FAKULTAS FARMASI
LAPORAN LENGKAP
FITOKIMIA
OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS C9C10
ANGKATAN 2021
Lembar Pengesahan ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Praktikum Fitokimia.
Rio Mario
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
3.2.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
3.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
3.2.4 Partisi Ekstrak
3.2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
3.2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
3.2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
Radikal Bebas DPPH
3.2.8 Uji Aktivitas Antimitosis dengan Metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
3.2.9 Interpretasi Data UV-Vis, IR, MS dan NMR
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
3.3.2 Penguapan Pelarut pada Sampel
3.3.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
3.3.4 Partisi Ekstrak
3.3.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
3.3.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
• Gambar Praktikum
• Skema Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah aerator,
batang pengaduk, bejana chamber KLT, becker glass, chamber,
corong, corong kaca, corong pisah, gelas kimia 50 ml, gelas ukur
100 ml, kain penyaring, kertas saring, labu alas bulat, labu ukur,
lampu UV 254 dan 366, lempeng KLT, mikropipet,pensil, pipa
kapiler, pipet tetes, rotavapor, sentrifuge, seperangkat alat
kromatografi kolom, tissue, toples, dan vial.
3.2 Bahan
3.2.1 Jenis – Jenis Ektraksi
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah sambiloto dan metanol
3.2.2 Penguapan Pelarut Pada Sampel
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalahekstrak cair
3.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan
MetodeKromatografi Lapis Tipis (KLT)
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah ekstrak cair dari kencur, n-heksan, etil asetat
3.2.4 Partisi Ekstrak
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah aquadest, n-heksan, etil asetat
3.2.5 Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah silika gel, metanol, n-heksan, etil asesat, ekstrak
kencur
3.2.6 Fraksinasi dan Purifikasi Senyawa Bahan Alam
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah ekstrak, nheksan, etil asetat, kloroform, aquadest,
lempeng kaca silika
A. HASIL PERCOBAAN
Ektraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
menggunakan metode maserasi . hasil yang diperleh adalah
ekstrak cair
UV 366 UV 254
Gambar 6. Pengamatan hasil KLTP pada UV 366 dan UV 254
Gambar 7. Hasil pemurnian fraksi 1,2 dan 3 ekstrak Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).
Percobaan selanjutnya adalah uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.
Pada pengujian ini dilakukan secara kaulitatif dan kuantitatif. Pada
uji secara kualitatif lempeng yang sudah ditotoli oleh sampel
disemprot dengan larutan DPPH dan diperoleh hasil tidak
terbentuk warna kuning karena kami menggunakan fraksi bukan
ekstrak. Sedangkan pada uji secara kuantitatif yang dilakukan
dengan alat spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil absorbnsi
sebesar 0,159 pada panjang gelombang 517 nm kemudian
dihitung nilai %antioksidan dan diperoleh hasil 77,922% yang
masuk dalam kategori memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.
B. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap sampel
tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Yang pertama
dilakukan adalah melakukan ekstraksi pada herba sambiloto untuk
diperoleh ekstrak yang akan digunakan pada pengujian
selanjutnya. Ektraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) menggunakan metode maserasi. Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 29,73 gram.
Selanjutanya dilakukan identifikasi senyawa golongan
dengan menggunakan metode KLT dengan menggunakan eluen N-
heksan : etil asetat dengan perbandingan 2:8. Pada proses isolasi
digunakan 3 lempeng KLT kemudian noda yang terbentuk
disemprotkan 3 pereaksi spesifik. Lempeng pertama disemprotkan
pereaksi dragendorf dan diperoleh hasil terbentuk warna jingga
yang menandakan sampel (+) alkaloid. Lempeng kedua
disemprotkan dengan pereaksi Liebermen Buchard dan diperoleh
hasil terbentuk warna cincin kehitaman yang menandakan sampel
(+) mengandung terpenoid. Untuk lempeng ketiga disemprotkan
pereaksi FeCl3 dan diperoleh hasil terbentuk warna hijau
kehitaman yang menandakan sampel (+) mengandung tanin. Untuk
nilai rf yang diperoleh untuk masing masing noda 1, 2 dan 3 adalah
0,7 cm, 0,9 cm dan 0,925 cm.
