SKIRPSI
NURUNNISAH PS
1948201125
KATA PENGANTAR
rak Etanol dan Dekok Daun Karsen Terhadap Mencit Jantan Dengan Metode Gluk
osa.”
Peyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
berbagai pihak sebagai pihak yang terlihat secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi
kepada Yth:
saranaprasarana.
2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara beserta civitas akademi yang telah
skripsi ini.
4. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang paling dalam kepada orang tua,
yang memberikan dukungan dan yang tidak henti mereka berikan dan
dan sentuhan belai kasih sayangmu menjadi inspirasi perjalanan hidup yang
i
ii
Medan , 2023
Penulis
iii
ABSTRAK
Muntingia calabura L, atau secara lokal lebih dikenal dengan sebutan bua
h kersen merupakan obat tradisional yang telah digunakan untuk mengontrol kada
r glukosa dalam darah, daun pohon kersen mengandung senyawa flavonoid, tanin,
triterpenoid, saponis, dan polifenol yang menunjukkan adanya aktivitas antioksida
n tinggi.
Dalam penelitian ini kadar glukosa darah mencit di ukur dengan interval w
aktu 15, 30, 45, 60 menit menggunakan glukometer. Yang dimana cuplikan darah
mencit yang dijadikan sampel diambil melalui ujung ekor mencit yang dilukai.
Dari hasil uji ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan a
ntara ketiga konsentrasi ekstrak dan dekok terhadap kontrol positif, namun tedapa
t perbedaan yang signifikan antara ekstrak dan kontrol positif terhadap kontrol ne
gatif. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak 125 mg/20-30gBB, 250 mg/2
0-30gBB, serta 500 mg/20-3030gBB mempunyai efek yang sama terhadap gliben
klamid, namun berbeda terhadap Na CMC sebagai kontrol negatif.
Kesimpulan bahwa Ekstrak etanol dan dekok daun kersen (muntingia calabur
a), mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) yang di indu
ksi aloksan. Ekstrak etanol dan dekok daun kersen (muntingia calabura), mampu
menurunkan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) namun efek menurunan
kadar gula darah yang paling tinggi terdapat pada metode ektrak etanol daun kerse
n.
iii
iv
ABSTRACT
In this study, blood glucose levels in mice were measured at intervals of 15, 30, 4
5, 60 minutes using a glucometer. Which is where the blood samples of mice that
are used as samples are taken through the tip of the injured mouse tail.
From the test results it was found that there was no significant difference between
the three concentrations of the extract and decoction to the positive control, but th
ere was a significant difference between the extract and the positive control to the
negative control. So it can be concluded that extracts 125 mg/20-30gBW, 250 mg/
20-30gBW, and 500 mg/20-3030gBW have the same effect on glibenclamide, but
different on Na CMC as a negative control.
The conclusion is that the ethanol extract and dekok cherry leaves (muntingia cal
abura) are able to reduce blood glucose levels in alloxan-induced mice (Mus musc
ulus). Ethanol extract and cherry leaf decoction (muntingia calabura) were able to
reduce blood glucose levels in mice (Mus musculus), but the effect of reducing blo
od sugar levels was highest in the cherry leaf ethanol extract method.
KATA PENGANTAR I
ABSTRAK III
DAFTAR ISI V
DAFTRA GAMBARVIII
DAFTAR TABEL IX
DAFTAR LAMPIRAN X
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Hipotesis 6
1.4. Tujuan Penelitan 7
1.5. Manfaat Penelitian 7
1.6. Kerangka Fikir Masalah 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Morfologi Tanaman Kersen 9
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kersen 10
2.1.2. Nama Daerah Tanaman Kersen 11
2.1.3. Kandungan Senyawa Kimia Daun Kersen 11
2.1.4. Kegunaan Tumbuhan Kersen 11
2.2. Peranan Flavonoid Dan Saponin Penurunan Gula Darah 12
2.2.1. Peranan Flavonoid 12
2.2.2. Peranan Saponin 14
2.3. Ekstraksi 14
2.3.1. Maserasi 14
2.3.2. Perkolasi 16
2.3.3. Digesti 16
2.3.4. infusa 16
v
vi
2.3.5. sokletasi 17
2.3.6. Refluks 17
2.3.7. Dekok 18
2.3.8. Skrining Fitokimia 18
2.3.8. Karakteristik Morfologi Daun, Bunga, dan Buah Kersen 18
2.4. Konsep Diabetes Melitus 19
2.4.1. Diabetes Melitus 19
2.4.2. Klasifikasi Diabetes 21
2.4.3. Faktor Risiko 22
2.4.4. Etilogi 22
2.4.5. Patofosiologi 23
2.4.6. Tanda Dan Gejala Klinis Diabetes Melitus 29
2.4.7. Komplikasi 31
2.4.8. Penata Pelaksanaan 33
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Pikir.................................................................................... 8
Gambar 2.1. Daun karsen ....................................................................................... 9
Gambar 2.2. Kerangka C6-C3-C6 Flavonoid.......................................................... 12
Gambar 4.1 Tabel konversi...................................................................................... 48
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Muntingia calabura L, atau secara lokal lebih dikenal dengan sebutan buah
kersen merupakan obat tradisional yang telah digunakan untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah, dikutip dari Jurnal Biomedis Indonesia, daun pohon kersen
pat menimbulkan efek antidiabetes yaitu efek penurunan kadar gula dalam darah
(Nurholis, 2019).
ngan logam berat pada daun Pterocarpus indicus (Angsana) dan daun Muntingia c
uan tanaman kersen dalam menyerap logam berat timbal lebih baik dibandingkan
dengan angsana, sebab permukaan daunnya yang kasar dan berbulu menjadikan lo
gam berat timbal mudah menempel dan masuk ke dalam sel daun melalui stomata.
Potensi tanaman kersen dapat digunakan sebagai barometer polusi udara (bioindik
h Sulaiman (2018), ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) memiliki daya a
1
2
t al. (2019), kelebihan metode difusi sumuran yaitu lebih mudah mengukur luas zo
Daun kersen mengandung saponin dan flavonoid yang dapat bekerja sebagai
antioksidan. Minum rebusan daun kersen (Muntingia calabura) baik untuk melind
ungi fungsi jantung dan kemungkinan kerusakan akibat racun yang masuk ke dala
Daun kersen (Muntingia calabura ) merupakan salah satu tanaman yang dap
an obat aborsi. Penelitian lain juga telah membuktikan bahwa daun kersen berpote
nsi sebagai anti kanker. Secara empiris, ekstrak air daun kersen telah digunakan ol
darah, salah satunya Daun Kersen (Muntingia calabura L.), kersen merupakan tan
aman buah tropis yang mudah dijumpai di pinggir jalan, tananam ini mempunyai
nama yang beragam di beberapa daerah, antara lain Kerukup siam (Malaysia), Ja
maican cherry (Inggris), Talok (Jawa), Ceri (Kalimantan). Berdasarkan hasil peng
amatan uji fitokimia, serbuk daun kersen (Muntingia calabura L.) diketahui meng
al.,2020).
3
Secara empiris, daun kersen dapat digunakan sebagai obat alternatif bagi pe
nderita diabetes mellitus karena mempunyai substansi aktif berupa asam askorbat,
serat, niasin, dan beta karoten. Daun kersen juga mempunyai senyawa kimia lainn
ya berupa protein, lemak, karbohidrat, abu, kalsium, fosfor, besi, tianin, riboflavin
niacin dan flavonoid (flavon, flavonon, flavan, dan biflavan). Daun ini juga mem
punyai fungsi selain antidiabetes karena senyawa flavonoid dapat berfungsi sebag
i dapat menghambat GLUT 2 pada mukosa usus sehingga dapat menurunkan abso
rbsi glukosa, hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan frukrtosa
dari usus sehingga kadar gula darah menurun. Selain itu flavonoid juga dapat men
Ekstrak daun kersen mempunyai nilai IC50 sebesar 6,82 ppm (Sami et al., 2
019), dan daun kersen dengan nilai IC50 sebesar 50,59 ppm (Riskianto et al., 202
ifat sinergisnya, menggabungkan dua atau lebih jenis tanaman yang mengandung
antioksidan akan menghasilkan potensi yang lebih besar. (Septiawan et al., 2020).
rebusan daun kersen terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II, has
rsen terhadap penurunan kadar gula darah. Hal ini dapat disebabkan karena
yang dapat menghambat penyerapan gula darah di usus, sehingga tidak banyak k
yak digunakan untuk terapi kontrol Diabetes Melitus tipe 2. Metformin bekerja de
enerasi kedua yang mana bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan mensti
ialami beberapa negara di dunia, baik negara maju dan negara berkembang. Penya
kit ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup. Penyakit diabetes merupakan salah
satu dari empat prioritas penyakit tidak menular. Data menyebutkan bahwa 1 dari
dimana sebenarnya 80% kejadian diabetes dapat dicegah. Penyakit diabetes dapat
dikontrol dan penderitanya dapat berumur panjang dan hidup sehat (International
sme yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa yang tinggi dalam darah)
karena kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya (Punthakee et al. 201
8). Menurut IDF jumlah penderita diabetes tipe 1 di Indonesia mencapai 41,8 ribu
orang pada 2022. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pe
5
nderita diabetes tipe 1 terbanyak di ASEAN, serta peringkat ke-34 dari 204 negara
0-59 tahun. Namun, penderita yang usianya muda juga cukup banyak (Internation
Sementara itu penderita diabetes di Kota Sibolga tahun 2022 menempati uru
tan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Sibolga baik di rum
ah sakit maupun di Puskesmas dengan jumlah penderita sebanyak 1353 orang (Pa
ne, D. T. A, 2022).
Penggunaan daun kersen di kota sibolga masih belum banyak digunakan ole
h para penderita diabetes sebagai obat alternatif ini disebabkan karna belum banya
knya infomasi yang di dapat para penderita diabetes tentang penggunaan daun kar
n Daun Kersen Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2” Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata kadar gula darah sesudah dilakuka
rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah, Pengujian aktivitas ant
idiabetes khususnya pada infusa dan ekstrak daun kersen telah dilaporkan. Pember
ian infusa daun kersen dengan menggunakan konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, dan 20
% b/v dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diberi beban glukosa,
dimana pada konsentrasi 20% memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah me
k etanol dan dekok daun karsen terhadap mencit jantan dengan metode glukosa pe
rlu dilakukan untuk menunjang penggunaan secara empiris masyarakat dengan dat
1. Apakah ekstrak etanol dan dekok dapat menurunkan kadar gula darah pada
2. Diantara ekstrak dan dekok manakah yang paling tinggi efek menurunkan
1.3. Hipotesis
yaitu:
2. Penggunaan cara ekstrak dan dekok daun karsen sama-sama dapat dengan
3. Kendungan yang ada pada daun karsen efektif menurunkan kadar gula dar
ah dengan cepat.
1. Untuk apakah ekstraksi etanol dan dekok dapat menurunkan kadar gula da
2. Untuk diantara ekstrak etanol dan dekok manakah yang paling tinggi efek
3. Untuk berapakah dosis yang paling efektif menurunkan kadar gula darah.
1.5 Manfaat
Penelitian diharapkan dapat memiliki nilai manfaat dari daun kersen (Mu
bat-obatan alami sebagai pencegahan atau terapi terhadap penyakit diabetes melitu
s.
TINJAUAN PUSTAKA
m. Batang tumbuhan ini berkayu, tegak, bulat dan memiliki percabangan simpodi
nggal berbentuk bulat telur sampai lanset. Lembaran daunnya memiliki pangkal y
ang nyata dan tidak simetris dengan ukuran mencapai 14 cm x 4 cm, tepi daun ber
gerigi, bagian bawah berbulu. di dalam buku Morfologi Tumbuhan. (Meutia Zaha
ra, 2018).
Daun berwarna hijau muda dengan bulu rapat di permukaan bawah daun.
Batangnya dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 12 cm, namun pada umumnya
9
10
ndang. Sedangkan bunganya berwarna putih terletak di ketiak sebelah kanan atas
daun (Gambar 1), memiliki tangkai yang panjang, mahkota bertepi rata, bentuk tel
ur bundar, jumlah benang sari nya banyak antara 10-100 belai (Gambar 2). Buah k
ersen berbentuk bulat, rasanya manis, berwarna hijau pada waktu muda dan merah
setelah matang dengan biji yang banyak seperti pasir. Bijinya berukuran 0,5 mm d
Famili : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Sari (2012).
11
Di Jawa tumbuhan ini dikenal dengan sebutan talok, kersem, keres, kersen (Su
a cherry (Inggris); datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), mat sam (Vietnam); kho
an kerukup siam (Malaysia). Juga dikenal sabagai capulin blanco, cacaniqua, nigu
a, niguito (bahasa Spanyol); dan nama yang tidak tepat Japanese kers (Belanda).
n dan sianidin, beberapa mioinositol. serta setiap 100 gram tanaman ini memiliki
kandungan : 76,3 air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g karbohidrat, 4,6 g serat, 1.
Daun kersen berwarna hijau dan berbulu berkhasiat sebagai obat batuk, peluru
dermidis serta dapat di gunakan sebagai antiseptik, dan dapat mengatasi gula dara
C6, artinya pada kerangka karbonnya memiliki gugus yang terdiri atas dua gugus
ebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayursay
uran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksid
ngkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping gluk
osa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Redha 1985). Daun kelor juga
l/ 100 gram berat kering), rutin (1446.6 µmol/ 100 gram berat kering), kaempferol
glycosides (394.4 2 µmol/ 100 gram berat kering), dan asam klorogenat (134.5 2
sebagai zat antioksidan. Flavonoid bersifat protektif terhadap kerusakan sel β seba
13
pat menekan apoptosis sel beta tanpa mengubah proliferasi dari sel beta pankreas.
Antioksidan dapat mengikat radikal bebas yang telah dibuktikan dalam penelitian
ruhe et al., sehingga dapat mengurangi resistensi insulin. Antioksidan dapat menur
unkan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Dalam pembentukan ROS, oksigen akan
berikatan dengan elektron bebas yang keluar. karena bocornya rantai elektron. Re
aksi antara oksigen dan electron bebas inilah yang menghasilkan ROS dalam mito
Flavonoid akan teroksidasi dan berikatan dengan radikal bebas sehingga radikal b
Hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus seh
ingga kadar glukosa darah turun. GLUT 2 diduga merupakan transporter mayor gl
ukosa di usus pada kondisi normal. Pada penelitian yang dilakukan Song didapatk
g tertelan dengan glukosa, hiperglikemia secara signifikan menurun. Hal ini menu
pada sel beta pankreas. Peningkatan cAMP akan menstimulasi pengeluaran protei
n kinase A (PKA) yang merangsang sekresi insulin semakin meningkat (Ajie 201
5).
Kandungan pada daun kelor dan daun kersen selain flavonoid juga terdapa
t saponin. Saponin ini berfungsi sebagai antidiabetes karena bersifat inhibitor enzi
m α-glukosidase. Enzim ini dapat di temukan pada usus halus dan memiliki fungsi
sidase dihambat kerjanya, maka kadar glukosa darah dalam tubuh akan menurun,
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah segala proses penarikan zat utama yang diinginkan dari b
ahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih berdasarkan zat yang
ingin dilarutkan. Bahan-bahan tanaman terdiri dari campuran zat yang berbeda-be
da, beberapa bahan ada mempunyai efek farmakologi dan oleh karena itu diangga
p sebagai zat yang dibutuhkan dan yang lainnya yang tidak aktif secara farmakolo
gis dianggap sebagai zat inert, ekstraksi dingin terbagi menjadi 2 yaitu maserasi, p
erkolasi. Dan sedangkan ekstraksi panas terbagi menjadi 2 yaitu refluks dan sokhl
2.3.1 Maserasi.
ah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah car
ada suhu biasa ataupun memakai pemanasan (Pramesti 2017). Keuntungan dari m
eserasi adalah lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit dibandingkan pe
u dibutuhkan lebih lama. Filtrat yang diperoleh dari proses tersebut diuapkan deng
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah menge
mbang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, strirak dan lain-lain. Cai
ran penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air, etanol atau pelarut lain.
enyawa polar maupun senyawa nonpolar. Etanol adalah senyawa yang mudah me
nguap, jernih (tidak berwarna), berbau khas. Etanol mudah menguap baik pada su
hu rendah maupun pada suhu mendidih (78oC), mudah terbakar, serta larut dalam
air, dan semua pelarut organik. Bobot jenis etanol tidak lebih dari 0,7964. Etanol
dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif dibandingkan air. Selain itu,
kapang dan mikroba sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas. Etanol juga memilik
i beberapa keuntungan lain yaitu tidak beracun, netral, absorbsi baik, dapat berca
mpur dengan air pada segala perbandingan, dapat memperbaiki stabilitas bahan ob
at terlarut, dan tidak memerlukan panas yang tinggi untuk pemekatan (Ditjen PO
gan pelarut lain, terutama campuran etanol dan air. Etanol yang paling baik untuk
menghasilkan senyawa aktif yang optimal adalah etanol 70% (Voight, 1995).
2.3.2 Perkolasi.
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempur
16
oses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap meserasi antara, tahap perko
eroleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI 2000). Kelebi
han dari metode perkolasi adalah tidak terjadi kejenuhan. Kekurangan dari metode
perkolasi adalah cairan penyari lebih banyak dan resiko cemaran mikroba untuk p
2.3.3 Digesti.
atur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilaku
2.3.4 Infus.
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bej
ana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) se
lama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI 2000). Keuntungan metode infus a
dalah unit alat yang dipakai sederhana dan biaya operasionalnya relatif rendah. K
erugian metode infus adalah zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan me
epkes RI 2000).
2.3.5 Sokhletasi.
mumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
17
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI 2000).
Keuntungan dari proses ini yaitu pelarut yang digunakan lebih sedikit, dapat digu
nakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanas
an secara langsung dan lebih efektif dalam mengikat senyawa yang akan diisolasi
(Jalung 2016). Kekurangan metode sokhletasi adalah dalam skala besar, mungkin
tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi (Jal
2.3.6 Refluks.
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, sel
ama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adany
ampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI 20
ni adalah memungkinkan terjadinya degradasi pada senyawa yang tidak tahan pan
as (Depkes RI 2000).
2.3.7 Dekok.
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30°C) selama waktu ter
d, saponin, tanin, triterpen, dan steroid (Amiruddin, 2007), daun kersen mengandu
kan kandungan daun kersen terdiri dari alkaloid, flavonoid, dan anthroquinon.
m, lebar 4.0 cm dan luas daun 30.63 cm2 . Bunga kersen muncul dari ketiak daun
kersen. Bunga kersen yang telah mekar memiliki mahkota bunga berwarna putih d
an kelopak bunga berwarna hijau. Bunga tanaman kersen merupakan bunga semp
urna. Anther berwarna kuning. Bunga tumbuhan kersen terletak pada satu berkas
yang letaknya supra-aksilar dari daun bersifat hemaprodit. karakteristik Buah kers
en berbentuk bulat, ketika masih muda berwarna hijau dan berwarna merah ketika
Tangkai buah berwarna hijau dengan panjang rata-rata 2.6 cm. Biji kersen
berukuran kecil dan berjumlah ratusan di dalam satu buah kersen. Buahnya memp
unyai tipe buah buni, berwarna merah kusam bila masak, dengan diameter 1- 125,
berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang lembut. Rat
a-rata bobot biji kersen adalah 0.079 g buah-1 . Karakteristik buah kersen Rata-rat
a panjang buah kersen yang sudah matang berkisar 1.34 cm dengan rata-rata diam
eter 1.47 cm dan ratarata bobot buah 1.71 g. Hasil penelitian Rahman et al., (201
0) menunjukkan bahwa diameter buah kersen yang sudah siap panen sekitar 1.17 c
m dan panjang 1 cm. sedangkan bobotnya kurang lebih 1.42 g buah-1 dan memili
19
r glukosa darah berada di antara normal dan diabetes. Ciri-ciri pradiabetes mempu
nyai kadar glukosa puasa (6,1 – 6,9 mmol/L), kadar glukosa toleransi (7,8 – 11,0
mmol/L), dan kadar hemoglobin terglikasi atau hemoglobin yang berikatan denga
n glukosa (HbA1C) 6,0 – 6,4% (Punthakee et al. 2018). Penderita pradiabetes dap
at menjadi diabetes tetapi sebagian besar akan kembali normal. Penderita pradiabe
tes meningkatkan risiko menderita penyakit kardiovaskular dan gangguan pada sis
tem saraf (Bergman et al. 2012, Chaudhury et al. 2017). Individu yang didiagnosis
gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa memiliki risiko yang lebi
erglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihub
ungkan dengan kekuragan secara absolut atau relative dari kerja dan atau sekresi i
nsulin. Gejalah yang di keluhkan pada penderita diabetes melitus yaitu polydipsia,
ration (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9
edangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 3
71 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari pop
20
ulasi dunia yang menderita diabetes melitus. Hasil riset keshatan dasar pada tahun
mya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor resiko yang tidak d
apat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan factor genetic yang kedua adalah
factor resiko yang dapat di ubah misalnya kebiasaan merokok tingkat Pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan meroko, konsumsi alkohol, indeks masa tubu
Diabetes melitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan meimbulkan antara lain gangguan penglihatan
mata, katarak, penyakit jantung , sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit semb
e dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amput
asi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan ke
parahan dari diabetes melitus tipe 2 maka dilakukan pencegan seperti modifikasi g
aya hidup dan pengobatan seperti obat oral hipergelikemik dan insulin. Pancreas d
1. DM tipe 1 (Juvenil omet dan tipe dependen insulin) dengan angka kejadia
litus (IDDM). Tipe ini sering menyerang pada etnik keturunan AfrikaAme
rika, Asia. Terjadi disegala usia, tetapi biasanya terjadi pada usia muda < 3
sulin tersebut mungkin sediki menurun atau berada dalam rentang normal.
Oleh karena itu. DM tipe 2 ini disebut noninsulin dependen diabetes melit
4. Diabetes tipe lain. Beberapa tipe DM yang lain seperti defek genetik, fung
arena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindro
Menurut Perkeni (2011), faktor risiko DM adalah ras, usia, jenis kelamin, riw
ayat keluarga, riwayat melahirkan dengan berat badan lebih, obesitas, gaya hidup,
22
as, aktifitas fisik yang tidak efektif, hipertensi, dislipidemia, diet tidak seimbang d
an merokok merupakan faktor risiko pada DM. DM tidak harus berfokus pada pen
gobatan saja namun juga dapat melakukan pencegahan. Harapan baru bagi penderi
ata DM adalah bahwa klien dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan
2.4.4 Etilogi
Menurut Soegondo 2013, kelompok risiko DM adalah orang dengan usia ≥ 45 tah
un, atau kelompok usia lebih muda denngan IMT > 23 kg/m2 yang disertai denga
7. Riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puas
3. Kehamilan
2.4.5. Patofosiologi
Di dalam saluran pencernaan makanan akan dipecah menjadi bahan dasar makana
n tersebut. Seperti karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan l
emak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut nantinya akan diserap ole
h usus kemudian akan masuk pada pembuluh darah lalu di edarkan keseluruh tubu
h untuk digunakan sebagai bahan bakar. agar dapat menjadi bahan bakar ketiga za
t tersebut harus masuk dulu kedalam sel. glukosa dibakar melalui proses kimia ya
ng rumit dan hasi akhirnya adalah menjadi energi. Masuknya glukosa dalam sel di
pengaruhi oleh suatu hormon yaitu insulin, merupakan hormon yang dihasilkan ol
ngsi dari hormon ini adalah untuk mengatur kadar gula darah dalam rentang norm
al. Insulin bekerja memperantari uptake glukosa seluler melalui proses rekrutmen
transporter glukosa. GLUT suatu pembawa membran plasma yang akan mengang
kut glukosa masuk kedalam sel. GLUT terdapat 14 bentuk, yang dinamai sesuai ur
lukosa yang masuk ke ginjal dan usus ke aliran darah sekitar melalui pembawa ko
ntransporter glukosa dan natrium, dan GLUT_3 adalah pengangkut glukosa utama
ke neuro. GLUT_4 dapat berkerja setelah berikatan dengan insulin dan sebagai tra
Setelah glukosa diangkut ke dalam sel oleh GLUT, glukosa akan segera di
fosforilasi oleh enzim yang ada dalam sel tersebut menjadi glukosa-6-fosfat yang t
idak memiliki cara untuk keluar sel, tidak seperti glukosa “tawar” yang dapat kelu
ar melalui transporter dua arah. Karena itu, glukosa terjebak di dalam sel. Selanjut
nya fosforilasi glukosa sewaktu memasuki sel menjaga konsentrasi glukosa “tawa
r” pada intraseluler tetap rendah sehingga gradien yang merantai difusi terfasilitasi
Insulin saat disekresikan yang mengkontrol adalah sistem umpan balik neg
gative langsung antara sel β pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah yang
mengalir ke sel-sel jaringan. Ada beberapa tahapan saat proses sekresi insulin sete
lah molekul glukosa memberikan rangsangan pada sel β pankreas. Pada proses glu
yang merupakan asam amino yang terdapat didalam berbagai sel dan memiliki per
uk dari luar ke dalam sel jaringan tubuh. Glucose Transporter 2 (GLUT_2) yang t
erdapat pada sel β misalnya diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari alira
n darah, melewati membran masuk kedalam sel. Proses ini sangat penting, agar sel
njutnya didalam sel, molekul glukosa dapat mengalami proses glikolisis dan fosfo
25
rilisasi yang nantinya akan membebaskan ATP (Adenosin Tri Phosphat). Molekul
l yang terdapat pada membran sel. Sehingga pengeluaran ion K menjadi terhambat
dari dalam sel menyebabkan terjadinya deporilisasi membrane sel, nantinya akan
diikuti oleh proses pembukaan Ca channel. Hal tersebut akan memungkinkan ion
Ca masuk sehingga kadar ion Ca meningkat dalam intrasel, suasan yang dibutuhk
an untuk proses sekresi insulin melalui proses sekresi insulin yang cukup rumit da
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan oleh sel beta sesuai dengan
kebutuhan normal tubuh. Insulin tersebut disekresikan dalam dua fase sehingga se
kresinya berbentuk biphasic. Insulin yang dihasilkan, berfungsi untuk menjaga reg
ulasi glukosa darah agar selalu dalam batas fisiologis, baik saat pada puasa maupu
n setelah mendapatkan beban. Kedua fase sekresi insulin tersebut berlangsung sin
kron, berperan untuk menjaga kadar glukosa darah normal dan dapat mencermink
ukosa menginduksi fase pertama dalam glucose mediated insulin secrection yaitu
dengan pelepasan insulin yang baru saja disintesa dan penyimpanan dalam granul
a sekretorik sel β. Di dalam sel masuknya glukosa diditeksi oleh glukokinase, sehi
ngga glukosa tadi difosforilasi yang nantinya akan menjadi glukosa-6-fosfat (G6
P). Proses ini akan membutuhkan ATP. Penutupan kanal K+ATP- dependend dap
at mengakibat deporalisasi mebrane plasma dan aktivasi kanal kalsium yang volta
ngkatan konsentrasi kalsium ini menyebabkan sekresi insulin. Mediator lain yang
berperan dalam pelepasan insulin adalah aktivasi fosfolipase dan protein kinase C
serta rangsangan dari aktivasi adenil siklase dan terjadinya deporilisasi membrane
sel, nantinya akan diikuti oleh proses pembukaan Ca channel. Hal tersebut akan m
emungkinkan ion Ca masuk sehingga kadar ion Ca meningkat dalam intrasel, suas
an yang dibutuhkan untuk proses sekresi insulin melalui proses sekresi insulin yan
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan oleh sel beta sesuai dengan
kebutuhan normal tubuh. Insulin tersebut disekresikan dalam dua fase sehingga se
kresinya berbentuk biphasic. Insulin yang dihasilkan, berfungsi untuk menjaga reg
ulasi glukosa darah agar selalu dalam batas fisiologis, baik saat pada puasa maupu
n setelah mendapatkan beban. Kedua fase sekresi insulin tersebut berlangsung sin
kron, berperan untuk menjaga kadar glukosa darah normal dan dapat mencermink
x 2005 dalam Agustine 2015, adanya peningkatan kadar glukosa menginduksi fas
