Anda di halaman 1dari 32

Noviliya Hawati 70

PENGALAMAN PENDERITA GASTRITIS KRONIS DALAM


MELAKUKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
UNTUK MEMBANTUMENURUNKAN SKALA NYERI
PADA PENDERITA GASTRITIS KRONIS DI
RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH
PALEMBANG TAHUN 2019
Noviliya Hawati
Prodi S1Keperawatan STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J No.9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114

Abstrak
Menurut data WHO angka persentase kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22% ,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Penderita gastritis sering mengalami nyeri, untuk
mengatasinya dapat dilakukan terapi non farmakologi berupa relaksasi nafas dalam yaitu teknik yang
dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks
cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri
timbul.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman penderita gastritis dalam melakukan
teknik relaksasi nafas dalam untuk membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis kronis di
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.Situasi sosial dalam penetian ini adalah 2 orang pasien gastritis kronis sebagai
partisipan dan seorang informan kunci yaitu perawat yang bertugas di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
Palembang.Hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman responden selama melakukan terapi
relaksasi nafas dalam Tn.M dan Tn.K mengaku nyeri lambung yang dirasakan berangasur-angsur
berkurang.Tn.M dan Tn.K melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri lambungnya
kambuh.Saran diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang,
dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien gastritis khususnya dalam membantu pasien mengatasi
rasa nyeri.
Kata kunci : Pengalaman, gastritis, relaksasi nafas dalam

Abstract
According to WHO data the percentage incidence of gastritis in the world, including the UK 22%,
China 31%, Japan 14.5%, Canada 35%, and France 29.5%. The incidence of gastritis in Southeast Asia
is around 583,635 of the total population each year. Gastritis sufferers often experience pain, to
overcome this non-pharmacological therapy in the form of deep breathing relaxation is a technique used
to suppress pain in the thalamus delivered to the cerebral cortex where the cerebral cortex is the center
of pain , which aims so that patients can reduce pain during the pain arising. The purpose of this study is
to determine the experience of gastritis sufferers in performing deep breathing relaxation techniques to
help reduce pain scale in patients with chronic gastritis at Siti Khadijah Islamic Hospital Palembang in
2019. The research method used is descriptive qualitative. Social situations in this determination are 2
patients with chronic gastritis as participants and a key informant namely nurses on duty at the Siti
Khodijah Islamic Hospital in Palembang. The results of the study found that the respondents' experience
during i do breath relaxation therapy in Mr. M and Mr. K claiming stomach pain that is felt gradually
decreases. Mr. M. and Mr. K do breathing relaxation therapy every time the stomach pain recurs.
Suggestions are expected to health workers at Siti Islamic Hospital Khadijah Palembang, can improve
services to gastritis patients, especially in helping patients deal with pain.
Keywords: Experience, gastritis, deep breath relaxation

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 71

PENDAHULUAN 40,8% dan angka kejadian gastritis di


Salah satu organ terpenting dalam beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
tubuh manusia yang digunakan bagi dengan angka kejadian 274.396 kasus dari
makhluk hidup sebagai penyimpan makanan 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan
yaitu lambung. Yang mana fungi lambung profil kesehatan Indonesia tahun 2011,
bagi tubuh yang paling utama adalah sebagai gastritis merupakan salah satu penyakit dari
menerimamakanan dan bekerja sebagai 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
penampung untuk jangka waktu pendek, inap di rumah sakit di Indonesia dengan
semua makanan dicairkan dan dicampurkan jumlah 30.154 kasus (4,9 %). Berdasarkan
dengan asam hirokiorida dan dengan cara ini data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
disiapkan untuk dicerna olehusus. Selama Barat, gastritis menempati urutan ke-3 dari
kadar asam lambung dalam tubuh sesuai 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat
kadar normal tidak akan menyebabkan suatu tahun 2014 yaitu sebesar 86.874 kasus
gangguan atau penyakit,tetapi jika kadar (10,94%) (Tussakinah, 2017).
asam lambung dalam tubuh berlebih akan Dari data dinas kesehatan Provinsi
menyebabkan nyeri perut/ gastritis (Putri, Sumatera Selatan diketahui bahwa jumlah
2017). penyakit gastritis pada tahun pada tahun
Gastritis merupakan gangguan 2013 didapat angka kejadian gastritis
kesehatan yang paling sering dijumpai di sebanyak 63.408 kasus, sedangkan pada
klinik, karena diagnosisnya sering hanya tahun 2014 sebanyak 52.936 kasus dan pada
berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan tahun 2015 sebanyak 49.115 kasus
histopatologi.Pada sebagian besar kasus (Sunarmi, 2018).
inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi Dari data dinas kesehatan kota
dengan keluhan dan gejala klinis Palembang diketahui bahwa penderita
pasien.Sebaliknya keluhan dan gejala klinis penyakit gastritis pada tahun 2016 sebanyak
pasien berkorelasi positif dengan komplikasi 48.162 orang, tahun 2017 sebanyak 49.115
gastritis. Gastritis merupakan suatu orang dan tahun 2018 sebanyak 54.159
peradangan mukosa lambung yang orang (Dinas Kesehatan Kota Palembang,
disebabkan oleh kuman helicobakteri pylori 2019).
yang dapat bersifat akut, kronik difus atau Faktor risiko gastritis adalah
lokal (Hirlan dalam Angkow, 2016) menggunakan obat aspirin atau anti-radang
Badan penelitian kesehatan dunia non steroid, infeksi kuman helicobacter
World Health Organization (WHO) pylori, memiliki kebiasaan mengkonsumsi
mengadakan tinjauan terhadap beberapa minuman beralkohol, memiliki kebiasaan
negara dunia dan mendapatkan hasil dari merokok, sering mengalami stres, pola
angka persentase kejadian gastritis di dunia, makan yang tidak teratur serta terlalu
diantaranya Inggris 22% , China 31%, banyak mengkonsumsi makanan yang pedas
Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis dan asam. Selain itu Orang yang memiliki
29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara pola makan tidak teratur, mudah terserang
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi
tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dibiarkan kosong, atau ditundanya
dikonfirmasi melalui endoskopi pada pengisian, asam lambung akan mencerna
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang lapisan mukosa lambung, karena ketika
secara substansial lebih tinggi daripada kondisi lambung kosong, akan terjadi
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan gerakan peristaltik lambung bertambah
bersifat asimptomatik (Tussakinah, 2017). intensif yang akan merangsang peningkatan
Persentase dari angka kejadian produksi asam lambung sehingga dapat
gastritis di Indonesia menurut WHO adalah timbul rasa nyeri diulu hati (Angkow, 2016).

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 72

Rasa nyeri merupakan stresor yang kornu dorsalis kemudian ke thalamus,


dapat menimbulkan stress dan ketegangan serebri, dan akhirnya berdampak pada
dimana individu dapat berespon secara menurunnya persepsi nyeri (Brunner &
biologis dan perilaku yang menimbulkan Suddart dalam Ayudianingsih, 2015).
respon fisik dan psikis. Respon fisik Pengalaman merupakan peristiwa
meliputi perubahan keadaan umum, wajah, yang tertangkap oleh panca indera dan
denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat
badan, dan apabila nafas makin berat dapat diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa
menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan baru saja terjadi maupun sudah lama
syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat
dapat merangsang respon stress yang dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan
mengurangi sistem imun dalam peradangan, dan menjadi pedoman serta pembelajaran
serta menghambat penyembuhan respon manusia. (Notoatmojo dalam Saparwati,
yang lebih parah akan mengarah pada 2012).
ancaman merusak diri sendiri (Corwin Berdasarkan hasil penelitian
dalam Ayudianingsih, 2015). Rampengan (2014) yang berjudul pengaruh
Manajemen nyeri merupakan salah teknik relaksasi dan teknik distraksi
satu carayang digunakan dibidang kesehatan terhadap perubahan intensitas nyeri pada
untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien post operasi di Ruang Irina A Atas
pasien. Pemberian analgesik biasanya RSUP Prof. Dr.R.D Kandou Manado. Hasil
dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik penelitian terhadap 15 responden sebelum
relaksasi merupakan alternatif non obat- dilakukan teknik relaksasi didapatkan hasil
obatan dalam strategi penanggulangan nyeri, sebagian besar responden mengalami
disamping metode TENS (Transcutaneons intensitas nyeri lebih nyeri yaitu sebanyak 6
Electric Nerve Stimulation), biofeedack, orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih
plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan nyeri sebanyak 4 orang (26,7%), intensitas
kebebasan mental dan fisik dari ketegangan nyeri sangat nyeri 3 orang (20%) dan
dan stress, karena dapat mengubah persepsi intensitas nyeri sedikit nyeri sebanyak 2
kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik orang (13,3%). Setelah dilakukan teknik
relaksasi membuat pasien dapat mengontrol relaksasi, sebanyak 2 responden menyatakan
diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau tidak mengalami nyeri dan tidak ada
nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri responden yang mengalami intensitas nyeri
(Potter & Perry dalam Ayudianingsih, sangat nyeri dan intensitas nyeri lebih nyeri.
2015). Berdasarkan yang didapat dari
Teknik relaksasi nafas dalam adalah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri Palembang, jumlah penderita gastritis tahun
pada thalamus yang dihantarkan ke korteks 2016 sebanyak 147 orang, tahun 2017
cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat sebanyak 130 orang dan tahun 2018
nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat sebanyak 151 orang (Rumah Sakit Islam Siti
mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Khadijah Palembang, 2019).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat Berdasarkan latar belakang diatas
relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
nyaman, pikiran pasien harus tenang dan dengan judul “Pengalaman Penderita
lingkungan yang tenang. Suasana yang Gastritis Dalam Melakukan Teknik
rileks dapat meningkatkan hormon Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu
endorphin yang berfungsi menghambat Menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita
transmisi impuls nyeri sepanjang saraf Gastritis Kronis Di Rumah Sakit Islam
sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke Siti Khadijah Palembang Tahun 2019”.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 73

METODE PENELITIAN mempergunakan data sekunder yang


diperoleh dari catatan-catatan rumah sakit
Fokus Penelitian (medrec), buku-buku bacaan, jurnal-jurnal
Penelitian ini difokuskan pada dan studi kepustakaan lainnya.
pengalaman penderita gastritis kronis dalam Teknik Pengumpulan Data
melakukan teknik relaksasi nafas dalam Dalam proses penelitian penulis
untuk membantu menurunkan skala nyeri menggunakan metode pendekatan yang
pada penderita gastritis. berkaitan dengan judul yaitu wawancara,
Teknik relaksasi nafas dalam adalah yaitu penulis melakukan serangkaian tanya
teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri jawab secara langsung dengan penderita
pada thalamus yang dihantarkan ke korteks gastritis kronis mengenai pengalaman
cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat penderita gastritis kronis dalam melakukan
nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri selama nyeri membantu menurunkan skala nyeri pada
timbul.Adapun hal-hal yang perlu penderita gastritis.
diperhatikan saat relaksasi adalah pasien
harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien Situasi Sosial dan Sampel Penelitian
harus tenang dan lingkungan yang Situasi Sosial
tenang.Suasana yang rileks dapat Situasi sosial dalam penetian ini
meningkatkan hormon endorphin yang adalah 2 orang pasien gastritis kronis
berfungsi menghambat transmisi impuls sebagai partisipan dan seorang informan
nyeri sepanjang saraf sensoris dari kunci yaitu perawat yang bertugas di
nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya Palembang.
berdampak pada menurunnya persepsi nyeri Sampel
(Brunner & Suddart dalam Ayudianingsih, Sampel penelitian ini
2015). mempergunakan 3 orang sampel yaitu : 2
orang sebagai partisipan , dan 1 sebagai
Data dan Teknik Pengumpulan Data informan kunci.
Data Kriteria partisipan
Penelitian ini menggunakan data a. Pasien gastritis kronis yang ada di
primer yang diperoleh melalui partisipan Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
yaitu penderita gastritis kronis dalam Palembang
melakukan teknik relaksasi nafas dalam b. Kooperatif dan bisa diajak
untuk membantu menurunkan skala nyeri, berkomunikasi dengan baik
dengan cara mewawancari pasien gastritis c. Bersedia menjadi partisipan dalam
secara mendalam untuk mendapatkan penelitian
informasi maupun keterangan-keterangan Kriteria informan kunci
yang berkaitan dengan pengalaman a. Perawat
penderita gastritis kronis dalam melakukan b. Lama bekerja lebih dari 5 tahun
teknik relaksasi nafas dalam untuk c. Bersedia ikut partisipasi dalam
membantu menurunkan skala nyeri pada penelitian
penderita gastritis. d. Kooperatif
Data primer lain juga didapatkan dari
informan kunci, mengenai prosedur yang Teknik Analisa Data
tepat dan benar maupun keterangan lain Analisa data dalam penelitian
yang dapat menjelaskan masalah tersebut kualitatif dilakukan saat pengumpulan data
diatas. Selain itu penelitian ini juga berlangsung dan setelah selesai

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 74

pengumpulan data dalam periode tertentu.