Selanjutnya dilakukan proses partisi pada sampel ekstrak
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Metode partisi
yang digunakan adalah metode partisi cair-cair. Pada metode
partisi ini pelarut yang digunakan adalah N-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 2:8.
Kemudian dilakukan isolasi senyawa bahan alam pada
ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Metode
isolasi yang digunakan adalah metode kromatografi kolom
konvensional dengan fase diam yang digunakan adalah silica gel
serta fase gerak yang digunakan adalah N-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 2:8. Hasil fraksinasi kemudian di
kelompokan sesuai warnana dan diperoleh 5 fraksi etil asetat.
Fraksi etil asetat kemudian diuapkan dan di beri label masing-
masing fraksi.
Selanjutnya dilakukan proses pemurnian pada senyawa yang
terkandung dalam ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) pada fraksi yang diperoleh. Proses pemurnian
dilakukan dengan metode KLTP (Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif). Sebelum dilakukan pemurnian dengan metode KLTP
dilakukan terlebih dahulu uji pendahuluan dengan metode KLT
analitik dengan menotolkan 5 fraksi pada satu lempeng dan
diperoleh hasil bahwa fraksi 1,2 dan 3 memliki noda yang sama
sehingga ketiga fraksi tersebut digabung dan kemudian dilakukan
proses pemurnian dengan metode KLTP. Pada proses pemurniaan
dengan metode KLTP ini eluen yang digunakan adalah N-
heksan:etil asetat dengan perbandingan 1:2 dan diperoleh 3 noda
dengan masing-masing nilai rf noda 1,2 dan 3 secara berturut –
turut yaitu 0,7 cm, 0,5 cm dan 0,4 cm. Kemudian noda yang
diperoleh dikerok dan dipisahkan pada masing-masing vial yang
berbeda dan ditandai sebagai isolat 1, isolat 2 dan isolat 3.
Kemudian dilakukan percobaan uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.
Pada pengujian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
uji secara kualitatif lempeng yang sudah ditotoli oleh sampel
disemprot dengan larutan DPPH dan diperoleh hasil tidak
terbentuk warna kuning karena kami menggunakan isolat bukan
ekstrak. Sedangkan pada uji secara kuantitatif yang dilakukan
dengan alat spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil absorbnsi
sebesar 0,159 pada panjang gelombang 517 nm kemudian
dihitung nilai %inhibisi dan diperoleh hasil 77,922% yang masuk
dalam kategori memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena
berada dalam rentang 50 – 100%.
Selanjutnya adalah uji aktivitas antimitosis dengan metode
BSLT. Pengujian ini menggunakan 5 seri konsentasi sampel yaitu
konsentrasi 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm dan 150 ppm.
Dengan nilai % mortalitas kelima konsentrasi secara berturut-turut
adalah 63,333%, 30%, 73,33%, 60% dan 70%. Sedangkan nilai
probit yang diperoleh dari kelima konsentrasi secara berturut-turut
adalah (5,33), (4,48), (5,58), (5,25) dan (5,52). Dari hasil ini
kemudian ditentukan nilai LC50 dari sampel tersebut dan diperoleh
hasil nilai LC50 adalah sebesar 27,10 µg/mL berdasarkan hasil
tersebut disimpulkan bahwa sampel memliki sifat toksik karena
nilai LC50 <1000.
Pengujian terakhir yang dilakukan adalah isolasi senyawa
menggunakan spektrofotometer uv-vis, IR, MS, dan NMR. Pada
spektrofotometer IR diperoleh 3 prediksi gugus fungsi yaitu keton
pada bilangan gelombang 1750 cm-1, ester pada bilangan
gelombang 1515 cm-1, dan asam karbonat pada bilangan
gelombang 1345 cm-1. Pada spektrometer H-NMR diperoleh tiga
jenis proton yaitu benzen, metoksil dan metil. Pada spektrometer
C-NMR diperoleh tiga bentuk sinyal yaitu Singlet, Duplet dan
Triplet. Kemudian pada Spektrometer Massa dari hasil analisis
sampel dengan rumus molekul C10H9NO4Br diperoleh berat
molekul 367 dalton.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum fitokimia dengan
sampel Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.)
adalah Senyawa aktif yang terkandung Dalam sambiloto
adalah alkaloid, terpenoid, dan tanin. Metode yang Digunakan
Dalam Ekstraksi sesuai dengan hasil studi literatur yaitu
Metode maserasi. Lalu dilakukan Penguapan Pelarut pada
sampel menggunakan rotavapor. Identifikasi golongan
Senyawa dengan KLT, kemudian Partisi ekstrak menggunakan
Partisi cair-cair. Kemudian dilakukan Fraksinasi dan purifikasi
dengan KLTP, KLT Dua dimensi, dan KLT multi eluen.
Kemudian uji Aktivitas antioksidan dengan Metode DPPH
didapatkan hasil % Inhibisi 77,92% selanjutnya uji antimiosis
dengan Metode BSLT diperoleh hasil LC50 81,470 𝜇𝑔/𝑚𝐿
termasuk kategori toksik dikarenakan <1000.
B. Saran
Adapun saran pada praktikum fitokimia agar sekiranya
menyiapkan alat dan bahan yang akan Digunakan untuk
praktikum dicek apakah stoknya masih ada atau tidak, agar
praktikum berjalan dengan lancar. Serta praktikan dapat
mengetahui dan memahami prosedur kerja Dalam pengujian di
laboratorium farmakognosi fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA
Abnu Gholib Gandjar. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi
Analisis.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Delita, S. F., Setyowati, G. W., & Ferdinand, M. (2020). Uji Toksisitas
Infusa Acalypha Siamensis dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test(BSLT). Farmaka, 18(1), 14-22.
Kurniawan, H., & Ropiqa, M. (2021). Uji Toksisitas Ekstrak Etanol
Daun EkorKucing (Acalypha hispida Burm. f.) Dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Journal Syifa Sciences
and Clinical Research,3(2), 52-62.
Pratama, A. N., & Busman, H. (2020). Potensi antioksidan kedelai
(GlycineMax L) terhadap penangkapan radikal bebas. Jurnal
IlmiahKesehatan Sandi Husada, 9(1), 497-504.
Preetha, T.S., Hemanthakumar, A. S., & Krishnan, P. N. (2016). A
comprehensive review of Kaempferia galanga L.
(Zingiberaceae): A high sought medicinal plant in Tropical
Asia. Journal of Medicinal Plants Studies, 4(3), 270‒276. ISSN
2320-3862.
Rahardjo, M., & Rosita, S. M. D. (2003). Agroekosistem tanaman
obat. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 2, 89‒ 92. ISSN 1412-2855.
Raina, A. P., Abraham, Z., & Sivaraj, N. (2015). Diversity analysis of
Kaempferia galanga L. germplasm from South India using
DIVA-GISapproach. Journal of Industrial Crops & Product, 69,
433‒439.
Rostiana, O., & Subaryanti. (2010). Yield and quality of five galanga
(Kaempferia galanga L.) promising lines at different growth
environment. The Indonesian Journal of Natural Product, 7(2),
68‒71. ISSN 1412- 2855
Sahoo, S., Parida, R., Singh, S., Padhy, R. N., & Nayak, S. (2014).
Evaluation of yield, quality and antioxidant activity of essential
oil of in vitro propagated Kaempferia galanga Linn. Journal of
Acute Diseases, 124‒130.
Srivastava, N., Ranjana, Singh, S., Gupta, A. C., Shanker, K.,
Bawankule, D. U., & Luqman, S. (2019). Aromatic ginger
(Kaempferia galangal L.) extracts with ameliorative and
protective potential as a functionalfood, beyond its flavor and
nutritional benefits. Toxicology Reports, 6, 521‒528.
Tavares, W. S., Freitas, S. S., Grazzioti, G. H., Parente, L. M. L., Liao,
L. M.,& Zanuncio, J. C. (2013). Ar-tumerone from Curcuma
longa (Zingiberaceae) rhizomes and effects on Sitophilus
zeamais (Coleoptera: Curculioidae) and Spodoptera
frugiperda (Lopidoptera: Noctuidae). Industrial Crop and
Product, 46, 158‒164. ISSN: 0926-6690.
SKEMA KERJA
UV 254 UV 366
FRAKSINASI EKSTRAK METODE PARTISIMETODE CAIR-CAIR
METODE ISOLASI SENAYAWA BAHAN ALAM
FRAKSINASI DAN PURIFIKASI SENYAWA BAHAN ALAM
Ekstrak cair yang telah dimaserasi dimasukkan kedalam labu alas bulat
Pasang labu alas bulat berisi sampel dan labu alas bulat kosong pada ujung rotor yang
terhubung dengan kondensor
Kemudian atur waterbath dengan suhu yang sesuai (5-10°C dibawah titik didih pelarut
yang digunakan)
Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah diisi ekstrak dipasang kuat pada ujung
rotor yang menghubungkan kondensor.
Kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu lalu atur timer.
Lempeng diberi tanda titik penotolan tepi pada bagian bawah dengan jarak 1 cm
dan garis batas elusi 0,5 cm dari tepi atas
Chamber diisi dengann eluen dengan kepolaran yang berbeda Masukka kertas saring
yang telah dipotong panjang kedalam chamber lalu tutup
Tunggu eluen naik melalui kertas saring hingga melewati penutup kaca chamber
3. Penotolan
Ekstrak kental sambiloto yang telah diuapkan diambil menggunakan pipa kapiler
Kemudian ekstrak ditotolkan pada lempeng silika gel yang telah dibuat pada garis penotolan
Kemudian lempeng dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan
sebelumnya
Hitung nilai Rf
FRAKSINASI EKSTRAK METODE PARTISI
Siapkan pelarut dari non polar sampai polar (N-heksan : etil asetat)
Kolom primer dan sekunder dipasang pada statif dimana kolom telah
dibebas lemakkan lalu kolom diisi silica gel kasar dan halus dengan
perbandingan 30 : 10
Setelah itu masukan N-heksan dan etil asetat kekolom mulai dari
kepolaran yang rendah hingga kepolaran yang tinggi
1. Metode KLTP
Setelah dielusi pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda dengan pensil
kemudian di keruk disebut dengan isolat
Kemudian isolat tersebut di totolkan pada lempeng klt analitik untuk melihat
profil kromatogramnya
Tentukan nilai RF
2. Metode KLT multi eluen
Siapkan lempeng yang telah aktif lalu totolkan dan siapkan eluen non
polar dan polar masing-masing 100-200 ML
Lalu dideteksi dengan 2 eluen yang berbeda, lalu amati bercak pada
lempeng di lampu UV 254 dan 366
Teteskan filtrat pada lempeng KLT ukuran 10X10 lalu dielusi dengan 2
pelarut yang berbeda
Elusi lempen pada eluen pertama, lalu angktat dan keringkan lalu di
amati di lampu UV dan diihitung nilai Rfnya
Siapkan eluen kedua lalu putar lempeng 90 derajat lau dielusi sampai
tanda batas lalu dikeringkan dan dihitung nilai RF dan noda yang
terbentuk
Pembuatan sampel uji, disiapkan 2 mL larutan sampel dan 2 mL. Larutan DPPH diinkubasi
selama 30 menit di suhu 27°C di ruang gelap.
Dari larutan induk dibuat larutan uji dengan seri konsentrasi 30, 50,
100, 150, dan 200
3. Uji Toksisitas
Diisi dengan larutan uji dan ditambahkan sedikit air laut kemudian dimasukkan 10
ekor larva artemia salina berumur 48 jam kedalam vial setelah itu vial dicukupkan
hingga tanda batas 5 ml