Anda di halaman 1dari 22

A.

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF


DALAM MENURUNKAN TINGKAT NYERI PASIEN GASTRITIS DI
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU

“ EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI OTOT


PROGRESIF DALAM MENURUNKAN TINGKAT NYERI PASIEN
GASTRITIS DI RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU ”

Iwayan Supetran
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu

ABSTRAK

Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis. Nyeri yang
dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. Dalam riset tentang intervensi
keperawatan relaksasi otot progresif dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks
,dan lebih mudah untuk tidur (Davis, 2005).Penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini sangat
dianjurkan, karena tidak menimbulkan efek samping, dan dapat memandirikan pasien
gastritis yang mengalami nyeri untuk dapat menjaga kesehatannya. Salah satu pengobatan
secara non farmakologis dalam mengatasi nyeri menurut para ahli diantaranya adalah teknik
relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya efektifitas penggunaan
teknik relaksasi otot progresif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang
Jambu Rumah Sakit Daerah Madani.
Penelitian ini merupakan penelitian Preexperimental design dengan pendekatan pretest-
posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gastritis yang dirawat di
Ruang Jambu pada tahun 2015.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 orang, teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis univariat dan bivariat dengan Uji statistik yang digunakan adalah uji
wilcoxon.
Dari 12 respoden sebelum diberikan perlakuan diberikan relaksasi otot progresif pasien
gastritis yang mengalami nyeri sebanyak 12 respoden (100%). Setelah diberikan perlakuan
diberikan relaksasi otot progresif pasien gastritis yang mengalami nyeri sebanyak 3 respoden
(25%) dan yang tidak mengalami nyeri sebanyak 9 respoden (75%). Hasil test statistik
menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. 0,002 (P < 0,05), artinya “teknik relaksasi
otot progresif sangat efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu
Rumah Sakit Daerah Madani” Pasien gastritis sebelum diberikan relaksasi otot progresif
semuanya mengalami nyeri, sedangkan setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian
besar tidak mengalami nyeri, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan ada perbedaan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif dalam
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani.

Kata Kunci: Nyeri, gastritis, relaksasi otot progresif Referensi : 18 (2005-2013)

PENDAHULUAN Badan penelitian kesehatan dunia WHO


Salah satu masalah kesehatan yang kita mengadakan tinjauan terhadap beberapa
hadapi sekarang ini adalah penyakit negara dunia dan mendapatkan hasil
saluran pencernaan seperti gastitis. persentase dari angka kejadian gastritis di
Masyarakat pada umumnya mengenal dunia, diantaranya Inggris 22%, China
gastritis dengan sebutan penyakit maag 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
yaitu penyakit yang menurut mereka Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
bukan suatu masalah yang besar, misalnya sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
jika merasakan nyeri perut maka mereka setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di
akan langsung mengatasinya dengan Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
makan nasi, kemudian nyerinya hilang. penduduk setiap tahunnya. Prevalensi
Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi gastritis yang dikonfirmasi melalui
dengan cepat maka dapat menimbulkan endoskopi pada populasi di Shanghai
perdarahan (hemorrhagic gastritis) sekitar 17,2% yang secara substantial
sehingga banyak darah yang keluar dan lebih tinggi daripada populasi di barat
berkumpul di lambung, selain itu juga yang berkisar 4,1% dan bersifat
dapat menimbulkan tukak lambung, asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap
kanker lambung sehingga dapat sebagai suatu hal yang remeh namun
menyebabkan kematian (Hastuti, 2007). gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita. wajah (meringis, menggigit bibir),
Persentase dari angka kejadian gastritis di pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang,
Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. mondar-mandir, dll), interaksi sosial
Angka kejadian gastritis pada beberapa (menghindari percakapan, disorientasi
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan waktu) (Judha, 2012). Secara garis besar
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut
jiwa penduduk (Kurnia dan Rahmi, 2014). dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya
awitannya tiba-tiba dan umumnya
Penyakit gastritis merupakan penyakit berkaitan dengan cedera spesifik,
saluran pencernaan bagian atas yang waktunya kurang dari enam bulan dan
banyak dikeluhkan dimasyarakat dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri
paling banyak ditemukan di bagian kronik adalah nyeri konstan atau
gastroenterologi, diperkirakan hampir intermiten yang menetap sepanjang suatu
semua penderita gastritis mengalami periode waktu. Nyeri kronis berlangsung
kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat selama enam bulan atau lebih (Potter &
menimbulkan munculnya gejala gastritis Perry, 2006).
adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang bisa meningkatkan asam Data dari medikal rekord Rumah Sakit
lambung (Maulidah, 2006). Nyeri Daerah Madani Proponsi Sulawesi Tengah
merupakan salah satu manifestasi klinis pada tahun 2015 jumlah pasien gastritis
yang terjadi pada pasien gastritis. Nyeri yang rawat jalan sebanyak 300 orang,
yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau jumlah pasien gastritis rawat inap
nyeri epigastrium. Nyeri adalah sebanyak 230 orang, dari kasus tersebut
pengalaman sensori dan emosional yang semuanya pasien merasakan nyeri ulu
tidak menyenangkan akibat kerusakan hati,selain tindakan pemberian therapi
jaringan yang aktual dan potensial (Price, medis sangat dimungkinkan untuk
2006). Secara umum tanda dan gejala Penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini
yang sering terjadi pada pasien yang karena tidak menimbulkan efek samping,
mengalami nyeri dapat tercermin dari dan dapat memandirikan penderita
perilaku pasien misalnya suara (menangis, gastritis untuk dapat menjaga kesehatan
merintih, menghembuskan nafas), ekspresi mereka sendiri. Salah satu pengobatan
secara non farmakologis dalam mengatasi gastritis yang dirawat di Ruang Jambu
nyeri adalah teknik relaksasi otot Rumah Sakit Daerah Madani Palu pada
progresif. Latihan relaksasi otot progresif tahun 2014.
dapat memberikan pemijitan halus pada 2. Sampel Sampel adalah bagian dari
berbagai kelenjerkelenjer pada tubuh, jumlah dan karakteristik yang dimiliki
menurunkan produksi kortisol dalam oleh populasi (Sugiyono, 2007).
