SARI SKRIPSI
Oleh:
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Klasifikasi 3
2. Nama Daerah 3
3. Morfologi 3
5. Kandungan Kimia 4
2. Skrining Fitokimia 5
2.4.2 Fraksinasi 10
3.2.1 Alat 21
3.2.2 Bahan 21
3.4.8 Uji sitotoksik dengan Menggunakan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test) 28
4.1 Hasil 30
4.2 Pembahasan 31
5.1 Kesimpulan 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
6. Skema Uji Aktifitas Sitotoksik Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethallity Test)
46
7. Pola KLT Fraksi Etil asetat Daun Burat ( Tabernaemontana macrocarpa Jack)
........................................................................................................... 47
8. Pola KLT Hasil VLC Fraksi n-heksana-etil asetat (9:1) Sampai Etil asetat-metanol (5:5)
9. Pola KLT Kromatografi Kolom dengan Eluen n-heksana-Etil asetat (9:1) Menggunakan
16. Kurva Antara Log Konsentrasi dengan Nilai Probit Fraksi Etil asetat... . 55
17. Kurva Antara Log Konsentrasi dengan Nilai Probit Senyawa EK12..... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
4. Skema Uji Aktifitas Sitotoksik Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethallity Test)
45
5. Pola KLT Fraksi Etil asetat Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa Jack) 46
7. Pola KLT Fraksi VLC Etil asetat Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa Jack) 48
Jack) 49
14. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality
16. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. Pengamatan dan Hasil Uji Fitokimia Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa J ack)
43
7. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test ( BSLT)
8. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test ( BSLT)
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai obat. Tetapi tumbuhan yang berkhasiat obat masih banyak yang belum teridentifikasi.
Tumbuhan saat ini banyak yang diteliti untuk dijadikan obat. Salah satu tumbuhan yang
Jack).
Tumbuhan burat merupakan salah satu species famili Apocynaceae. Burat adalah
pohon besar yang terdistribusi baik di hutan dataran rendah. Burat tersebar di hutan-hutan
Indonesia, seperti hutan di Kalimantan. Tumbuhan ini memiliki ketinggian 5-25 m dan
memiliki buah yang terdiri dari 2 mericarps terpisah berwarna oranye atau merah. Famili
Apocynaceae adalah salah satu tumbuhan yang banyak mengandung metabolit sekunder jenis
alkaloid (Cordell, 1981). Apocynaceae memiliki sedikitnya 1500 spesies dan terbagi menjadi
424 genus (Ng, 1989) yang mempunyai efek terhadap pengobatan berbagai penyakit (Dosaji
et al, 2 001).
Burat banyak digunakan sebagai obat tradisional, oleh masyarakat suku Dayak
sebagai bahan pengobatan berbagai macam penyakit seperti sakit gigi, herpes, kudis, dan
terutama bagian batang digunakan sebagai obat kanker (Pratiwi et al, 2014) . Berdasarkan
macrocarpa Jack) ini pernah dilakukan pada buah dan akar serta dapat dimanfaatkan dalam
bidang pengobatan. Pada uji fitokimia burat positif mengandung metabolit sekunder
Penelitian uji sitotoksik dilakukan pada batang tumbuhan burat menunjukan bahwa
ekstrak etil asetat paling aktif karena memiliki nilai LC50 yang paling kecil yaitu 119,34 bpj
(Pratiwi et al, 2014). Meyer, (1982) menyatakan bahwa senyawa dengan nilai LC50< 1000 bpj
sitotoksik baru dari bahan alam yang berfungsi sebagai antikanker (Sahutji, 2000). Salah satu
metoda untuk uji aktivitas antikanker dari bahan-bahan atau senyawa adalah metoda Brine
Shrimp Lethallity Test ( BSLT) dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach.
Metoda ini merupakan metoda sederhana, mudah, murah, dan cepat untuk skrining aktivitas
ekstrak produk alam. Metoda ini mempunyai korelasi positif dengan pengujian aktivitas
mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari daun tumbuhan burat dan mengetahui menguji
aktivitas sitotoksik dari kandungan senyawa isolat murni hasil isolasi dalam fraksi etil asetat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Tabernaemontana
khususnya di Rokan Hulu, Riau dikenal dengan nama Burat (Tjitrosoepomo, 2000).
2.1.3 Morfologi
terdistribusi baik di hutan dataran rendah. Tumbuhan ini memiliki ketinggian 5-25 m. Daun
elips, meruncing atau bulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, hijau. Batang
berkayu dengan lateks putih. Bunganya majemuk, berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun,
kelopak bentuk cawan, benang sari dan putik halus, dasar mahkota membentuk tabung,
berwarna putih. Sedangkan buah sekitar 3-7,5 cm, masih muda berwarna hijau setelah tua
warnanya kuning, buah berpasangan, berdaging, diisi dengan banyak biji dengan biji mantel
merah (Ashton,1988).
sipilis (Burkill, 1966). Buah Burat digunakan untuk mengurangi sakit gigi dan sakit kepala
(8) dan voacangin pseudoindoxil (9) (Perera et al, 1985; Gunasekera et al, 1980 ; Van beek et
R1 R2
(1) CH2COCH3 H
(2) H H
(4) =O H
(7) H OH
R1 R2
(5) H CH2COCH3
(6) Ome CH2COCH3
(8) H H
(9) Ome H
Gambar 1. Struktur Senyawa Alkaloid dari Akar Tumbuhan Tabernaemontana macrocarpa
Jack.
umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar metodanya merupakan reaksi pengujian warna
dengan satu pereaksi warna. Metoda yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining
fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain sederhana, cepat, dapat dilakukan
dengan peralatan minimal, bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk
senyawa yang bersangkutan, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari (Noerono,
1994).
tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), terutama
glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan terpenoid), tannin, minyak atsiri dan
sebagainya. Adapun tujuan pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan
yang mengandung senyawa kimia yang berguna untuk pengobatan (Farnsworth, 1966).
Kata alkaloid berasal dari istilah “alkali like”. Pada mulanya ditunjukkan pada
kelompok basa yang berasal dari tumbuhan. Alkaloid merupakan suatu senyawa metabolit
Sistem klasifikasi alkaloid terdiri atas alkaloid sesungguhnya, proto alkaloid dan
aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik; biasanya terdapat dalam tanaman dalam bentuk garam
asam organik. Proto alkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Sedangkan pseudo alkaloid tidak diturunkan
Berdasarkan sifat fisikanya, kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan
kristal dengan titik lebur tertentu. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf, dan beberapa
seperti nikotin dan koniin yang berupa larutan. Kebanyakan alkaloid tidak bewarna, tetapi
senyawa yang kompleks, spesies aromatik berwarna seperti berberin (kuning) dan betanin
(merah). Alkaloid dalam bentuk bebas hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudo alkaloid dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener
adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron, maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang
ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam (Sastrohamidjojo, 1996).
Untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid ada dua metode yang paling
banyak digunakan, yaitu: Prosedur Wall dengan proses ekstraksi sederhana dan Prosedur
Kiang – Douglas dengan proses ekstraksi ditambah dengan modifikasi pereaksi (Cordell,
1981).
Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang
memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismut, tungsten, atau jood. Pereaksi Mayer
mengandung kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung
bismut nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan
pereaksi Wagner dan mengandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida.
Berbagai pereaksi tersebut menunjukan perbedaan yang besar dalam hal sensitivitas terhadap
sesuai. Dalam melakukan isolasi atau penyarian dari bahan alam dapat digunakan bahan –
bahan tumbuhan, hewan segar maupun yang telah dikeringkan, tergantung simplisia dan
Alkaloid diambil ke dalam larutan asam berair dan komponen netral atau bersifat
asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair
dipisahkan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai
(Sastrohamidjojo, 1996).
Ekstraksi adalah proses pengambilan komponen yang larut dari bahan atau campuran
dengan menggunakan pelarut seperti air, alkohol, eter, aseton dan sebagainya. Metode
ekstraksi yang dipilih untuk mendapatkan senyawa bahan alam tergantung kepada jenis
sampel tumbuhan dan jenis senyawa yang ada. Terutama tergantung pada keadaan fisik
senyawa tersebut, misalnya senyawa berupa cairan yang mudah menguap (Harborne, 1987).
Ekstraksi untuk alkaloid, ekstrak harus selalu dicek untuk mengetahui adanya alkaloid
dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap alkaloid. Ekstrak tanaman pada
awalnya ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya.
Kebanyakan alkaloid yang terdapat dalam tanaman sebagai garam organik, dan garam-garam
tersebut lazim larut dalam etanol 95% . Setelah ektraksi dengan pelarut organik, fasa berair
dibuat basa dengan natrium karbonat atau amonia. Larutan basa berair kemudian diekstraksi
dengan pelarut organik yang cocok biasanya kloroforrm atau etil asetat. Larutan basa berair
kemungkinan mengandung alkaloid quartener dan biasanya dites dengan pereaksi pengendap
alkaloid (Sastrohamidjojo, 1996). Beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan (Darwis,
1. Maserasi
dengan pelarut organik dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga simplisia akan lunak
dan larut. Proses ini sangat mengguntungkan dalam melakukan isolasi senyawa bahan alam
karena dengan perendaman pada sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang
terkandung dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk
proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut yang sesuai. Keuntungan menggunakan maserasi untuk
mengisolasi simplisia adalah dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tidak tahan pemanasan
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkulator. Penyarian dengan perkolasi ini
lebih sempurna dari maserasi. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya
dan bisa dilakukan untuk zat berkhasiat yang rusak ataupun tidak rusak karena pemanasan.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama dengan maserasi dengan menggunakan
pada suhu 30-400 C. Cara ini dilakukan untuk simplisia pada suhu biasa tidak tersari dengan
baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat
4. Sokletasi
Sokletasi adalah salah satu penyarian yang memakai pelarut organik dan
menggunakan alat soklet, dimana simplisia dan pelarut ditempatkan secara terpisah.
Prinsipnya teknik isolasi dengan ini adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang
sehingga penyarian lebih sempurna dan pelarut yang dipakai lebih efesien.
5. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah proses penyarian yang digunakan untuk senyawa organik yang
tahan pada suhu tinggi, yang lebih tinggi dari pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih
2.4.2 Fraksinasi
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa dari suatu ekstrak dengan
menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Fraksinasi dilakukan dengan
meningkatkan kepolaran pelarut. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut nonpolar
seperti n-heksan, petroleum eter, pelarut semi polar seperti etil asetat, kloroforom, dan
terakhir pelarut polar seperti butanol dan etanol, sehingga diperoleh fraksi yang mengandung
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) . Teknik kromatografi telah berkembang dan
telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang
komplek, baik komponen organik maupun komponen anorganik (Ganjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metoda kromatografi yang paling sederhana.
Fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya berupa cairan. Lapisan tipis tersebut
berfungsi sebagai penyerap dan pemisahan. Pemisahan terjadi pada kromatografi jenis ini
berdasarkan perbedaan afinitas terhadap fase diam dan fase gerak yang mengakibatkan
perbedaan kecepatan migrasi komponen yang dipisahkan. Mengalirnya fase gerak dalam fase
Cara kerja dari kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut: Senyawa yang akan
dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang sesuai, setelah itu totolkan pada plat yang telah
diberi batas atas dan batas bawah. Hasil totolan berupa bercak pada plat dibiarkan agar
pelarutnya menguap. Plat tersebut dimasukkan ke dalam bejana yang berisi eluen sebagai
fase geraknya kemudian bejana tersebut ditutup dengan rapat. Beberapa menit kemudian
pelarut akan naik bersama bercak hasil totolan. Bercak yang telah didapat diberi tanda.
Gunanya adalah untuk mencari harga Rf (Gritter et al, 1991).
senyawa-senyawa organik. Metoda ini berasal dari Australia. Pada metoda ini, pemisahan
senyawa dilakukan dengan menggunakan kolom yang dilengkapi dengan sistem vakum yang
dapat mempercepat aliran eluen. Terdapat perbedaan yang jelas antara pengerjaan metoda
VLC dan kromatografi flash dimana pada metoda ini, kolom dibiarkan sampai kering setelah
setiap selesai ditampung. Proses pengelusian yang berikutnya dilanjutkan setelah silika yang
terdapat didalam kolom tersebut kering. Kondisi ini mirip dengan metoda KLT preparatif
VLC terdiri dari kolom pendek atau corong Buchner yang dilengkapi dengan
penyaring glass (10-20µm). Fase diam yang digunakan adalah silika preparatif seperti Merck
60H atau silika gel 60G. Silika ini di pak dalam kolom dengan cara memadatkannya dengan
menggunakan vakum. Umumnya tinggi fase diam haruslah tidak lebih dari 5 cm. Fase gerak
yang digunakan adalah pelarut organik yang dikombinasikan dengan perbandingan tertentu
1. Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom fasa diam yang digunakan dapat berupa silica gel (SiO2),
sedangkan fasa geraknya dapat dimulai dari pelarut nonpolar kemudian kepolarannya
ditingkatkan secara bertahap. Pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut tunggal atau
kombinasi dua pelarut yang berbeda akan kepolarannya sesuai dengan tingkat kepolaran yang
dibutuhkan. Pita senyawa akan bergerak melalui kolom dengan laju berbeda. Kecepatan
bergerak zat ini di pengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat
pelarut dan suhu dari kromatografi. Pita senyawa akan memisah dan dikumpulkan berupa
fraksi yang keluar dari kolom. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk
Fraksi yang keluar dari kromatografi kolom ditampung dan dimonitor dengan KLT.
Fraksi-fraksi yang nilai Rf–nya sama digabung, kemudian pelarutnya diuapkan sehingga
diperoleh beberapa fraksi. Noda pada plat KLT dideteksi dengan penampak noda lampu
di cemari oleh zat lain selama isolasi. Salah satu cara pemurnian adalah dengan rekristalisasi,
yaitu berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat utama yang dimurnikan dengan senyawa
minor baik dengan menggunakan pelarut tunggal atau campuran pelarut yang cocok. Pelarut
yang digunakan dipilih berdasarkan kemampuan melarutkan zat yang akan dimurnikan.
Perbedaan kelarutan akibat pemanasan atau penambahan pelarut lain akan menyebabkan
senyawa utama akan mengkristalisasi terlebih dahulu. Proses rekristalisasi ini diulang
beberapa kali sehingga didapatkan senyawa berbentuk kristal yang lebih murni dan ditandai
Salah satu pengujian kemurnian senyawa hasil isolasi yaitu berdasarkan titik leleh.
Titik leleh dapat diukur dengan Stuart Melting Point Apparatus. Titik leleh adalah temperatur
dimana padatan mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya, temperatur padatan dan cairan
berada pada kesetimbangan yang sama. Pada penentuan titik leleh sutu senyawa, bila harga
yang diperoleh memiliki selisih angka yang lebih kecil dari 20 C, maka senyawa tersebut
dapat dikatakan memiliki kemurnian yang lebih baik, tetapi jika selisihnya lebih besar dari
Spektroskopi adalah teknik fisikokimia yang mengamati interaksi atom atau molekul
dengan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan
untuk menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik
yang mengandung ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga, khususnya untuk ikatan rangkap
terkonjugasi dan aromatik. Suatu molekul dapat diamati apabila molekul tersebut menyerap
radiasi ultraviolet dan di dalam molekul tersebut terjadi perpindahan tingkat energi
elektron-elektron ikatan di orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang lebih rendah
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Untuk mempelajari serapan UV secara kualitatif berkas
radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas radiasi yang ditransmisikan harus diukur
(Silverstein, 1986).
inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2,5-5,0 μm atau pada
bilangan gelombang 400-200 nm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan
vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk
setiap ikatan kimia atau gugus fungsi. Spektroskopi inframerah pada umumnya digunakan
untuk menentukan gugus fungsi atau senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik
jarinya.
Karena terjadi transisi vibrasi pada hampir seluruh senyawa organik yang
menghasilkan spektrum absorpsi yang kompleks, maka tidak ada dua senyawa organik yang
mempunyai spektrum IR yang sama, kecuali dua senyawa itu merupakan isomer optik.
