Anda di halaman 1dari 183

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran juga sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari. Banyak
kegiatan dalam sehari-hari dalam pengukuran dasar yang disadari maupun tidak
disadari. Aktifitas mengukur menjadi suatu yang sangat penting untuk dilakukan
dalam mempelajari berbagai fenomena yang dipelajari. Mengukur adalah
membandingkan suatu yang dapat diukur kemudian hasilnya dinyatakan dengan
angka-angka yang dinamakan besaran.
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur.
Dalam melakukan penelitian, pengukuran merupakan salah satu syarat yang
tidak bolek ditnggalkan. Tidak hanya dalam ilmu fisika, pengukuran besaran relatif
terhadap suatu standar atau satuan tertentu dikatakan relatif maksudnya adalah setiap
alat ukur memiliki tingkat ketelitian dan dapat didefinisikan sebagai ukuran ketepatan
yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran dan ini sangat berkaitan dengan skala
terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran.
Oleh karena itu praktikum pengukuran ini merupakan suatu bagian yang
sangat peting dalam mempelajari fisika karena sudah dapat diketahui betapa
pentingnya dan dibutuhkannya aktifitas pengukuran dalam fisika karena praktikum
fisika tentang pengukuran dasar sangat penting dalam memperoleh hasil dari suatu
pengukuran yang akurat, sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan
dari besaran pokok, luas, volume, massa jenis dan kecepatan. Gaya merupakan
contoh dari besaran turunan. Dalam sistem internasional (SI) mempunyai satuan dan
dua besaran pokok. Praktikum sebagai unit yang dapat menuju keberhasilan
pendidikan.
2

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui prinsip kerja neraca.
2. Untuk menentukan perubahan volume balok kuningan dengan ketidakpastian.
3. Untuk mengetahui nilai perbandingan keliling dan diameter lingkaran.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui prinsip kerja neraca.
2. Dapat mengetahui nilai ketidakpastian volume balok kuningan.
3. Dapat mengetahui nilai perbandingan keliling dan diameter lingkaran
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik,


seperti panjang, waktu, gaya, energi dan suhu. Jadi kemampuan untuk mendefinisikan
besaran-besaran tersebut secara tepat dan mengukurnya secara teliti merupakan suatu
syarat dalam fisika. Pengukuran setiap besaran fisik mencakup perbandingan besaran
tersebut dengan beberapa nilai satuan besaran tersebut, yang telah didefinisikan
secara tepat. Sebagai contoh, untuk mengukur jarak antara dua titik, kita
membandingkan jarak itu dengan satuan jarak standar, misalnya meter. Hasil
pengukuran suatu jarak tertentu 25 meter berarti bahwa jarak itu 25 kali panjang
meter satuan. Artinya, meter standar tepat atau sesuai dengan jarak itu sebanyak 25
kali. Adalah penting untuk menyatakan satuan meter bersama bilangan 25 dalam
menyatakan jarak karena satuan-satuan jarak lain yang biasa digunakan, misalnya feet
atau mil mengatakan bahwa jarak adalah 25 tidak ada artinya. Besar tiap besaran
fisik harus terdiri dari suatu bilangan sebuah satuan (Tipler, 1998).
Semua besaran fisik dapat dinyatakan dalam beberapa satuan-satuan pokok.
Sebagai contoh, kelajuan dinyatakan dalam satuan panjang dan satuan waktu,
misalnya meter per sekon atau mil per jam. Banyak besaran yang akan dipelajari,
seperti gaya momentum, kerja, energi dan daya dapat dinyatakan dalam tiga besaran
pokok panjang, waktu dan massa. Pemilihan satuan standar untuk besaran-besaran
pokok ini menghasilkan suatu sistem satuan yang digunakan secara universal dalam
masyarakat ilmiah adalah Sistem Internasional (SI). Dalam SI, standar satuan untuk
panjang adalah meter, standar satuan untuk waktu adalah sekon dan standar satuan
untuk massa adalah kilogram (Tipler, 1998).
Satuan standar untuk panjang, meter (disingkat m), semua dinyatakan oleh
jarak antara dua goresan yang dibuat pada sebuah batang kayu yang terbuat dari
campuran platinum-iridium yang disimpan di International Bureau of Weights and
Measures di Serves, Perancis. Panjang ini dipilih agar jarak dari khatulistiwa ke
4

kutub utara sepanjang meridian yang melalui Paris menjadi 10 juta meter. Sekarang
meter standar didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa
selama waktu 1/299.729.458 sekon. Meter stadar digunakan untuk membuat meter
standar sekunder yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur panjang di seluruh
dunia (Tipler, 1998).
Satuan standar untuk waktu, yaitu sekon (s), pada awalnya didefinisikan
1 1 1
berkenaan dengan rotasi bumi sebagai 60 24 dari rata-rata lama hari matahari.
60

Saat ini, satu sekom didefinisikan berkaitan dengan frekuensi cahaya. Semua atom,
setelah menyerap energi, memancarkan cahaya dengan panjang gelombang dan
frekuensi tertentu yang merupakan karakteristik dari suatu unsur. Setiap transisi
energy di dalam atom berhubungan dengan frekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Sejauh ini diketahui bahwa frekuensi-frekuensi ini konstan. Satu sekom
ditetapkan sedemikian rupa sehingga frekuensi cahaya yang dihasilkan oleh transisi
tertentu dalam atom cesium adalah 9.192.631.770 siklus per sekon. Dengan definisi-
definisi ini, satuam pokok panjang dan waktu dapat diperoleh dalam laboraturium di
seluruh dunia (Tipler, 1998).
Satuan standar untuk massa, kilogram (kg), yang sama dengan 1000 gram (g),
didefinisikan sebagai massa suatu kilogram standar yang juga disimpan di Sevres.
Konsep tentang massa ini akan dibahas secara rinci, didapatkan bahwa berat suatu
benda pada suatu titik tertentu di permukaan bumi sebanding dengan massanya. Jadi,
massa benda-benda berukuran normal dapat dibandingkan dengan menimbangnya.
Sebuah duplikat kilogram standar disimpan di National Bureau of Standards di
Gaithersborg, Maryland, Amerika Serikat (Tipler, 1998).
Satuan tiap besaran fisik dapat dinyatakan dengan satuan pokok SI. Beberapa
kombinasi satuan yang sering digunakan mendapat nama khusus. Misalnya, satuan SI
untuk gaya, kg.ms2/s3 = N.m/s, disebut watt (W) (Tipler, 1998).
Awalan-awalan dapat digunakan pada setiap satuan SI, sebagai contoh 0.001
detik sama dengan 1 mili sekon (ms); 1.000.000 watt sama dengan 1 megawatt
5

(MW). Sistem desimal lain yang masih digunakan tetapi secara bertahap digantikan
oleh satuan SI adalah sistem cgs, yang berdasarkan pada sentimeter, gram dan sekon.
Sentimeter didefinisikan sebagai 0.01m. Sekarang gram didefinisikan sebagai 0.01kg.
Semula, gram didefinisikan sebagai massa satu sentimeter kubik air. Dengan
demikian, satu kilogram adalah massa 1000 sentimeter kubik air atau satu liter air
(Tipler, 1998).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa besar atau magnitude suatu besaran fisik
harus terdiri dari suatu bilangan dan satu satuan. Jika besaran-besaran itu
dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, atau dibagi dalam suatu persamaan aljabar,
maka satuannya juga harus diperlakukan sama seperti bilangan lainnya (Tippler,
1998).
Semua faktor konversi mempunyai nilai 1, dan digunakan untuk mengubah
suatu besaran yang dinyatakan dalam satu satuan ukuran menjadi nilai ekuivalennya
dalam satuan ukuran lainnya. Dengan menuliskan satuan-satuannya secara eksplisit
dan mencoretnya, kita tidak perlu berpikir mengenai apakah kita akan mengalikan
atau membaginya untuk mengubah kilometer ke mil, karena satuan-satuan yang
tersisa menyatakan apakah kita telah memilih faktor yang betul atau yang salah
(Tipler, 1998).
Penjumlahan dua besaran fisik hanya bearti jika besaran-besaran itu
mempunyai dimensi yang sama. Sebagai contoh, kita tidak dapat menjumlahkan
besaran luas dengan besaran kelajuan untuk memperoleh suatu jumlahan yang berarti.
Jika kita mempunyai persamaan seperti:
A=B+C (2.1)
Maka besaran A,B dan C semuanya harus mempunyai dimensi yang sama.
Penjumlahan B dan C juga mengharuskan bahwa dimensi besaran-besaran ini
dinyatakan dalam satuan yang sama. Sebagai contoh, jika B adalah luas sebesar
500in2 dan C adalah luas sebesar 4ft2, kita harus mengubah B menjadi feet persegi
atau C menjadi inchi persegi guna memperoleh jumlahan dari dua luas ini (Tipler,
1998).
6

Perhitungan bilangan-bilangan yang sama besar atau sangat kecil dapat


disederhanakan dengan menggunakan notasi ilmiah. Dengan notasi ini, suatu
bilangan ditulis sebagai hasil kali suatu bilangan antara 1 dan 10 dengan pangkat
bilangan 10 seperti 102 ( = 100) atau 103 ( = 1000 ). Sebagai contoh, bilangan
12.000.000 dapat ditulis sebagai 2.7 107 ; jarak dari bumi ke matahari, kira-kira
150.000.000.000 m, ditulis 1.5 1011 m. Bilangan 11 pada 1011 dinamakan
eksponen. Untuk bilangan-bilangan yang lebih kecil dari 1, eksponennya adalah
negatif. Sebagai contoh, 0.1 = 10-1 dan 0.0001 = 10-4. Diameter sebuah virus yaitu
0.00000001 m, dapat ditulis sebagai 1 108 m (Tipler, 1998).
Banyak bilangan-bilangan dalam sains merupakan hasil pengukuran, oleh
karenanya, bilangan-bilangan itu diketahui hanya dalam batas-batas beberapa
ketidakpastian percobaan. Besarnya ketidakpastian bergantung pada keahlian
pelaksana percobaan dan pada peralatan yang digunakan, yang seringkali hanya dapat
ditaksir. Indikasi kasar adanya ketidakpastian dalam suatu pengukuran dinyatakan
secara tidak langsung oleh jumlah angka yang digunakan dalam menuliskan bilangan
tersebut (Tipler, 1998).
Digit yang dapat dipastikan (selain angka nol) yang dipakai untuk menetapkan
letak koma disebut angka signifikan. Jumlah angka signifikan yang terdapat pada
hasil perkalian atau pembagian tidaklah lebih besar daripada jumlah terkecil angka
signifikan dalam masing-masing bilangan yang terlibat dalam perkalian atau
pembagian. Ketelitian dari suatu jumlahan atau selisih dua pengukuran hanyalah
sebaik ketelitian paling tidak teliti dari kedua pengukuran itu. Hasil dari penjumlahan
atau mengurangan dua bilangan tidak mempunyai angka signifikan di luar tempat
desimal terakhir dimana kedua bilangan asal mempunyai angka signifikan. Dalam
melakukan perhitungan kasar atau perbandingan, kadang-kadang kita melakukan
pembulatan suatu bilangan ke pangkat terdekat dari bilangan 10. Bilangan semacam
itu disebut orde magnitudo. Dalam banyak hal, orde magnitudo suatu besaran dapat
diperkirakan dengan menggunakan asumsi yang masuk akal dan perhitungan
7

sederhana. Fisikawan Enrico Fermi adalah seorang jagoan dalam menghitung


jawaban pendekatan untuk pertanyaan yang tampaknya mustahil dijawab karena
informasi yang dapat diperoleh terbatas. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering
dinamakan Pertanyaan Fermi (Tipler, 1998).
Kita mengukur setiap besaran fisik dalam satuannya masing-masing,
menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik yang
kita tetapkan untuk mengukur besaran tersebut. Misalnya, meter (m) untuk besaran
panjang. Begitu kita telah menetapkan standar misalnya, untuk panjang kita harus
menyusun prosedur dimana setiap besaan panjang apapun, baik itu jari-jari atom
hydrogen, jarak roda skateboard, atau jarak ke bintang dapat dinyatakan dalam suatu
standar, penggaris, yang digunakan untuk mengukur standar panjang, meskipun
demikian, beberapa alat pembanding yang kita miliki harus digunakan dengan cara
tidak langsung. Sebagai contoh, anda tidak dapat menggunakan penggaris untuk
mengukur jari-jari atom atau jarak ke bintang (Halliday, 2005).
Terdapat banyak sekali besaran fisika, sehingga sulit untuk
mengelompokkannya. Untungnya, tidak semua besaran berdiri sendiri; misalnya, laju
adalah rasio antara jarak dan waktu. Jadi, yang kita lakukan adalah memilih dengan
persetujuan Internasional sejumlah kecil besaran fisika, seperti panjang dan waktu,
kemudian menetapkan standar untuk masing-masing besaran tersebtu. Kemudian kita
mendefinisikan besaran fisika lainnya dalam besaran pokok tersebut dan
menggunakan standar yang digunakannya (disebut standar pokok). Sebagai contoh,
laju didefinisikan dalam besaran pokok panjang dan waktu dan menggunakan standar
pokok keduanya (Halliday, 2005).
Pada tahun 1971, General Conference on Weights and Measures ke-14
memilih tujuh besaran sebagai besaran pokok, dan menjadi dasar terbentuknya satuan
sistem internasional, disingkat menjadi SI dan nama Perancisnya dikenal dengan
sebutan sistem menarik. Satuan dari tiga besaran pokok panjang, massa dan waktu
didefinisikan pada skala manusia (Halliday, 2005).
8

Kita seringkali perlu untuk mengubah satuan dari besaran fisik yang
dinyatakan. Kita dapat melakukan itu dengan suatu metode yang disebut konversi
link berantai (chain link conversion).pada metode ini, kita mengalikan
pengukuran asli dengan faktor konversi (rasio antara satuan-satuan) yang setara
dengan 1. Karena pengalian besaran apapun dengan satu akan menghasilkan besaran
yang tidak berubah, maka kita dapat menggunakan factor konvensi dimana saja kita
rasa berguna. Pada konversi link berantai, kita menggunakan faktor-faktor konversi
tersebut untuk mneghilangkan satuan yang tidak diinginkan. Apabila kita
memasukkan faktor konversi tetapi satuan yang diinginkan tidak hilang, maka balik
faktornya dan coba lagi. Dalam konversi satuan mengikuti aturan aljabar yang sama
dengan variabel dan angka (Halliday, 2005).
Pada tahun 1972, Republik Perancis menetapkan sistem baru untuk berat dan
ukuran. Dasarnya adalah meter, didefinisikan meter sebagai satu per 10 juta jarak dari
kutub utara ke ekuator. Selanjutnya, untuk kepraktisan, standar bumi ini diabaikan
dan meter didefinisikan menjadi jarak antara 2 garis halus yang terdapat pada ujung
batang platinum-platinum, disebut batang meter standar, yang tersimpan di The
International Bureau of Weights and Measures di dekat Paris. Duplikat akurat dari
batang tersebut dikirim ke laboraturium standardisasi di seluruh dunia. Standar-
standar sekunder ini digunakan untuk menghasilkan stndar yang lain lebih diakses,
dan banyak lagi, sehingga pada akhirnya setiap alat ukur memperoleh otoritasnya dari
batang meter standar melalui serangkaian perbandingan yang rumit (Halliday, 2005).
Fenomena apapun yang berulang dengan sendirinya adalah standar waktu
yang mungkin. Rotasi bumi, yang menentukan panjangnya waktu dalam satu hari,
telah digunakan sebagai standar waktu selama berabad-abad. Satu detik adalah waktu
yang ditempuh oleh 9.192.631.770 osilasi cahaya (dengan panjang gelombang
tertentu) yang dipancarkan oleh atom Cesium 133 (Halliday, 2005).
Pengukuran pada fisika didasarkan pada pengukuran besaran fisika. Besaran
fisika tertentu telah dipilih sebaga besaran pokok (seperti panjang, waktu dan massa)
masing-masing telah didefinisikan standarnya dan diberikan satuan ukurannya
9

