Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL AWAL PRAKTIKUM

Mata kuliah: Kimia Pemisahan


IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SAMPEL SECARA SEDERHANA
MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KERTAS

DOSEN PENGAMPU: PROF. DRS. MANIHAR SITUMORANG, M.SC., PHD dan


DRS. MARUDUT SINAGA, M.SI

OLEH
NAMA : MELI SARTIKA SILABAN
NIM : 4181131030
KELAS : KIMIA DIK C 2018

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum..............................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
2.1 TEORI DASAR................................................................................................................2
BAB III........................................................................................................................................6
METODE KERJA.......................................................................................................................6
3.1 Daftar Peralatan Praktikum...............................................................................................6
3.2 Daftar Bahan Praktikum....................................................................................................6
3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum......................................................................................7
BAB V.........................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................8
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
JUDUL PERCOBAAN : IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SAMPEL SECARA
SEDERHANA MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KERTAS

TUJUAN PERCOBAAN :
1. Untuh Memisahkan zat warna pada buah naga dengan cara mengekstraksi dengan
menggunakan bahan kimia secara sederhana dan mengembangkannya dengan
kromatogram

2. Untuk mengidentifikasi zat warna pada buah naga dengan cara mengekstraksi dengan
menggunakan bahan kimia secara sederhana dan mengembangkannya dengan
kromatogram
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi golongan
senyawa kimia dalam tumbuhan (Mandal dkk., 2015). Salah satu komponen senyawa kimia
dalam tumbuhan yaitu antosianin yang dapat menangkal atau mencegah reaksi oksidasi dari
radikal bebas (Chang dkk., 2002; Haila, 1999), karena antosianin berperan sebagai
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas merusak jaringan tubuh yang menyebabkan
penyakit seperti kanker, tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes melitus, katarak,
proses penuaan dini, dan lain-lain (Buratti dkk., 2001; Chang dkk., 2002; Haila, 199; Rahmat
dkk., 2003; Shivashankara dkk., 2004). Antosianin bersifat polar sehingga dapat larut dalam
air. Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokkan dalam golongan flavonoid dan fenolik
(Steed dan Truong, 2008). Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam
jumlah besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Supriyono, 2008). Tanaman
dapat bermanfaat untuk melindungi tubuh manusia dari radikal bebas. Antosianin terkandung
pada berbagai bagian tanaman seperti, akar, batang, kulit, ranting, daun, buah, bunga dan biji
(Hutapea, 2005 dalam Jurnal UIN Bandung,2017). Melihat keanekaragaman tanaman di
Indonesia peneliti bermaksud melakukan penelitian serupa dengan menggunakan sampel
tumbuhan yang berwarna ungu dan merah seperti, buah naga, kol ungu, ubi ungu, bayam
merah dan buah mahkota dewa. Tanaman tersebut dipilih karena memiliki warna merah dan
ungu, selain itu tanaman tersebut mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Penelitian ini
selanjutnya diharapkan dapat mempermudah dalam pembelajaran kimia organik bahan alam
dalam pemahaman materi antosianin, Jurnal UIN Bandung,2017).
Betalain merupakan pewarna alami yang banyak digunakan pada produk pangan.
Pigmen ini banyak dimanfaatkan karena kegunaannya selain sebagai pewarna juga sebagai
antioksidan dan radical savenging sebagai perlindungan terhadap gangguan akibat stres
oksidatif. Sumber betalain yang paling banyak adalah akar bit (Beta vulgaris). Perkembangan
antosianin sebagai pewarna makanan lebih berkembang dibandingkan dengan betalain, karena
terbatasnya tanaman yang mengandung betalain (Mareno et al., 2008). Oleh karena itu
penelitian pencarian alternatif sumber betalain penting dilakukan, salah satunya adalah dari
kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) (Faridah dkk,2014)
Setiap tahun, tanaman buah naga meningkat, begitu juga dengan import buah naga ke
Indonesia. Berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah
air mencapai antara 200 - 400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam (Anonim, 2013a).
Masyarakat semakin menyukai buah naga karena selain pohon dan buahnya yang indah, buah
naga juga mengandung manfaat bagi kesehatan (Faridah dkk,2014). Menurut Saati (2011),
kulit buah naga berjumlah 30-35 % dari berat buahnya dan seringkali hanya dibuang sebagai
sampah. Padahal hasil penelitian menunjukkan kulit buah naga mengandung antioksidan dan
juga dapat menurunkan kadar kolesterol (Kanner et al., 2001). Kulit buah naga merah (H.
polyrhizus) mengandung betalain yang berfungsi sebagai antioksidan dan pewarna alami
(Stafford, 1994 dalam Cao et al., 2012, Wybraniec et al., 2001; Wu et al., 2006 ; Khalida,
2010). Kulit buah naga memiliki potensi antioksidan yang lebih besar dibanding buahnya
(Darmawi, 2011 dalam Faridah dkk,2014).
Buah naga termasuk tanaman yang relatif mudah perawatannya, tetapi dalam budidayanya
selalu terdapat gangguan hama dan penyakit yang dapat menurunkan hasil panen.

Pembusukan pada tanaman buah naga ini disebabkan oleh adanya patogen yang menyerang
tanaman tersebut, terutama bakteri dan jamur patogen, sehingga terjadi hambatan dalam
menghasilkan buah. (Rita, 2017) menjelaskan bahwa salah satu jenis jamur patogen pada
tanaman buah naga adalah Fusarium solani.
Hal ini berpengaruh terhadap komponen warna pada daging buah naga dengan perbandingan
atau perubahan warna buah naga ketika membusuk dan ketika dalam keadaan baik.
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari
suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Seluruh
bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase gerak (cairan
atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang
berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas
adalah kertas saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari
pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang ditotolkan pada kertas
dengan kecepatan berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat beragam, misal: air, etanol, asam
asetat, dll. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-asam
amino, gula, atau pigmen-pigmen alam. Kromatografi kertas merupakan penemuan yang
paling baik bagi kimiawan. Hal ini dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis
campuran asam amino. Bagi kimiawan pemisahan asam-asam amino adalah masalah paling
sukar yang dihadapinya, sehingga penemuan kromatografi kertas dianggap berita sangat baik.
Hal tersebut juga dikarenakan asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, asam amino larut
dalam air dan tidak mudah menguap. Prinsip kromatografi kertas adalah berdasarkan adsorbsi
dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang
diadsorbsi pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen berpengaruh karena
komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika memiliki kepolaran yang sama serta
kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak. Sedangkan prinsip kerja kromatografi kertas
adalah pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang
berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Berbagai jenis
pemisahan dengan kromatografi kertas dilakukan yang dikenal sebagai “analisa kapiler”.
Metode ini sangat sesuai dengan kromatografi serapan dan kromatografi kertas sebagai
perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat yang dapat digunakan untuk
menyokong fase tetap yaitu bubuk selulosa. Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa
merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Dalam kromatografi kertas senyawa-
senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Hal ini terjadi
karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air
yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, kertas sebagai serat-serat selulosa
dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.
Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi
kertas. Pada kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari bawah keatas
(ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya gravitasi bila elusinya dari atas
ke bawah (descending). eluen yang digunakan pada kromatografi kertas umumnya adalah
campuran berbagai pelarut terutama air (Wenty,2020).

Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila
permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang
telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi
tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka
akan terlihat sebagai pita atau nodayang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi
dengan cara fisika dan kimia. Yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi-pereaksiyang
memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah
dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari
senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari
noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram
dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Jarak titik pusat bercak darititik awal
Rf =
jarak garis depan dari titik awal
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100.
Jika keadaan luar misalnya sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan
kromatogram yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum
menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti
dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang dinyatakan, kepolaran
pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah maka komponen polar pelarut harus dinaikkan
(Stahl 1985 ), Sastrohamidjojo Hardjono, (1985 ) dalam academia Edu,).
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1 TANGGAL DAN TEMPAT PENELITIAN: Tapanuli Utara,13 Desember 2020)
2.2 ALAT DAN BAHAN:

2.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Stoples (500ml, 1 buah),Gun ting (1
buah), Penggaris(1 buah),Pensil( 1 buah), Selang (1 buah), Alu dan Lumpang( 1 buah)
Gunting (1 buah), Penggaris(1 buah),Pensil( 1 buah), Selang (1 buah), Alu dan
Lumpang( 1 buah).

2.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah permen jelly berwarna merah (1
gram),
Alkohol 70% (C2H5OH), 10 ml, Aquades(H2O), 10 ml, Kertas HVS, 1 ekslempar, Tisu,
1 ekslempar
3.3 PROSEDUR KERJA
Pertama, sediakan alat dan bahan yang akan digunakan. Lalu ditotolkan larutan cuplikan
pada kertas tisu dan kertas HVS, kemudian dimasukkan kertas tersebut pada stoples
kromatografi yang telah diisi eluen Alkohol 70 % sampai batas pelarut 15 cm dari titik awal
dan diukur waktu pengamatannya berkisar 30 menit selanjutnya dikeringkan
kromatografinya dan diaamati hasilnya
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Faridah dkk,(2014)., Identifikasi pigmen betasianin dari kulit buah naga merah (hylocereus
polyrhizus ., FMIPA.,Vol.4(2).
Jati.,(2017.),Pengembangan Lembar Kerja Eksperimen Identifikasi Senyawa Antosianin
dalam Tanaman Berwarna Merah-Ungu. Jurnal UIN Bandung.,Vol 4(1).Hal 50-58
Rita dkk.,( 2017)., Potensi minyak atsiri rimpang jeringau (acorus calamus linn) sebagai
penghambat pertumbuhan fusarium solani, jamur patogen penyebab busuk batang
pada buah naga., Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Volume 4, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai