Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI

DISUSUN OLEH :
PANGERAN APRIYONO SUBIRTO
31512A0060

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tanpa pernah kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas
dari yang namanya pengukuran suatu besaran. Seperti pada saat menghitung waktu
yang dibutuhkan selama perjalanan dari rumah ke kampus, untuk mengukur tinggi
badan, dan sebagainya. Untuk menghitung waktu tersebut digunakan satuan jam yang
setelah itu dapat dikonversi menjadi sekon. Konversi satuan adalah mengubah nilai
satuan ke satuan lain yang masih memiliki besaran yang sama. Besaran dapat
digolongkan menjadi besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok terdiri dari
panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus, intensitas cahaya dan jumlah zat. Sedangkan,
besaran turunan contohnya seperti luas, gaya, percepatan, daya, dan sebagainya. Oleh
karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengubah satuan-satuan dari fungsi
persamaan dan untuk menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagikan
satuan.

Panjang, massa, dan waktu yang sering kita gunakan disebut besaran,
sedangkan  ukuran untuk menyatakan besaran disebut dengan satuan. Seperti meter
untuk panjang, kilogram untuk massa dan detik untuk waktu. Besaran adalah suatu
pernyataan yang mengandung pengertian ukuran dan memiliki satuan atau  hal – hal
yang akan diketahui ukurannya. Menurut ada tidaknya arah, Besaran dibagi menjadi
dua, yaitu Besaran Vektor dan Besaran Skalar. Besaran Vektor  merupakan besaran
yang  mempunyai nilai dan arah, misalnya kecepatan dan berat benda. Besaran Skalar
merupakan Besaran yang hanya mempunyai nilai saja, misalnya massa benda. Satuan
adalah sesuatu yang digunakan untuk membandingkan ukuran suatu besaran.
Melihat dari induknya, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah  tetapkan terlebih dahulu.
Didalam fisika dikenal tujuh besaran  pokok yaitu panjang, massa, waktu, suhu, kuat
arus, intensitas cahaya, dan jumlah zat. Sedangkan besaran turunan merupakan
besaran yang diturunkan dari satu atau  lebih besaran pokok. Karena besaran turunan
merupakan  kombinasi dari besaran pokok, maka satuan besaran turunan juga
merupakan  kombinasi satuan besaran pokok.

Aturan untuk menentukan besaran turunan adalah sebagai berikut:


1.      Jika satuan besaran turunan merupakan perkalian besaran pokok, satuan
besaran turunan itu juga merupakan perkalian satuan besaran pokok.
2.      Jika suatu besaran turunan itu juga merupakan pembagian besaran
pokok, maka satuan besaran turunan itu juga merupakan pembagian besaran
satuan besaran pokok.

Dimensi suatu besaran adalah cara besaran itu tersusun oleh besaran-besaran
pokok. Analisis dimensional dapat kita gunakan untuk menetahui besaran-besaran
turunan  yang memiliki besaran yang sama, serta untuk menganalisis besaran atau
titik suatu persamaan atau rumus.

1.2  Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengubah satuan-satuan dan
fungsi persamaan dalam massa, panjang, gaya, dan lain-lain. Serta untuk
menjumlahkan, mengurangi, membagikan dan mengalikan satuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konversi satuan merupakan cara untuk mengubah satuan yang ada ke satuan
Standar Internasional (SI) atau sebaliknya. Konversi satuan perlu dilakukan karena
disetiap negara biasanya memiliki sistem satuan sendiri-sendiri. Untuk mencari
kesesuaiannya diperlukan konversi satuaan. Konversi satuan dapat digolongkan
menjadi konversi satuan ukuran panjang, konversi datuan ukuran berat atau massa,
konversi satuan ukuran luas, dan konversi satuan ukuran volume. Untuk satuan
ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi satu tingkat di bawahnya adalah
dikalikan dengan 10 sedangkan untuk konversi satu tingkat di atasnya dibagi dengan
angka 10. Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang
namun satuan meter diganti menjadi gram. Untuk satuan berat tidak memiliki turunan
gram persegi maupun gram kubik. Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang
namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan
kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 100. Satuan ukuran luas tidak
lagi meter, akan tetapi meter persegi (m2). Sedangkan untuk satuan ukuran luas sama
dengan ukuran panjang namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan
1000. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 1000.
Satuan ukuran luas tidak lagi meter, akan tetapi meter kubik (m3) (Handayani, 2009).

Setiap besaran (fisika) selalu memiliki satuan dan sebuah besaran dapat memiliki
lebih dari 1 sistem satuan. Misalnya, satuan massa dapat berupa kg (dalam system
Satuan Internasional=SI) atau slug (dalam system British). Satuan merupakan ukuran
pembanding yang telah diperjanjikan terlebih dahulu sehingga setiap satuan pasti
telah memiliki acuan pembanding yang bernilai tetap. Acuan itu disebut satuan
standar. (Murdaka, 2008)

Satuan dasar sistem metrik telah berkembang dari tahun ke tahun. Ketika sistem
metrik ditetapkan pada tahun 1791 oleh French Academy of Sciences, dihasilkan
definisi-definisi yang dianggap tidak praktis dan sulit untuk diduplikasi dengan tepat,
dan dengan persetujuan internasional definisi-definisi ini telah diganti dengan definisi
yang lebih diperhalus. Standar sekon yang digunakan sekarang itu berdasarkan pada
jam atomik, yang menggunakan beda energi antara dua tingkat energi terendah dari
atom cesium. Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
melakukan 9.192.631.770 siklus dari radiasi ini. Definisi baru dari meter adalah jarak
yang ditempuh oleh cahaya di ruang hampa dalam 1/299.792.458 sekon. Cara ini
memberikan standar panjang yang lebih teliti daripada standar yang didasarkan pada
panjang gelombang cahaya. Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa
suatu tabung yang terbuat dari paduan (alloy) platinum-iridium. Tabung tersebut
disimpan di International Bureau of Weights and Measures di Sevres, dekat Paris
(Karmana, 2009).

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan
dengan angka dan mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu dapat
diukur atau dihitung, dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai,
mempunyai satuan. Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka
sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran. Besaran Fisika sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran Pokok adalah besaran
yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok
yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K),
Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok
mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai
satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.Besaran Turunan
adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak
macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang
dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-
lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari
besaran pokok (Anonim, 2008).

Dimensi suatu besaran menggambarkan bagaimana suatu besaran tersusun dari


besaran pokok. Besaran pokok dengan dimensinya yaitu panjang (L), massa (M),
waktu (T), suhu (θ), kuat arus listrik (I), intensitas cahaya (J) dan jumlah zat (N).
Dimensi besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran pokok pembentuknya.
Sebagai contoh, dimensi kecepatan merupakan hasil bagi dimensi panjang (jarak)
dengan dimensi waktu, sehingga dapat dituliskan bahwa dimensi kecepatan adalah
LT-1. Salah satu manfaat dimensi adalah sebagai petunjuk awal untuk memeriksa
benar-tidaknya suatu persamaan fisika. Hal ini karena salah satu syarat kebenaran
persamaan fisika adalah kesamaan dimensi pada kedua ruas persamaan (Purwanto,
2009).