(seperti meter, detik, dan kilogram). Besaran fisika lainnya didefinisikan dalam
besaran pokok, standard an satuannya (Halliday, 2005).
Panjang meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya selama
interval waktu tertentu. Waktu detik didefinisikan oleh sumber atom (Cesium 133).
Sinyal waktu yang akurat dikirimkan ke seluruh dunia menggunakan sinyal radio
yang dikunci ke jam atom di laboraturium standardisasi, massa kilogram
didefinisikan sebagai massa platinum-iridium standar yang tersimpan dekat Paris.
Untuk pengukuran dalam skala atom, digunakan satuan massa atom yang biasanya
didefinisikan sebagai massa atom karbon 12 (Halliday, 2005).
Suatu ilmu mengandalkan pada pengukuran sampai suatu derajat tertentu,
tetapi biasanya pengukuran itu membantu pada tujuan utama. Jadi seorang zoology
mungkin mengukur secara teliti bobot tikus-tikus yang dipergunakan dalam
percobaan obat untuk menentukan efek obat terhadap pertumbuhannya. Pengukuran
ini secara incidental adalah kurang penting untuk masalah fungsi metabolic obat.
Dalam fisika, sebaliknya, pengukuran itu sendiri adalah objek utama perhatian,
karena suatu konsep tertentu, seperti panjang, waktu atau suhu, hanya dipahami
dalam kaitannya dengan metode yang dipergunakan untuk mengukurnya. Cara
pendefinisian hal-hal ini dinamakan operasionalisme, dan dalam penggunaannya
harus dihindari pengaitan arti metafisis yang tak terjamin terhadap suatu konsep dan
kemungkinan pemasukan konotasi-konotasi yang tak ada hubungannya dan ada
kemungkinan salah. Secara oprasional panjang dari sesuatu didefinisikan sebagai
bilangan (Cromer, 1994).
Kita lihat bahwa dengan merinci prosedur sesungguhnya yang digunakan
untuk mengukur suatu panjang kita dapat menghindari keharusan mengatakan sesuatu
tentang sifat dasar pokok dari ruang atau jarak (yang termasuk metafisika). Panjang
adalah apa yang terukur dengan penggaris, dan kita tidak perlu harus mengetahui
lebih banyak tentang itu untuk mengerjakan fisika (Cromer, 1994).
Ada banyak kasus yang menarik yaitu pengukuran langsung suatu panjang
dengan memakai meter penggaris adalah tidak mungkin, dan metode tak langsung
10

harus dipakai. Walaupun demikian, dalam pengukuran tak langsungpun pengukuran


semacam memakai meter penggaris harus dilakuan pada suatu langkah tertentu
(Cromer, 1994).
Misalnya untuk mengukur jarak di antara dua titik A dan B pada sisi-sisi
bersebrangan dari sungai, suatu transit pengukur tanah dipergunakan. Satu titik ketiga
C diambil pada sisi pengukur tanah dari sungai, dan pengamatan dilakukan dengan
teodolit di B dan C untuk mengukur sudut 1 dan sudut 2. Panjang B dari garis BC
diukur dengan rantai dan meter penggaris, seperti telah diuraikan di muka. Dari
pengukuran-pengukuran panjang dapat dihitung dengan menggunakan hukum sinus
(Cromer, 1994).
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Walaupun
demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang
berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang
berbeda. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang lainnya. Misalnya teknologi
elektronika, teknologi informasi dan teknologi alat ukur. Hal ini disebabkan di dalam
fisika mengandung prinsip-prinsip dasar mengenai gejala-gejala alam yang ada di
sekitar kita (Antika,2012).
Fenomena dan gejala-gejala alam tersebut meliputi besaran-besaran fisika,
diantaranya: gerak, cahaya, kalor, listrik dan energi. Penerapan besaran-besaran fisika
dalam aktifitas kegiatan sehari-hari senantiasa berkaitan dengan pengamatan dan
pengukuran. Sebagai contoh, informasi kecepatan gerak pesawat terbang bagi seorang
pilot berguna untuk mengoprasikan pesawat yang dikendalikannya. Besarnya suhu
badan kita merupakan informasi untuk mengetahui apakah badan kita sehat atau
tdiak. Sepatu dan pakaian yang kita gunakan mempunyai ukuran tertentu (Antika,
2012).
Pengukuran yang dalam bahasa inggris dikenal dengan measurement,
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur. Artiny memberi angka
terhadap sesuatu yang disebut objek pengukuran atau objek ukur. Menurut Allen dan
11

Yen (1979 : 2) pengukuran (measurement) adalah penetapan angka bagi individu


dengan cara sistematis yang mencerminkan sifat (karakteristik) dari individu.
Menurut Saifuddin Azwar (2010 : 3) pengukuran adalah suatu prosedur pemberian
angka terhadap atribut atau variable suatu kontinum sementara itu, menurut Anas
Sudijono (2011 : 4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur
sesuatu (Antika, 2012).
Menurut Saifuddin Azwar (2010 : 4-6) karakteristik dari pengukuran yaitu: 1)
Perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang
diukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri, 2) hasilnya
dinyatakan secara kuantitatif, artinya hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya
sebatas memberikan angka yang tidak diinterprestasikan lebih jauh. Dari ketiga
karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa pengukuran
merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah angka tetapi angka
yang diberikan tidak memberikan interprestasi lebih jauh (Antika, 2012).
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa
pengukuran adalah proses pemberian angka atau deskripsi numeric kepada individu
atau benda. Hasil dari pengukuran adalah angka. Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai
satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan sebagai angka disebut
besaran, sedangkan perbandingan dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap
untuk semua orang disebut satuan baku sedangkan satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan
disebut satuan tidak baku (Antika, 2012).
Semakin berkembangnya jaman telah dilakukan banyak sekali penelitian guna
menemukan alat ukur yang lebih efisien untuk mengukur massa atau berat benda
yaitu berupa neraca digital atau timbangan digital, dimana memiliki tingkat akurasi
yang bervariasi tergantung kebutuhan. Neraca digital memiliki banyak kelebihan
12

daripada neraca analog, tidak hanya dari segi pembacaan yang lebih praktis tetapi
juga dari segi ketelitian yang relatif lebih akurat dan harga neraca digital juga relatif
jauh lebih mahal. Neraca digital telah menggunakan konsep elektronika, dari
rangkaian jembatan Wheatstone yang tersusun dari beberapa strain gauge yang
kemudian dikonversi dalam bentuk sebuah sensor load cell, dimana perbedaan
potensial menjadi acuannya. Perbedaan akan terdeteksi dalam bentuk perambatan
tegangnan yang diakibatkan oleh tekanan mekanis yang bekerja. Load cell sendiri
merupakan sensor gaya yang didalamnya berisi pegas dan logam mekanik yang
terbuat dari beberapa foil metal starin gauge (Putra, 2014).
Ketika seorang fisikawan eksperimental sedang melakukan pengukuran,
artinya ia sedang menentukan nilai suatu besaran dengan bantuan alat yang disebut
sebagai alat ukur. Hasil pengukuran lalu disajikan sebagai perkalian antara sebuah
bilangan riil dengan satuan yang dipakai. Bilangan riil dalam ungkapan hasil
pengukuran menunjukkan hasil perbandingan (rasio) antara besaran yang diukur
dengan duplikat standar besaran yang dipakai (Rosyid, 2015).
Dari caranya, pengukuran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengukuran
tunggal dan pengukuran berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran atau
pengamatan yang hanya dilakukan satu kali untuk mengukur suaru besaran tertentu.
Sedangkan pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan bberapa kali
untuk mengukur suatu besaran tertentu (Rosyid, 2015).
Pengukur tak langsung, yang hasil ukurnya diperoleh dari kombinasi berbagai
pengukuran tunggal. Pengukuran kombinasi dapat dipandang sebagai pengukuran
tunggal saja jika jumlah pengukuran sama dengan jumlah besaran yang tidak diketahu
dalam pengukuran (Rosyid, 2015).
Dari sifat keluaran yang dihasilkan, pengukuran dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu pengukuran statis dan pengukuran dinamis. Pengukuran dikatakan statis
jika keluaran yang dihasilkan tetap (konstan) selama periode yang relatif lama seperti
pengukuran massa dan pengukuran panjang (Rasyid, 2015).
13

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar I tentang Pengukuran Dasar ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 25 Oktober 2017, pukul 07.30 09.00 WITA. Bertempat di Laboraturium
Fisika Dasar, Gedung C lantai 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman. Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat Percobaan


1. Jangka Sorong.
2. Mikrometer Sekrup.
3. Neraca Ohauss.
4. Bola Besi.
5. Balok Kuningan.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Balok Kuningan
1. Diukur panjang balok kuningan menggunakan jangka sorong kemudian
dicatat di tabel pengamatan.
2. Diukur lebar balok kuningan menggunakan jangka sorong kemudian dicatat
di tabel pengamatan.
3. Diukur tinggi balok kuningan menggunakan jangka sorong kemudian
dicatat di tabel pengamatan.
4. Ditimbang balok kuningan menggunakan neraca ohauss kemudian dicatat di
tabel pengamatan.
5. Dilakukan langkah yang sama sebanyak 5 kali.
14

3.3.2 Bola Besi


1. Diukur diameter bola menggunakan micrometer sekrup.
2. Ditimbang bola besi menggunakan neraca ohauss.
3. Dicatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan.
4. Dilakukan langkah yang sama sebanyak 5 kali.
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Tabel pengamatan balok kuningan
No. Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) Massa (kg)
1. 0,0255 0,0005 0,016 0,0005 0,02225 0,0005 0,00433
2. 0,0195 0,0005 0,0165 0,0005 0,0465 0,0005 0,09244
3. 0,0455 0,0005 0,0165 0,0005 0,0195 0,0005 0,09265
4. 0,0495 0,0005 0,0165 0,0005 0,0195 0,0005 0,09326
5. 0,0165 0,0005 0,0195 0,0005 0,0465 0,0005 0,09271

4.1.2 Tabel pengamatan bola besi


No. Diameter (m) Jari-jari (m) Massa (kg)
1. 0,0213 0,0005 0,01065 0,0005 0,02806
2. 0,0212 0,0005 0,0106 0,0005 0,02812
3. 0,02135 0,0005 0,01068 0,0005 0,02807
4. 0,02145 0,0005 0,01073 0,0005 0,02813
5. 0,02125 0,0005 0,01063 0,0005 0,02807

4.1.3 Tabel pengamatan perbandingan diameter dan keliling lingkaran


No. Diameter (m) Keliling (m)
1. 0,0213 0,0005 0,0669
2. 0,0212 0,0005 0,0666
3. 0,02135 0,0005 0,0671
4. 0,02145 0,0005 0,0674
5. 0,02125 0,0005 0,0668
16

4.2 Grafik Perbandingan Diameter dan Keliling Lingkaran


17

4.3 Analisis Data


4.3.1 Perhitungan Tanpa KTP
4.3.1.1 Volume Balok Kuningan
V1 = p x l x t
= 0,0255 x 0,016 x 0,02225
= 9,078 x 10-6 m3
V2 = p x l x t
= 0,0195 x 0,0165 x 0,0465
= 1,496 x 10-5 m3
V3 = p x l x t
= 0,0455 x 0,0165 x 0,0195
= 1,464 x 10-5 m3
V4 = p x l x t
= 0,0495 x 0,0165 x 0,0195
= 1,593 x 10-5 m3
V5 = p x l x t
= 0,0165 x 0,0195 x 0,0465
= 1,496 x 10-5 m3

4.3.1.2 Massa Jenis Balok Kuningan


m1
=
v1
0,00433 kg
=
9,078 x 106 m3
= 476,977 kg/m3
m2
=
v2
0,09244 kg
=
1,469 x 105 m3
= 6179,144 kg/m3
18

m3
=
v3
0,09265 kg
=
1,464 x 105 m3
= 6328,552 kg/m3
4
=
4
0,09326 kg
=
1,593 x 105 m3
= 5854,363 kg/cm3
5
=
5
0,09271 kg
=
1,496 x 105 m3
= 6197,193 kg/cm3

4.3.1.3 Volume Bola Besi


4
V1 = 3 r1 3
4
= x 3,14 (0,01065)3
3
= 5,0598 x 10-6 m3
4
V2 = r 3
3 2
4
= x 3,14 (0,0106)3
3
= 4,9889 x 106 m3
4
V3 = r 3
3 3
4
= x 3,14 (0,01068)3
3
= 5,1027 x 106 m3
19

4
V4 = r4 3
3
4
= x 3,14 (0,01073)3
3
= 5,1747 x 106 m3
4
V5 = r 3
3 5
4
= x 3,14 (0,01063 )3
3
= 5,0314 x 106 m3

4.3.1.4 Massa Jenis Bola Besi


m1
1 =
v1
0,02806
=
5,0598 x 106
= 5545,674 kgm3
m2
2 =
v2
0,02812
=
4,9889 x 106
= 5636,513 kgm3
m3
3 =
v3
0,02807
=
5,1027 x 106
= 5501,009 kgm3
m4
4 =
v4
0,02813
=
5,1747 x 106
= 5436,064 kgcm3
20

m5
5 =
v5
0,02807
=
5,0314 x 106
= 5578,964 kgm3

4.3.1.5 Perbandingan Nilai Keliling dan Diameter Lingkaran


k1
1 =
d1
0,0669
=
0,0213
= 3,141
k2
2 =
d2
0,0666
=
0,0212
= 3,142
k3
3 =
d3
0,0671
=
0,02135
= 3,143
k4
4 =
d4
0,0674
=
0,02145
= 3,142
k5
5 =
d5
0,0668
=
0,02125
= 3,144
21

4.3.2 Perhitungan Dengan KTP


1
p = t = l = x nst jangka sorong
3
1
= 3 x 0,01 = 0,003 cm = 0,000003 m
1
m = 3 x nst neraca
1
= 3 x 0,01 = 0,003 cm = 0,000003 m
1
r = x nst mikrometer skrup
3
1
= 3 x 0,001 = 0,0003 cm = 0,0000003 m

