Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP DAN MANAJEMEN NYERI


(disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Kritis )

Oleh :
Cita Setyo Dewi
Maria Dian Nurfita
Marsel Parante

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan rasa sakit pasien yang sakit kritis menggunakan bukti praktek
EBP, yang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keputusan dokter
berdasarkan data membuat intervensi mengenai pasien masalah. penggunaan bukti
saat ini dalam pembuatan keputusan tentang perawatan kesehatan pasienIni termasuk
integrasi keahlian klinis dengan temuan ilmiah
Dari uji kontrol acak, observasional studi, laporan kasus, atau pendapat ahli.
45 Pasien yang menerima medis berbasis bukti dan asuhan keperawatan
menghasilkan banyak keuntungan dalam hal fisiologis dan hasil psikologis
dibandingkan dengan pasien yang menerima medis tradisional dan perawatan. Dufault
dan Willey Lessne menemukan bahwa pasien yang pengasuhnya mengikuti jalur klinis
berbasis bukti memiliki tingkat terburuk yang secara signifikan lebih rendah rasa
sakit, paling tidak nyeri, nyeri rata-rata, dan gangguan nyeri dengan aktivitas umum,
suasana hati, dan berjalan (Moving to Evidence-Based Practice for Pain Management in
the Critical Care Setting, Karen Stenger, et,all, 2001)
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlunya bagi seorang perawat dalam
penga,bilan keputusan kritis wajib mengetahui bagaimana konsep nyeri dan
manajemen nyeri itu sendiri sehingga kami membuat makalah berdasarkan beberapa
jurnal dan buku panduan yang ada.

B. Tujuan Umum
Dengan mengetahui manajemen nyeri dapat membantu perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien sehingga nyeri dapat berkurang/hilang sehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

C. Tujuan Khusus
1. Perawat dapat melakukan assesmen nyeri
2. Perawat dapat memberikan intervensi sesuai kewenangannya
3. Perawat dapat melakukan evaluasi pada pasien yang sudah mendapatkan
pengelolaan nyeri.
4. Manajemen nyeri terdokumentasi sesuai ketentuan
BAB II
KONSEP DASAR NYERI

A. DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional akibat adanya kerusakan jaringan yang
sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-
olah terjadi kerusakan jaringan.

Manajemen nyeri adalah penatalaksanaan pasien dengan keluhan nyeri pada pasien rawat
inap maupun rawat jalan dengan melakukan assesmen sampai dengan pemberian terapi
sehingga keluhan nyeri pasien berkurang/hilang.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan onsetnya, nyeri dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
- Nyeri akut : nyeri dengan onset segera dan durasi terbatas
- Nyeri kronis : nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama, lebih dari 6 minggu
-
Berdasarkan derajatnya, nyeri dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Nyeri ringan : sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (sistem skala 1-3)
- Nyeri sedang : gangguan nyata pada aktifitas sehari-hari (sistem skala 4-6)
- Nyeri berat : tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari (sistem skala 7-10)
- Skala 0 : tidak ada nyeri

C. CARA PENGKAJIAN/ASESMEN
Semua pasien yang masuk dilakukan anamnesa dan dinilai skala nyerinya.
1. Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan terhadap pasien dengan cara menanyakan kepada pasien
meliputi :
a. P (Provokes / Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
b. Q (Quality) : Bagaimana rasa nyerinya
c. R (Radiation / Relief) : Melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri
d. S ( Severity ) : Keparahan atau intensitas nyeri
e. T (Time / On set) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi
Nyeri
2. Asesmen/Penilaian Skala Nyeri
Asesmen nyeri yang dilakukan dapat menggunakan 3 cara yaitu :
a. Numeric Scale digunakan untuk pasien dewasa dan anak yang usianya lebih 8
tahun. Cara mengukur skala nyeri dengan numeric scale adalah dengan
menyakan pada pasien mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10. Setelah mendapatkan hasil
numeriknya dikategorikan :

-0 : tidak nyeri
-1–3 : nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
-4–6 : nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
- 7 – 10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
b. Wong baker faces pain scale digunakan untuk pasien (dewasa dan anak lebih 3
tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Cara
mengukur nyerinya adalah dengan mencocokan ekspresi wajah pasien dengan
gambar yang ada dipanduan (seperti dibawah ini)

Kemudian dari gambar yang cocok tentukan numeriknya.