Penggunaan satuan yang beraneka ragam dapat menimbulkan beberapa kesulitan.


Kesulitan pertama yaitu, kesulitan dalam menentukan faktor konversi apabila ingin
beralih dari suatu satuan ke satuan lain. Kesulitan kedua adalah memerlukan banyak
alat ukur yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Oleh karena itu, pada tahun
1960 suatu perjanjian internasional menerapkan sistem metrik sebagai system satuan
internasional (SI). Sistem metrik menggunakan meter untuk satuan panjang, kilogram
untuk satuan massa, dan sekon untuk satuan waktu. (Setiabudidaya, 2008).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal : Senin, November 2016
Waktu : 11.00 WITA - Selesai
Tempat Praktikum : Laboratorium Rekayasa Alat & Mesin, Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah tabel konversi dan

kalkulator .

3.3 Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Setiap kelompok praktikan diberikan soal-soal konversi satuan oleh asisten.


b. Praktikan diharapkan dapat mengerjakan soal-soal tersebut dengan
mengetahui satuan-satuan yang telah dijelaskan oleh asisten sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Tabel Hasil Pengamatan


Pertanyaan Jawaban

Satuan adalah sesuatu yang


Apa yang dimaksud dengan satuan ... ?
digunakan untuk menyatakan
ukuran besar atau kuantitatif
entititas fisik.

Karena melalui konversi satuan


kita dapat mengubah satuan-
satuan dan fungsi persamaan
Mengapa konversi satuan perlu dilakukan ... ? dalam  massa, panjang, gaya, dan
lain-lain, dan untuk
menjumlahkan, mengurangi,
membagikan dan mengalikan
satuan.

4.2. Hasil Perhitungan


1. Si A mengendarai motornya dengan kecepatan 71 km/jam. Si B mengendarai
motornya dengan kecepatan 20 m/s. Yang manakah lebih dulu sampai ?
2. Jika sebuah mobil menempuh jarak Jakarta-Bandung dengan kecepatan 10 m/s
dan sebuah bis dengan kecepatan 150 % dari kecepatan mobil tersebut.
Berapa kecepatan bis tersebut dalam km/h ?
3. Ubahlah 3 joule + 55 btu = ....... btu
4. 1,46 kg/m³ = .... lb/ft³
5. 0,74 g/l = .... lb/ft³

Jawaban :

1. 71 km x 1000 m x 1 jam ...... m/s


jam 1 km 3600

= 71 x 1000
3600

= 71,000
3600

= 19,72 m/s

dapat disimpulkan bahwa, kedua motor tersebut sampai pada waktu bersamaan
karena kecepatan kedua motor sama.

2. dik : kecepatan mobil, 10 m/s


kecepatan bis, 150 % 1,5

150 % x 10 m/s = 150 % x 10


= 1,5 x 10
= 15

3. 3 joule = 28,452
55 btu
28,452 0,00284
0,00284 + 55 = 55,00284

4. dik : 1 lb = 453 gr
1 l = 1 dm³
1 dm³ = 1000 cm³
1 ft = 30,48 cm
1 ft³ = (30,48)³ cm³
= 28316,84659 cm³
1 L = 1000 cm³
1 L = ft³ = 0,03531 ft³
5. 0,47 g l = ...... lb/ft³
= 0,462632139 lb/ft³
BAB V
PEMBAHASAN

Pada Praktikum yang ketiga yaitu “Konversi Satuan”, yang bertujuan untuk
mengubah satuan-satuan dan fungsi persamaan dalam  massa, panjang, gaya, dan
lain-lain, dan Untuk menjumlahkan, mengurangi, membagikan dan mengalikan
satuan. Sebelum  melakukan praktikum ini, terlebih dahulukita harus mengetahui
beberapa istilah yang berkaitan dengan Konversi satuan. Konversi satuan merupakan
cara untuk mengubah satuan yang ada kedalam  satuan SI atau sebaliknya. Besaran
adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian ukuran dan memiliki satuan
atau hal-hal yang akan diketahui ukurannya  Satuan adalah sesuatu yang digunakan
untuk menyatakan suatu ukuran besar. Satuan atau satuan ukur atau unit digunakan
untuk memastikan kebenaran pengukuran atau sebagai nilai standar bagi pembanding
alat ukur, takar, timbang dan perlengapannya untuk melindungi kepentingan umum.
Digunakan dalam berbagai disiplin ilmu untuk mendefinisikan berbagai pengukuran,
rumus dan data .
Dimensi adalah suatu yang dinyatakan secara umum dalam besaran primer.
Dalam penggunaan umum, dimensi berarti parameter atau pengukuran yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek yaitu panjang, lebar, dan
tinggi atau ukuran dan bentuk. Dalam matematika dan fisika, dimensi adalah
parameter yang dibutuhkan untuk menggambarkan posisi dan sifat-sifat objek dalam
suatu ruang. Dalam konteks khusus, satuan ukur dapat pula disebut dimensi meter
atau inchi.
Dimensi mempunyai beberapa kegunaan antara lain :

1.      Untuk menentukan kesetaraan dua buah besaran. Kesetaraan dua besaran dapat
dilihat dari dimensi masing-masing, jika dimensinya sama maka dinyatakan kedua
besaran itu setara
2.      Untuk menentukan ketepatan suatu persamaan. Benar tidaknya sebuah persamaan
dapat dilihat secara cepat dengan melihat dimensinya. Jika dimensi dikedua ruas
sama maka persamaan tersebut benar
3.      Untuk menentukan satuan besaran turunan dalam besaran dasar.
4.      Untuk mengonversi satuan dari sistem cgs ke MKS atau sebaliknya.

Faktor konversi adalah angka tidak berdimensi yang merupakan ekivalensi satuan
yang bersambutan. Pada operasi, penambahan dan pengurangan dimensi dari bilangan
yang dioperasikan harus sama, sedangkan dalam perkalian atau pembagian tidak ada
syarat dalam pengoperasiannya.
            Dalam kehidupan kita terdapat 4 sistem satuan yaitu :
1.      Absolute Dynamic System (cgs)
2.      English Absolute System (fps)
3.      Sisitem Internasional (mks)
4.      Gravitational system
         British                       : ft, Sec, slug
         American                   : ft, sec, lbm, lbf
Sistem Internasional Sistem Satuan Internasional ( dalam bahasa perancis :
Système Internasional d’Unitès arau SI ) adalah sistem satuan atau besaran yang
paling umum digunakan. Pada awalnya sistem ini merupakan sistem MKS, yaitu
panjang (meter), massa (kiligram), dan waktu (detik/sekon). Sistem SI ini secara
resmi digunakan disemua negara di dunia kecuali Amerika Serikat (yang
menggunakan Sistem Imperial), Liberia, dan Myanmar.
Dalam sistem SI terdapat 7 satuan dasar/pokok SI dan 2 satuan tanpa dimensi.
Selain itu, dalam sistem SI terdapat standar awalan-awalan (prefix) yang dapat
digunakan untuk penggandaan atau menurunkan satuan-satuan lainnya.