Berdasarkan sifat inilah, penggunaan spektroskopi IR merupakan cara yang paling sederhana
Uji sitotoksik digunakan untuk mengetahui pengaruh racun yang dihasilkan oleh dosis
tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan coba sebagai uji praskrining senyawa anti
kanker. Uji sitotoksik merupakan perkembangan metoda untuk memprediksi keberadaan obat
sitotoksik baru dari bahan alam yang berfungsi sebagai antikanker (Sajuthi et al, 2000). Salah
satu metoda untuk uji aktivitas sitotoksik adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk menguji
bahan-bahan yang bersifat toksik dan digunakan sebagai suatu bioassay y ang pertama untuk
penelitian bahan alam. Metode ini menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan
coba. Uji aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT ini merupakan uji aktivitas dimana efek
toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24
Mudjiman (1988), Artemia salina adalah salah satu jenis crustacea tingkat rendah
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Order : Anostraca
Family : Artemidae
Genus : Artemia
Species each
: Artemia salina L
Artemia memiliki beberapa fase dalam daur hidupnya yakni siklus hidup A. salina
dimulai dari menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25oC kista akan
menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih menempel pada kulit
kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah
menjadi nauplii yang sudah bisa berenang bebas. A. salina yang baru menetas tidak akan
makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk sempurna (Fox, 2004).
Pada awalnya nauplii akan berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung
kuning telur dalam tubuhnya, yang akan bertahan selama 72 jam. Sehingga nauplii tidak
membutuhkan makanan untuk selang waktu 72 jam. Untuk kultur pertumbuhan selanjutnya,
larva membutuhkan makanan berupa mikroalga, bakteri dan dendritus organik lainnya.
Nauplii akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari
(Fox, 2004).
Variabel yang penting dalam membiakkan udang Artemia salina Leach ini adalah pH,
cahaya dan oksigen. PH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan
each. Cahaya
pH dibawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia salina L
minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan pertumbuhan
each.
mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia salina L
Diperlukan media yang khusus dalam pembiakan udang A. salina untuk uji Brine
Shrimp, tetapi media yang digunakan dapat dibuat dalam bentuk sederhana dan murah
(Harefa, 1997). Media dibuat dalam bentuk kaca yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian
yang gelap dan bagian yang terang. Kista udang diletakkan pada bagian yang gelap dan akan
bergerak ke daerah yang terang setelah menetas menjadi larva. Untuk pembiakan udang A.
1. Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter air
tawar.
3. Berikan sinar selama penetasan (dapat digunakan lampu standar grow-lite a tau lampu
60 watt).
5. pH 8 atau lebih, jika pH turun dibawah 7 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikan
pH.
Larva yang digunakan untuk uji dapat dipakai setelah 48 jam dari saat kista udang
Pengujian efek toksik dengan larva Artemia salina, dihitung dengan metode LC50
setelah larva terpapar sampel uji setelah 24 jam. Penunjukkan efek toksik yang dihasilkan
memberikan indikasi terganggunya proses pembentukan sel. Dalam hal ini diasumsikan
LC50
(µg/ml)
250-500 Toksik
500-750 Sedang
Sejauh ini metode penentuan LC50 ada 3 macam, yaitu metode kurva, metode
farmakope indonesia dan metode finney. Ketiga metode ini berdasarkan pengukuran
persentase individu yang responsif pada kisaran dosis atau konsentrasi tertentu (Meyer et al,
1982).
2.8.1 Metode Farmakope Indonesia Edisi IV
Pada metode farmakope indonesia ini LC50 dihitung secara matematika dengan
M = a-b (∑pi-0,5)
Keterangan:
M : Log LC50
∑pi : Jumlah hewan yang mati dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya yang
3. Dosis atau konsentrasi diatur sedemikian rupa, sehingga memberikan efek 0%-100% dari
perhitungan dan dibatasi pada kelompok percobaan yang memberikan efek 0%-100%.
1. Metode Kurva
Metode kurva menggunakan log kertas probit yang didesain khusus untuk perhitungan
dosis atau respon. Metode ini dikembangkan oleh Miller dan Tainter menggunakan kertas log
probit yang didesain untuk perhitungan dosis respon. Garis vertikal menyatakan nilai probit
dan persentase respon. Garis horizontal menyatakan dosis atau konsentrasi yang digunakan.
Plot antara nilai dosis atau konsensentrasi terhadap nilai probit akan menghasilkan kurva
berupa garis lurus. Dari kurva tersebut dapat diturunkan harga LC50 (Meyer,
1982).
1. Metode Finney
Analisa probit dengan metode ini diprogram khusus dengan menggunakan komputer.
Perhitungan harga LC50 dengan metode finney dilakukan dengan menggunakan software LDP
(Fox, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Mei 2016
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat alat destilasi, satu unit
Erlenmeyer, kaca arloji, beaker gelas, pinset, kertas saring, kapas, botol, bejana kromatografi
(chamber), pipet tetes, plat tetes, tabung reaksi, gelas ukur, vial, spatel, corong, sikat kawat,
penentu titik leleh Stuart melting point apparatus SMP-11, Spektrofotometer UV,
kromatografi vakum cair, spektrofotometer IR, HPLC, dan seperangkat alat pembiakan telur
udang Artemia salina Leach (wadah gelap, aerator, lamu dengan intensitas cahaya rendah).
1. Bahan
Sebagai sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraksi etil asetat daun
air suling, kloroform, kloroform amoniak, logam magnesium, larutan FeCl3 1%
, HCl
pekat,
Dragendorff, kista udang Artemia salina Leach, air laut, metanol, Dimetilsulfoksida (DMSO),
1. Identifikasi Tumbuhan
7. Identifikasi Senyawa
1. Identifikasi Sampel
Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Uji pendahuluan kandungan metabolit sekunder dilakukan terhadap fraksi daun Burat.
Sebanyak 0,3 g fraksi etil asetat dilarutkan dengan etil asetat dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 5 ml air suling dan 5 ml kloroform lalu dikocok kuat dan dibiarkan beberapa
saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air digunakan untuk uji senyawa flavonoid,
fenolik, dan saponin. Lapisan kloroform digunakan untuk uji senyawa terpenoid, dan steroid.
1. Uji Flavonoid
Beberapa tetes lapisan air pada plat tetes ditambah 1-2 butir logam magnesium
dan beberapa tetes asam klorida pekat. Terjadinya warna jingga, merah muda sampai
1. Uji Fenolik
Beberapa tetes lapisan air pada plat tetes ditambah 1–2 tetes larutan besi(III)
klorida 1%. Bila terbentuk warna biru/ungu, berarti terdapat senyawa fenolik.
1. Uji Saponin
Lapisan air dalam tabung reaksi dikocok. Apabila terbentuk busa yang bertahan
Lapisan kloroform disaring melalui pipet yang berisi norit. Hasil saringan dipipet
2–3 tetes dan dibiarkan mengering pada plat tetes. Setelah kering ditambahkan pereaksi
Liebermann-Burchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat).
Terbentuknya warna merah berarti positif adanya terpenoid dan warna hijau-biru berarti
1. Uji Alkaloid
kloroform amoniak 0,05 M, diaduk kemudian disaring melalui kapas kedalam tabung
reaksi tambahkan 1 ml asam sulfat 2 N, kocok selama 2 menit, biarkan hingga terbentuk
dua lapisan dan terjadi pemisahan. Ambil lapisan asam (atas) dan tambahkan 1–2 tetes
pereaksi Mayer jika terbentuk endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan hasil
Sebanyak 25 gram fraksi etil asetat daun burat dipisahkan dengan kromatografi
Fraksi etil asetat yang akan dikromatografi dibuat dahulu preabsorbsi dan dimasukkan
ke dalam kolom. Selanjutnya dielusi secara bergradien menggunakan pelarut n-h eksana, etil
asetat dan metanol. Sebanyak 14 fraksi dengan eluen n- heksana 100%, n- heksana – Etil asetat
9:1, 8:2 ,7:3 ,6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, etil asetat 100%, etil asetat – metanol 9:1, 7:3, 5:5.
Hasilnya ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diberi nomor. KVC ini memberikan 14
fraksi yang diberi label fraksi A- N. Fraksi yang ditampung diuapkan dari pelarutnya
menggunakan alat rotary evaporator sehingga didapat hasil dari VLC yang kental, lalu
dilakukan pengujian profil KLT. jika Pola noda yang memperlihatkan pola pemisahan yang
baik terdapat pada plat KLT sama maka kemudian dilakukan penggabungan fraksi dan
Fraksi hasil VLC di cek pola pemisahan dengan KLT. Pola KLT memperlihatkan
bahwa dari 14 fraksi yang didapat fraksi nomor II B dan III C memberikan pola pemisahan
KLT yang bagus kemudian dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi kolom.
