Disusun oleh:
Chindy Nabilla (P032313411010)
Dosen Pengampu:
Lily Restusari,Dra.,M.Farm,Apt
JURUSAN GIZI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “LEMAK ”.
Makalah ini berisikan uraian tentang “LEMAK”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Patologi Penyakit Infeksi dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki dan bantuan
daribeberapareferensidansumberbacaan.
Dan kami ucap kan terimakasih banyak kepada ibu
LilyRestusari,Dra.,M.Farm,Apt selaku dosen mata kuliah Biokimia yang telah
memberikan tugas ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat membantu kita di
segala aspek kehidupan.
Kami menyadari sepenuhnyabahwamakalah ini masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
2.5 Fraksinasi
Fraksinasi adalah teknik pemisahan dan pengelompokan kandungan kimia
ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang
tidak tercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda.Fraksinasi
bertingkat menggunakan pelarut berbeda berdasarkan tingkat kepolaritasannya
menghasilkan ekstrak alami yang berbeda sehingga senyawa metabolit sekunder
dapat tertarik secara maksimal oleh pelarut (Mulyawatiet al., 2016).
Menurut Harbone (1987),metode fraksinasi pada umumnya dijadikan
acuan dalam pendugaan sifat kepolaran suatu senyawa yang akan dipisahkan
(senyawa target). Berdasarkan hal tersebut metode fraksinasi memiliki kelebihan
dibandingkan dengan metode lain, sebab dapat memisahkan senyawa bioaktif
berdasarkan tingkat kepolaran karena senyawa yang bersifat polar larut dalam
pelarut polar sedangkan senyawa semi polar larut dalam pelarut semi polar dan
senyawa non polar larut dalam pelarut non polar.
Menurut Venn (2008), pemilihan pelarut pada fraksinasi bergantung pada
sifat analitnya dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, karena
metode fraksinasi merupakan suatu prosedur pemisahan antara suatu senyawa
berdasarkan tingkat kepolarannya. Proses fraksinasi pada penelitian ini
menggunakan pelarut heksana (non polar), dan etil asetat.
2.6 Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses penambahan hidrogen pada ikatan rangkap dari
rantai atom karbon minyak atau asam lemak sehingga mengurangi tingkat
ketidakjenuhan minyak atau asam lemak tersebut. Pada hidrogenasi terjadi
pengubahan jumlah ikatan rangkap C=C dalam suatu asam lemak oleh gas
hidrogen (H2).
Dalam hidrogenasi terjadi penambahan atom hidrogen ke dalam ikatan
rangkap asam lemak sehingga ikatan rangkap tersebut berkurang atau ikatan
rangkapnya terlepas. Tingkat keberhasilan hidrogenasi ditentukan dari jumlah
pemutusan ikatan rangkap dan penurunan bilangan iodin. Bilangan iodin adalah
bilangan yang menunjukan ketidak jenuhan lemak atau minyak.
2.7 Esterifikasi
bentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat
dengan suatu alkohol (Hartley, 1977).Reaksi esterifikasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa variabel seperti suhu reaksi,waktu reaksi, kecepatan pengadukan, dan
terakhir adalah penggunaan katalis.Katalis berfungsi untuk mempercepat laju
reaksi tanpa mengalami perubahan dan katalis juga berfungsi untuk menurunkan
energi aktivasi.Tanpa menggunakan katalis, reaksi berjalan sangat lambat karena
kecepatannya tergantung pada autoprotonasi dari asam karboksilat(Fessenden,
1990).
Kondisi optimum reaksi esterifikasi dapat diperoleh dengan pengaturan
rasio reaktan dan kuantitas katalis yang tepat. Menurut Rasidi (2004) hal ini
disebabkan reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang cepat mencapai
kesetimbangan dengan penggunaan konsentrasi katalis yang tepat.Pada proses
esterifikasi, katalis yang banyak digunakan pada awalnya adalah katalis homogen
asam donor proton dalam pelarut organik, seperti H2SO4, HF, H3PO4 dan
RSO3H (Juan etal., 2007). Tetapi katalis homogen mempunyai kelemahan yaitu
bersifat korosif, beracun, dan sulit dipisahkan dari produk. Baru-baru ini katalis
asam heterogen lebih disukai secara luas daripada katalis homogen, karena lebih
mudah dipisahkan dan lebih mudah diperoleh kembali. Oleh karena itu,dilakukan
pengganti katalis homogen asam dengan katalis padat (katalis heterogen) (Furmin
et al., 2006).Esterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis heterogen
asam yaitu zeolitik.
Zeolit dapat berfungsi sebagai katalis dikarenakan zeolit mengandung
aktivitas asam yang cukup besar dan memiliki sifat selektifitas (shape selective)
(Chung dan Park, 2009). Zeolit didefinisikan sebagai kristal alumina silika
berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan
rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam (Setiawan,2015). Zeolit dibagi
menjadi dua yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit sebagai katalis heterogen
pada reaksi esterifikasi karena harganya relatif murah (ekonomis) dan berlimpah,
dapat digunakan secara berulang tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya, memiliki
sifat fisika kimia yang bervariasi serta tidak beracun sehingga ramah lingkungan
(Handoko, 2012).
3.2 Saran
Makalah yang saya buat belum sempurna karna memungkin
adanya beberapa kesalahan oleh karna itu saya siap menerima kritik
dan saran agar saya bisa membuat makalah kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Santika,2016,”jurnal pengukuran tingkat kadar lemak tubuh melalui
joging selama 30 menit”,Vol 1: hal 89-98