Dalam percobaan kali ini,kita membahas dan menghitung 9 soal yang sudah
diberikan. Soal pertama membahas tentang apa yang dimaksud satuan, satuan adalah
sesuatu yang digunakan untuk menyatakan ukuran besar atau kuantitatif entititas
fisik.
. Soal kedua membahas tentang mengapa kita perlu melakukan konversi, karena
melalui konversi satuan kita dapat mengubah satuan-satuan dan fungsi persamaan
dalam  massa, panjang, gaya, dan lain-lain, dan untuk menjumlahkan, mengurangi,
membagikan dan mengalikan satuan. Untuk soal ketiga sampai tujuh adalah soal
hitungan yang meliputi menghitung kecepatan dan waktu, konversi dan perpindahan
kalor.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Konversi satuan  merupakan cara untuk mengubah satuan yang ada ke satuan
SI atau sebaliknya.
2. Satuan adalah sesuatu yang digunakan untuk menyatakan ukuran besar.
3. Besaran adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian ukuran dan
memiliki satuan atau hal – hal yang akan diketahui ukurannya. Besaran dibagi
menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
4. Dimensi adalah satuan yang dinyatakan secara umum dalam besaran primer.
5. Faktor konversi adalah angka tak berdimensi yang merupakan ekivalensi
satuan yang bersambutan.
6. Terdapat empat sistem satuan yang diakui,  yaitu absolute Dynamic system,
English absolute system , Sistem Internasional, dan gravitational system.  

6.2 Saran

Praktikan harus memperhatikan setiap penjelasan dan arahan dari co.asisten


dalam praktikum.

           
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Besaran dan Satuan .


https://alljabbar.wordpress.com/2008/03/05/besaran-dan-satuan/.

Handayani, S., Damari, A., 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas X. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Karmana, O., 2009. Pengantar Fisika Teknik. Rhineka Cipta. Jakarta.

Purwanto, B., 2009. Fisika Dasar 1. Liberty. Yogyakarta.

Setiabudidaya, Dedi. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Laboratorium Dasar


Bersama. Unsri Indralaya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya bahan pangan berbentuk berupa cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair.
Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa,
dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total
asam, dan kadar gula. Diantara sifat fisik tersebut berat dan volume biasanya dipakai
untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas. Dalam kegiatan pascapanen lainnya
seperti pengemasan dan pengangkutan, sifat fisik sangat diperhatikan.

Berat jenis dari produk pertanian dapat digunakan untuk menduga kematangan
dari buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyak digunakan dalam
perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti massa jenis. Volume bahan
pangan dapat dihitung dengan menggunakan pengukuran berdasarkan pendekatan
aproksimasi (pendekatan geometris) dan dengan menggunakan metode platform
scale.

Dalam beberapa hal bentuk dapat diaproksimasikan dengan salah satu dari
bentuk geometri berikut ini:

a. Spheroid prolat
b. Spheroid oblat
c. Right circular cone atau silinder

Didalam teknik penanganan hasil pertanian sangatlah penting di pelajari oleh


mahasiswa teknik pertanian, karena dengan menguasainya dapat mengurangi
kerusakan dari produk-produk pertanian. Seperti kita ketahui ciri-ciri dari produk
pertanian itu salah satunya adalah mudah dan rentan mengalami kerusakan yang di
sebebkan banyak factor salah satunya di sebabkan karena faktor fisik. Ada banyak
factor fisik, tetapi yang akan dilakukan pada praktikum kali ini adalah mengenai
bentuk dan ukuran dari produk pertanian sperti kita ketahui produk pertanian itu
mempunya karakteristik bentuk dan ukuran yang sangat beraneka ragam jenis dan
ukurannya, sehingga dalam penangannnya sudah di buat suatu standard yang
disepakati secara bersama yang nantinya untuk mkempermudah penanganan produk
tersebut sampai ke tangan konsumen.

Seperti paparan awal bahwa produk pertanian rentan mengalami kerusakan,


dengan praktikum kali ini yaitu karakteristik bahan ( bentuk dan ukuran ) akan
mengurangi kerusakan yang akan terjadi selama masa pasca panen sampai ke tangan
konsumen, sehingga kualitas akan semakin baik dan tentu saja harga akan  semakin
tinggi.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukkan volume dan massa jenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, maka
dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan ukuran bahan
hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk. Karakteristik
dari suatu bahan hasil pertanian sangat penting untuk klasifikasi standar  bentuk dan
ukuran. oleh karena itu dibuatlah suatu standar yang telah disepakati bersama untuk
mempermudah penanganan dan pengolahan produk tersebut. Ada beberapa kriteria
yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian,
yaitu: bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu bahan, serta kemiripan
bahan hasil pertanian terhadap  benda geometri tertentu (Sandira Ari. 2015).

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair.
Bahan pangan pada umumnya bersifat encer. Kedua sifat bahan pangan inilah yang
diketahui sebagai sifat alir bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat alir
yang sangat mudah mengalir disebut fluiditas (Kanoni, 1999).

Pada berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia bahan
tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna,
rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total
asam, dan kadar gula (Solube Solida) (Khatir, 2006).

Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu alat khusus
untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan cara
penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk dan
ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan,
rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti
elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam pengembangan alat
grading dan sortasi (Suharto, 1991).  
       
Pada pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu berat jenis
bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan kemungkinan menggunakan
berat jenis sebagai metode pengujian kemasakan secara cepat. Buah-buah yang
mengapung di atas air mempunyai berat jenis lebih kecil, jadi masih belum masak.
Buah-buah yang tenggelam mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, total zat terlarut
lebih banyak dan oleh karena itu berarti sudah matang (Pantastico, 1989).

Jumlah masing-masing komponen dari setiap jenis buah–buahan sangat berbeda


tergantung dari sifat alamiah bahan tersebut. Pengukuran sifat kimia buah –buahan 
biasanya ditetapkan secara obyektif kuantitatif. Sifat fisik buah –buahan  yang sering
diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran, dan kekerasan. Biasanya
dalam praktek sehari-hari, sifat-sifat fisis ini diamati secara subjektif, sedangkan berat
ditentukan secara objektif dengan menggunakan timbangan. Sedangkan uji coba
kimia dapat dilakukan terhadap pH, total asam, padatan terlarut (Soluble Solid) dan
vitamin c (Anonim, 2002).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Senin, Desember 2016


Waktu          : Pukul 13.00 WITA sampai selesai
Tempat        : Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin, Fakultas Pertanian
  Universitas Muhammadiyah Mataram

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain jangka sorong, penggaris (mistar), timbangan
analitik, gelas piala, nampan dan gelas ukur. Bahan yang digunakan yaitu jeruk,
mangga, pear, alpukat, dan wortel.