darah, mengembalikan pengeluaran Sampel dalam penelitian ini adalah
hormon yang secukupnya sehingga pasien yang dirawat di Ruang jambu
memberi keseimbangan emosi dan Rumah Sakit Daerah Madani Palu
ketenangan pikiran (Purwoto, 2007). pada saat penelitian dilakukan. Besar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampel dalam penelitian ini diperoleh
efektifitas penggunaan teknik relaksasi dari hasil perhitungan dengan rumus
otot progresif dalam menurunkan tingkat estimasi yang dimana populasi tidak
nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu diketahui:
Rumah Sakit Daerah Madani.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang Keterangan :
digunakan yaitu Preexperimental design n = jumlah sampel
dengan pendekatan pretest-posttest design. Z2 = nilai table
Pretest-posttest design adalah penelitian Z = 0.05 adalah 1,96
yang dilakukan dengan cara memberikan p = presisi = 0,5
pengamatan awal terlebih dahulu sebelum d = Tingkat kesalahan 20%= 0,2
diberikan intervensi, setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan Teknik pengambilan sampel dalam
pengamatan akhir (Alimul. A. 2007). penelitian ini adalah non random
Populasi dan Sampel sampling dengan pendekatan purposive
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan sampling.
objek penelitian atau yang diteliti D. Hipotesis
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam Ada pengaruh penggunaan teknik
penelitian ini adalah semua penderita relaksasi otot progresif dalam
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis menunjukkan lokasi nyeri, tidak
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah dapat mendeskripsikannya,
Madani. tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan
E. Teknik Pengumpulan Data distraks.
1. Data Primer 10 : Nyeri sangat berat : Pasien
Data primer yaitu data yang dikumpulkan sudah tidak mampu lagi
melalui wawancara tidak langsung berkomunikasi, memukul.
dengan menggunakan kuesioner.
Penggunaan kuesioner merupakan salah 2. Data Sekunder
satu metode pengumpulan data yang Data sekunder adalah data penderita
digunakan untuk memperoleh informasi gastritis yang diperoleh dari Rumah
dan juga mengungkapkan hal-hal yang Sakit Daerah Madani, data
diketahui responden (Riwidikdo, 2009). Kementrian Kesehatan Indonesia, data
Word Health Organization (WHO).
Pada kuesioner nyeri menggunakan skala
analog deskritif, dengan kriteria: F.Analisa Data
0 : Tidak nyeri Dilakukan untukmengetahui distribusi
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif frekuensi dan proporsi masing-masing
klien dapat berkomunikasi yang diteliti, dan di analisi untuk
dengan baik. melihat pengaruh antara variabel bebas
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif dengan terikat, dengan nilai kemaknaan
klien mendesis, menyeringai, 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
dapat menunjukkan lokasi nyeri, Adapun uji yang digunakan pada
dapat mendeskripsikannya, penelitian ini adalah uji wilcoxon
dapat mengikuti perintah dengan rumus sebagai berikut:
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif
klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih Keterangan :
respon terhadap tindakan, dapat
N = banyak data yang berubah setelah Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
diberi perlakuan berbeda Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun jumlah
T = jumlah renking dari nilai selisih sampel yaitu 12 responden. Analisa yang
yng negative (apabila banyaknya digunakan dalam penelitian ini adalah
selisih yang positif lebih banyak dari analisa univariat dan analisa bivariat.
banyaknya selisih negatif = jumlah
ranking dari nilai selisih yang positif 1. Karakteristik responden
(apabila banyaknya selisih yang negatif berdasarkan pendidikan
> banyaknya selisih yang positif) Untuk memperoleh distribusi
karakteristik responden menurut
HASIL pendidikan dapat dilihat pada tabel
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal berikut:
05 Mei sampai 07 Juli 2015 di Ruang
Tabel .1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Pasien Gastritis
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani Tahun 2015

Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)


Pendidikan dasar (SD,SMP) 4 33,3
Pendidikan menengah (SMA) 5 41,7
Pendidikan Tinggi 3 25
Jumlah 12 100
Sumber : Data primer

