Anda di halaman 1dari 33

Terapi Komplementer Penderita Diabetes Mellitus

Dosen pembimbing
Yesi Hasneli N,S.KP,MNS
Disusun Oleh :
KELOMPOK C 1

Syarifah Aini Melati Safitri


Mala sisliana Mileni Ramdona
Nur syafitri Ardilla Parasandi
Canda Saputa Andri Ananda
Rama Wahyudi Anugrah Cania
Lili Safriani Lucy Utari
Desi Asmerita Nindi Siswita Mala
Afri Aldo Vinalita De Ferva
Belia Safitri Natasya Gustia
Yulia Fitri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunianya-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga makalah
dengan judul “Terapi Komplementer Penderita Diabetes Mellitus” tanpa nikmat
yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya
junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas izin Allah SWT penulis dan
teman-teman seperjuangan, semua mendapatkan syafaatnya nanti Amin Ya
Rabbal Alamin.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
keperawatan Terapi Komplementer. Penulis banyak mendapat arahan, bimbingan
dan nasehat dari berbagai pihak dalam menyusun, membuat dan menyelesaikan
makalah ini. Oleh karna itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada Yth. Ibu Yesi Hasneli N,S.KP,MNS selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Pekanbaru, 08 September 2021

Penulis
Daftar Isi
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................ii

1.1  Latar belakang......................................................................................................................1

1.2  Tujuan penulisan..................................................................................................................2

1.3  Manfaat penulisan................................................................................................................2

BAB II Tinjauan Teoritis..........................................................................................................................3

2.1. Definisi.................................................................................................................................4

2.2. Etiologi.................................................................................................................................4

2.3. Pencegahan...........................................................................................................................4

2.4. Jenis Tanaman dan Manfaat.................................................................................................4

BAB III .....................................................................................................................................................8

3.1. Terapi Komplementer..........................................................................................................8

BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................9

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................9

4.2 Saran......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................10
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolik berupa meningkatnya


kadar gula darah melebihi normal (hiperglikemi) yang diakibatkan oleh
gangguan pada produksi insulin, sensitifitas insulin, maupun keduanya
(American Diabetes Association, 2011.)

Tanaman yang ditanam untuk tujuan obat yang biasanya ditanam di sekitar
pekarangan rumah. (Muhlisah, 2014).

Tanaman obat keluarga merupakan beberapa jenis tanaman obat pilihan yang
dapat ditanam dipekarangan rumah atau lingkungan rumah. Tanaman obat yang
dipilih biasanya tanaman yang dapat dipergunakan untuk pertolongan pertama
at au obat - obatan ringan seperti demam dan batuk. Keberadaan tanaman obat
dilingkungan rumah sangat penting, terutama bagi keluarga yang tidak memiliki
akses mudah kepelayanan medis seperti klinik, puskesmas ataupun rumah
sakit.

Tanaman obat - obatan dapat ditanam dalam pot - pot atau dilahan sekitar
rumah. Dengan memahami manfaat dan khasiat dan jenis tanaman tertentu,
tanaman obat menjadi pilihan keluarga dalam memilih obat alami yang aman

Puskesmas Harapan Raya merupakan Puskesmas yang terletak di Kelu rah an


Si mpang Tiga Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. Salah satu wilayah kerja
puskesmas ini yaitu kelurahan Tangkerang Labuai. Berdasarkan data yang
diperoleh dari puskesmas Harapan Raya bulan Nopember 2016, didapatkan
data bahwa tanaman obat keluarga yang terbanyak yaitu kelurahan Simpang
Tiga dengan total TOGA yaitu 1123 tanaman, disusul dengan kelurahan
Tangkerang Utara yaitu 924 tanaman, Tangkerang Labuai dengan 637
tanaman dan Tangkerang Selatan yaitu 250 tanaman. Penelitian Hikmat
diperoleh hasil bahwa m asih rendahnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat dalam pemanfaatan TOGA bagi kesehatan dan ekonomi keluarga.
Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang jenis
tanaman dan manfaatnya bagi kesehatan terutama mencegah penyakit Diabetes
Mellitus.

Sedangkan data International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya


kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia dari 9,1 juta pada
tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Dengan angka tersebut
Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat
dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke- 7 di dunia
dengan 7,6 juta orang penderita diabetes mellitus. Angka kejadian diabetes
mellitus tipe 2 lebih tinggi dibandingkan diabetes mellitus tipe lainnya,
yaitu 90% dari seluruh kasus diabetes melitus.

Penyakit Diabetes Melitus masih menjadi masalah global. Penyakit ini


merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak ketiga setelah penyakit
kanker dan kardiovakular pada penduduk dengan rentang usia 30-70 tahun
(WHO, 2015). Diabetes Melitus (DM) terdiri dari 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2 yang mana DM tipe 2 ini adalah tipe yang paling sering ditemukan yaitu
90-95% dari semua kasus diabetes yang ada (Qaseem, dkk, 2007).

Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada


masyarakat yang mempunyai komplikasi jangka panjang dan pendek. Prevalensi
Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2018 sebesar 8, 5 %(Saputri, 2020).

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 menyatakan bahwa


prevalensi diabetes melitus di Indonesia sekitar 4,8% dan lebih dari
setengah kasus DM (58,8%) adalah diabetes melitus tidak terdiagnosis.5 IDF
juga menyatakan bahwa sekitar 382 juta penduduk dunia menderita diabetes
melitus pada tahun 2013 dengan kategori diabetes melitus tidak terdiagnosis
adalah 46%, diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat dan mencapai
592 juta jiwa pada tahun 2035.6.

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) tahun 2007 adalah 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa
penderita diabetes melitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga
tertingi di Indonesia. Prevalensi DM tertinggi di Indonesia terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar
10,4% sedangkan prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7%.

Menurut Profil Kesehatan Riau tahun 2010 jumlah penderita diabetes


melitus terbanyak pada kelompok umur 45-54 tahun (191 kasus), kedua
kelompok umur 60!69 (120 kasus) dan ketiga kelompok Umur 25!44 tahun
(108 kasus).10 Sementara itu, data Profil Kesehatan Riau tahun 2011
menyatakan bahwa di Pekan baru jumlah penderita diabetes melitus sekitar 5,5
% dan penelitian Riani di kecamatan Tampan kota Pekanbaru menunjukkan
hasil dari 120 subjek yang diteliti 29,17% merupakan diabetes melitus tidak
terdiagnosis.

Oleh karena itu untuk mengetahui berbagai macam manfaat tanaman herbal
untuk terapi kompementer maka kelompok akan membahas tentang penggunaan
TOGA(Tanaman Obat Keluarga) sebagai salah satu terapi komplementer.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian DM dan TOGA.
2. Untuk mengetahui Etiologi DM.
3. Untuk mengetahui Pencegahan DM.
4. Untuk mengetahui Jenis Tanaman dan Manfaat Tanaman TOGA
mencegah DM.

C. Manfaat Penelitian
Memudahkan mahasiswa perawat untuk mengetahui manfaat TOGA untuk
mencegah DM.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO
Global Report, 2016).

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) menurut pedoman American


Diabetes Association (ADA) 2011 dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) 2011:

1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta;

2. Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl;

3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM seperti
banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia),
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) :

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam, atau

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya), atau

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi


oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

a. Jenis Diabetes Mellitus


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus
adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus tipe II Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan
resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
mellitus tipe II antara lain :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada umur
11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak menghasilkan insulin.
b. Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat hormon
insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam menghantar glukosa yang
ada dalam darah. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan lemak minimal 20% dari berat
badan ideal. Menurut Adriani (2012) obesitas digolongkan menjadi 3
kelompok
1) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)
pencegahan diabetes ada 2 yaitu :
1) IMT <18,5 : BB kurang
2) IMT 18,5-22,9 : BB normal
3) IMT > 23,0 : BB lebih
4) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
5) 25,0-29,9 : obesitas I
6) IMT >30 : obesitas II
c. Riwayat dalam keluarga
Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat diabetes
mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum pria sebagai penderita
sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak pembawa gen atau keturunan. Gen
yang mempengaruhi pada diabetes tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini sangat
berpengaruh pada pengeluaran insulin dan produksi glukosa.

2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)


b. Pengertian TOGA
TOGA merupakan singkatan dari tanaman obat keluarga.
Tanaman obat keluarga adalah tanaman hasil budidaya yang
berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya
adalah sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun
ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga
akan obat- obatan, dan selanjutnya dapat disalurkan kepada
masyarakat (Tukimin, 2004). Istilah tanaman obat keluarga lebih
mengacu kepada penataan pekarangan. Jadi, tidak berarti tanaman
yang ditanam melulu tanaman hias yang berkhasiat obat (Muhlisah,
2006).
3. Jenis Tanaman dan manfaatnya
a. Daun Binahong

Penelitian Fitriyah et al., (2013) menyatakan tanaman binahong


(Anredera cordifolia) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi
berbagai jenis penyakit. Bagian tanaman binahong yang bermanfaat
sebagai obat pada umumnya adalah daun.

Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)


merupakan salah satu tumbuhan obat yang dimiliki Indonesia dan
berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat, karena
tumbuhan ini bermanfaat bagi masyarakat untuk mengobati berbagai
penyakit antara lain diabetes, analgetik, pembengkakan sendi-sendi,
diare, memar serta sifat antiseptik yang membantu mempercepat proses
penyembuhan luka (Nurtika, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh
(Kintoko dan Novitasari, 2016) memanfaatkan ekstrak etanol daun
binahong yang diaplikasikan pada kulit tikus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi
30% dapat memberikan efektivitas terbaik dalam menyembuhkan luka
diabetik dibuktikan dengan berkurangnya sel radang polimorfonuklear
(PMN) netrofil dan terbentuknya reepitelisasi.
Binahong

b. Tumbuhan Lidah Buaya

Aloe vera (AV) atau yang lebih dikenal sebagai tanaman lidah buaya
merupakan salah satu tumbuhan multi fungsi yaitu bahan pangan, kosmetik, obat,
dan hiasan. Berbagai bahan kosmetik seperti sampoo, masker, tonik
menggunakan ekstrak AV sebagai bahan dasar atau sebagai bahan tambahan.
Rajeswari et al (2012) menyatakan bahwa AV merupakan tanaman obat tertua
yang pernah dikenal dan paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Berbagai macam produk komersial berdasarkan lidah buaya tersedia di pasar
(Sanchez-Machado et al 2017) seperti sampo, masker wajah dan kosmetik
lainnya.