3.3 Cara Kerja

Penentuan volume dan massa jenis :


1. Ditimbang masing-masing bahan pada alat timbangan digital
2. Diukur diameter masing-masing buah secara horizontal dan vertikal dengan
menggunakan jangka sorong.
3. Diukur volume masing-masing buah dengan cara :
a. Gelas piala diberi air sampai penuh dan diletakkan pada nampan persegi
untuk menampung air yang tumpah.
b. Bahan dimasukkan kedalam air tersebut sampai tenggelam.
c. Air yang tumpah dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur volume air
tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

      1. Berikut ini adalah table pengukuran buah dengan menggunakan jangka sorong :

Vertikal

Skala Skala
Bahan Hasil d v
Nonius Utama
Mangga 125 mm 0,35 mm 125,35 mm 406 ml 2142,50 gr
Alpukat 113 mm 0,35 mm 113,35 mm 240 ml 1156,80 gr
19,4 cm x 10 = 194 mm
Wortel 120 ml 803,10 gr

Jeruk 78 mm 0,30 mm 78,30 mm 212 ml 1181,75 gr

Pear 77 mm 0,00 mm 77,0 mm 106 ml 916,25 gr

Horizontal

Skala Skala
Bahan Hasil
Nonius Utama
Mangga 81 mm 0,45 mm 81,45 mm
Alpukat 64 mm 0,10 mm 64,10 mm
Wortel 39 cm
Jeruk 76 mm 0,40 mm 76,40 mm
Pear 69 mm 0,45 mm 69,45 mm

2. Berikut ini adalah table data pengamatan ukuran beberapa bahan pangan :
Massa Volume Volume Massa jenis
BAHAN Massa (g)
(lb) (ml) (inchi³) (lb/inchi³ )
Mangga 2142,50 gr 2.02 406 ml 24.77 0.1905 lb/inchi³
Alapukat 1156,80 gr 2.60 240 ml 14.64 0.1741 lb/inchi³
Wortel 803,10 gr 1.77 120 ml 7.32 0.2418 lb/inchi³
Jeruk 1181,75 gr 2.55 212 ml 12.93 0.2010 lb/inchi³
Pear 916,25 gr 4.72 106 ml 6.46 0.3126 lb/inchi³

4.2 Perhitungan
ρ = massa jenis bahan (lb/inchi³)

ρ = m/V m = massa bahan (lb)

V = volume bahan (inchi³)

 Mangga ρ : m/V : 4.72 : 0.1905 lb/ inchi³

24.77

 Alpukat ρ : m/V : 2.55 : 0.1741 lb/ inchi³

14.64

 Wortel ρ : m/V : 1.77 : 0.2418 lb/ inchi³

7.32

 Jeruk ρ : m/V : 2.60 : 0.2010 lb/ inchi³

12.93

 Pear ρ : m/V : 2.02 : 0.3126 lb/ inchi³

6.46

BAB V
PEMBAHASAN

Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu alat khusus
untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan cara
penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk dan
ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan,
rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti
elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam pengembangan alat
grading dan sortasi.   
      
Pada berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia bahan
tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna,
rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total
asam, dan kadar gula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada beberapa
bahan hasil pertanian seperti: mangga, pear, alpukat, jeruk, dan wortel terjadi
perubahan warna, bentuk, tekstur, aroma, rasa, dan berat, hal ini disebabkan oleh
perubahan fisik pada buah-buahan baik secara biologis maupun secara kimia.

Dari hasil analisa data di atas percobaan I yang kami lakukan adalah mengukur
diameter masing-masing buah secara horizontal dan vertikal. Buah mangga yang
pertama kami ukur secara vertikal hasil= 125,35 mm, horizontal hasil= 81,45 mm,
Diameter= 406 ml, dan volume= 2142,50 gr. Buah alpukat secara vertikal hasil=
113,35 mm, Horizontal hasil= 64,10 mm, Diameter= 240 ml, dan volume= 1156,80
gr. Buah wortel secara vertikal= 19,4 cm x 10 = 194 mm, Horuzontal hasil=39 cm,
diameter= 120 ml, volume=803,10 gr.
Buah jeruk secara vertikal hasil=78,30 mm, Horizontal hasil=76,40, Diameter=
212 ml, volume= 1181,75 gr. Buah pear secara vertikal= 113,35 mm, Horizontal
hasil=69,40 mm, Diameter= 106 mm, Volume= 916,25 gr.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa data dan pembahasan, maka dalam praktikum ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.      Perbedaan nilai volume dan massa jenis antara  perhitungan aproksimasi
(kemiripan geometris) dengan perhitungan metode platform scale adalah terdapat
pada metode perhitungan dan aspek tinjauan bahan pangan.
2.      Volume dan massa jenis serta sifat fisik lainnya pada suatu bahan pangan
berperan penting dalam kegiatan sortasi dan grading (pemutuan).
3.      Buah klimaterik dapat diperam agar matang secara sempurna, sedangkan buah
non klimaterik tidak dapat diperam.

6.2 Saran

1.      Diharapkan alat-alat dan bahan praktikum yang bersangkutan dapat lebih lengkap
lagi untuk memaksimalkan kegiatan praktikm seperti yang tercantum di dalam
penuntun praktikum.
2.      Diharapkan agar tata letak alat-alat di laboratorium lebih rapi dan telah
terkelompokkan sesuai modul praktikum untuk kemudahan dan kenyamanan
praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002.  Fisiologi Lepas Panen Produk Holtikultura. Bogor: M- Brio Press
Kanoni, Sri, 1999. Handout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada: Jogjakarta.

Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan Pasca
Panen. Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.

Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan


Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press: Jogjakarta.

Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Sandira Ari .2015. “Sifat–Sifat Hasil Pertanian”. http://www.blogspot.com


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Dalam bidang pertanian, dihasilkan berbagai macam bahan pangan seperti


sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan lainnya. Bahan pangan tersebut memiliki
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Terkadang bentuk dan ukuran bahan pangan
mentah berukuran lebih besar dari pada kebutuhan sehingga ukuran bahan tersebut
harus diperkecil sesuai dengan yang dibutuhkan. kegiatan atau cara yang dilakukan
dalam melakukan pengecilan bahan tersebut merupakan teknik pengecilan ukuran
bahan hasil pertanian, pengecilan ukuran merupakan suatu unit yang meliputi semua
cara yang digunakan dimana partikel zat padat dipotong dan dipecahkan menjadi
kepingan-kepingan yang lebih kecil. Operasi pengecilan ukuran sangatlah penting
dalam pengolahan bahan hasil pertanian, baik itu dalam keadaan basah maupun
kering. Setiap bahan hasil pertanian memiliki teknik pengecilan ukuran yang berbeda-
beda, tergantung karakteristik bahan, sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologisnya.

