Iwayan Supetran
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu
ABSTRAK
Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis. Nyeri yang
dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. Dalam riset tentang intervensi
keperawatan relaksasi otot progresif dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks
,dan lebih mudah untuk tidur (Davis, 2005).Penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini sangat
dianjurkan, karena tidak menimbulkan efek samping, dan dapat memandirikan pasien
gastritis yang mengalami nyeri untuk dapat menjaga kesehatannya. Salah satu pengobatan
secara non farmakologis dalam mengatasi nyeri menurut para ahli diantaranya adalah teknik
relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya efektifitas penggunaan
teknik relaksasi otot progresif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang
Jambu Rumah Sakit Daerah Madani.
Penelitian ini merupakan penelitian Preexperimental design dengan pendekatan pretest-
posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gastritis yang dirawat di
Ruang Jambu pada tahun 2015.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 orang, teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis univariat dan bivariat dengan Uji statistik yang digunakan adalah uji
wilcoxon.
Dari 12 respoden sebelum diberikan perlakuan diberikan relaksasi otot progresif pasien
gastritis yang mengalami nyeri sebanyak 12 respoden (100%). Setelah diberikan perlakuan
diberikan relaksasi otot progresif pasien gastritis yang mengalami nyeri sebanyak 3 respoden
(25%) dan yang tidak mengalami nyeri sebanyak 9 respoden (75%). Hasil test statistik
menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. 0,002 (P < 0,05), artinya “teknik relaksasi
otot progresif sangat efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu
Rumah Sakit Daerah Madani” Pasien gastritis sebelum diberikan relaksasi otot progresif
semuanya mengalami nyeri, sedangkan setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian
besar tidak mengalami nyeri, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan ada perbedaan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif dalam
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang Keterangan :
digunakan yaitu Preexperimental design n = jumlah sampel
dengan pendekatan pretest-posttest design. Z2 = nilai table
Pretest-posttest design adalah penelitian Z = 0.05 adalah 1,96
yang dilakukan dengan cara memberikan p = presisi = 0,5
pengamatan awal terlebih dahulu sebelum d = Tingkat kesalahan 20%= 0,2
diberikan intervensi, setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan Teknik pengambilan sampel dalam
pengamatan akhir (Alimul. A. 2007). penelitian ini adalah non random
Populasi dan Sampel sampling dengan pendekatan purposive
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan sampling.
objek penelitian atau yang diteliti D. Hipotesis
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam Ada pengaruh penggunaan teknik
penelitian ini adalah semua penderita relaksasi otot progresif dalam
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis menunjukkan lokasi nyeri, tidak
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah dapat mendeskripsikannya,
Madani. tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan
E. Teknik Pengumpulan Data distraks.
1. Data Primer 10 : Nyeri sangat berat : Pasien
Data primer yaitu data yang dikumpulkan sudah tidak mampu lagi
melalui wawancara tidak langsung berkomunikasi, memukul.
dengan menggunakan kuesioner.
Penggunaan kuesioner merupakan salah 2. Data Sekunder
satu metode pengumpulan data yang Data sekunder adalah data penderita
digunakan untuk memperoleh informasi gastritis yang diperoleh dari Rumah
dan juga mengungkapkan hal-hal yang Sakit Daerah Madani, data
diketahui responden (Riwidikdo, 2009). Kementrian Kesehatan Indonesia, data
Word Health Organization (WHO).
Pada kuesioner nyeri menggunakan skala
analog deskritif, dengan kriteria: F.Analisa Data
0 : Tidak nyeri Dilakukan untukmengetahui distribusi
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif frekuensi dan proporsi masing-masing
klien dapat berkomunikasi yang diteliti, dan di analisi untuk
dengan baik. melihat pengaruh antara variabel bebas
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif dengan terikat, dengan nilai kemaknaan
klien mendesis, menyeringai, 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
dapat menunjukkan lokasi nyeri, Adapun uji yang digunakan pada
dapat mendeskripsikannya, penelitian ini adalah uji wilcoxon
dapat mengikuti perintah dengan rumus sebagai berikut:
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif
klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih Keterangan :
respon terhadap tindakan, dapat
N = banyak data yang berubah setelah Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
diberi perlakuan berbeda Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun jumlah
T = jumlah renking dari nilai selisih sampel yaitu 12 responden. Analisa yang
yng negative (apabila banyaknya digunakan dalam penelitian ini adalah
selisih yang positif lebih banyak dari analisa univariat dan analisa bivariat.
banyaknya selisih negatif = jumlah
ranking dari nilai selisih yang positif 1. Karakteristik responden
(apabila banyaknya selisih yang negatif berdasarkan pendidikan
> banyaknya selisih yang positif) Untuk memperoleh distribusi
karakteristik responden menurut
HASIL pendidikan dapat dilihat pada tabel
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal berikut:
05 Mei sampai 07 Juli 2015 di Ruang
Tabel .1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Pasien Gastritis
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani Tahun 2015
Tabel 3.
Distribusi Gambaran Nyeri Pasien Gastritis Sebelum dan Sesudah Diberikan
Relaksasi Otot Progresif Di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani Propinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2015
Sebelum diberikan Sesudah diberikan
Relaksasi otot progresif Frekuensi otot progresif
Kriteria
Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
(f) (%) (f) (%)
Nyeri 12 100 3 25
Tidak nyeri 0 0 9 75
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data primer
3. Analisisis Bivariat
Gambaran Nyeri Pasien Gastritis Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot
Progresif
Tabel . 4
Efektifitas Penggunaan Teknik Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan
Tingkat Nyeri Pasien Gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
Tahun 2015
Pre test-post test Mean rank Nilai P
Nyeri pasien gastritis 6,50 0,002
Sumber: Data primer
Hasil test statistic menunjukan hasil uji vagus. Persarafan simpatism elalui
Wilcoxon di peroleh nilai Mean Rank 6,5 saraf splanchnicus major dan ganglia
dan nilai p 0,002 (P ≤ 0,05), dengan siliaka. Serabut-serabut aferen
demikian secara statistik teknik relaksasi menghantarkan impul snyeri yang
otot progresif sangat efektif dalam dirangsang oleh peregangan,
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis kontraksiotot, serta peradangan, dan
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah dirasakan di daerah epigastrium
Madani. abdomen. Serabut-serabut eferen
simpatis menghambat motilitas dan
PEMBAHASAN sekresi lambung. Pleksus saraf
1. Gambaran nyeri pasien gastritis mienterikus (auerbach) dan submukosa
sebelum diberikan tehnik relaksasi (meissner) membentuk persarafan
otot progresif intrinsic dinding lambung dan
Hasil penelitian menunjukkan sebelum mengoordinasi aktivitas motorik dan
diberikan tehnik relaksasi otot sekresi mukosa lambung.
progresif semuanya pasien mengalami
nyeri. Rasa nyeri yang ditunjukkan Sejalan dengan pendapat Abraham
merupakan akibat respon tubuh (2010), yang menyatakan pada
terhadap trauma atau akibat mukosa penderita gastritis pertama kali yang
lambung mengalami kerusakan. terjadi adalah membran mukosa
Persarafan lambung sepenuhnya lambung menjadi edema dan hipermik
berasal dari system sarafotonom. (kongesti dengan jaringan, cairan dan
Suplai saraf parasimpatis untuk darah) dan mengalami erosi
lambung dan duodenum dihantarkan superfisial, bagian ini mensekresi
ke dan dari abdomen melalui saraf sejumlah getah lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi Adapun hormon yang bekerja antara
banyak mukus. Ulserasi superfisial lain adalah hormon gastrin, asetilkolin,
dapat terjadi dan dapat menumbulkan dan histamin. Terdapat tiga fase yang
hemoragi. Pasien dapat mengalami menyebabkan sekresi asam lambung.
ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, Pertama, fase sefalik, sekresi asam
mual dan anoreksia, sering disertai lambung terjadi meskipun makanan
mual dan cegukan. belum masuk lambung, akibat
memikirkan atau merasakan makanan.