e pertama dalam glucose mediated insulin secrection yaitu dengan pelepasan insul
in yang baru saja disintesa dan penyimpanan dalam granula sekretorik sel β. Di da
lam sel masuknya glukosa diditeksi oleh glukokinase, sehingga glukosa tadi difosf
orilasi yang nantinya akan menjadi glukosa-6-fosfat (G6P). Proses ini akan memb
i mebrane plasma dan aktivasi kanal kalsium yang voltage-dependent akan menye
um ini menyebabkan sekresi insulin. Mediator lain yang berperan dalam pelepasa
27
n insulin adalah aktivasi fosfolipase dan protein kinase C serta rangsangan dari akt
ivasi adenil siklase dan protein kinase-A sel β. Mekanisme induksi sekresi insulin
juga melibatkan aktifasi hormon, seperti vasoaktif intestinal peptide (VIP), PAP,
GLP-1 dan GIP. Faktorfaktor ini memegang peranan penting pada fase sekresi ins
ulin, yaitu saat pelepasan insulin baik yang baru disintesa maupun yang disimpan
leh kelainan pada proses sekresi insulin berupa adanya gangguan pada fase 1 sekr
esi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin tersenut aka
n berdampak buruk pada homeotasis glukosa darah. Hal pertama yang akan ditim
bulkan adalah hiperglikemi akut postpandrial (HAP) yaitu peningkatan kadar gluk
osa darah segera (10-30 menit) setelah makan atau minum (Manaf 2007). Ketidak
adekuatnya pada fase 1, berdampak pada peningkatan kinerja pada fase 2 sekresi i
nsulin, dapat terdeteksi pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Pada TTGO m
akan. Hal tersebut merupakan gambaran ketidakberhasilan sekresi insulin pada fas
e 1 untuk menormalkan HAP. Meskipun pada awalnya ada upaya berupa peningk
atan pada fase 2, namun lama kelamaan keadaan normoglikemia ini tidak dapat di
pertahankan. Pada suatu waktu akan menimbulkan keadaan atau fase dinamakan T
oleransi Glukosa Terganggu (TGT) dapat disebut juga pradiabetes ditandai denga
n kadar glukosa darah 2 jam setelah makan 140-199 mg/dL. Secara etiologi, HAP
terjadi bukan hanya disebabkan oleh inadekuat sekresi insulin fase 1 atau ganggua
n sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya
28
respon jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin) diduga karena faktor ge
netik yaitu gen TCF/L2. Namun demikian, pada tahap dini penyakit tingginya kad
ar gula darah etrsebut lebih dominan diakibatkan oleh sekresi insulin pada fase 1.
Pada tahap awal terjadinya hiperglikemi dalam tubuh yang disebabkan ole
h ketidakadekuatan sekresi insulin pada fase 1. Pada keadaan ini, sel beta pankrea
2. Namun jika hal ini terus menerus terjadi, sel beta akan mengalami kelelahan unt
dapat terjadinya defisiensi insulin secara absolut. Keadaan ini memperburuk meta
bolisme glukosa karena terjadi hiperglikemi tidak hanya terjadi resistensi insulin, t
etapi juga disertai oleh rendahnya kadar insulin. Resistensi insulin mulai menonjol
Pada penderita DM, insulin menempatkan posisinya pada kondisi tidak akt
if. Padahal insulin harus berikatan dengan resptor dan akan terbenutuk insulin for
matin pathway yang akan merangsan transkolasi GLUT_4 yang membawa glukos
a dari dalam darah masuk kejaringan adipose. GLUT_4 merupakan mediator utam
a glucose removal dari sirkulasi dan regulator kunci dari homeostasis glukosa tub
uh secara keseluruhan. Karena jumlah yang abnormal terutama pada jaringan otot
29
jantung, rangka dan jaringan adipose (GLUT_4) akan mengakibatkan kerja glikoli
sis dan glikogenesis menjadi terhambat. Sehingga untuk memperoleh energy, tubu
h mengalihkan pembentukan energy selain dari hidrolisis lemak, tubuh juga meng
aktifkan hormone glucagon serta epinefrin yang berkerja melalui cAMP yang justr
ukan glukosa pada aliran darah dan tidak dapat digunakan (Agustine, 2015).
Menurut PERKENI (2015), tanda dan gejalas klinis DM adalah sebagai beri
kut:
psia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan peny
ebabnya.
2. Keluhan lain Lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi er
3. Kriteria diagnosis
sik.
GSP).
tes yang meliputi: Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) dan Toleransi Glukos
a Terganggu (TGT).
sma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100
mg/dl.
TABEL.2.1 kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan paradiabet
es.
O (mg/dl)
2.4.7. Komplikasi
kut dan kronis. PERKENI membagi komplokasi pada DM menjadi dua kategori, y
aitu:
1. Komplikasi Akut
wah nilai (<50 mg/dl). Hipoglikemia biasa terjadi pada penderita DM tipe
1. Hal ini menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi seh
Soegondo et al. 2015). Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah men
2. Komplikasi kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
rawiro 2015).
2) Komplikasi mikrovaskuler
m.
2.4.8. Penatapelaksanaan
1. Menurut prianto et al 2014 dalam tanto 2014, tata laksana holistic Diabet
es Melitus yaitu :
profil lipid pada keadaan pusa, kreatinin serum, albuminuria, keton, sedi
men, dan protein urin, EKG, rontgen dada ) serta rujukan jika diperlukan
4. Pilar penatalaksanaan DM
5. Edukasi
osa darah mandiri, serta dan tanda dan gejala hipoglikemia beserta cara
tung dari beberapa factor seperti jenis kelamin, umur, aktifitas, berat bada
(2) Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan perempuan < 150 cm, rumus di m
(3) BB normal : BBI ± 10%, kurus : BBI- 10%, gemuk > BBI+ 10% komposisi m
34
(1) Karbohidrat : 45-65% total asupan energi (karbohirat non olahan beserta tingg
(2) Lemak: 20-25% kebutuhan kalori (batasi lemak jenuh dan lemak trans, seperti
daging berlemak dan whole milk, konsumsi kolestrol < 200 mg / hari).
(3) Protein : 10-205 total asupan energi (seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
(4) Natrium < 3 gram atau 1 sdt garam dapur (pada hipertensi, natrium dibatasi 2,
4 gram).
(5) Serat ± 25g/ hari ( kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta karbohidrat ting
gi serat ).