Berbagai laporan penelitian menjelaskan manfaat AV secara


etnobotani yaitu untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus, anti mikroba, anti
sembelit, gangguan saluran pencernaan, (Radha dan Laxmipriya 2015),
mengobati luka, merangsang sistem imum, anti kanker, dan anti virus
(Zhang and Tizard 1996; Sahu et al 2013), hipoglikemik, dan efek penurun
lipid (Lee et al 2004). Berbagai masyarakat lokal di Indonesia maupun di negara
lain telah lama memanfaatkan AV sebagai obat tradisional dan telah dicatat
dalam Ayurveda, Homoeopatik dan Allopatik (Sahu et al 2013). Secara
empirik terlihat bahwa AV mudah ditemukan di pekarangan yang dibiakkan
di pot maupun langsung di tanah. Perawatan AV relatif mudah dan tahan terhadap
kekeringan sehingga cocok ditanam di tempat yang sulit air (Silalahi 2015).

Lidah buaya

c. Siri Merah

Daun sirih merah memiliki permukaan keperakan, mengkilap dan


memiliki rasa yang pahit. Rasa pahit yang dimiliki oleh sirih merah memberikan
manfaat pada manusia, efek zat aktif yang terkandung dalam sirih merah
mencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe,
antidiabetes, pelindung hati, antidiare, mempertahankan kekebalan tubuh dan
penghilang bengkak, daun sirih merah juga digunakan sebagai insektisida
nabati karena memiliki kandungan senyawa fitokimia yaitu alkaloid, saponin,
tanin dan flavonoid.

Daun sirih merah dapat digunakan sebagai obat diabetes melitus,


hepatitis, asam urat, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke,
keputihan, radang prostat, radang mata, maag, kelelahan, nyeri sendi, dan
memperhalus kulit (Hidayat, 2013).

penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan tanpa
komplikasi. Dengan cara daun sirih merah sebanyak 6 lembar direbus dengan 300
ml air selama 15 menit, hingga tersisa 100 ml kemudian diminum 2 kali sehari
setelah makan.
Sirih Merah

d. Daun Kelor

Berdasarkan data penelitian ilmiah menjelaskan daun kelor mempunyai


kandungan nutrisi yang tinggi seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
yang baik untuk kesehatan tubuh kita, di samping itu daun kelor juga mempunyai
berjuta khasiat diantaranya sebagai penangkal radikal bebas seperti pada
penyakit kanker, diabetes, antioksidan anti inflamasi, antibakteri
(Chukwuebuka, 2015).

Kelor (Moringa oleifera L.) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki tinggi batang 7-11 meter. Tanaman kelor di Indonesia sering
dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan.

Setiap bagian dari tumbuhan Moringa seringkali digunakan secara


tradisional dalam berbagai keperluan, baik nutrisi maupun sebagai tanaman
obat. Selain mengandung berbagai macam protein, vitamin, lemak, mikro dan
makro mineral dan senyawa phenol, tumbuhan ini juga memiliki efek anti-
inflamasi, antimikrobial, antioksidan, anti- kanker, cardiovaskuler,
hepatoprotektif, anti- ulkus, diuretik, antiurolithiatik, anti- helminthik.

Daun Moringa oleifera atau yang lebih dikenal dengan nama Kelor,
terbukti memiliki efek antidiabetik dan antihiperglikemik. Ekstrak daun M.
oleifera mampu menurunkan kadar gula darah dan menurunkan kadar HbA1C
yang merupakan indikator keberhasilan pengobatan pada pasien diabetes melitus
melalui berbagai mekanisme. Tidak dalam pengobatan tradisional saja, dengan
berbagai penelitian lanjut diharapkan ekstrak daun Moringga oleifera juga
digunakan dalam ilmu kedokteran modern.

Daun Kelor

e. Sambiloto

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) dalam taksonomi


diklasifikasikan sebagai bagian dari famili Acanthaceae dan tumbuh di
daerah tropis seperti Indonesia. Sambiloto merupakan salah satu tanaman
yang paling banyak digunakan pada formulasi obat-obatan (Radha et al.,
2011). Sambiloto memiliki banyak aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi,
antipiretik, anti-viral, anti-hiperglisemik, antioksidan, dan antidiabetik
(Vijaykumar et al., 2007; Rahmat et al., 2006; Aromde et al., 2005).

Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki banyak senyawa yang


terkandung di dalamnya seperti andrografolid, flavanoid, andrografin,
penikulin dan lain-lain yang dapat bekerja sebagai antidiabetes. Sambiloto
juga telah digunakan oleh masyarakat dari berbagai macam etnik yang ada
di Indonesia. Sambiloto memiliki potensi yang baik sebagai bahan baku obat
dan memiliki potensi yang masih sangat banyak dalam pengembangan obat-
obatan antidiabetes.
MenurutYamin dkk (2018) pada penelitiannya tentang pengobatan
dan obat tradisional suku sasak di kombok, sambiloto juga digunakan
sebagai obat antidiabetes, kolesterol, ambein, kanker, dan penambah nafsu
makan oleh masyarakat suku Sasak. Pada Etnik Sunda, Sambiloto juga
digunakan sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat
secara turun temurun bersama antanan, temu putih, dan temulawak
(Guswan,2012).Selain itu, sambiloto juga digunakan pada ramuan pahitan
jamu gendong yang dimanfaatkan untukberbagai masalah kesehatan termasuk
penyakit diabetes. Jamu gendong merupakan obat-obatan yang telah digunakan
oleh masyarakat etnik Jawa yang dimulai sejak jaman kerajaan Mataram dan
Majapahit. Cara pembuatan ramuan pahitan adalah dengan cara bahan direbus
sampai jumlah air tersisa setengah dari yang digunakan (Moelyono, 2014).

Sambiloto

f. Kunyit

Kunyit memiliki kandungan senyawa zat aktif utama berupa


kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid terdiri dari
kurkumin, desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin, sedangkanminyak
atsiri terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, flandren,
sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak,
karbohidrat, protein, vitamin C , karoten, garam-gaeram mineral (Ocha,
2013).
Kandungan Senyawa Bioaktif Curcumin. Kunyit mengandung senyawa
yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1–5% dan
zat-zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton
sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%, felandren, sabi- nen,
borneol dan sineil. Kunyit juga mengan- dung lemak sebanyak 1–3%, karbohidrat
sebanyak 3%, protein 30%, pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam
mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. (Chattopadhyay et al. 2004)

Kunyit dapat dipercaya untuk mengatasi atau menyembuhkan


dismenorea. Kandungan senyawa fenolik pada kunyit dipercaya dapat digunakan
sebagai antioksidan, analgetika, anti- mikroba, anti-inflamasi. Secara lebih
spesifik kandungan curcumine pada kunyit dapat menghambat terjadinya reaksi
cyclooxygenase (COX) sehingga dapat menghambat dan mengurangi terjadinya
inflamasi dan akan mengurangi serta menghambat kontraksi uterus yang
meyebabkan nyeri haid.

Secara alamiah kandungan senyawa fenolik pada kunyit dipercaya


dapat digunakan sebagai antioksidan, analgetika, anti-mikroba dan anti-
inflamasi. Senyawa aktif yang terkandung pada kunyit yaitu curcuminr.
Kandungan kurkumine dapat menghambat dan mengurangi terjadinya
inflamasi dan akan mengurangi nyeri pada penderita gastritis (Sari, 2018).

Kunyit

g. Bawang dayak
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) merupakan tanaman khas
Kalimantan. Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau dengan bunga berwarna
putih serta umbi berwarna merah yang menyerupai bentuk umbi bawang merah.
Air rebusan atau perasan umbi bawang dayak secara tradisional diyakini
mempunyai berbagai khasiat, antara lain sebagai obat kanker payudara, darah
tinggi (hipertensi), kenc ing manis (diabetes melitus), kolesterol, dan bisul (Galingging,
2007).

Aktivitas antioksidan dan inhibitor alfa glukosidase yang terdapat pada


ekstrak etanol umbi bawang dayak lebih besar dibandingkan yang terdapat pada ekstrak
air. Hasil penapisan fitokimia dan penghitungan total flavonoid dan total fenol juga
memperlihatkan jenis dan kandungan senyawa fitokimia yang lebih besar pada
ekstrak etanol dibandingkan pada ekst rak air. Perpaduan kapasitas antioksidan dan
kemampuan peng - hambatan enzim alfa glukosidase yang terdapat pada umbi bawang
dayak menunjukkan bahwa umbi bawang dayak memiliki potensi sebagai agen
antidiabetik yang bermanfaat dalam pencegahan dan perlindung an (prophylaxis)
terhadap penyakit diabetes mellitus (Febrinda, et al , 2013).

Bawang dayak

h. Tanaman ekor naga

Penderita hiperglikemia akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti


poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak
makan) dengan penurunan berat badan . Pemanfaatan kandungan senyawa tertentu
dari suatu tanaman telah me njadi salah satu cara dalam menemukan alternatif
pengobatan dalam beberapa kasus. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
adalah tanaman ekor naga ( Rhaphidophora pinnata (L.f) Schott).

Penderita hiperglikemia akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti


poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak
makan) dengan penurunan berat badan. Pemanfaatan kandungan senyawa tertentu
dari suatu tanaman telah me njadi salah satu cara dalam menemukan alternatif
pengobatan dalam beberapa kasus. Salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan adalah tanaman ekor naga ( Rhaphidophora pinnata (L.f) Schott).
Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi tanaman ekor naga denga n cara
meminum air rebusan daun untuk mengatasi penyakit batuk, tumor,
kanker, anemia, rematik, benjolan - benjolan daging yang tumbuh pada kulit dan
membersihkan darah kotor. Salah satu senyawa aktif yang terdapat dalam
tanaman ekor naga adalah flavonoid. F lavonoid diduga memiliki aktivitas
hipoglikemik dengan kemampuannya sebagai antioksidan.

Salah satu senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman ekor naga
adalah flavonoid. Flavonoid diduga memiliki aktivitas hipoglikemik
dengan kemampuannya sebagai antiok sidan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ekor naga


( Raphi dophora pinnata (L.f) Schott) memiliki efek sebagai agen
antihiperglikemia.

Ekstrak etanol daun ekor naga ( Rhaphidophora pinnata (L.f) Schott)


merupakan salah satu jenis tanaman obat yang dapat dikembangkan
menjadi obat alternatif dalam mengatasi penyakit diabetes melitus dengan cara
menghambat penyerapan glukosa post pradial.
Daun ekor naga

i. Temulawak

Temulawak merupakan tanaman berbatang semu dengan bunga yang


eksotis berwarna putih kemerahan dan memiliki rimpang relatif besar
dengan warna irisan rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di daerah
tanah gembur hutan tropis dengan ketinggian 5-1500 m dpl, tanah kering,
perkarangan, ladang, dan padang alang-alang (Kementerian Kesehatan RI,
2011, hlm. 64).

