengan jenis 30 responden menunjukkan bahwa 43,3% antara komunikasi terapeutik perawat
Asmalinda hubungan korelasi responden menyatakan puas dengan kepuasan pasien rawat inap non
(2019) komunikasi dan 56,7% responden bedah RSUD Padang Pariaman
perawat menyatakan tidak puas, pada
dengan pasien analisa bivariat di dapatkan p
value = 0,000 berarti terdapat
hubungan yang bermakna
antara komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan
30

pasien rawat inap non bedah


RSUD Padang Pariaman
Hasani Untuk Jenis Dimana penelitian Dan didapatkan hasil sebelum Hasil ini menunjukkan rata-rata kualitas
(2019) mengetahui penelitian dengan responden pemberian rendam kaki air tidur pada kelompok rendam kaki air
komunikasi quasy sebanyak 22 pada kelompok aromaterapi hangat lebih rendah di bandingkan
terapeutik experiment orang, umur yang mawar buruk sebanyak 11 dengan rata-rata kelompok aromaterapi
perawat rohani dengan mengalami responden. Kualitas tidur mawar.
islam dalam menggunaka gangguan tidur sesudah pemberian rendam
proses n bentuk berumur 60-70 kaki air hangat dan
penyembuhan rancangan tahun sebanyak aromaterapi mawar yaitu
pasien one group pre 15 responden, pada kelompok rendam kaki
test - post test yang berumur 71- air hangat baik sebanyak 10
90 tahun responden, dan buruk
sebanyak 7 sebanyak 1 responden, dan
responden. Jenis pada kelompok aromaterapi
kelamin mawar baik sebanyak 7
perempuan responden, buruk sebanyak 4
sebanyak 12 responden. Berdasarkan
responden dan analisa statistik didapatkan
laki-laki sabanyak nilai rata-rata kualitas tidur
10 responden pada kelompok rendam air
hangat sebesar 10,00,
sedangkan rata-rata kualitas
tidur pada kelompok
aromaterapi mawar sebesar
13,00.
Prastyo untuk Jenis Jumlah sampel Dari hasil pengujian di Jadi Terdapat Pengaruh Pelaksanaan
Kusumo mengetahui penelitian pada penelitian Instalasi Gawat Darurat Komunikasi Terapeutik Perawat pada
31

(2017) pengaruh survei ini berjumlah 285 diperoleh nilai F hitung Tahap Orientasi, Tahap Kerja dfan
komunikasi deskriptif sampel di 53.540 dan F tabel sebesar Tahap Terminasi terhadap Kepuasan
terapeutik inferensial poliklinik dan 140 2.67 dengan nilai signifikasi Pasien di Instalasi Gawat Darurat dan
perawat di IGD. sebesar 0.000. Oleh karena F Poliklinik RSUD Jogja.
terhadap hitung > F tabel (53.540>
kepuasan 2.67) dengan nilai
pasien signifikansi lebih kecil dari
0.05 (p<0.05), sedangkan di
rawa poliklinik didapatkan
bahwa nilai F hitung > F tabel
(68,125 > ) dengan nilai
signifikansi < 0,05 (0,000)
maka hal ini berarti bahwa
terdapat Pengaruh
Komunikasi Terapeutik
Perawat yang signifiikan
terhadap Kepuasan Pasien di
Instalasi Gawat Darurat
RSUD Jogja. Uji ini
digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen
secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
Sembiring Untuk Jenis Populasi dalam Berdasarkan hasil bahwa ada hubungan antara komunikasi
& Munthe mengetahui penelitian penelitian ini menunjukkan nilai P=0,043 terapeutik perawat dengan kepuasan
(2019) hubungan eskriptif adalah seluruh dimana nilai tersebut pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
komunikasi korelasi pasien yang di (P<0,05) yaitu Ha diterima Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun
32