Pengecilan ukuran dilatarbelakangi untuk menghemat teanaga dan energi yang


dibutuhkan oleh manusia dalm mengerjakan suatu pekerjaan. Pengecilan ukuran
didasarkan atas pemecahan kasar dan pengecilan ukuran (menggiling). Proses
penghancuran dilakukan dengan penerapan gaya tekanan dan gaya pengguntingan
yang akhirnya menyebabkan bahan pecah, melepaskan sebagian besar energi yang
dipergunakan sebagai panas. Mesin untuk penghancuran beroperasi, pada umumnya
baik secara tekanan penggilingan ataupun pengasahan ataupun juga dengan
penggilingan dengan menggabungkan gaya pukulan dan gaya gunting.
Dalam proses penggilingan, ukuran bahan yang besar diperkecil dengan
mengoyakkannya. Mekanisme pengoyakan ini adalah melakukan penekanan terhadap
bahan oleh gaya mekanis dari mesin penggiling, penekanan awal masuk ke tengah
bahan sebagai energi desakan. Pengayakan merupakan suatu unit operasi dimana
campuran suatu padatan yang mempunyai ukuran yang bervariasi dipisahkan menjadi
dua fraksi atau lebih dengan melewati permukaan ayakan. Pengayakan digunakan
untuk memisahkan campuran yang berbentuk butiran atau  bubuk dalam satu interval
ukuran tertentu. Selain itu ayakan sering juga digunakan dalam analisis ukuran
partikel untuk menentukan ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum pengecilan ukuran bahan ini adalah untuk
mempelajari teknik pengecilan ukuran bahan yang meliputi proses penggilingan dan
untuk menghitung persentase (%) remendem dari bahan yang mengalami perlakuan
penggilingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengecilan ukuran kebanyakan didasarkan pada pengalaman empiris dan sering


menyangkut mekanisme operasi yang mula-mula dilakukan dengan tangan.
Pengecilan ukuran dapat dibedakan menjadi pengecilan ukuran yang ekstrim
(penggilingan) dan pengecilan ukuran yang relative masih berukuran besar, misalnya
pemotongan menjadi bentuk-bentuk yang khusus (Harris, 1990).

Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di bidang industri pangan


adalah penggilingan butiran-butiran gandum menjadi tepung. Dalam proses
pemecahan biasa mengaplikasikan berbagai macam gaya pemecahan diantaranya,
gaya pukul, gaya sobek dan gaya tekan. Faktor yang mempengaruhi pemecahan yaitu
faktor dari bahan diantaranya varietas, kekerasan, struktur mekanis dan kadar air.
Faktor dari alat pemecah yaitu kontruksi alat, operasi dan kinerja alat (Kartasapoetra,
1994).

Pengolahan ukuran mungkin juga berperan penting dalam pemisahan secara


mekanis. Misalnya, dalam pengambilan pati dari kentang. Kentang harus lebih dahulu
dikecilkan sedemikian rupa sehingga sel-selnya terbuka dan glanula pati keluar.
Untuk memeperoleh cairan keluar dari padatan juga memudahkan jika padatan
dilakukan pengecilan lebih dahulu. Tujuan pengecilan ukuran sebagai bagian operasi
adalah untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas (Saputra, 2009).

Energi yang terserap oleh suatu bahan hasil pertanian sebelum patah ditemukan
oleh kekerasan bahan dan kecendrungan untuk retak (rapuh) yang tergantung pada
struktur bahan hasil pertanian tersebut. Bahan hasil pertanian yang keras akan
menyerap energi lebih besar dan memerlukan energi input lebih besar utnuk
menghasilan retakan. Tingkat pengecilan ukuran, energi yang diperlukan dan jumlah
energi panas yang dihasilkan dalam bahan hasil pertanian tergantung pada gaya dan
waktu yang digunakan (Sudaryanto, 2005).

Faktor lain yang memepengaruhi energi input adalah kadar air dan sensitivitas
bahan terhadap energi panas. Kadar air bahan mempengaruhi tingkat pengecilan
ukuran dan mekanisme kerusakan pada beberapa bahan hasil pertanian. Kandungan
air dalam bahan kering dapat mempengaruhi bahan tersebut untuk menggumpal dan
hal ini dapat menggangu proses penepungan (Kent, 1993).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2017
Waktu : 13.30 WITA - Selesai
Tempat Praktikum : Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan antara lain, timbangan analitik, blender, kertas HVS, pisau,
ayakan, (mesh 40, mesh 50). Bahan-bahan yang digunakan adalah pepaya, kentang,
nanas, ubi jalar dan mangga.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

a) Ditimbang masing-masing bahan menggunakan timbangan analitik


b) Bahan dikupas
c) Ditimbang berat daging buah dan kulit
d) Dimasukkan kedalam blender dan diblender sampai halus (10 menit)
e) Diayak hasil blender, dengan ayakan mesh 40, mesh 50
f) Ditimbang hasil ayakan untuk setiap mesh
g) Hitung % rendemen untuk setiap bahan hasil masing-masing mesh
h) Dicatat data hasil pengamatan dalam tabel data hasil pengamatan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan
Bobot Bobot Bobot Rendemen
Daging Bobot Hasil Hasil (%)
Bahan Bobot Awal Buah (g) Kulit (g) Saringan Saringan
(g) 40 Mesh 50 Mesh Mesh Mesh
40 50
Pepaya 1000 g (1 kg) 950 g 106,31g 205,60 gr 229,93 gr 20,56 22,9
Kentang 409,38 g 362,22 g 45,84 g 192,32 gr 218,62 gr 46,97 53,4
Nanas 536,009 g 235,98 g 292,26 g 228,69 gr 240,70 gr 42,6 44,9
Ubi 204,72 g 180,59 g 23,45 g 84,24 gr 118,04 gr 41,14 57,6
Jalar 8
Mangga 209,36 g 149,15 g 60,62 g 53,30 gr 67,05 gr 25 32

4.2 Perhitungan

1. Perhitungan untuk mencari rendemen, dari mesh 40 :

a. Pepaya

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 205,60 gr x 100 %
1000 gr

: 0,2056 x 100 %

: 20,56 %
b. Kentang

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 192,32 gr x 100 %
409,38 gr
: 0,4697 x 100 %

: 46,97 %

c. Nanas

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 228,69 gr x 100 %
536,009 gr

: 0,426 x 100 %

: 42,6 %

d. Ubi Jalar

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 84,24 gr x 100 %
204,72 gr

: 0,41148 x 100 %

: 41,148 %
e. Mangga

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 53,30 gr x 100 %
209,36 gr

: 0,25 x 100 %

: 25 %
2. Perhitungan untuk mencari rendemen, dari mesh 50 :

a. Pepaya

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 229,93 gr x 100 %
1000 gr

: 0,229 x 100 %

: 22,9 %

a. Kentang

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 218,62 gr x 100 %
409,38 gr

: 0,534 x 100 %

: 53.4 %

b. Nanas

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 240,70 gr x 100 %
536,009 gr

: 0,449 x 100 %

: 44,9 %
c. Ubi Jalar

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 118,04 gr x 100 %
204,72 gr

: 0,576 x 100 %

: 57,6 %
d. Mangga

Rendemen % : Bobot Hasil Saringan x 100 %


Bobot Awal

: 67,05 gr x 100 %
209,36 gr

: 0,320 x 100 %

: 32 %
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam keseharian kita sering mengkonsumsi makanan dengan bentuk ukuran yang
berbeda. Pengecilan ukuran sering diartikan pemotongan atau penggilingan tanpa
harus mengurangi atau menghilangkan kandungan yang terdapat didalam bahan.
Tujuan pengecilan ukuran adalah mengupayakan suatu bahan memenuhi spesifikasi
tertentu agar sesuai dengan bentuk. Untuk memenuhi spesifikasi tersebut, ukuran
partikel bahan harus dikontrol. Pertama dengan memilih macam mesin yang akan
digunakan dan kedua memilih cara operasinya. Untuk memperoleh hasil yang sama
pada peralatan ukuran sering dipasang saringan.

Keuntungan dari pengecilan ukuran ini adalah memperoleh bahan yang lebih kecil
sehingga lebih mudah untuk digunakan serta memberikan kenampakan yang lebih
menarik, memudahkan dalam proses pengemasan sehingga tidak banyak
menghabiskan wadah (tempat) pengemasan dan membantu dalam proses
pencampuran dengan bahan lain. Kerugian dalam pengecian ukuran diantaranya
membutuhkan energi yang lebih ekstra untuk mensortir bahan-bahan yang akan
dikemas karena ukurannya yang semakin kecil, berkurangnya kandungan nutrisi pada
bahan, mengubah aroma dan rasa dan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme
yang tidak diinginkan.

Jenis-jenis pengecilan ukuran, yaitu Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya
pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi
akan memutar palu-palu pemukul di sepanjang lintasannya. Proses ini berlangsung
terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat,
alat ini termasuk dalam prinsip kerja dari kompresi, yaitu dengan tekanan yang kuat
terhadap buah. Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan buah yang keras.
Disc mill merupakan jenis alat pengecil bahan yang dapat menghasilkan produk
dalam ukuran sedang maupun halus, seperti kedelai, jagung kentang dan lainnya. Dan
yang terakhir adalah Multi mill bekerja dengan impact. Sama seperti hammer mill
impact dilakukan cara menghantam bahan dengan padatan, yang biasanya berupa
besi, sehingga momentum yang terdapat pada pergerakan besi tersebut dapat
memecah ikatan antara padatan bahan. Penerapan pengecilan ukuran di masyarakat,
yaitu seperti proses pemarutan kelapa yang bertujuan untuk mendapatkan kelapa
dengan ukuran yang lebih kecil sehingga lebih muda digunaka, penggilingan kopi dan
penumbukkan bahan-bahan bumbu seperti lada, kemiri dan lain sebagainya.

Pengecilan ukuran memiliki berbagai macam teknik. Yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari seperti mengiris, memotong, menggiling, mengayak, dan masih
banyak lagi cara untuk pengecilan ukuran. Setiap bahan memiliki karaktristik yang
berbeda, didalam percobaan ini menggunakan bahan yaitu sebuah kentang.

Pengujian ini menggunakan 5 buah bahan, diantaranya adalah


pepaya,kentang,nanas,ubi jalar, dan mangga. Yang kemudian dikupas dan dicuci,
setelah itu diperlakukan berbeda. Setelah itu dipotong bentuk dadu dan diiris tipis.
sehingga didapatkan hasil untuk bobot awal, bobot daging buah dan bobot kulit,
seperti pada hasil dalam tabel hasil pengamatan. Setelah mendapatkan hasil berat
disetiap masing-masing bahan, dilakukan perhitungan rendemen dengan
menggunakan mesh 40 dan mesh 50. Rendemen dengan mesh 40, 20,56 % untuk
pepaya, 46,97 % untuk kentang, 42,6 % untuk nanas, 41,418 % untuk ubi jalar, dan
25 % untuk mangga. Sedangkan untuk mesh 50, hasil yang diperoleh adalah 22,9 %
untuk pepaya, 53,4 % untuk kentang, 44,9 % untuk nanas, 57,6 % untuk ubi jalar,
dan 33 % untuk mangga . Banyak faktor pengurangan berat pada pengujian bahan
yang dilakukan yaitu perlakuan yang diterapkan disetiap bahan berbeda, serta
berkurangnya kandungan air ketika dipotong ataupun diiris, dan masih banyak lagi
faktor-faktor yang mempengaruhi.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.        Pengecilan ukuran bahan hasil pertanian merupakan pembagian suatu bahan
padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dari ukuran semula, sesuai dengan
kebutuhan dengan menggunakan gaya-gaya mekanis.
2.        Pengecilan ukuran bertujuan untuk mendapatkan efektifitas dalam operasi
reduksi sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal, mengupayakan suatu
bahan memenuhi spesifikasi tertentu, agar sesuai dengan bentuk dan lain-lain.
3.        Jenis-jenis  operasi pengecilan bahan hasil pertanian yang digunakan yaitu
proses penggilingan, pengayakan, pemotongan dan pengirisan.
4.        Faktor yang mempengaruhi bahan hasil pertanian yaitu suhu, kondisi tanah
dan lain-lain.
 

6.2.Saran
            Praktikan diharapkan lebih memahami prosedur kerja dan bersungguh-
sungguh selama pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Harris, P.S. 1990. Mesin Peralatan Usaha Tani. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Kartasapoetra, AG. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rhineka Cipta.


Jakarta.

Kent. 1993. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB. Bogor.

Saputra. 2009. Pengertian Pengecilan Ukuran. Erlangga. Jakarta.

Sudaryanto. 2005. Penentua Praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Pertanian.


Universitas Padjajaran. Jatinanggor.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang


Panas jenis adalah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu yang sama
atau berbeda dari suatu bahan ke bahan yang lain. Panas jenis dapat dipengaruhi oleh
perubahan suhu yang terjadi dan pengaruh panas jenis air. Panas jenis suatu bahan
juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara kapasitas panas jenis bahan itu
dengan kapasitas panas jenis air.

