Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN BUDAYA

MENURUT PARA AHLI

NAMA KELOMPOK 1 (BALI)


1. ADE LIA PUTRI
2. ENING MELFIANA
3. FITRIA RAHMADINA
4. NABILA ASYI KARIMA
5. NARESWARA WANODYA
Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

 Melville J. Herskovits dan Bronislaw


Malinowski, mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

 Herskovits, memandang kebudayaan


sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic.
 Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-
lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual,
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

 Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan


merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.

 Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman


Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
A. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik

B. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


5. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
6. Organisasi ekonomi
7. Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
8. Organisasi kekuatan (politik)

C. C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal


(universal categories of culture) yaitu:
9. Bahasa
10. Sistem pengetahuan
11. Sistem tekhnologi, dan peralatan
12. Sistem kesenian
13. Sistem mata pencarian hidup
14. Sistem religi
15. Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan
Unsur-Unsur Budaya dan Tata Ruang Dalam
Budaya Bali

 A. BAHASA

 Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali


dan bahasa Indonesia, sebagian besar
masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan
trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga
dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali
yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri
pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu,
bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang
pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali
Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya
lebih halus.
 B. PENGETAHUAN

 Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk


kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah.
Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara
keagamaan. Banjar dikepalai oleh klian banjar yang bertugas sebagai
menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan
keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang
mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi
pemerintahan.

 C. TEKNOLOGI

 Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system


pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan
penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal
arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang
menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan
perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata
tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri,
menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat
menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.
 D. ORGANISASI SOSIAL

 a). Perkawinan

 Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah


pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya
suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin
dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu
penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi
seluruh kasta dari anak wanita.

 Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan
mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-
orang terpelajar, sudah menghilang.

 b). Kekerabatan

 Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan


kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering
berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin
baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal
adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman
yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana
sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti
arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
c). Kemasyarakatan

Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali


mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas
(administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam
hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan
desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat
pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas
terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.

E. MATA PENCAHARIAN

Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas


bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik,
pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam
masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang
merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan
pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan,
pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan
lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang
mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko
kerajinan tangan.
F. RELIGI

Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar
95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut
agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran
Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan
batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu
wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan
pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut
pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu
adalah weda yang berasal dari India. Orang yang meninggal dunia pada orang
Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk
membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan
duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran
mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada
perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada
juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh,
dan siwa ratri. Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat
agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara
(panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan
sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada
roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil
keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang
pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia
yang mengganggu manusia.
G. KESENIAN
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni
rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan
misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual
misalnya seni video dan film.

Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan
berharga dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan mencakup satu
rentangan unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur budaya tak benda)
yang terdiri dari :

1. Unsur Filosofis
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat dan
kebenaran dasar
2. Unsur Nilai
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan,
umumnya sebagai representation collective
3. Unsur Konsep
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran
implementatif
4. Unsur Norma dan Aturan
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan
bernilai praksis.
Dalam nilai budaya Bali terdapat konsep Bhuana Agung (makro kosmos) dan
Bhuana Alit (mikro kosmos), yang selalu dijaga keselarasan keduanya. Dari dua
konsep inilah di turunkan menjadi suatu pendekatan dalam tata ruang yang
kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam penataan ruang di Bali
yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur jiwa, tenaga
dan fisik atau nisa dikaitkan dengan Parahyangan (hubungan antara Sang Maha
Agung dengan Manusia), Pawongan (hubungan sesama manusia) dan
Palemahan (hubungan antara manusia dan alam).

Landasan sistem nilai terdapat tata ruang memberikan penekanan pada


makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomi
dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.

Nilai Dasar, yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas
(gotong royong) dan nilai keseimbangan.

Nilai instrumental, yang mencakup seperangkat sistem nilai yang


mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibel sesuai dengan
adigium desa, kala, patra.

Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola


keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horiontal. Dalam
kebudayaan Bali, satu struktur di samping mencerminkan adanya keterbukaan
yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :
 
Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan, yang berkaitan
dengan tempat ibadah/ tempat suci); Pawongan (Manusia, tempat aktivitas
masyarakat) serta Palemahan (Lingkungan)

Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (Luan-Teben, Kaja-Kelod) dan


juga Laxokeromi (Sakral-Profan, Baik-Buruk)

Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga membberikan orientasi vertikal Bhur-
Bhwah-Swah dan Uttama, Madhyama, Kanishta

Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal Uttama-Madhyama-


Kanishta

Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana memberikan kekuatan dan


simbol pada struktur yang menggambarkan adanya pola struktur dan
keterikatan antara komponen struktur.