Kromatografi Kolom diisi dengan silika gel 60 GF254. Pengisian kolom dilakukan dengan
pembuatan bubur silika terlebih dahulu, lalu dimasukkan ke dalam kolom menggunakan
corong, kemudian dielusi dengan eluen n-h eksana sampai kerapatan silika di dalam kolom
maksimum.
Fraksi yang akan dipisahkan dilakukan pereabsorpsi dan dimasukkan didalam kolom.
Kemudian dielusi secara bergradien menggunakan pelarut n heksana, etil asetat dan metanol.
Hasil pemisahan kromatografi kolom dari fraksi II dan III sebesar 0,111 g, kemudian
ditampung dalam botol vial dan diberi nomor. Dari kromatografi kolom ini didapatkan 25
vial dan didapatkan hasil berupa kristal? tapi dalam jumlah yang sedikit dan tidak
dilanjutkan.
Selanjutnya fraksi IV dan V memiliki pola pemisahan KLT yang baik dan digabung,
selanjutnya di kromatografi kolom. Kemudian Kromatografi Kolom diisi dengan silika gel 60
GF254, pengisian kolom dilakukan dengan pembuatan bubur silika terlebih dahulu, lalu
dimasukkan ke dalam kolom menggunakan corong, kemudian dielusi sampai kerapatan silika
di dalam kolom maksimum. Fraksi DE yang akan dipisahkan dilakukan pereabsorpsi dan
heksana, etil asetat dan metanol. Hasil pemisahan kromatografi kolom dari fraksi IV dan V
sebesar 2,1137 g, kemudian ditampung dalam botol vial dan diberi nomor. Dari kromatografi
kromatografi kolom I dan pada kromatografi kolom II didapatkan sebanyak 268 vial
dilakukan uji KLT. Vial – vial yang akan diuji diambil secara acak setiap 5 vial, selanjutnya
plat KLT diberi garis 0,5 cm ditepi bawah dan 0,5 cm di bagian atasnya, lalu masing masing
fraksi ditotolkan pada plat yang telah diberi nomor sesuai dengan vial kemudian dielusi
dengan eluen yang sesuai sampai garis batas atas plat KLT, plat dikeluarkan dan dikeringkan.
Untuk melihat noda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan penyinaran lampu UV dan
pereaksi penampak noda asam sulfat pekat, vial yang memiliki tinggi noda yang sama
digabung dan hasil penggabungan didapatkan 13 fraksi yang diberi label EK-1 sampai
EK-13. Fraksi no 12 EK-12 (nomor vial 180-220) memperlihatkan pola pemisahan yang
Hasil rekristalisasi fraksi 12 (vial 180-220) menghasilkan suatu senyawa murni yang
terlihat satu noktah pada plat KLT. Caranya, Reksristalisasi dilakukan dengan cara fraksi
EK-12 dilarutkan padatan yang terbentuk dengan sedikit mungkin pelarut etil asetat hingga
larut, kemudian ditambahkan pelarut n- heksana dalam jumlah berlebih lalu disaring. Kristal
atau amorf hasil kristalisasi ditentukan titik lelehnya dengan alat apa?????. Pembacaan titik
leleh dimulai saat kristal mulai meleleh sampai habis meleleh semuanya. Jika selisih harga
titik lelehnya kecil atau sama dengan 20 C maka senyawa tersebut sudah dapat dikatakan
murni. Pengujian titik leleh menunjukan bahwa senyawa meleleh pada suhu 240o-242oC.
3.4.7 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
1. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan ini dilakukan secara visual dengan mengamati sifat-sifat yang dapat
diketahui dengan bantuan indera seperti bentuk, warna dan bau senyawa hasil
isolasi.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan sifat kelarutan dan titik leleh senyawa hasil
isolasi. Pemeriksaan titik leleh dilakukan dengan menggunakan alat Stuart melting
point apparatus. Beberapa butir kristal diletakkan diantara dua kaca objek,
kemudian diletakkan di bawah kaca pembesar dan diatur kenaikan suhunya. Amati
perubahan fisik zat, pencatatan suhu dilakukan saat kristal mulai meleleh hingga
meleleh sempurna.
Siapkan bejana/wadah yang telah diberi sekat berongga ditengahnya, letakkan lampu
dan aerator pada salah satu ruang. Masukkan 10-20 mg telur udang Artemia salina Leach
pada ruang yag tidak diberi lampu dan aerator, gelapkan ruangan tersebut dengan cara
menutupnya dengan alumunium foil atau bahan-bahan yang kedap cahaya lainnya. Kemudian
nyalakan lampu dan aerator, biarkan selama 48 jam untuk menetaskan telur.
Kalibrasi wadah yang akan digunakan untuk uji. Sampel uji sebanyak 10 mg
dilarutkan dalam 2 ml pelarut etil asetat dan didapatkan konsentrasi 10.000 ppm dan dibuat
dalam konsentrasi ekstrak uji 1000, 100, 10 ppm dan dalam air laut dengan cara larutan induk
dengan konsentrasi 10.000 ppm tadi dipipet 0,5 ml dimasukkan dalam vial kemudian
ditambahkan etil asetat sebanyak 5 ml dan didapatkan konsentrasi 1000 ppm, dan dipipet lagi
0,5 ml dari konsentrasi 1000 ppm tadi kemudian masukkan dalam vial baru dan ditambahkan
5 ml etil asetat dan didapatkan konsentrasi 100 ppm, dipipet 0,5 ml lagi dari konsentrasi 100
ppm dan dimasukkan dalam vial baru, tambahkan 5 ml etil asetat dan didapatkan konsentrasi
10 ppm. Seri konsentrasi ini dibuat dalam tiga rangkap (triplikat) dan biarkan pelarutnya
menguap.
kelarutan yang rendah terhadap air laut, tambahkan 50 µL DMSO untuk membantu kelarutan.
Ambil 10 ekor larva udang Artemia salina Leach yang telah berumur 48 jam untuk tiap-tiap
wadah uji. Tambahkan air laut sampai batas kalibrasi. Biarkan selama 24 jam dan amati
Untuk kontrol dilakukan dengan memipet 50 µL DMSO ke dalam vial uji yang telah
dikalibrasi tanpa penambahan sampel uji. Masukkan larva Artemia salina Leach 10 ekor dan
tambahkan air laut hingga batas kalibrasi. Hitung jumlah larva yang mati dan yang masih
BAB IV
4.1 Hasil
Penelitian tentang isolasi dan uji aktivitas sitotoksik dari fraksi etil asetat daun burat
dan alkaloid.
25 gram di dengan kromatografi vakum cair meng dihasilkan 14 fraksi yang
kristal berwarna kuning. Tetapi karena jumlah kristalnya yang sedikit maka tidak
4. Dilanjutkan dengan Fraksi 4 dan 5 dengan pola pemisahan yang bagus, di
kromatografi kolom dan di hasilkan 13 fraksi (Fraksi EK-1 sampai EK-13). dan
pada Fraksi EK-12 terlihat pembentukan kristal dan lanjutkan dengan di
rekristalisasi, menghasilkan senyawa EK12 berupa amorf dengan titik leleh 240
10,089. (Lampiran 13 )
puncak dominan pada tR
9. Uji sitotoksik terhadap fraksi etil asetat daun burat dengan metode Brine Shrimp
Lethality (BSLT) terhadap larva Artemia Salina Leach diperoleh LC50 6309,537
µg/mL dan hasil uji aktivitas sitotoksik senyawa murni EK12 diperoleh LC50
4.2 Pembahasan
Fraksi etil asetat yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari fraksi hasil
fraksinasi peneliti sebelumnya (......, 2015). Fraksi etil asetat dari daun Tabernaemontana
macrocarpa Jack sebanyak 25 gram terlebih dahulu di cek pola KLT fraksi ini untuk melihat
komponen senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat daun burat ini. Setelah itu dilakukan
uji fitokimia untuk memastikan kandungan metabolit sekunder fraksi etil asetat ini. bahwa
Fraksi etil asetat daun burat ini positif mengandung alkaloid, karena dengan pereaksi Mayer
terbentuknya endapan putih dan juga positif mengandung terpenoid, karena dengan pereaksi
Fraksi etil asetat daun burat sebanyak 25 gram, kemudian dilakukan pemisahan untuk
sebanyak 25 gram. Pengelusian dilakukan dengan menggunakan fase gerak n- heksana, etil
asetat dan metanol dengan metoda SGP (Step Gradient Polarity) yaitu metoda elusi dimana
menggunakan 14 jenis eluen berbeda. Komposisi perbandingan dari fase gerak yang
digunakan adalah n-heksana-etil asetat, fraksi (I) 10:0, (II) 9:1, (III) 8:2, (IV) 7:3, (V) 6:4,
(VI) 5:5, (VII) 4:6, (VIII) 3:7, (IX) 2:8, (X) 1:9, (XI) 0:10 dan etil asetat-metanol fraksi (XII)
Hasil dari kromatografi vakum cair (VLC) diperoleh sebanyak 14 fraksi. Selanjutnya
fraksi hasil VLC di KLT dengan eluen n- heksana-etil asetat 3:7. Hasil dari KLT dilihat
dengan menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm. Dari 14 fraksi yang
dilihat dibawah lampu UV didapatkan jumlah noda yang berbeda dari masing – masing
fraksi dan dari pola noda tersebut dipilih fraksi II dan III ( Lampiran 5).
Fraksi II dan III (Lampiran 6) sebanyak 0,111 gram selanjutnya dilakukan pemisahan
etil asetat, dan metanol dengan metoda Step Gradient Polarity (SGP). Eluen akan
ditingkatkan kepolarannya apabila pita yang turun dengan eluen telah terelusi semua dan
dengan jarak 5 (Lampiran 6). Hasil KLT didapatkan pola pemisahan noda pada
masing-masing vial, yang terlihat jelas menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang
254 nm. Penggabungan vial dengan pola noda yang sama dihasilkan empat fraksi yaitu
fraksi 1-5, ..... dan 15-20. Dipilih Vial dengan pola dan tinggi noda yang sama yaitu dari
fraksi 6 dan 7 memperlihatkan pola pemisahan yang sama dan ada pembentukan kristal. Vial
6-7 ini kemudian digabungkan dan dimurnikan, didapatkan senyawa dengan berat kurang
dari 1 mg. Karena senyawa fraksi 6 dan 7 sangat sedikit jumlahnya dan tidak bisa di lakukan
Hasil kromatografi kolom fraksi II dan III didapatkan senyawa murni dengan jumlah
yang kurang dari 1 mg, maka tidak dilanjutkan untuk uji dan fraksi IV dan V dipilih untuk
dilakukan kromatografi kolom. Fraksi IV dan V memperlihatkan pola pemisahan yang bagus
pada pola KLT. Fraksi ini kemudian digabung di KLT dan ditimbang, didapatkan berat
2,1137 gram. Fraksi gabungan D-E ini kemudian dilakukan pemurnian dengan teknik
kromatografi kolom dengan menggunakan silika gel sebagai fase diamnya. Proses elusi
dilakukan dengan menggunakan fase gerak n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan
metoda Step Gradient Polarity (SGP). Kepolaran eluen akan ditingkatkan kepolarannya
apabila pita yang turun dengan eluen telah terelusi semua dan ditampung didalam vial yang
Hasil kromatografi kolom fraksi gabungan D-E ini didapatkan sebanyak 268 vial,
selanjutnya vial-vial dengan jarak 5 di KLT dan dilihat pola pemisahan noda pada
masing-masing vial menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm. Vial
dengan Kemudian dipilih vial dengan pola dan tinggi harga Rf yang sama noda yang sama
dan dilakukan penggabungan. Dari sebanyak Penggabungan pola pemisahan dari 268 vial
tersebut dapat digabungkan menjadi 13 fraksi yang diberi label EK-1 sampai EK-12, dan
fraksi-fraksi ini kemudian diKLT dengan eluen n-heksana-etil asetat 9:1 dan etil 100% dan
Dipilih vial dengan pola noda yang bagus dari 13 fraksi gabungan yaitu Fraksi EK-12
memperlihatkan pola pemisahan yang bagus dan adanya pembentukan kristal pada
dinding-dinding vial (Lampiran 8). Fraksi EK12 ini selanjutnya direkristalisasi dengan cara
melarutkan kristal yang terbentuk dengan sedikit mungkin pelarut yang dapat melarutkannya
dan kemudian ditambah pelarut yang tidak melarutkannya dalam jumlah berlebih, dan
didapatkan amorf dengan berat 20 mg. Pengujian titik leleh dilakukan dengan menggunakan
alat Fisher John melting point apparatus dengan mengambil sebagian dari senyawa yang
telah kita peroleh dan diletakan diatas lempengan pemanas yang telah diberikan termometer
untuk mengetahui suhu pada proses pemanasan dan diamati melalui kaca pembesar yang ada
pada alat tersebut. Dilihat perubahan senyawa murni mulai dari saat meleleh hingga
keseluruhan.
Senyawa EK12 di KLT dengan menggunakan tiga perbandingan eluen yang berbeda
yaitu n- heksana-etil asetat 8:2 dengan Rf 0,925, n-heksana-etil asetat 7:3 dengan Rf 0,55,
dan n- heksana-etil asetat 5:5 dengan Rf 0,675, didapatkan pola senyawa yang tetap tunggal
Senyawa EK12 meleleh pada suhu 240o-242oC, dan hasil dari uji oraganoleptis
didapatkan dengan bentuk amorf berwarna hijau muda, tidak berbau dan berjumlah 20 mg.
metanol pada panjang gelombang 200-400 nm. Hasil dari pengukuran ini menunjukan
bahwa senyawa EK12 serapan pada spektrum ultraviolet tidak bagus pada panjang
gelombang 274 nm dengan absorban 0,008. (Lampiran 11). Spektrokospi infra merah
senyawa ini memperlihatkan serapan pada bilangan gelombang 2931 cm-1 adanya regangan
kuat CH kuat yang dimiliki oleh gugus alifatik, pada bilangan gelombang 1689 cm-1 terlihat
regangan C=O yang merupakan gugus karbonil, pada bilangan gelombang 1458 cm-1 gugus
fungsi C=C, dan pada bilangan gelombang 1035 cm-1 menunjukan terdapatnya gugus fungsi
C-O.
utama dalam waktu retensi 10,089 menit dengan fase gerak menggunakan pelarut acetonitrit
95% dan air 5% kecepatan alir 1 ml/menit dan menggunakan kolom C18. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat satu puncak senyawa utama yang menandakan bahwa senyawa
EK-12 ini dapat dikatakan senyawa murni. Dalam pengukuran ini digunakan panjang
gelombang 360 nm. (Lampiran 13). Oleh karena itu dengan adanya hasil data ini senyawa
EK12 sudah bisa dikatakan murni serta didukung oleh data lainnya yaitu dengan profil KLT
Uji aktivitas sitotoksik fraksi etil asetat daun burat dan senyawa murni EK12
dilakukan terhadap larva Artemia Salina dengan metoda Brine Shrimp Lethaity Test (BSLT).
Metoda ini dipilih karena dianggap sederhana, murah dan tidak membutuhkan waktu yang
lama. Pada uji BSLT ini tahapan pertama yang dilakukan adalah dengan menetaskan telur
Artemia Salina dalam wadah gelap bersekat dua yang berisi air laut. Pada bilik pertama yang
gelap, dimasukkan telur Artemia salina dan diberikan aerator untuk memberikan udara
dalam wadah. Wadah ini digunakan sebagai tempat untuk menetas telur udang. serta Pada
bilik yang kedua diberikan pencahayaan dengan lampu growlite yang bertujuan agar larva
udang yang telah menetas pada ruang gelap nanti akan langsung mendekati cahaya di bilik
kedua. Hal ini juga menandakan bahwa larva udang yang sehat akan mampu berenag menuju
cahaya. Setelah seluruh persiapan selesai maka di tunggu dalam waktu 36-48 jam untuk
Pada uji aktivitas ini dibuat larutan uji dari fraksi etil asetat dan senyawa murni
EK-12 dalam konsentrasi masing-masing 1000, 100, 10 µg/ml dalam air laut. Pembuatan
larutan uji menggunakan pelarut etil asetat karena pelarut ini dapat melarutkan hampir
semua senyawa mudah menguap yang terlarut dalam fraksi etil asetat daun burat. Pelarut
yang digunakan tersebut kemudian dibiarkan menguap sempurna agar tidak mengganggu
Sebelum ditambahkan air laut kedalam wadah yang digunakan, terlebih dahulu
ditambahkan DMSO (dimetilsulfoksida) untuk membantu kelarutan senyawa uji dalam air
laut sehingga senyawa dapat terdistribusi merata, banyaknya DMSO yang ditambahkan
adalah 50 µL. Penambahan DMSO yang tidak boleh melebihi 10 %, karena akan dapat
menyebabkan kematian hewan uji. Sifatnya yang tidak terlalu toksik menjadi alasan
dipilihnya DMSO untuk membantu kelarutan senyawa tersebut dalam air laut.
Pada pengujian BSLT didapatkan nilai LC50 yaitu konsentrasi yang........ . Dari data
yang didapatkan menunjukan bahwa fraksi etil asetat tidak adanya memperlihatkan aktivitas
sitotoksik karena nilai LC50 yang sangat besar yaitu sebesar 6309.573 µg/mL sedangkan
senyawa murni EK12 menunjukan adanya aktivitas sitotoksik yang toksik karena nilai LC50
sebesar 158,489 µg/mL. (Lampiran 14-17). Hal ini didasarkan oleh Meyer et al, (1982) yang
membuat kategori terhadap tingkat toksisitas suatu senyawa, dimana kategori tersebut
terbagi tiga kelas yaitu, sangat tinggi atau highly toxic apabila mampu membunuh 50% larva
pada konsentrasi 1-10 µg/mL, sedang atau medium toxic pada konsentrasi 10-100 µg/mL dan
5.1 Kesimpulan
Isolasi senyawa murni dari fraksi etil asetat daun burat (Tabernaemontana
macrocarpa Jack) telah berhasil diperoleh suatu senyawa murni yang diberi label EK12
sebanyak ... mg, berbentuk amorf, berwarna hijau muda, dan memiliki titik leleh 2400-2420C.
Hal ini diperkuat oleh kromatogram HPLC senyawa EK12 yang menunjukan satu puncak
......, ......, dan ....., seperti dalam berdasarkan data spektrum FTIR, sedangkan spektrum UV
Spektrum Senyawa murni EK12 ini menunjukan aktivitas sitotoksik yang toksik, sedangkan
5.2 Saran
lengkap senyawa EK12 ini dan melakukan uji bioaktivitas lainnya agar didapatkan senyawa
DAFTAR PUSTAKA
Anderson RN. 1991. Deaths: leading causes for 1999. National Vital Statistics Reports.
Maryland: National Center for Health Statistics. 49:11.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Ashton, P.S., 1982. Dipterocarpaceae. In: Van Steenis, C.G.G.J(ed.) Flora Malesiana ( 9):
237-552
Burkill, L.H. 1996. A Dictionary of the Economic Product of the Malay Peninsula, The
Ministry of Agriculture and Cooperatives, Kuala Lumpur.
Cordell, G.A. 1981. Introduction toAlkaloids: a Biogenetic Approach, John Wiley & Sons
Inc., New York, Chichester, Brisbane and Toronto, 1-21.
Farnsworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants,J. Pharm Sci. 55,
225-276.
Fox, R., 2004, “Statistik Acute Toxicity Bioassay Laboratory Exercisse” , Laboratory Ecology,
306.
Gandjar, I.G dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Gritter, R. J., J. M. Bobbit dan A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromaografi, t erjemahan
Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, ITB, Bandung.
Gunasekera, S P., Cordell, G A., and Farnsworth, N. R., 1980, Anticancer Indole Alkaloids of
Ervatamia heyneana, Phytochemistry 19, 1213-12181.
Houghton P.J and R. Amala. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural
Extracts, Chapman and Hall, London.
Madinaveitia, A., Reina, M., Fuente, G., Ganzalez, A. G., and Pbovamine. 1996. A new
indole alkaloid from Stemmadenia obovata. J. Nat. Prod. 59, 185-189.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jacbsen, L.B., Nicols, D.E., and McLaughlin,
J.L.,1982, “Brine Shrimp : A Comvenient General Bioassay For Active Plant,
Constituents”, Plant Medica.
Ng, F.S.P. 1989. Tree Flora of Malaya; A Manual for Forester, Longman Malaysia,
Kuala Lumpur, 132-138.
Perera, P., Sandberg, F., Van Beek , T. A., and Verpoorte, R., 1985, Alkaloids of sistem and
Rootbark of Tabernaemontana dichotoma, Phytochemistry 24, 2097-2104.
Putri, N. 2014. Isolasi Senyawa Alkaloid Dari Fraksi Etil Asetat Daun Tumbuhan Burat.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau. Pekanbaru.
Sahutji, D., Daruman, L.K., Suprapto, I.H., dan Imarah, A., 2000, “Potensi Senyawa Bioaktif
Daun Dewa (Gymura Pseidichina (linn) DC) Sebagai Anti Kanker”, Buletin Kimia,
Vol.1:23-29.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gajah Madas University Press, Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintetis Bahan Alam, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Van Beek, T. A, Verpoorte, R., Svendsen, A. B., Leeiwemnerg, A.J.M., and Bisset, N. G.
1984a. Tabernaemontana L. (Apocynaceae): A Review of Its Taxonomy,
Phytochemistry, Ethnobotany and Pharmacology. J. Ethnopharm, 10: 1-156.
Tabel 2. Pengamatan dan Hasil Uji Fitokimia Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa
Jack)
Hasil Pengamatan
No. Golongan Pengamatan
Ekstrak Fraksi
1 Alkaloid Ditambah pereaksi mayer
terbentuk kabut putih hingga + +
gumpalan putih
2 Terpenoid Ditambah
dan Lieberman-Bourchard terjadi + +
Steroid perubahan warna merah
(terpenoid) dan warna (Terpenoid) (Terpenoid)
hijau-biru-ungu (steroid).
macrocarpa Jack)
Dilakukan VLC
dengan variasi eluen
(n-heksana dan etil asetat,
dan metanol)
● KLT - KLT
● Gabung dan - gabung
dan kolom kromatografi SiO2
Kolom kromatografi - eluen SGP
SiO2
● Eluen SGP
● Didapatkan 20 vial
● KLT 1 noda
● Kristal
● Jumlah sedikit
Catatan: karena jumlah kristal yang di dapat sedikit jadi tidak dilanjutkan.
Lampiran X.
- Rekristalisasi
● Diambil 0,5 ml
● Diambil 0,5 ml
● Ditambahkan pelarut hingga 5 ml
● Diambil 0,5 ml
● Ditambahkan pelarut hingga 5 ml
Gambar 5. SkemaUjiAktifitasSitotoksikDenganMetode BSLT (Brine ShrimpLethality Test
Lampiran 5. Pola KLT Fraksi Etil asetat Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa Jack).
Gambar 7. Pola KLT Fraksi Etil asetat Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa Jack)
Menggunakan Perbandingan Eluen Etil asetat-Metanol (8:2)
Gambar 8. Pola KLT hasil VLC Fraksi n- heksana-etil asetat (9:1) Sampai Etil asetat-metanol
(5:5) Menggunakan Eluen n-heksana-etil asetat (3:7).
macrocarpa Jack).
Gambar 9. Pola KLT Kromatografi Kolom dengan Eluen n-heksana-Etil Asetat (9:1)
Lampiran 7. Pola KLT Fraksi VLC Etil asetat Daun Burat (Tabernaemontana macrocarpa
Jack)
Gambar 10. Pola KLT Fraksi VLC F IV dan F V dengan Eluen H:E 7:3 Menggunakan
Perbanding Ni
an eluen lai
Rf
n-heksana:etil 0
asetat 8:2 ,
9
2
n-heksana:etil 5
asetat 7:3
0
n-heksana:etil
,
asetat 5:5
5
5
0
,
6
7
5
Karakter H
istik a
s
i
l
Bentuk Amorf
Warna Hijau muda
Bau Tidak berbau
Kelarutan Larut dalam etil
asetat.
Jarak leleh 240°-242°C
Uji Senyawa (Reagen merah ( + Terpenoid
Liebermann-Burchard) )
C
1
6 =
8
9 O
C
1
4
5 =
8
C
1
C-O
0
3
5
Tabel 7. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test (BSLT)
Terhadap Fraksi Etil asetat.
