Tentang
PENGUJIAN LEMAK
DI SUSUN OLEH:
NIM : 2019C1018
FAKULTAS PERTANIAN
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk melengkapi praktikum
sebelumnya.
Mengetahui
Co’ass Praktikan
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikankesehatan,berkah karunianya,serta lindungan kepada saya
sehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan laporan hasil Praktikum
Biokimia Umumdengan tema “PengujianLemak” dengan sebaik-baiknya
dan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Tapi saya sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata
kesempurnaan,makadari itu dengan kerendahan hati saya meminta maaf,dan
dengan ini juga saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga laporan hasil praktikum ini menjadi sempurna.
Dan akhirnya kurang dan lebihnya laporan ini saya menyampaikan mohon
maaf yang sebesar-besarnya,sekian dan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………….……………...................………….
………......1
HALAMAN PENGESAHAN……………….………………......................
……………..…2
KATA PENGANTAR................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
BAB III
PRAKTIKUM……………………….....…..................………………………..9
1.2 TujuanPratikum
Percobaan Sifat Kelarutan Lemak
Mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak
Percobaan Uji ketidak jenuhan lemak
Mengetahui tingkat ketidak jenuhan berbagai jenis lemak
Percobaan Sifat Penyambunan lemak
Mengetahui sifat penyambunan lemak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan –bahan
- Minyak nabati
- Minyak hewani
- Kloroform
- Benzena
- Etanol
- NaOH 0,05 M
- HCl 0,05 M
Alat –alat
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
2.Percobaan Uji ketidak jenuhan lemak
Bahan –bahan
- Minyakn abati
- Minyak hewani
- Campuran kloroform dan Etanol (1:1)
- Larutan asam asetat 1M
- Larutan Kl 10%
Alat –alat
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
3.Percobaan Sifat Penyambunan lemak
Bahan –bahan
- Minyak nabati
- Larutan sabun 1%
- Larutan deterjen 1%
- Larutan CaCl2 0,5 %
- Larutan MgCl2 0,5%
- Larutan FeCl3 0,5%
Alat –alat
- Gelas piala
- Pipet ukur
- Pengaduk gelas
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Percobaan Sifat Kelarutan Lemak
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi dan beri label nomor
2. Dimasukan kedalam masing-masing tabung reaksi 2 ml pelarut,
yaitu:kloroform( tabung no 1),Benzena (tabung no.2),Etanol (tabung no.3),
NaOH 0,05M (tabung no..4),danHCl 0,05M (tabung no.5).
3. Ditambahkankedalamsetiaptabungreaksi 2 ml minyaknabati
4. Goyang goyangkan agar tercampur rata dan amati kelarutan minyak
tersebut.
5. Ulangi prosedur 1 sampai 4 untuk minyak hewani.
BAB V
PEMBAHASAN
Lemak adalah garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan
alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin. Lemak yang dapat mencair
dalam temperatur biasa disebut minyak, sedangkan dalam bentuk padat disebut
lemak. Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O2) dengan jumlah atom lebih banyak, misalnya stearin
(C57H10O6). Sifat-sifat lemak antara lain mengapung pada permukaan air, tidak larut
dalam air, mencair pada suhu tertentu, dan dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan
K. Manfaat lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi, melarutkan vitamin
sehingga dapat diserap oleh usus dan dapat memperlama masa kenyang (Surbakti,
2010).
Uji sifat kelarutan lemak dapat dilihat secara langsung ataupun
disaring terlebih dahulu dengan menggunakan kertas saring, setelah itu pelarut
diusapkan dan dilihat ada atau tidaknya residu yang tertinggal. Uji kelarutan dapat
digunakan untuk mengetahui sifat kepolaran pelarut. Lemak atau lipid tidak dapat
larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun lemak dapat larut dalam pelarut non-
polar (Sumardjo, 2008). Berdasarkan percobaan sifat kelarutan lemak yang telah
dilakukan, minyak nabati tidak dapat larut dalam pelarut aquades, namun minyak
nabati larut dalam pelarut kloroform dan etanol. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur. Menurut Putri (2008), bahwa pelarut etanol tidak dapat larut dalam lemak
atau minyak, hal ini disebabkan karena etanol bersifat polar sedangkan minyak
bersifat non-polar. Menurut pendapat Priadi (2009), hampir semua jenis lipid, yaitu
lemak dan minyak tidak larut dalam pelarut polar seperti air (aquaedes), namun
dapat larut dalam pelarut non-polar seperti kloroform, eter, dan benzena. Lipid
bersifat nonpolar oleh karena itu lipid hanya dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Perbedaan hasil pengamatan dengan literatur bisa disebabkan karena kesalahan
praktikan yang kurang teliti dalam mengamati kelarutan lemak atau karena
kesalahan dalam mengikuti prosedur kerja.
Uji ketidakjenuhan lemak dilakukan untuk mengetahui tingkat
ketidakjenuhan dalam suatu lemak. Menurut Kusnandar (2010), pereaksi iodium
akan mengoksidasi asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada molekulnya
menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi
menunjukkan bahwa asam lemak tidak jenuh telah mereduksi pereaksi iodium.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa perubahan warna minyak baru
setelah ditambah iodium menjadi berwarna bening agak pink. Pada minyak bekas,
setelah ditambahkan iodium warnanya menjadi pink sedangkan pada aquades
setelah ditambahkan iodium warnanya menjadi pink. Menurut Anggraini (2012),
fungsi penambahan asam asetat kloroform adalah agar minyak dapat larut dengan
sempurna, karena kloroform bersifat nonpolar. Berdasarkan literatur, banyaknya
jumlah iodium yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan
tidak jenuh seingga asam lemak jenuh akan membutuhkan tetesan iodium yang
lebih banyak daripada jumlah iod yang diteteskan pada asam lemak tidak jenuh.
Jadi, semakin banyak tetesan menunjukkan minyak tersebut semakin jenuh.
Uji penyabunan lemak dilakukan untuk mengetahui sifat penyabunan dua
jenis garam asam lemak. Menurut Yulianto (2011), apabila ester bereaksi dengan
basa akan terjadi saponifikasi yaitu proses terbentuknya sabun dengan residu
gliserol. Sabun dalam air akan bersifat basa. Sabun memiliki bagian yang bersifat
hidrofilik dan bagian yang bersifat hidrofobik. Bagian karboksil menuju air dan
buih (kecuali pada air sadah), sedangkan alkil (R-) akan menjauhi air dan
membelah molekul atau kotoran menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air
mudah membentuk emulsi. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan CaCl2 0,5%
yang dicampurkan dengan sabun akan menghasilkan sedikit busa, sedangkan yang
dicampurkan deterjen akan menghasilkan banyak busa. Pada larutan MgCl 0,5%
yang dicampurkan sabun akan menghasilkan banyak busa dan yang dicampurkan
dengan deterjen terdapat sedikit busa. Pada larutan FeCl3 0,5% yang dicampurkan
sabun diperoleh sedikit busa dan pada larutan FeCl3 yang dicampurkan dengan
deterjen diperoleh busa yang sangat banyak. Pada minyak nabati yang dicampurkan
dengan sabun diperoleh sangat banyak busa dan yang dicampurkan dengan sabun
diperoleh busa yang sangat banyak dan pada aquadesyang dicampurkan dengan
deterjen diperoleh busa yang banyak. Berdasarkan literatur, maka dapat dikatakan
minyak nabati memiliki sifat kesadahan karena setelah ditambahkan larutan sabun.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Martoharsono, 2012, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2009. DASAR-DASAR
Faseenden, Ralp J., 2009. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.