Untuk menentukan atau mengukur kapasitas panas suatu bahan digunakan


kalorimeter. Pada umumnya kapasitas panas dinyatakan dengan kalori per derajat
celcius, jika dalam persamaan kapasitas panas t = 1, maka kapasitas panas suatu
benda secara numerik = jumlah panas yang harus diberikan pada sebuah benda
tersebut agar suhunya naik 1OC.

Perkembangan produk pangan di Indonesia sangatlah cepat. Mulai dari produk


pangan padat maupun yang berbentuk cair, salah satu jenis produk pangan cair adalah
susu kental manis. Kandungan gizi susu sangat bermanfaat bagi tubuh, susu
mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan air yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan asupan gizi masyarakat.

Susu dapat diolah menjadi banyak produk, baik yang berbentuk cair maupun
bubuk. Produk susu bisa kita temukan dimana-mana dengan berbagai merk dan harga
yang bervariasi. Susu kental manis bisa kita temukan dengan mudah dipasar maupun
di toko-toko. Setiap merk susu memiliki kandungan gizi dan mineral yang berbeda-
beda.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui panas jenis
beberapa susu yang beredar dimasyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Panas jenis adalah banyaknya panas yang diperlukan untuk menimbulkan


kenaikan suhu yang sama ada berbeda-beda dari suatu bahan ke bahan yang lain.
Andaikan suhu sebuah benda naik dengan t sebagai akibat pemberian panas q.
Perbandingan antara banyak panas yang diberikan dengan  kebaikan suhu disebut
kapasitas pansa benda (Saloko, 2000).

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar zat gizi
esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan
tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping
kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam
saluran cerna (Almatsier, 2010).

Meskipun secara fisik, susu berbentuk cair dan sering dianggap sebagai minuman,
pada kenyataannya susu mengandung total padatan yang setara dengan kandungan
total padatan berbagai jenis bahan pangan berbentuk padat. Sekitar 13 % padatan susu
mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin dimana persentase
komponen-komponen dalam susu tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan, tahapan
dalam periode laktasi, musim dan keadaan makanan (Junaidi, 2001).

Panas jenis suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara kapasitas panas
jenis bahan itu dengan kapasitas jenis air. Maka jelaslah kapasitas jenis air adalah 1
kal/gr 0C atau 1 Btu/Lb 0F. Jadi panas suatu bahan secara monorik sama dengan
kapasitas panas jenisnya, akan tetapi karena didefinisikan sebagai perbandingan,
maka panas jenis hanyalah berupa bilangan tanpa satuan (Searce, 1962).

Sebelum mengukur panas jenis suatu bahan yang perlu diperhatikan adalah dua
atau lebih benda yang berbeda suhunya apabila bersentuhan cukup lama akan
membentuk suhu akhir yang sama. Benda bersuhu tinggi memberikan kalor kepada
benda bersuhu rendah. Kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima.
Pernyataan ini sesuai disebut dengan asas black. Alat yang sering digunakan dalam
menghitung jumlah kalor disebut kalorimeter. Pada prinsipnya alat itu mempunyai
dua dinding yang diantaranya dibatasi dengan bahan yang tidak mudah dilalui kalor
(Soeparmo, 1994).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2017
Waktu : 13.30 WITA - Selesai
Tempat Praktukum : Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain : kompor listrik,
kalori meter, dan gelas piala.
b. Bahan praktikum
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : susu cair
berbagai merk (indomilk, frisian flag, omela, enak, dan air mineral)

3.3 Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Diamati komposisi kimia susu seperti kandungan karbohidrat, protein, lemak,


air dan mineral pada kemasan 5 jenis susu
2. Hitung panas spesifik dari masing-masing produk dengan rumus Heldman
dan Singh (1981)
3. Diukur 100 ml air menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan kedalam
gelas piala
4. Dipanaskan air selama 10 menit menggunakan kompor listrik
5. Dimasukkan air panas kedalam kalori meter
6. Diukur suhu air selang 2 menit selama 6 menit menggunakan termometer
7. Ditimbang 100 g salah satu merk susu dengan menggunakan timbangan
analitik
8. Dicampur 100 ml air dengan 100 g susu, kemudian diaduk sampai menjadi
larutan
9. Diukur suhu awal dengan menggunakan termometer
10. Dipanaskan selama 10 menit menggunakan kompor listrik
11. Dimasukan larutan susu kedalam kalorimeter
12. Diukur suhu larutan susu selang 2 menit selama 6 menit
13. Dicatat hasil pengukuran pada tabel 3.1
14. Diulangi langkah no.7 sampai no.13 pada ketiga merk susu lainnya
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan

Table 3.1 pengamatan komposisi bahan penyusun susu

Komposisi Indomilk Frisian Flag Omela Enak

Karbohidrat (XC) 54,761 57,5 57,5 57,142


Protein (Xp) 2,380 2,5 2,5 2,380
Lemak (Xl) 9,523 10 10 9,523
Air (Xm) 32,806 29,77 29,725 30,872
Mineral/abu (Xa) 0,53 0,23 0,275 0,083
Table 3.2 pengamatan susu bahan

Jenis susu Massa (gram) T awal (oC) T akhir (oC)


air Susu air Susu Air susu
o o o
Indomilk 100 g 100 g 27 C 27 C 61 C 75oC
o
Frisian Flag 100 g 100 g 27 C 27oC 61oC 71oC
o
Omela 100 g 100 g 27 C 27oC 61oC 71oC
Enak 100 g 100 g 27oC 26oC 61oC 71oC
Tabel 3.3 pengmatan suhu bahan selama 6 menit

Suhu ke (menit) Indomilk Frisian Flag Omela Enak Air


2 81oC 70oC 76oC 78oC 68oC
4 78oC 73oC 74oC 74oC 63oC
6 75oC 71oC 71oC 72oC 61oC

4.2. Perhitungan

4.2.1. Indomilk.

a. penentuan panas jenis Air (Qair)


Qair = mair ⃰Cpair ⃰∆T(Tawal – Takhir)

= 100 x 4,184 x (61 – 27)

= 100 x 4,184 x 34

= 14225,6

b. penentuan panas jenis susu pengujian.

Qair = Qsusu

Qsusu = msusu ⃰Cpsusu . ⃰∆T

14225,6 = 100 x Cpsusu . (75 – 27)

14225,6 = 100 x Cpsusu x 48

14225,6 = 4800 Cpsusu

14225,6
Cpsusu = 4800 = 2,963

c. Cp susu = ∑(Xi Cpi) = Xm Cpm + Xl Cpi + Xp CPP + Xk Cpk + Xa Cpa

= (32,806 . 4,187) + (9,523 . 1,675) + (2,380 .