terapeutik rawat inap di dan Ho ditolak, maka artinya 2018


dengan Rumah Sakit ada hubungan antara
kepuasan Umum Daerah komunikasi terapeutik
pasien rawat Deli Serdang perawat dengan kepuasan
inap mulai bulan pasien rawat inap di Rumah
Januari-April Sakit Umum Daerah Deli
2018 sebanyak Serdang.
144 orang.
Suweko & Untuk Jenis Sumber pustaka Berdasarkan hasil dari Dari beberapa artikel yang sudah
Warsito mengetahui penelitian yang digunakan berbagai penelitian dari studi dilakukan kajian didapatkan kesimpulan
(2019) hubungan studi literatur dalam literature yang di peroleh, ada hubungan yang signifikan antara
perilaku caring review penyusunan menunjukkan adanya perilaku caring perawat dengan tingkat
perawat artikel melalui hubungan yang signifikan kepuasan pasien rawat inap di rumah
dengan website PubMeds, antara perilaku caring sakit
kepuasan ScienceDirect, perawat dengan kepuasan
pasien di ruang Medline dan pasien di rumah sakit
rawat inap EBSCO
Syarif, Untuk Survey sampel sebanyak Hasil penelitian ini Hubungan yang signifikan antara
Husnul, & mengetahui Analitik 30 pasien rawat menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik dengan kepuasan
Nugroho hubungan dengan inap Hubungan antara Komunikasi pasien rawat inap Tingkat Hubungan
(2020) komunikasi pendekatan Terapeutik Perawat dengan Komunikasi Terapeutik dengan
terapeutik Kuantitatif. Kepuasan Pasien Rawat Inap Kepuasan Pasien, Ada kekuatan
dengan Rancangan Di Puskesmas Tapen hubungan yang sangat besar.
kepuasan yang Kabupaten Bondowoso,
pasien d rung digunakan Hubungan yang signifikan
rawat inap adalah Cross antara komunikasi terapeutik
Sectional dengan kepuasan pasien
rawat inap Tingkat Hubungan
33

Komunikasi Terapeutik
dengan Kepuasan Pasien,
Ada kekuatan hubungan yang
sangat besar.
Valentina, Untuk deskriptif jumlah sampel hasil analisis penelitian Perilaku caring perawat pelaksana ruang
Sri mengetahui Kuantitatif sebanyak menunjukkan sebagian besar rawat inap rumah sakit dalam persepsi
Susilaning perilaku caring sebanyak 67 perilaku caring perawat pasien sebagian besar kurang baik.
sinh, & perawat orang pasien yang pelaksana dipersepsikan
Dadi pelasana rawat sedang dirawat kurang baik oleh pasien
(2019) inap inap minimal 3 sebesar (55.2%). Dengan
hari perawatan demikian maka secara
keseluruhan lebih dari
setengahnya baik menurut
pasien
menyatakan bahwa perilaku
caring yang dilakukan oleh
perawat pelaksana masih
kurang.
Widiasari, Untuk crosssectiona Jumlah sampel Penelitian ini membuktikan ada hubungan karakteristik pasien:
Handiyani, mengetahui l dengan sebanyak 143 hubungan penerapan umur, jenis kelamin, pendidikan,
& kepuasan metode keselamatan pasien dengan pekerjaan, dan kelas perawatan dengan
Novieastar pasien cluster kepuasan pasien di kepuasan pasien.
i (2019) terhadap random Intermediate Ward dan Ruang
penerapan sampling Rawat Inap Rumah Sakit X
keselamatan (p= 0,0001, OR= 1,216).
pasien Hasil penelitian penerapan
keselamatan pasien dengan
kepuasan pasien di Rumah
34

Sakit X dapat disimpulkan


tidak ada hubungan
karakteristik pasien: umur,
jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan kelas
perawatan dengan kepuasan
pasien.

Menurut beberapa jurnal yang telah di talaah terdapat 2 jurnal yang relefan dengan skripsi ini yaitu dari penelitian Sembiring

& Munthe (2019) yang judulnya Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien rawat inap dan dari

penelitian Suweko & Warsito(2019) dengan judul Untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di

ruang rawat inap


BAB V
PEMBAHASAN

A. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Peningkatan kualitas layanan keperawatan didukung oleh pengembangan

teori keperawatan; salah satunya adalah teori kepedulian. Perilaku merawat

perawat berarti memberikan layanan perawatan melalui pendekatan perawat

untuk meningkatkan perawatan kepada pasien. Perhatian perawat, empati, dan

kepedulian terhadap pasien adalah kunci kualitas layanan perawatan, sangat

sesuai dengan permintaan orang yang mengharapkan layanan kesehatan yang

baik dan berkualitas (Putri, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian (Kusumo, 2017) dengan judul pengaruh

komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien rawat jalan

RSUD jogja hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien kurang puas

dengan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dan pasien

mengatakan bahwa perawat kurang invormative dan jarang

memperkenalkan diri sebelum melakukan perawatan maupun tindakan

medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Valentina, Sri

Susilaningsing, dadi, 2019) dengan judul Perilaku caring perawat

pelaksana rawat inap rumah sakit di kabupaten indramayu. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa nilai P=0,043 dimana nilai tersebut (P<0,05) yaitu

Ha diterima dan Ho ditolak, maka artinya ada hubungan antara

35
36

komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.

Berdasarkan hasil penelitian (Suweko & Warsito, 2019) dengan judul

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diruang

Rawat Inap hasil penelitian ini menunjukkan menyatakan bahwa Perilaku

caring perawat di Poli VCT RSUD Gambiran Kediri dinilai oleh pasien

HIV/ AIDS pada tingkat “tidak care” 6 orang (12%), “cukup care”

sebanyak 14 orang (28%), “care” sebanyak 18 orang (36%) dan “sangat

care” sebanyak 12 orang (24%), Kepuasan pasien “tidak puas” sebanyak 2

orang (4%), “cukup puas” sebanyak 10 orang (20%), “puas” sebanyak 17

orang (34%), “sangat puas” sebanyak 21 orang (42%), ada hubungan

antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien HIV/ AIDS di Poli

VCT RSUD Gambiran Kediri dengan nilai r=0,000 dan rs=0,498.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Widiasari, Handiyani, &

Novieastari, 2019) dengan judul Kepuasan Pasien Terhadap Penerapan

Keselamatan Pasien Di Rumah hasil penelitian menerapkan keselamatan

pasien dengan kepuasan pasien di Intermediate Ward dan Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit X (p= 0,0001, OR= 1,216). Hasil penelitian penerapan

keselamatan pasien de-ngan kepuasan pasien di Rumah Sakit X tidak ada

hubungan karakteristik pasien: umur, jenis kelamin, pendidikan, pe-

kerjaan, dan kelas perawatan dengan kepuasan pasien.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan perawat yang bekerja di rumah sakit, komunikasi

terapeutik secara umum termasuk kedalam kategori baik, diperlukan niat

dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat

dan harapannya. Disarankan agar perawat meningkatkan kebiasaan

membaca literature dan buku-buku ilmiah serta melakukan diskusi antara

sesama perawat ataupun dengan melibatkan tim kesehatan lain agar

pengetahuan perawat dapat terus meningkat dan setiap tindakan yang

dilakukan dapat menghasilkan output yang lebih baik.

Perilaku caring perawat yang baik dapat membentuk tingkat

kepuasan yang baik pula bagi pasien. Perawat perlu meningkatkan

perilaku caring pada setiap faktor karatif, sehingga diharapkan dapat

menjadi dasar dalam membentuk pedoman perilaku caring perawat dan

pedoman pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang sama

yaitu “hubungan prilaku caring dan komunikasi therapeutik perawat

dengan tingkat kepuasan pasien” agar dapat mengetahui hubungan prilaku

caring dan komunikasi therapeutik perawat dengan tingkat kepuasan

pasien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Andan, F. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi


Terapeutik pada Anak Usia Prasekolah (6 Tahun) di Ruang Perawatan 1 RSUD
Polewali Mandar. Statistical Field Theor .

Anggoro, W. T., Aeni, Q., & Istioningsih, I. (2019). Hubungan Karakteristik


Perawat Dengan Perilaku Caring. Jurnal Keperawatan Jiwa , 6 (2), 98.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.98-105
Bailussy, W., & Syaiful, B. (2017). Perilaku Caring, Perawat Pelaksana. Journal
of Chemical Information and Modeling , 53 (9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Damayanti, S. P. (2019). Hubungan Komunikasi Terpeutik Perawat Dengan
Kepuasan Pasien Terhadap Prosedur Tindakan Invasif The Correlation Between
The Nurses ’ Therapeutic Communication and The Patients ’ Satisfaction with
The Procedure of Invasive Action . 16 (2).
Dora, M. S., Ayuni, D. Q., & Asmalinda, Y. (2019). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien. Jurnal Kesehatan , 10 (2), 101.
https://doi.org/10.35730/jk.v10i2.402
Hasani, I. (2019). Komunikasi Terapeutik Perawat Rohani Islam Dalam Proses
Penyembuhan Pasien di RSUD Ciamis. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
, 2 (2), 127–160. https://doi.org/10.15575/cjik.v2i2.4938
Prasetyo Kusumo, M. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal
Dan Manajemen Rumah Sakit 10.18196/Jmmr.2016 , 6 (1), 72–81.
https://doi.org/10.18196/jmmr.6130
Sembiring, I. M., & Munthe, N. B. G. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Dan
Fisioterapi (Jkf) , 1 (2), 54–61. https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.170
Suweko, H., & Warsito, B. E. (2019). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan
Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap : Literatur Review. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan , 10 (1), 243.
https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.532
Syarif, M., Husnul, H., & Nugroho, S. A. (2020). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas Tapen Kabupaten
Bondowoso . 8 .
Valentina, Sri Susilaningsing, dadi, M. (2019). Perilaku caring perawat pelaksana
rawat inap rumah sakit di kabupaten indramayu. Jurnal Ilmiah Keperawatanah
Keperawatan , 15 (2), 129–133.
Widiasari, W., Handiyani, H., & Novieastari, E. (2019). Kepuasan Pasien
Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan
Indonesia , 22 (1), 43–52. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.615

Cristera, T. F., Muyadi, & Kallo Vandri, D. (2017). Tingkat Kepercayaan


Keluarga Pasien Di Intensive Care Unit (ICU) RSU Gmim Kalooran Amurang.
Journal Keperawatan , 5 Nomor 1 .
Dewi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Konselor Laktasi, volume 3 (1), 192–
211.
Darmi, A. (2019). Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi Terapeutik di
Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada , 10 (2), 74–78.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.117

Diana, R. S. S., Wahyu, E., & Asriin. (2006). Hubungan pengetahuan komunikasi
terapeutik terhadap kemampuan komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di rumah sakit elisabeth purwokerto, 1 (2), 53–60.
Odi, W. V. L. P., & Rompas, R. S. (2016). journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1, Mei 2016. Jurnal Keperawatan , 4 , 1–8.
Patrisia, A. A., Sidin, I., & A.Pasinringi, S. (2013). Gambaran kepuasan pasien
terhadap pelaksanaaan komunikasi terapeutik perawat di instalasi rawat inap
RSUD labuang baji makasar tahun 2013, 1–11.
Prasetyo, K. M. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal Dan
Manajemen Rumah Sakit , 6 (1), 72–81. https://doi.org/10.18196/jmmr.6130
Putra, A. (2013). Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah Dr. zainoel abidin.s
Sinaulan, R. L. (2016). Komunikasi terapeutik dalam perspektif islam. Jurnal
Komunikasi Islam , 06 .
Siti, M., Zulpahiyana, & Indrayana, S. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan dengan Kepuasan Pasien with The Patient ’ s Satisfaction. Jurnal
Ners Dan Kebidaan Indonesia , 4 (1), 30–34.
Venus, A., & Nabilah, D. (2016). Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat
Orang Lanjut Usia. Communicate , 1 (2), 75–86.
Yanti, A., Mechi, D. silvia, & Qurrata, A. dini. (2019). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien, 2 , 101–105.

Siswanti, D. (2018). Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat


kecemasan anak usia prasekolah yang dirawat di rsud dr. soedarso dan rsu yarsi
pontianak .

Anda mungkin juga menyukai