Tanaman temulawak ( Curcuma Xathrriza ) selain digunakan sebagai


bahan masakan temulawak memiliki khasiat yang banyak khususya dalam
kesehatan diantaraya adalah dapat mengatasi masalah sistem pencernaan,
mengatasi osteoarthritis, sebagai obat anti radang, anti spasmodik dan
mencegah penyakit diabetes.

Kurkumin merupakan senyawa aktif yang termasuk ke dalam golongan


kurkuminoid. Kurkumin terdapat pada jahe, kunyit, temulawak, dan tumbuhan
yang termasuk ke dalam Zingiberaceae. Senyawa kurkuminoid merupakan
senyawa polifenol yang merupakan warna kuning pada kunyit, temulawak,
dan tanaman Zingiberaceae lainnya. Senyawa lain yang termasuk kurkuminoid
adalah desmetoksikurkumin dan bis- desmetoksikurkumin (Akram dkk. 2010,
hlm. 1).

Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka yang memiliki beberapa efek


biologis, yaitu efek anti-dislipidemia, antioksidan, antiinlamasi, antiviral,
antifungal, menurunkan atau menghambat pembentukan plak aterosklerosis,
menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori,pengikat untuk merkuri dan
cadmium, agen chemopreventive, dan hepatoprotektan. (Akram dkk. 2010, hlm.
1).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kurkumin terbukti


mempunyai efek hipolipidemik pada manusia.

Temulawak

J. Kumis kucing

Tanaman kumis kucing ( Orthosiphon Aristatus ). Memiliki manfaat


bagi kesehatan diantaranya adalah sebagai obat rematik, meredaka n batuk,
mengobati gusi bengkak, menurunkan tekanan darah tinggi, dan mengurangi gatal
karena alergi.

Tanaman kumis kucing berkhasiat untuk mengobati beberapa penyakit


salah satu diantaranya adalah diabetes. Daun tanaman kumis kucing
diperkenalkan ke Eropa dan Jepang sebagai teh kesehatan yang biasanya
dikenal dengan sebutan “Java Tea” (Ameer et al., 2012) .

Tanaman kumis kucing merupakan salah satu dari bahan jamu yang
banyak digunakan (Delima et al. , 2012).

Zat yang terkandung flavonoid yang terbukti dapat menurunkan tekanan


darah pada penderita diabetes.
Kumis kucing

K. Sambung nyawa

Sambung nyawa merupakan tanaman herbal yang te rmasuk dalam


famili Composita e, t anaman ini menc a pai 3 meter atau lebih, batangnya
bersegi agak lunak dan berair. Helaian daunnya hijau muda dan berair dengan
bentuk bulat telur berujung lancip. Menurut penelitian yang telah
dilakukan, tanaman sambung nyawa atau Gynura procumbens sangat
banyak memiliki manfaat.

Bagian tanaman sambung nyawa ya ng dapat dijadikan obat adalah


daun dan umbinya. Tanaman sambung nyawa selain dikonsumsi untuk
lalapan, tanam an sambung nyawa juga memiliki manfaat sebagai
antihipertensi, antikanker , antiinflamasi, antibakteri dan antihiperglikemi
dan peningkatan fungsi seksual. 13 Tanaman sambungan nyawa atau
Gynura procumbens mengandung berbagai unsur kimia , antara lain saponin,
flavanoi d, m inyak atsiri dan anti koagulan. Salah satu khasiat dar i
tanaman sambung nyawa ini adalah sebagai antihiperglikemi.

Zat yang terkandung dalam tumbuhan sambung nyawa : saponin ,


flavanoid , dan alkaloid. Flavanoid bekerja dengan cara menghambat enzim
alfa amylase d an alfa glukosidase yang menguraikan karbohidrat menjadi
monosakarida yang dapat diserap oleh usus. Penghambatan pada kedua
enzim ini mengakibatkan terganggunya proses pemecahan karbohidrat
menjadi monosakarida sehingga tidak dapat diserap usus. Sehingga kadar
gula darah tid ak meningkat setelah mengonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung gula atau senyawa yang dapat dipecah menjadi
gula. Efek tersebut yang menyebabkan tanaman sambung rasa memiliki
efek antihiperglikemi
Penelitian lainnya yan dilakukan oleh Winarti dkk (2016) mengenai
formulasi sediaan tablet ekstrak Sambung Nyawa ( Gynurae procumbens
(Lour).Merr ) sebagai kandidat antidiabetes yang menggunakan akarbose
sebagai kontrol penelitian mendapatkan bahwa dapat menghambat enzim alfa–
glukosidase.

Jadi, Ekstrak tumbuhan sambung nyawa terutama saponin ,


flavanoid , dan alkaloid memiliki potensi untuk menurunkan kadar glukosa
darah.

Sambung nyawa

L. Cocor Bebek

Kalanchoe pinnata(cocor bebek) diketahui memiliki berbagai macam


aktivitas farmakologi antara lain penyembuh luka, anti-diabetes, anti-inflamasi
dan analgesik yang baik, bahkan secara empiris efektif sebagai antipiretik
(Maulidina, 2016).