Data atau informasi yang telah diperoleh Dari tabel 4.2 diatas diketahui Ny.T
dicatat atau direkam dengan menggunakan berusia 35 tahun, pendidikan terakhirS1
radio kaset dan buat transkip, kemudian Keperawatan bekerja sebagai perawat di
dipindahkan kedalam matrik dan didalam Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
matrik data dikelompokkan sesuai dengan dan sudah bekerja selama + 12 tahun.
tujuan penelitian.
Teknik pengumpulan data dilakukan Pembahasan
secara manual. Dengan mencatat jawaban Berdasarkan hasil wawancara
yang diperlukan informan sebagai sumber mendalam dengan kedua responden
data primer. diketahui bahwa kedua responden yaitu
Tn.M dan Tn.K sudah sejak lama menderita
HASIL PENELITIAN DAN penyakit gastritis, namun kedua informan
PEMBAHASAN tidak menghiraukan penyakitnya karena
menganggapnya suatu hal yang biasa.Kedua
Hasil Penelitian informan juga tidak memiliki riwayat
Gambaran Umum Informan keluarga menderita penyakit gastritis.
Pada penelitian ini sampel Menurut Rendy (2012), penyakit
(partisipan) berjumlah 3 orang yaitu Tn. M gastritis adalah suatu peradangan permukaan
dan Tn. K sebagai informan (pasien mukosa lambung yang akut dengan
gastritis) dan Ny. T sebagai informan kunci kerusakan erosi. Gastritis adalah suatu
(perawat) di Rumah Sakit Islam Siti peradangan pada mukosa lambung yang
Khadijah Palembang. Untuk lebih jelasnya, dapat bersifat akut, kronik atau lokal.
karakteristik informan dan informan kunci Hal yang sama dinyatakan Sukarmin
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel (2012), yang menjelaskan bahwa gastritis
1. berikut ini : merupakan peradangan yang mengenai
mukosa lambung. Peradangan ini dapat
Tabel 1. Karakterstik Informan Wawancara mengakibatkan pembengkakan mukosa
Mendalam Berdasarkan Umur, Pendidikan Dan
Pekerjaan
lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superficial yang menjadi penyebab
Inisial
Tn. M
Umur
73 tahun
Pendidikan
SMP
Pekerjaan
Pedagang
terpenting dalam gangguan saluran
Tn.K 62 tahun SD Buruh pencernaan. Pelepasan epitel
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian lapangan akanmerangsang timbulnya proses inflamasi
tahun 2019 pada lambung.
Sedangkan menurut Etika (2018),
Tn.M berusia 73 tahun, pendidikan menyatakan bahwa penyakit gastritis atau
terakhir yang pernah di tempuh adalah SMP asam lambung naik juga bisa disebabkan
dan bekerja sebagai pedagang.Sedangkan oleh genetik turunan orangtua seperti yang
Tn.K berusia 62 tahun, pendidikan terakhir dinyatakan oleh beberapa penelitian.
yang pernah ditempuh adalah SD dan Contohnya pada penelitian yang diterbitkan
bekerja sebagai buruh. dalam jurnal Gastroenterology yang
menjadikan anak kembar sebagai
Tabel 2. Karakterstik Informan Kunci
Wawancara Mendalam Berdasarkan Umur, pesertanya. Dari hasil penelitian diketahui
Pendidikan Dan Pekerjaan kalau sebanyak 43% penyakit asam lambung
Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan Lama Bekerja yang dialami peserta dipengaruhi oleh
Ny.T 35 tahun S1 Keperawatan Perawat + 12 tahun adanya kode genetik bawaan dari orangtua
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian lapangan mereka, yang juga memiliki penyakit
tahun 2019 tersebut.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 75

Berdasarkan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara


mendalam dengan kedua responden yaitu mendalam dengan kedua responden yaitu
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa kedua Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa selama
informan sering mengalami kekambuhan menderita penyakit gastritis kedua informan
penyakit gastritis, hal tersebut dialami kedua telah melakukan pengobatan baik kedokter
informan ketika telat makan dan ketika perut maupun ke puskesmas dan telah
kosong. mengkonsumsi obat-obatan. Selain itu kedua
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan juga diajarkan untuk melakukan
informan kunci yang menyatakan bahwa terapi non farmakologi seperti relaksasi
“Gejalanya itu ya...nyeri lambung yang nafas dalam dan kompres air hangat untuk
disebabkan dari telat makan itu tadi”. mengurangi rasa nyeri ketika penyakitnya
Menurut Samiadi (2018), kambuh.
menjelaskan bahwa ketika lambung Hal ini sesuai dengan pernyataan
dibiarkan kosong dalam waktu lama, cairan informan kunci yang menyatakan bahwa
asam yang menggenang akan menyebabkan “Untuk mengatasinya itu bisa makan
dinding lambung teriritasi dan meradang. Ini dengan porsi sedikit tapi sering kemudian
yang menjadi pemicu atau yang dapat juga dilakukan dengan kompres
memperburuk gejala maag Anda. Dengan panas, dan relaksasi nafas dalam”.
menerapkan pola makan yang teratur, Kami juga pernah, kalau dia lagi
pencernaan akan bekerja lebih baik dan kambuh kan kita ajarkan teknik relaksasi
efisien. nafas dalam misalkan dia sedang
Sedangkan menurut Widyatama merasakan nyeri sekali. Iya dek sering di
(2017), menjelaskan bahwa pola makan sini kalau pasiennya lagi nyeri-nyeri kita
yang tidak teratur, termasuk telat makan, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
juga dapat memicu terjadinya produksi kompres panas.
enzim-enzim pencernaan yang tidak Menurut Kurnia (2009), beberapa
memadai. Kondisi tersebut dapat cara untuk mengobati gastritis yaitu: 1)
menghambat proses pencernaan. Ketika Untuk menurunkan asam lambung bisa
proses pencernaan tidak berjalan dengan menggunakan obat-obat maag yang dijual
lancar, gejala mag juga dapat muncul. bebas. Tapi pengobatan tersebut hanya
Berdasarkan hasil wawancara berlansung sementara karena proses
mendalam dengan kedua responden yaitu penyembuhan luka lambung berlansung
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa saat lama. Walaupun luka tersebut sudah pulih,
penyakitnya kambuh kedua informan namun akan meninggalkan jaringan parut
merasakan rasa nyeri dan sakit pada daerah yang mudah sobek apabila terjadi iritasi
lambung hingga ke pinggang. karena produksi asam lambung yang
Menurut Rendy (2012), tanda dan berlebihan hingga mengakibatkan sekresi
gejala gastritis antara lain mual, sebagian kelenjar-kelenjar lambung tidak seimbang.
penderita bisa muntah darah, nyeri 2) Istirahat yang cukup sampai gejala
epigastrium, nausea, muntah dan cegukan gastritis mereda. 3) Sebisa mungkin
serta sakit kepala. Sedangkan gejala gastritis mengolah tekanan emosional dan selama
akut adalah nyeri epigastrium, mual, proses pemulihan kurangi kerja berat.
kembung muntah, dapat ditemukan 4) Mengkonsumsi makanan yang lunak. 5)
hematemesis dan melena. Dan gejala Ramuan tradisional berupa kunyit bisa juga
gastritis kronis adalah kebanyakan tidak menyembuhkan luka dinding lambung. 6)
mempunyai keluhan, hanya sebagai Periksakan ke dokter jika penyakit maag
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea. terus menerus kambuh karena siapa tahu
penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 76

Menurut Lusiana (2015), Intervensi sering di sini kalo pasiennyo lagi nyeri-
Non Farmakologiyang dapat digunakan nyeri kito ajarke teknik relaksasi nafas
untuk mengatasi nyeri adalah Stimulasi dan dalam, kompres panas”
massase kutaneus, stimulasi kulit, Smeltzer dan Bare (2002),
transcutaneous elecrical nerve stimulation menyatakan bahwa tujuan relaksasi
(TENS), distraksi, teknik relaksasi, imajinasi pernafasan adalah untuk meningkatkan
terbimbing, hipnosis, metoda bedah-neuro. ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
Berdasarkan hasil wawancara mencegah atelektasi paru, merilekskan
mendalam dengan kedua responden yaitu tegangan otot, meningkatkan efesiensi
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa setelah batuk, mengurangi stress baik stress fisik
melakukan teknik relaksasi nafas dalam maupun emosional yaitu menurunkan
kedua informan merasa lega, dan nyeri yang intensitas nyeri (mengontrol atau
dirasakan sedikit berkurang. mengurangi nyeri) dan menurunkan
Hal ini sesuai dengan pernyataan kecemasan.
informan kunci yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil wawancara
“Biasanya dia merasakan lebih tenang, mendalam dengan kedua responden yaitu
lebih nyaman....kemudian nyerinya juga Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa dalam
berkurang” melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Menurut Smelzer dalam Hermanto kedua informan selalu mengulang-ulang
(2013), menjelaskan tujuan teknik relaksasi teknik relaksasi nafas dalam tersebut sampai
napas dalam adalah untuk meningkatkan nyeri lambung yang dirasakannya berkurang
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, dan kedua informan merasa lega.
mencegah atelektasi paru, meningkatkan Hal ini sesuai dengan pernyataan
efesiensi batuk, mengurangi stress baik informan kuci yang menyatakan bahwa
stress fisik maupun emosional yaitu “Tujuannya itu untuk mengurangi rasa
menurunkan intensitas nyeri dan nyeri pada pasien yang menderita
menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat gastritis”.
yang dapat dirasakan oleh klien setelah Menurut Aningsih (2018),
melakukan teknik relaksasi nafas dalam menjelaskan bahwa teknik relaksasi nafas
adalah dapat menghilangkan nyeri, dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa menggunakan diafragma, sehingga
cemas. memungkinkan abdomen terangkat perlahan
Berdasarkan hasil wawancara dan dada mengembang penuh. Dalam teknik
mendalam dengan kedua responden yaitu ini merupakan suatu bentuk asuhan
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa perawat keperawatan, bagaimana perawat
telah mengajarkan kepada kedua informan mengajarkan cara melakukan teknik
dalam melakukan teknik relaksasi nafas relaksasi nafas dalam, nafas lambat
dalam, dan kedua informan telah melakukan (menahan inspirasi secara maksimal) dan
teknik relaksasi nafas dalam tersebut sejak bagaimana menghembuskan nafas secara
lama. Menurut kedua informan setelah perlahan, selain dapat menurunkan intensitas
melakukan teknik relaksasi nafas dalam nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
tersebut perasaan menjadi lega dan rasa dapat meningkatkan ventilasi paru dan
nyeri yang dirasakan semakin berkurang. meningkatkan oksigenasi darah. Selain itu
Hal ini sesuai dengan pernyataan manfaat yang didapat setelah melakukan
informa kunci yang menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam adalah
“Pernah, kalo dio lagi kambuh kan kito mengurangi atau bahkan menghilangkan
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasa nyeri yang terjadi pada individu
misalke dio lagi nyeri nian”.“Iyo dek tersebut, ketentraman hati, dan

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 77

berkurangnya rasa cemas, juga praktis dalam menjelaskan bahwa kedua informan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam
tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya. sekitar 5 sampai 10 menit atau hingga nyeri
Berdasarkan hasil wawancara yang dirasakan berkurang.
mendalam dengan kedua responden yaitu Prosedur teknik relaksasi nafas
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa pada dalam menurut Priharjo (2003), yakni
saat melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan bentuk pernapasan yang digunakan
posisi badan kedua informan Tn.M sambil pada prosedur ini adalah pernapasan
duduk sedangkan posisi Tn.K dilakukan diafragma yang mengacu pada pendataran
sambil duduk dan berbaring. kubah diagfragma selama inspirasi yang
Ada beberapa posisi relaksasi nafas mengakibatkan pembesaran abdomen bagian
dalam yang dapat dilakukan menurut atas sejalan dengan desakan udara masuk
(Smeltzer & Bare, 2002) : a) Posisi relaksasi selama inspirasi. Adapun langkah-langkah
dengan terlentang Berbaring terlentang, teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai
kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, berikut : 1) Ciptakan lingkungan yang
kedua tangan rileks disamping bawah lutut tenang 2) Usahakan tetap rileks dan tenang
dan kepala diberi bantal. b) Posisi relaksasi 3) Menarik nafas dalam dari hidung dan
dengan berbaring miring Berbaring miring, mengisi paru-paru dengan udara melalui
kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi hitungan 1,2,3. 4) Perlahan-lahan udara
bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi dihembuskan melalui mulut sambil
bantal juga, agar perut tidak menggantung. merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
c) Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring 5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3
terlentang Kedua lutut ditekuk, berbaring kali 6) Menarik nafas lagi melalui hidung
terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua dan menghembuskan melalui mulut 7)
lengan disamping telinga. d) Posisi relaksasi Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga
dengan duduk Duduk membungkuk, kedua nyeri terasa berkurang 8) Ulangi sampai 15
lengan diatas sandaran kursi atau diatas kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5
tempat tidur, kedua kaki tidak boleh kali.
menggantung. Berdasarkan hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kedua responden yaitu
mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa selama
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa pada menggunakan teknik relaksasi nafas dalam
saat melakukan teknik relaksasi nafas dalam kedua informan merasakan manfaat yaitu
kedua informan melakukannya di lokasi nyeri perut berangsur-angsur berkurang.
yang sepi dan sunyi dengan tujuan agar Kedua responden jugamenjelaskan bahwa
lebih mudah berkonsentrasi. Berdasarkan tujan kedua informan melakukan teknik
hasil wawancara mendalam dengan kedua relaksasi nafas dalam adalah untuk
responden yaitu Tn.M dan Tn.K mengurangi rasa nyeri.
menjelaskan bahwa Tn.M biasa melakukan Menurut Kusyati (2015), manfaat
teknik relaksasi nafas dalam dengan menarik teknik relaksasi nafas dalam diantaranya
nafas dari hidung dan menahannya selama adalah : Ketentraman hati, berkurangnya
2-3 detik kemudian dihembuskan dari mulut rasa cemas, khawatir dan gelisah, tekanan
secara perlahan-lahan. Sedangkan Tn.K dan ketegangan jiwa menjadi rendah, detak
menarik nafas dalam tanpa ada hitungan jantung lebih rendah, mengurangi tekanan
dan kemudian menghembuskannya melalui darah, ketahanan yang lebih besar terhadap
mulut secara perlahan-lahan. Berdasarkan penyakit, tidur lelap, kesehatan mental
hasil wawancara mendalam dengan kedua menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik,
responden yaitu Tn.M dan Tn.K meningkatkan daya berpikir logis,

