PERCOBAAN 2
Pernyataan keaslian :
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat adalah
hasil karya sendiri dan atau tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada bagian yang
merupakan hasil meniru karya orang lain dan tau memanipulasi data, maka saya siap
menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,
(Fitria Rahmadina)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2023
PERCOBAAN II
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ETIL PARA METOKSI SINAMAT DARI
RIMPANG KENCUR
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa memahami tentang sifat fisikokimia etil para-metoksi sinamat dan teknik
ekstraksinya.
2. Mahasiswa melakukan isolasi etil para-metoksi sinamat dengan metode maserasi dan
mengidentifikasi dengan KLT.
II. DASAR TEORI
Kencur (Kaempferia galanga) secara empiris telah diketahui memiliki efek
antiinflamasi.Kendungan utama kencur adalah etil p-metoksisinamat (31,77%) yang di dalam
tubuh mengalami hidrolisis menjadi senyawa aktif biologis, asam p-metoksisinamat (APMS),
senyawa ini bekerjadengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga konversi asam
arakidonat menjadi prostaglandi terganggu. Berdasarkan ciri – ciri yang diberikan tanaman
kencur diklasifikasikan sebagai berikut :
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledonae
• Bangsa : Zingiberales
• Suku : Zingiberaceae
• Marga : Kaempferia
• Spesies : Kaempferia galanga Linn.
Tanaman kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah
atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Beberapa manfaat kencur
bagi kehidupan manusia :
• menyembuhkan batuk.
• meningkatkan nafsu makan.
• mengatasi keracunan.
• menghangatkan dan menambah daya tahan tubuh.
• rempah-rempah untuk pembuatan berbagai macam makanan.
Penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seringkali dapatmenyebabkan
iritasi saluran cerna. Salah satu upaya untuk menghindari efek samping tersebut,dikembangkan
penggunaan obat secara topikal. Sediaan OAINS topikal yag telah beredar antaralain natrium
diklofenak dosis 1%, sementara dosis AMPS untuk penggunaan topikal belumdiketahui
(Soeratri. et al, 2014).
Senyawa-senyawa turunan sinamat ditemukan secara luas di alam, terutama sekali
turunan hidroksisinamat, seperti p-kumarat, kafeat, ferulat dan sinapat. Senyawa-senyawa ini
biasanyaditemukan dalam bentuk ester. Senyawa-senyawa ini mudah dideteksi karena noda-
nodanya diatas kertas saring memberikan fluoresensi berwarna biru atau hijau di bawah sinar
ultraviolet. Intensitas warna ini dapat ditingkatkan bila diperlakukan dengan uap amoniak.
Senyawa-senyawaturunan sinamat dapat diidentifikasi dari spektrum ultraviolet yang
mempunyai serapanmaksimum pada panjang gelombang sekitar 245nm dan 320nm. Senyawa-
senyawa ini, dalamsuasana basa memperlihatkan perpindahan serapan maksimum di daerah
UV ke panjanggelombang yang lebih besar (Achmad, 1996).
Salah satu metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi adalah
metode perendaman. Syarat utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang
cukupantara pelarut dan jaringan yang diekstraksi. Penyaringan zat aktif yang dilakukan
dengan caramerendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindungi dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isisel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengankonsentrasi lebih rendah. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairanpenyari setiap hari. Endapatn yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Kusuma,2015).
Salah satu metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi adalah
metode perendaman. Syarat utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup
antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi. Penyaringan zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindungi dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi lebih rendah. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapatn yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Kusuma, 2015).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun
1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom dimana fase diamnya diisikan atau
dikemas didalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam
(uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium,
atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk
terbuka dari kromatografi kolom (Gandjar, 2007).
Kromatografi lapis tipis (TLC) ialah metode bertujuan untuk memisahkan komponen-
komponen campuran berdasarkan perbedaan kemampuan migrasi pada lapisan tipis. Adsorbent
akan dipertahankan pada permukaan bidang datar. Dengan kata lain, pemisahan senyawa akan
berlangsung berdasarkan perbedaan afinitas komponen dari campuran dengan fase diam dan
fase geraknya. Metode kromatografi ini dapat digunakan untuk memantau reaksi organik,
melakukan pemurnin zat dan identifikasi senyawasenyawa satu dan lainnya (Totoli and
Salgado, 2014).