Konsep Dinamika yaitu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan


dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki
sifat supel, luwes dan dinamis.
Arah orientasi ruang dalam skala wilayah yang lebih luas dan
berkeseimbangan secara keseluruhan dalam propinsi Bali,
dengan konsep arah orientasi yang berdasarkan mata angin
(pengide-ider) yang bersifat universal, dan yang berdasarkan
konsep segara-gunung yang bersifat lokal. Sumbu ritual timur-
barat (surya-sewana) berorientasi ke arah matahari terbit dan
terbenamnya matahari, dimana orientasi timur tempat matahari
terbit lebih utama dari barat. Sumbe yang kedua adalah konsep
sumbu natural spiritual Kaja-Kelod yang dikaitkan dengan arah
orientasi kepada gunung dan lautan (Nyegara gunung, Segara-
wukir), luan-teben, sekala-niskala, suci-tidak suci dan
sebagainya. Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan
bernilai sakral akan menempati letak di baian Kaja (utara)
mengarah ke gunung seperti : letak pura, arah sembahyang,
arah tidur dan sebagainya. Sebaiknya, segala sesuatu yang
dikategorikan kurang suci dan bernilai profan, akan menempati
letak bagian kelod (selatan), seperti : letak kuburan, letak
kandang, tempat pembuangan sampah/ kotoran,dan sebagainya
bagi mereka yang tinggal di bagian Bali Selatan dan kelod berarti
utara. Perbedaan ini tidak saja terbatas pada penunjukkan arah,
tetapi juga dalam beberapa aspek kehidupan.
Pada bagian tengah Pulau Bali dari timur ke barat
terbentang pegunungan/ perbukitan dengan puncak-
puncaknya antara lain : Gunung Agung, Bunung Batur, Gunung
Batukaru, yang menurut konsep diatas merupakan arah
orientasi sumbu natural spiritual yang utama dari aktifitas
kehidupan masyarakat Bali. Manifestasi atau kekuatan-
kekuatan Tuhan (siwa) dalam mata angin (pengider-ider) yang
mengambil posisi dik widik, mendasari konsep dewata bawa
sanga dan dijabarkan lagi menjadi konsep eka dasa rudra.
Konsep ini, disamping mendasari sumbu yang bersifat
universal juga mendasari pola ruang sanga mandala.
Sedangkan posisi gunung-laut, disamping mendasari sumbu
linier kaja-kelod, juga mendasari pola ruang tri mandala. Dari
dasar pola ruang tri mandala, dapat dijabarkan juga menjadi
pola ruang sangga mandala dengan memasukkan faktor terbit
matahari sebagai orientasi nilai utama sebagai pembagi
masing-masing mandala dalam tri mandala menjadi tiga
bagian. Pola sanga mandala yang lain didasarkan atas konsep,
pengider-ider/ dewata nawa sanga. Dalam pola sanga mandala
jenis ini maka mandala di tengah (madyaning madya) menjadi
paling utama dan menjadi pusat orientasi.
 Secara umum, konsep tata ruang tradisional Bali, orientasi sangat
menentukan pnataan zoning baik lingkungan rumah banjar maupun
lingkungan desa. Orientasi tradisional merupakan orientasi ruang yang
dibentuk oleh tiga sumbu yaitu :

1. Sumbu Religi, berorientasi pada lintasan terbit dan terbenamnya


matahari dengan arah kangin sebagai nilai utama (arah terbitnya
matahari) dan arah kauh sebagai nilai nista (arah terbenamnya
matahari), sedangkan nilai Madya ada di tengahnya

2. Sumbu Bumi, berorientasi pada gunung dan laut. Gunung sebagai


arah kaja (utara) bagi masyarakat Bali bagian selatan bernilai Utama
dan laut atau arah kelod bernilai Nista sedangkan bagi masyarakat Bali
utara Kelod adalah ke selatan karena pegunungan ada di tengah-
tengah pulau Bali. Arah kelod adalah arah yang menuju ke laut, ke
utara di Bali utara dan ke selatan di Bali selatan. Nilai utara ada di arah
gunung atau kaja sedangkan nilai nista ada di daerah laut atau kelod,
dengan Madya ada di tengahnya.

3. Sumbu Kosmos, merupakan varian dari sumbu religi dan sumbu


kosmos, mempunyai pengertian menek (naik) dana Tuwun (turun),
dengan tiga tingkatan tata nilai yang menek (utama), tengah (Madya)
dan tuwun (nista).
Ada tiga pola tata ruang permukiman tradisional religius Bali, yaitu :

1. Pola Perempatan Agung, Pola ini terbentuk dari perpotongan sumbu Kaja dan
Kelod (ke gunung dan ke laut) dan sumbu Kangin dan Kauh (arah terbit dan
tenggelam matahari). Berdasarkan konsep sembilan mata angin (Nawa Sanga)
maka daerah timur (kaja-Kangin) yang mengarah ke Gunung Agung diperuntukkan
bagi bagian suci (Pura Desa). Pura yang berkaitan dengan kematian (Pura Dalem)
dan kuburan desa berada di Barat daya yang mengarah ke laut (kelod-kauh)
sedangkan permukiman berada di antara Pura Desa dan Pura Dalem.

2. Pola Linier, pola ini, konsep sembilan pendaerahan (Nawa Sanga) tidak banyak
berperan. Orientasi kosmologi lebih didomonasi oleh arah gunung dan laut (kaja-
Kelod) dan sumbu terbit dan tenggelamnya matahari (kangin-kauh). Bagian ujung
utara (kaja) suatu permukiman, dperuntukkan bagi Pura Desa, dan di ujung
selatan (kelod) diperuntukkan bagi kuburan (Pura Dalem). Di antara batas desa
utara dan selatan tersebut merupakan permukiman penduduk dan fasilitas umum
berupa Bale Banjar dan Pasar. Pada umumnya pola linier ini terdapat di desa-desa
pegunungan.

3. Pola Kombinasi, merupakan perpaduan antara pola linier dengan pola


perempatan agung. Pola permukimannya menggunakan Pola Perempatan Agung,
sedangkan sistem peletakkan massa bangunannya mengikuti pola linier.
Perumahan dan fasilitas umum terletak pada ruang terbuka yang berada di
tengah-tengah permukiman, akan tetapi lokasi daerah yang bernilai utama
terletak pada ujung utara (kaja) dan lokasi yang bernilai nista terletak pada ujung
selatan (kelod).
Contoh Unsur Dari Daerah Bali

 Bahasa
 1. bahasa indonesia
 2. bahasa bali
 3. bahasa jawa
 4. bahasa sasak
 5. bahasa madura
 6. bahasa inggris
› Lagu daerah : bali jagaddhita

Anda mungkin juga menyukai