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 78

meningkatkan kreativitas, meningkatkan darah, ketahanan yang lebih besar terhadap


keyakinan, meningkatkan daya kemauan, penyakit, tidur lelap, kesehatan mental
intuisi. menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik,
Berdasarkan hasil wawancara meningkatkan daya berpikir logis,
mendalam dengan kedua responden yaitu meningkatkan kreativitas, meningkatkan
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa selain keyakinan, meningkatkan daya kemauan,
melakukan teknik relaksasi napas dalam intuisi.
Tn.M juga melakukan terapi kompres air Hasil penelitian ini sejalan dengan
hangat dengan menggunakan botol. penelitian Rampengan (2014) yang berjudul
Sedangkan Tn.K hanya melakukan terapi pengaruh teknik relaksasi dan teknik
relaksasi nafas dalam dan tiduran atau distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri
istirahat. pada pasien post operasi di Ruang Irina A
Menurut Pahlevi (2017), saat ini Atas RSUP Prof. Dr.R.D Kandou Manado.
marak dikembangkan terapi tambahan untuk Hasil penelitian terhadap 15 responden
mengatasi nyeri, seperti: kompres hangat / sebelum dilakukan teknik relaksasi
dingin, latihan nafas dalam, musik, didapatkan hasil sebagian besar responden
aromatherapi, imajinasi terbimbing dan mengalami intensitas nyeri lebih nyeri yaitu
hipnosis. sebanyak 6 orang (40%), intensitas nyeri
Menurut Potter & Perry dalam sedikit lebih nyeri sebanyak 4 orang
Ayudianingsih (2015), manajemen nyeri (26,7%), intensitas nyeri sangat nyeri 3
merupakan salah satu carayang digunakan orang (20%) dan intensitas nyeri sedikit
dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri nyeri sebanyak 2 orang (13,3%). Setelah
yang dialami oleh pasien. Pemberian dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2
analgesik biasanya dilakukan untuk responden menyatakan tidak mengalami
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi nyeri dan tidak ada responden yang
merupakan alternatif non obat-obatan dalam mengalami intensitas nyeri sangat nyeri dan
strategi penanggulangan nyeri, disamping intensitas nyeri lebih nyeri.
metode TENS (Transcutaneons Electric Hasil penelitian ini juga sejalan
Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan dengan penelitian Putri (2017) yang berjudul
distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
mental dan fisik dari ketegangan dan stress, nyeri pada pasien dengan gastritis.
karena dapat mengubah persepsi kognitif Berdasarkan hasil pengkajian yang telah
dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi dilakukan pada keluara Tn. J Khususnya
membuat pasien dapat mengontrol diri pada Ny.S Tanda gejala yang muncul adalah
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, Ny. S Mengatakan nyeri perut, mual,
stress fisik dan emosi pada nyeri. muntah.Ny. S mulai merasakan gejala-gejala
Berdasarkan hasil wawancara kalau sakit sejak 1 tahun yang lalu. setelah
mendalam dengan kedua responden yaitu dibawa periksa ke dokter Ny. S dianjurkan
Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa setiap untuk mengurangi makan makanan yang
kedua informan melakukan teknik relaksasi pedas, pada bulan Februari 2016 nyeri perut
nafas dalam nyeri yang ia rasakan berangsur itu kambuh Ny.S Mengalami perlukaan
berkurang. lambung karena memakan makanan yang
Menurut Kusyati (2015), manfaat pedas kemudian terjai nyeri perut, mual,
teknik relaksasi nafas dalam diantaranya muntah yang menyebabkan asam lambung
adalah : Ketentraman hati, berkurangnya nya meningkat. Intervensi yang dilakukan
rasa cemas, khawatir dan gelisah, tekanan adalah mengajarkan relaksasi nafas dalam
dan ketegangan jiwa menjadi rendah, detak untuk mengatasi nyeri perut selain itu Ny. S
jantung lebih rendah, mengurangi tekanan juga diajarkan tentang guide imagery untuk

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 79

mengatai nyeri perut dan juga cemas yang bahan yang menunjang penulisan Karya
dirasakan. Implementasi dilakukan selama 3 Tulis Ilmiah ini guna meningkatkan
hari mulai tanggal 19 februari sampai mutu pendidikan, menyarankan agar
tanggal 21 februari 2017. pada tanggal 19 mahasiswa sebelum menentukan judul
februari 2017 dilakukan relaksasi nafas sebaiknya menentukan masalah yang
dalam untuk menatasi nyeri perut Ny. layak dan relevan untuk diteliti.
sebelum menajarkan relaksasi nafas dalam 2. Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
didapatkan hasil bahwa keluara hanya Palembang
menyuruh Ny. S untuk berbaring kemudian Diharapkan kepada petugas
setelah itu diajarkan tentang relaksasi nafas kesehatan di Rumah Sakit Islam Siti
dalam yang membutuhkan suasana rumah Khadijah Palembang, dapat
yang nyaman dan tenang. meningkatkan pelayanan kepada pasien
Berdasarkan hasil penelitian dan gastritis khususnya dalam membantu
pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa pasien mengatasi rasa nyeri. Dalam
teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien
membantu menurunkan skala nyeri pada gastritis selain menggunakan pengobatan
penderita gastritis. Dengan melakukan farmakologi yang telah diterapkan
relaksasi nafas dalam dapat membuat pasien selama ini diharapkan dapat
menjadi rileks, tenang, nyaman serta menggunakan alternatif pengobatan non
mengurangi rasa nyeri. Suasana yang rileks farmakologi seperti memberikan
dapat meningkatkan hormon endorphin yang kompres air hangat kepada pasien
berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri. gastritis.

KESIMPULAN 3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Berdasarkan hasil penelitian yang Diharapkan peneliti selanjutnya
telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti dapat mencari alternatif lain dalam
Khadijah Palembang, dapat disimpulkan menurunkan skala nyeri pasien gastritis
bahwa : seperti memberikan massase atau
Pengalaman responden selama kompres hangat pada pasien gastritis
melakukan terapi relaksasi nafas dalam serta dengan menggunakan metode
Tn.M dan Tn.K mengaku nyeri lambung penelitian kualitatif sehingga penelitian
yang dirasakan berangasur-angsur tentang penurunan skala nyeri pada
berkurang.Tn.M dan Tn.K melakukan terapi pasien gastritis dapat terus di
relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri kembangkan.
lambungnya kambuh. Dari penjelasan kedua
informan diketahui bahwa teknik relaksasi
dilakukan pada posisi duduk dan berbaring DAFTAR PUSTAKA
dalam suasana yang tenang.Kedua informan
menarik nafas dalam dan Angkow, Julia. 2016. Faktor-faktor yang
menghembuskannya secara perlahan melalui berhubungan dengan kejadian
mulut. gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Bahu Kota Manado.
SARAN Jurnal Keperawatan Fakultas
1. Bagi STIKES Mitra Adiguna Kedokteran Universitas Sam
Palembang Ratulangi Manado.
Diharapkan dapat lebih melengkapi
referensi seperti buku-buku sumber, Ayudianingsih. 2015. Pengaruh teknik
majalah kesehatan, jurnal, serta bahan- relaksasi nafas dalam terhadap

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 80

penurunan tingkat nyeri pada pasien Rampengan. 2014. Pengaruh teknik


pasca operasi fraktur femur di relaksasi dan teknik distraksi
Rumah Sakit Karima Utama terhadap perubahan intensitas nyeri
Surakarta. Jurnal FIK UMS pada pasien post operasi di Ruang
Kartasura Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jurnal Universitas
Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar Sam Ratulangi
Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &. Suddart (Alih bahasa Rendy, Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan
Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta keperawatan medikal bedah penyakit
: EGC dalam. Yogyakarta : Nuhamedika
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah. 2019.
Bruner & Sudart. 2007. Buku Ajar Jumlah penderita gastritis.
Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Palembang.
Edisi 9, EGC, Jakarta
Saparwati, Mona. 2012. Studi Fenomenologi
Endang. 2008. Gangguan Saluran : Pengalaman Kepala Ruang dalam
Pencernaan. Jakarta : EGC Mengelola Ruang Rawat di RSUD
Ambarawa. Tesis Magister Ilmu
Fahrur. 2009. Disiplin Waktu Tuntaskan Keperawatan Universitas Indonesia,
Maag. Depok.
http://www.ngobrolaja.com/showthre
ad.php, diakses 15 Januari 2019 dari Saydam, Gouzali. (2011). Memahami
Berbagai Penyaki t: Penyakit
Hidayat, A Aziz Alimun. 2009. Metode Pernafasan dan Gangguan
Penelitian Keperawatandan Teknik Pencernaan. Bandung: Alfabeta
Analisis Data. Jakarta: Salemba
medika. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung
Kurnia,H. 2009. Kiat Jitu Tangkal Penyakit
Orang Kantoran. Yagyakarta : Best Sukarmin, S.Kep. Ns. 2012. Keperawatan
Publisher Pada System Pencernaan. Celemba
Timur : Pustaka Pelajar.
Lusiana. 2015. Prosedur Keperawatan.
Yogyakarta : TIM Tussakinah. 2017. Hubungan pola makan
dan stres terhadap kekambuhan
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi gastritis di Wilayah Kerja
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh.
Rineka Cipta. Jurnal kesehatan Andalas.

Putri, Rona Sari Mahaji. 2017. Hubungan


pola makan dengan timbulnya
gastritis pada pasien di Universitas
Muhammadiyah Malang Medical
Centre (UMC). Jurnal Keperawatan
Universitas Tibhuwana Tunggadewi
Malang.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN SUKRALFAT DAN


RANITIDIN DENGAN ANTASIDA DALAM PENGOBATAN GASTRITIS DI SMF
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) AHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

Isna Wardaniati1, Almahdy A2, Azwir Dahlan3


Universitas Abdurrab, Pekanbaru1
Universitas Andalas, Padang2
RSUD Ahmad Mochtar, Bukittinggi 3
isnawardaniati@gmail.com
ABSTRAK

Gastritis merupakan penyakit lambung yang paling banyak di temukan di masyarakat Setiap hari sering kita
temukan penderita yang datang berobat dengan keluhan di saluran pencernaan bagian atas; misalnya rasa nyeri atau
panas di daerah epigastrium, mual, kadang-kadang disertai muntah, rasa panas di perut, rasa kembung, perasaan
lekas kenyang. Dalam pengobatan gastritis biasanya digunakan terapi tunggal, namun ada beberapa yang
menggunakan terapi kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi diberikan
berdasarkan derajat gastritisnya. Dalam penelitian ini kombinasi obat yang diamati adalah Ranitidin dengan
Sukralfat dan Ranitidin dengan Antasida. Gambaran penggunaan obat ini dinilai berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan Endoskopi. Pasien yang positif menderita gastritis dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian Pasien
diberikan terapi dengan (Ranitidin, Sukralfat) dan (Ranitidin, Antasida) selama 2 minggu. Setelah 4 bulan dari
terapi diberikan dilakukan evaluasi terhadap pasien meliputi rasa sakit/nyeri di perut, rasa mual, muntah, pedih
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut, lekas kenyang, kembung. Dari hasil evaluasi yang dilakukan
pada kedua kelompok tersebut didapatkan hasil pada kelompok I jumlah pasien yang keluhannya menghilang
sebanyak 100% dan pada kelompok II sebanyak 80%.

Kata Kunci : Gastritis, Endoskopi, Antasida, Sukralfat, Ranitidin.

ABSTRACT

Gastritis is the most common disease found in the community. Everyday frequently we can find patients
with upper gastrointestinal problems visit health installation service to cure their disease, such as pain problems or
burning sensation in epigastrum area, sometimes followed by regurgitation, stomach heartburn, bloating sensation
and early satiety. In gastritis medications, a single therapy is usually preferred, but there are also some using the
combination of two drugs. The common drugs being used is based on gastritis conditions level. In this research, the
observed drug combination were ranitidine with sucralfat and ranitidine with antacids. The description of drugs used
was being judged based on clinical symptoms and endoscopy examination. The confirmed gastritis patients were
divided into two groups. Afterwards, the patient were given the therapy( ranititidine and sucralfat) and (ranitidine
and antacids) for two weeks. After 4 months since the therapy was being given, the evaluations of patients
conditions was done, including the pain in gastrointestinal tract, nausea, regurgitate, smarting before and after meal,
burning sensation in the stomach, early satiety and bloating. From evaluations examinations in to the two groups, we
founds the results that in groups I the complaint was dissolved about 100 % and in groups II was about 80 %.

Keywords : Gastritis, Endoscopy, Antacids, Sucralfat, Ranitidie.