PERCOBAAN 2
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ETIL PARA METOKSI SINAMAT DARI RIMPANG
KENCUR
Tanaman
Kaempferia galanga Kencur / Cekur
1. Bau aromatis
2. Berbentuk Kristal jarum
Karakteristik
3. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam heksan, etanol, kloroforom
minyak atsiri
4. Bersifat semi polar
5. Warna kuning, jernih
6. Titik leleh 49-50oC
7. Mudah menguap
8. Titik didih monoterpenal 140oC – 160oC
9. Titik didih sesquiterpenoid > 200oC
Kristalisasi
Pemurnian (kristalisasi) Supaya didapatkan
IV.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu isolasi dan identifikasi senyawa etil
p-metoksisinamat dari rimpang kencur. Etil para metoksi sinamat adalah komponen utama
rimpang kencur yang memiliki titik leleh 49-50 C, mudah larut dalam heksan, etanol dan
kloroform, tetapi tidak larut dalam air.
Metode isolasi EPMS dapat dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 95%
(kristalisasi). Etanol 95% digunakan sebagai pelarut karena dapat melarutkan etil p-
metoksisinamat dimana etil p-metoksisinamat bersifat non polar sehingga diperlukan
pelarut yang bersifat non polar. Maserasi merupakan teknik ekstraksi simplisia dengan
menggunakan pelarut yang sesuaidengan beberapa kali penggojogan dimana ekstraksi
dilakukan pada suhu kamar. Tujuan dilakukannya ekstraksi dengan maserasi ialah untuk
menarik seluruh komponen zat aktif pada rimpang kencur menggunakan pelarut yang
sesuai. Selain itu digunakan metode maserasi karena etil p metoksi sinamat ini mudah
menguap dan mudah rusak dengan pemanasan. Jadi maserasi dipilih karena baik untuk
senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan memiliki beberapa keuntungan
diantaranya peralatan yang dibutuhkan sederhana dan proses pengerjaannya mudah (Tiwari
et al., 2011).
Pertama, rimpang kencur di iris-iris terlebih dahulu hingga berukuran kecil, pengirisan
bertujuan untuk memperluas bidang permukaan dari kencur itu sehingga diperoleh senyawa
etil p-metoksisinamat yang lebih banyak, dan pengeringan bertujuan agar kadar air dalam
rimpang kencur menurun. Setelah proses maserasi, dilakukan proses penyaringan dimana
proses ini bertujuan untuk memisahkan filtrat hasil maserasi dari rimpang kencur dan
pengotornya. Ekstrak kemudian di simpan dalam lemari pendingin dengan tujuan untuk
mengkristalkan senyawa yang didapat dan memisahkannya dari sisa pelarut yang belum
menguap maupun pengotor yang masih terdapat dalam ekstrak.
Rekristalisasi merupakan salah satu metode pemurnian zat padat dengan berdasarkan
pada perbedaan daya larut antara yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu perlarut
tertentu. Tahap rekristalisasi dilakukan dengan dua tahapan yaitu proses pemisahan kristal
dan pencucian kristal. Pemisahan kristal dilakukan dengan menambahkan pelarut kemudian
disaring. Lalu, dilakukan proses pencucian kristal EPMS yang bertujuan untuk memisahkan
pengotor yang menempel pada kristal sehingga didapatkan kristal yang murni dengan
menggunakan pelarut etanol dingin, kristal yang didapatkan pada praktikum ini yaitu
berwarna coklat. Penggunaan etanol pada tahap ini bertujuan untuk memisahkan senyawa
semi polar yang sulit terpisah dari kristal EPMS (Mufidah,2015 dengan modifikasi). Kristal
EPMS secara teoritis berwarna putih dan berbentuk jarum, hal ini sedikit tidak sesuai dengan
kristal yang diperoleh. Percobaan ini didapatkan berat simpilisa yaitu 300 gram, berat kristal
EPMS yaitu 0,91 gram dan rendemen 0,63 % dengan rumus rendemen:
Lalu melakukan identifikasi EPMS dengan KLT, digunakan fase diam silika gel dan fase
gerak berupa Toluen (karena merupakan senyawa bersifat nonpolar dimana dapat menarik
senyawa etilparametoksi sinamat karena merupakan senyawa yang semipolar), serta
dilakukan pada sinar UV 254 nm. Didapatkan Rf pada sampel yaitu 0.425 dan Rf pada
pembanding yaitu 0,412 dengan rumus:
Rf=𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 ∶ 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
Diidentifikasi sampel dan pembanding mengalami fluororesensi ungu, dan rx isolat
EPMS yang didapat adalah 1,031.
V. KESIMPULAN
1. Metode isolasi EPMS dapat dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 95%
(kristalisasi)
2. Didapatkan berat simpilisa yaitu 300 gram, berat kristal EPMS yaitu 0,91 gram dan
rendemen 0,63 %
3. Rx isolat EPMS yang didapat 1,031
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma. (2016). Potensi Antibakteri Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat Terhadap Bakteri
Jerawat. Saintech Farma vol 9 no 1 , 35-40.
Soleh, S. M. (2019). KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAMAN KENCUR (Kaempferia
galanga L.) DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI. Jurnal Farmaka vol 17 no 2 , 256-
262.