Tanaman cocor bebek secara empiris banyak digunakan sebagai


pengobatan dikalangan masyarakat sebagai penghilang rasa sakit kepala,
antiseptik, antiinflamasi, menghentikan pendarahan, dan mengobati berbagai
lukase perti luka iris atau sayat, luka setelah operasi, danluka bakar. Tanaman
cocor bebek merupakan tanaman yang kaya akan kandungan alkaloid,
triterpen, glikosida, flavonoid, steroid, bufadienolides, dan lipid (Hasyim et al.,
2012).

Senyawa flavonoid yang terkandung dalam Kalanchoe pinnata dapat


berguna dalam menyembuhkan penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus
tidak hanya diderita oleh penduduk di negara-negara maju namun di negara-
negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang juga
menunjukkan adanya peningkatan penderita DM (Azrimaidaliza, 2011).
Flavonoid memberi efek menguntungkan dalam melawan penyakit
diabetes melitus, baik melalui kemampuan mengurangi penyerapan glukosa
maupun dengan cara meningkatkan toleransi glukosa. Mekanisme hipoglikemik
diduga disebabkan senyawa glikosida flavonoid yang terabsorpsi dalam darah
dan meningkatkan kelarutan glukosa darah sehingga mudah untuk diekresikan
melalui urin (Brahmachria,2011).

Cocor bebek

BAB III

Terapi Komplementer

1. Pengaruh Jus Lidah Buaya Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah


Pada Penderita Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit Emma Kota Mojokerto

Salah satu terapi komplementer yang dapat menurunkan kadar gula


darah yaitu dengan jus lidah buaya. Tanamam lidah buaya merupakan
tanaman yang mengandung kromium yang saat dikonsumsi akan menuju ke
jaringan adipose dan otot lurik yang akan mengaktifkan fosforilasi transmisi yang
berada diluar sel untuk masuk ke dalam sel sehingga akan mengurangi
glukosa dalam darah.

Menurut Hembing (2011), herbal yang berkhasiat hipoglikemik yaitu lidah


buaya dapat digunakan untuk membantu menurunkan kadar gula darah pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak tergantung insulin.

Lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari
tanaman ini dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk
diolah menjadi makanan hingga untuk mengobati berbagai penyakit yang salah
satunya untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes
(Furnawanthi, 2002).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi jus lidah buaya


secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus. Jus lidah buaya dapat menurunkan kadar gula darah karena
kandungan kromium yang ada dalam lidah buaya. Jus lidah buaya efektif untuk
menurunkan kadar gula darah jika dikonsumsi sesuai dosis dan aturan yang tepat,
oleh karena itu penderita diabetes melitus disarankan mengkonsumsi jus
lidah buaya sebagai terapi non farmakologi dalam menurunkan kadar gula
darah.

Cara pembuatan jus lidah buaya untuk terapi komplementer pada penderita
diabetes mellitus

Cara membuat jus lidah buaya cukup mudah,berikut bahan dan cara pembuatan
jus lidah buaya

 Ambil lidah buaya sebanyak 2 batang atau 200 gram


 Kemudian cuci bersih lidah buaya
 Lalu buang kulit tanaman lidah buaya dan ambil gelnya setelah itu
di cuci kembali
 Gel lidah buaya yang sudah di cuci bersih selanjutnya di blender
 Minum jusl lidah buaya 2x sehari untuk mendaptkan hasil yang
maksimal.

2. Efek Teh Binahong (anredera cordifolia (ten.) Stennis) Terhadap


Penurunan Gula Darah

Berdasarkan penelitian ini ,kandungan bahan aktif pada daun binahong yang
diduga kuat dapat membantu menurunkan kadar gula darah diantarnya adalah
saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, dan kumarin (Andrieyani, Hanapi, &
Fasya, 2014; Astuti, Sakinah, Andayani, & Risch, 2011; Djamil, Winarti, & Ernie,
2009; Djamil et al., 2017; Sukandar et al., 2011). Daun binahong juga
mengandung antioksidan, asam askorbat, total fenol yang cukup tinggi, asam
oleanolik dan protein tinggi yang mampu menstimulasi produksi nitrit oksida
yang diberi nama ancordin (Chuang, Lin, & Hou, 2007).

Adanya kandungan zat-zat tersebut, daun binahong memiliki banyak khasiat


diantaranya yaitu luka bakar, jerawat, nafsu makan kurang, melancarkan haid,
menjaga stamina tubuh, muntah darah, kencing manis, sesak nafas, patah tulang,
gatal-gatal, maupun gejala penyakit liver. Masyarakat mempercayai dan telah
membuktikan bahwa daun binahong dapat digunakan sebagai obat diabetes,
sehingga penggunaan daun binahong sebagai obat diabetes dan hipertensi sudah
menjadi tradisi (Astuti et al., 2011; Garmana, Sukandar, & Fidrianny, 2016;
Leliqia, Sukandar, & Fidrianny, 2017; Sukandar et al., 2011).

Tanaman binahong telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan yang


memiliki senyawa saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, dan kumarin yang
dapat menurunkan kadara gula darah dengan cara kerja menghambat enzim
αglukosidase, menginduksi sekresi insulin dan meningkatkan fungsi insulin, α-
amilase dan Dipeptidyl peptidase IV.
Mekanisme kerja daung binahong terhadap penurunan kadar gula darah
diketahui. Ekstrak daun binahong sebagai anti-diabetes bekerja dengan aktivitas
penghambatan enzim α- glukosidase, menginduksi sekresi insulin dan
meningkatkan fungsi insulin (Djamil, Winarti, Syamsudin, & Rasna, 2015). Selain
itu, daun binahong memiliki aktifitas penghambat α- amilase dan Dipeptidyl
peptidase IV (Elya et al., 2015).

Cara membuat teh tanaman binahong

1. Ambil 10 lembar daun binahong lalu cuci bersih


2. Setelah daun binahong di cuci bersih iris tipis daun binahong
3. Kemdudian jemur di sinar matahari
4. Setelah daun binahong kering letakkan pada toples yang di tutup rapat.
5. Minum teh daun binahong 2x sehari sesudah makan secara rutin

Setiap sajian teh terdapat 2 gram binahong yang diseduh dengan air hangat
200 ml. Teh didiamkan sekitar 5 menit ebelum dikonsumsi.

Oleh karena itu, daun binahong memiliki manfaat untuk mengobati diabetes
selain mudah di buat tanaman binahong sangat mudah tumbuh di perkaranagan
rumah.

3. Potensi Sambiloto Sebagai Obat Antidiabetes Berbasis Herbal

Menurut peneltian ini,tingginya harga obat-obatan dan tingkat kesadaran


masyarakat terhadap kesehatan yang semakin bertambah,mendorong
masyarakat untuk mencari obat-obatan alternaif sebagai pilihan terapi
preventif maupun kuratif. Menggunaan obat herbal atau obat tradisional
adalah salah satu pilihan masyarakat karena penggunaanya merupakan informasi
yang diberikan secara turun-temurun dan terbukti secara empirik.
Menurut laporan penelitian Hermin (2016) tentang kajian etnofarmasi
etnik Bungkudi, masyarakat etnik Bungku (Sulawesi Tengah) menggunakan
sambiloto sebagai obat diabetes dengan resep sebagai berikut :

1. Daun sambiloto10 lembar


2. Air (2250ml)
Cara pengolahan dan penggunaan: Daun dicuci bersih lalu direbus dengan
air 2250 ml gelas air hingga mendidih dan tersisa 3 gelas (750ml).
Hasil rebusan kemudian disaring dan didinginkan. Ramuan diminum 3
kali sehari 1 gelas.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
TOGA ( Tanaman Obat Keluarga) dapat digunakan sebagai terapi
komplementer untuk mencegah dan mengontrol Diabetes Mellitus.
Selain mudah dalam proses pengobatan dengan tanaman herbal. Terapi
komplementer yang memanfaatkan TOGA bisa menjadi pilihan
pengobatan yang tidak membutuhkan biaya yang besar.
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus bisa memberikan perawatan
yang terbaik. Baik itu pengobatan farmakologis dan non farmakologi
seperti pemanfaat tanaman obat keluarga untuk terapi komplementer
penderita diabetes mellitus.

Daftar pustaka

Ameer, O.Z., I.M. Salman, M.Z. Asmawi, Z.O. Ibraheem, M.F. Yam. 2012.
Orthosiphon stamineus : traditional uses, phytochemistry,
pharmacology, and toxicology: a review. J. Medicin. Food. 15(8):
1 - 13.

American Diabetes Association. 2011 Clinical Practice Recommendations:


Report of the Expert Commite on theDiagnosis and Classifications
of Diabetes Mellitus Diabetes Care. USA: American Diabetes
Association.

Andrieyani, A., Hanapi, A., & Fasya, A. G. (2014). Identifikasi Senyawa


Flavonoid Dan
Efek Terapi Ekstrak Etanol 70% Umbi Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) Terhadap Kadar Glukosa Darah Aktivitas SOD
(Superoksida dismutase) Jantung Tikus Yang Diinduksi Aloksan.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Astuti, S. M., Sakinah, M., Andayani, R., & Risch, A. (2011). Determination of
Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant
(Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of
Agricultural Science, 3(4), 224–232.
https://doi.org/10.5539/jas.v3n4p224

Astuti, S. M., Sakinah, M., Andayani, R., & Risch, A. (2011). Determination of
Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant
(Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of
Agricultural Science, 3(4), 224–232.
https://doi.org/10.5539/jas.v3n4p224

Ayuni, N. M. (2020). Efek Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap


Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Diabetes Tipe 2. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1 SE-Articles).
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.350
Azrimaidaliza. 2011. Asupan Zat Gizi Penyakit Diabetes Melitus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 6(1).

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan Republik


Indonesia. Laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007.

Brahmacharia, Gautama. 2011. Bio- flavonoids with promising antidiabetic


potentials: A critical survey. Opportunity, Challenge and Scope of
Natural Products In Medical Chemistry. ISBN: 978-81- 308-0448-4.

Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. 2004. Tumeric and


curcumin; biological actions and medicinal appli- cations. Current Sci. 87
(1): 44-53

Chuang, M., Lin, Y., & Hou, W. (2007). Ancordin, The Major Rhizome Protein
Of Madeira- Vine, With Trypsin Inhibitory And Stimulatory Activities In
Nitric Oxide Productions.

Chukwuebuka E. Moringa oleifera ; The mother’s best friend. International


Journal of Nutrition and Food Sciences. 2015:4(6); 624-630

Delima, L. Widowati, Y. Astuti, H. Siswoyo, R. Gitawati, A. Purwadianto.


2012. Gambaran praktik penggunaan jamu oleh dokter di
enam provinsi di Indonesia. Buleti n Penelitian Kesehatan. 40(3):
109 – 122

Dita Garnita, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti
2007), FKM UI, 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Hasil Riskesdas 2018

Djamil, R., Winarti, W., & Ernie, E. (2009). Identifikasi Senyawa Flavonoid
Dalam Fase n- Butanol Dari Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis). In Kongres Ilmiah XVII ISFI (pp. 7–9).
Universitas Pancasia. [
Elya, B., Handayani, R., Sauriasari, R., Azizahwati, A., Hasyyati, U. S., Permana,
I. T., & Permatasari, Y. I. (2015). Antidiabetic Activity And
Phytochemical Screening of Extracts From Indonesian Plants By
Inhibition of Alpha Amylase, Alpha Glucosidase And Dipeptidyl
Peptidase IV. Pakistan Journal of Biological Sciences, 18(6), 279–284.
https://doi.org/10.3923/pjbs.2015.279.284

Febrinda , E. A., Astawan, M., Wresdiyati, T., & Dewi Yuliana, N. (2013).
Kapasitas Antioksidan Dan Inhibitor Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi
Bawang Dayak. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan , 24 (2), 161
– 167. https://doi.org/10.6066/jtip.2013.24.2.161

Fitriyah, N., Purwa, M.K., Alfiyanto, A.M., Mulyadi., Wahuningsih, N.,


Kismanto, J. (2013). Obat Herbal Antibakteri Ala Tanaman Binahong.
Jurnal KesMaDaSka. Surakarta: STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Furnawanthi, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib.


Jakarta: Agro Media Pustaka. (Online),
(https://books.google.co.id/books/a bout/Khasiat_Manfaat_Lidah_Bua
ya.html?hl=id&id=wEMKanDR6g YC&redir_esc=y), di akses tanggal 5
Februari 2018Hembing

Galingging , R . Y. (2007). Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai


sumber biofarmaka di Kalimantan Tengah. J Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 10: 76 – 83

Hasyim, N., Pare, K.L., Junaid, I., Kurniati, N.F., 2012. Formulasi dan Uji
Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalachoe
pinnata) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Majalah Farmasi dan
Farmakologi. 16(2).
Hembing, M. 2011. Mengendalikan Kencing Manis dengan Diet dan Terapi
Herbal. (Online), (www.itokindo.org), di akses tanggal 3 April 2018

Hidayat Taufik. (2013). Sirih Merah Budidaya Dan Pemanfaatan Untuk Obat.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Kemenkes RI, 2016. Profil Dinas
Kesehatan Indonesia 2015. Dinas Kesehatan Republik Indonesia.

International Diabetes Federation. IDF Atlas Sixth Edition. 2013.

Kintoko, Novitasari, P. . (2016). Studi In Vivo Efekivitas Gel Ekstrak


Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Sebagai
Penyembuh Luka Diabetes. April, 20–21. https://doi.org/Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.

Lusia, O. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan


Manfaat Dan Khasiatnya. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. III, No. 1.

Maulidina P, Tari., Risna Agustina., dan Laode Rijai. 2016. Potensi Antipiretik
Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalachoe pinnata L.). Seminar
Nasional Kefarmasian Ke-4.

Nurtika. (2017). Uji Antidibatetik Daun Binahong (Anreda cordifolia (Ten)


Steenis) Pada Tikus Putih Janjtan Glur Wistar (Rattus norvegicus)
Yang diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Profil Kesehatan Riau. Dinas Kesehatan Provindi Riau. 2011.

Qaseem A, Vijan S, Snow V, Cross JT, Weiss KB, Owens DK. (2007). Clinical
efficacy ssassessment subcommittee of the american college of
physicians. Glycemic control and type 2 diabetes mellitus: the optimal
hemoglobin A1c targets. A guidance statement from the American
College of Physicians. Annals of Internal Medicine.; 147: 417– 422.

Radha, R., Sermakkani, M., Thangapandian, V. 2011. Evaluation of


phytochemical and antimicrobial activity of Andrographis paniculata
nees (Acanthaceae) aerial parts. International Journal Of Pharmacy &
Life Sciences 2 (2) : 0976-7126.

Rahmat, A., Baharudin, B.R & Bakar, M.F.A. 2006. Effects of


Andrographis paniculata Crude Extract in Normal and Alloxan
Induced Hyperglycaemic Rats. Journal of Biological Sciences, 6 (1) :
92-95.

Rajeswari, R., Umadevi, M., Rahale, C.S., Pushpa, R., Selvavenkadesh, S.,
Kumar, K.P.S., and Bhowmik, D. (2012). Aloe vera: The Miracle Plant
Its Medicinal and Traditional Uses in India. Journal of Pharmacognosy
and Phytochemistry 1(4): 118-123

Sanchez-Machado, D.I., Lopez-Cervantes, J., Sendon, R., Sanches-Silva, A.


(2017). Aloe vera: Ancient knowledge with new frontiers. Trends in
Food Science & Technology 61: 94- 02.

WHO., 2016, diagnosis_diabetes 2016, Retrieved, Agustus 10, 2020


darihttp://www.who.int/diabetes/ publications/diagnosis_diabetes2
011/en/index.htm

Anda mungkin juga menyukai