2. Gambaran nyeri pasien gastritis Kedua, fasegastrik, ketika makanan
setelah diberikan tehnik relaksasi masuk lambung akan merangsang
otot progresif mekanisme sekresi asam lambung
Hasil penelitian menunjukkan setelah yang berlangsung selama beberapa
diberikan relaksasi otot progresif jam, selama makanan masih berada di
sebagian besar pasien sudah tidak dalam lambung. Ketiga, fase intestinal,
mengalami nyeri.setelah diberikan proses sekresi asam lambung terjadi
relaksasi otot progresif pasien ketika makanan mengenai
merasakan nyerinya berkurang, karena mukosausus. Produksi asam lambung
gerakan-gerakan yang telah diberikan akan tetap berlangsung meskipun
secara perlahan membantu dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan
merilekskan sinap-sinap saraf baik yang teratur sangat penting bagi
yang simpatis maupun yang sekresi asam lambung karena kondisi
parasimpatis. Saraf yang rileks tersebut memudahkan lambung
menurunkan rasa nyeri secara mengenali waktu makan sehingga
perlahan. produksi lambung terkontrol.
Abstract
Yang paling penting dari peristiwa ini adalah Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
dilepaskannya Corticotrophin Releasing terapi bekam kering terhadap skala nyeri pada
Factor (CRF) serta releasing factors lainnya pasien dengan nyeri gastritis (z = - 8,205,
oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan p=0,000)α=0,05), dimana pemberian terapi
menyebabkan terbentuknya ACTH bekam kering memiliki kecenderungan untuk
(Adrenocorticotropic hormone), korticotropin, menurunkan nyeri pada gastritis.
kortikosteroid. Kortikosteroid ini mempunyai
efek menyembuhkan peradangan serta Nyeri gastritis termasuk dalam nyeri viseral
menstabilkan permeabilitas sel (Umar, yaitu nyeri yang timbul dari organ visceral
2010).Golongan histamin mempunyai manfaat seperti saluran pencernaan atau pankreas.
dalam proses reparasi (perbaikan) sel serta Nyeri nociceptors visceral mungkin timbul
jaringan yang rusak serta memacu dari organ berbentuk kapsul atau dari obstruks
pembentukan reticulo endothelial cell, yang iviskus berongga yang menyebabkan
akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) intermiten, perburukan nyeri lokal. Pada nyeri
dan imunitas (kekebalan) tubuh. Sistem imun nociceptors visceral sering digambarkan
ini terjadi melalui pembentukan interleukin seperti nyer iyang menggerogoti atau nyeri
kram. Pada gastritis biasanya menimbulkan nyeri antara bekam kering, kompres panas
rasa nyeri berjam-jam, berhari-hari, atau Kering dan infrared radiasi pada penderita
bahkan berminggu-minggu. Sakitnya terasa nyeri punggung bawah” menunjukkan bahwa
seperti ada yang menggigit-gigit di daerah penggunaan bekam kering dan inframerah
lambung dan menjalar ke punggung. efektif dalam menurunkan nyeri.
Gastritis dapat menimbulkan gejala berupa
nyeri, sakit, atau ketidaknyamanan yang Penelitian selanjutnya yang mendukung yaitu
terpusat pada perut bagian penelitian yang dilakukan oleh Wali pada
atas (Smeltzer, 2002). tahun 2007 tentang pengaruh pemberian terapi
Melalui terapi bekam penyebab nyeri gastritis bekam terhadap skala nyeri pada pasien
yang disebabkan peningkatan HCl di lambung dengan nyeri lutut. Dari penelitian ini
sehingga mengiritasi daerah di sekitar dinding menunjukkan perbaikan nyeri yang dirasakan
lambung sehingga nyeri gastritis termasuk oleh responden sebagai akibat dari terapi
nyeri visceral. Karena nyeri gastritis ini otot di bekam. Dapat disimpulkan bahwa terdapat ada
sekitar perut atas menjadi kram seperti pengaruh yang signifikan pemberian terapi
tertusuk-tusuk. Respon relaksasi dengan bekam terhadap skala nyeri dan range of
menggunakan terapi bekam ini terjadi, apabila motion untuk pasien dengan nyeri lutut
dilakukan pembekaman pada 6 titik poin. anterior.