(6) Pemanis alternatif : tetap perlu diperhitungkan kandungan kaloriya sebagai dar
3) Aktivitas fisik
enyut nadi ) maksimal minimal150 menit / minggu atau aerobic 75 menit/ minggi.
Aktivitas tersebut dibagi menjadi tiga hari perminggu dan tidak ada dua hari berur
utan tanpa aktivitas fisik untuk penyandang DM dengan disertai penyakit kardivas
kular Latihan jasmani dimulaidengan intesitas rendah dan durasi yang singkat lalu
4) Terapi farmakologi
35
ani dan pengaturan diet penderita DM. terapi farmakologis pada penderita DM da
pat berupa antidiabetic oral (ADO) atau insulin (Priantono et al 2014 dalam tanto
(1) Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea (dikonsumsi 15-30 menit sebelum maka
n)
(3) Metformin
n suapan pertama)
(5) DDP-IV inhibitor (Bersama makanan atau belum makan) penggunaan Antibio
tik oral (ADO) bertahap juga dapat dikelompokkan berdasarkan dari hasil pem
1) DM tipe 1
4) Ketoasis diabetik
(1) Sress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark mio kard akut, stroke )
(2) Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang tidak terkendali dengan penggun
aan diet
METODE PENELITIAN
data dalam bentuk kuantitatif. Penelitian meliputi pengumpulan bahan baku, dan
dekok daun kersen, dan pengujian aktivitas Diabetes dengan metode glukosa
sumatera utara.
3.3.1. Alat-alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas kaca
(phyrex), dan Glukometer ( Easy touch GCU ) (cek gula darah), timbangan
hewan , oral sonde, jarum suntik disposable syringe 5 ml dan 3 ml, Rotary
38
39
3.3.2. Bahan
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol
dan dekok daun kersen yang segar. Bahan kimia yang digunakan dalam peneli
tian ini adalah aloksan (Merck), CMC-Na (Brataco), etanol 70%. Hewan uji.
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan b
erumur 2-3 bulan dengan berat badan antar 170-200 gram dan bahan penunja
ng lainnya.
3.4.1Pembuatan Pereaksi
(Depkes,1995).
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,808 g ditambahkan air suling ampai
1995).
41
dari manusia (70 kg) ke mencit (20 g) = 0.0026. Sehingga dosis untuk
mencit yaitu :
dari dosis manusia (70kg) ke mencit (20g) = 0,0026. Sehingga dosis untuk
mencit yaitu
1) Dosisi 1 (125mg)
2) Dosis II (250 mg )
NaCMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil di gerus hingga homogen, volume di
ngambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil daun kersen yang masih muda
atau yang belum terlalu tua. Sampel diambil pada pagi hari.
Sampel daun kersen (Muntingia calabura L.) yang telah dipetik dibersihka
n dari kotoran yang menempel, lalu dicuci dengan air mengalir, kemudian diangin
anginkan ditempat yang tidak terkena langsung sinar matahari. Setelah kering, sa
43
ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Sebanyal 500 gram
t etanol 70% sebanyak 750ml, di diamkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sa
gan 25 bagian etanol 70% sebanyak 250 Ml, pindahkan kedalam bejana tertutup
(maserat I dan maserat II) biarkan ditempat yang sejuk terlindung dari cahaya mat
ahari selama 2 hari, kemudian enap tuangkan atau disaring sehingga diperoleh eks
trak cair, lalu dipekatkan dengan cara diuapkan pada rotary evaporator dengan suh
u tidak lebih dari 50ºC hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 1979).
panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90 oC Sambil
it sekunder yang terkandung dalam suatu sampel. Kandungan ekstrak etanol daun
N dan 9 ml air suling, panaskan 2 menit, saring dengan kertas saring sehingga did
apat filtrat. Filtrat yang didapat gunakan untuk percobaan: 3 tetes filtrat, tambah 2
bah 2 tetes pereaksi Dragendrof menghasilkan endapan merah bata. Alkaloid posit
nas dan dikocok selama 15 menit, tambahkan 1 sampai 2 tetes HCl 2 N. Jika terbe
dan disaring, filtrat diencerkan dengan aquadest sampai hamper tidak bewarna. Se
banyak 2 ml filtrat di tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 10%., dan perhatikan warn
Pembuatan suspensi sediaan uji. Sediaan uji dibuat dengan cara menimban
g ekstrak daun kersen dengan konsentrasi masing-masing 120 mg, 250 mg, 500 m
Hewan uji yang digunakan adalah Mencit putih (Mus musculus), Berat Ba
dan 20-30 gram, umur 2-3 bulan. Kondisi hewan adalah sehat. Jumlah mencit puti
h (Mus musculus) yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelom
46
banyak 2 ml tiap masing-masing mencit.Hal ini dilakukan karena hewan uji yang
an hewan uji yang tidak dipuasakan.Tiga puluh menit setelah diberikan larutan glu
kosa lalu KGD mencit diukur kembali. Hari pertama dilakukan pengukura kadar g
lukosa darah dimana hasil digunakan sebagai pengukuran kadar glukosa awal, ke
telah diinjeksi glukosa, setelah 2 minggu setelah diinjeksi glukosa, kadar gukosa ti
awal, yaitu sebelum dilakukan injeksi glukosa. Bila terjadi kenaikan kadar glukos
a darah tikus melebihi ± 200 mg/dl, maka tikus tersebut sudah dianggap diabetes.
% b/v
b. Kelompok II: Diberi perlakuan ekstrak etanol daun kersen per oral konsentras
i 4% b/v
c. Kelompok III : Diberi perlakuan ekstrak etanol daun kersen per oral konsentr
asi 6% b/v
d. Kelompok IV :Diberi perlakuan ekstrak etanol daun kersen per oral konsentra
si 8% b/v
47
kosa darah pada setiap 15,30,45,60 menit di lakukan pengukuran kadar glukosa da
Hasil ekstraksi ekstrak etanol daun kersen dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil ekstrak etanol daun kersen dan % rendemen ekstrak
No Jenis Hasil
2. % Rendemen 20,5%
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi serbuk simplisia dari daun kerse
lama maserasi 5 hari. Ekstrak kental yang didapat kemudian ditimbang dan
48
49
pelarut etanol 70% dengan metode maserasi dengan lama maserasi selama 5 hari,
pelarut yang digunakan, kecepatan proses ekstraksi, dan metode yang di gunakan,
Hasil % rendemen ekstrak pada penelitian saya lebih besar dikarenakan serbuk da
un kersen saya sebanyak 500 gram, sedangkan pada penelitian Dewi Andini.2020
juga menggunakan metode yang sama dengan pelarut dan konsentrasi yang sama
Hasil ekstraksi dekok daun Kersen dapat dilihat pada table 4.2 berikut.
No Jenis Hasil
2. % Rendemen 15,95%
senggani sebanyak 500 gram kemudian panaskan diatas tangas air selama 30 menit
yang didapat kemudian ditimbang dan didapatkan hasil sebesar 98,90 gram dengan
lama proses dekoktasi selama 30 menit, sedangkan pada penelitian Toar, 2020 lama
bahan dengan pelarut semakin lama sehingga proses penetrasi pelarut kedalam sel
bahan semakin baik, yang menyebabkan semakin banyak senyawa yang berdifusi
keluar sel.
Hasil skrining fitokimia daun kersen dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
mayer, bouchardat, drugendorff dan hasil dari uji skrining fitokimia ekstrak etanol
daun kersen yg telah dilakukan mendapatkan hasil endapan yang tidak berwarna
51
coklat yang artinya ekstrak etanol daun kersen negatif mengandung senyawa
alkaloid.
terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga. dan hasil uji skrining fitokimia
ekstrak etanol daun kersen yang telah dilakukan mendapatkan hasil terbentuknya
warna yang mengandung warna flavonoid. yang artinya ekstrak etanol daun kerse
terbentuknya busa yang stabil dan tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCl
2N. Dan hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun kersen yang telah
memberikan warna biru kehitaman atau hijau kehitaan. Dan hasil uji skrining
fitokimia ekstrak etanol daun kersen yang telah dilakukan mendapatkan hasil
perubahan warna biru kehitaman yang artinya ekstrak etanol daun kersen positif
mengandung tanin.
ditandai dengan terbentuknya cincin kecoklatan atau violet (triterpen) jika terjadi
perubahan warna hijau kebiruan (steroid). dan hasil uji skrining fitokimia ekstrak
etanol daun kersen yang telah dilakukan mendapatkan hasil perubahan warna
hijau kebiruan yang artinya ekstrak etanol daun kersen positif mengandung
steroid.
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun kersen yang
52
dan steroid.
4.5 Hasil Pemberian Ekstrak Etanol dan Dekok Daun kersen Terhadap Men
cit Jantan
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Pemberian ekstrak etanol dan dekok daun kersen terha
dap mencit Jantan
Perlakuan p Replik Kadar Glukosa Darah (mg/dl) X
ada mencit a
Menit Menit Menit Menit Meni
0 15 30 45 t
60
Na.CMC 1 1 220 214 210 200 194 1038 207,6
%
2 215 208 202 197 190 1012 202,4
200
Na.CMC 1%
Ekstrak etanol daun kersen 125
mg
Ekstrak etanol daun kersen 250
150 mg
Ekstrak etanol daun kersen 500
mg
Dekok daun kersen 125 mg
Dekok daun kersen 250 mg
Dekok daun kersen 500 mg
100 Suspensi glibenklamid 0,02 mg
50
0
menit 0 menit 15 menit 30 menit 45 menit 60
Keterangan :
55
A1 = Na.CMC 1%
A2 = Ekstrak etanol daun kersen 125 mg
A3 = Ekstrak etanol daun kersen 250 mg
A4 = Ekstrak etanol daun kersen 500 mg
A5 = Dekok daun kersen 125 mg
A6 = Dekok daun kersen 250 mg
A7 = Dekok daun kersen 500 mg
A8 = Suspensi glibenklamid 0,02 mg
B0 = Kadar glukosa darah awal
B1 = Kadar glukosa darah pada menit ke 15
B2 = Kadar glukosa darah pada menit ke 30
B3 = Kadar glukosa darah pada menit ke 45
B4 = Kadar glukosa darah pada menit ke 60
= Jumlah rata-rata
X = Rata-rata
4.6. Pembahasan
kurangan insulin baik karena disfungsi pankreas (pankreas tidak mampu mempro
duksi insulin ) ataupun disfungsi insulin absolut (pankreas masih mampu mempro
Pengujian efek Anti Diabetes dalam penelitian ini dilakukan secara enzima
tik dengan menggunakan metode toleransi glukosa oral dan pengukuran kadar glu
kosa darah dengan prinsip kerja glukometer yang menggunakan metode elektroki
mia, yaitu berdasarkan pada pengukuran potensial (daya listrik) yang disebabkan
56
oleh reaksi dari glukosa dengan bahan pereaksi glukosa pada elektrode strip. Sam
pel darah diserap masuk ke dalam ujung strip uji berdasarkan reaksi kapiler. Apab
ila darah mengisi ruang reaksi pada strip uji, kalium ferisianida diuraikan dan gluk
osa sampel dioksidasi oleh enzim glukosa oxidase. Menyebabkan penurunan bilan
plikasi jumlah voltase yang konstan dari meteran mengoksidasi kalium heksasiano
ferat (II) kembali pada kalium heksasianoferat (III), dan memberikan elektron. Ele
ktron yang di hasilkan untuk menimbulkan arus sebanding dengan kadar glukosa
pada sampel. Setelah waktu 10 detik konsentrasi glukosa dalam sampel di tayang
kan pada layar monitor.Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek Anti Diabetes
ekstrak etanol daun kersen pada hewan coba yang digunakan yaitu mencit (Mus
Musculus). Adapun dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 125 mg/kg
BB, 250 mg/kgBB dan 500mg/kgBB mencit. Selain itu juga digunakan juga 2 kel
ompok hewan coba untuk kontrol, yaitu kontrol positif dan kontrol negatif.
ng kuat dengan dosis yang rendah bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta dari p
ulau langerhans sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Kontrol positif ini dengan
maksud untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang penurunan kadar g
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan karen
a memiliki sistem hormonal yang lebih stabil dibanding mencit betina yang mana
57
memiliki kadar glukosa darah lebih tinggi pada saat hamil, sebab terjadi peningkat
sehingga glukosa yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan pada saat tidak hami
ukuran glukosa darah. Hewan uji yang dipuasakan di ukur kadar glukosa darah aw
alnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah mencit sebelum di
beri perlakuan lebih lanjut. Larutan glukosa diberikan pada mencit 60 menit sebel
um pemberian sediaan uji yang bertujuan untuk menaikkan kadar glukosa darah y
arah dari sediaan uji dapat diamati. Dalam penelitian ini kadar glukosa darah men
cit di ukur dengan interval waktu 15, 30, 45, 60 menit menggunakan glukometer.
Yang dimana cuplikan darah mencit yang dijadikan sampel diambil melalui ujung
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil rat
a-rata kadar glukosa darah mencit untuk tiap perlakuan yang di ukur setiap sebelu
m diberi perlakuan serta setiap menit 15, 30, 45, 60 menit yaitu untuk kontrol neg
atif yang di beri induksi NaCMC masing-masing sebesar 217,33 mg/dl, 211 mg/d
l, 207 mg/dl, 198,33 mg/dl, 192 mg/dl. Untuk kelompok hewan coba yang di indu
ksi ekstrak etanol daun kersen 125 mg/kgBB masing-masing sebesar 227 mg/dl, 1
20,33 mg/dl, 104 mg/dl, 79,33 mg/dl, 68,33 mg/dl,. Untuk kelompok hewan coba
yang diinduksi ekstrak etanol daun kersen 250 mg/kgBB masing masing sebesar 2
58
29,66 mg/dl, 124 mg/dl, 105,33 mg/dl, 84,33 mg/dl, 71,66 mg/dl. Untuk kelompo
k hewan coba yang diinduksi ekstrak etanol daun kersen 500 mg/kgBB masing ma
sing sebesar 231,66 mg/dl, 135 mg/dl, 106,33 mg/dl, 80 mg/dl, 67,66 mg/dl. Seda
ngkan kelompok hewan coba yang menggunakan dekok daun kersen 125 mg/kgB
B masing-masing sebesar 225 mg/dl, 138,33 mg/dl, 117,33 mg/dl, 95,66 mg/dl, 75,
33 mg/dl,. Untuk kelompok hewan coba dengan dekok daun kersen 250 mg/kgBB
masing masing sebesar 223,33 mg/dl, 143,66 mg/dl, 119 mg/dl, 94,33 mg/dl, 76,3
3 mg/dl. Untuk kelompok hewan coba yang dengan dekok daun kersen 500 mg/kg
BB masing masing sebesar 219,66 mg/dl, 152,66 mg/dl, 117,33 mg/dl, 96,66 mg/
dl, 75,66 mg/dl. Untuk kelompok hewan coba yang di induksi suspensi glibenkla
mid 0,02 mg/20 gBB masing masing sebesar 217,66 mg/dl, 140 mg/dl, 120 mg/dl
87 mg/dl, 76 mg/dl
Dari hasil yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa semua dosis e
kstrak dan dekok yang diinduksikan pada hewan coba ternyata memberi efek mam
rah seperti kadar glukosa awal, bahkan lebih rendah. Hal ini dapat dilihat hasil pa
da tabel perubahan kadar glukosa darah. Jika ketiga kelompok perlakuan kelompo
Setelah itu dilihat pada tabel untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Dar
i hasil uji ini, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara k
etiga konsentrasi ekstrak dan dekok terhadap kontrol positif, namun tedapat perbe
daan yang signifikan antara ekstrak dan kontrol positif terhadap kontrol negatif. M
59
aka dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak 125 mg/20-30gBB, 250 mg/20-30gB
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak etanol dan dekok daun kersen (muntingia calabura), mampu menu
runkan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) yang di induksi aloksa
n.
2. Ekstrak etanol dan dekok daun kersen (muntingia calabura), mampu menu
runkan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) namun efek menuruna
n kadar gula darah yang paling tinggi terdapat pada metode ektrak etanol d
aun kersen.
3. Didapatkan rebusan daun kersen ( muntingia calabura), yakni 125 mg, 250
n rebusan daun kersen sangat efektif dalam menurunkan kadar gula darah.
5.2 Saran
hap formulasi karena telah di dapatkan bahwa ekstarak etanol dan dekok d
aun kersen dengan dosis 125 mg, 250 mg, dan 500 mg dapat menurunkan
60
DAFTAR PUSTAKA
Ajie, R.B., 2018. White Dragon Fruit ( Hylocereus undatus ) Potential As Diabet
es Mellitus Tretment , 4, pp.69–72
Allen N, Gupta A (2019) Current diabetes technology: Striving for the artificial p
ancreas. Diagnostics 9: 31. doi: 10.3390/diagnostics9010031
Cicih, A., Aligita, W., & Susilawati, E. (2022). A Review: The pharmacokinetics
and pharmacodynamics of metformin-herb interactions. J. Ilmiah Farm, 18
(1), 13–25. http://repository.bku.ac.id/xmlui/handle/123456789/4517
Fahdi, F. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calab
ura L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus & Escherichi
a coli.Skripsi.Public Health Community STIKes Delihusada Delitua.
Febrina, M., & Sari, S. F. (2019). Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kersen (Munt
ingia calabura L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Putih (Mus musc
ulus) yang Diberi Beban Glukosa. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 8(2),
2.
Fiana, N. et al., 2019. Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging Buah Mahkot
a Dewa ( Phaleria macrocarpa ) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Dara
h The Effect of Saponin in Mahkota Dewa Mesocarp Fruit (Phaleria macro
carpa ) to Decrease Blood Glucose Levels. , 5.
61
62
International Diabetes Federation (2022) IDF Diabetes Atlas. 6th edn. Internation
al Diabetes Federation.
Moch. Aditya Febriza, Qadhli Jafar Adrian , Adi Sucipto 2017. Penerapan Ar Dal
am Media Pembelajaran Klasifikasi Bakteri, Informatika, Universitas Tekno
krat Indonesia, Kota Bandarlampung.
Nurholis dan Ismail saleh, 2019. Hubungan Krakteristik Morfologi Tanaman Kers
en (Muntingia Calabura L), Jurnal. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Program Studi Agroteknologi, Fa
kultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
Riskianto, Kamal, S. E. and Aris, M., 2021. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
70% Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap DPPH. Jurnal Pro-Life,
8(2), pp.168–177.
Restyana Noor Fatimah.,(2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty, Lamp
ung University
Selvia A, Suhadiyah, Johannes E & Hasyim Z.(2016). Uji Efektivitas Ekstrak Dau
n Kersen (Muntingia calubura L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Dara
h Pada Mencit (Mus musculus).
Sami, F. J., Nur, S., Ramli, N. and Sutrisno, B., 2017. Uji Aktivitas Antioksidan D
aun Kersen (Muntingia calabura L.) dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pi
krilhidrazil) dan FRAP (ferric reducing antioxidan power). Jurnal Ilmiah A
s-Syifaa, 9(2), pp.106–111.
Septiawan, A. N., Emelda, E. and Husein, S., 2020. Aktivitas Antioksidan Kombi
nasi Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Ganggang Hijau (Ulva l
actuca L.). INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Med
icine Journal), 4(1), pp.11–24.
Sapturi, N. herlina. (2020). pengaruh rebusan daun kersen terhadap kolesterol pad
a usia dewas di desa tampirkulon kecamatan candimulyo. In SELL Journal
64
Tri Cahayai Widiastuti, 2022. Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Mengatasi Peny
akit Diabetes Melitus di Kota Kebumen. Journal Farmasi Klinik dan Sains
(JFKS).
Tuhfa Eka Indriana, 2017. Skripsi., “Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Kelor
(Moringa Oleifera) Dan Seduhan Daun Kersen (Muntingia Calabura L) Ter
hadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Penderia Diabetes Melitus Di
Desa Pangarangan, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep”. Progr
am Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Sur
abaya.
Widyaningrum, N. R., Saptuti, S., Radianti, R., & Sulistiyah, W. (2020). Potensi
Analgetik Ekstrak Kloroform Daun Talok (Muntingia Calabura L) Beserta P
rofil Kromatografi Lapis Tipisnya. Avicenna: Journal of Health Research, 3
(1), 119-132.
Virsa Handayani, 2017. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dau Kers
en (Muntingia calabura) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Fakultas Far
masi, Universitas Muslim Indonesia.
Yulvianti, M., Sari, R. M., dan Amaliah, E. R. 2018. Pengaruh Perbandingan Cam
puran Pelarut N-Heksana-Etanol Terhadap Kandungan Sitronelal Hasil Ekst
raksi Serai Wangi (Cymbopogon nardus). Jurnal Inegrasi Proses, 5(1):8-14.