Gambar 16. Kurva Antara Log Konsentrasi dengan Nilai Probit Fraksi Etil asetat
Lampiran 15. Kontrol Perhitungan Nilai LC50 Fraksi Etil asetat.
Perhitungan LC50
a = 3,885
b = 0,289x
R² = 0,998
Nilai probit yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji adalah 5. Jadi berdasarkan
x = 3,8
= 6309.573 µg/mL
Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test
(BSLT) Terhadap Senyawa EK12.
Tabel 8. Hasil Uji Aktivitas Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test (BSLT)
Terhadap Senyawa EK12.
Perhitungan LC50
a = 4,241
b = 0,345x
R² = 0,930
Nilai probit yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji adalah 5. Jadi berdasarkan
x = 2,2
=158,489 µg/mL
% 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 1,0098 2,1218 2,2522 2,3479 2,4242 2,4879 2,5427 2,5914 2,6344
1 2,673 2,7096 2,7429 2,7738 2,8027 2,8299 2,8556 2,8799 2,3031 2,9251
7
2 2,9665 2,9859 3,0646 3,0226 3,0400 3,0569 3,0732 3,0896 3,1043
2,946
3 3 3,1337 3,1478 3,1616 3,1750 3,1881 3,2009 3,2134 3,2256 3,2376
3,249
3
5 3,3351 3,3668 3,3742 3,3836 3,3028 3,4018 3,4107 3,4195 3,4282 3,4368
6 3,4452 3,4536 3,4618 3,4694 3,4780 3,4850 3,4937 3,5015 3,5091 3,5167
7 3,5242 3,5316 3,5380 3,5462 3,5534 3,5605 3,5675 3,5745 3,5813 3,5882
8 3,5949 3,6016 3,6083 3,6148 3,6213 3,6278 3,6342 3,6405 3,6408 3,6427
9 3,6692 3,6654 3,6715 3,6775 3,6835 3,6894 3,6953 3,7012 3,7070 3,7127
10 3,718 3,7241 3,7298 3,7354 3,7409 3,7464 3,7519 3,7574 3,7628 3,7681
2
11 3,7784 3,7840 3,7893 3,7945 3,7996 3,8048 3,8099 3,8150 3,8200
3,7735
12 3,8300 3,8350 3,8399 3,8848 3,8497 3,8545 3,8503 3,8641 3,8689
3,8250
13 3,8783 3,8830 3,8877 3,8923 3,8969 3,9015 3,9061 3,9107 3,9152
3,8736
14 3,9242 3,9286 3,9331 3,9375 3,9419 3,9463 3,9506 3,9550 3,9593
3,9197
15 3,9636 3,9678 3,9721 3,9763 3,9800 3,9848 3,9890 3,9931 3,9933 4,0014
16 4,0055 4,0096 4,0137 4,0178 4,0218 4,0259 4,0299 4,0339 4,0379 4,0410
17 4,0458 4,0408 4,0537 4,0576 4,0615 4,0693 4,0693 4,0731 4,0770 4,0808
18 4,0846 4,0884 4,0960 4,0960 4,0998 4,1035 4,1073 4,1110 4,1147 4,1184
19 4,1221 4,1258 4,1331 4,1331 4,1367 4,1404 4,1440 4,1476 4,1512 4,1548
20 4,168 4,1019 4,1035 4,1690 4,1726 4,1761 4,1796 4,1831 4,1866 4,1901
4
21 4,1970 4,2005 4,2039 4,2074 4,2108 4,2142 4,2176 4,2110 4,2244
4,1936
22 4,2278 4,2312 4,2345 4,2379 4,2412 4,2446 4,2479 4,2512 4,2546 4,2579
23 4,2612 4,2644 4,2677 4,2710 4,2743 4,2275 4,2808 4,2840 4,2872 4,2905
24 4,2937 4,2969 4,3001 4,3033 4,3065 4,3097 4,3129 4,3160 4,3192 4,3324
25 4,3255 4,3287 4,3318 4,3349 4,3380 4,3412 4,3443 4,3474 4,3505 4,3536
26 4,3567 4,3597 4,3628 4,3659 4,3869 4,3720 4,3750 4,3781 4,3811 4,3842
27 4,3872 4,3902 4,3932 4,3962 4,3992 4,4022 4,4052 4,4082 4,4112 4,4142
28 4,4172 4,4201 4,4231 4,4260 4,4290 4,4319 4,4349 4,4378 4,4408 4,4437
29 4,4466 4,4405 4,4524 4,4554 4,4583 4,4612 4,4641 4,4670 4,4698 4,4727
30 4,475 4,4785 4,4813 4,4842 4,4871 4,4899 4,4928 4,4956 4,4985 4,5013
6
31 4,5070 4,5098 4,5126 4,5155 4,5183 4,2511 4,5239 4,5267 4,5295
4,5041
32 4,5351 4,5370 4,5407 4,5435 4,5462 4,5490 4,5518 4,5546 4,5573
4,5323
33 4,5628 4,5656 4,5684 4,5711 4,5739 4,5766 4,5793 4,5821 4,5848
4,5601
34 4,5903 4,5930 4,5957 4,5984 4,6011 4,6039 4,6066 4,6093 4,6120
4,5875
35 4,6147 4,6174 4,6201 4,6288 4,6255 4,6281 4,6308 4,6335 4,6362 4,6389
36 4,6415 4,6442 4,6469 4,6495 4,6522 4,6549 4,6575 4,6602 4,6628 4,6655
37 4,6681 4,6708 4,6734 4,6761 4,6787 4,6814 4,6840 4,6866 4,6893 4,6919
38 4,6945 4,6971 4,6998 4,7024 4,7050 4,7078 4,7102 4,7129 4,7155 4,7181
39 4,7207 4,7233 4,7259 4,7285 4,7311 4,7337 4,7363 4,7389 4,7415 4,7441
40 4,7467 4,7402 4,7518 4,7544 4,7570 4,7595 4,7622 4,7647 4,7673 4,7699
41 4,7725 4,7750 4,7776 4,7802 4,7827 4,7853 4,7879 4,7902 4,7930 4,7955
42 4,7981 4,8007 4,8032 4,8058 4,8083 4,8109 4,8134 4,8160 4,8185 4,8211
43 4,8230 4,8202 4,8278 4,8313 4,8338 4,8363 4,8389 4,8414 4,8440 4,8465
44 4,8490 4,8516 4,8541 4,8566 4,8592 4,8617 4,8624 4,8668 4,8693 4,8718
45 4,8743 4,8769 4,8704 4,8819 4,8844 4,8870 4,8895 4,8920 4,8945 4,8970
46 4,8996 4,9021 4,9046 4,9971 4,9996 4,9122 4,9147 4,9172 4,9197 4,9222
47 4,9247 4,9272 4,9298 4,9323 4,9348 4,9373 4,9308 4,9423 4,9448 4,9473
48 4,9408 4,9524 4,9549 4,9574 4,9599 4,9624 4,9649 4,9674 4,9699 4,9724
49 4,9740 4,9774 4,9799 4,9825 4,9850 4,9876 4,9900 4,9925 4,9950 4,9975
50 5,0000 5,0025 5,0050 5,0075 5,0100 5,0125 5,0150 5,0175 5,0201 5,0226
51 5,0251 5,0276 5,0301 5,0326 5,0351 5,0376 5,0401 5,0426 5,0451 5,0476
52 5,0502 5,0527 5,0552 5,0577 5,0602 5,0627 5,0652 5,0677 5,0702 5,0728
53 5,0753 5,0778 5,0803 5,0828 5,0853 5,0878 5,0904 5,0929 5,0954 5,0279
54 5,1004 5,1030 5,1055 5,1080 5,1105 5,1130 5,1156 5,1181 5,1206 5,1231
55 5,1257 5,1282 5,1307 5,1332 5,1358 5,1383 5,1408 5,1434 5,1459 5,1484
56 5,1510 5,1535 5,1560 5,1586 5.1614 5,1637 5,1662 5,1687 5,1713 5,1738
57 5,1764 5,1789 5,1815 5,1840 5,1866 5,1801 5,1917 5,1942 5,1968 5,1993
58 5,2019 5,2045 5,2070 5,2096 5,2121 5,2147 5,2173 5,2198 5,2224 5,2250
59 5,2275 5,2301 5,2327 5,2353 5,2378 5,2404 5,2430 5,2468 5,2482 5,2508
60 5,2533 5,2359 5,2585 5,2611 5,2637 5,2663 5,2689 5,2715 5,2741 5,2767
61 5,2793 5,2819 5,2845 5,2871 5,2808 5,2024 5,2050 5,2976 5,3002 5,3029
62 5,3055 5,3081 5,3107 5,3134 5,3160 5,3186 5,3213 5,3239 5,3266 5,3202
63 5,3319 5,3345 5,3372 5,3398 5,3425 5,3451 5,3478 5,3505 5,3531 5,3658
64 5,3585 5,3811 5,3638 5,3665 5,3692 5,3719 5,3745 5,3772 5,3799 5,3826
65 5,3853 5,3380 5,8007 5,3934 5,3961 5,3980 5,4016 5,4043 5,4070 5,4097
66 5,4125 5,4152 5,4170 5,4207 5,4234 5,4261 5,4289 5,4316 5,4344 5,4372
67 5,4399 5,4427 5,4454 5,4482 5,4510 5,4638 5,4565 5,4593 5,4621 5,4649
68 5,4677 5,4705 5,4733 5,4761 5,4780 5,4817 5,4845 5,4874 5,4002 5,4930
69 5,4959 5,4987 5,5015 5,5044 5,5072 5,5101 5,5129 5,5158 5,5187 5,3215
70 5,5244 5,5273 5,5302 5,5330 5,5350 5,5388 5,5417 5,5446 5,5476 5,6505
71 5,5534 5,5563 5,5592 5,5622 5,5651 5,5681 5,5710 5,5740 5,5760 5,799
72 5,5828 5,5858 5,5888 5,5918 5,5948 5,5978 5,6008 5,6038 5,6068 5,6098
73 5,6128 5,6158 5,6189 5,6219 5,6250 5,6280 5,6311 5,6341 5,6372 5,6403
74 5,6435 5,6464 5,6405 5,6526 5,6557 5,6588 5,6620 5,6651 5,6682 5,6713
75 5,6745 5,6776 5,6808 5,6840 5,6871 5,6903 5,6935 5,6967 5,6998 5,7031
76 5,7083 5,7095 5,7128 5,7160 5,7192 5,7225 5,7257 5,7200 5,7323 5,7356
77 5,7388 5,7424 5,7454 5,7488 5,7521 5,7554 5,7588 5,7621 5,7666 5,7688
78 5,7722 5,7756 5,7796 5,7824 5,7858 5,7892 5,7926 5,7961 5,7995 5,8030
79 5,8834 5,8099 5,8134 5,8169 5,8204 5,8239 5,8274 5,8310 5,8345 5,8381
80 5,8416 5,8452 5,8488 5,8524 5,8560 5,8596 5,8633 5,8669 5,8705 5,8742
81 5,8779 5,8816 5,8853 5,8890 5,8927 5,8965 5,9002 5,9040 5,9078 5,9116
82 5,9154 5,9192 5,9230 5,9269 5,9307 5,9346 5,9386 5,9424 5,9463 5,9502
83 5,954 5,9581 5,9624 5,9661 5,9701 5,9471 5,9782 5,9822 5,9863 5,9904
84 5,9945 5,9986 6,0027 6,0069 6,0110 6,0152 5,0194 6,0273 6,0279 6,0322
85 6,0364 6,0407 6,0450 6,0494 6,0537 6,0581 6,0625 6,0669 6,0714 6,0758
86 6,0803 6,0818 6,0893 6,0939 6,0985 6,1031 6,1077 6,1123 6,1170 6,1217
87 6,1264 6,1311 6,1359 6,1407 6,1455 6,1503 6,1552 6,1601 6,1650 6,1700
88 6,1750 6,1800 6,1856 6,1901 6,1952 6,2004 6,2055 6,2107 6,2160 6,2212
89 6,2205 6,2319 6,2372 6,2426 6,2481 6,2536 6,2591 6,2646 6,2702 6,2750
90 6,281 6,287 6,293 6,298 6,304 6,310 6,316 6,322 6,328 6,334
6 3 6 8 7 6 5 5 5 6
91
6,340 6,346 6,353 6,359 6,365 6,372 6,378 6,385 6,391 6,398
92
8 9 2 5 8 2 7 2 7 4
93 6,403 6,411 6,418 6,425 6,432 6,439 6,446 6,453 6,461 6,468
1 8 7 5 5 5 6 8 1 4
94
6,475 6,483 6,490 6,498 6,506 6,514 6,522 6,530 6,538 6,546
95
8 3 9 5 3 1 0 1 2 4
6,854 6,563 6,571 6,580 6,589 6,598 6,607 6,616 6,625 6,635
8 2 8 5 3 2 8 4 8 2
6,644 6,654 6,664 6,674 6,684 6,695 6,706 6,716 6,727 6,730
9 6 6 7 9 4 0 9 9 2
9 10 10 10 10 10 10 1 11 11
7 0 1 2 5 6 9 1 3 6
96 6,750 6,762 6,778 6,780 6,799 6,811 6,826 6,808 6,852 6,866
7 4 4 6 1 9 0 4 2 3
11 12 12 12 12 13 13 13 14 14
7 0 2 5 8 1 4 8 1 5
97 6,880 6,895 6,911 6,926 6,943 6,960 6,977 6,995 7,014 7,033
8 7 0 8 1 0 4 4 1 5
14 15 15 10 16 17 18 18 19 20
0 3 8 3 9 4 0 7 4 2
98, 7,0537 7,0558 7,0579 7,0660 7,0621 7,0612 7,0663 7,0684 7,0706 7,0727
0
7,0749 7,0770 7,0792 7,0814 7,0836 7,0858 7,0880 7,0902 7,0924 7,0947
98,
1 7,0969 7,0992 7,1015 7,1038 7,1061 7,1084 7,1107 7,1130 7,1154 7,1177
98, 7,1204 7,1224 7,1248 7,1272 7,1297 7,1321 7,1345 7,1370 7,1384 7,1419
2
7,1444 7,1469 7,1494 7,1520 7,1545 7,1571 7,1996 7,1622 7,1648 7,1675
98,
3
98,
4
98, 7,1701 7,1727 7,1754 7,1781 7,1808 7,1835 7,1862 7,1890 7,1917 7,1945
5
7,1973 7,2001 7,2029 7,2058 7,2086 7,2115 7,2144 7,2173 7,2203 7,2232
98,
6 7,2262 7,2292 7,2322 7,2353 7,2383 7,2414 7,2445 7,2476 7,2508 7,2539
98, 7,2374 7,2663 7,2636 7,2668 7,2701 7,2734 7,2768 7,2801 7,2835 7,2869
7
7,2904 7,2938 7,2973 7,3009 7,3044 7,3080 7,3116 7,3152 7,3189 7,3226
98,
8
98,
9
98, 7,3263 7,3301 7,3339 7,3378 7,3416 7,3455 7,3495 7,3535 7,3575 7,3615
0
7,3656 7,3698 7,3739 7,3781 7,3824 7,3867 7,3911 7,3954 7,3999 7,4044
99,
1 7,4059 7,4135 7,4181 7,4228 7,4276 7,4324 7,4372 7,4422 7,4474 7,4522
99, 7,4373 7,4624 7,4677 7,4730 7,4783 7,4838 7,4893 7,4940 7,5006 7,5063
2
7,5121 7,5181 7,5241 7,5302 7,5364 7,5427 7,5401 7,5550 7,5622 7,5690
99,
3
99,
4
99, 7,5758 7,5828 7,5890 7,5972 7,6045 7,6121 7,6107 7,6276 7,6356 7,6437
5
7,6521 7,6606 7,6693 7,6783 7,6874 7,6968 7,7065 7,7104 7,7266 7,7370
99,
6 7,7478 7,7589 7,7703 7,7822 7,7944 7,8070 7,8202 7,8338 7,8480 7,8027
99, 7,8782 7,8943 7,9112 7,9299 7,9478 7,9677 7,9889 8,0115 8,0357 8,0618
7
8,0902 8,1214 8,1550 8.1847 8,2380 8,2905 8,3528 8,4316 8,5401 8,7190
99,
8
99,
9