2. Karakteristik responden pekerjaan dapat dilihat pada tabel


berdasarkan pekerjaan berikut
Untuk memperoleh distribusi
karakteristi responden menurut
Tabel.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Pasien
Gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani Tahun 2015
Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)
Bekerja 7 58,3
Tidak bekerja 5 41,7
Jumlah 12 100
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 2, dari 38 respoden orang(58,3%), yang tidak bekerja
yang bekerja sebanyak 7 sebanyak 5 orang (44,6%).
3. Analisa univariet

Tabel 3.
Distribusi Gambaran Nyeri Pasien Gastritis Sebelum dan Sesudah Diberikan
Relaksasi Otot Progresif Di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani Propinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2015
Sebelum diberikan Sesudah diberikan
Relaksasi otot progresif Frekuensi otot progresif
Kriteria
Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
(f) (%) (f) (%)
Nyeri 12 100 3 25
Tidak nyeri 0 0 9 75
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data primer

3. Analisisis Bivariat
Gambaran Nyeri Pasien Gastritis Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot
Progresif
Tabel . 4
Efektifitas Penggunaan Teknik Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan
Tingkat Nyeri Pasien Gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
Tahun 2015
Pre test-post test Mean rank Nilai P
Nyeri pasien gastritis 6,50 0,002
Sumber: Data primer
Hasil test statistic menunjukan hasil uji vagus. Persarafan simpatism elalui
Wilcoxon di peroleh nilai Mean Rank 6,5 saraf splanchnicus major dan ganglia
dan nilai p 0,002 (P ≤ 0,05), dengan siliaka. Serabut-serabut aferen
demikian secara statistik teknik relaksasi menghantarkan impul snyeri yang
otot progresif sangat efektif dalam dirangsang oleh peregangan,
menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis kontraksiotot, serta peradangan, dan
di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah dirasakan di daerah epigastrium
Madani. abdomen. Serabut-serabut eferen
simpatis menghambat motilitas dan
PEMBAHASAN sekresi lambung. Pleksus saraf
1. Gambaran nyeri pasien gastritis mienterikus (auerbach) dan submukosa
sebelum diberikan tehnik relaksasi (meissner) membentuk persarafan
otot progresif intrinsic dinding lambung dan
Hasil penelitian menunjukkan sebelum mengoordinasi aktivitas motorik dan
diberikan tehnik relaksasi otot sekresi mukosa lambung.
progresif semuanya pasien mengalami
nyeri. Rasa nyeri yang ditunjukkan Sejalan dengan pendapat Abraham
merupakan akibat respon tubuh (2010), yang menyatakan pada
terhadap trauma atau akibat mukosa penderita gastritis pertama kali yang
lambung mengalami kerusakan. terjadi adalah membran mukosa
Persarafan lambung sepenuhnya lambung menjadi edema dan hipermik
berasal dari system sarafotonom. (kongesti dengan jaringan, cairan dan
Suplai saraf parasimpatis untuk darah) dan mengalami erosi
lambung dan duodenum dihantarkan superfisial, bagian ini mensekresi
ke dan dari abdomen melalui saraf sejumlah getah lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi Adapun hormon yang bekerja antara
banyak mukus. Ulserasi superfisial lain adalah hormon gastrin, asetilkolin,
dapat terjadi dan dapat menumbulkan dan histamin. Terdapat tiga fase yang
hemoragi. Pasien dapat mengalami menyebabkan sekresi asam lambung.
ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, Pertama, fase sefalik, sekresi asam
mual dan anoreksia, sering disertai lambung terjadi meskipun makanan
mual dan cegukan. belum masuk lambung, akibat
memikirkan atau merasakan makanan.
2. Gambaran nyeri pasien gastritis Kedua, fasegastrik, ketika makanan
setelah diberikan tehnik relaksasi masuk lambung akan merangsang
otot progresif mekanisme sekresi asam lambung
Hasil penelitian menunjukkan setelah yang berlangsung selama beberapa
diberikan relaksasi otot progresif jam, selama makanan masih berada di
sebagian besar pasien sudah tidak dalam lambung. Ketiga, fase intestinal,
mengalami nyeri.setelah diberikan proses sekresi asam lambung terjadi
relaksasi otot progresif pasien ketika makanan mengenai
merasakan nyerinya berkurang, karena mukosausus. Produksi asam lambung
gerakan-gerakan yang telah diberikan akan tetap berlangsung meskipun
secara perlahan membantu dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan
merilekskan sinap-sinap saraf baik yang teratur sangat penting bagi
yang simpatis maupun yang sekresi asam lambung karena kondisi
parasimpatis. Saraf yang rileks tersebut memudahkan lambung
menurunkan rasa nyeri secara mengenali waktu makan sehingga
perlahan. produksi lambung terkontrol.

