Anda di halaman 1dari 63

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN LENGKAP
FITOKIMIA

OLEH :

KELOMPOK 4

KELAS C9C10

ANGKATAN 2021

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar Pengesahan ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Praktikum Fitokimia.

Apt. Dr. Asni Amin., S.Si., M.Farm

Tifani Kursya Aliyanti

A. Ainun Mutiara Rahma, S.Farm

Junita Eka Rahmawati, S.Farm

Rio Mario

Makassar 11 Desember 2023

Penagnggung Jawab Praktikum

Apt. Selpida Handayani, S.Farm.,M.Si


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


wata’ala, karena dengan Berkat dan Rahmat-Nyalah sehingga kami
dapat menyelesaikan dan menyusun laporan lengkap ini dengan
baik. Kami jugaberterima kasih kepada para dosen dan asisten di
Laboratorium Farmakognosi Fitokima yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan lengkap ini sebagai syarat mengikuti ujian praktikum
Fitokimia.
Laporan lengkap ini berisi laporan dari tujuan praktikum,
tinjauan Pustaka, prosedur kerja, hasil dan pebahasan dari materi
Jenis-Jenis Ekstraksi, Penguapan Pelarut pada Sampel, Identifikasi
Golongan Senyawa Kimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT), Partisi Ekstrak, Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam,
Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam, Uji Aktivitas
Antioksidan dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH, Uji
Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test) dan Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR.

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
1.2.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
1.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1.2.4 Partisi Ekstrak
1.2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
1.2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
1.2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
PeredamanRadikal Bebas DPPH
1.2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT
(BrineShrimp Lethality Test)
1.2.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
2.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2.4 Partisi Ekstrak

2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam


2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
RadikalBebas DPPH
2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
2.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
3.2 Bahan
3.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
3.2.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
3.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
3.2.4 Partisi Ekstrak
3.2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
3.2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
3.2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
Radikal Bebas DPPH
3.2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
3.2.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
3.3.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
3.3.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
3.3.4 Partisi Ekstrak
3.3.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
3.3.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam

3.3.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode


PeredamanRadikal Bebas DPPH
3.3.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT
(BrineShrimp Lethality Test)
3.3.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
• Gambar Praktikum
• Skema Kerja
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dikenal
dengan sebutan “King of Bitters” yang merupakan tanaman asli
India dan Cina. Sambiloto termasuk dalam jenis tumbuhan famili
Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa abad di Asia
dalam sistem pengobatan. Sambiloto dapat dikembangbiakkan
dengan biji ataupun stek batang dan mampu tumbuh di semua
jenis tanah dan iklim mulai dari dataran pantai, dataran rendah
hingga dataran tinggi
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae 6
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanaceae
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees
Sambiloto mengandung diterpen lakton yang terdiri dari
deoksiandrografolid, andrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-
11-12- didehidroandrografolid (dehidro-andrografolid) dan
homoandrografolid. Selain itu, sambiloto juga mengandung
flavonoid, alkana, keton, aldehid, dan mineral. Flavonoid banyak
ditemukan pada bagian akar tanaman tetapi dapat juga ditemukan
pada bagian daun. Alkana, keton dan aldehid dapat ditemukan
pada bagian batang dan daun. Daun dan batang tanaman
sambiloto berasa sangat pahit yaitu 2,8 kali dari rasa pahit kinin
yang didapat dari ekstraksi kulit kina. Hal ini dikarenakan
sambiloto mengandung andrografolid dan kalmeghin
Andrografolid merupakan diterpenoid lakton, berupa kristal
tidak berwarna dan mempunyai rasa yang sangat pahit (Illah dkk.,
2014). Rumus molekul andrografolid adalah C20H30O5.
Andrografolid larut dalam metanol, etanol, aseton, pyridine, etil
asetat, kloroform dan asam asetat, sedikit larut dalam air dan eter,
tetapi tidak larut dalam dietil eter (Illah dkk., 2014; Prapansa dan
Marianto, 2003). Titik leleh dari 9 andrografolid adalah 228°C-
230°C dan memiliki spektrum ultraviolet dalam metanol, λmaks
adalah 230 nm.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1. Jenis-Jenis Ekstraksi
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan jenis – jenis Ekstraksi (sederhana
dan konvensional). Dasar pemilihan Pelarut untuk
Ekstraksi, polaritas metabolit (maserasi, Soxhlet, refluks,
infus, dekok, ultrasonic, perkolasi, destilasi).
1.2.2. Penguapan Pelarut pada Sampel
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan cara melakukan Penguapan Pelarut
pada sampel dengan menggunakan alat rotary vakum
evaporator
1.2.3. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan cara identifikasi golongan
komponen kimia dengan Metode KLT, memahami cara
penggunaan KLT, Prinsipkerja KLT dan bagian – bagian
KLT, dan mampu menghitung nilai Rf (retention factor)
1.2.4. Partisi Ekstrak
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan cara melakukan Partisi ekstrak,
membedakan cara Partisi cair – cair dan Partisi padat –
cair.
1.2.5. Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan Teknik dalam melakukan isolasi
komponen Senyawa menggunakan Metode pemisahan
kromatografi kolomkonvensional (KK) terhadap Senyawa
bahan alam, mahasiswa mampu menjelaskan Teknik
dalam melakukan isolasi komponen Senyawa
menggunakan Metode pemisahan kromatografi cair
vakum terhadap senyawa bahan alam dan mahasiswa
mampu menjelaskan Teknik dalam melakukan isolasi
komponen Senyawa menggunakan Metode pemisahan
kromatotron terhadap senyawa bahan alam
1.2.6. Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan cara melakukan Fraksinasi dan
purifikasi
1.2.7. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
Radikal Bebas DPPH
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu memahami uji Aktivitas antioksidan dengan
Metode peredaman radikal DPPH (2,2-Difenil-1-
Pikrilhidrazil).
1.2.8. Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu memahami uji Aktivitas Metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
1.2.9. Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan interpretasi data spectra UV, IR,
MS, dan NMR, rotasi optic dan titik leburnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis Ekstraksi


Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan
obattradisional adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode
ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu
ditentukan terlebih dahulu.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari
campurannyadengan menggunakan pelarut yang sesuai
Adapun jenis-jenis ekstraksi yang dapat dilakukan adalah
sebagaiberikut:
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling
banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil
maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah
proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini
adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan
cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin
saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-
senyawa yang bersifat termolabil.
b. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara
perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang
dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah.
Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa
dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannyaada- lah
jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu,
metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan
memakan banyak waktu.
c. Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk
sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas
saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu
dan di bawahkondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan
ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu
reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi
yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni
hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak
pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus
menerusberada pada titik didih.
d. Refluks
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut
ke dalam labu yang dihubungkan dengan kondensor.
Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap
terkondensasi dan kembali ke dalam labu.
e. Destilasi uap air
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial
(campuran berbagai senyawa menguap). Selama
pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah
sebagai 2 bagian yang tidaksaling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi. (Mukhriani,2014)
2.2 Penguapan pelarut pada sampel
Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari
permukaan cairan. Kecepatan terbentuknya uap tergantung
atas terjadinya difusiuap melalui batas di atas cairan yang
bersangkutan. Disini berlaku prinsip pemindahan massa dan
tekanan parsiel merupakantenagadorongnya. Pada penguapan,
terbentuknya berjalan sangat lambat, sehingga cairan tersebut
harus mendidih. Selama mendidih uaptesebut terlepas melalui
gelembung-gelembung udara yang terlepas dari cairan.
Kecepatan penguapan tergantung pada kecepatanpemindahan
panas. Oleh karena itu alat penguapan dirancang agar dapat
memberikan pemindahan panas yang maksimal kepada cairan.
Untuk itu permukaan harus seluas mungkin dan lapisan
batasdikurangi.Untuk memilih alat yang tepat harus diperhatikan
sifat bahanyang akandiuapkan (Ditjen POM, 1986).
Menurut Farmakope Indonesia edisi III ada 3 macam ekstrak,
yaitu:
a. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil
penyarian bahan alam yang masih mengandung larutan
penyari
b. Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami
prosespenguapan, dan tidak mengandung cairan penyari
lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar
c. Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami
prosespenguapan dan tidak mengandung pelarut lagi dan
mempunyai konsistensi padat (berwujud kering)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu
penguapan sederhana menggunakan pemanasan, penguapan
pada tekanan yang diturunkan, freeze drying, penguapan
dengan aliran gas, beku kerung,vakum desikator dan oven.
Penguapan menggunakan akat rotary vakum evaporator
(rotavapor) adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan
penyarinya (etanol) dengan pemanasan yang dipercepat oleh
putaran dari labu, cairan penyarinya dapat menguap 5-10°C
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap
larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini
membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut didalamnya
tanpa pemanasanyang tinggi. (Hernawati, 2020)
2.3 Identifikasi golongan senyawa kimia bahan alam dengan
metodekromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (Thin-layer Chromatography/TLC)
merupakan teknik kromatografi yang berguna untuk
memisahkan senyawa organik. Karena kesederhanaan dan
kecepatan TLC, sering digunakan untuk memantau kemajuan
reaksi organik dan untuk memeriksa kemurnian produk. (Enih
Rosama, 2019)
Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang di
totolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau
lapisan dimasukan kedalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi
selama perambatan kapiler (pengembang), selanjutnya
senyawa yang tidak berwarna harus di tampakkan (Stahl, 1985).
Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dilakukan beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan
tingkat kepolaranyang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang
mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda zat warna
yang bagus. Bercak pada plat KLT dimonitor di bawah lampu UV
254 nm dan UV 365 nm. Penentuan golongan senyawa pada uji
KLT dilakukan denganpenyemprotan plat KLT dengan beberapa
pereaksi. Komponen kimia yang yang dievaluasi dari ekstrak
meliputi uji alkaloid, flavonoid dan fenol dengan menggunakan
pereaksi dragendorff, sitroborat dan FeCl3(Yohanes Alen, dkk.,
2017).
Pendeteksian Bercak hasil pemisahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang
paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar
ultraviolet. Beberapa Senyawa organik bersinar atau
berfluoresensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang
pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm), jika
dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus di
coba dengan cara disemprot dengan Pereaksi yang membuat
bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan,
kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter,et al. 1991;
Stahl, 1985).
Untuk mengidentifikasi noda-noda dalam Kromatografi
lapis tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retention
Factor) yang didefinisikan sebagai:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎(𝑛𝑜𝑑𝑎)
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑓 = ×
100%
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2.4 Partisi ekstrak
Partisi adalah Proses pemisahan zat terlarut di dalam dua
macamzat pelarut yang tidak saling bercampur, dengan kata lain
perbandingankonsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan
pelarut air (Gunawan,2005).
Prinsip dari Metode Partisi cair-cair adalah proses
pemisahan zatterlarut di dalam 2 macam zat pelarut yang tidak
saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air
(Rolland. 2019).
Ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair) adalah proses
pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dan
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut
yang sesuai.
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan
sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang
tidakbercampur dengan air.Dengan demikian ion anorganik atau
senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air,
sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan
terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar
sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang
dikatakan “like dissolves like “, yang berarti bahwa senyawapolar
akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya (Dirjen
POM, 1979).
2.5 Metode isolasi senyawa bahan alam
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan
senyawa bahan alJam dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Djamal, 2008). Proses isolasi dapat menggunakan
metode kromatografi. Kromatografi adalah teknik pemisahan
komponen dari campuran analit dengan struktur berbeda
menggunakan prinsip perbedaan distribusi komponen tersebut
dalam 2 fase yang terdiri dari fase gerak dan fase diam.
Kromatografi Kolom Konvensional adalah kromatografi yang
menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen
dalam campuran sehingga dapat digunakan sebagai teknik
pemurnian untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan. Kolom
kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom adalah
adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen
yang akan diuji. Sampel dilarutkan dalam pelarut kemudian
dimasukkan kedalam kolom kromatografi melaluipuncak kolom
dan larutan tersebut mengalir kedalam fase diam yang
kemudian bermigrasi ke bawah sambil terjadi pemisahan (Anisa,
Dkk.,2019).
Kromatografi cair vakum (KCV) atau Vacuum Liquid
Chromatography (VLC) merupakan bentuk kromatografi kolom
yang berfungsi untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Metode KCV sering digunakan untuk fraksinasi awal
dari suatu ekstraknonpolar atau ekstrak semipolar. Kromatografi
vakum cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada
tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan
bantuan tekanan dari luar, misalnya gas nitrogen.
Prinsip kerja dari KCV adalah adsorpsi dan partisi yang
dipercepatdengan bantuan vakum. Keuntungan dari metode ini
adalah proses cepat dan senyawa dapat tertarik secara
sempurna. Kerugian dari metode KCV yaitu pemisahan yang
kurang sempurna karena senyawa yang ditampung dapat
bercampur dalam suatu penampungan yang tidak dipisahkan
seperti pada kolom konvensional, yang dipisahkan berdasarkan
warna sehingga pemisahan lebih maksimal. (Tarti Tatang irianti,
2021)
Kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau
adsorpsi. Kromatografi adsorpsi banyak digunakan dalam
pemisahan senyawa-senyawa organik, senyawa-senyawa
nonpolar dan konstituen-konstituen yang sulit untuk menguap
(Sastrohamidjojo, 1991). Pemisahan kromatografi kolom
adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen
campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan
fase diam. (Hasbi, dkk, 2022)
2.6 Fraksinasi dan purifikasi senyawa bahan alam
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan
senyawa pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam
pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang umumnya
dipakai untuk fraksi- nasi adalah n-heksan, etil asetat, dan
metanol. Untuk menyari lemak dan senyawa non polar
digunakan n-heksan, etil asetat untuk menya-ri senyawa semi
polar, sedangkan methanol untuk menyari senyawa- senyawa
polar. Berdasarkan proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari
senyawa yang akan dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa
senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam
pelarut yang non polar sedangkan senyawa-senyawa yang
bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga
(Supomo, dkk, 2021)
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP), Pengujian
kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dilakukan pada
lempeng silika gel F254 sebagai fase diam, dengan fase gerak n-
heksan dan etil asetat (7:3). Ekstrak angkak ditotolkan pada
lempeng KLTP secara horizontal sampai membentuk pita,
kemudian dielusi dan diamati secara visual dan di bawah sinar
UV pada λ 254 nm dan λ 365 nm (Yuliana Ana, dkk., 2018).
KLT multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak
yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan
berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda (Ibnu, 2008)
KLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk
meningkatkan resolusisampel ketika komponen-komponen
solute mempunyai karakteristik kimiayang hampir sama,
karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimanadalam asam-
asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangatberbeda
dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan
untukmelakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat
polaritas yang berbeda (Ibnu, 2008).
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
RadikalBebas DPPH
Radikal bebas adalah molekul yang memiliki satu atau
lebih elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya, dan
memiliki sifat yang sangat labil dan reaktif.
Radikal bebas memiliki peran penting dalam kerusakan
jaringan dan proses patologi dalam organisme hidup.
Abnormalnya kadar radikalbebas yang masuk ke dalam tubuh
dapat menyerang senyawa yang rentan, seperti lipid dan protein
dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit. Hal ini
disebabkan karena oksidan yang masuk kedalam tubuh tidak
mampu diimbangi oleh antioksidan dalam tubuh. (Andestya
Nanda Pratama dkk, 2020)
Antioksidan adalah senyawa atau zat yang dapat
menghambat, menunda, mencegah atau memperlambat reaksi
oksidasi meskipun dalam kosentrasi yang kecil. Oksidasi adalah
reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas sehingga
memicu reaksi berantai (chain reaction) (Haryoto dan Frista,
2019).
Metode pengujian antioksidan dengan menggunakan
DPPH merupakan metode yang paling umum digunakan untuk
menguji aktivitas antioksidan sampel secara in vitro dan juga
merupakan metode yang sederhana, cepat, serta bahan kimia
dan sampel yang digunakan hanya sedikit (Jami’ah, dkk, 2018).
Radikal DPPH adalah suatu senyawa organic yang
mengandungnitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada
Panjang gelombang max 517nm. (Erdilawat dkk, 2018). Bila
larutan DPPH dicampur denganzat yang bisa enmom hidrogen,
maka warna violet akan memudar atauberubah menjadi kuning
pucat karena adanya gugus pikril. Pengukuranserapan dilakukan
setelah larutan didiamkan selama 15-30 menit agar terjadi
interaksi antara DPPH sebagai radikal bebas dengan sampel
yang diuji (Nurhasnawari dkk, 2017).
Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan
kemampuan DPPH untuk menerima atom hidrogen yang
didonorkan oleh antioksidan. Warna DPPH akan berubah dari
ungu menjadi kuning seiring penambahan antioksidan yaitu saat
elektron tunggal pada DPPH berpasangan dengan hidrogen dari
antioksidan (Haryoto dan Frista, 2019).
2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
ShrimpLethality Test)
Uji toksisitas merupakan uji untuk mengamati aktivitas
farmakologi suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat
setelah terpapar ataupemberian dalam dosis tertentu. Prinsip uji
toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik
jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis
rendah. Larva udang memiliki kulit yang tipis dan peka terhadap
lingkungannya sehingga banyakdigunakan dalam uji toksisitas.
Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap
ke dalam tubuh secara difusi dan langsung memengaruhi
kehidupannya. Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila
zat atau senyawa asing tersebut bersifat toksik. Uji toksisitas
digunakan untuk mengetahui pengaruh racun yang dihasilkan
oleh dosis tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan
coba sebagaiuji pra skrining senyawa bioaktif antikanker (Jelita,
dkk, 2020)
Metode BSLT dipilih karena metode ini sering digunakan
untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung
dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana, cepat, murah,
mudah, dapat dipercaya, dan hasilnya representatif [5]. Uji
toksisitas dengan menggunakanBSLT ini dapat ditentukan dari
jumlah kematian Artemia salina Leach akibat pengaruh ekstrak
atau senyawa bahan alam. Hasil uji dinyatakan sebagai LC50.
(Kurniawan dkk, 2021)
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu
metode skrining untuk mengetahui ketoksikan suatu ekstrak
ataupun senyawa bahan alam. Uji toksisitas ini dapat diketahui
dari jumlah kematian larva Artemia salina Leach. karena
pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam pada konsentrasi
yang diberikan (McLaughlin, 1998; Silva et al., 2007).
Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median
LethalDose (LC50) atau Median Lathal Concentration (LC50).
Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan
dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi atau
menggunakan media air. Kematian pada hewan uji digunakan
sebagai pedoman untuk memperkirakan dosis kematian pada
manusia (Cassaret, 1975).
2.9. Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
a. Spektrofotometri UV-VIS
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan
sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut dalam
pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara komparatif
menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret
larutan alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, pada
penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang
dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif
berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum
dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang
dianalisisnya. Adapun yang melandasi pengukuran
spektrofotometer ini dalam penggunaannya adalah hukum
Lambert-Beer yaitu bila suatu cahayamonokromatis dilewatkan
melalui suatu media yang transparan, makaintensitas cahaya
yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan
media larutan yang digunakan (Yanlinastuti dan Syamsul
Fatimah, 2016).
b. Spektrofotometri IR
Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi
elektromagnetik yang berbeda dimana setiap frekuensi bisa
dilihat sebagai warna yang berbeda. Radiasi inframerah juga
mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat
dilihat oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah
dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah (mid-infrared)
yaitu pada panjang gelombang. 2.5 – 50 μm atau bilangan
gelombang 4000 – 200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh
radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada
molekul. Pita absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik
untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda ini
sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa organik dan
organometalik (Dachriyanus, 2004).
c. Spektrofotometri massa
Spektroskopi massa (mass spectrometry) berupa spektrum
massa yang diperoleh dengan mengubah senyawa suatu
sampel menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan
berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan.
Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari
suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektrum yang
sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Pada
umumnya hanya ion positif yang dipelajari, karena ion negatif
yang dihasilkan dari sumber tumbukan biasanya hanya sedikit.
(Wahyudiono, dkk, 2018)
d. Spektrofotometri NMR
Inti atom-atom tertentu akan mempunyai spin, yang berputar
dan menghasilkan momen magnetik sepanjang aksis spin. Jika
inti yang berputar ini diletakkan di dalam medan magnet, maka
sesuai dengan kalkulasi kuantum mekanik, momen
magnetiknya akan searah (paralel; mempunyai energi yang
rendah) atau berlawanan arah (antiparalel, mempunyai energi
yang tinggi) dengan arah medan magnet yang diberikan. Jika
sejumlah energi diberikan kepada inti yang berada dalam
medan magnet tersebut, maka inti yang berada pada keadaan
paralel akan berubah arahnya menjadi antiparalel
(beresonansi). Energi yang dibutuhkan untuk memutar balik
arah momen magnetik (dari paralel ke antiparalel). Jika
sejumlah energi diberikan kepada inti yang berada dalam
medan magnet tersebut, maka inti yang berada pada keadaan
paralel akan berubah arahnya menjadi antiparalel
(beresonansi). Energi yang dibutuhkan untuk memutar balik
arah momen magnetik (dari paralel ke antiparallel)
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah aerator,
batang pengaduk, bejana chamber KLT, becker glass, chamber,
corong, corong kaca, corong pisah, gelas kimia 50 ml, gelas ukur
100 ml, kain penyaring, kertas saring, labu alas bulat, labu ukur,
lampu UV 254 dan 366, lempeng KLT, mikropipet,pensil, pipa
kapiler, pipet tetes, rotavapor, sentrifuge, seperangkat alat
kromatografi kolom, tissue, toples, dan vial.
3.2 Bahan
3.2.1 Jenis – Jenis Ektraksi
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah sambiloto dan metanol
3.2.2 Penguapan Pelarut Pada Sampel
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalahekstrak cair
3.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
MetodeKromatografi Lapis Tipis (KLT)
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah ekstrak cair dari kencur, n-heksan, etil asetat
3.2.4 Partisi Ekstrak
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah aquadest, n-heksan, etil asetat
3.2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah silika gel, metanol, n-heksan, etil asesat, ekstrak
kencur
3.2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah ekstrak, nheksan, etil asetat, kloroform, aquadest,
lempeng kaca silika

3.2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman


RadikalBebas DPPH
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalahmetanol p.a, aluminium foil, ekstrak kencur, larutan
DPPH
3.2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
ShrimpLethality Test)
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalahArtemia Salina Leach, air laut, ekstrak kencur
3.2.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
Adapun alat yang Digunakan dalam praktikum adalah
sepktrofotometri UV-VIS, spektrofotometri infrared,
spektrofotometri massa, dan spektrofotometri NMR.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
Siapkan alat dan bahan, kemudian timbang
simplisia lalu masukkan ke dalam toples, masukkan
metanol sampai simplisia terendam keseluruhan, aduk
menggunakan batang pengaduk, lalu tutup dan biarkan
selama 3 hari pada suhu kamar dengan sesekali diaduk
(1 x 24 jam), saring dalam bejana penampung, kemudian
sari dipekatkan menggunakan rotavapor
3.3.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
Penyiapan ekstrak di labu alas bulat: ekstrak cair
dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan volume 2/3,
labu alas bulat kosong (penampung pelarut), kemudian
dipasangkan diujung rotor yang menghubungkan
kondensor. Penyiapan waterbath: bejana waterbath diisi
aquadest, kemudian waterbath di ON kan, lalu atur suhu
pemanasan 5 – 10°C di bawah titik didihpelarutnya yang
digunakan. Penyiapan aliran pendingin, Pompa Vakum,
dan Rotor: aliran air pendingin, pompa vakum, dan rotordi
ON kan, tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu
dan timer yang telah diatur, proses penguapan (Rotary
VacumEvaporator) berlangsung.
3.3.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
MetodeKromatografi Lapis Tipis (KLT)
Jenuhkan chamber dengan n-heksan dan etil asetat,
siapkan lempeng KLT, totol ekstrak menggunakan pipa
kapiler lalu totolkan pada garis batas bawah tepat ada
tengah (penotolan dilakukan 3x), lalu diangin-anginkan,
masukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan
menggunakan pinset, bila eluen telah mencapai batas
atas, keluarkan lempeng KLT, dan amati pada UV 254
dan 366 nm.
3.3.4 Partisi Ekstrak
Ditimbang ekstrak ± 1 – 2g, disuspensikan dengan
air 20 ml, ditambahkan pelarut sesuai 40 ml, dikocok
hingga merata, dipisahkan fase air dan fase pelarut, lalu
diambil fase air diekstraksi kembali sebanyak 3x,
kemudian di satukan fase pelarut, dan diuapkan lalu
jadilah fraksi.
3.3.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
Kolom kromatografi dipasang pada statif,
dimasukkan kapas pada dasar kolom primer, kemudian
dimasukkan silika gel(40 gram silika kasar dan 10 gram
silika halus), lalu diletakkan kertas saring di atas silika gel,
dimasukkan ekstrak sampel (1 gram), dimasukkan eluen
yang telah ditentukan perbandingannya, dinyalakan
pompa vakum, lalu dibuka kran kolom sekunder, jadilah
fraksi.
3.3.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
Kromatografi Lapis Tipis preparatif: disiapkan alat
dan bahan, ditotolkan ekstrak berbentuk pita pada garis
penotolan, dielusi dengan eluen yang sesuai, di deteksi
pita dan ditandai noda yang terbentuk menggunakan
pensil, dikeruk noda yang telah ditandai, di totol isolate
pada lempeng KLT analitik, dan ditentukan nilai rf.
KLT Multi Eluen : a. Penjenuhan chamber, disiapkan
alat dan bahan, disiapkan 2 – 3 buah chamber yang
bersih, dimasukkan potongan kertas saring ke dalam
chamber kemudian ditutup, dibiarkan hingga eluen naik
pada kertas saring hingga melewati penutup kaca, b.
Penotolan dan Pengembangan Sampel, disiapkan alat
dan bahan direndam hasil kerokan KLTP dengan metanol
dan kloroform p.a selama 5 menit, disaring dengan
menggunakan pipet tetes yang di dalamnya terdapat
kapas lalu dilarutkan kembali hasil saring dengan metanol
p.a, disiapkan lempeng yang telah diaktifkan kemudian
ditotol lalu disiapkan perbandingan eluen non polar
dengan perbandingan eluen polar masing-masing
sejumlah 100
– 200 mL, elusi dengan dua eluen yang berbeda, diangkat
lalu dikeringkan dan diamati bercak pada lempeng
menggunakan UV 254 dan 366 nm, ditentukan
tunggal/tidaknya bercak noda dan dihitung nilai Rf.
KLT 2 dimensi: disiapkan alat dan bahan,
dimasukkan hasil kerokan lempeng KLTP ke dalam vial
kemudian dilarutkan dengan metanol, ditotolkan filtrat
pada lempeng KLT ukuran 10 x 10 cm, dielusi
menggunakan 2 eluen yang berbeda, dielusi lempeng
pada eluen pertama, diangkat kemudian dikeringkan,
diamati lempeng di bawah lampu UV 254 dan 366 nm,
dihitung nilai Rf dan diamati noda yang terbentuk,
disiapkan eluen kedua. Diputar lempeng 90°C, lalu
dimasukkan ke dalam chamber berisieluen kedua, dielusi
hingga mencapai batas atas, diangkat lalu dikeringkan,
dihitung nilai Rf dan diamati noda yang terbentuk, di
analisis dengan spektrofotometri UV-Vis dan IR.

3.3.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode


PeredamanRadikal Bebas DPPH
Timbang ekstrak 10 mg, larutkan dengan metanol
p.a, masukkan ke dalam labu ukur 10 mL, cukupkan
dengan metanolp.a, hitung pengenceran 20, 40, 60, 80,
dan 100 ppm dalam 5 mL, buat hasil perhitungan dan
masukkan dalam vial 100 mL, 200 mL, 300 mL, 400 mL,
dan 1000 mL, pipet ekstrak 500 mL dan tambahkan 3,5
mL DPPH (bungkus vial sebagai wadah ekstrak), inkubasi
selama 30 menit dan amati di spektrofotometer.
3.3.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
ShrimpLethality Test)
Penyiapan Larva Salina Leach: siapkan wadah,
tambahkan 450 mL air laut (+) 100 mg Artemia Salina
Leach, diberi pengenceran dengan lampu listrik, diaerasi
selama 48 jam.Penyiapan larutan uji: (+) 10 mL air laut,
dilarutkan (konsentrasi awal 1000 mg/mL, pengenceran,
sehingga mendapatkan konsentrasi 90 ppm dan 120
ppm.
Uji toksisitas: vial 10 mL (dikalibrasi sebanyak 5 mL),
(+) dipipet larutan uji dari konsentrasi induk, (+) air laut,
(+) 10 ekor larva artemia salina leach (berumur 2 hari/48
jam), (+) add air laut sampai batas tanda 5 mL, di diamkan
selama 24 jam, setiap konsentrasi dilakukan 3 kali
pengulangan dan dibandingkan dengan kontrol, dilihat
jumlah mortalitas larva Artemia Salina Leach.
3.3.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
Pada praktikum interpretasi data dosen/asisten
akan memberikan pengantar terkait spektra. Dituliskan
diloogbook analisa data yang diperoleh berdasarkan
gambar spektra. Dituliskan prediksi hasil analisa spektra.
Dituliskan hasil penelitian yang ada terkait interpretasi
data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PERCOBAAN
Ektraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
menggunakan metode maserasi . hasil yang diperleh adalah
ekstrak cair

Gambar 1. Ekstrak cair Herba Sambiloto (Andrographis


paniculata Nees)
Setelah dilakukan esktraksi selanjutnya dilakukan penguapan
pelarut. Metode penguapan yang dilakukan adalah penguapan
pelarut dengan menggunakan alat rotary vacuum evaporator dan
hot plate

Gambar 2. Ekstrak kental Herba Sambiloto (Andrographis


paniculata Nees)
Selanjutanya dilakukan identifikasi senyawa golongan
dengan menggunakan metode KLT dengan menggunakan eluen
N-heksan : etil asetat dengan perbandingan 2:8. Berikut adalah
hasil lempeng KLT Esktrak herba sambiloto (Andrographis
paniculata Nees). Dilakukan penyemprotan penampak bercak
dragendorf dan diperoleh hasil terbentuk warna jingga yang
menandakan sampel (+) alkaloid. Lempeng kedua disemprotkan
dengan pereaksi Liebermen Buchard dan diperoleh hasil terbentuk
warna cincin kehitaman yang menandakan sampel (+)
mengandung terpenoid. Untuk lempeng ketiga disemprotkan
pereaksi FeCl3 dan diperoleh hasil terbentuk warna hijau
kehitaman yang menandakan sampel (+) mengandung tanin.

Alkaloid Tanin Terpenoid


Gambar 3. Hasil KLT senyawa Alkaloid, Tanin dan Terpenoid
pada lampu UV 254
Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi metode partisi pada
sampel ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).
Metode partisi yang digunakan adalah metode partisi cair-cair.
Pada metode partisi ini pelarut yang digunakan adalah N-heksan :
etil asetat dengan perbandingan 2 : 8.

Gambar 4. Proses partisi cair-cair pada Herba Sambiloto


(Andrographis paniculata Nees)
Selanjutnya dilakukan isolasi senyawa bahan alam pada
ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Metode
isolasi yang digunakan adalah metode kromatografi kolom
konvensional dengan fase diam yang digunakan adalah silica gel
serta fase gerak yang digunakan adalah N-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 2:8. Pada proses isolasi ini diperoleh 5
fraksi.

Gambar 5. Hasil pengelompokan fraksi ekstrak Herba


Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) berdasarkan warna.
Selanjutnya dilakukan proses pemurnian pada senyawa yang
terkandung dalam ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees). Proses pemurnian dilakukan dengan metode
KLTP atau Kromatografi Lapis Tipis Preparatif dan diperoleh 3
isolat.

UV 366 UV 254
Gambar 6. Pengamatan hasil KLTP pada UV 366 dan UV 254
Gambar 7. Hasil pemurnian fraksi 1,2 dan 3 ekstrak Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).
Percobaan selanjutnya adalah uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.
Pada pengujian ini dilakukan secara kaulitatif dan kuantitatif. Pada
uji secara kualitatif lempeng yang sudah ditotoli oleh sampel
disemprot dengan larutan DPPH dan diperoleh hasil tidak
terbentuk warna kuning karena kami menggunakan fraksi bukan
ekstrak. Sedangkan pada uji secara kuantitatif yang dilakukan
dengan alat spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil absorbnsi
sebesar 0,159 pada panjang gelombang 517 nm kemudian
dihitung nilai %antioksidan dan diperoleh hasil 77,922% yang
masuk dalam kategori memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Gambar 8. Hasil KLT Uji kualitatif aktivitas antioksidan


dengan metode DPPH pada ekstrak Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees).

No Konsentrasi sampel Absorban %inhibisi IC50


1 1,00 0,069 90,419
2 2,00 0,008 98,889
3 3,00 0,260 63,898 2553,357
4 4,00 0,159 77,922

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode


Peredaman DPPH

Gambar 9. Kurva %Inhibisi Sampel

Percobaan selanjutnya adalah uji aktivitas antimitosis dengan


metode BSLT. Pada pengujian ini digunakan 5 seri konsentasi
sampel yaitu konsentrasi 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm dan
150 ppm. Dengan nilai % mortalitas kelima konsentrasi secara
berturut-turut adalah 63,333%, 30%, 73,33%, 60% dan 70%.
Sedangkan nilai probit yang diperoleh dari kelima konsentrasi
secara berturut-turut adalah (5,33), (4,48), (5,58), (5,25) dan
(5,52). Kemudian ditentukan nilai LC50 dari sampel tersebut dan
diperoleh hasil nilai LC50 adalah sebesar 81,470 µg/mL
berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa sampel memliki
sifat toksik karena nilai LC50 <1000.
Angka Kematian Larva Artemia Salina Leach
Replikasi Konsentrasi Ekstrak (ppm) Kontrol
30 60 90 120 150 Negatif
ppm ppm ppm ppm ppm
1 6 1 6 4 5 0
2 9 5 7 8 7 0
3 4 3 9 6 9 0
Total 19 9 22 18 21 0
%Kematian 63,3% 30% 73,3% 60% 70%

Tabel 2. Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine


Shrimp Lethality Test)
Log (x) Probit (y) X2 Y2 xy
1,447 5,33 2,181 28,408 7,872
1,778 4,48 2,161 9,941 7,965
1,954 5,58 3,810 14,516 11,089
2,079 5,25 4,322 18,679 10,914
2,176 5,52 4,734 9,468 12,011

Tabel 3. Nilai Probit Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT


(Brine Shrimp Lethality Test)

Gambar 10. Kurva nilai LC50


Pengujian Akhir yang dilakukan yaitu isolasi senyawa
menggunakan spektrofotometer uv-vis, IR, MS, dan NMR. Pada
spektromfotometer IR diperoleh 3 bilangan gelombang yaitu 1750,
1515, dan 1345 dengan intensitas secara berturut – turut tajam,
tajam, dan tajam.

Gambar 11. Hasil Pengamatan Senyawa dengan Spektrofotometer


IR
Pada spektrometer H-NMR diperoleh hasil proton benzena (7,8
ppm), benzena (7,5 ppm), metoksil (3,1 ppm), metoksil (3,4 ppm),
metoksil (3,3 ppm) dan metil (1,1 ppm).

Gambar 12. Hasil Pengamatan Senyawa dengan Spektrometer


H-NMR
Pada hasil spektrometer C-NMR diperoleh bentuk simpul Singlet
(176,7 cm-1), singlet (128,9 cm-1), duplet (178,2 cm-1), singlet (128,8
cm-1), singlet (50,2 cm-1), dan triplet (41,2 cm-1).

Gambar 13. Hasil Pengamatan dengan Spektrometer C-NMR


Pada hasil spektrometer MS diperoleh nilai Massa C10 = 12, N9 =
1, N = 14, O4 = 64, dan Br = 80.

Gambar 14. Hasil Pengamatan Senyawa dengan Spektrometer MS

B. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap sampel
tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Yang pertama
dilakukan adalah melakukan ekstraksi pada herba sambiloto untuk
diperoleh ekstrak yang akan digunakan pada pengujian
selanjutnya. Ektraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) menggunakan metode maserasi. Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 29,73 gram.
Selanjutanya dilakukan identifikasi senyawa golongan
dengan menggunakan metode KLT dengan menggunakan eluen N-
heksan : etil asetat dengan perbandingan 2:8. Pada proses isolasi
digunakan 3 lempeng KLT kemudian noda yang terbentuk
disemprotkan 3 pereaksi spesifik. Lempeng pertama disemprotkan
pereaksi dragendorf dan diperoleh hasil terbentuk warna jingga
yang menandakan sampel (+) alkaloid. Lempeng kedua
disemprotkan dengan pereaksi Liebermen Buchard dan diperoleh
hasil terbentuk warna cincin kehitaman yang menandakan sampel
(+) mengandung terpenoid. Untuk lempeng ketiga disemprotkan
pereaksi FeCl3 dan diperoleh hasil terbentuk warna hijau
kehitaman yang menandakan sampel (+) mengandung tanin. Untuk
nilai rf yang diperoleh untuk masing masing noda 1, 2 dan 3 adalah
0,7 cm, 0,9 cm dan 0,925 cm.
Selanjutnya dilakukan proses partisi pada sampel ekstrak
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Metode partisi
yang digunakan adalah metode partisi cair-cair. Pada metode
partisi ini pelarut yang digunakan adalah N-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 2:8.
Kemudian dilakukan isolasi senyawa bahan alam pada
ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Metode
isolasi yang digunakan adalah metode kromatografi kolom
konvensional dengan fase diam yang digunakan adalah silica gel
serta fase gerak yang digunakan adalah N-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 2:8. Hasil fraksinasi kemudian di
kelompokan sesuai warnana dan diperoleh 5 fraksi etil asetat.
Fraksi etil asetat kemudian diuapkan dan di beri label masing-
masing fraksi.
Selanjutnya dilakukan proses pemurnian pada senyawa yang
terkandung dalam ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) pada fraksi yang diperoleh. Proses pemurnian
dilakukan dengan metode KLTP (Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif). Sebelum dilakukan pemurnian dengan metode KLTP
dilakukan terlebih dahulu uji pendahuluan dengan metode KLT
analitik dengan menotolkan 5 fraksi pada satu lempeng dan
diperoleh hasil bahwa fraksi 1,2 dan 3 memliki noda yang sama
sehingga ketiga fraksi tersebut digabung dan kemudian dilakukan
proses pemurnian dengan metode KLTP. Pada proses pemurniaan
dengan metode KLTP ini eluen yang digunakan adalah N-
heksan:etil asetat dengan perbandingan 1:2 dan diperoleh 3 noda
dengan masing-masing nilai rf noda 1,2 dan 3 secara berturut –
turut yaitu 0,7 cm, 0,5 cm dan 0,4 cm. Kemudian noda yang
diperoleh dikerok dan dipisahkan pada masing-masing vial yang
berbeda dan ditandai sebagai isolat 1, isolat 2 dan isolat 3.
Kemudian dilakukan percobaan uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.
Pada pengujian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
uji secara kualitatif lempeng yang sudah ditotoli oleh sampel
disemprot dengan larutan DPPH dan diperoleh hasil tidak
terbentuk warna kuning karena kami menggunakan isolat bukan
ekstrak. Sedangkan pada uji secara kuantitatif yang dilakukan
dengan alat spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil absorbnsi
sebesar 0,159 pada panjang gelombang 517 nm kemudian
dihitung nilai %inhibisi dan diperoleh hasil 77,922% yang masuk
dalam kategori memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena
berada dalam rentang 50 – 100%.
Selanjutnya adalah uji aktivitas antimitosis dengan metode
BSLT. Pengujian ini menggunakan 5 seri konsentasi sampel yaitu
konsentrasi 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm dan 150 ppm.
Dengan nilai % mortalitas kelima konsentrasi secara berturut-turut
adalah 63,333%, 30%, 73,33%, 60% dan 70%. Sedangkan nilai
probit yang diperoleh dari kelima konsentrasi secara berturut-turut
adalah (5,33), (4,48), (5,58), (5,25) dan (5,52). Dari hasil ini
kemudian ditentukan nilai LC50 dari sampel tersebut dan diperoleh
hasil nilai LC50 adalah sebesar 27,10 µg/mL berdasarkan hasil
tersebut disimpulkan bahwa sampel memliki sifat toksik karena
nilai LC50 <1000.
Pengujian terakhir yang dilakukan adalah isolasi senyawa
menggunakan spektrofotometer uv-vis, IR, MS, dan NMR. Pada
spektrofotometer IR diperoleh 3 prediksi gugus fungsi yaitu keton
pada bilangan gelombang 1750 cm-1, ester pada bilangan
gelombang 1515 cm-1, dan asam karbonat pada bilangan
gelombang 1345 cm-1. Pada spektrometer H-NMR diperoleh tiga
jenis proton yaitu benzen, metoksil dan metil. Pada spektrometer
C-NMR diperoleh tiga bentuk sinyal yaitu Singlet, Duplet dan
Triplet. Kemudian pada Spektrometer Massa dari hasil analisis
sampel dengan rumus molekul C10H9NO4Br diperoleh berat
molekul 367 dalton.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum fitokimia dengan
sampel Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.)
adalah Senyawa aktif yang terkandung Dalam sambiloto
adalah alkaloid, terpenoid, dan tanin. Metode yang Digunakan
Dalam Ekstraksi sesuai dengan hasil studi literatur yaitu
Metode maserasi. Lalu dilakukan Penguapan Pelarut pada
sampel menggunakan rotavapor. Identifikasi golongan
Senyawa dengan KLT, kemudian Partisi ekstrak menggunakan
Partisi cair-cair. Kemudian dilakukan Fraksinasi dan purifikasi
dengan KLTP, KLT Dua dimensi, dan KLT multi eluen.
Kemudian uji Aktivitas antioksidan dengan Metode DPPH
didapatkan hasil % Inhibisi 77,92% selanjutnya uji antimiosis
dengan Metode BSLT diperoleh hasil LC50 81,470 𝜇𝑔/𝑚𝐿
termasuk kategori toksik dikarenakan <1000.

B. Saran
Adapun saran pada praktikum fitokimia agar sekiranya
menyiapkan alat dan bahan yang akan Digunakan untuk
praktikum dicek apakah stoknya masih ada atau tidak, agar
praktikum berjalan dengan lancar. Serta praktikan dapat
mengetahui dan memahami prosedur kerja Dalam pengujian di
laboratorium farmakognosi fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA
Abnu Gholib Gandjar. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi
Analisis.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Delita, S. F., Setyowati, G. W., & Ferdinand, M. (2020). Uji Toksisitas
Infusa Acalypha Siamensis dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test(BSLT). Farmaka, 18(1), 14-22.
Kurniawan, H., & Ropiqa, M. (2021). Uji Toksisitas Ekstrak Etanol
Daun EkorKucing (Acalypha hispida Burm. f.) Dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Journal Syifa Sciences
and Clinical Research,3(2), 52-62.
Pratama, A. N., & Busman, H. (2020). Potensi antioksidan kedelai
(GlycineMax L) terhadap penangkapan radikal bebas. Jurnal
IlmiahKesehatan Sandi Husada, 9(1), 497-504.
Preetha, T.S., Hemanthakumar, A. S., & Krishnan, P. N. (2016). A
comprehensive review of Kaempferia galanga L.
(Zingiberaceae): A high sought medicinal plant in Tropical
Asia. Journal of Medicinal Plants Studies, 4(3), 270‒276. ISSN
2320-3862.
Rahardjo, M., & Rosita, S. M. D. (2003). Agroekosistem tanaman
obat. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 2, 89‒ 92. ISSN 1412-2855.
Raina, A. P., Abraham, Z., & Sivaraj, N. (2015). Diversity analysis of
Kaempferia galanga L. germplasm from South India using
DIVA-GISapproach. Journal of Industrial Crops & Product, 69,
433‒439.
Rostiana, O., & Subaryanti. (2010). Yield and quality of five galanga
(Kaempferia galanga L.) promising lines at different growth
environment. The Indonesian Journal of Natural Product, 7(2),
68‒71. ISSN 1412- 2855
Sahoo, S., Parida, R., Singh, S., Padhy, R. N., & Nayak, S. (2014).
Evaluation of yield, quality and antioxidant activity of essential
oil of in vitro propagated Kaempferia galanga Linn. Journal of
Acute Diseases, 124‒130.
Srivastava, N., Ranjana, Singh, S., Gupta, A. C., Shanker, K.,
Bawankule, D. U., & Luqman, S. (2019). Aromatic ginger
(Kaempferia galangal L.) extracts with ameliorative and
protective potential as a functionalfood, beyond its flavor and
nutritional benefits. Toxicology Reports, 6, 521‒528.
Tavares, W. S., Freitas, S. S., Grazzioti, G. H., Parente, L. M. L., Liao,
L. M.,& Zanuncio, J. C. (2013). Ar-tumerone from Curcuma
longa (Zingiberaceae) rhizomes and effects on Sitophilus
zeamais (Coleoptera: Curculioidae) and Spodoptera
frugiperda (Lopidoptera: Noctuidae). Industrial Crop and
Product, 46, 158‒164. ISSN: 0926-6690.

Techaprasan, J., Klinbunga, S., Ngamriabsakul, C., & Jenjittikul, T.


(2010).Genetic variation of Kaempferia (Zingiberaceae) in
Thailand based on chloroplast DNA sequences. Genetic
Molecul and Research, 9, 1957‒1973.
Tetti, M. (2014). Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi
senyawa aktif. Jurnal Kesehatan, 7(2).
Umar, M. D., Asmawi, I., Sadikun, Z. B., Altaf, A., & Iqbal, R. (2011).
Phytochemistry and medicinal properties of Kaempferia
galanga L. (Zingiberaceae) extracts. African Journal of
Pharmacy Pharmacology, 5, 1638‒1674.
Umar, M. D., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Majid, A. M., Al-Suede,
F. S.,Hassan, L. E., Altaf, R., & Ahamed, M. B. (2014). Ethyl-
p- methoxycinnamate isolated from Kaempferia galanga
inhibits inflamation by supressing interleukin-1 tumor necrosis
factor-α and angiogenesis by blocking endothelial functions.
Clinics, 69, 134‒144.
Velayudhan, K. C., Dikshit, N., & Nizar, N. A. (2012). Ethnobotany of
turmeric (Curcuma longa L.). Indian Journal Traditional
Knowledge, 11(4), 607‒614. ISSN: 0975-1068.
Wahyudiono, J., Adlan, R., Permanadewi, S., & Gibran, A. K. (2018).
Karakteristik minyak bumi di blok bula dan blok oseil, pulau
seram, Maluku. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral,
19(4), 233-241.
 DOKUMENTASI PRAKTIKUM

JENIS JENIS EKSTRAKSI (MASERASI)

PENGUAPAN PELARUT PADA EKSTRAK


IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA BAHAN ALAM DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

 SKEMA KERJA

UV 254 UV 366
FRAKSINASI EKSTRAK METODE PARTISIMETODE CAIR-CAIR
METODE ISOLASI SENAYAWA BAHAN ALAM
FRAKSINASI DAN PURIFIKASI SENYAWA BAHAN ALAM

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE PERENDAMAN


RADIKAL BEBAS DPPH
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE PERDAMAN
RADIKAL DPPH

UJI AKTIVITAS ANTIMITOSIS DENGAN METODE BSLT (BRINE


SHRIMP LETHALITY TEST)
INTERPRETASI DATA UV-VIS, IR, MS, NMR
 SKEMA KERJA

JENIS JENIS EKSTRAKSI (MASERASI)

1 bagian serbuk simplisia kering dengan derajat kehalusan yang sesuai

Tambahkan 10 bagian yang telah dibungkus kertas saring kedalam bejana


maserasi (toples)

Kemudian tambahkan 75 bagian cairan penyari lalu ditutup

Biarkan selama 3 haripada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya,


sesekali diaduk.

Setelah 3 hari, maserat disaring lalu dimasukkan kedalam bejana


penampung (toples)

Kemudian sari yang diperoleh diuapkan di rotavapor


PENGUAPAN PELARUT PADA EKSTRAK

Penyiapan ekstrak pada labu alas bulat

Ekstrak cair yang telah dimaserasi dimasukkan kedalam labu alas bulat

Pasang labu alas bulat berisi sampel dan labu alas bulat kosong pada ujung rotor yang
terhubung dengan kondensor

Bejana diisi dengan aquadest

Tekan tombol “on”

Kemudian atur waterbath dengan suhu yang sesuai (5-10°C dibawah titik didih pelarut
yang digunakan)

Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah diisi ekstrak dipasang kuat pada ujung
rotor yang menghubungkan kondensor.

Penyiapan aliran pendingin, pompa vakum dan rotor

Aliran air pendingin pompa vakum di “on” kan

Kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu lalu atur timer.

Proses penguapan rotavapor berlangsung


IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA BAHAN ALAM

DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

1. Penyiapan lempeng silika gel

Dibuat lempeng silika gel dengan dipotong ukuran 8 cm x 1 cm

Lempeng diberi tanda titik penotolan tepi pada bagian bawah dengan jarak 1 cm
dan garis batas elusi 0,5 cm dari tepi atas

2. Penjenuhan bejana chamber

Disiapkan chamber bersih beserta penutupnya

Chamber diisi dengann eluen dengan kepolaran yang berbeda Masukka kertas saring
yang telah dipotong panjang kedalam chamber lalu tutup

Tunggu eluen naik melalui kertas saring hingga melewati penutup kaca chamber
3. Penotolan

Ekstrak kental sambiloto yang telah diuapkan diambil menggunakan pipa kapiler

Kemudian ekstrak ditotolkan pada lempeng silika gel yang telah dibuat pada garis penotolan

Kemudian lempeng dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan
sebelumnya

Dibiarkan lempeng terelusi hingga batas atas lempeng

Kemudian setelah mencapai batas atas angkat lempeng lalu angin-anginkan

Amati pada penampak bercak UV 254 dan Uv 366

Hitung nilai Rf
FRAKSINASI EKSTRAK METODE PARTISI

Partisi ekstrak Sambiloto menggunakan metode partisi cair-cair

20 gram ekstrak Sambiloto lalu dilarutkan dengan 25 mL pelarut N- Heksan

Ditambahkan 40mL etil asetat pada corong pisah Lalu dihomogenkan

Dikocok hingga merata Dipisahkan fase air dan fase pelarut

Diambil fase n-heksan

Diekstraksi kembali sebanyak 3x

Disatukan fase pelarut etil asetat dan nheksan dan diuapkan


METODE ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM

Siapkan alat dan bahan

Siapkan pelarut dari non polar sampai polar (N-heksan : etil asetat)

Kolom primer dan sekunder dipasang pada statif dimana kolom telah
dibebas lemakkan lalu kolom diisi silica gel kasar dan halus dengan
perbandingan 30 : 10

Masukan kertas saring dan dan dielusi dengan N-heksan hingga


fase diamnya mampat lalu masukan ekstrak

Setelah itu masukan N-heksan dan etil asetat kekolom mulai dari
kepolaran yang rendah hingga kepolaran yang tinggi

Nyalakan pompa vakum

Setelah itu tampung fraksi pada botol UC


FRAKSINASI DAN PURIFIKASI SENYAWA BAHAN ALAM

1. Metode KLTP

Totolkan ekstrak berbentuk pita pada garis penotolan, lempeng berukuran


20X20 tetapi digunakan untuk skala praktikum yaitu 5X5

Dielusi dengan eluen yang sesuai

Setelah dielusi pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda dengan pensil
kemudian di keruk disebut dengan isolat

Kemudian isolat tersebut di totolkan pada lempeng klt analitik untuk melihat
profil kromatogramnya

Tentukan nilai RF
2. Metode KLT multi eluen

Rendam hasil kerukan KLTP dengan metanol dan kloroform selama 5


menit, setelah itu di saring dengan pipet tetes yang didalamnya
terdapat kapas

Hasil saringan tersebut di larutkan dengan metanol P.A

Siapkan lempeng yang telah aktif lalu totolkan dan siapkan eluen non
polar dan polar masing-masing 100-200 ML

Lalu dideteksi dengan 2 eluen yang berbeda, lalu amati bercak pada
lempeng di lampu UV 254 dan 366

lalu hitung nilai RF


3. Metode KLT 2 Dimensi

Hasil kerokan KLTP dimasukan kedalam vial lalu di larutkan dengan


metanol

Teteskan filtrat pada lempeng KLT ukuran 10X10 lalu dielusi dengan 2
pelarut yang berbeda

Elusi lempen pada eluen pertama, lalu angktat dan keringkan lalu di
amati di lampu UV dan diihitung nilai Rfnya

Siapkan eluen kedua lalu putar lempeng 90 derajat lau dielusi sampai
tanda batas lalu dikeringkan dan dihitung nilai RF dan noda yang
terbentuk

Dianalisi dengan spektro, UV-VIS dan IR


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE PERENDAMAN
RADIKAL BEBAS DPPH

Penyiapan sampel, dibuat larutan induk 100 ppm.

Dibuat pengenceran dengan variasi 5,6,7,8 dan 9 ppm.

Pembuatan larutan stok dilakukan dengan Melarutkan 5 mg

DPPH kedalam 100 mL methanol PA sehingga diperoleh larutan konsentrasi 50 ppm.

Disiapkan larutan kontrol 2 mL metanol PA dan 1 mL larutan DPPH konsentrasi 50 ppm.

Pembuatan sampel uji, disiapkan 2 mL larutan sampel dan 2 mL. Larutan DPPH diinkubasi
selama 30 menit di suhu 27°C di ruang gelap.

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning.

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm dengan spektrofotometer uv-vis.

Hitung nilai lC50.


UJI AKTIVITAS ANTIMITOSIS DENGAN METODE BSLT (BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST)

1. Penyiapan Larva Artenia Salina

Wadah berupa toples di isi air laut sebanyak 2 L kemudian


ditambahkan 1 g kistal artenia salina.

Diberi penerangan dengan lampu dan diaerasi selama 48


jam

2. Pembuatan Larutan Uji

Pembuatan larutan stok (induk) 1000 ppm dengan cara 1 gr ekstrak


dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan dicukupkan hungga tanda
batas menggunakan air laut

Dari larutan induk dibuat larutan uji dengan seri konsentrasi 30, 50,
100, 150, dan 200
3. Uji Toksisitas

Vial 10 ml dikalibrasi terlebih dahulu sebanyak 5 ml

Diisi dengan larutan uji dan ditambahkan sedikit air laut kemudian dimasukkan 10
ekor larva artemia salina berumur 48 jam kedalam vial setelah itu vial dicukupkan
hingga tanda batas 5 ml

Didiamkan selama 24 jam, tiap konsentrasi dilakukan 3 kali replikasi dan


dibandingkan dengan kontrol.

Lihat jumlah mortalitas larva artenia salina


INTERPRETASI DATA UV-VIS, IR, MS, NMR

Pada praktikum interpretasi data dosen/asisten akan


memberikan pengantar terkait spektro

Dituliskan diloogbook analisa data yang diperoleh


berdasarkan gambar spektra

Dituliskan prediksi hasil analisa spektra.

Dituliskan prediksi hasil analisa spektra.

Dituliskan hasil penelitian yang ada terkait interpretasi


data.

Anda mungkin juga menyukai