65
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

duodenum. Asam lambung yang bersifat


PENDAHULUAN korosif dan pepsin yang bersifat proteolitik
Gastritis merupakan penyakit merupakan dua faktor terpenting dalam
lambung yang paling banyak di temukan di menimbulkan kerusakan mukosa lambung-
masyarakat. Hampir setiap orang pernah duodenum. Faktor-faktor agresif lainnya
menderita penyakit ini, baik Gastritis akut adalah garam empedu, obat-obat ulserogenik
maupun kronik. Setiap hari sering kita (aspirin dan antiinflamasi nonsteroid
temukan penderita yang datang berobat lainnya, kortikosteroid dosis tinggi),
dengan keluhan di saluran pencernaan bagian merokok, etanol, bakteri, leukotrien B4 dan
atas; misalnya rasa nyeri atau panas di daerah lain-lain (Katzung, 2004).
epigastrium, mual, kadang-kadang disertai Tujuan utama dalam pengobatan
muntah, rasa panas di perut, rasa kembung, gastritis adalah menghilangkan nyeri,
perasaan lekas kenyang. Biasanya keluhan menghilangkan inflamasi dan mencegah
yang diajukan penderita tersebut ringan dan terjadinya ulkus lambung dan komplikasi.
dapat diatasi dengan mengatur makanan, Berdasarkan patofisiologisnya terapi
tetapi kadang-kadang dirasakan berat, farmakologi gastritis ditujukan untuk
sehingga ia terpaksa meminta pertolongan menekan faktor agresif dan memperkuat
dokter bahkan sampai terpaksa diberi faktor defensif. Sampai saat ini pengobatan
perawatan khusus (Nadi S, 1998). ditujukan untuk mengurangi asam lambung
Gastritis adalah inflamasi pada yakni dengan cara menetralkan asam
lapisan mukosa dan submukosa lambung. lambung dan mengurangi sekresi asam
Gastritis kronis tingkat ringan samapi sedang lambung. Selain itu pengobatan gastritis juga
sering di temukan pada masyarakat, terutama dilakukan dengan memperkuat mekanisme
sekali pada orang dewasa. Inflamasi ini defensif mukosa lambung dengan obat-obat
kadang-kadang terjadi superficial atau di sitoproteksi (Dipiro, 2008).
permukaan mukosa lambung saja sehingga Telah banyak obat yang beredar
tidak begitu nyeri, jadi tadak begitu yang bertujuan mengobati penyakit
mengganggu. Akan tetapi, bila inflamasi gastritis. Di samping itu kepada penderita
telah mengenai samapi kedalam mukosa tetap dianjurkan mengatur pola makannya
lambung, maka akan timbul nyeri di daerah dan menghindari faktor - faktor yang dapat
epigastrum. Bila gastritis khronis memperparah penyakitnya. Penggunaan obat
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, penghambat H2 (Ranitidin) bertujuan untuk
maka dapat menyebabkan atropi mukosa mengurangi sekresi asam, antasid digunakan
lambung beserta kelenjar-kelenjar yang untuk menetralkan asam yang tersekresi dan
terdapat didalammnya. Namun, kadang- sukralfat untuk melapisi daerah inflamasi
kadang gastritis bisa pula menjadi sanagat atau ulserasi sehingga dapat mempercepat
akut dan berat dengan ekskoriasi ulseratif penyembuhan (Herman, 2004).
(luka bertukak) mukosa lambung yang Dalam pengobatan gastritis biasanya
disebabkan oleh aktifitas sekresi sel peptik digunakan terapi tunggal, namun ada
dari lambung sendiri, yaitu berupa enzim beberapa yang menggunakan terapi
pepsin (Herman, 2004). kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang
Ketidakseimbangan antara faktor- digunakan dalam terapi kombinasi diberikan
faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor- berdasarkan derajat gastritisnya. Banyak
faktor defensif (resistensi mukosa) pada penderita yang dapat disembuhkan dengan
mukosa lambung dan duodenum pengobatan tersebut di atas, tetapi banyak
menyebabkan terjadinya gastritis, pula yang sukar disembuhkan, hal ini
duodenitis, ulkus lambung dan ulkus
66
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

mendorong peneliti untuk mengetahui eksklusi) dicatat dalam lembaran penelitian.


kombinasi obat apa yang dapat memberikan Pasien yang positif menderita gastritis
gambaran terapi lebih baik dalam dibagi menajdi dua kelompok. Kemudian
pengobatan gastritis. Dalam penelitian Pasien diberikan terapi dengan (Ranitidin,
kombinasi yang diamati adalah kombinasi Sukralfat) atau (Ranitidin, Antasida ) selama
Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin 2 minggu. Setelah 4 bulan setelah terapi
dengan Antasida. diberikan dilakukan evaluasi terhadap
pasien. yang diamati ialah : rasa sakit/nyeri
METODE PENELITIAN di perut, rasa mual, muntah, pedih sebelum
Penelitian merupakan penelitian dan sesudah makan, perasaan panas di perut,
observasi secara prospektif dengan tekhnik lekas kenyang, kembung.
purposive sampling (Irawan,1999). Populasi
penelitian adalah penderita Gastritis yang HASIL DAN PEMBAHASAN
memenuhi kriteria inklusi di SMF penyakit
dalam RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Dari penelitian yang telah di lakukan
mulai bulan November 2010 sampai Mei pemeriksaan endoskopi dengan keluhan
2011. Sampel penelitian adalah semua nyeri ulu hati, pedih sebelum atau sesudah
populasi yang memenuhi kriteria dalam makan, perasaan mual kadang-kadang
penelitian ini. Kriteria inklusi (Semua pasien disertai muntah, rasa panas di epigastrium,
yang menderita Gastritis, Pasien Askes, ada lekas kenyang, kembung, kadang-kadang
gambaran gastritis yang dibuktikan dengan nafsu makan berkurang ditemukan 10 kasus
hasil endoscopy, tidak pulang paksa, tidak dengan tanda - tanda gastritis.
meninggal selama penelitian ini). Kriteria Karakteristik penderita.
eksklusi (Pasien yang pulang paksa, pasien
meninggal dalam penelitian ini, Tidak ada 1. Berdasarkan derajat gastritisnya.
hasil endoscopy). Variabel penelitian :
Variabel dependen (Kombinasi jenis obat ) Berdasarkan derajat gastritisnya
dan Variabel independen ( jenis kelamin, yang dilihat dari gambaran mukosa
lama menderita gastritis, hasil wawancara). lambung pasien yang diendoskopi
Pasien yang memenuhi syarat didapatkan pasien yang menderita
(kriteria inklusi dan tidak ada kriteria gastritis ringan sebanyak 5 orang dan
gastritis sedang sebanyak 5 orang

Tabel I. Distribusi pasien berdasarkan derajat gastritisnya.


Derajat gastritisnya Jumlah (org)
Gastritis ringan 5
Gastritis sedang 5

Gambaran endoskopi mukosa lambung pada duodenum tidak ditemukan kelainan.


pasien sebelum di berikan terapi. Kemudian pada gaster terdapat mukosa
hiperaemis terutama ditemukan pada daerah
Pada penelitian ini didapatkan antrum sebanyak 3 orang
gambaran mukosa hiperaemis ringan sampai
sedang pada esofagus dan gaster sedangkan

67
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Tabel II. Distribusi gambaran mukosa lambung sebelum pengobatan

Lokasi Jumlah
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gasrter :
Mukosa hiperaemis ringan disertai
hipersekresi, tak ada ulkus dan tumor.
Duodenum : Tak da kelainan.
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemi, tak ada ulkus dan tumor,
banyak cairan lambung
Duodenum :
Mukosa hiperaemis, tak ada ulkus dan tumor.
Esofagus : 3
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan pada antrum, tak
ada ukus, varices dan tumor.
Duodenum ;
Tak ada kelainan.
Esofagus : 2
Mukosa hiperaemis , tak ada ulkus, varices dan
tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus dan
tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan
Esofagus : 1
Mukosa normal, tak ada ulkus, varices dan
tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ulkus dan
tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan.
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :

68
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Lokasi Jumlah
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ukus,
varices dan tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan pada antrum, tak
ada ukus, varices dan tumor, banyak cairan
empedu
Duodenum :
Tak ada kelainan.
Keluhan Klinis Penderita Gastritis. 10 orang, mual 8 orang, muntah 5 orang,
nafsu makan menurun 4 orang, dan perut
Berdasarkan gejala klinisnya pada kembung 3 orang.
penellitian ini pasien datang dengan
mengalami keluhan nyeri ulu hati sebanyak

Tabel III. Keluhan klinis yang dialami penderita gastritis.

Keluhan Jumlah
Nyeri ulu hati. 10
Mual 8
Muntah 5
Nafsu makan menurun 4
Perut terasa kembung 3

Evaluasi setelah pemberian terapi. dari satu minggu sebanyak 2 orang dan
Kelompok II sebanyak 1 orang, dalam
Setelah diberiakn terapi dengan waktu satu minggu pada kelompok I
kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat sebanyak 2 orang dn kelompok II sebanyak
(Kelompok I) dan Rantidin dengan Antasida 2 orang, dalam waktu 2 minggu kelompok I
(Kelompok II) didapatkan gambaran terapi sebanyak 1 orang dan kelompok II sebanyak
yang dilihat dari lama perbaikan penyakit 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
yaitu pada kelompok I Jumlah pasien yang pada tabel berikut :
keluhannya berkurang dalam waktu kurang

69
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Tabel IV. Lama perbaikan penyakit yang dilihat dari hilangnya keluhan.
Lama Perbaikan penyakit Kelompok
I II
Kurang dari semingu 2 1
Satu minggu 2 2
Dua minggu 1 2
Lebih dari 2 minggu 0 0

Setelah diberikan terapi pada kedua keluhannya menghilang sebanyak 4 orang


kelompok tersebut dan dilalukan dan 1 orang yang keluhannya berkurang.
wawancara kepada pasien didapatkan hasil Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi
pada kelompok I (Ranitidin dengan Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin
Sukralfat) jumlah pasien yang keluhannya dan Antasida dapat dilihat pada tabel di
menghilang sebanyak 5 orang dan pada bawah ini :
kelompok II (Ranitidin dan Antasida) yang

Tabel V : Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat (Kelompok I)
dan Ranitidin dengan Antasida (Kelompok II)

Kelompok
Keluhan I II
Menghilang 5 4
Berkurang - 1
Menetap - -
Bertambah parah - -
gastritis ringan sebanyak 5 orang dan
gastritis sedang sedang sebanyak 5 orang.
Pembahasan Perbedaan antara gastritis ringan dan sedang
dapat dilihat dari gambaraan kemerahan atau
Penelitian ini dilakukan terhadap 10
erosi pada mukosa lambung pasien.
penderita gastritis yang bersedia menjalani
a. Gambaran mukosa lambung pasien
pemeriksaan endoskopi. Pada umumnya
sebelum diterapi
penderita Sering mengalami keluhan nyeri
Dari gambaran mukosa lambung
pada ulu hati, mual, muntah, anoreksia,
pasien pada esofagus terdapat mukosa
kembung, dimana berdasarkan literatur
hiperaemis ringan sampai sedang dan pada
keluhan tersebut merupakan gejala klinis
gaster banyak ditemukan hiperaemis ringan
yang sering dialami pasien yang di diagnosa
terutama pada bagian antrum yang disertai
gastritis dan pada pemeriksaan endoskopi
dengan hipersekresi cairan lambung
ditemukan kemerahan atau erosi pada
sedangkan pada duodenum tidak ditemukan
mukosa lambung.
adanya kelainan.
Pada penderita gastritis akut, mukosa
Karakteristik penderita
memerah, edema dan ditutupi oleh mukus
Berdasarkan derajat gastritisnya pada
yang melekat, juga sering terjadi erosi kecil
penelitian ini jumlah pasien yang menderita
dan pendarahan.

70
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

b.Keluhan klinis penderita gastritis. Untuk melihat gambaran


Dari keluhan klinis penderita penggunaan dari kedua kombinasi obat ini
gastritis yang menderita keluhan nyeri ulu dilakukan pengamatan terhadap pasien
hati sebanyak 10 orang, mual sebanyak 8 dengan membandingkan keluhan yang
orang, muntah 5 orang, nafsu makan dialami sebelum di beri terapi dan sesudah
menurun sebayak 4 orang, dan perut terasa di beri terapi. Pada penelitian ini didapat
kembung sebanyak 3 orang. Dimana jumlah pasien yang keluhannya menghilang
keluhan tersebut merupakan gejala klinis sesudah diterapi pada kelompok I (Ranitidin
yang sering dialami oleh pasien yang dengan Sukrlafat) sebanyak 5 orang dan
didiagnosa menderita gastritis. kelompok II (Ranitidin ddengan Antasida)
Manifestasi klinis gastritis dapat sebanyak 4 orang.
bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa
jelas, seperti anoreksia, bersendawa, mual, kombinasi ranitidin dengan sukralfat
nyeri epigastrum, muntah, perdarahan dan memberikan efek terapi yang baik dalam
hematemesis. Pada beberapa kasus, bila pengobatan gastritis dimana Ranitidin
gejala - gejala menetap dan resisten terhadap berperan dalam mengurangi faktor agresif
pengobatan, maka diperlukan tindakan dengan cara menghambat histamin pada
diagnostik tambahan seperti endoskopi, reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal
biopsi mukosa, dan analisa cairan lambung tidak terangsang mengeluarkan asam
untuk memperjelas diagnosis (William dan lambung. Sedangkan sukralfat berperan
wilkins, 2010). dalam meningkatkan faktor devensif dengan
c. Evaluasi setelah pemberian terapi. cara melindungi mukosa lambung,
Penderita yang memenuhi kriteria sedangkan kombinasi ranitidin dan antasida
inklusi dibagai dalam dua kelompok. dimana antasida berperan dalam
Masing-masing kelompok I mendapatkan menetralkan asam lambung sehingga dapat
terapi Ranitidin dan Antasida dan kelompok mengurangi keluhan nyeri yang dialami
II mendapatkan terapi Ranitidin dan pasien (William dan Wilkins 2010).
Sukralfat. Pada kelompok II keluhan yang di
Gambaran terapi kombinasi obat ini alami pasien akan timbul lagi apabila pasien
dapat dilihat dari lama perbaikan penyakit mengalami keadaan stress. Respon mual dan
dimana pada kelompok I (Ranitidin dan muntah yang dirasakan pada saat individu
Sukralfat) jumlah pasien yang keluhan mengalami stres menunjukan bahwa stres
berkurang dalam waktu kurang dari berefek pada saluran pencernaan. (Wolf
seminggu sebanyak 2 orang, dalam jangka 1965, dalam Greenberg, 2002) melakukan
waktu seminggu sebanyak 2 orang dan penelitian mengenai efek stress pada saluran
selama 2 minggu sebanyak 1 orang. pencernaan antara lain menurunkan saliva
Sedangkan pada kelompok II (Ranitidin sehingga mulut menjadi kering,
dengan Antasida) jumlah pasien yang menyebabkan kontraksi yang tidak
keluhannya berkurang dalam waktu kurang terkontrol pada otot esophagus sehingga
dari seminggu sebanyak 1 orang dan dalam menyebabkan sulit untuk menelan,
waktu seminggu 2 orang kemudian yang peningkatan asam lambung, konstriksi
jangka waktu 2 minggu sebanyak 1 orang. pembuluh darah di saluran pencernaan dan
Perbedaan lama perbaikan atau terapi diatas penurunan produksi mukus yang melindungi
juga dipengaruhi oleh keadaan individu dinding saluran pencernaan sehingga
masing-masing pasien, gaya hidup serta menyebabkan iritasi dan luka pada dinding
faktor penyebab timbulnya gastritis. lambung, dan perubahan motilitas usus yang

71
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

dapat meningkat sehingga menyebabkan berkurangnya absorbs salah satu obat,


diare atau menurun sehingga menyebabkan meningkatkan efek samping, terapi duplikasi
konstipasi. Konstipasi biasanya terjadi pada dan lain-lain. Pada kombinasi obat yang
individu yang mengalami depresi sedangkan digunakan dalam penelitian ini terdapat
diare biasanya terjadi pada individu yang interaksi obat dimana Antasida dapat
berada pada kondisi panik. Hasil penelitian mengurangi absorbsi Ranitidin. Oleh karena
tersebut menunjukan bahwa stres memiliki itu perlu pengaturan waktu pemberian obat
pengaruh yang negatif terhadap saluran dimana obat diminum dalam waktu selang 1
pencernaan antara lain dapat menyebabkan jam (Ranitidin diminum 1 jam setelah
individu mengalami luka (ulcer) pada mengkonsumsi Antasida).
saluran pencernaan termasuk pada lambung Hasil penelitian ini tidak jauh
yang disebut dengan penyakit gastritis berbeda dengan penelitian lain dalam terapi
(Asminarsih, 2009). gastritis, dimana pada penelitian tersebut
Dalam hal ini pasien dianjurkan menggunakan terapi tunggal. Obat yang
untuk menurunkan tingkat sress dengan digunakan adalah Efcid (Himocid) yang
memperbanyak istirahat dan menenangkan merupakan salah satu antasida. Pada
pikiran. Karena stess merupakan salah satu penelitian tersebut 87% dari jumlah pasien
faktor yang dapat meningkatan sekresi asam memberikan respon yang baik (Rangamani,
lambung dan menekan pencernaan. Selain K., 2001).
itu untuk mencegah timbulnya kembali Dalam penelitian terdapat
keluhan yang dialami pasien, pasien keterbatasan yaitu susah mendapatkan
dianjurkan untuk mengatur pola makan dan pasien, tidak semua pasien mau
gaya hidup. diendoskopi, dan tidak semua bersedia ikut
Dari hasil penelitian diatas dapat dalam penelitian. Karena keterbatasan
dilihat penggunaan kombinasi 2 obat penelitian inilah maka jumlah sampel yang
memperlihatkan gambaran terapi yang lebih didapat tidak begitu banyak dan tidak ada
baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien endoscopy ulang untuk melihat gambaran
yang keluhannya menghilang sebanyak 9 mukosa lambung pasien setelah diterapi.
orang dan keluhanya berkurang sebanyak 1
orang. Penggunaan kombinasi dua obat ini KESIMPULAN
ditujukan untuk mempercepat penyembuhan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pasien dimana penggunaan kombinasi obat bahwa 100% dari pasien yang menggunakan
akan memberikan hasil yang lebih efektif terapi kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat
karena obat-obat tersebut dapat memberikan keluhannya hilang dan 80% pada pasien
efek sinergis. Dalam menggunakan yang menggunakan Ranitidin dengan
kombinasi obat harus memperhatikan Antasida.
mekanisme kerja dari obat tersebut, dimana
obat yang diberikan harus mempunyai DAFTAR PUSTAKA
mekanisme kerja yang berbeda (Dipiro, Amini, S. Ranjbar, Nouzar. N, 2008,
2008). Diagnostic Utility of Nodular Gastritis
Dalam menggunakan terapi in Childrenwith Chronic Abdominal
kombinasi hal terpenting yang perlu Pain Undergoing Endoscopy,
diperhatikan adalah interaksi obat. Dimana American journal of agricultural and
interaksi obat ini ada yang menguntungkan biological sciences 3(2): 494-496
seperti diperolehnya efek sinergis, dan ada
juga efek yang merugikan seperti

72
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Anderson,O.P.2002. Handbook of Clinical Dipiro, J.T, Terry, L., Cindy, W.H., 2006,
Drug Data. Medical Publishing Pharmacotherapy Handbook, Sixth
Division. Edition, Mc Graw Hill Companies

Anonim, 2008, ISO FARMAKOTERAPI, Dipiro, J.T, Robert, L.T, Gary, C.Y, Gary,
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT R.M., Barbara, G.W, Michael Posey,
ISFI Penerbitan, Jakarta 2008, Pharmacotherapy;A
pathophysiological approach, Seventh
Aridha, N. 2007. Gambaran strain Edition, Mc Graw Hill Companie
helicobacter pilory pada penderita
gastritis kronis dan ulkus lambung, Herman, R.B, 2004. Fisiologi Pencernaan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Untuk Kedokteran, Andalas University
M.Djamil / Fakultas kedokteran Press, Padang.
Universitas Indonesia, Padang.
Irawan ,P, 1999, Logika dan prosedur
Asminarsih, Z.P. 2009, Pengaruh Tekhnik penelitian.STIA –LAN press.Jakarta
relaksasi progresif terhadap respon
nyeri, Tesis Fakultas Ilmu Katzung, B,G. 2004. Farmakologi Dasar
Keperarawatan Universitas Indonesia. dan Klinik.Edisi 8. Penerbit buku
Jakarta. kedokteran. Jakarta.

Ayyub, M, Lubna, A, Mohammad, H.M, Lacy,C.F, Lora, L.A, Morton, P.G, Leonard,
2004, Eosinophilic gastritis; An L.L.2008. Drug Information
unusual and overlooked cause of Handbook. Edisi 17. America
chronic abdominal pain, J Ayub Med Pharmacist Association.
Coll Abbottabad 19(4) : 127-13
Martin, J. 2008. British National Formulary.
Bagian Farmakologi, 2007. Fakultas BMJ Group and RPS Publishing.
Kedokteran UI. Farmakologi dan
Terapi. Edisi V. Jakarta. Miyake, Y. 2007. Atlas of Spectral
Endoscopic Images. Research Center
Betty, 2007, Tampilan immunohistokimia for Frontier Medical Engineering,
cox-2 pada lesi gastritis pre kanker Chiba University.
dan kanker lambung.Tesis.
Departemen Patologi Anotomi M.J.Neal. 2002 At a Glace Farmakologi
Fakultas Kedokteran.USU.Medan. Medis. Edisi IV. Erlangga Medical
Service.
C J L Khor, K M Fock, T M Ng, E K Teo, C
S Sim, A L Tan, A Ng. 2000. National Digestive Disease Information
Recurrence of Helicobacter Pylori Clearinghouse, 2001. Gastritis, U.S.
Infection and Duodenal Ulcer Department of Health and Human
Relapse,Following Successful Services, NIH Publication No 10-474
Eradication in an Urban East Asian
Population. Singapore Med J Vol
41(8) : 382-386.

73
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Novaridha, 2007, Gambaran Strain


Helycobacter Pilory pada penderita
Gastritis Kronis dan Ulkus Lambung,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP
DR. M Djamil / Fakultas kedokteran
Universitas Anadalas, Padang.

Price, S.A, Lorraine, M.W, 2002.


Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta

Rangamani, k. 2001 .clinical trial of Efcid (


himcocid ) in patients of acid peptic
Disease. Bowring and lady Curzon
Hospitals, Shivajinangar, Bangalore,
India.

Sastroasmoro, S., Ismail, S. 2002, Dasar-


dasar Metodologi Penelitrian Klinis.
Jakarta. Sagung Seto.

William, L dan Wilkins, 2010, Atlas of


Pathophysilogy Third Edition,
Anataomical Chart Company,
Philadelpia

74
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,

FAKTOR DETERMINAN GASTRITIS KLINIS PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2016

Ayu Novitasary1 Yusuf Sabilu2 Cece Suriani Ismail3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123
ayunovitasary@yahoo.com1 yusufsabilu@yahoo.com2 ewincc@yahoo.com3

ABSTRAK

Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin.
Kejadian gastritis masih menjadi masalah penyakit terbesar di Kota Kendari, dari data 5 tahun terakhir yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kendari terjadi peningkatan jumlah kasus kejadian gastritis di Kota
Kendari yang tidak menentu. Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional Study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan gatritis klinis pada mahasiswa
tentang pola makan berisiko, stres, merokok, kebiasaan mengonsumsi kopi, kebiasaan mengonsumsi obat anti
inflamasi non streroid (OAINS) dan riwayat gastritis keluarga pada mahasiswa di fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014, 2015, dan
2016 sebanyak 650 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 242 orang dan teknik pengambilan sampel
menggunakan Proportional Stratified random sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi-squre pada
tingkat kepercayaan 95% ( =0,05). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola makan berisiko(ρ value =
0,000), stress (ρ value = 0,000), dan riwayat gastritis keluarga (ρ value = 0,000) merupakan determinan gastritis
klinis. Sedangkan Kebiasaan minum kopi (ρ value = 0,311), mengonsumsi OAINS (ρ value = 0,472), dan
merokok (ρ value = 1,000) bukan merupakan determinan gastritis klinis di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo Kendari.

Kata kunci: gastritis klinis, pola makan berisiko, stres, konsumsi kopi, konsumsi OAINS, riwayat gastritis
keluarga, merokok, mahasiswa

ABSTRACT

Gastritis disease can attack the whole society of all ages and genders. The incidence of gastritis is still being the
largest disease problem in Municipality of Kendari, based on data of last 5 years that obtained from Health
Office of Kendari, an increasing number of gastritis cases in Municipality of Kendari were an uncertain. The
type of study was quantitative by cross-sectional approach. The purpose of this study was to determine the
determinant of clinical gastritis in students about the risky dietary pattern, stress, smoking, the habits of
drinking coffee and non streroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) consumption and also gastritis history of
family in students in Public Health Faculty of Halu Oleo University. The population in this study was the
students of class of 2014, 2015 and 2016 as many as 650 people. The samples in this study were 242 people
and the sampling techniques using proportional stratified random sampling. Statistical analysis using chi-squre
at confidence interval of 95% (α = 0.05). The results showed that the risky dietary pattern (ρ value = 0.000),
stress (ρ value = 0.000), and gastritis history of family (ρ value = 0.000) were the determinant of clinical
gastritis. While the habits of drinking coffee (ρ value = 0.311), NSAIDs consumption (ρ value = 0.472), and
smoking (ρ value = 1.000) were not the determinant of clinical gastritis in Public Health Faculty of Halu Oleo
University, Kendari.

Keywords: clinical gastritis, the risky dietary pattern, stress, coffee consumption, NSAIDs consumption,
gastritis history of family, smoking, students

1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
PENDAHULUAN 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
Pembangunan kesehatan pada periode 2015- rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154
2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan kasus (4,9%)6.
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status Data di negara barat seperti Amerika Serikat,
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan tercatat kematian yang disebabkan gastritis
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan mencapai 8-10% setiap tahunnya dengan angka
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan perbandingan 150 per 1000 populasi. Angka kejadian
kesehatan1. gastritis di Indonesia cukup tinggi, dari penelitian
Penyakit kronik akibat pola hidup yang salah yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
adalah sekelompok penyakit yang mempunyai faktor 2013 angka kejadian gastritis di beberapa kota di
risiko yang sama sebagai hasil dari pajanan selama Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6 % yaitu di
beberapa dekade. Penyakit kronik diakibatkan oleh Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti
pola makan yang tidak sehat, merokok, kurang Jakarta 50,0 %, Denpasar 46,0 %, Palembang 35,5 %,
latihan atau kurang gerak, juga stres emosional yang Bandung 32,5 %, Aceh 31,7 %, Surabaya 31,2 % dan
merupakan penyebab dari penyakit kronik tersebut. Pontianak 31,1 %4.
Penyakit tidak menular merupakan problem Dari data Dinas Kesehatan Kota Kendari
kesehatan utama di negara-negara industri dan juga kejadian gastritis masih menjadi masalah penyakit
meningkat dengan pesat di negara-negara yang terbesar, dapat dilihat dari data yang di dapatkan dari
sedang berkembang yang sedang mengalami transisi Dinas Kesehatan Kota Kendari penyakit gastritis
demografi dan penurunan pola hidup dalam masih menjadi 10 masalah kesehatan terbesar di
masyarakatnya. Di banyak negara yang sedang Kota Kendari, Pada tahun 2011 kejadian gastritis di
berkembang, penyakit tidak menular sudah menjadi Kota Kendari dari dengan prevalensi sebesar 3,7 per
penyebab kematian yang lebih umum bila 1.000.000 penduduk. Pada tahun 2012 kejadian
dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi2. Gastritis di Kota Kendari dengan prevalensi sebesar
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang 6,3 per 1.000.000 penduduk. Pada tahun 2013
umumnya diderita oleh kalangan remaja, yang kejadian Gastritis di Kota Kendari dengan prevalensi
disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak sebesar 5,5 per 1.000.000 penduduk. Pada tahun
teraturnya pola makan, gaya hidup dan salah satunya 2014 kejadian Gastritis di Kota Kendari dengan
yaitu meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) prevalensi sebesar 1,9 per 1.000.000 penduduk. Serta
sehingga mahasiswa tidak sempat untuk mengatur Pada tahun 2015 kejadian Gastritis di Kota Kendari
pola makannya dan malas untuk makan 3. dengan prevalensi sebesar 2,2 per 1.000.000
Seseorang penderita penyakit gastritis akan penduduk7,8,9,10,11.
mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, Dari data 5 tahun terakhir yang diperoleh dari
muntah, lemas, perut kembung, dan terasa sesak, Dinas Kesehatan Kota Kendari terjadi peningkatan
nyeri pada uluh hati, tidak ada nafsu makan, wajah jumlah kasus kejadian gastritis di Kota Kendari yang
pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pusing, atau tidak menentu, tetapi penyakit gastritis masih
bersendawa serta dapat juga terjadi pendarahan menempati 10 besar masalah kesehatan yang ada di
saluran cerna4. Kota Kendari. Berdasarkan survei pendahuluan
Insiden Gastritis di dunia sekitar 1,8 - 2,1 juta dengan membagikan angket terkait ciri-ciri penyakit
dari jumlah penduduk setiap tahun. Menurut data gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
dari World Health Organization (WHO) tahun 2004, Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari, angket
persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, disebar kepada mahasiswa dengan mengunakan
diantaranya Inggris 22,0%, China 31,0%, Jepang web. Dari hasil survei awal tersebut, mahasiswa
14,5%, Kanada 35,0%, dan Perancis 29,5%. Insiden yang mengisi web sebanyak 50 orang dan didapatkan
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari 50 mahasiswa yang mengisi angket tersebut
dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi terdapat 17 yang mengalami gastritis klinis dan
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada sisanya tidak mengalami gastritis klinis.
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara
substantial lebih tinggi daripada populasi di barat METODE
yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik5. Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Data untuk Indonesia menurut WHO angka menggunakan pendekatan Cross Sectional Study yaitu
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)
238.452.952 jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun serentak pada individu-individu dari populasi tunggal,
2012, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada satu saat atau periode12. Penlitian tersebut

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
diajukan untuk mengetahui Determinan gastritis total 242 responden sebanyak 78 (32,2%) mahasiswa
klinis pada mahasiswa yang meliputi : pola makan, angkatan 2015 yang menjadi responden penelitian
stress, merokok, kebiasaan mengonsumsi kopi, dan dari total 242 responden di Fakultas Kesehatan
penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Streroid Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari terdapat
(OAINS) dan riwayat gastritis keluarga. Populasi 103 (42,6%) mahasiswa angkatan 2016 yang menjadi
dalam Penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa responden penelitian. Tabel 2 menunjukkan bahwa
angkatan 2014, 2015, dan 2016 di Fakultas Kesehatan dari total 242 responden usia 21 tahun sebanyak 8
Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari sebanyak (3,3%) responden, dari total 242 responden usia 20
650 orang. Besarnya sampel untuk studi cross tahun sebanyak 57 (23,6%) responden, dari total 242
sectional dalam penelitian ini dihitung menggunakan responden usia 19 tahun sebanyak 80 (33,1%)
rumus menurut Lemeshow sehingga besar sampel responden, dari total 242 responden usia 18 tahun
pada penelitian ini untuk Mahasiswa FKM UHO yaitu sebanyak 80 (33,1%) responden, dan dari total 242
242 responden. Teknik pengambilan sampel dalam responden usia 17 tahun sebanyak 17 (7,0%)
penelitian ini dilakukan dengan cara Proportional responden. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total
Stratified random sampling. Jenis data yang 242 responden terdapat 26 (10,7%) responden laki-
dikumpulkan adalah data primer berupa identitas laki dan dari total 242 responden perempuan
responden, beserta variabel yang diteliti melalui sebanyak 216 (89,3%) reponden. Tabel 2
melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data menunjukkan bahwa dari total 242 responden
Dinas kesehatan Kota Kendari, tahun 2011-2015. terdapat 111 (45,9%) responden yang tinggal
bersama keluarga atau orang tua dan dari total 242
HASIL responden sebanyak 131 (54,1%) responden yang
Tabel 1. Karakteristik Responden tinggal di kos atau asrama. Tabel 2 juga menunjukkan
Jumlah bahwa dari total 242 responden terdapat 93 (38,4%)
No Krakteristik responden
n (%) responden tidak mengalamii gastritis klinis dan dari
Angkatan total 242 responden terdapat 149 (61,6%) responden
1 2014 61 25.2 mengalamii gastritis klinis.
2 2015 78 32.2 Tabel 2. Pola makan
3 2016 103 42.6 Jumlah
No Pola Makan Berisiko
Total 242 100 n (%)
Umur 1 Sering 154 63,6
3,3 2 Jarang 88 36,4
4 21 Tahun 8
23,6 Total 242 100
5 20 Tahun 57
6 19 Tahun 80 33,1 Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
33,1
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa
7 18 Tahun 80
distribusi responden berdasarkan pola makan
8 17 Tahun 17 7,0
berisiko dari total 242 responden sebanyak 154
Total 242 100 (63,6%) responden sering mengonsumsi makanan
Jenis Kelamin berisiko dan dari 242 responden terdapat 88 (36,4%)
9 Laki-laki 26 10,7 responden yang jarang mengonsumsi makanan
10 Perempuan 216 89,3 berisiko. Dikatakan jarang mengonsumsi makanan
100
berisiko apabila responden memperoleh nilai rata-
Total 242
rata <18 dan dikatakan sering mengonsumsi
Tempat Tinggal makanan berisiko apabila reponden memperoleh
11 Keluarga/Orang Tua 111 45,9 nilai rata-rata ≥18.
12 Kos/ Asrama 131 54,1 Tabel 3. Stress
Total 242 100 Jumlah
No Stres
Riwayat Gastritis Klinis n (%)
13 Tidak gastritis klinis 93 38,4 1 Berisiko stress 198 81,8
2 Tidak berisiko stress 44 18,2
14 Gastritis klinis 149 61,6 100
Total 242
Total 242 100
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
bahwa distribusi responden dari 242 responden,
bahwa dari total 242 responden, mahasiswa
responden yang berisiko stres 198 (81,8%) dan dari
angkatan 2014 sebanyak 61 (25,2%) responden, dari
242 responden terdapat sebanyak 44 (18,2%) tidak

3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
berisiko stress. Dikatakan tidak berisiko stres jika sebnyak 18 orang, yang mengonsumsi obat
responden menjawab <10 pertanyaan dan dikatakan diklofenak sebnyak 3 (1,1%) orang, yang
mengalami berisiko stres jika responden menjawab mengonsumsi obat piroksikan sebnyak 0 (0%) orang,
≥10 pertanyaan. yang mengonsumsi obat asame fenamat sebnyak 121
Tabel 4. Kebiasaan Konsumsi Kopi (46,1%) orang, yang mengonsumsi obat fenilbutason
Riwayat Mengonsumsi Jumlah sebnyak 3 (1,1%) orang, yang mengonsumsi obat
No
Kopi
n (%)
aspirin sebnyak 13 (4,9%) orang, dan yang
1 Berisiko tinggi 9 3,7 mengonsumsi obat jenis lain sebnyak 104 (40%)
2 Berisiko rendah 233 96,3 orang.
100 Tabel 7. Merokok
Total 242
Jumlah
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017 No Merokok
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan n (%)
1 Berisiko tinggi 2 0,8
bahwa distribusi responden dengan kebiasaan 2 Berisiko rendah 240 99,2
mengonsumsi kopi dari 242 responden terdapat 233 Total 242 100
(96,3%) reponden yang berisiko rendah terkena
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
gastritis klinis dan dari 242 responden terdapat 9
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
(3,7%) reponden yang berisiko tinggi terkena gastritis
bahwa dari 242 responden terdapat 2 (0,8%)
klinis. Dikatakan berisiko rendah jika mengonsumsi
responden yang berisiko tinggi terkena gastrtitis
kopi < 3 cangkir/ hari dan dikatakan berisiko tinggi
klinis dan dari 242 responden terdapat 240 (99,2%)
jika mengonsumsi kopi ≥ 3 cangkir/ hari.
responden yang berisiko rendah terkena gastrtitis
Tabel 5. Kebiasaan Konsumsi Obat Anti Inflamasi
klinis. Dikatakan berisiko rendah jika jika
Non Streroid (OAINS)
mengonsumsi rokok <10 batang per hari dan
Jumlah
No Konsumsi OAINS Dikatakan berisiko rendah jika jika mengonsumsi
n (%)
rokok ≥10 batang per hari.
1 Berisiko tinggi 16 6,6
Tabel 8. Riwayat Gastritis Keluarga
2 Berisiko rendah 226 93,4
100 Riwayat Gastrtis Jumlah
Total 242 No
Keluarga n (%)
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017 1 Berisiko tinggi 131 54,1
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 2 Berisiko rendah 111 45,9
bahwa distribusi responden menurut kebiasaan Total 242 100
mengonsumsi OAINS dari 242 responden terdapat Sumber : Data Primer, Januari 2017
226 (93,4%) responden yang berisiko rendah terkena Berdasarkan tabel atas, menunjukkan
gastritis klinis dan dari 242 responden terdapat 16 menunjukkan bahwa distribusi responden dari 242
(6,6%) responden yang berisiko tinggi terkena responden terdapat sebanyak 111 (45,9%) yang
gastritis klinis dilihat dari konsumsi OAINS nya. berisiko rendah terkena gastrtitis klinis dan dari 242
Dikatakan berisiko rendah jika mengonsumsi OAINS responden terdapat sebanyak 131 (54,1%) yang
1-3 kali sehari dan dikatakan berisiko tinggi jika berisiko tinggi terkena gastrtitis klinis.
mengonsumsi OAINS >3 kali sehari. Tabel 9. Faktor Pola Makan Berisiko Terhadap
Tabel 6. Jenis OAINS Gastrtits Klinis Pada Mahasiswa FKM
No Jenis OAINS
Jumlah UHO Tahun 2016
N (%) Jumlah
1 Ibu profen 18 6,8 Tidak
Pola Gastritis Total
gastritis
2 Diklofenak 3 1,1 Makan klinis
klinis
3 Piroksikam 0 0 n (%) n (%) N (%)
4 Asam mefenamat 121 46,1 Sering 134 87,0 20 13.0 154 100,0
Jarang 15 17,0 73 83,0 88 100,0
5 Fenilbutason 3 1,1
Total 149 61,6 93 38,4 242 100
6 Aspirin 13 4,9 Ρvalue 0,000
7 Dll 104 40 Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017 Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 154 (100%) responden yang memiliki pola
bahwa distribusi responden berdasarkan makan sering mengonsumsi makanan beresiko yang
mengonsumsi jenis obat OAINS dalam 1 bulan trakhir mengalami gastritis klinis sebanyak 134 responden
yang mengonsumsi obat ibu profern sebnyak 18 (87,0%) dan 20 responden (13,0%) memiliki pola
(6,8%) orang, yang mengonsumsi obat ibu profen makan sering mengonsumsi makanan beresiko tetapi

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
tidak mengalami gastritis klinis, sementara itu dari 88 Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
responden (100%) yang memiliki pola makan jarang bahwa dari 9 responden (100%) yang mengonsumsi
mengonsumsi makanan beresiko yang mengalami kopi yang beresiko tinggi dan mengalami gastritis
gastritis klinis sebanyak 15 responden (17,0%) dan 73 klinis sebanyak 4 responden (44,4%) dan 5 responden
responden (83,0%) memiliki pola makan jarang (55,6%) yang mengonsumsi kopi yang beresiko tinggi
mengonsumsi makanan beresiko tetapi tidak dan tidak mengalami gastritis klinis. Sementara itu
mengalami gastritis klinis. Dengan mengunakan uji dari 233 responden (100%) yang mengonsumsi kopi
Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,000, nilai tersebut yang beresiko rendah dan mengalami gastritis klinis
lebih kecil dari pada α (0,05). Hal tersebut sebanyak 145 responden (62,2%) dan 88 responden
menunjukan bahwa pola makan merupakan (37,8%) yang mengonsumsi kopi yang beresiko
determinan gastritis klinis pada mahasiswa di rendah dan tidak mengalami gastritis klinis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Dengan mengunakan uji Fisher’s Exact Test
Kendari. diperoleh nilai ρ = 0,311, nilai tersebut lebih besar
Tabel 10. Faktor Stres Terhadap Gastrtits Klinis Pada dari pada α (0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa
Mahasiswa FKM UHO Tahun 2016 konsumsi kopi bukan merupakan determinan gastritis
Jumlah klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Tidak Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.
Gastritis Total
Stres gastritis
klinis
klinis
Tabel 12. Faktor Konsumsi OAINS Terhadap Gastrtits
n (%) n (%) N (%) Klinis Pada Mahasiswa FKM UHO Tahun
Beressiko 2016
145 73,2 53 26,8 198 100,0
stress Jumlah
Tidak Tidak
Konsumsi Gastritis Total
beressiko 4 9,1 40 90,9 44 100,0 gastritis
OAINS klinis
stress klinis
Total 149 61,6 93 38,4 242 100 n (%) n (%) N (%)
Ρvalue 0,000 Berisiko tinggi 8 50,0 8 50,0 16 100,0
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
Berisiko
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 141 62,4 85 37,6 226 100,0
rendah
bahwa dari 198 responden (100%) yang beresiko Total 149 61,6 93 38,4 242 100
stress dan mengalami gastritis klinis sebanyak 145 Ρvalue 0,472
responden (73,2%) dan 53 responden (26,8%) Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017
beresiko stress dan tidak mengalami gastritis klinis, Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
sementara itu dari 44 responden (100%) yang bahwa dari 16 responden (100%) yang mengonsumsi
beresiko stress dan mengalami gastritis klinis OAINS yang beresiko tinggi dan mengalami gastritis
sebanyak 145 responden (73,2%) dan 53 responden klinis sebanyak 8 responden (50,0%) dan 8 responden
(26,8%) beresiko stress dan tidak mengalami gastritis (50,0%) yang mengonsumsi OAINS yang beresiko
klinis. Dengan mengunakan uji Chi-Square diperoleh tinggi dan tidak mengalami gastritis klinis. Sementara
nilai ρ = 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari pada α itu dari 226 responden (100%) yang mengonsumsi
(0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa Stres OAINS yang beresiko rendah dan mengalami gastritis
merupakan determinan gastritis klinis pada klinis sebanyak 141 responden (62,4%) dan 85
mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat responden (37,6%) yang mengonsumsi OAINS yang
Universitas Halu Oleo Kendari. beresiko tinggi rendah dan tidak mengalami gastritis
Tabel 11. Faktor Konsumsi Kopi Terhadap Gastrtits klinis. Dengan mengunakan uji Chi-Square diperoleh
Klinis Pada Mahasiswa FKM UHO Tahun nilai ρ = 0,472, nilai tersebut lebih besar dari pada α
2016 (0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa Prilaku
Jumlah konsumsi OAINS bukan merupakan determinan
Konsumsi Gastritis
Tidak Total gastritis klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Kopi gastritis Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.
klinis
klinis
n (%) n (%) N (%)
Berisiko tinggi 4 44,4 5 55,6 9 100,0
Berisiko
145 62,2 88 37,8 233 100,0
rendah
Total 149 61,6 93 38,4 242 100
Ρvalue 0,311
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017

5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
Tabel 13. Faktor Merokok Terhadap Gastrtits Klinis pada α (0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa
Pada Mahasiswa FKM UHO Tahun 2016 Riwayat Gastritis Keluarga merupakan faktor
Jumlah determinan gastritis klinis pada mahasiswa di
Tidak Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Gastritis Total
Merokok gastritis
klinis
klinis
Kendari.
N (%) n (%) N (%)
Berisiko 2 100,0 DISKUSI
1 50,0 1 50.0
tinggi Faktor pola makan beresiko terhadap gastritis klinis
Berisiko pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
148 61,7 92 38,3 240 100,0
rendah
Universitas Halu Oleo Kendari
Total 149 61,6 93 38,4 242 100
Pola makan merupakan jenis makanan dan
Ρvalue 1,000 banyaknya makanan yang dikonsumsi termaksud
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017 dengan sering mengonsumsi makanan yang berisiko
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan terkena gastritis terlebih lagi apabila lambung
bahwa dari 2 responden (100%) yang merokok yang dibiarkan kosong slama 3-4 jam lebih akan memicu
berisiko tinggi dan mengalami gastritis klinis timbulnya berbagai penyakit dan dapat terkena
sebanyak 1 responden (50,0%) dan 1 responden gastritis.
(50,0%) yang merokok yang berisiko tinggi dan tidak Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa
mengalami gastritis klinis. Sementara itu dari 240 terdapat hubungan antara pola makan dengan
responden (100%) yang merokok yang berisiko gastritis klinis dengan mengunakan uji Chi-Square
rendah dan mengalami gastritis klinis sebanyak 148 diperoleh nilai ρ = 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari
responden (50,0%) dan 92 responden (38,3%) yang pada α (0,05). Hasil penelitian tersebut menunjukan
merokok yang berisiko rendah dan tidak mengalami bahwa pola makan merupakan determinan gastritis
gastritis klinis. Dengan mengunakan uji Fisher’s Exact klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Test diperoleh nilai ρ = 1,000, nilai tersebut lebih kecil Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. Hal
dari pada α (0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa tersebut dikarenakan sebelum sakit atau mengalami
Merokok bukan merupakan determinan gastritis gastritis klinis responden sudah terbiasa
klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan mengkonsumsi makan makanan pedas, dan asam
Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. yang merupakan makanan berisiko terjadinya
Tabel 14. Riwayat Gastritis Keluarga Terhadap gastritis dan juga responden jarang untuk sarapan
Gastrtits Klinis Pada Mahasiswa FKM pagi sebelum melakukan aktifitas dan membiarkan
UHO Tahun 2016 lambung menjadi kosong dalam waktu lama hal
Jumlah tersebut memicu terjadinya gastritis dikarenakan
Riwayat Tidak
Gastritis
Gastritis Total faktor kebiasaannya.
gastritis
klinis Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Keluarga klinis
n (%) n (%) N (%) lainnya dimana penelitian dilakukan dengan 77
Berisiko
100 76,3 31 23,7 131 100,0
responden yang berkunjung di Puskesmas Bahu.
tinggi Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden
Berisiko didapati dari hasil uji statistic dengan menggunakan
49 44,1 62 55,9 111 100,0
rendah
uji chi square (x2) diperoleh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05.
Total 149 61,6 93 38,4 242 100
Ρvalue 0,000 Dari data tersebut menunjukkan dimana terdapat
Sumber : Data Primer, diolah Januari 2017 hubungan yang bermakna antara keteraturan makan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan dengan kejadian gastritis13.
bahwa dari 131 responden (100%) yang memiliki Jenis makanan berisiko yang sering
riwayat gastritis keluarga yang beresiko tinggi dan dikonsumsi oleh responden pada penelitian ini
mengalami gastritis klinis sebanyak 100 responden adalah sambal, cabai rawit, gorengan, siomai, keripik
(76,3%) dan 31 responden (23,7%) yang memiliki pedas dan mie pedas. Sedangkan untuk makanan
riwayat gastritis keluarga yang beresiko tinggi dan yang jarang dikonsumsi oleh responden yaitu rujak,
tidak mengalami gastritis klinis. Sementara itu dari batagor, nasi goreng, jeruk asam, mangga muda,
111 responden (100%) yang memiliki riwayat gastritis nenas, kedondong, manisan buah dan jeruk nipis.
keluarga yang beresiko rendah dan mengalami Orang yang memiliki pola makan tidak
gastritis klinis sebanyak 49 responden (44,1%) dan 62 teratur, mudah terserang penyakit ini. Pada saat
responden (55,9%) yang memiliki riwayat gastritis perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
keluarga yang beresiko rendah dan tidak mengalami ditundanya pengisian, asam lambung akan
gastritis klinis. Dengan mengunakan uji Chi-Square mencerna lapisan mukosa lambung, karena ketika
diperoleh nilai ρ = 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari kondisi lambung kosong, akan terjadi gerakan

6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
peristaltik lambung bertambah intensif yang akan dengan kejadian gastritis, responden pada penelitian
merangsang peningkatan produksi asam lambung ini sebnyak 70 orang, dimana hasil penelitian
sehingga dapat timbul rasa nyeri diulu hati14. menunjukan bahwa mayoritas responden dengan
Hasil penelitian tentang faktor determinan stres pada tingkat sedang yaitu sebnyak 28 orang
gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan (40%), responden menderita gastritis sebanyak 39
jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa orang (44,3%) dan ada hubungan antara stres dengan
yang sering mengonsumsi makanan berisiko pedis kejadian gastritis ( = 20,93) dan secara statistic
dan asam yang tidak mengalami gastritis klinis signifikan (ρ = 0,000 < 0,05), dimana semakin tinggi
sebnyak 20 orang. Hal ini dikarenakan kebiasaan tingkat stres maka semakin rentan terkena gastritis 17.
mengonsumsi makanan tersebut dalam porsi sedikit Hasil penelitian tentang faktor determinan
dan sebelum mengonsusmsi makanan pedis dan gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan
asam, responden terlebih dahulu mengonsusmsi jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa
makanan berat sehingga tidak mudah menimbulkan yang berisiko stres yang tidak mengalami gastritis
efek pada lambung ketika mengonsumsi makanan klinis sebnyak 53 orang, hal ini dikarenakan
berisiko tersebut. Sedangkan responden yang jarang pengelolahan stres nya sudah baik, responden bisa
mengonsumsi makanan berisiko yang mengalami menghilangkan stresnya dengan mudah dan baik,
gastritis klinis sebnyak 15 orang, hal ini dikarenakan dan juga stres dapat meningkatkan kadar asam
responden terkena gastrtitis jarang untuk makan lambung dan dapat mengakibatkan iritasi pada
seperti hanya makan 2x sehari pada pagi hari dan mukosa lambung, seseorang yang sudah menderita
malam hari atau jarang sarapan dan membiarkan gastritis apabila dalam keadaan stres dapat
lambung kosong dalam waktu yang lama sekitar lebih menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis.
dari 4 jam sehingga dapat menimbulkan Sedangkan responden yang tidak berisiko stres yang
meningkatnya asam lambung. mengalami gastritis klinis sebnyak 4 orang, hal ini
Faktor stres terhadap gastritis klinis pada dikarenakan responden kurang nafsu makan dan
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat membiarkan lambungnya kosong dalam waktu yang
Universitas Halu Oleo Kendari lama kurang lebih membiarkan lambung kosong
Stres adalah suatu respon non spesifik tubuh selama 4 jam dalam sehari secara terus menerus
terhadap setiap kebutuhan dan stimuli konsep yang sehingga peningkatan asam lambung terjadi serta
lebih bernuansa biologis karena perubahan dapat memungkinkan gastritis klinis disebabkan oleh
temoeratur mekanik15. Dan stres adalah respon faktor lain yang lebih berpengaruh.
tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang Faktor konsumsi kopi terhadap gastritis klinis pada
terganggu. Stres merupakan suatu fenomena mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari Universitas Halu Oleo Kendari
dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh Kopi adalah minuman yang terdiri dari
setiap orang. Stres memberikan dampak secara total berbagai jenis bahan dan senyawa kimia, termasuk
pada individu seperti dampak: fisiksosial, intelektual, lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang
psikologis, dan spiritual16. disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa diketahui merangsang lambung untuk memproduksi
terdapat hubungan antara stres dengan gastritis asam lambung sehingga menciptakan lingkungan
klinis dengan mengunakan uji Chi-Square diperoleh yang lebih asam dan dapat mengiritasi mukosa
nilai ρ = 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari pada α lambung18.
(0,05). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa
stres merupakan determinan gastritis klinis pada konsumsi kopi bukan merupakan determinan gastritis
mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Universitas Halu Oleo Kendari. Hal ini disebabkan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari dengan
karena responden sudah atau sedang atau pernah mengunakan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai ρ =
mengalami beban pikiran/masalah berupa masalah 0,311, nilai tersebut lebih besar dari pada α (0,05).
keluarga, pekerjaan, keuangan, lingkungan, sekolah Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
dll. Beberapa faktor tersebut sangat sering terjadi konsumsi kopi bukan merupakan determinan gastritis
dikalangan remaja terlebih lagi sifat remaja yang klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. Hal ini
jadi wajar jika usia tersebut mudah untuk stres yang disebabkan karena responden mengonsumsi kopi
dapat terjadi oleh beberapa faktor-faktor pemicu jarang, responden mengonsusmsi kopi ada yang 1x
stres tersebut. sehari namun dalam bentuk kopi instan dan yang
Hal ini sesuai dengan penelitian lainnya yang mengonsumsi kopi sebanyak 1-3x seminggu,
menyatakan bahwa ada hubungan antara stress walaupun kopi diketahui dapat merangsang produksi

7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
asam lambung namun jika dikonsumsi tidak Penelitian ini sesuai dengan penelitian
berlebihan atau jarang maka kopi bukan merupakan lainnya dengan 77 responden yang menyatakan
faktor terjadinya penyakit gastritis. bahwa berdasarkan hasil penelitian dari 77
Hasil penelitian tentang faktor determinan responden didapati dari hasil uji statistic dengan
gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan menggunakan uji chi square (x2) diperoleh nilai ρ =
jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa 0,013 < α = 0,05. Dari data tersebut menunjukkan
yang berisiko tinggi yang tidak mengalami gastritis dimana terdapat hubungan yang bermakna antara
klinis sebnyak 5 orang, hal ini dikarenaakan penggunaan OAINS dengan gastritis13.
mengonsumsi kopi secara berlebihan namun Pemakaian obat-obatan yang luas ini
sebelum mengonsumsi kopi tersebut, responden menyebabkan kejadian efek samping obat
telah mengisi lambungnya dengan makan makanan meningkat. Beberapa obat menimbulkan efek
berat terlebih dahulu sehingga lambung tidak samping yang berhubungan dengan saluran cerna.
mengalami gangguan asam lambung serta responden Molekul-molekul obat yang bersifat asam akan
mengonsumsi kopi instan yang kandungan kafein di langsung mengiritasi mukosa lambung dan inhibisi
dalam kopi instan, sebenarnya justru terdapat atau hambatan pengeluaran kadar prostaglandin
kandungan kafein yang lebih rendah daripada kopi yang bersifat protektif terhadap mukosa lambung.
dari biji kopi yang digiling. Di dalam kopi instan, Prostaglandin dihambat karena dianggap
hanya terdapat sekitar 27 mg kafein per sajiannya. bertanggung jawab terhadap munculnya inflamasi
Sajiannya sendiri biasa memiliki takaran satu sendok dan rasa nyeri19.
teh. Sementara itu, di dalam kopi dari biji kopi yang Hasil penelitian tentang faktor determinan
digiling, terdapat minimum kadar kafein sebanyak 95 gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan
mg. Sedangkan responden yang berisiko rendah yang jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa
mengalami gastritis klinis sebnyak 145 orang, hal ini yang mengonsumsi OAINS yang berisiko tinggi dan
dikarenakan ada faktor lain yang lebih membuat tidak mengalami gastritis klinis sebnyak 8 orang, hal
reponden mengalami gastrtis seperti faktor pola ini karena meminum obat tersebut lebih dari 3x
makan yang salah atau faktor stres. sehari. Sedangkan responden yang mengonsumsi
Jika lambung sering terpapar dengan zat OAINS berisiko rendah yang mengalami gastritis klinis
iritan,seperti kopi maka inflamasi akan terjadi terus- sebnyak 141 orang, hal ini karena responden jaran
menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh mengonsumsi obat tersebut namun sudah terkena
jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung gastritis dikarenakan faktor lainnya. dari hasil
dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung13. penelitian ini juga didapatkan responden banyak
Faktor konsumsi OAINS terhadap gastritis klinis mengonsumsi obat jenis lain yang bukan merupakan
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat jenis OAINS yang disebutkan, jenis obat lain yang di
Universitas Halu Oleo Kendari konsumsi oleh responden antara lain yaitu obat
Mengonsumsi obat-obat tertentu dapat paracetamol, bodrex, obat maag akut, promag,
menyebabkan gastritis, OAINS merupakan jenis obat komiprex, paramex, amoxilin, ampisilin, supertetra,
yang memiliki efek menyebabkan gastritis. Hasil milanta, serta obat dengan resep dokter, dll.
analisis bivariat menunjukan bahwa prilaku konsumsi Faktor merokok terhadap gastritis klinis pada
OAINS bukan merupakan determinan gastritis klinis mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari
Universitas Halu Oleo Kendari, dengan mengunakan Hasil analisis bivariat merokok bukan
uji Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,472, nilai tersebut merupakan determinan gastritis klinis pada
lebih besar dari pada α (0,05). Hasil penelitian mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat
tersebut menunjukan bahwa prilaku konsumsi OAINS Universitas Halu Oleo Kendari dengan mengunakan
bukan merupakan determinan gastritis klinis pada uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai ρ = 1,000, nilai
mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat tersebut lebih besar dari pada α (0,05). Hasil
Universitas Halu Oleo Kendari. Hal ini disebabkan penelitian tersebut menunjukan bahwa merokok
karena responden mengonsusmsi OAINS sesuai bukan merupakan determinan gastritis klinis pada
dengan waktu yang dianjurkan serta responden tidak mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat
selalu mengonsumsi obat tersebut, mereka hanya Universitas Halu Oleo Kendari. Hal ini disebabkan
mengunkan ketika mereka mengalami sakit. Adapun karena pada penelitian ini memiliki reponden laki-laki
obat lainnya yang biasa dikonsusmsi oleh responden jauh lebih sedikit yaitu sebnyak 26 responden laki-laki
adalah paracetamol, bodrex,obat maag, parameks, dibandingkan responden perempuan.
amoxilin, ampisislin dll yang bukan merupakan obat Hal ini sesuai dengan penelitian lainnya, dari
antii inflamasi non streroid. hasil penelitian terhadap 100 orang responden
diperoleh proporsi gastritis lebih tinggi pada

8
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
responden yang merokok (46,2%) dibanding pada kebiasaan dalam keluarga sehingga terdapat anggota
responden yang tidak merokok (27,6%). Berdasarkan keluarga yang gastritis, saudara yang dimaksudkan
hasil uji menggunakan Fisher’s Exact Test, didapatkan adalah saudara kandung, dimana terjadi sharing
nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada exposure (berbagi pajanan) akibat kebiasaan-
hubungan yang signifikan antara merokok dengan kebiasaan yang sama, terutama dalam hal pola
kejadian gastritis pada responden20. makan dalam keluarga sehingga sangat berpeluang
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori untuk menderita gastritis18.
menurut Caldwell (2009), bahwa rokok dapat Hal ini sesuai dengan penelitian lainnya yang
merusak sistem pencernaan seseorang. Dari seluruh menyatakan bahwa riwayat gastritis keluarga
organ pencernaan, lambung adalah organ yang paling merupakan faktor resiko kejadian gastrtis. Dilihat
sensitif. Gangguan ini terjadi secara terus-menerus dari Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa Odds
terhadap sistem pencernaan dapat mengarah pada Ratio 3,27(CL 95% LL=1,55 UL=6,905). Hal tersebut
penyakit tukak lambung atau gastritis. Ketika menunjukan bahwa responden yang memiliki riwayat
seseorang merokok, nikotin yang terkandung di gastritis keluarga berisiko 3,27 kali menderita
dalam rokok akan mengerutkan dan melukai gastritis dibandingkan dengan yang tidak memiliki
pembuluh darah pada dinding lambung, merokok riwayat gastritis keluarga dan jika dilihat dari LL dan
yang berlebihan (>5%) akan mengakibatkan iritasi ini UL, variable riwayat gastritis keluarga bermakna
memicu lambung memproduksi asam lebih banyak secara statistic18.
dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga Hasil penelitian tentang faktor determinan
memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan
mengeluarkan (sekresi) getah yang berguna untuk jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa
melindungi dinding dari serangan asam lambung. Sel proporsi sampel yang berisiko rendah dan mengalami
pelindung asam tidak mampu lagi menjalankan gastritis klinis sebnyak 49 orang, hal ini dikarenakan
fungsinya dengan baik. Kelebihan asam di dalam responden menderita gastritis dikarenakan kebiasaan
lambung dan lambatnya sekresi getah pelindung nya yang jarang makan atau sering mengonsumsi
mengakibatkan timbulnya luka pada dinding makanan berisiko. Dan yang berisiko tinggi dan tidak
lambung. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya mengalami gastritis klinis sebanyak 31 orang, hal ini
penyakit gastritis21. karena responden memiliki pola hidup yang baik
Hasil penelitian tentang faktor determinan walaupun ada anggota keluarganya yang terkena
gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan gastrtitis namun responden lebih menjaga
jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa kesehatannya sehingga tidak terkena penyakit
yang berisiko yang tidak mengalami gastritis klinis gastritis tersebut. Dari penelitian ini diperoleh dari
sebnyak 1 orang, hal ini karena responden merokok 242 responden di FKM UHO terdapat 111 (45,9%)
kurang dari 10 batang perhari. Sedangkan responden responden yang tinggal bersama keluarga atau orang
yang tidak berisiko yang mengalami gastritis klinis tua dan dari total 242 responden sebanyak 131
sebanyak 148 orang, hal ini karena responden tidak (54,1%) responden yang tinggal di kos atau asrama.
merokok dan gastritis tersebut dikarenakan beberapa
faktor lainnya. SIMPULAN
Faktor riwayat gastritis keluarga terhadap gastritis 1. Pola makan merupakan determinan gastritis klinis
klinis pada mahasiswa Fakultas Kesehatn pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari dengan
Hasil analisis bivariat menunjukan hasil uji statistic Chi-Square pada taraf
menunjukan bahwa riwayat gastritis keluarga kepercayaan 95% ( =0,05) diperoleh nilai ρ Value
merupakan determinan gastritis klinis pada = 0,000, jadi ρ Value < (0,05).
mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Stres merupakan determinan gastritis klinis pada
Universitas Halu Oleo Kendari dengan mengunakan mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat
uji Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,000, nilai tersebut Universitas Halu Oleo Kendari dengan hasil uji
lebih kecil dari pada α (0,05). Hasil penelitian statistic Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%
tersebut menunjukan bahwa bahwa riwayat gastritis ( =0,05) diperoleh nilai ρ Value = 0,000, jadi ρ
keluarga merupakan determinan gastritis klinis pada Value < (0,05).
mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat 3. Kebiasaan konsumsi kopi bukan merupakan
Universitas Halu Oleo Kendari. Hal ini disebabkan determinan gastritis klinis pada mahasiswa di
karena faktor kebiasaan yang sama, riwayat gastritis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
keluarga yang dimaksudkan bukanlah dikarenakan Oleo Kendari dengan hasil uji statistic Fisher’s
adanya hubungan secara genetik yang diturunkan Exact Test pada taraf kepercayaan 95% ( =0,05)
dari orang tua responden, melainkan lebih ke arah

9
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
diperoleh nilai ρ Value = 0,311, jadi ρ Value > 3. Ardiansyah, M. 2012. Medical bedah untuk
(0,05). mahasiswa . Jogjakarta: Diva Press.
4. Kebiasaan konsumsi OAINS bukan merupakan 4. Sulastri, dkk. 2012. Gambaran pola makan
determinan gejala gastritis pada mahasiswa di penderita gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Oleo Kendari dengan hasil uji statistic Chi-Square Kabupaten Kampar Riau Tahun 2012. Jurnal Gizi
pada taraf kepercayaan 95% ( =0,05) diperoleh Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, Vol.1
nilai ρ Value = 0,472, jadi ρ Value > (0,05). No.2. Diakses pada 13 september 2016.
5. Merokok bukan merupakan determinan gastritis 5. Gustin R.K. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan
klinis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan dengan kejadian gastritis pada pasien yang
Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari dengan berobat jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota
hasil uji statistic Fisher’s Exact Test pada taraf Bukittinggi. Laporan Penelitian. Padang: Fakultas
kepercayaan 95% ( =0,05) diperoleh nilai ρ Value Kedokteran Unand.
= 1,000, jadi ρ Value > (0,05). 6. Maulidiyah, U. 2006. Hubungan antara stres dan
6. Riwayat gastritis keluarga merupakan determinan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan
gastritis klinis pada mahasiswa di Fakultas penyakit gastritis. Skripsi. Surabaya.
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 7. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2011. Pola
Kendari dengan hasil uji statistic Chi-Square pada penyakit rawat jalan di Kota Kendari tahun 2011.
taraf kepercayaan 95% ( =0,05) diperoleh nilai ρ Kendari: Dinas Kesehatan Kota Kendari.
Value = 0,000, jadi ρ Value < (0,05). 8. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2012. Pola
penyakit rawat jalan di Kota Kendari tahun 2012.
SARAN Kendari: Dinas Kesehatan Kota Kendari.
1. Dinas Kesehatan Agar memaksimalkan pelayanan 9. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2013. Pola
kesehatan remaja dalam aspek promotif dan penyakit rawat jalan di Kota Kendari tahun 2013.
preventif tentang penyakit gastritis melalui Kendari : Dinas Kesehatan Kota Kendari.
program-program yang dapat mencegah 10. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2014. Pola
terjadinya gastritis dan melakukan sosialisasi penyakit rawat jalan di Kota Kendari tahun 2014.
tentang gastritis. Kendari : Dinas Kesehatan Kota Kendari.
2. Remaja diharapkan remaja dapat meningkatkan 11. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2015. Pola
pengetahuan tentang penyakit tidak melular salah penyakit rawat jalan di Kota Kendari tahun 2015.
satunya gastritis seperti dampak dari penyakit Kendari : Dinas Kesehatan Kota Kendari.
tersebut dan diharapkan remaja dapat lebih 12. Murti, B. 1997. Prinsip dan metode riset
selektif dalam mencari tau informasi tentang epidemilogi. Jogjakarta : Gadjah Mada University
penyakit tidak menular disekitarnya. Press.
3. Keluarga agar orang tua dapat memberikan 13. Angkow J., Robot F., & Onibala F. 2014. Faktor-
pengetahuan dan pengawasan tentang penyakit faktor yang berhubungan dengan kejadian
yang akan terjadi jika sering mengabaikan gaya gastritis diwilayah kerja Puskesmas Bahu Kota
hidup dan pola kebiasaan makan dan Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
membimbing, memberikan nasehat dan 14. Ikawati, Z. (2010). Resep hidup Sehat.
mengawasi anak agar tidak mudah terserang http://books.google.co.id/ diakses tanggal 06
penyakit. november 2016
4. Peneliti Lain perlunya penelitian lanjutan dan 15. Sinaga, D. 2013. Pengaruh Stres Psikologis
lebih mendalam mengenai gastritiss pada remaja Terhadap Pasien Psoriasis. Jurnal Ilmiah Widya.
dengan menggunakan metode yang berbeda dan Volume 1 Nomor 2.
untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan 16. Paathmanathan, VV dan Husada, MS. 2013.
variabel-variabel yang mempengaruhi agar dapat Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Fakultas
diteliti oleh peneliti selanjutnya. Kedokteran Univrsitas Sumatera Utara Semester
Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. e-journal FK
DAFTAR PUSTAKA USU Vol.1 No.1, 2013.
1. Kemenkes. 2015. Rencana strategis kementrian 17. Prasetyo D. 2015. Hubungan antara stres dengan
kesehatan tahun 2015-2019. Keputusan Menteri kejadian gastritis di Klinik Dhanang Husada
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Sukoharko. Skripsi. Stikes Kusuma Husada
HK.02.02/MENKES/52/2015. Surakarta. Diakses pada 12 Oktober 2016.
2. Irianto, K. (2014). Epidemiologi penyakit menular 18. Rahma M, Ansar J, Rismayanti. 2013. Faktor risiko
dan tidak menular. Bandung: Penerbit Alfabeta. kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas

10
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN 250-731X ,
Kampili Kabupaten Gowa. Jurnal. Universitas pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai
Hasanudin. Bancah Kota Bukittinggi. Laporan Penelitian.
19. Santosa, T. (2007). Konsultasi Sehat Gastritis Padang: Fakultas Kedokteran Unand.
Kronik. Tersedia di http://eramuslim.com diakses 21. Caldwell. 2009. Berhenti Merokok. Yogyakarta
pada November 2016. Pustaka Populer.
20. Gustin R.K. 2011. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian gastritis pada

11

Anda mungkin juga menyukai