Dari hasil numeric bias didapatkan keterangan atau kondisi pasien yaitu :
-0 : ekspresi rilek, tidak merasa nyeri sama sekali
-2 : sedikit nyeri
-4 : cukup nyeri
-6 : lumayan nyeri
-8 : sangat nyeri
- 10 : amat sangat nyeri (tak tertahankan)

c. FLACC Behavioral pain scale digunakan pada bayi dan pasien tidak sadar yang
tidak dapat dinilai dengan Numeric Scale dan Wong baker faces pain scale. Cara
penilaian adalah petugas mencocokan kondisi pasien dengan standar pada table
berikut :

Kategori Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Smile Smile / ceria Perubahan Ekspresi wajah
(tidak ada ekspresi / sedih, stress, dagu
ekspresi sedih) sesekali mengatup rapat,
menyeringai / gemetar
meringis
Legs Normal posisi / Sulit, tegang, kaku Menendang –
rileks nendang, tidak
kooperatif
Activity Tiduran normal, Posisi tidak Tidak kooperatif
posisi nyaman, nyaman,
pindah posisi menggeliat, geser
ke belakang dank
e depan, kaku
Cry Tidak menangis Merengek, Melenguh, series
saat bangun / sesekali menangis menangis,
sadar / Nampak tidak complain, suara
nyaman, merintih tidak jelas,
berteriak
Consolability Perasaan Nampak rileks bila Sangat sulit
nyaman dan disentuh, nyeri menjadi nyaman
relaksasi berkurang dengan
sentuhan /
massage

Setelah mendapatkan nilai dari ke lima skor diatas kemudian dijumlahkan, apabila
:
- Nilai 1-3 termasuk nyeri ringan
- Nilai 4-6 termasuk nyeri sedang
- Nilai 7-10 termasuk nyeri berat

D. PENATALAKSANAAN
Setelah petugas mengetahui skala nyeri pasien maka akan dilakukan intervensi sesuai
dengan skala nyeri pasien. Tindakan yang dilakukan adalah :
1. Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1-3) dilakukan edukasi untuk
relaksasi dan distraksi
2. Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak berkurang
dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis NSAID
3. Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang (skala 4-6) dilakukan kolaborasi
medis untuk pemberian therapy jenis NSAID
4. Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7- 10) dilakukan kolaborasi
medis untuk pemberian therapy
5. Apabila dengan pemberian therapy farmaka jenis opioid, tetapi keluhan nyeri belum
teratasi maka, bila diperlukan Dokter DPJP akan merujuk kepada Tim nyeri
intervensi

E. EVALUASI
Evaluasi atau reasesmen dilakukan sesuai dengan derajat nyeri pasien yaitu :
1. Semua pasien dirawat inap dilakukan reasesmen terhadap nyeri minimal tiap 8 jam
(saat pergantian shift b. Perawat ) dan bila diperlukan
2. Satu jam setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi / relaksasi
3. 15 - 30 menit setelah pasien mendapatkan therapi analgetik oral dan injeksi
analgetik
4. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien nyeri jantung
/cardiac
5. Lima menit setelah pasien yang mendapatkan therapi IV

F. DOKUMENTASI
1. Asesmen nyeri didokumentasikan pada RM
2. Diagnosa keperawatan nyeri disokumentasikan pada RM
3. Intervensi nyeri didokumentasikan pada RM
4. Implementasi nyeri didokumentasikan pada RM
5. Evaluasi nyeri didokumentasikan pada RM terintegrasi

G. EDUKASI NYERI
1. Pada derajat ringan (1-3) yaitu dilakukan edukasi dengan relaksasi dan distraksi
didokumentasikan pada RM pada kolom perawat
2. Edukasi nyeri dengan derajat sedang sampai berat dilakukan edukasi oleh dokter
dan didokumentasikan pada RM kolom dokter spesialis/RMO
Edukasi nyeri dengan derajad berat dilakukan edukasi oleh tim nyeri intervensi
didokumentasikan pada kolom manajemen nyeri
3. Semua edukasi yang dilakukan didokumentasikan pada Form (Buku Registrasi
Edukasi Pasien)
BAB III
PENUTUP

Aplikasi manajemen nyeri yang luas oleh penyedia layanan kesehatan per tempat
tidur diperlukan untuk menunjukkan keberhasilan strategi manajemen nyeri pada hasil pasien.
Ini Tujuannya tidak mudah untuk dicapai dan mumnya membutuhkan waktu, kesabaran, dan
multidisiplin pendekatan tim. Implementasi dan evaluasi intervensi nyeri meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan tentang strategi manajemen nyeri dan dapat menghasilkan
peningkatan keseluruhan dalam manajemen nyeri.
Literatur dan pedoman merekomendasikan penggunaan strategi khusus
untukmemastikan latihan berubah. Studi menunjukkan bahwa effott lebih intensif atau "aktif"
untuk mengubah praktik umumnya paling berhasil. Program manajemen nyeri harus diajarkan
sehingga baik penyedia layanan kesehatan dan pasien mengetahui tujuan dan sumber daya
yang tersedia. Diperlukan waktu 3 hingga 5 tahun untuk mendapatkan perubahan dan melihat
adanya peningkatan. Reinfusi dari waktu ke waktu juga perlu dilakukan berencana. Praktisi di
samping tempat tidur perlu memiliki pengetahuan tentang bukti terbaik saat ini dalam
manajemen nyeri pasien yang sakit kritis.
Hambatan implementasi harus dihilangkan agar para praktisi dapat dengan sadar
dan bijaksana menerapkan strategi untuk menghilangkan rasa sakit dan harus diberikan
edukasi kepada praktisi dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai