Anda di halaman 1dari 21

PAPER RINGKASAN MATERI BIOKIMIA

BLOK 2: BIOMEDIS 1

DISUSUN OLEH:
Nama : Clara Anastasya Surentu.
Stambuk : N 101 23 027
Kelompok : 3

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I Karbohidrat .................................................................................................. 1
1.1. Teori Singkat ............................................................................................ 1
1.2. Alat dan Bahan Praktikum........................................................................ 1
1.3. Cara Kerja Praktikum ............................................................................... 2
1.4. Kaitan dengan Penyakit ............................................................................ 3
BAB II Lipid ........................................................................................................... 4
2.1. Teori Singkat ............................................................................................ 4
2.2. Alat dan Bahan Praktikum........................................................................ 4
2.3. Cara Kerja Praktikum ............................................................................... 5
2.4. Kaitan dengan Penyakit ............................................................................ 6
BAB III Protein ....................................................................................................... 7
3.1. Teori Singkat ............................................................................................ 7
3.2. Alat dan Bahan Praktikum........................................................................ 7
3.3. Cara Kerja Praktikum ............................................................................... 9
3.4. Kaitan dengan Penyakit .......................................................................... 12
BAB IV Enzim dan Kecepatan Reaksi Enzim ...................................................... 13
4.1. Teori Singkat .......................................................................................... 13
4.2. Alat dan Bahan Praktikum...................................................................... 14
4.3. Cara Kerja Praktikum ............................................................................. 14
4.4. Kaitan dengan Penyakit .......................................................................... 15
BAB V Isolasi Genom dengan Limpa Sapi .......................................................... 16
5.1. Teori Singkat .......................................................................................... 16
5.2. Alat dan Bahan Praktikum...................................................................... 16
5.3. Cara Kerja Praktikum ............................................................................. 17
5.4. Kaitan dengan Penyakit .......................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

i
BAB I
KARBOHIDRAT
1.1. Teori Singkat

Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidrat.


Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O). Rumus umumnya
dikenal sebagai Cx(H2O)n. Hewan sangat bergantung pada sumber tumbuhan
untuk memperoleh karbohidrat meskipun mereka dapat mensintesis
karbohidrat dari sumber non karbohidrat seperti gliserol dan asam amino dalam
tubuh (glukoneogenesis) (Wahyuni,2022).

Karbohidrat dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana


dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida
yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari
dua monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida yaitu gula rantai
pendek yang dibentuk olh galaktosa, glukosa dan fruktosa. Karbohidrat
kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan
monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati (Siregar,
2018).

1.2. Alat dan Bahan Praktikum

1.2.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
1.2.2. Bahan
1. Larutan glukosa
2. Larutan fruktosa
3. Larutan xilosa
4. Larutan alpha naftol

1
5. Larutan H2SO4
6. Larutan Benedict
7. Reagen Selliwanof

1.3. Cara Kerja Praktikum

1.3.1. Uji Molisch


1. Siapkan 3 tabung reaksi. Teteskan 1,5 ml (30 tetes) pada masing-
masing tabung reaksi larutan glukosa: fruktosa: dan xilosa.
2. Teteskan 0,5 ml (10 tetes) larutan alpha naftol pada masing-masing
tabung reaksi, miringkan tabung dan teteskan larutan H2SO4 secara
perlahan dan mengalir di dinding tabung (tidak langsung menetes
pada larutan glukosa, sukrosa dan xilosa) sebanyak 1 ml (20 tetes),
jangan sampai terguncang dan teraduk.
3. Tunggu cincin ungu muncul diantara dua larutan, jika muncul maka
menunjukkan bahwa larutan glukosa, fruktosa dan xilosa
merupakan monosakarida.
1.3.2. Uji Benedict
1. Siapkan 3 tabung reaksi. Teteskan 2 ml reagen benedict pada
masing-masing tabung reaksi.
2. Teteskan 3 tetes larutan pada masing-masing tabung reaksi:
glukosa; fruktosa; dan xilosa, Inkubasi pada 37 derajat celsius
selama 3 menit.
3. Jika larutan berwarna biru maka tidak ada gula reduksi, jika larutan
berwarna hijau maka ada gula reduksi namun sangat sedikit, jika
larutan berwarna oranye maka ada gula reduksi yang cukup, dan
jika larutan berwarna merah bata maka gula reduksi sangat banyak.
1.3.3. Uji Selliwanof
1. Siapkan 3 tabung reaksi
2. Teteskan 2,5 ml reagen selliwanof pada masing-masing tabung
reaksi

2
3. Teteskan 3 tetes larutan pada masing-masing tabung reaksi:
glukosa; fruktosa; dan xilosa
4. Panaskan langsung pada bunsen selama 2 menit
5. Jika larutan berubah warna menjadi warna merah cherry, maka
larutan tersebut termasuk karbohidrat jenis ketosa

1.4. Kaitan dengan Penyakit

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang


ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu
kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). DM
dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya
dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014). DM dapat
menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai
jantung yang menimbulkan komplikasi (Triyaniarta, 2022).

3
BAB II
LIPID
2.1. Teori Singkat
Lipid, yang merupakan kategori molekul alami, menjalankan peran
sentral dalam konteks biologi dengan fungsi-fungsi yang sangat signifikan.
Molekul-molekul ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber utama bahan bakar
untuk proses metabolisme, tetapi juga memegang peranan krusial dalam
menjaga stabilitas membran sel, yang berperan sebagai penghalang dan
penjaga integritas seluler. Selain itu, lipid juga berkontribusi sebagai
komponen penting yang membentuk struktur sel di dalam tubuh, memainkan
peran essensial dalam membentuk dan memelihara organisasi seluler yang
kompleks. Keseluruhan, peranan lipid dalam konteks biologis ini mencakup
sejumlah fungsi kunci yang memberikan kontribusi vital terhadap
keseimbangan dan fungsionalitas seluler dalam sistem biologis suatu
organisme (Maharani, 2020).

Lipid dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama: asam lemak,


fosfolipid, dan sphingolipid. Asam lemak dan turunannya terdiri dari sekitar
50% lipid dari sel mamalia yang khas. Lipid memainkan peran penting dalam
mengatur proses biologis, seperti transduksi sinyal dan perdagangan membran,
baik pada sel yang sehat maupun yang sakit. Komponen fosfolipid membran
sel memberikan integritas struktural utama membran sel (Wahyudi, 2020).

2.2. Alat dan Bahan Praktikum


2.2.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet Tetes
3. Cawan porselen
4. Kertas
5. Bunsen
6. Penjepit tabung
2.2.2. Bahan

4
1. Kloroform
2. Minyak kelapa
3. Minyak zaitun
4. Minyak wijen
5. Na2Co3
6. Air
7. Larutan empedu
8. Lemak padat (mentega)
9. Margarin
10. Gliserol
11. Kristal KH2SO4
12. Alkohol
13. Eter
14. Iodin
2.3. Cara Kerja Praktikum
2.3.1 Uji Larutan Lemak dan Emulsi
1. Siapkan 5 tabung reaksi.
2. Teteskan pada masing-masing tabung reaksi: 2ml kloroform; 2ml
eter; 2ml air; 2ml Na2CO3; dan 2ml empedu.
3. Tambahkan 1 tetes minyak pada masing-masing tabung reaksi,
kocok dengan kuat tabung reaksi.
4. Tunggu setelah 5 menit kemudian amati hasilnya.
2.3.2. Uji Asam Lemak Tak Jenuh
1. Tambahkan 10 tetes iodin pada tabung reaksi, iodin berubah
menjadi merah muda karena adanya iodin bebas.
2. Bagi iodin ke dalam 3 tabung reaksi lain.
3. Tambahkan minyak kelapa; minyak zaitun; dan mentega ke dalam
masing-masing tabung.
4. Tunggu dan amati hasilnya.
2.3.3. Uji Pembentukan Akrolein
1. Siapkan 2 tabung reaksi.

5
2. Teteskan ke masing-masing tabung reaksi 3 tetes gliserol; dan 3
tetes minyak.
3. Tambahkan 1cm kristal KHSO4 ke masing-masing tabung reaksi.
4. Panaskan masing-masing tabung reaksi, kemudian cium aromanya.
5. Bandingkan aroma kedua larutan yang diuji.
2.3.4. Uji Bercak Minyak
1. Teteskan 5 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 4ml eter ke dalam tabung.
3. Kocok tabung dengan sangat kuat.
4. Tuang minyak dan eter tersebut ke cawan porselen.
5. Tunggu hingga eter meluap dan hanya tersisa minyak.
6. Lap minyak di cawan porselen dengan kertas.
7. Amati hasil yang terjadi di kertas tersebut.
2.4. Kaitan dengan Penyakit

Obesitas merupakan kondisi dimana terjadinya penumpukan lemak


secara berlebihan di dalam tubuh. Banyak masyarakat dan orang tua
beranggapan bahwa seorang anak yang memiliki postur tubuh gemuk kelihatan
sehat dan menggemaskan. Sehingga hal ini yang membuat banyak orang tua
merasa bangga jika memiliki anak dengan postur tubuh gemuk. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola asuh anak obesitas usia 5–12
tahun di SD Negeri 09 Rangkang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Sehingga pada akhirnya akan menjadi masukkan kepada orang tua dan dengan
demikian upaya pencegahan dapat dilakukan agar prevalensi terjadinya
obesitas di kalangan anak usia Sekolah Dasar bisa dikendalikan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan
wawancara mendalam (in depth interview). Pola asuh yang diterapkan orangtua
kepada anak yaitu pola asuh demokratis. Ketika anak meminta sesuatu kepada
orangtua tidak langsung diberikan, namun harus ada syarat atau hal tertentu
yang dikerjakan oleh anak. Kesimpulan dari penelitian ini, pola asuh makan
yang diterapkan yaitu emotional feeding dan control over eating (Angely,2021)

6
BAB III
PROTEIN
3.1 Teori Singkat
Istilah "protein" berasal dari protos atau proteos yang mengandung
makna pertama atau utama. Protein sendiri adalah polimer yang terdiri dari
asam amino. Sebagai komponen krusial sel hewan dan manusia, protein
memainkan peran penting dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Karena sel merupakan komponen dasar tubuh kita, protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai unsur utama dalam proses pembentukan dan
pertumbuhan tubuh (Wahyudiati, 2017).
Protein merupakan elemen integral dari semua sel hidup dan menyusun
bagian terbesar tubuh setelah air. Sebanyak seperlima bagian protein berada
dalam otot, setengahnya di dalam tulang dan tulang rawan, sepuluh persen di
dalam kulit, sementara sisanya terdistribusi di berbagai jaringan dan cairan
tubuh. Semua enzim, hormon beragam, pengangkut nutrisi dan darah, matriks
intra-seluler, dan lainnya, terdiri dari protein. Lebih lanjut, asam amino yang
membentuk protein berperan sebagai prekursor untuk sebagian besar koenzim,
hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang vital untuk kehidupan.
Protein memiliki fungsi khusus yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,
yaitu berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan sel-sel dan jaringan
tubuh (Wahyudiati, 2017)
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Bunsen
3. Water bath
4. Pipet tetes
5. Labu ukur
3.2.2. Bahan
1. Protein
2. Larutan natrium hidroksida

7
3. Reagen HgSO4
4. Larutan kuprisulfat
5. Larutan natrium nitrit
6. Larutan formaldehida
7. Larutan H2SO4
8. Larutan HNO3
9. Larutan NH4OH
10. Larutan timah asetat
11. Larutan triketohidrindin
12. Larutan 2NSO4
13. Larutan Fel/2
14. Larutan CuCl2
15. Larutan HgCl2
16. Larutan PbCl2
17. Larutan AgCl2
18. Larutan garam
19. Larutan asam sulfosaksilat
20. Reagen esbach
21. Larutan asam asetat glasial
22. Larutan amonium sulfat
23. Akuades
24. Serum darah
25. Larutan asam sulfosaksilat
26. Larutan alkohol pekat
27. Indikator klorfenol red
28. Larutan HCl pekat
29. Larutan asam asetat
30. Reagen millon-nasse
31. Asam amino
32. Indikator phitalein fenol
33. Larutan natrium hypobromme

8
3.3. Cara Kerja Praktikum
3.3.1 Uji Biuret
1. Tambahkan 3ml protein ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1ml NaOH 40% ke dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan 1 tetes CuSO4 kemudian guncang tabung reaksi.
4. Amati hasil perubahan warna, kemudian catat hasil yang telah
didapatkan.
3.3.2. Reaksi Millon-Nasse
1. Tambahkan 1ml HgSO4 ke dalam tabung reaksi.
2. Panaskan selama 5 sampai 10 menit hingga terbentuk endapan.
3. Tambahkan 1ml NaNO2 ke dalam tabung reaksi.
4. Panaskan kembali hingga hitam pekat.
5. Catat hasil yang didapatkan.
3.3.3. Reaksi Hopkins-Cole
1. Teteskan 1 tetes formaldehida dan goyangkan tabung reaksi.
2. Teteskan 1 tetes reagen HgSO4.
3. Tambahkan 1ml H2SO4 sambil miringkan tabung reaksi.
4. Catat hasil yang didapatkan.
3.3.4. Reaksi Xanthoprotein
1. Teteskan 1ml HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi.
2. Inkubasi lalu dinginkan, tambahkan NaOH, kemudian catat hasil
yang didapatkan.
3.3.5 Tes Sulfur
1. Teteskan 1ml NaOH 40% ke dalam tabung reaksi.
2. Panaskan dengan bunsen selama 1 menit, kemudian tambahkan 1
tetes FB.
3. Catat hasil yang telah didapatkan.
3.3.6. Reaksi Nynhidrin
1. Teteskan 5ml larutan protein.
2. Tambahkan 0,5ml laruta triketohidrinin hidrat 0,1%.

9
3. Panaskan hingga mendidih selama 1 sampai 2 menit, lalu
dinginkan. Warna biru menunjukkan positif.
4. Catat hasil yang didapatkan.
3.3.7. Pengendapan oleh Garam Logam
1. Siapkan 6 tabung reaksi. Isi masing-masing dengan larutan protein.
2. Teteskan pada masing-masing tabung 1 tetes ZnSo4; 1 tetes FeCl2;
1 tetes HgCl2; 1 tetes PbCl2; 1 tetes AgCl2.
3. Catat endapan yang terbentuk.
4. Bagi masing-masing endapan pada 2 tabung. Tambah larutan
garam dalam jumlah berlebih pada salah satu tabung tersebut.
5. Catat apa yang terjadi.
3.3.8. Pengendapan oleh Reagen Alkaloid
1. Siapkan 3 tabung reaksi.
2. Isi tabung pertama dengan 2ml larutan protein, tambahkan 1-2 tetes
asam sulfosalisilat 20%. Catat apa yang terjadi.
3. Masukkan 1ml larutan protein, tambahkan 2ml reagen esbach (asam
pikrat dan asam sulfur). Catat apa yang terjadi.
4. Masukkan 10 tetes pottasiom ferosianida 5% dan 5 tetes asam asetat
glasial. Kocok perlahan, tambahkan 1 tetes campuran tersebut
kedalam 2 ml larutan protein. Catat apa yang terjadi, kemudian
panaskan. Catat apa yang terjadi.
3.3.9. Pengendapan oleh Garam dan Alkohol Pekat
1. Masukkan 5 ml larutan protein pada tabung reaksi, tambahkan
amonium sulfat padat berlebih dan aduk hingga larutan jenuh
dengan garam. Endapan akan berbentuk, encerkan dengan akuades.
Catat apa yang terjadi.
2. Masukkan 2 ml alkohol pekat ke dalam tabung, tambahkan 1-2
tetes protein pekat ke dalam tabung, tambahkan 1-2 tetes protein
pekat atau serum darah. Endapan putih tebal akan terbentuk.
Larutkan dengan akuades. Catat hasil yang terjadi.

10
3. Semua protein kecuali pepton akan mengendap dengan
menjenuhkannya sulfat. Sebagian besar globulin diendapkan
dengan ammonium setengah-jenuh oleh ammonium sulfat atau
jenuh (sepenuhnya) dengan natrium klorida (NaCI). Jika larutan
sodium klorida kemudian diasamkan, maka seluruh protein kecuali
pepton akan mengendap. Salted-out Sabun juga
dengan cara yang sama.
3.3.10. Pengendapan Albumin dan Globulin
1. Tambahkan 2 mL serum darah yang telah diencerkan dan 1 tetes
asam sulfosalisilat ke dalam tabung reaksi. Endapan putih (albumin
dan globulin) akan terbentuk. Koagulasi/penggumpalan protein.
2. Masukkan 2 mL serum darah encer ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 1 tetes indikator klor-fenol red, larutan akan menjadi
pink.
3. Tambahkan asam asetat glasial 2% dengan hati-hati ke dalam
larutan hingga warna pink hilang. Pada titik ini tidak ada kekeruhan.
Pemanasan akan menyebabkan penggumpalan. Dinginkan dan
tambahkan larutan asam atau basa encer.
3.3.11. Efek Asam Kuat
1. Masukkan 3ml asam nitrat pekat ke dalam tabung.
2. Tambahkan larutan protein dengan perlahan, dan membentuk
lapisan diatas asam nitrat.
3. Kocok dengan hati-hati. Catat hasil yang didapatkan.
4. Masukkan di tabung reaksi baru 5ml larutan protein encer dan 2
tetes asam asetat 1N. Inkubasi di air mendidih selama 5 menit.
5. Berikan reagen millon-nasse. Catat hasil yang didapatkan.
3.3.12. Pengaruh Formaldehida pada Asam Amino
1. Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1ml asam amino pada tabung
pertama. Masukkan 1ml formaldehida pada tabung kedua.
2. Tambahkan 1 tetes larutan indikator pthalein fenol (PP).

11
3. Netralkan masing-masing tabung dengan 10% natrium hidroksida
sampai larutan menjadi warna merah muda.
4. Campurkan kedua larutan, catat hasil yang terjadi.
3.3.13. Timbulnya Gas Nitrogen
1. Tambahkan 1 ml asam amino ke dalam tabung.
2. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hypobromine dan
campurkan, catat hasil yang terjadi.
3.4. Kaitan dengan Penyakit
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu
bentukmalnutrisi, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan
kwashiorkor. KEP merupakan keadaan yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh
gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi.PadakasusdilaporkanAn.M,laki-laki,usia5 tahun,dengangizi buruk tipe
marasmus dengan tuberkulosa paru. Dilakukana nalisa penyebab berupa
underlying disease atau faktor risiko lain yangmenyebabkan penyakitpasien.
Terdapat hubungan antara gizi buruk terhadap infeksi (TB paru) maupun
sebaliknya. Selanjutnya, penyakit diberikan penatalaksanaan awal gizi buruk,
terapi non-medikamentosa berupa diet serta medikamentosa secara tepat.
Selain itu, perlu dilakukan intervensi keluarga untuk perubahan perilaku sehat,
intervensi komunitas dan perbaikan sistem pelayanan kesehatan
sepertirevitalisasi posyandu (Nadila,2023).

12
BAB IV
ENZIM DAN KECEPATAN REAKSI ENZIM
4.1. Teori Singkat

Enzim berperan sebagai biokatalisator yang mempercepat reaksi kimia


dalam sistem metabolisme. Koordinasi reaksi metabolik oleh enzim
mendukung kelangsungan kehidupan dengan memastikan proses-proses
berjalan harmonis. Kecepatan katalisis enzim sangat tinggi, memungkinkan
pemrosesan sekitar 1000 molekul substrat per menit oleh satu molekul enzim.
Enzim memainkan peran penting dalam jalur anabolik dan katabolik, di mana
anabolisme membangun senyawa kompleks dari yang lebih kecil, dan
katabolisme sebaliknya. Meskipun proses ini berlawanan, mereka saling
berinteraksi dan membentuk siklus, dengan katabolisme memberikan energi
untuk anabolisme. Kedua proses ini, meskipun sering terjadi di kompartemen
sel yang berbeda, bekerja bersama untuk memastikan kelangsungan fungsi
seluler dan produksi energi (Prihatini, 2021).

Setiap proses biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia menggunakan


katalis enzim tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama.
Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substrat dan diakhiri
dengan penambahan ―ase di belakangnya. Contoh enzim urease merupakan
enzim yang mengkatalisis hidrolisis urea. Karena jumlah enzim sangat
banyak maka Commission on Enzymes of the International Union of
Biochemistry and Moleculalar Biology telah menetapkan klasifikasi dan
penamaan enzim secara sistematis. Enzim diklasifikasi dan dinamakan
berdasarkan reaksi kimia yang dikatalisis. Ada enam kelas utama reaksi
enzimatis, subkelas dan sub-subkelas nya. Setiap enzim mendapat 2 nama dan
nomor klasifikasi sebanyak 4 digit. Nama pertama adalah nama substrat
kemudian diikuti nama reaksi yang dikatalisis berdasarkan klasifikasi yang
telah ditetapkan dan ditambah akhiran ase (Ischak, 2017).

13
4.2. Alat dan Bahan Praktikum
4.2.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Penangas air
4. Indikator Universal
4.2.2. Bahan
1. Susu sapi
2. Larutan enzim pepsin 0,5%; 0,2%; 0,1%; 0,05%
3. NaCl
4. HCl
5. Akuades
6. Kloroform
7. Fenol 5%
8. HgCl 5%
4.3. Cara Kerja Praktikum
4.3.1. Pengaruh Suhu
1. Siapkan 4 tabung reaksi, teteskan 5 ml susu sapi pada masing-
masing tabung.
2. Inkubasi tabung pertama pada suhu 0o C, tabung kedua 25o C,
tabung ketiga 37o C, dan tabung keempat 80o C.
3. Tambahkan masing-masing tabung dengan enzim 2%, kemudian
inkubasi pada suhu semula.
4. Catat waktu hingga larutan menggumpal.
4.3.2. Pengaruh pH
1. Siapkan 3 tabung reaksi, isi dengan 5 ml susu pada masing-masing
tabung.
2. Pada tabung pertama, tambahkan air 5 ml; pada tabung kedua
tambahkan campuran NaOH 1,2 ml dan air 3,8 ml; pada tabung
ketiga, tambahkan HCl 1,2 ml dan air 3,8 ml.

14
3. Ukur pH larutan pada masing-masing tabung, kemudian inkubasi
pada suhu 37o C.
4. Catat waktu yang diperlukan masing-masing larutan untuk
menggumpal.
4.3.3. Pengaruh Antiseptik
1. Siapkan 4 tabung reaksi, isi masing-masing tabung dengan 5 ml
susu sapi.
2. Inkubasi semua tabung pada suhu 37o C selama 10 menit.
3. Tambahkan 5 tetes pada masing-masing tabung, kloroform; kfenol;
HgCl2; dan air.
4. Tambahkan pada setiap tabung 2 ml pepsin 2%.
5. Inkubasi pada suhu 37o C, catat berapa lama waktu yang diperlukan
larutan hingga menggumpal.
4.4. Kaitan dengan Penyakit
Sindrom Hurler, juga dikenal sebagai mucopolysaccharidosis tipe I
(MPH I), adalah salah satu dari sebelas kelainan mucopolysaccharidosis
(MPS). Sindrom Hurler sebelumnya dikenal sebagai gargoylism. Ini adalah
kelainan lisosom bawaan yang disebabkan oleh tidak adanya alfa-L-
iduronidase, enzim yang bertanggung jawab atas degradasi
glikosaminoglikan (GAG atau mukopolisakarida). Hal ini menyebabkan
penumpukan dermatan sulfat dan heparin sulfat di banyak jaringan,
mengakibatkan kerusakan progresif dan akhirnya kematian. Kegiatan ini
menjelaskan patofisiologi, evaluasi, dan penatalaksanaan sindrom hurler serta
peran tim interprofesional dalam perawatan pasien yang terkena dampak
(Malik,2020).

15
BAB V
ISOLASI GENOM DENGAN LIMPA SAPI (DNA)
5.1. Teori Singkat

Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu molekul terpenting


dalam sel hidup. Ini mengkodekan manual instruksi seumur hidup. Genom
adalah kumpulan lengkap molekul DNA di dalam organisme, jadi pada
manusia ini akan menjadi DNA yang ada di 23 pasang kromosom di dalam
nukleus ditambah genom mitokondria yang relatif kecil. Manusia memiliki
genom diploid, mewarisi satu set kromosom dari setiap orang tua. Genom
diploid yang lengkap dan berfungsi diperlukan untuk perkembangan normal
dan untuk mempertahankan kehidupan (Minchin, 2019)

Ada empat basa nitrogen utama yang dapat digabungkan oleh


nukleotida, dua di antaranya adalah purin dan dua lainnya adalah pirimidin.
Purin dan pirimidin adalah senyawa aromatik heterosiklik, karena mengandung
atom nitrogen dalam cincin berbasis karbonnya yang penting untuk ikatan
hidrogen yang menyatukan dua untai molekul DNA. Namun, sementara
pirimidin adalah cincin beranggota enam, purin terdiri dari cincin beranggota
lima yang menyatu dengan cincin beranggota enam. Dua pirimidin yang
ditemukan dalam DNA adalah timin (T) dan sitosin (C), sedangkan dua purin
adalah Adenin (A) dan Guanin (G). Sementara purin dan pirimidin yang
berbeda sedikit berbeda dalam strukturnya, gugus fungsi mereka terikat pada
bentuk heterosiklik dasar yang sama.Basa nitrogen ini terikat secara kovalen
melalui atom nitrogen ke karbon 1 'dari gula deoksiribosa dalam nukleotida
(Ghannam,2020).

5.2. Alat dan Bahan Praktikum


5.2.1. Alat
1. Alat sentrifugasi
2. Lemari es
3. Batang pengaduk

16
4. Buffer salin
5. Homogenizer
6. Sentrifugasi berpendingin
5.2.2. Bahan
1. Limpa sapi atau bisa gunakan whole blood
2. Natrium klorida (0,14 M buffer dengan 0,02 M natrium sitrat pH
7,4)
3. Natrium klorida (2 M)
4. Etanol 75%
5. Etanol 100%
5.3. Cara Kerja Praktikum
1. Tambahkan 50 g limpa ke dalam 200 mL buffer salin dan homogenkan.
2. Sentrifugasi suspensi di 5000 g selama 15 menit dan homogenkan lagi
endapan dalam 200 mL buffer salin.
3. Buang suspensi dalam lemari es semalam dan centrifuge itu pada 20.000 g
selama 15 menit.
4. Tambahkan 1 mL supernatan perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi.
5. Lalu tambahkan etanol 100% 2 mL ke dalam tabung reaksi.
6. Akan terbentuk benang putih halus. Ambillah benang tersebut
menggunakan batang pengaduk.
5.4. Kaitan dengan Penyakit

Thalasemia beta merupakan penyakit hemoglobinopati yang


disebabkan oleh gangguan sintesis rantai beta globin akibat kelainan genetik
pada kromosom 11. Diagnosis talasemia didasarkan pada kriteria klinis,
kriteria hematologi, dan kriteria DNA. Pasien talasemia beta dapat mengalami
gejala yang sama dengan anemia, seperti lemas, mudah lelah, dan mengantuk.
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan hitung darah, disertai
pemeriksaan elektroforesis Hb digunakan untuk menegakkan diagnosis
talasemia beta (Haq, 2023).

17
DAFTAR PUSTAKA
Angely, C., Nugroho, K.P.A. and Agustina, V., 2021. Gambaran Pola Asuh Anak
Obesitas Usia 5–12 Tahun di SD Negeri 09 Rangkang, Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat. Jurnal Sains dan Kesehatan, 3(6), pp.816-
825. Viewed on !4 December 2023

Ghannam, J. Y., Wang, J., Jan, A. 2020. Biochemistry, DNA Structure. Florida :
Statpearls Publishing LLC

Haq, F.R., Mustofa, S. and Himayani, R., 2023. Talasemia Beta : Etiologi,
Klasifikasi, Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana. Agromedicine,
10(1), pp.159-166. Viewed on : 14 December 2023

Ischak, N.I., Salimi, Y.K., Botutihe, D.N., 2017. Buku Ajar Biokimia Dasar. 1st Ed.
Gorontalo: UNG Press.

Maharani, G., Hidayaturrahmah, H., 2020. Analisis Profil Lipid Ikan Gelodok
(Periophthalmodon schlosseri) di Desa Tanipah dan Desa Kuala Lupak
Kalimantan Selatan. Jurnal Pharmascience 7, 89. Available at
https://www.mendeley.com/catalogue/b6f0572a-5a23-3ea7-aa28-
54ff7afe19d3/. Viewed on 14 December 2023

Malik, S., Imrani, K., Allali, N., Haddad, S.E. and Chat, L., 2020. HURLER
SYNDROME: A CASE REPORT AND A REVIEW OF THE LITERATURE.
International Journal of Advanced Research, 8(5), pp.16-19. Viewed on !4
December 2023

Minchin, S., & Lodge, J. (2019). Understanding biochemistry: structure and


function of nucleic acids. Essays in biochemistry, 63(4), 433–456. Viewed
on 14 December 2023. From: ncbi.nlm.nih.gov . Viewed on 14 December
2023

18
Nadila, F., Murdoyo, M., Widiastuti, E. and Anggraini, D.I., 2023. Manajemen
Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus dengan TB Paru. Mendeley, 6(1).
Viewed on 14 December 2023

Prihatini I., Dewi R.K., 2021. Kandungan Enzim Papain pada Pepaya (Carica
papaya L) Terhadap Metabolisme Tubuh. Jurnal Tadris IPA Indonesia 1(3).
Available at https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/insecta . Viewed on
14 December 2023

Septiani, 2019. Modul Praktikum Biokimia. 1st Ed. Yogyakarta: Zahir Publishing

Siregar, N.S., 2018. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan 13, 38–44. Available
at. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JIK/article/view/6094/5399.
Viewed on 14 December 2023

Triyaniarta, A.R., Martini, S., Artanti, K.D., Widati, S. and Nastiti, R.D., 2022.
Determinants of Type 2 Diabetes Mellitus among Passive Smokers. Kesmas:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, [online] 17(3), p.191. Available at:
<https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5723> Viewed on 14
December 2023

Wahyudi A., Liliasari, Supriyanti, T., 2020. Biomolekul dalam Konteks Kentang.
Media Sains Indonesia. Available at
https://edeposit.perpusnas.go.id/collection/biomolekul-dalam-konteks-
kentang-sumber-elektronis-bahan-ajar-biokimia/52176 Viewed on 14
December 2023

Wahyudiati D., 2017. Biokimia. Mataram: Leppim Mataram

Wahyuni S., 2022. Panduan Praktikum Biokimia Karbohidrat. Aceh: Fakultas


Kedokteran Universitas Malikussaleh.

19

Anda mungkin juga menyukai