Mekanisme bekam kering dalam menurunkan
nyeri telah dijelaskan pada bahasan Dengan memberikan terapi bekam pada titik
sebelumnya. poin yang telah ditentukan tersebut akan
memberikan efek relaksasi. Efek relaksasi
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian akan diteruskna ke hipotalamus untuk
yang dilakukan oleh Gao (2005) dalam menghasilkan Corticotrophin Releasing Factor
penelitiannya menyebutkan penggunaan (CRF) serta releasing factors lainnya oleh
bekam kering yang dikombinasikan dengan adenohipofise. Selanjutnya CRF merangsang
titik acupuncture memperlihatkan perbaikan kelenjar pituitary untuk meningkatkan
mukosa lambung dengan meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC)
PGE2alpha, PGF2alpha and cAMP, dan sehingga produksi enkefalin akan menghambat
menurunkan cGMP pada jaringan mukos substansi P yang akan dilepaskan oleh
lambung. Lee (2011) dalam penelitiannya nosiseptor sebagai zat-zat kimiawi yang
menyebutkan bahwa penggunaan bekam merangsang nyeri, sehingga impuls nyeri
kering efektif dalam menurunkan nyeri dapat dihambat dan nyeri bisa berkurang atau
osteoarthritis. tidak dirasakan (Potter & Perry, 2006).
Menurut Dewi, dkk(2011) dalam penelitiannya Berdasarkan hasil teori yang telah dikemukan,
yang berjudul “Perbedaan penurunan skala maka dapat disimpulkan bahwa terapi bekam
kering bermanfaat untuk menurunkan skala terapi nonfarmakologis lainnya. Selain itu,
nyeri pada pasien dengan nyeri gastritis di peneliti selanjutnya juga dapat
Praktek Perawat Latu Husadha, Abiansemal, mempertimbangkan untuk meneliti efek
Badung. jangka panjang dari terapi bekam kering
terhadap pasien dengan nyeri gastritis.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terjadi penurunan skala nyeri pada pasien Brunner dan Suddart. 2000. Keperawatan
dengan nyeri gastritis setelah diberikan terapi Medikal Bedah. Jakarta: EGC
bekam kering. Terapi bekam kering
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah Kurnia, R. 2009. Faktor-Faktor yang
sehingga terjadi perbaikan mikrosirkulasi Berhubungan dengan Kejadian
peredaran darah, akibatnya timbul efek Gastritis pada Pasien yang
relaksasi. Berobat Jalan di Puskesmas.
Cermin dunia Kedokteran.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan uji wilcoxon dan didapatkan Sukarmin, 2012. Keperawatan Pada Sistem
hasil nilai signifikansi (p) yaitu 0,000 yang Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
berarti p<0,05 dengan tingkat kemaknaan atau Pelajar
kesalahn 5% sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pemberian bekam kering Lopita, D. 2011. Pengaruh Terapi Bekam
terhadap skala nyeri pasien dengan nyeri Kering Terhadap Penurunan
gastritis di Praktek Perawat Latu Husadha Skala Nyeri Pada Pasien Dengan
Abiansemal, Badung. Diharapkan untuk Nyeri Kepala Primer. Skripsi
peneliti selanjutnya melihat indikator tidak diterbitkan. Denpasar:
keberhasilan terapi nyeri bekam kering bukan Program Studi Ilmu Keperawatan
hanya dari nyeri melainkan dari indikator Universitas Udayana.
yang lain seperti diagnostik endoscopy,
kekambuhan gastritis, serta faktor stress. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner &
Peneliti juga menyarankan untuk Suddarth, Edisi 8, Volume 3, EGC
menggunakan kelompok kontrol dalam : Jakarta.
penelitian selanjutnya guna membandingkan
terapi bekam kering dengan kelompok kontrol Umar, W. 2010. Bebas Stroke dengan Bekam.
yang menggunakan terapi farmakologis seperti Surakarta:Thibbia.
penggunaan obat antasida atau
membandingkan terapi bekam kering dengan