Sejalan dengan pendapat Ganong 3. Efektifitas penggunaan teknik


(2010), yang menyataan sekresi asam relaksasi otot progresif dalam
lambung dipengaruhi oleh kerja saraf menurunkan tingkat nyeri
dan hormon. Sistem saraf yang bekerja pasien gastritis di Ruang Jambu
yaitu saraf pusat dan saraf otonom, Rumah Sakit Daerah Madani. Peneliti
yakni saraf simpatis dan parasimpatis. ini membuktikan sebelum diberikan
relaksasi otot progresif pasien gastritis sebanyak 7 orang (28 %), nyeri berat
yang mengalami nyeri dikarenakan terkontrol sebanyak 5 orang (20%).
oleh perhatian pasien masih terfokus Nilai sum ranks menunjukkan bahwa
pada titik nyeri sehingga pasien nilai rank untuk tingkat nyeri pada
merasakan nyeri yang hebat. sebelum pemberian teknik relaksasi
Sedangkan setelah diberikan relaksasi progresif adalah sebesar 71,50 pada
otot progresif pasien gastritis saat sedangkan saat sesudah Promotif,
mengalami penurunan skala nyeri pemberian teknik relaksasi adalah
karena pasien sudah tidak terfokus lagi sebesar 6,50. Nilai Z sebesar - 2,887
pada rasa sakitnya itu. Sehingga dengan nilai signifikan sebesar 0,004.
hipotalamus tidak mengaktifkan
mediator nyeri. Pendapat Judha (2012), menyatakan
nyeri merupakan salah satu
Hasil penelitian ini sejalan dengan manifestasi klinis yang terjadi pada
penelitian Melisa (2013), tentang pasien gastritis. Nyeri yang dirasakan
efektivitas pemberian teknik relaksasi adalah nyeri ulu hati atau nyeri
progresif dalam penurunan nyeri epigastrium. Nyeri adalah pengalaman
pasien gastritis akut di RSUD Muara sensori dan emosional yang tidak
Teweh 2013 dengan hasil dari 25 menyenangkan akibat kerusakan
responden tingkat nyeri pada pasien jaringan yang aktual dan potensial.
gastritis akut sebelum pemberian Secara umum tanda dan gejala yang
teknik relaksasi progresif adalah nyeri sering terjadi pada pasien yang
ringan sebanyak 4 orang (16%), nyeri mengalami nyeri dapat tercermin dari
sedang yaitu sebanyak 16 orang (64 perilaku pasien misalnya suara
%), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 (menangis, merintih, menghembuskan
orang (20%). Tingkat nyeri pada nafas), ekspresi wajah (meringis,
pasien gastritis akut sesudah menggigit bibir), pergerakan tubuh
pemberian teknik relaksasi progresif (gelisah, otot tegang, mondar-mandir),
adalah tidak ada nyeri sebanyak 1 interaksi sosial (menghindari
orang (4%), nyeri ringan sebanyak 12 percakapan, disorientasi waktu).
orang (48%), nyeri sedang yaitu
Pendapat Smeltzer dan Bare (2008) Rumah Sakit Daerah Madani, maka
relaksasi otot skeletal dipercaya dapat dapat disimpulkan:
menurunkan nyeri dengan merilekskan 1. Gambaran nyeri pasien gastritis sebelum
ketegangan otot yang menunjang diberikan tehnik relaksasi otot
nyeri. Hampir semua orang dengan progresif sebagian besar mengalami
nyeri kronis mendapatkan manfaat dari nyeri
metode relaksasi. Periode relaksasi 2. Gambaran nyeri pasien gastritis setelah
yang teratur dapat membantu untuk diberikan tehnik relaksasi otot
melawan keletihan dan ketegangan progresif sebagian besar tidak
otot yang terjadi dengan nyeri kronis mengalami nyeri
dan yang meningkatkan nyeri. 3. Ada perbedaan tingkat nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
Pendapat Melzack dan Wall (1965), otot progresif dalam menurunkan
teori gate control dari mengusulkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
dihambat oleh mekanisme pertahanan palu.arks and Logos. Ohio : North
di sepanjang sistem saraf pusat. Teori Light Book.
ini mengatakan bahwa impuls nyeri Potter, Patricia A & Perry, Anne G, 2005,
dihantarkan saat sebuah pertahanan Buku Ajar Fundamental
dibuka dan impuls dihambat saat Keperawatan konse, EGC, Jakarta
sebuah pertahanan tertutup. Upaya Riwidikdo, H, 2009, Statistik Kesehatan,
menutup pertahanan tersebut Mitra Cendika Press, Yogyakarta
merupakan dasar teori menghilangkan Soeparman, W 2009, Ilmu Penyakit Dalam
nyeri. jilid I, Edisi kedua, Balai Penerbit
FK UI, Jakarta.
KESIMPULAN Sugiyono, 2007, Stastistik Untuk
Berdasarkan hasil penelitian efektifitas Penelitian. Alphabeta. Bandung.
penggunaan teknik relaksasi otot Tamsuri, A 2007, Konsep Dan
progresif dalam menurunkan tingkat Penatalaksanaan Nyeri, EGC,
nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu Jakarta
Tanra, H, 2007, Penanganan Nyeri
Kanker, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Tjokronegoro dan Utomo, 2008, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Balai Penerbit FKUI, Jaka
B. PENGARUH TERAPI BEKAM KERING TERHADAP PENURUNAN SKALA
NYERI PADA PASIEN DENGAN NYERI GASTRITIS DI KLINIK
PERAWAT LATU HUSADHA ABIANSEMAL BADUNG

“ PENGARUH TERAPI BEKAM KERING TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA PASIEN DENGAN NYERI GASTRITIS DI KLINIK PERAWAT
LATU HUSADHA ABIANSEMAL BADUNG ”
Ita, Kristina. Ns. I Wayan Suardana, S.Kep. M.Kep., Ns. Ni Wayan Suari, S.Kep.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract

Gastritis is a digestive health problems most frequently occur. Approximately 10% of


people who come to the emergency room on physical examination found tenderness in
the epigastric region. Of data that can be in the Bali Provincial Health Office showed that
Gastritis is included in the top 10 Great Disease in Outpatient Health Center in 2011 and
found of gastritis cases as 1133 cases a year. Prominent complaint in patients with
gastritis is the pain in epigastric. Various attempts were made by patients to relieve is
gastritis pain. Efforts to use the drugs (pharmacology) or without the use of drugs (non-
pharmacological). One example of complementary therapies (Complementary Medicine)
which is used for pain that is dry cupping therapy. The purpose of this study was to
determine the effect of dry cupping therapy to decrease pain scale in patients with
gastritis pain. The study was conducted from March to April 2013, the pre-experimental
research design with the design of a one-group pretest-posttest design. Sampling using
non-probability sampling technique (purposive sampling). The sample in this study
amounted to 73 people. Researchers measured patients' pain scale using a numerical pain
scale before dry cupping therapy given as a pre-test phase, and after being given a dry
cupping therapy for ± 20 minutes as a post test. Kolmogorov Smirnov analysis showed
the value of p = 0.000 (p <0.05), which means the data is not normally distributed.
Because the data in this study are not normally distributed, then the analysis is the
analysis of non parameterik Wilcoxon test, p = 0.000 (p <0.05), which means that Ho is
rejected or in other words, there is the influence of dry cupping therapy to decrease the
scale pain in patients with gastritis pain. Given that dry cupping therapy is effective in
reducing pain scale in patients with gastritis pain, it is expected that this therapy can be
used in a particular non-pharmacological treatment for pain.

Keyword: Pain, Gastritis, Dry cupping


PENDAHULUAN penderitanya karena sangat nyeri di ulu hati.
Gastritis merupakan keadaan peradangan atau Persentase dari angka kejadian gastritis di
perdarahan mukosa lambung yang dapat Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Sylvia, Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah
2002). Peradangan ini terjadi paling sering di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
pada dinding lambung yang diakibatkan oleh 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu penduduk (Rahmi,2011).
banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu
banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi Keluhan yang menonjol pada penderita
penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, gastritis rasa perih (nyeri) epigastrium. Nyeri
refluk empedu atau terapi radiasi (Brunner & terutama pada saat lambung kosong (secara
Suddart, 2000). siklus kurang lebih 3 jam asam lambung akan
mengalami peningkatan), stress (terjadi
Badan penelitian kesehatan dunia WHO telah peningkatan rangsangan simpatik yang
mengadakan tinjauan terhadap beberapa menaikkan kadar HCL). Data terkait nyeri
Negara di dunia dan mendapatkan hasil epigastrik sering dilaporkan oleh pasien
persentase dari angka kejadian gastritis di dengan tipe macam-macam seperti disayat
dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, pisau, diremas, atau mungkin terasa panas
Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis terbakar. Skala nyeri tergantung pada luas dan
29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8- dalamnya ulkus, volume asam lambung.
2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Semakin dalam ancamanan iritasi maka
Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara semakin memicu sensasi nyeri yang cukup
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap kuat (Sukarmin, 2012).
tahunnya. Prevalensi gastritis yang
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
di Shanghai sekitar 17,2% yang secara mendapatkan pengobatan. Akan tetapi jika
substantial lebih tinggi daripada populasi di dilihat dari efek farmakologis dari obat yang
barat yang berkisar 4,1% dan bersifat diberikan, maka seseorang akan beralih untuk
asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap mencari pengobatan secara nonfarmakologis.
sebagai suatu penyakit yang diremehkan Penatalaksanaan nonfarmakologis yang dapat
namun gastritis merupakan awal dari sebuah digunakan untuk mengatasi nyeri pada nyeri
penyakit yang dapat menyusahkan gastritis adalah dengan menggunakan terapi
bekam kering. Pada daerah yang di bekam diteruskan melalui serabut aferen simpatik
akan terjadi kerusakan dari sel mast dan lain- menuju ke motor neuron dan menimbulkan
lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan reflek intubasi nyeri. Dengan meningkatnya
beberapa zat seperti serotonin, histamin, produksi enkepalin dan endorphin dapat
bradikinin, Slow Reacting Subtance (SRS), menghambat penyaluran stimulus nyeri
serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang.
ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler
dan arteriol, serta flare reaction pada daerah Studi pendahuluan yang dilakukan selama tiga
yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat bulan dari bulan September sampai bulan
terjadi di tempat yang jauh dari tempat November di Praktek Perawat Latu Husadha,
pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya Abiansemal, Badung ditemukan bahwa di
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. tempat praktek perawat ini menyediakan terapi
Akibatnya, timbul efek relaksasi (pelemasan) komplementer sebagai pendukung terapi
otot-otot yang kaku. Efek relaksasi akan konvensional yang terdiri atas akupuntur, dan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan terapi bekam kering. Selain itu didapatkan data
Corticotrophin Releasing Factor (CRF) serta pasien yang nyeri gastritis adalah rata-rata
releasing factors lainnya oleh adenohipofise. 18% dari jumlah pasien yang datang dengan
Selanjutnya CRF merangsang kelenjar keluhan nyeri seperti nyeri kepala dan nyeri
pituitary untuk meningkatkan produksi sendi.
Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga
produksi enkephalinoleh medulla adrenal Dengan latar belakang di atas, maka penulis
meningkat. Enkefalin adalah peptida kecil ingin melalukan penelitian mengenai
yang menyebabkan inhibisi prasinaps serabut bagaimana pengaruh terapi bekam kering
tipe C dan A-delta di spina. Inhibisi ini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
mengurangi penyaluran stimulus nyeri keluar dengan nyeri gastritis di praktek perawat latu
medulla spinalis sehingga dapat mengurangi Husadha Abiansemal, Badung. Sehingga bisa
rasa nyeri. menambahkan intervensi bagi keperawatan
nantinya dalam penatalaksanaan
Kelenjar pituitary juga menghasilkan nonfarmakologis yang bisa digunakan dalam
endorphin yang mempengaruhi suasana menanggani nyeri, khususnya pada pasien
menjadi rileks. Pembekaman di kulit juga akan nyeri gastritis.
menstimulasi kuat saraf permukaan kulit yang
akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla METODE PENELITIAN
spinalis melalui saraf A-delta dan C, serta Rancangan Penelitian
traktus spina thalamikus ke arah thalamus Penelitian ini merupakan metode penelitian
yang akan menghasilkan endorphin. kuantitatif dengan menggunakan jenis
Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan penelitian pre-experimental denganrancangan
one-group pre test-post test design tanpa menandatangani informed consent. Terapi
adanya kelompok kontrol yang bertujuan bekam kering hanya diberikan satu kali
untuk mengetahui efektifitas terapi bekam dimana pasien yang telah memenuhi kriteria
kering terhadap skala nyeri pada pasien inklusi akan diberikan terapi bekam kering
dengan nyeri gastritis. sesuai dengan SOP.