1,549) + (54,761 . 1,424) + (0,53 . 0,837)
= 137,358 + 15,951 + 3,686 + 77,979 + 0,443
= 235,417 kj/kgoC

4.2.2. Frisian Flag.


a. penentuan panas jenis Air (Qair)

Qair = mairx Cpsusu x ∆T ( Takhir - Tawal)

= 100 x 4,184 x ( 61 - 27 )
= 100 xCpsusux 34
= 14225,6

b. penentuan panas jenis susu pengujian


Qair = Qsusu
Qair = msusu* Cpsusu*∆T
14225,6 = 100 x Cpsusux ( 71 – 27 )
14225,6 = 100 x Cpsusux 44
14225,6 = 4400 Cpsusu
14225,6
Cpsusu
4400 = 3,233
=

c. Cp susu = ∑(Xi Cpi) = Xm Cpm + Xl Cpi + Xp CPP + Xk Cpk + Xa Cpa


+ Xa xCpa
= ( 29,77 x 4,187 ) + ( 10 x 1,675) + ( 2,5 x 1,549) + ( 57,5 x
1,424 ) + 0,23 x 0,835 )
= 124,646 +16,75 + 3,872 + 81,88 + 0,192
= 227,34KJ/Kg oC

4.2.3. Omela.
a. Qair = mairx Cpsusu x ∆T ( Takhir - Tawal)

= 100 x 4,184 x ( 61 - 27 )
= 100 xCpsusux 34
= 14225,6

b. Qair = Qsusu
Qair = msusu* Cpsusu*∆T
14225,6 = 100 x Cpsusux ( 71 – 27 )
14225,6 = 100 xCpsusux 44
14225,6 = 4400 Cpsusu
14225,6
Cpsusu
4400 = 3,223
=

c. Cp susu = ∑(Xi Cpi) = Xm Cpm + Xl Cpi + Xp CPP + Xk Cpk + Xa Cpa


= ( 29,725 x 4,187 ) + ( 10 x 1,675) + ( 2,5 x 1,549) + ( 57,5 x
1,424 ) + ( 0,275 x 0,835 )
= 42,328 + 16,75 + 3,872 + 81,88 + 0,230
= 145,06KJ/Kg oC

4.2.4. Enak.
a. Qair = mairx Cpsusu x ∆T ( Takhir - Tawal)

= 100 x 4,184 x ( 61 - 27 )
= 100 xCpsusux 34
= 14225,6

b. Qair = Qsusu
Qair = msusu* Cpsusu*∆T
14225,6 = 100 x Cpsusux ( 71 – 26 )
14225,6 = 100 x Cpsusux 43
14225,6 = 4300 Cpsusu
14225,6
Cpsusu
4300 = 3,308
=

c. Cp susu = ∑(Xi Cpi) = Xm Cpm + Xl Cpi + Xp CPP + Xk Cpk + Xa Cpa

= ( 30,872 x 4,187 ) + ( 9,523 x 1,675) + ( 2,380 x 1,549)


+ ( 57,142 x 1,424 ) + ( 0,083 x 0,835 )

= 129,261 + 15,951 + 3,686 + 81,370 + 0,069

= 230,337KJ/Kg oC
BAB V
PEMBAHASAN
Panas jenis merupakan banyaknya panas yang diperlukan untuk menimbulkan
kenaikan suhu yang sama dan berbeda-beda dari suatu bahan ke bahan lainnya.
Penentuan kapasitas panas jenis susu dilakukan dengan menggunakan suhu bahan
yang telah diukur sebelumnya dengan kalorimeter dan dibandingkan dengan panas
jenis air.

Langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah pertama-tama, mengamati


komposisi kimia susu seperti kandungan karbohidrat, protein, lemak, air dan mineral
pada kemasan 4 jenis susu. Setelah itu menghitung panas spesifik dari masing-masing
produk dengan rumus Heldman dan Singh (1981). Selanjutnya mengukur 100 ml air
menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan kedalam gelas piala. Kemudian
panaskan air selama 10 menit menggunakan kompor listrik. Lalu dimasukkan air
panas kedalam kalori meter, berikutnya diukur suhu air selang 2 menit selama 6
menit menggunakan termometer. Setelah itu ditimbang 100 g salah satu merk susu
dengan menggunakan timbangan analitik. Terakhir mencampur 100 ml air dengan
100 g susu, kemudian diaduk sampai menjadi larutan

Pada pengamatan komposisi bahan penyusun susu, untuk komposisi karbohidrat


paling tinggi dimiliki oleh indomilk dan untuk kandungan mineral/abu terendah
dimiliki oleh frisian flag. Kemudian pada pengujian susu bahan, jenis susu enak suhu
T awal susu menurun 26ºC dan untuk jenis susu indomilk, suhu T akhir naik 75ºC.
Untuk hasil perhitungan sendiri, pada jenis susu bermerk indomilk, frisian flag, omela
dan enak penentuan panas jenis airnya sama yakni 14225,6 dan untuk Cp susu
tertinggi dimiliki oleh susu indomilk dengan Cp susu 235,417 kj/kgoC.

Kapasitas panas jenis susu untuk tiap merk berbeda-beda, hal itu tergantung pada
kandungan gizi tiap jenis susu dan berapa besar kandungannya. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi penentuan kapasitas panas jenis susu antara lain yaitu perbedaan
komposisi susu, besarnya panas yang diberikan serta wujud dari bahan yang diukur
kapasitas panas jenisnya dan massa bahan.
Untuk mengetahui panas jenis suatu bahan, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap kandungan gizi tiap jenis susu, dan dari hasil pengamatan dan
perhitungan. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas maka dapat diketahui
bahwa masing-masing jenis susu memiliki panas jenis yang berbeda-beda antara yang
satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan yang terdapat
pada masing-masing merek susu tersebut.

BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil Pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

1.        Panas jenis merupakan banyaknya panas yang diperlukan untuk menimbulkan
kenaikan suhu yang sama dan berbeda-beda dari suatu bahan ke bahan lainnya.
2.        Penentuan kapasitas panas jenis susu dilakukan dengan menggunakan suhu
bahan yang telah diukur sebelumnya dengan kalorimeter dan dibandingkan dengan
panas jenis air.
3.        Faktor yang mempengaruhi penentuan kapasitas panas jenis susu antara lain
yaitu perbedaan komposisi susu, besarnya panas yang diberikan serta wujud dari
bahan yang diukur kapasitas panas jenisnya dan massa bahan.

6.2. Saran

Adapun saran saya kepada praktikan supaya memahami materi praktikum  dengan
baik dan melakukan praktikum dengan teliti serta hati-hati, agar hasil pengamatan
tidak keliru.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pustaka Gramedia Utama. Jakarta

Junaidi, 2001. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1. Erlangga. Jakarta.


Searce, F. W., 1962. Makanan Panas dan Bunyi. Bina Cipta. Jakarta.
Soeparmo, 1994. Fisika. PT Pabelan. Surakarta.
Saloko, S., 2000. Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Fakultas Pertanian.
Universitas Mataram

Anda mungkin juga menyukai