Populasi dan Sampel Setelah data terkumpul data kemudian


Populasi penelitian ini adalah semua pasien ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data
yang mengalami nyeri gastritis di Klinik yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan
Perawat Latu Husadha Abiansemal Badung kemudian dilakukan analisis data. Sebelum
selama waktu pengumpulan data. Peneliti dilakukan analisis data dilakukan uji
mengambil sampel 73 orang sesuai dengan normalitas data dengan menggunakan uji
kriteria sampel. Pengambilan sampel Kolmogorov SmirnovApabila data dalam
dilakukan dengan cara Nonprobability penelitian ini berdistribusi normal, maka data
Sampling dengan teknik Purposive Sampling. selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
ujiPaired t-test dengan tingkat kepercayaan
Instrumen Penelitian 95% (p≤0,05) dengan bantuan komputer.
Pengumpulan data dilakukan dengan Hipotesa alternatif diterima apabila nilai
menggunakan lembar wawancara untuk p≤0,05 atau hasil t hitung lebih besar dari t
mengukur intensitas nyeri berupa Skala tabel untuk α=0,05. Apabila data dalam
Intensitas Nyeri Numerik (Numerical Rating penelitian didapatkan tidak berdistribusi
Scale, NRS) dengan skor 0-10 untuk normal maka data selanjutnya akan dianalisis
mengukur intensitas nyeri sebelum dan dengan menggunakan uji Wilcoxon Test dan
sesudah terapi. Teknik terapi bekam keringnya skala datanya akan diturunkan dari interval
menggunakan SOP yang sudah diadopsi dari menjadi ordinal.
penelitian sebelumnya.
HASIL PENELITIAN
Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Skala nyeri sebelum diberikan terapi bekam
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti kering didapatkan rata-rata skala nyeri
sendiri dan bekerja sama dengan perawat di sebelum diberikan terapi bekam kering adalah
Praktek Perawat Latu Husadha Abiansemal 5,97. Skala nyeri yang paling banyak dialami
Badung. Responden yang memenuhi kriteria sebelum diberikan terapi bekam kering adalah
inklusi diberikan penjelasan tentang manfaat skala 6 (nyeri sedang). Dan pada pasien yang
dan tujuan penelitian serta resiko yang setelah diberikan terapi bekam kering
dialami. Apabila responden menyatakan didapatkan rata-rata skala nyeri setelah
bersedia secara sukarela untuk ikut sebagai diberikan terapi bekam kering adalah 2,79.
subjek penelitian, maka responden diminta Skala nyeri yang paling banyak dialami
setelah diberikan terapi bekam kering adalah
skala 3 (nyeri ringan). Data terkait nyeri epigastrik sering dilaporkan
oleh pasien dengan tipe macam-macam seperti
Dari uji normalitas data dengan disayat pisau, diremas, atau mungkin terasa
menggunakanKolmogorov Smirnov didapatkan panas terbakar. Skala nyeri tergantung pada
nilai p=0,000 dimana nilai p≤0,05 sehingga luas dan dalamnya ulkus, volume asam
didapatkan datanya tidak berdistribusi normal lambung. Semakin dalam ancamanan iritasi
selanjutnya uji analisis datanya menggunakan maka semakin memicu sensasi nyeri yang
uji non parametrik yaitu Wilcoxon Test dengan cukup kuat (Sukarmin, 2012).Pada penyakit
α = 0,05 didapatkan hasil bahwa nilai gastritis biasanya menimbulkan rasa nyeri
signifikan (p) yaitu 0.000 yang berarti p<0,05 berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan
dengan tingkat kesalahan 5% maka H0 (nol) berminggu-minggu. Sakitnya terasa seperti ada
ditolak yang artinya ada pengaruh terapi yang menggigit-gigit di daerah lambung dan
bekam kering terhadap penurunan skala nyeri menjalar ke punggung.
pada pasien dengan nyeri gastritis.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
PEMBAHASAN yang dilakukan Lopita, Desi (2011) tentang
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pengaruh pemberian terapi bekam kering
didapatkan skala nyeri yang dirasakan terhadap nyeri kepala primer. Dalam
responden sebelum dilakukan terapi bekam penelitian tersebut diperoleh skala nyeri
kering berada pada rentang skor 4-6 (nyeri responden yang mengalami nyeri kepala
sedang) sebanyak 83,6%. primer sebelum terapi bekam kering berada
pada rentang skor 7-9 (nyeri berat).
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri Nyeri yang tidak tertangani, apalagi nyeri
terjadi bersama banyak proses penyakit atau gastritis yang tergolong nyeri sedang akan
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan menyebabkan gangguan pada pasien seperti
diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat gangguan tidur, rasa nyaman dan nantinya
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak dapatmenganggu kualitas hidup pasien karena
orang dibanding suatu penyakit manapun. rasa tidak nyaman yang diakibatkan karena
Keluhan yang menonjol pada penderita nyeri gastritis.
gastritis adalah rasa perih (nyeri) epigastrium.
Nyeri terutama pada saat lambung kosong Hasil pengamatan yang dilakukan pada
(secara siklus kurang lebih tiga jam asam responden setelah dilakukannya terapi bekam
lambung akan mengalami peningkatan), stress kering menunjukkan adanya penurunan skala
(terjadi peningkatan rangsangan simpatik yang nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan.
menaikkan kadar HCl). Didapatkan besar persentase responden yang
mengalami nyeri ringan setelah diberikan dari cell karena faktor neural, peningkatan
terapi bekam kering adalah sebesar 93,2%. jumlah sel T karena peningkatan set
enkephalin, enkephalin, dan endorphin yang
Banyaknya responden setelah diberikan terapi merupakan mediator antara susunan saraf
bekam kering menjadi nyeri ringan pusat dan sistem imun, substansi P yang
kemungkinan disebabkan karena terapi bekam mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem
kering bekerja pada titik tertentu di bawah imun, serta peranan kelenjar pituitary dan
kulit yang menyebabkan terjadinya kerusakan hypothalamus anterior yang memproduksi
sel mast dan lain-lain. Akibat kerusakan ini CRF (Umar, 2010).
akan dilepaskan beberapa zat serotonin, Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa
histamin, bradikinin, slow reacting substance pembekaman di kulit akan menstimulasi kuat
(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. saraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan
Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi pada cornu posterior medulla spinalis melalui
kapiler pada daerah yang dibekam. Dilatasi saraf A-delta dan C, serta traktus spina
kapiler juga dapat terjadi jauh dari tempat thalamikus ke arah thalamus yang akan
pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. rangsangan lainnya akan diteruskan melalui
Akibatnya timbul efek relaksasi atau serabut aferen simpatik menuju ke motor
pelemasan otot-otot kaku dan tegang (Umar, neuron dan menimbulkan reflek intubasi nyeri
2010). (Umar, 2010).

Yang paling penting dari peristiwa ini adalah Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
dilepaskannya Corticotrophin Releasing terapi bekam kering terhadap skala nyeri pada
Factor (CRF) serta releasing factors lainnya pasien dengan nyeri gastritis (z = - 8,205,
oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan p=0,000)α=0,05), dimana pemberian terapi
menyebabkan terbentuknya ACTH bekam kering memiliki kecenderungan untuk
(Adrenocorticotropic hormone), korticotropin, menurunkan nyeri pada gastritis.
kortikosteroid. Kortikosteroid ini mempunyai
efek menyembuhkan peradangan serta Nyeri gastritis termasuk dalam nyeri viseral
menstabilkan permeabilitas sel (Umar, yaitu nyeri yang timbul dari organ visceral
2010).Golongan histamin mempunyai manfaat seperti saluran pencernaan atau pankreas.
dalam proses reparasi (perbaikan) sel serta Nyeri nociceptors visceral mungkin timbul
jaringan yang rusak serta memacu dari organ berbentuk kapsul atau dari obstruks
pembentukan reticulo endothelial cell, yang iviskus berongga yang menyebabkan
akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) intermiten, perburukan nyeri lokal. Pada nyeri
dan imunitas (kekebalan) tubuh. Sistem imun nociceptors visceral sering digambarkan
ini terjadi melalui pembentukan interleukin seperti nyer iyang menggerogoti atau nyeri
kram. Pada gastritis biasanya menimbulkan nyeri antara bekam kering, kompres panas
rasa nyeri berjam-jam, berhari-hari, atau Kering dan infrared radiasi pada penderita
bahkan berminggu-minggu. Sakitnya terasa nyeri punggung bawah” menunjukkan bahwa
seperti ada yang menggigit-gigit di daerah penggunaan bekam kering dan inframerah
lambung dan menjalar ke punggung. efektif dalam menurunkan nyeri.
Gastritis dapat menimbulkan gejala berupa
nyeri, sakit, atau ketidaknyamanan yang Penelitian selanjutnya yang mendukung yaitu
terpusat pada perut bagian penelitian yang dilakukan oleh Wali pada
atas (Smeltzer, 2002). tahun 2007 tentang pengaruh pemberian terapi
Melalui terapi bekam penyebab nyeri gastritis bekam terhadap skala nyeri pada pasien
yang disebabkan peningkatan HCl di lambung dengan nyeri lutut. Dari penelitian ini
sehingga mengiritasi daerah di sekitar dinding menunjukkan perbaikan nyeri yang dirasakan
lambung sehingga nyeri gastritis termasuk oleh responden sebagai akibat dari terapi
nyeri visceral. Karena nyeri gastritis ini otot di bekam. Dapat disimpulkan bahwa terdapat ada
sekitar perut atas menjadi kram seperti pengaruh yang signifikan pemberian terapi
tertusuk-tusuk. Respon relaksasi dengan bekam terhadap skala nyeri dan range of
menggunakan terapi bekam ini terjadi, apabila motion untuk pasien dengan nyeri lutut
dilakukan pembekaman pada 6 titik poin. anterior.
Mekanisme bekam kering dalam menurunkan
nyeri telah dijelaskan pada bahasan Dengan memberikan terapi bekam pada titik
sebelumnya. poin yang telah ditentukan tersebut akan
memberikan efek relaksasi. Efek relaksasi
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian akan diteruskna ke hipotalamus untuk
yang dilakukan oleh Gao (2005) dalam menghasilkan Corticotrophin Releasing Factor
penelitiannya menyebutkan penggunaan (CRF) serta releasing factors lainnya oleh
bekam kering yang dikombinasikan dengan adenohipofise. Selanjutnya CRF merangsang
titik acupuncture memperlihatkan perbaikan kelenjar pituitary untuk meningkatkan
mukosa lambung dengan meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC)
PGE2alpha, PGF2alpha and cAMP, dan sehingga produksi enkefalin akan menghambat
menurunkan cGMP pada jaringan mukos substansi P yang akan dilepaskan oleh
lambung. Lee (2011) dalam penelitiannya nosiseptor sebagai zat-zat kimiawi yang
menyebutkan bahwa penggunaan bekam merangsang nyeri, sehingga impuls nyeri
kering efektif dalam menurunkan nyeri dapat dihambat dan nyeri bisa berkurang atau
osteoarthritis. tidak dirasakan (Potter & Perry, 2006).

Menurut Dewi, dkk(2011) dalam penelitiannya Berdasarkan hasil teori yang telah dikemukan,
yang berjudul “Perbedaan penurunan skala maka dapat disimpulkan bahwa terapi bekam
kering bermanfaat untuk menurunkan skala terapi nonfarmakologis lainnya. Selain itu,
nyeri pada pasien dengan nyeri gastritis di peneliti selanjutnya juga dapat
Praktek Perawat Latu Husadha, Abiansemal, mempertimbangkan untuk meneliti efek
Badung. jangka panjang dari terapi bekam kering
terhadap pasien dengan nyeri gastritis.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terjadi penurunan skala nyeri pada pasien Brunner dan Suddart. 2000. Keperawatan
dengan nyeri gastritis setelah diberikan terapi Medikal Bedah. Jakarta: EGC
bekam kering. Terapi bekam kering
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah Kurnia, R. 2009. Faktor-Faktor yang
sehingga terjadi perbaikan mikrosirkulasi Berhubungan dengan Kejadian
peredaran darah, akibatnya timbul efek Gastritis pada Pasien yang
relaksasi. Berobat Jalan di Puskesmas.
Cermin dunia Kedokteran.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan uji wilcoxon dan didapatkan Sukarmin, 2012. Keperawatan Pada Sistem
hasil nilai signifikansi (p) yaitu 0,000 yang Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
berarti p<0,05 dengan tingkat kemaknaan atau Pelajar
kesalahn 5% sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pemberian bekam kering Lopita, D. 2011. Pengaruh Terapi Bekam
terhadap skala nyeri pasien dengan nyeri Kering Terhadap Penurunan
gastritis di Praktek Perawat Latu Husadha Skala Nyeri Pada Pasien Dengan
Abiansemal, Badung. Diharapkan untuk Nyeri Kepala Primer. Skripsi
peneliti selanjutnya melihat indikator tidak diterbitkan. Denpasar:
keberhasilan terapi nyeri bekam kering bukan Program Studi Ilmu Keperawatan
hanya dari nyeri melainkan dari indikator Universitas Udayana.
yang lain seperti diagnostik endoscopy,
kekambuhan gastritis, serta faktor stress. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner &
Peneliti juga menyarankan untuk Suddarth, Edisi 8, Volume 3, EGC
menggunakan kelompok kontrol dalam : Jakarta.
penelitian selanjutnya guna membandingkan
terapi bekam kering dengan kelompok kontrol Umar, W. 2010. Bebas Stroke dengan Bekam.
yang menggunakan terapi farmakologis seperti Surakarta:Thibbia.
penggunaan obat antasida atau
membandingkan terapi bekam kering dengan

Anda mungkin juga menyukai