4.3.2.1 Volume Balok Kuningan


V1 = (l. t)2 . (p)2 + (p. t)2 . (l)2 + (p. l)2 . (t)2

(0,016 . 0,02225 )2 . (0,00001667)2 + (0,0255 . 0,02225)2


=
. (0,00001667)2 + (0,0255.0,016)2 . (0,00001667)2

= 3,5197 x 1015 + 9,1646 x 1015 + 4,642 x 1015

= 17,326 x 1015
= 1,326 x 106m3

V2 = (l. t)2 . (p)2 + (p. t)2 . (l)2 + (p. l)2 . (t)2

(0,0165 . 0,0195 )2 . (0,00001667)2 + (0,0455 . 0,0195 )2


=
. (0,00001667)2 + (0,0455 . 0,0165)2 . (0,00001667)2

= 1,636 x 1014 + 2,284 x 1012 + 2,875 x 1015

= 2,303 x 1012
= 1,578 x 106m3

V3 = (l. t)2 . (p)2 + (p. t)2 . (l)2 + (p. l)2 . (t)2

(0,0165 . 0.0195 )2 . (0,00001667)2 + (0,0455 .0.0195 )2


=
. (0,00001667)2 + (0,0455 . 0,0165 )2 . (0,00001667)2

= 2,885 x 1015 + 2,187 x 1014 + 1,566 x 1014


22

= 4,0415 x 1014
= 2,0103 x 107m3

V4 = (l. t)2 . (p)2 + (p. t)2 . (l)2 + (p. l)2 . (t)2

(0,0165 . 0,0195)2 . (0,00001667)2 + (0,0195 .0,0195)2


=
. (0,00001667)2 + (0,0195. 0,0165)2 . (0,00001667)2

= 2,875 x 1015 + 2,588 x 1014 + 1,853 x 1014

= 4,7285 x 1014
= 2,1745 x 107m3

V5 = (l. t)2 . (p)2 + (p. t)2 . (l)2 + (p. l)2 . (t)2

(0,0195 . 0,0465 )2 . (0,00001667)2 + (0,0165 .0,0465)2


=
. (0,00001667)2 + (0,0165 . 0,0195)2 . (0,00001667)2

= 2,284 x 1014 + 1,635 x 1014 + 2,875 x 1015

= 4,2065 x 1014
= 2,051 x 107m3

4.3.2.2 Massa Jenis Balok Kuningan

1 2 m 2
1
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V

2
1 2
0,00433 2
(0,000001667) + (
= (9,078x106 ) )
(9,078x106 )2
. (1,326 x 106 )2

= 3,3697 + 3,940 109

= 3,3697

= 1,836 3
23

1 2 m 2
2
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V

2
1 2
0,09244 2
(0,000001667) + (
= (1,496x105 ) )
(1,496x105 )2
. (1,578 x 106 )2

= 1,241 + 8,797 105

= 1,241

= 1,114 3

1 2 m 2
3
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V

1 2
2
0,09265 2
(0,000001667) + (
= (1,464x105 ) (1,464x105 )2
)
. (2,010 x 107 )2

= 1,296 + 1,619 106

= 1,296

= 1,138 3

1 2 m 2
4
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V

2
1 2
0,09326 2
(0,000001667) + (
= (1,593x105 ) )
(1,593x105 )2
. (2,175 x 107 )2

= 1,095 + 1,620 106

= 1,095

= 1,046 3
24

1 2 m 2
5
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V

2
1 2
0,09271 2
(0,000001667) + (
= (1,496x105 ) )
(1,496x105 )2
. (2,051 x 107 )2

= 1,241 + 1,616 106

= 1,241

= 1,114 3
4.3.2.3 Volume Bola Besi
V1 = (4r 2 )2 (r)2

= (4.3,14. (0,01065)2 ) (0,00001667)

= 5,644 x 1016
= 2,376 x 108 m3

V2 = (4r 2 )2 (r)2

= (4.3,14. (0,0106)2 ) (0,00001667)

= 5,539 x 1016
= 2,354 x 108 m3
V3 = (4r 2 )2 (r)2

= (4.3,14. (0,01068)2 ) (0,00001667)

= 5,706 x 1016
= 2,389 x 108 m3

V4 = (4r 2 )2 (r)2

= (4.3,14. (0,01073)2 ) (0,00001667)

= 5,6004 x 1016
= 2,367 x 108 m3
25

V5 = (4r 2 )2 (r)2

= (4.3,14. (0,01063)2 ) (0,00001667)

= 5,814 x 1016
= 2,411 x 108 m3

4.3.2.4 Massa Jenis Bola Besi

1 m
1 = ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V


1 +(
0,02806
(0,00001667)
= ( ) )
5,0598 x 106 (5,0598 x 106 )2
(2,376 x 108 )

= (10,85) + (1,736 x 108 )

= 10,85
= 3,294 kg/m3

1 m
2
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V


1
0,02812
(0,00001667) + (
= (4,9889 x 106 ) )
(4,9889 x 106 )2
(2,354 x 108 )

= (11,162) + (1,760 x 107 )

= 11,162
= 3,34096 /3

1 m
3
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
26


1
0,02807
(0,00001667) + (
= (5,1027 x 106 ) )
(5,1027 x 106 )2
(2,389 x 108 )

= (10,668) + (1,727 x 108 )

= 10,668
= 3,266 /3

1 m
4 = ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V


1 +(
0,02813
(0,00001667)
= ( ) )
5,1747 x 106 (5,1747 x 106 )2
8
(2,411 x 10 )

= (10,373) + (8,313 x 109 )

= 10,373
= 3,220 /3

1 m
5
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V


1
28,11
(0,00001667) + (
= (5,0314 x 106 ) )
(5,0314 x 106 )2
(2,367 x 108 )

= (10,9731) + (1,744 x 108 )

= 10,9731
= 3,313 /3
27

4.3.2.5 Perbandingan Nilai Keliling dengan Diameter Lingkaran


2 2
1
1 = ( . ) + ( 2 . )

2 2
1 0,0669
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,0213 (0,0213)2

= (6,125 107 ) + (6,042 106 )

= 6,655 106
= 2,5796 x 10-3

2 2
1
2 = ( . ) + ( 2 . )

2 2
1 0,0666

= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,0212 (0,0212)2

= (6,183 107 ) + (6,102 106 )

= 6,720 106
= 2,592 x 10-3

2 2
1

3 = ( . ) + ( 2 . )

2 2
1 0,0671

= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02135 (0,02135)2

= (6,096 107 ) + (6,022 106 )

= 6,632 106
= 2,575 x 10-3

2 2
1

4 = ( . ) + ( 2 . )

28

2 2
1 0,0674

= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02145 (0,02145)2

= (6,0397 107 ) + (5,963 106 )

= 6,567 106
= 2,563 x 10-3

2 2
1

5 = ( . ) + ( 2 . )

2 2
1 0,0668
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02125 (0,02125)2

= (6,154 107 ) + (6,081 106 )

= 6,696 106
= 2,588 x 10-3

(1 )2 + (2 )2 + (3 )2 + (4 )2 + (5 )2
=
5

(3,1413,142)2 +(3,1423,142)2 +(3,31433,142)2 +(3,1423,142)2 2


+(3,1443,142)
= 5

=1,2 106
= 1,095 x 10-3

4.2.3 KTP Mutlak


4.2.3.1 Volume Balok Kuningan
(V1 V1 ) = (9,078 106 1,316 107 )m3
(V2 V2 ) = (1,496 105 1,518 106 )m3
(V3 V3 ) = (1,464 105 2,0103 107 )m3
(V4 V4 ) = (1,593 105 2,1745 107 )m3
29

(V5 V5 ) = (1,496 105 2,051 107 )m3

4.2.3.2 Massa Jenis Balok Besi

(1 1 ) = (476,977 1,836) 3
m

(2 2 ) = (6179,144 1,114) 3
m

(3 3 ) = (6328,522 1,138) 3
m

(4 4 ) = (5854,363 1,046) 3
m

(5 5 ) = (6197,193 1,114)
m3

4.2.3.3 Volume Bola Besi


(V1 V1 ) = (5,0598 106 2,376 108 )m3
(V2 V2 ) = (4,9889 106 2,354 108 )m3
(V3 V3 ) = (5,1027 106 2,389 108 )m3
(V4 V4 ) = (5,1747 106 2,411 108 )m3
(V5 V5 ) = (5,0314 106 2,367 108 )m3

4.2.3.4 Massa Jenis Bola Besi

(1 1 ) = (5545,674 3,294) 3
m

(2 2 ) = (5636,513 3,34096) 3
m

(3 3 ) = (5501,009 3,266) 3
m

(4 4 ) = (5436,064 3,220) 3
m

(5 5 ) = (5578,960 3,313) 3
m

4.3.4 KTP Relatif


4.3.4.1 Volume Balok Kuningan
V1 1,316 107
x100% = x100% = 1,45 %
V1 9,078 106
30

V2 1,518 106
x100% = x100% = 10,15%
V2 1,496 105
V3 2,0103 107
x100% = x100% = 1,37 %
V3 1,464 105
V4 2,1745 107
x100% = x100% = 1,37 %
V4 1,593 105
V5 2,051 107
x100% = x100% = 1,37 %
V5 1,496 105

4.3.4.2 Massa Jenis Balok Kuningan


1 1,836
x100% = x100% = 0,38 %
1 476,977
2 1,114
x100% = x100% = 0,02 %
2 6179,144
3 1,138
x100% = x100% = 0,02 %
3 6328,522
4 1,046
x100% = x100% = 0,02 %
4 5854,363
5 1,114
x100% = x100% = 0,02 %
5 6197,193

4.2.4.3 Volume Bola Besi


V1 2,376 108
x100% = x100% = 0,47 %
V1 5,0598 106
V2 2,354 108
x100% = x100% = 0,47 %
V2 4,9889 106
V3 2,389 108
x100% = x100% = 0,47 %
V3 5,1027 106
V4 2,411 108
x100% = x100% = 0,47 %
V4 5,1747 106
31

V5 2,367 108
x100% = x100% = 0,47%
V5 5,0314 106

4.2.4.4 Massa Jenis Bola Besi


1 3,294
x100% = x100% = 0,059 %
1 5545,674
2 3,341
x100% = x100% = 0,059 %
2 5636,513
3 3,266
x100% = x100% = 0,059 %
3 5501,009
4 3,220
x100% = x100% = 0,059 %
4 5436,513
5 3,313
x100% = x100% = 0,059 %
5 5578,964

4.3.4.5 Perbandingan Nilai Keliling dengan Diameter Lingkaran


1 2,592 103
x100% = x100% = 0,083 %
1 3,141
2 2,592 103
x100% = x100% = 0,083 %
2 3,142
3 2,575 103
x100% = x100% = 0,082 %
3 3,143
4 2,563 103
x100% = x100% = 0,082 %
4 3,142
5 2,588 103
x100% = x100% = 0,082 %
5 3,144

4.4 Pembahasan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristin tertentu yang dimiliki
32

seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas
disepakati. Pengukuran dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun
dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya, untuk mengukur tinggi, maka
seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek yang diukur merupakan objek
kasat mata.
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya dapat
mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur benda-benda yang
dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian dll. Pengukuran
dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya.
Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan satuan.
Untuk melakukan pengukuran diperlukan alat ukur. Sebagai contoh untuk mengukur
besaran panjang digunakan alat ukur mistar dan menggunakan satuan meter. Penjual
emas menggunakan neraca untuk mengukur massa emas. Penjual bensin
menggunakan mesin khusus untuk mengukur volume minyak, sedangkan tukang
kayu menggunakan mistar untuk mengukur panjang kayu.
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat
ukur panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda
beda yang berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu
dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan
yang dapat berlaku secara umum.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna
untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar,
misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
33

Pengukuran dasar banyak sekali kita temui di kehidupan sehari-hari.


Misalnya, untuk mengukur besaran panjang digunakan alat ukur mistar dan
menggunakan satuan meter. Penjual emas menggunakan neraca untuk mengukur
massa emas, penjual bensin menggunakan mesin khusus untuk mengukur volume
minyak, sedangkan tukang kayu menggunakan mistar untuk mengukur panjang kayu.
Misalnya juga penjahit menggunakan meteran untuk mengukur kain yang akan
dijadikan baju, pembuat roti menggunakan timbangan untuk menimbang tepung
terigu, mentega dan telur untuk dijadikan kue, suster menggunakan timbangan badan
untuk mengukur berat badan pasien dan masih banyak lagi contoh pengukuran dasar
dalam kehidupan sehari-hari. Penjual daging menimbang massa daging sesuai
kebutuhan pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk. Seorang petani
tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya
menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah batu
bata. Tetapi seorang sarjana mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos
untuk mendapatkan satuan meter.
Pada percobaan kali ini, diambil lima data untuk balok kuningan dan lima
data untuk bosa besi. Volume balok kuningan dengan nilai terbesar yaitu 1,593 x 10-5
m3 dengan panjang balok sebesar 0,0495 m, lebar balok sebesar 0,0165 m dan tinggi
balok sebesar 0,0195 m. didapatkan pula volume balok kuningan terkecil yaitu 9,078
x 10-6 m3 dengan panjang balok sebesar 0,0255 m, lebar balok sebesar 0,016 m dan
tinggi balok sebesar 0,02225 m.
Untuk massa jenis balok kuningan, didapatkan nilai terbesar yaitu 6197,193
kg/m3 dengan massa seberat 0,09271 kg dan volume sebesr 0,00001496 m3.
Didapatkan pula massa jenis kuningan dengan nilai terkecil yaitu 476,977 kg/m3
dengan massa seberat 0,00433 kg dan volume sebesar 0,000009078 m3.
Pada pengukuran bola besi menggunakan micrometer sekrup, didapatkan nilai
volume terbesar yaitu 5,1747 x 10-6 m3 dengan jari-jari terbesar pula yaitu 0,01073 m.
Didapatkan pula nilai volume terkecil yaitu 4,9889 x 10-6 m3 dengan jari-jari sebesar
0,0106 m.
34

Untuk nilai massa jenis bola besi, nilai terbesarnya adalah sebesar 5636,513
kg/m3 dengan nilai massa sebesar 0,02812 kg dan nilai volume sebesar 4,9889 x 10-6
m3. Sedangkan untuk nilai terkecilnya adalah 5436,064 kg/m3 dengan nilai massa
sebesar 0,02813kg dan volume sebesar 5,1747 x 10-6 m3.
Pada grafik, dapat dilihat bahwa semakin besar diameter lingkaran maka
semain besar pula kelilingnya. Pada percobaan pertama, diameter lingkaran adalah
0,00213 m dan kelilingnya adalah 0,0669 m. Pada percobaan kedua, diameter
lingkaran adalah 0,00212 m dan kelilingnya adalah 0,0666 m. Pada percobaan ketiga,
diameternya adalah 0,02135 m dan kelilingnya adalah 0,0671 m. Pada percobaan
keempat, diameternya adalah 0,02145 m dan kelilingnya 0,0674 m. Pada percobaan
kelima, diameternya adalah 0,02125 m dan kelilingnya adalah 0,0668 m.
Fungsi alat yang kami gunakan pada percobaan ini adalah yang pertama
jangka sorong. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter luar maupun
diameter dalam suatu benda yang berbentuk lingkaran. Jangka sorong juga bisa
digunakan untuk mengukur kedalaman benda yang panjangnya tidak lebih dari 25cm.
Yang kedua adalah neraca ohauss. Neraca ohauss yang berfungsi untuk mengukur
beban maksimal 1kg. Neraca ohauss digunakan untuk mengukur benda yang kecil.
Yang ketiga adalah mikrometer sekrup. Mikromter sekrup berfungsi untuk mengukur
ketebalan suatu benda yang sangat tipis.
Faktor-faktor kesalahan yang telah terjadi saat melakukan praktikum ini
adalah ketidak tahuan praktikan dalam membaca hasil pengukuran, tidak paham cara
menggunakan alat ukur dasar pada saat mengukur massa balok kuningan dan bola
besi dengan neraca ohauss terjadi kesalahan yaitu neraca ohauss yang kita gunakan
tidak dimulai dari nol atau skalanya rubah-ubah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
35

1. Prinsip kerja neraca adalah dengan membandingkan berat benda yang akan
diukur dengan berat anak timbangan.
2. Dari hasil perhitungan, didapatkan V1 = 1,316 X 10-7, V2 = 1,518 x 10-6,
V3 = 2,0103 x 10-7, V4 = 2,1745 x 10-7 dan V5 = 2,051 x 10-7.
3. Didapatkan nilai perbandingan keliling dan diameter lingkaran antara lain
adalah 1 = 3,14, 2 = 3,14, 3 = 3,142, 4 = 3,141 dan 5 = 3,142.

5.2 Saran
Untuk percobaan selanjutnya, sebaiknya yang awalnya menggunakan jangka
sorong, mikrometer sekrup dan neraca ohauss diganti dengan alat ukur lainnya seperti
mistar, timbangan, jam arloji dan stopwatch agar didapatkan perbandingan antara
menggunakan jangka sorong, micrometer sekrup dan neraca ohauss dengan mistar,
timbangan, jam arloji dan stopwatch, atau bisa juga dengan mengganti jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan skala digital agar lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA
36

Antika, L. 2012. Pengukuran (Kalibrasi) Volume dan Massa. Jakarta : Universitas


Negeri Jakarta
Cromer, Alan H. 1994. Fisika Untuk Ilmu-Ilmu Hayati.Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Halliday, David. 2005. Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga
Putra, Ino Gutawa. 2014. Perancangan dan Penerapan Neraca Digital Untuk
Percobaan Menentukan Massa Jenis Zat Padat. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya
Rosyid, Muhammad Farchani. 2015. Fisika Dasar Jilid 1 : Mekanika. Yogyakarta :
Penerbit Periuk
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga
37

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika. Dimulai dari
apa yang ada pada diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat. Energy
yang kita gunakan setiap hari. Contohnya adalah permainan ditaman kanak-kanak,
yaitu ayudan dan juga benda yang sering jatuh kebawah seperti pulpen yang sering
jatuh kebawah ketika kita sedang belajar dinamakan gerak jatuh vertical kebawah.
Pada ayunan kita dapat untuk menghitung periode yaitu selang waktu yang
diperlukan beban untuk melakukan suatu getaran lengkap dan juga kita dapat
menghitung besar gravitasi bumi di suatu tempat.
Percepatan gravitasi bumi berbeda dari suatu tempat ketempat lain tergantung
ketinggian dan kondisi geologis. Suatu percepatan gravitasi bumi disimbolkan dengan
lambing (g) dan satuannya (m/s) maka dari itu kami melakukan percobaan dengan
menggunakan bandul untuk mengukur percepatan gravitasi bumi di laboratorium
Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Getaran adalah
getaran bolak balik secara periodic melalui titik kesetimbangan getaran bisa bersifat
sederhana dan dapat bersifat kompleks.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar kita dapat mengetahui gaya
gravitasi, dan mengetahui penerapan-penerapan gaya gravitasi newton. Di sekitar
lingkungan kita, kita juga dapat mengerti mengenai hukum-hukum newton yang ada
serta dapat melihatnya dalam kehidupan sehari-hari selain itu juga kita dapat
memverifikasi kebenaran hukum gravitasi newton yang ada pada buku-buku yang
membahas tentang gravitasi newton yang didasarkan pada sebuah apel yang jatuh.
Kita pun juga dapat mengetahui tentang perbedaan gravitasi bumi dan bulan dan
menentukan hasil percepatan gravitasi dan dengan tujua-tujuan lainnya.
38

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui T yang dihasilkan pada panjang tali 0,25 m
2. Untuk mengetahui t yang dihasilkan pada panjang tali 0,2 m
3. Untuk mengetahui aplikasi hukum gravitasi newton dalam kehidupan sehari-
hari
4. Untuk mengetahui nilai g dan g dengan menggunakan ketidakpastian relative
5. Untuk mengetahui pengaruh panjang tali terhadap periode
6. Untuk mengetahui pengaruh simpangan terhadap periode

1.3 Manfaat Percobaan


1. Untuk mengetahui T yang dihasilkan pada panjang tali 0,25 m
2. Untuk mengetahui t yang dihasilkan pada panjang tali 0,2 m
3. Untuk mengetahui aplikasi hukum gravitasi newton dalam kehidupan sehari-
hari
4. Untuk mengetahui nilai g dan g dengan menggunakan ketidakpastian relative
5. Untuk mengetahui pengaruh panjang tali terhadap periode
6. Untuk mengetahui pengaruh simpangan terhadap periode
39

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hukum-hukum newton adalah hukum inersial yang mengatakan bahwa materi


atau benda censerung mempertahankan keadaan gerakannya, yang berarti cenderung
tetap diam kalau tadinya diam dan cenderung bergerak dengan kecepatan tetap
tertentu kalau tadinya demikian. Ini tak lain ialah hukum newto I (Soedojo,2000).
Untuk memperoleh laju perubahan kecepatan tertentu, diperlukan gaya yang
sebanding dengan massa benda. Gaya adalah sedemikian hingga ada kesebandingan
antar gaya dan laju perubahan kuantitas gerakan, atau secara sistematis. Dengan
memilih satuan-satuan yang bersangkutan yang kita definisikan, kita dapat menulis :

F = (mv) (2.1)

Yang tak lain ialah hukum newton II. Definisi satuan-satuan itu adalah erg
untuk gaya apabila satuan massanya gram dan satuan waktunya detik, dan satuan
gaya itu newton apabila satuan massanya kilogram dan satuan waktunya detik
(Soedojo,2000).
Dengan mengingat m yang tak tergantung waktu t, hukum newton II dapat pula
ditulis sebagai
F=m.a (2.2)
Oleh karena kecepatan v adalah besaran vector, maka demikian pula besaran
momentum mv serta besaran gaya F sehingga lebih cepat hukum newton II ditulis
sebagai persamaan vector.

= (
) atau =
(2.3)

(Soedojo,2000).
Hukum newton yang menyatakan adanya reaksi inersial sehingga diperlukan
gaya untuk mengatasi reaksi inersial itu, mengisyaratkan adanya gaya-gaya interaksi.
Kalau gaya yang dikenakan disebut suatu aksi dan gaya reaksi inersial kita disebut
suatu reaksi, maka diperlukan suatu aksi yang sama dengan reaksi untuk mengatasi
40

reaksi inersial atas pengubahan gerakan, dan pernyataan ini tak lain ialah hukum
newton III (Soedojo,2000).
Hukum newton I adalah sebuah benda akan berada dalam keadaannya, yaitu
diam atau bergerak lurus beraturan bila tidak ada gaya, sebab atau pengaruh luar yang
bekerja pada saat itu ( hukum inersia atau kelembaman F = 0 , pernyataan
kesetimbangan statis dan dinamis ) (Tung,2005).
Hukum newton II yaitu percepatan yang diperoleh suatu benda akan berbanding
lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa

pada benda tersebut ( a = , kemudian diterjemahkan menjadi F = m a)

(Tung,2005).
Hukum newton III yaitu bila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain,
maka benda kedua akan melakukan aksi, sebesar gaya yang diterimanya dan arahnya
berlawanan (hukum aksi reaksi, = - perhatikan bahwa harus pada sistem
dua benda ) (Tung,2005).
Hukum newton tentang gravitasi umum kadang disebut hukum newton
keempat. Tiap-tiap partikel materi dalam alam semesta ini suatu yang menarik
partikel materi lainnya dengan gaya besarnya berbanding lurus dengan massa
partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

F=G (2.4)

(Tung,2005).
Hal penting dari hukum gravitasi umum newton adalah gaya gravitasi berupa
vector yang arahnya berupa pada garis yang menghubungkan antar kedua titik massa
yang dimaksud adalah massa gravitasi, gaya yang bekerja pada tiap titik massa sama
besar arahnya saling berlawanan, gaya yang terjadi selalu gaya tarik-menarik ( tidak
ada tolak menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarik-menarik atau tolak-
menolk tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja pada semua objek dalam
alam (Tung,2005).
41

Medan gravitasi adalah daerah dimana pengaruh gaya tarik gravitasi masih
dapat dirasakan oleh benda yang memiliki massa. Kuat medan gravitasi adalah gaya
gravitasi persatuan massa benda yang bekerja pada suatu massa yang bermassa satu
satuan. Kuat medan gravitasi merupakan besaran vekyor, dengan massa titik
dianggap sebesar satu satuan massa.

g = = (2.5)

(Tung,2005).
Energi potensial gravitasi adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan
suatu massa dari titik yang jauh tak berhingga ke suatu titik. Ep dalam satuan energy,
yaitu joule.

Ep = - (2.6)

(Tung,2005).
Hukum newton menyatakan hubungan antara gaya, masssa dan gerak benda.
Hukum ini berdasarkan pada prinsip galileo yaitu : untuk mengubah kecepatan,
diperlukan pengaruh luar, yaitu gaya luar, tetapi untuk mempertahankan kecepatan
tak perlu gaya luar sebagai dinyatakan dalam hukum newton I (hukum kelembaman)
yang bunyinya sebuah benda akan berada terus dalam keadaan diam atau bergerak
lurus beraturan, apabila dan hanya bila tidak ada gaya atau pengaruh dari luar yang
bekerja pada benda tersebut (Sarojo,2002).
Hukum newton II berfungsi pada system kerja lift. Bunyi hukum newton II
berbunyi percepatan yang diperoleh suatu benda bila gaya dikerjakan padanya akan
berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut,
dengan suatu konstanta pembanding yang merupakan ciri khas dari benda


)
(
= , = m = = (2.7)

(Sarojo,2002).
Hukum newton III berbunyi (berlaku untuk sistem 2 benda) dua benda
yang dan T sama besar, berlawanan arah (Sarojo,2002).
42

Secara teoritis, kehadiran dimensi tambahan ini dapat dibuktikan dengan


mengamati penyimpangan pada hukum gravitasi, karena gravitasi merupakan
dinamika dari ruang-waktu itu sendiri. Gravitasi yang merupakan dinamika dari
seluruh ruang-waktu dan dimediasi oleh gravitan dapat bergerak dalam bulk[2-5].

1
(r) (1 + ) (2.8)

Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa gravitasi newton akan mengalami
koreksi. Koregsi ini akan signifikan untuk level energy tinggi sekitar 1/k 108 GeV.
Pada level energy rendah model rendal sundrum secara konsisten identic dengan
gravitasi newton (Azwar,2011).
Berdasarkan hukum newton, apabila pengaruh gaya gravitasi dari planet lain
didalam tata surya terhadap planet merkurius diabaikan dan hanya ditinjau pengaruh
gaya gravitasi oleh matahari saja, maka garis edarnya akan berupa sebuah elips
sempurna dengan matahari berada pada salah satu titik apinya. Tetapi apabila
pengaruh gaya gravitasi planet lainnya diperhitungkan, maka garis edar planet
merkurius tidak lagi beerupa sebuah elips sempurna tetapi elips yang bergerak atau
sering disebut sebagai elips berpresesi (bergeser). Hal ini berarti bahwa setelah
melakukan satu putaran penuh mengelilingi matahari, planet merkurius tidak kembali
ke dudukan semula. Akan tetapi hasil pengamatan para ilmuwan astronomi
memperlihatkan adanya ketidakcocokan (Sampurno,2013).
Sampai abad ke-17 orang menganggap bahwa sebuah benda jatuh ke bumi
adalah disebabkan oleh sifat hakiki benda dan tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.
Bahwa benda jatuh kebumi karena ditarik oleh bumi adalah pikiran yang ditunjukkan
pada diri newton dan beberapa orang sejamannya. Pada tahun 1665 suatu wabah
berjangkit dan sekolah libur. Dirumahnya Isaac newton memikirkan persoalan diatas
tampaknya sebuah apel jatuh dari pohon memberi inspirasi pada newton bahwa gaya
yang bekerja pada bulan yang bergerak mengelilingi bumi adalah gaya yang sama,
newton berfikir bahwa gerak ruang angkasa dan gerak permukaan bumi diatur oleh
43

hukum-hukum yang sama adalah suatu perubahan terhadap tradisi berfikir pada
waktu itu (Sutrisno,1997).
Hukum newton II menyebutkan bahwa dengan mendorong atau
menarik suatu benda. Kita dapat merubah kecepatan, makin keras kita mendorong
atau menarik makin besar pula perubahan kecepatan atau percepatan yang dihasilkan
(Sutrisno,1997).
Osilasi setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang tepat dan geraknya
adalah bolak balik pada jalan yang sama, osilasi disebut juga getaran (vibrasi). Satu
getaran (vibrasi) adalah suatu gerak pulang pergi periode getaran yaitu T. adalah
waktu yang diperlukan untuk satu getaran. Frekuensi gerak F adalah jumlah vibrasi
dalam satu satuan waktu. Jadi frekuensi adalah kebalikan dari periode atau
1
T= (2.9)

Osilasi bersifat periodic yang berarti suatu getar yang berulang pada selang
waktu yang tetap contoh dari gerak periodik adalah gerak ayun bandul, gerakan senar
bola, dan gerakan lainnya (Sutrisno,1997).
Yang menjadi pernyataan mengenai bagaimana perumusan hukum gaya tarik
dua buah massa sebagaimana yang dibayangkan oleh newton diatas dari segi konsep
medan. Maka yang berperan sebagai sumber medan untuk gaya tarik gravitasi adalah
massa selain itu kita dapat memandang proses gaya tarik itu sebagai proses stasioner
dalam artian tidak tergantung pada waktu dengan dewmikian menurut konsep gaya
tarik gravitasi antara dua benda dengan massa masing-masing m dam m, adalah
F = mm () (2.10)
Diman F menyatakan vaktor letak antara m dengan m sedangkan fungsi ()
masih harus ditentukan untuk keperluan antara andaikan jarak rata-rata planet
terhadap matahari adalah r maka gaya sntrifugal yang bekerja mengimbangkan gaya
tarik antar planet dengan matahari
F = m w r (2.11)
44

Dimana m menyatakan massa planet, sedangkan w sebagai kecepatan sudut


putar planet mengelilingi matahari berikut dengan mengingat
W = 2 / T
(2.12)
Dan masukkan periode putaran planet mengelilingi matahari menurut hukum
kapler 3, maka kita akan memperoleh
4 1
F = m (2 /T) r = ( ) () (2.13)

Dari singkatan ini newton menunjukkan bahwa


1
() 0 0 (2.14)

kemudian bila kenyataan ini dihubungkan dengan pola gaya menurut konsep medan
maka gaya tarik gravitasi dalam bentuk vector dapat kita nyatakan sebagai

F=G (2.15)

Dimana G menyatakan tetapan gravitasi semesta dan


R = r/ r (2.16)
Menyatakan vector satuan ke arah r. rumus ini terkenal sebagai hukum gravitasi
newton (Renreng,1984).
Hukum newton tentang gravitasi umum kadang disebut hukum newton
keempat. Tiap-tiap partikel materi dalam alam semesta ini suatu yang menarik
partikel materi lainnya dengan gaya besarnya berbanding lurus dengan massa
partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

F=G (2.17)

Dengan m dan m adalah massa partikel-partikel dalam, f adalah gaya tarik


dalam, r adalah jarak kedua partikel massa G adalah konstanta gravitasi umum
(Tung,2005).
Hal penting dari hukum gravitasi umum newton adalah gaya gravitasi berupa
vector yang arahnya berupa pada garis yang menghubungkan antar kedua titik massa
yang dimaksud adalah massa gravitasi, gaya yang bekerja pada tiap titik massa sama
45

besar arahnya saling berlawanan, gaya yang terjadi selalu gaya tarik-menarik ( tidak
ada tolak menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarik-menarik atau tolak-
menolk tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja pada semua objek dalam
alam (Tung,2005).
Medan adalah daerah dalam ruangan dimana pengaruh suhu gaya pada matahari
tertentu masih dapat dirasakan

g = = (2.18)

dengan m adalah massa partikel-partikel dalam ky, f adalah gaya tarik dalam N,
r adalah jarak kedua partikel massa dalam meter g adalah kuat medan gravitasi dalam
N/kg atau m/del. Medan magnet adalah daerah dimana pengaruh gaya tarik gravitasi
masih dapat dirasakan oleh benda yang memiliki massa. Kuat medan gravitasi adalah
gaya gravitasi persatuan massa benda yang dialami yang diletakkan disuatu titik atau
gaya gravitasinya yang bekerja disuatu massa yang bermassa satu satuan kuat medan
gravitasi merupkan besaran vector dengan massa titik dianggap sebesar satu satuan
massa (Tung,2005).
Energi potensial gravitasi adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan
suatu massa dari titik yang jatuh tak berhingga ke suatu titik Ep dalam satuan energy
yaitu joule

Ep = - (2.19)

Potensial gravitasi suatu titik adalah usaha yang diperlukan untuk


memindahkan massa sebesar satu satuan massa dari titik tak terhingga ke titik itu
potensi gravitasi V dalam joule/kg

V=- (2.20)

Energy potensial dan potensial gravitasi keduanya adalah besaran scalar


(Tung,2005).
Berdasarkan uraian dan diagram gerak melingkar partikel maka perpindahan
kecepatan dan percepatan partikel gerak melingkar partikel maka perpindahan
kecepatan dan percepatan partikel dapat dituliskan sebagai berikut
46

Y = r sin = r sin wt (2.21)


x = r cos = r cos wt (2.22)
= dy / dt = r cos wt (2.23)
= dy (dt = -r sin wt (2.24)
dengan r adalah jari-jari lingkaran, adalah sudut fase, w adalah kecepatan
sudut, t adalah waktu, dengan demikian fungsi gerak osilasi bebas sederhana dan
harmonis dapat dinyatakan dengan
y = r sin wt = A sin wt (2.25)
atau
x = A sin (wt + ) (2.26)
tujuan gerak osilasi adalah akan dibatasi pada gerak osilasi harmonik sederhana
yang terpenuhi jika besar simpangan dan titik atau kedudukan kesetimbangan cukup
kecil. Sementra itu osilasi bebas merujuk pada pengabaian luar seperti gesekan atau
gaya luar contoh dan sistem yang bersosilasi bebas sederhana adalah gerak benda m
berpegas dan bandul bermassa m yang tergantung pada seutas tali/kawat/dawai tak
bermassa dengan simpangan kecilnya ditunjukkan oleh masing-masing x dan
(Budi,2013).
Newton merumuskan 2 jenis massa inersial dan massa gravitasi massa inersial
diukur pada ukuran kelembapan suatu benda terhadap gaya dorong atau gaya tarik
yang bekerja sedangkan massa gravitasi diukur dengan pengaruh gaya gravitasi pada
benda tersebut para eksprimentalls berusaha membuktikan kesetaraan antara kedua
benda bermassa tersebut. Percobaan eoutos berhasil membuktikan bahwa kedua
massa tersebut setara dengan tingkat akurasi hingga 109 (Asri,2013).
Pada awal abad ke-16 newton mengumumkan hukum geraknya yang sering
disebut mekanika newton teori ini disempurnakan menjadi teori relatifitas umum oleh
Albert Einstein (1879 1955). Teori ini menjelaskan suatu gagasan bahwa gravitasi
adalah merupakan efek kelengkungan ruang waktu yang disebut adanya penyebaran
massa dan energy dalam ruang dan waktu (Asri,2013).
47

Berdasarkan bukti-bukti eksperimen tersebut akhirnya Einstein menyimpulkan


bukti-bukti dalam pos tulatnya yang terkenal dengan prinsip ekuivalen massa benda
bahwa adalah sama (equivalen) dan tidak terbedakan (indistinguishable) satu sama
lain. Percobaan eotvos berhasil membuktikan bahwa kedua massa tersebut setara
dengan tingkat akuatasi hingga 109 (Asri,2013).
Berdasarkan hukum newton, apabila pengaruh gaya gravitasi dari planet lain
ditata surya terhadap planet merkurius diabaikan dan hanya ditinjau pengaruh gaya
gravitasi oleh matahari saja, maka garis edarnya akan berupa sebuah elips sempurna
dengan matahari berada pada salah satu titik apinya. Tetapi apabila pengaruh gaya
gravitasi planet lainnya diperhitungkan, maka garis edar planet merkurius tidak lagi
berupa sebuah elips sempurna tetapi elips yang bergerak atau sering disebut dengan
elips berpresisi (bergeser) (Asri,2013).
Teori relativitas umum adalah teori gravitasi yang dikembangkan oleh Einstein
dengan menganggap bahwa gravitasi merupakan manifestasi dari kelengkungan
ruang waktu. Ketika teori ini ditetapkan pada planet diperoleh hasil bahwa lintasan
planet berupa orbit elips yang bergeser (Asri,2013).
Menurut teori gravitasi newton, gaya gravitasi matahari yang berperan
mengubah keadaan terdapat gerak planet dengan kecepatan tetap sepanjang sebuah
garis lurus. Jika massa m adalah massa matahari dan m adalah massa planet. Maka
persamaan hukum gravitasi newton adalah :

Fg = g (2.27)

Berdasarka hukum II newton, gaya sentral dinyatakan :


F = m . a (2.28)
Dengan a adalah nilai percepatan yang merupakan turunan kedua dari waktu (t)
dan m adalah nilai massa benda. Dengan menguraikan gaya sentral menghasilkan
persamaan :
1
F() = u - 3 (2.29)

(Asri,2013).
48

Masalah gerak planet-planet di sekitar matahari boleh dipandang sebagai


masalah dua benda. Oleh karena itu, terlebih dahulu masalah dua benda secara umum
akan ditinjau. Andaikan terdapat dua benda titik masing-masing bermassa m dan m
. selanjutnya, andaikan posisi kedua benda itu berturut-turut
dan
. jika kedua
benda itu berada di angkasa dan terisolisir dari benda atau pengaruh apapun, maka
interaksi yang ada adalah antar kedua benda itu sendiri. Andaikan hanya gravitasi
antar keduanya yang berperan. Jadi, benda kedua akan mengalami gaya gravitasi
akibat keberadaan benda pertama senilai dengan persamaan


21 = -
21 (2.30)
21

Sedangkan benda pertama akan mengalami gaya




12 = -
21 (2.31)
21

Dengan
21 =
-
. dari kedua persamaan itu akan didapat persamaan gerak itu
akan didapat persamaan gerak untuk masing-masing benda menurut


- 21 = m
(2.32)
21

Dan


12 = m
(2.33)
12

Kedua persamaan tersebut berturut turut dapat dituliskan sebagai berikut


1

- 21 =
(2.34)
212

Dan
1

12 =
(2.35)
12

Jika persamaan (2.34) dan (2.35) dikurangkan, didapatkan


1 1
21
-( + ) 21 =
(2.36)
21

Atau

21
21
- 21 = (
) = (2.37)
21 1 +

Dengan
49


= (2.38)
1 +2

disebut massa tersusutkan (Rasyid,2015).


Hukum I newton mendefinisikan adanya sifat kelembaman benda, yaitu
keberadaan besaran yang dinamai massa. Karena sifat kelembaman ini maka benda
cenderung mempertahankan kecepatannya. Makin besar kelembaman yang dimiliki
benda maka makin kuat benda mempertahankan sifat kelembamannya. Atau
diperlukan pengganggu yang lebih besar untuk mengubah kecepatan benda. Makin
besar massa maka makin benda makin lembam. Itulah penyebabnya bahwa kita
sangat sulit mendorong benda yang memiliki massa lebih besar daripada benda yang
memiliki massa lebih kecil (Abdullah,2016).
Hukum gravitasi pada dasarnya bersumber pada hukum ketiga tentang gerak
yang dicetuskan oleh newton sendiri. Sebuah buku berjudul philosophae naturalis
pricipia mathematica (1686) karangan dari newton menyatakan bahwa semua obyek
yang kita lihat dipengaruhi oleh kekuatan luar. Dia menegaskan bahwa pada setiap
aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi yang sama dengan gaya yang dikerjakan
oleh benda 2 terhadap benda 1 dengan arah yang berlawanan (Siti,2017).
Ketika newton merumuskan hukum gerak dan hukum gravitasinya, ia
mendefinisikan massa inersial dan massa gravitasi. Massa inersial diukur berdasarkan
ukuran kelembaman suatu benda terhadap gaya dorong atau gaya tarik yang bekerja,
sedangkan massa gravitasi pada benda tersebut diukur berdasarkan pengaruh gaya
gravitasi (Giancoli,2005).
Hukum pertama newton sebenarnya menjelaskan pengertian gaya. Gaya
adalah penyebab perubahan gerakan, dan bukan penyebab gerakan. Oleh karena itu,
jika resultan gaya yang bekerja pada sembarang benda lenyap atau sama dengan nol,
maka benda itu tidak akan mengalami perubahan gerakan, yakni benda tersebut
bergerak lurus dengan kelajuan tetap. Hal tersebut berarti, jika benda titik tersebut
pada awalnya diam, maka akan tetap diam. Sementara jika pada awalnya benda
50

tersebut bergerak dengan kecepatan sembarang, maka akan bergerak lurus pada
kelajuan tetap (Rosyid,2015).
Hukum kedua newton menitahkan hubungan antara resultan gaya dengan
perubahan gerakan yang diakibatkannya. Perubahan gerakan dipahami oleh newton
bukan saja sebagai perubahan kecepatan. Melainkan perubahan momentum, yakni
perkalian kecepatan benda dengan massa inersialnya,
= m
(2.39)
Jadi, perubahan gerakan sebuah benda dapat berarti perubahan kecepatan benda
itu, dapat pula perubahan massanya, atau perubahan baik massa ataupun kecepatan
benda itu. Hukum kedua newton tentang gerak mengatakan bahwa resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan laju perubahan momentum benda itu
(Rosyid,2015).
Secara matematis hukum kedua newton dapat dituliskan sebagai berikut



= = + m = + m (2.40)

Dengan percepatan benda itu. Notasi


berarti jumlahan (secara vector) semua
gaya yang bekerja pada benda itu (Rosyid,2015).
Untuk gejala mekanik dengan massa benda yang tidak berubah, berlaku
persamaan dm/dt = 0, sehingga

= m (2.41)
Dengan m massa inersial, ditinjau resultan gaya yang bekerja pada benda pertama
yang bermassa m dan benda kedua yang bermassa m , dengan m > m . jika
dikatakan m > m berarti benda kedua lebih pasif dibandingkan benda kedua.
Resultan gaya menyebabkan benda pertama akan dipercepat misalnya dengan
percepatan
. secara matematis, kaitan antara gaya itu dengan percepatan benda
pertama dapat dituliskan
= m
(2.42)
51

Sementara gaya juga bekerja pada kedua benda yang bermassa m dan m
sehingga menyebabkan benda tersebut akan dipercepat dengan percepatan semisal

. secara matematis kaitan gaya dan percepatan benda pertama dapat dituliskan sesuai
dengan persamaan (2.41) menurut
= m
(2.43)
Dari kedua persamaan terakhir, kita mendapatkan
= m
m (2.44)
atau
|
|
|
|
= (2.45)

(Rosyid,2015).
52

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Darar I tentang Hukum Gravitasi Newton. Dilaksanakan
pada hari rabu tanggal 25 oktober 2017 pukul 07.30 09.00 WITA yang bertempat di
laboratorium Fisika Dasar, Gedung C, lantai 3, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimanta Timur.

3.2 Alat alat Percobaan


1. Bandul
2. Tali
3. Tiang statif
4. Busur
5. Meteran
6. Stopwatch
7. Power supply
8. Kabel penghubung

3.3 Prosedur percobaan


1. Disiapkan alat-alat yang dibutuhkan (bandul, tali, tiang statif, busur, meteran,
stopwatch, powe supply, kabel penghubung)
2. Diukur panjang tali sebesar 10 cm
3. Diikat tali pada tiang statif
4. Diberi simpangan pada bandul sebesar 15 kemudian bandul dilepaskan
5. Dihitung waktu yang dibutuhkan bandul untuk berayun sebanyak 10 kali
ayunan
6. Dilakukan sebanyak 5 kali dengan panjang yang sama
7. Dicatat waktu yang didapat untuk melakukan 10 kali osilasi
53

8. Diulangi langkah ke 2 sampai 7 dengan panjang tali 0,15 m, 0,20 m, 0,25 m dan
0,30 m

mgsin mgcos

Gambar 3.1 Percobaan Hukum Gravitasi Newton


54

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


No (m) t (s) () () () 2 ( 2 ) 2 ()2
1 0,50 10,63 10,312 0,0913 1,0312 0,00913 1,0634 0,0112
2 0,50 10,15 10,312 0,0913 1,0312 0,00913 1,0634 0,0112
3 0,50 10,36 10,312 0,0913 1,0312 0,00913 1,0634 0,0112
4 0,50 10,12 10,312 0,0913 1,0312 0,00913 1,0634 0,0112
5 0,50 10,30 10,312 0,0913 1,0312 0,00913 1,0634 0,0112
1 0,60 11,65 11,65 0,0485 1,151 0.00485 1,3248 0,1883
2 0,60 11,55 11,65 0,0485 1,151 0.00485 1,3248 0,1883
3 0,60 11,40 11,65 0,0485 1,151 0.00485 1,3248 0,1883
4 0,60 11,55 11,65 0,0485 1,151 0.00485 1,3248 0,1883
5 0,60 11,40 11,65 0,0485 1,151 0.00485 1,3248 0,1883
1 0,70 12,21 12,194 0,0735 1,2194 0,00735 1,4869 0,0179
2 0,70 12,21 12,194 0,0735 1,2194 0,00735 1,4869 0,0179
3 0,70 12,12 12,194 0,0735 1,2194 0,00735 1,4869 0,0179
4 0,70 12,44 12,194 0,0735 1,2194 0,00735 1,4869 0,0179
5 0,70 11,99 12,194 0,0735 1,2194 0,00735 1,4869 0,0179
1 0,80 12,68 12,6 0,0509 1,26 0,00509 1,5876 0,1283
2 0,80 12,65 12,6 0,0509 1,26 0,00509 1,5876 0,1283
3 0,80 12,62 12,6 0,0509 1,26 0,00509 1,5876 0,1283
4 0,80 12,40 12,6 0,0509 1,26 0,00509 1,5876 0,1283
5 0,80 12,65 12,6 0,0509 1,26 0,00509 1,5876 0,1283
1 0,90 14,97 14,71 0,0858 1,471 0,00858 2,1638 0,0252
2 0,90 14,82 14,71 0,0858 1,471 0,00858 2,1638 0,0252
3 0,90 14,59 14,71 0,0858 1,471 0,00858 2,1638 0,0252
4 0,90 14,69 14,71 0,0858 1,471 0,00858 2,1638 0,0252
55

5 0,90 14,48 14,71 0,0858 1,471 0,00858 2,1638 0,0252

4.3 Analisis Perhitungan

y
=

3
= 0,6

= 5 2 /m


1 = 1
1

3,5
= 0,8

= 4,375 2 /m


2 = 2
2

2,5
= 0,4

= 6,25 2 /m

4 2
=

4(3,14)2
= 5

= 7,888 m/ 2

(1 )2 +(2 )2
= 2
56

(5 4,375)2 + (5 6,25)2
=
2

(0,391 + 1,663)
=
2

= 0,977

= 0,988 s2/m

4.3.1 Perhitungan dengan ketidakpastian

2 2
= (2 . )

2(7,888) 2
= ( . 0,988)
2(5)

= 2,430

= 1,559 m/ 2

2 2
1 = (2 . )

2(7,888) 2
= (2(4,375) . 0,988)

= 3,179

= 1,783 m/ 2

2 2
2 = (2 . )

2(7,888) 2
= ( 2(6,25) . 0,988)
57

= 1,553

= 1,246 m/ 2

4.3.2 Ketidakpastian Mutlak

g =

= (7,888 1,559) m/ 2

1 = 1

= (7,888 1,783) m/ 2

2 = 2

= (7,888 1,246) m/ 2

4.3.3 Ketidakpastian relatif


100 %

1,559
= 7,888 100 % = 19,764%

1
100 %

1,783
= 7,888 100 % = 22,604 %

2

100 %
58

1,246
= 7,888 100 % = 15,796 %
59

4.4 Pembahasan

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Gravitasi adalah satu dari empat gaya
fundamental di alam semesta ini. Gaya gravitasi dibangkitkan dari massa suatu objek,
dan selalu menarik objek lain yang juga memiliki massa. Besarnya gaya ini
berbanding lurus dengan massa kedua objek, dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak kedua benda. Gaya gravitasi yang dihasilkan bumi jauh lebih besar, dan itulah
sebabnya mengapa gerak benda benda lebih dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi
daripada oleh tubuh kita. Gravitasi bersifat universal, artinya berlaku dimanapun di
alam semesta ini. Hukum gerak newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja
pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.

Gravitasi newton adalah gaya tarik menarik antara dua buah benda bermassa
m dan m gravitasi yang berasal dari sebuah apel yang jatuh dari pohon lalu ia
menyimpulkan bahwa apel yang jatuh dikarenakan karena adanya gaya tarik menarik
penemu hukum gravitasi ini bernama Isaac newton memberikan konstribusi dasar
untuk fisika kita menunjukkan bahwa gaya yang sama yang membuat sebuah apel
jatuh. Newton menyimpulkan bahwa tidak hanya bumi yang menarik apel maupun
bulan tetapi juga setiap benda yang didalam semesta menarik setiap benda lainnya
dengan kata lain bulan juga mendapatkan pengaruh yang sama seperti sebuah apel itu.
Bahkan sebuah apel itu juga dikarenakan gaya tarik yang bekerja antara buah apel
dengan bumi Isaac newton mempublikasikan hukum gravitasi yang berbunyi setiap
partikel dari bahan di alam sementara menarik setiap partikel dari bahan di alam
dengan gaya yang berbanding lurus dengan kuadrat jarak diantar partikel-partikel
tersebut dengan itulah newton menyimpulkan.

Hukum gravitasi newton banyak dimanfaatkan dala kehidupan sehari hari


misalnya pada hukum newton I contohnya penumpang akan serasa terdorong kedepan
60

saat mobil yang bergerak cepat di rem mendadak, pena yang berada di atas kertas sdia
meja akan tetap disana ketika kertas ditarik secara cepat, membangun jembatan
kereta, jalan layang, terowongan, bendungan dan jembatan kabel bentang panjang.
Pada hukum newton II contohnya bus yang melaju dijalan raya akan mendapatkan
percepatan yang sebanding dengan gaya dan berbanding terbalik massa bus tersebut
dan menggeser barang pada bidang miring. Pada hukum newton III contohnya saat
kita menekan papan tulis (aksi) maka papan tulis memberikan reaksi, bila aksi lebih
besar daripada reaksi dan saat kita mendorong mobil mogok.

Pada percobaan hukum gravitasi newton terdapat alat yang digunakan dengan
beberapa fungsi stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya
waktu yang diperlukan dalam tiap ayunan. Bandul adalah benda yang terikat pada
sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan prodik yang menjadi dasar kerja, juga
bisa diikat akan berfungsi untuk mengikat bandul (sebagai massa) meteran berfungsi
untuk mengukur sudut membuat sudut siku-siku dan juga dapat dipakai untuk
membuat lingkaran juga untuk membuat lingkaran juga untuk mengukur panjang tali
pada tiap percobaan. Busur berfungsi sebagai alat untuk mengukur sudut yang
digunakan atau yang dibutuhkan sebelum diberi simpangan pada bandul yang
digunakan dan dilepaskan statif berfungsi sebagai penyangga di tempat
menggantungkan bandul massa tali yang berfungsi untuk mengikat bandul pada statif
dan sebagai pengaruh untuk getaran yang terjadi kabel penghubung berfungsi sebagai
alat penghubung energi power supply berfungsi untuk sebagai pusat energy yang ada.

Beberapa faktor kesalahan yang terjadi selama praktikum yaitu pada saat
mengatur sudut simpangan bandul mengatur sudut simpangan bandul cukup sulit
karena busur memiliki skala yang kecil dan dibutuhkan penglihatan yang teliti. Selain
itu kesalahan yang terjadi adalah ketika mematikan stopwatch. Walau kelihatannya
sangat mudah sebenarnya memulai dan menghitung stopwatch bisa dibilang sulit
karena membutuhkan fokus yang sangat baik, ketidaktelitian praktikum dalam
mengukur panjang tali, tiang statif yang digunakan permukaannya tidak rata.
61

Ketidaktahuan praktikan dalam menggunakan alat yang akan dipakai pada praktikum
ini, pada saat bandul dilepaskan gerak tali tidak lurus.

Dari analisis perhitungan didapatkan hasil nilai sebesar 5. Untuk a sebesar


4,375 dan untuk a sebesar 6,25. Dari hasil perhitungan pula didapatkan nilai g
sebesar 7,888 dan nilai sebesar 0,988. Untuk perhitungan ketidakpatian
didapatkan hasil hasil perhitungan g yaitu sebesar 1,559. Didapatkan hasil
perhitungan g sebesar 1,783 dan untuk g yaitu sebesar 1,246. Untuk nilai
ketidakpastian relatif didapatkan nilai dari g/g 100% adalah 19,764% dan g/g
100% didapatkan 22,609% yang terakhir g/g 100% sebesar 15,769%.

Pada grafik dapat diketahui bahwa semakin besar nilai panjang tali pada
bandul maka semakin besar nilai periode rata-ratanya hal ini dilihat pada tali 0,5 m
periode rata-ratanya adalah 1,5 pada panjang tali 0,6 m periode rata-ratanya adalah
1,30 , pada panjang tali 0,7 m periode rata-rata dari lima percobaannya 1,50 , pada
panjang tali 0,8 m periode rata-rata dari lima percobaannya adalah 1,60 m dan yang
terakhir pada panjang tali 0,9 m periode rata-rata dari lima percobaan adalah 2,15
terbukti bahwa setiap panjang talinya maka rata-ratanya pun berbeda.
62

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan ini pada panjang tali 0,25 m didapatkan nilai T yaitu sebesar
0,004 sekon
2. Dari percobaan ini pada panjang tali 0,2 m didapatkan nilai t yaitu sebesar
0,13 sekon
3. Aplikasi hukum newton banyak sekali ditemukan dalam kehidupan sehari
hari misalnya pemakaian roda gila pada mesin mobil, membangun jembatan
kereta, jalan layang, terowongan, bendungan, dan masih banyak lagi
4. Dari perhitungan didapatkan hasil untuk g dan g dengan ketidakpastian relatif
yaitu g = 1,783 dan g = 1,246
5. Panjang tali berpengaruh terhadap besarnya periode semakin panjang tali
semakin lama atau besaran waktu yang digunakan dalam 10 getaran artinya
gerakan bolak balik bandul lambat
6. Simpangan berpengaruh terhadap periode, sebab semakin besar simpangan
sudut, maka semakin besar pula periode atau waktu yang dilakukan bandul
dalam satu getaran

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya, disarankan menggunakan sudut teta yang lebih


dari 10 dan kurang dari 15 agar data yang diambil lebih bervariasi tetapi tidak
menimbulkan gesekan udara.
63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , Mikrajuddin . 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Institut Teknologi


Bandung.

Artawa , Putu . 2013. Analisis Variatif Gravitasi Bumi di Berbagai Koordinat dengan
Ayunan Sederhana. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses pada
hari jumat, 03 November 2017. Pukul 08.22 WITA.

Asri , Nurul . 2013. Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet. Pontianak :
Universitas Tanjung Pura. Diakses pada hari jumat 03 November 2017 pukul
08.30 WITA.

Budi , Dr Esmar. 2013. Gelombang. Bandung : PT. Remaja Indonesia.

Derajat , Siti Zakiah Annasir. 2017. Pembelajaran Pokok Hukum Gravitasi di


Madrasah Berdasarkan Abdurrahman Al-khazani. Bandung : Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Jati. Diakses pada hari minggu 05 November
2017 pukul 01.31 WITA.

Giancoli , C. Dauglas. 2005. Physics Principles With Application 6th Edition. New
Jersey : Pearson Education Inc.

Renreng , Abdullah. 1984. Asas asas Ilmu Pengetahuan Alam. Ujung Pandang :
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri.

Rosyid , Muhammad Farchani. 2015. Fisika Dasar Jilid 1 : Mekanika. Yogyakarta :


Penerbit Periuk.

Sampurno , Joko . 2013. Visualisasi Efek Relavisistik Pada Gerak Planet. (Diakses di
Sampurno.ac.id. pada halaman 1-7. Pada tanggal 29 Oktober 2017. Pukul
19,30 WITA).

Sarojo , Ganijanti Aby. 2002. Mekanika. Jakarta : Salemba Teknika.


64

Soedojo , Peter. 2000. Mekanika Analitik. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Sutrisno . 1996. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.

Tung , Khoe Yao. 2005. Fisika Matematika. Yogyakarta : ANDI.


65

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari pegas banyak digunakan sebagai alat pembantu
untuk meredam goncangan maupun tumbukan terhadap suatu benda, seperti pegas
motor, mobil dan sebagainnya, beberapa benda mempunyai gerak, yang bergerak
tergantung dari gaya yang diberikan terhadap benda tersebut. salah satu benda yang
mengalami pergerakan apabila diberikan Gaya adalah pegas. Adapun senar gitar yang
dipetik menimbulkan bunyi yang merdu akibat getaran, karet mainan yang ditarik
sampai batas tertentu dan jika tarikannya dilepaskan, maka karet akan kembali seperti
semula. Sangat banyak contoh getaran dalam kehidupan sehari-hari
Pegas adalah benda elastis yang berupa baja atau besi yang digunakan untuk
menyimpan energi mekanis dan juga mempunyai tipe yaitu pegas konversi, pegas
konstan, pegas variabel dan pegas batang besi (torsion bar spring) dari beberapa tipe
pegas tersebut. Masing-masing tipe mempunyai fungsi yang berbeda-beda tergantung
pada penggunaan pegas itu sendiri. Salah satu cabang dari fisika yang mempelajari
mengenai getaran dan gelombang adalah Hukum Hooke, yaitu hokum yang
digunakan untuk mencari besaran konstanta pada pegas, dangan memperhitungkan
pengaruh dari gaya yang diberikan pada benda dan massa benda itu sendiri. Hooke
adalah ketentuan mengenai gaya dalam ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas
dan sebuah pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding
lurus dangan jarak pergerakan pegas dari posisi awalnya. Jika kita menarik ujung
pegas semenjak si ujung pegas yang lain terikat tetap, pegas yang lainnya tetap akan
bertambah panjang. Jika pegas kita lepaskan, maka pegas akan kembali keposisi
semula akibat gaya pemulih.
66

Oleh karena itu percobaan kali ini akan membahas dan akan menjelaskan cara-
cara maupun gaya-gaya yang dapat mempengaruhi pergerakan pegas Hukum Hooke
hanya berlaku pada benda elastis garak saja. Di dalam percobaan ini juga akan
membahas tentang batas elastisitas bahan, seperti pengaplikasikan pegas dan benda
lainnya kemudian pengaruh benda massa pada pertambahan panjang pegas dan selang
waktu pada saat bolak balik. Untuk mengetahui hubungan anatara gaya dangan
pertambahan panjang pegas dan menentukan nilai perubahan pegas apabila bahan
ditambahakan. Percobaan ini juga dilakukan agar kita bisa memahami tentang hukum
hooke. Cara kerja pegas, konsep Hukum Hooke dalam kehidupan.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui , 1 , 2 pada grafik konstanta pegas , nilai 1 , 2 pada
grafik grafitasi da persentase , 1 , 2 pada konstanta pegas.
2. Untuk menentukn nilai konstanta kekasuan pegas an gravitasi pada percobaa
hukum hooke.
3. Untuk membandingkan perubahan waktu () dari massa 0,05 kg, 0,1 kg,
0,15 kg , 0,2 kg , dan 0,25 kg pada percobaan hukum hooke.

1.3 Manfaat percobaan


1. Dapat mengetahui , 1, 2 pada grafik konstanta pegas , nilai 1 , 2 pada
grafik grafitasi da persentase , 1 , 2 pada konstanta pegas.
2. Dapat menentukn nilai konstanta kekasuan pegas an gravitasi pada percobaa
hukum hooke.
3. Dapat membandingkan perubahan waktu () dari massa 0,05 kg, 0,1 kg, 0,15
kg , 0,2 kg , dan 0,25 kg pada percobaan hukum hooke.
67

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah pegas direnggangkan tampak bahwa panjang pegas bertambah.


Namun, begitu dilepaskan pegas kembali ke panjang semula. sebaliknya jika pegas
diletakkan pada benda dan ditekan dari dua ujungnya maka panjang pegas berkurang.
Namun, begitu tekanan dihilangkan pegas akan kembali ke keadaan semula, dimana
pegas tidak diberi gaya yang berkerja padanya dihilangkan, disebut sifat elastis.
Namun, besar tekanan atau tarikan yang diberikan tidak boleh terlalu bebas jika pegas
ditarik cukup kuat atau jauh bisa terjadi setelah tarikan dihilangkan, panjang akhir
pegas lebih besar daripada panjang semula. Begitu pula jika pegas ditekan cukup
jauh, bisa terjadi panjang akhir pegas lebih kecil daripada panjang semula. Kondisi
ini terjadi karena pegas telah melampaui batas elastisitasnya (Abdullah, 2012).
Gaya pada benda yang bergerak di lantai ataupun beragam gaya yang menurut
perubah yang terlibat Gaya yang terkait gerak benda dilantai adalah gaya dorongan
atau tarikan gaya normal dan gaya gesekan antara benda dengan lantai. Adapun
peubah yang terlibat pada gaya bisa berupa : waktu, kecepatan ataupun posisi.
Selanjutnya dipaparkan pula gaya untuk menentukan perhitungan percepatan
kecepatan atau bahkan posisi berikutnya. Semakin besar gaya aksi maka semakin
besar pula gaya reaksi (Jti, 2013).
Sekarang mari kita terapkan apa yang telah kita pelajari pada pegas yang
teregang. Agar pegas tetap meregang melampaui batas awal sejarak X. harus
diterapkan gaya dengan besar F pada masing masing ujung pemanjang X tidak
terlalu besar, kita temukan bahwa F berbanding lurus dengan X
F = KX (2.1)
(Gaya yang dibutuhkan untuk meregsngksn pegas) dimana K adalah konstanta yang
disebut dengan konstanta gaya (force constant) atau konstanta pegas dari pegas.
Ditunjukan bahwa satuan K adalah gaya dibagi jarak, N/m dalam satuan SI dan lb/ft
68

dalam satuan Inggris. Sebuah mainan semacam mempunyai konstanta gaya


yang jauh lebih kaku seperti pada suspensi mobil ,K adalah 105 N/m. Hasil
pengamatan diamana pemanjangan berbanding lurus dengan gaya untuk pemanjangan
yang tidak terlalu besar dilakukan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 atau dikenal
dengan nama Hukum Hooke (Giancoli, 2014).
Benda apapun akan berubah bentuk karena berkerjanya gaya yang diberikan
padanya, jika gaya-gaya yang diberikan cukup besar maka benda akan patah atau
mengalami perubahan bentuk, yaitu bertambah panjang. Panjang. Jika perpanjangan
berubah, besar perpanjangan lebih kecil dibandingkan dengan panjanag benda.
Perbandingan ini dituliskan dalam persamaan :
F = -K .L (2.2)
Tanda minus pada pernyataan persamaan manyatakan arahnya gaya pemulih yang
berlawanan dangan pertambahan panjang (Sari, 2017).
Ketika sebuah objek bergetar atau beroslilasi bolak-balik pada lintasan yang
sama setiap asilasi memakan waktu yang sama, gerakan itu bersifat periodik. Bentuk
yang paling sederhana dari gerak periodik dipersentasikan oleh sebuah benda yang
berosilasi di ujung sebuah pegas. Karena banyak jenis gerak lain yang hampir
menyerupai sistem ini. Anggapan bahwa massa pegas dapat diabaikan dan bahwa
pegas itu dipasang horizontal. Setiap pegas memiliki panjang alamiah dimana pada
keadaan ini pegas tidak menyerahkan gaya pada massa m. Posisi massa dititik ini
disebut posisi keseimbangan (Giancoli, 2014).
Diketahui bahwa percepatan partikel bervariasi dengan waktu, dapat
digunakan Hukum kedua Newton untuk mempelajari gaya apa yang lurus bekerja
pada partikel untuk memberikan percepatan. Jika digabungkan dengan Hukum kedua
Newton ditemukan gerak harmonik sederhana
F = m.a = -(. 2 ) x (2.3)
Hasil ini pemulihan gaya yang sebanding dengan perpindahan, tetapi
berlawanan tanda merupakan hal yang lazim . itu adalah Hukum Hooke .
69

F = -k.x (2.4)
Untuk konstanta pegas adalah
K = . 2 (2.5)
(Bueche, 2006)
Sebuah benda akan mengalami perubahan ketika sebuah gaya diberikan
kepadanya. Salah satu bentuk perubahan tersebut adalah perubahan panjang. Sifat
benda dimana benda. tersebut akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang
bekerja pada benda itu dihilangkan disebut sifat elasitas benda. Glastisitas adalah
kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setela gaya yang bekerja
pada benda itu dihilangkan. Sifat elastis panjang suatu benda diketahui dari besar
konstanta elastitas panjang bahan yang biasa disebut Modulus Young. (Martini,
2009).
Jumlah perubahan panjang yang dialami sebuah benda bergantung, tak hanya
pada gaya yang diberikan pada benda tersebut, namun juga pada materialnya dan
pada dimensinya singkatnya, konstanta K pada persamaan dapat dituliskan sebagai
fungsi dari faktor-faktor ini. Jika menbandingkan beberapa rangkat yang terbuat dari
material sama namun dengan panjang dan luas penampang yang sama melintang
berbeda-beda. dapat diketahui bahwa untuk gaya eksternal yang sama besar, besar
regangan lagi-lagi diasumsikan kecil dibanding dengan panjang asli benda.
Berbanding lurus dengan panjang asli benda dan berbanding terbalik dengan luas
penampang melintangnya. Jelasnya, semakin panjang benda yang bersangkutan,
semakin lurus pula besar perubahan panjangnya untuk gaya yang yang sama besar
(Giancoli, 2014).
Misalkan pada sebuah benda memiliki panjang L.Jika benda tersebut ditarik
dengan gaya tertentu, maka panjang benda bertambah . Besar pertambahan
panjang tersebut berbanding lurus dengan panjang semula atau
= (2.6)
70

Hubungan ini menjadi alas an mengapa menambah panjang karet yang lebih
panjang lebih mudah dilakukan daripada menambah panjang karet yang lebih pendek.
Utuk mengganti kesebandingan diatas dengan tanda sama dengan yang diperkenalkan
sebuah konstanta (Abdullah, 2016).
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas besarnya
gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya. Hukum Hooke mengatajan hubungan antara gaya F
yang merenggangkan pegas dan pertambahan panjang (x) di daerah yang ada dalam
kelentingan pegas, yaitu
F = K. (2.7)
K adalah suatu tetapan prbandingan yang disebut dengan terapan pegas yang
berbeda. Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang . Satuan tetapan
pegas yang dalam SI atau Satuan Internasional yakni adalah M/m (Muchlas, 2013).
Benda apapun akan berubah bentuk karena bekerjanya gaya yang diberikan
kepadanya .Jika gaya-gaya yang diberikan cukup besar maka benda akan mengalami
fraktur (Giancoli, 2014).
Hooke merumuskan suatu hukum tentang gaya pegas yang dapat dinyatakan
sebagai berikut:Besarnya gaya yang di berikan pada pegas sebanding dengan
terapan pegas (K) dan perubahan panjangnya (x) Hukum Hooke dalam pegas dapat
dirumuskan sebagai berikut
F = -K. (2.8)
Dengan keterangan
F : Gaya tarik tau gaya tekan (N)
X : Perbahan panjang pada pegas (m)
K : Tetapan (konstanta) pegas (N/m)
(Giancoli, 2014).
71

Tanda negative (-) menunjukan arah gaya pegas berlawanan dengan gaya
tariknya. Jika hanya dilihat besar gaya pegasnya saja tanpa memperhatikan penyebab
nya , maka dapat dikatan sebagai :
F= K. (2.9)
Untuk susunan pararel yang terdiri atas n buah pegas berlaku :
= + 1 + 2 +3 + (2.10)
Untuk susuanan seri yang terdiri dari n pegas berlaku :
1 1 1 1 1
= + + + + (2.11)
5 1 2 3

(Kharida, 2009).
Terdapat beberapa hal dalam hukum Hooke tepatnya dalam gerak harmonik
sederhana dan pegas . Contohnya periode (T) .Periode suatu system yang bergetar
adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu getaran lengkap atau getaran
penuh . Waktu ini adalah waktu total untuk melakukan suatu getaran bolak-balik ,
Frekuensi (F) Adalah jumlah getaran yang dilakukan dalam selang waktu satu detik,
karena t adalah waktu untuk melakukan satu getaran , maka :
1
F = (2.12)

Suatu getaran per detik dinamakan satu Hertz (Hz). Dalam gerak harmonic
ada simpangan (perpindahan) dalam arah x atau y benda bergetar dalaj jarak benda
terhadap titik keseimbangannya , yakni titik pusat lintasab getaran simpangan
maksimum disebut amplitudo (A) . Adapun gaya pemulih (Restoring Force) dimana
agar getaran terajadi pada benda yang bergetar haruslah bekerja gaya pemulih, yaitu
dengan arah sedemikian rupa sehingga selalu mendorong atau menarik benda ke
kedudukanya keseimbangannya . Apabila ada benda yang terkait pada ujung pegas
direnggangkan , gaya pemulih menarik benda kembali ke dudukan keseimbangan nya
sedangkan dalam keadaan pegas tertekan gaya pemulih mendorong benda agar benda
tersebut dapat kembali ke titik keseimbangannya lagi . suatu system dikatakan
memenuhi Hukum Hooke jika gaya pemulih sebanding dengan besarnya simpangan .
Gerak Harmonik sederhana kerap kali disebut gerak sinus . Pegas (Spring) Hooke
72

adalah pegas yang memenuhi Hukum Hooke .Apabila pegas tersebut ditarik
(diperpanjang) sebanyak x , gaya pemulih yang dilakukan pegas (disebut gaya pegas)
adalah :
F = -K.X (2.13)
Disini k adalah suatu konstanta positif disebut tetapan pegas (spring constant).
Satuan k adalah N/m atau ib/ft .Hampir semua pegas memenuhi hukum Hooke.
Selama simpangan x tidak terlalu besar . catatan: kalau pegas ditekan, maka x adalah
negative.Adalah menguntungkan sekali jika Hukum Hooke ditulis sebungan dengan
gaya luar (Fluar) yakni gaya yang diperlukan agar pegas memanjang sebanyak x . F
luar ini adalah sama besar dangan gaya pemulih diatas namun berlawanan arah ,
maka:
Fluar = K.X (2.14)
(Beauche, 1989).
Untuk merenggangkan sebuah pegas, kita harus melakukan kerja. Kita
menerapkan gaya yang sama dengan berlawanan pada ujung pegas dan meringankan
gaya.Gaya tersebut secara bertahap (Young, 2002).
Ketika pegas awalannya ditegakan seampai jarak X=A dan kemudian objek
bermassa m itu dilepaskan diatas permukaan tanpa getaran/ gerakkan, pegas
membentuk gaya pada massa yang mempercepatnya ke posisi seimbang ,karena
massa memilikiinversia maka melewati posisi seimbang dengan laju yang cukup
tinggi. Pada waktu massa mencapai posisi seharusnya yang seimbang, gaya padanya
turun sampai nol (Young, 2002).
Untuk membahas gerak getaran, kita perlu mendesinisikan beberapa istilah.
Jarak X massa dari titik seimbang disebut amplitude (A), periode (T) didefinisikan
sebagi waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus lengkap. Akhirnya frekuensi (F)
adalah jumlah siklus yang lengkap per tiap detik. Dari definisi definisi tersebut di
atas, kita mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa diantara setiap frekuensi dengan
perirode ( F dan T) itu dapat membentuk suatu yang berbanding terbalik (Giancoli,
2001).
73

Banyak benda bergetar atau bersolasiasi sebuah benda di ujung pegas, Grpu
tL, roda penyeimbang jam tua, pendulum, senar atau piano. osilasi. bila sebuah
system diganggu dari posisi keseimbangan stabilnya. Karakteristiknya gerak secara
periodik, yaitu berulang-ulang. Banya contoh osilasi yang mudah dikenali, misalnya
perahu kecil yang yang berayun dari kiri ke kanan dan senar alat musik yang bergetar.
Contoh lainnya yang kurang akrab dengan kita adalah osilasi molekul udara dlam
gelombang bunyi dan osilasi alur listrik pada perangkat radio dan televise (Tipler,
1999).
Ketika sebuah getaran atau osilasi terulang senoliri, kedepan, kebelakang pada
lintasan yang sama, gerakan tersebut disebut periodic. Bentuk yang paling sederhana
dari gerak periodic dipresentasikan oleh sebuah benda yang paling sederhana
berosilasi diujung pegas. Karena banyak jenis lain yang menyerupai system ini, kita
akan membahas secara rinci. Kita anggap bahwa massa pegas dapat diabaikan, dan
bahwa pegas dipasang horizontal, seperti pada gambar (2.1), sedemikian sehingga
benda dengan massa m meluncur tanpa gesekan pada permukaan horizontal. Semua
pegas memiliki panjang alami dimana pada keadaan ini pegas tidak memberikan gaya
pada massa ini dan posisi dititik ini disebut posisi seimbang (Glancoli, 2014).
Jika massa dipindahkan apakah ke kiri yang menekan pegas, atau ke kanan
yang menarik pegas. Pegas memberikan gaya pada massa yang berkerja dalam arah
mengembalikan massa ke posisi seimbangnya. Oleh kerna itu gaya ini disebut dengan
gaya pemulih. Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan X
dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi seimbang (Giancoli, 2014).
Perhatikan bahwa posisi seimbang adalah pada x=0. Hukum Hooke selalu
akurat selama pegas tidak ditekan sampai kumparan-kumparannya bersentuhan, atau
direnggangakan sampai melebihi batas elastisitas. Tanda minus menandakan bahwa
gaya pemulih selalu mempunyai arah yang berlawanan denagan simpang x. Sebagai
contoh, jika memilih arah positif ke kanan, maka berarah positif ketika pegas
direnggang. Tetapi ,jika pegas ditekan, x negatif maka akan berarah negatif
(Abdullah, 2016).
74

Untuk merengangkan pegas sejauh x, kita harus memberikan gaya eksternal


pada pegas yang sama dengan F = K.X. Makin besar nilai k, makin besar gaya yang
dibutuhkan untuk merengangkan pegas sejauh jarak tertentu. Sehingga, makin kaku
pegas, makin besar konstanta k (Giancoli, 2014).
Periode osilator harmonik sederhan diperoleh dengan mensubtitusikan
persamaan (2.4) ke dalam persamaan :
F = m.a (2.15)
Sehingga menjadi
2
m 2 + = 0 (2.16)

Persamaan (2.16) merupakan persamaan diferesial asilator harmonic sementara


geraknya disebut gerak harmonik sederhana. Penyelesaian persamaan (2.16) adalah
2
=- x
2


( ) = (2.17)
0

(Abdullah, 1984).
Selanjutnya adalah membahas mengenai pemakain sifat lenting pada pegas.
Boleh dikata setiap kita membuka mata akan dapat melihatnya dimana-mana. Mulai
dari pegas ayuanan bayi, sistem pegas kendaraan, sistem pegas kendaraan, sistem
pegas kunci pintu rumah, sistem busur panah, bahkan pikulan ke semuannya bekerja
atas sifat kelentingan pegas. Akan tetapi yang akan kita tonjolkan adalah peranan
pegas sebagai alat pengukur timbang berat. Sekalipun timbangan macam itu sudah
jarang digunakan, akan tetapi disini sengaja hal itu sudah jarang digunakan, akan
tetapi disi sengaja hal itu dikemukakan untuk menunjukan perbedaan dasar antara
berat dengan massa. Dalam hubungan ini tinjaulah suatu massa yang belum
diketahui. Misalkan massa itu ditandai dengan huruf M. Sekarang kita timbang
dengan pegas yang memiliki tetapan k. Andaikan pegas itu setelah dibebani
mengalami pemanjangan sepanjang H akibat tarikan karena benda berat.
75

Gaya tarik yang dimiliki oleh pegas adalah persis sama besar dengan berat benda itu,
sehingga:
G = m.g = k.h (2.18)
(Abdullah, 1984).
Karena dalam pengukuran ini hanya H yang teramati maka hanya berat G
yang terukur. Haruslah diingat percepatan gravitasi bumi bukanlah tetapan. Dalam
hal ini kita tak dapat menentukan massa m sekaligus, karena pengukuran terhadap
percepatan gravitasi bumi tak dapat dilakukan secara serempak dengan pegas itu,
kecuali dilakukan pengukuran tersendiri. Tegasnya menimbang dengan pegas yang
diukur berat bukan massa. Selanjutnya, benda yang kita timbang dengan pegas itu
kita timbang kembali menggunakan neraca yang pegasnya berbentuk seperti neraca,
Seperti telah kita kemukakan sebelumnya, bahwa setiap benda seperti yang kita amati
menderita percepatan gravitasi terhadap bumi dengan percepatan yang sama tak
bergantung pada massanya sendiri. Dengan demikian, bila benda yang massanya
tiadak diketahui itu kita tempatkan pada sisi daun kiri neraca dan pada daun kanan
kita tempatkan batu neraca yang sesuai dan sudah diketahui massanya maka kedua
belah daun neraca akan setimbang (Abdullah, 1984).
Hal ini dapat dipahami, karena kedua neraca menderita gaya berat yang sama
yaitu sementara percepatan gravitasi bumi pada kedua belah daun neraca sama, maka
akibatnya haruslah massa kedua beban itu sama pula. Jadi, tegasnya menimbang
denga neraca yang terukur adalah massa bukan berat. (Abdullah, 1984).
Dari kedua contoh menimbang itu dapat disimpulkan bahwa sekalipun yang
ditimbang adalah benda yang sama, akan tetapi alat timbang yang berbeda asas
fisinya niscaya akan menghasilkan pengukuran yang berbeda pula. Contoh nyata
mengenai hal ini adalah pada pengukuran pada berat dan massa yang sama. Hal ini
sangat penting ditegaskan, justru percepatan gravitasi bumi di permukaan bumi dari
satu lintang ke lintang lainnya berbeda-beda, bahkan dapat berbeda-beda pada daerah
lintang yang sama (Abdullah, 1984).
76

Berikutnya kita tijauperumusan tenanga potensial pegas. Andaikan sebagai


akibat bekerjannya gaya 1 pegas mengalami perpindahan infinisial dx, maka usaha
yang diperlukan dalam prose situ adalah
u = F . dx ,-K.X.dx (2.19)
Dengan meingtegralkan kedua belah ruas sangkutan ini, didapatkan
u = = .
1
u = - 2 K 2 + C (2.20)

Misalkan pada saat awal x = 0 dan u = 0, maka c = 0. Jadi persamaan (2.20) dinyatan
kembali seabagai
1
u = - 2 K 2

(2.21)
Menurut persamaan (2.1) untuk mengubah usaha panjang pegas sejauh x, maka
haruslah dilakukan usaha sebesar k 2 . Bila pegas dilepaskan dari kedudukan
simpangannya itu, maka pada pegas terdapat pontesi (kemampuaan) untuk
membalikan pegas ke keadaan awalnnya, yaitu pada keadaan sebelum ada
simpangan. Ini berate dalam kedudukan pegas telah berubah panjangnya sejauh x,
pegas menyimpan tenaga potensial.
= (2.22)
Sehingga
1
= 2 K 2 (2.23)

Persamaan ini menyatakan besarnya tenaga potensial yang dimiliki pegas setelah
menyimpang sejauh x. Untuk memperoleh persamaan gerak pegas. Pernyataan
hukum Hooke dapat dimasukan dalam persamaan:
2
m= +KX=0
2

2
+2 x = 0 (2.24)
2

Dengan
77

`
(2.25)
=

Persamaan (2.24) ini melukiskan persamaan gerak pegas. Untuk mengetahui kelakuan
persamaan gerak (2.24), maka terlebih dahulu kita akan mencari penyelesaiannya.
Untuk menekan pegas sehingga memperoleh simpanan X = A, dengan A dinamakan
amplituda, mak tenaga total yang tersangkutan adalah
1
= = K 2 (2.26)
2

Yang dalam hal ini belum ada tenaga kinetik. Sekarang kalau pegas dilepaskan, maka
misalkan pada waktu mencapai simpangan X<A kecepatannya adalah V, menurut
hukum kekekan pada tenaga haruslah dipenui persamaan
1
= 2 K 2
1 1
= m 2 + 2 K 2 (2.27)
2

Jika V dieleminir dari persamaan (2.27), maka akan diperoleh



V=


V =() (2 2 ) (2.28)

Atau

2 + 2
= () dt (2.29)

Kalau kedua belah ruas besangkutan terakhir ini di integralkan, maka dapat diperoleh

2 + 2 = () = () t + c (2.30)

Cobalah dengan A sin = x, maka dx = A cos d, sehingga ruas kiri pada


persamaan (2.30) dapat ditulis sebagai
cos
2 + 2 2

= d (2.31)

=
78

=
Sehingga ternyata

= ( ) t + c (2.32)

(Abdullah, 1984).
Selain persamaan (2.32).kita pun dapat segera menunjukkan bahwa X = A cos
denag menurut persamaan (2.32). juga memenuhi penyelesaian. hal ini dapat
ditunjukkan dengan memasukkan ke dalam persamaan (2.30), dapat memilih tanda
akar yang negatif ini berarti:

X = Acos { t + c} (2.33)

Juga memenuhi sebagai penyelesain bahan lebih daripada itu, kombinasi antara
persamaan (2.33) dan persamaan (2.33) juga dapat menunjukkan bahwa itu
memenuhi sebagi penyelesain dalam teori persamaan diferensial. Bila suatu
persamaan memiliki dua atau lebih, juga termaksud persamaan ddeferensial linear
jadi kita dapat menulis penyelesain tersebut menjadi sebuah persamaan, sebagai

X = Asin { + } + Asin { + } (2.34)

(Abdullah, 1984).
79

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3. 1. Waktu dan Tempat


Praktikum fisika dasar I tentang hukum hooke dilaksankan padhari Rabu 8
Novembar 2017 Pukul 07.30 09.00 WITA. Praktikum dilaksanakn dilakasanakan di
gedung C lantai 3 labolatotium fisika Dasar Fakultan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitan Mulawarman , Samarinda . Kalimantan Timur .

3. 2. Alat dan Bahan


1. Pegas 1 buah
2. Beban 5 buah
3. Tiangstatif 1 buah
4. Meteran
5. Stopwatch

1. 3. Metodepercobaan
1. Diambilpegasdandigantungpadastatifkemudiandiukurpanjangpegasdenganmeng
gunakanmeteran.
2. Bebandigantungpadaujungbawahpegaslaludiukurkembalipanjangpegas.
3. Bebanditarikkearahbawahkemudiandilepaskandandibiarkanpegasbergantungsert
abergerakbolak-balik.
4. Dihitungwaktugerakpegassaatbergantungbolak-baliksebanyak 10 kali
denganmenggunakan stopwatch.
5. Diulangilagilangkah ke-3 dan ke-4 sampai 5 kali denganpenambahanbeban 50.
6. Dicatat data yang diperlukandanselanjutnyadihitung.
80

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 pada panjang pegas awal ( ) = 0.14 M

No M () t(s) t (s) () T(s) () 2 ( 2 ) 2 ( 2)


(kg)
1. 0.05 0.04 2 1.854 0.09678 0.1854 0.00968 0.0344 0.0036
2. 0.05 0.04 1.71 1.854 0.09678 0.1854 0.00968 0.0344 0.0036
3. 0.05 0.04 1.56 1.854 0.09678 0.1854 0.00968 0.0344 0.0036
4. 0.05 0.04 1.91 1.854 0.09678 0.1854 0.00968 0.0344 0.0036
5. 0.05 0.04 2.09 1.854 0.09678 0.1854 0.00968 0.0344 0.0036
1 0.1 0.08 2.37 2.416 0.12061 0.2416 0.01206 0.0584 0.0058
2. 0.1 0.08 2.78 2.416 0.12061 0.2416 0.01206 0.0584 0.0058
3. 0.1 0.08 2.22 2.416 0.12061 0.2416 0.01206 0.0584 0.0058
4. 0.1 0.08 2.59 2.416 0.12061 0.2416 0.01206 0.0584 0.0058
5. 0.1 0.08 2.12 2.416 0.12061 0.2416 0.01206 0.0584 0.0058
1 0.15 0.13 2.44 2.34 0.09365 0.234 0.00936 0.0548 0.0044
2. 0.15 0.13 2.19 2.34 0.09365 0.234 0.00936 0.0548 0.0044
3. 0.15 0.13 2.25 2.34 0.09365 0.234 0.00936 0.0548 0.0044
4. 0.15 0.13 2.16 2.34 0.09365 0.234 0.00936 0.0548 0.0044
5. 0.15 0.13 2.66 2.34 0.09365 0.234 0.00936 0.0548 0.0044
1. 0.2 0.17 2.72 2.592 0.05229 0.2592 0.00523 0.0672 0.0027
2. 0.2 0.17 2.62 2.592 0.05226 0.2592 0.00523 0.0672 0.0027
3. 0.2 0.17 2.56 2.592 0.05226 0.2592 0.00523 0.0672 0.0027
4. 0.2 0.17 2.41 2.592 0.05226 0.2592 0.00523 0.0672 0.0027
5. 0.2 0.17 2.65 2.592 0.05226 0.2592 0.00523 0.0672 0.0027
1. 0.25 0.22 2.88 3.038 0.14524 0.3038 0.01452 0.0923 0.0088
2. 0.25 0.22 2.81 3.038 0.14524 0.3038 0.01452 0.0923 0.0088
3. 0.25 0.22 2.84 3.038 0.14524 0.3038 0.01452 0.0923 0.0088
4. 0.25 0.22 3.07 3.038 0.14524 0.3038 0.01452 0.0923 0.0088
5. 0.25 0.22 3.59 3.038 0.14524 0.3038 0.01452 0.0923 0.0088
81

4.2 Grafik

4.2.1 Konstanta pegas


82
83

4.2.2 Gravitasi
84

4 . 3 Analisis Perhitungan

4 . 3 . 1 Perhitungan Tanpa KTP

4 . 3 . 1 . 1 Konstanta Pegas
0,14
== = 0,933
0,15

0,05
1 = = = 0,769
0,065

0,08
2 = = = 0,8
0,1

2 2
= 4 = 4 (3.14) = 42, 313 /
0.933

4.3.1.2
0,029
= = = 0,363
0,08

0,04
1 = = = 0,571
0,07

0,031
2 = = = 0,344
0,09

.
=

= 42,313 . 0,363

= 15, 3596

4 . 3 . 2 Perhitungan Dengan KTP

4 . 3 . 2 . 1 Konstanta pegas

( 1 )2 + ( 2 )2
=
2

(0,9330,769)2 + (0,9330,8)2
= 2

= 0,149 m/s
85

2

= ( . )

8 2
=( 1 . 0,149)

= 3,745 m/s
2
4
1 =( 2 . )
1

4(3,14)2 2
= ( (0,764)2 . 0,149)

= 9,947 N/M
2
4
2 =( 2
. )
1

4(3,14)2 2
= ( (0,08)2
. 0,149)

= 9,191 N/M
4 . 3 . 2 . 2 Gravitasi
( 1 )2 +( 2 )2
= 2

(0,3630,571)2 + (0,3630,344)2
= 2

= 0,148 m/s

= ( )2 + (
)2

=(0,363 0,571)2 + (42,313 0,148)2


= 6,408
1 = (1 1 )2 + ( )2

=(0,363 9,974)2 + (42,313 0,148)2


= 7,229
2 = (2 2 )2 + ( )2
86

=(0,363 9,191)2 + (42,313 , 148)2


= 7,096

4.3.3 Perhitungan Ketidak samaan Mutlak


4.3.3.1 Konstanta Pegas
K = k
= 42,313 3,375 kg/s
1 = k 1 1
= 42,313 9,947
2 = k 2 2
= 42,313 9,191
4.3.3.2 Gravitasi
g = g
= 15,3596 6,408
1 = g 1 1
= 15,3596 7,229
2 = g 2 2
= 15,3596 7,096
4 . 3 . 4 Perhitungan Dengan KTP Relatif
4 . 3 . 4 . 1 Konstanta Pegas
3,745
100 % = 100%
42,313

= 8,851 %
1 9,947
100 % = 100%
42,313

= 23,508 %
2 9,191
100 % = 100%
42,313
87

= 21,721 %
4 . 3 . 4 . 2 Gravitasi
6,408
100 % = 100%
15,3596

= 41,72 %
1 7,229
100 % = 100%
15,3596

= 47,07 %
2 7,096
100 % = 100%
15,3596

= 46,12 %
88

4.4 Pembahasan
Hukum Hooke adalah ketentuan menegenai gaya dalam ilmu fisika yang terjadi
karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Besarnya gaya hooke ini secara proposional
akan berbanding liris dengan jarik pergerakan pegas dari posisi normalnya. Hukum
Hooke barlaku hanya batas linear karakteristik bahan, di daerah ketika hanya pada
batas nilear karakteristik bahan, di daerah ketika pertambahan panjang pegas
sebanding dengan nesar gaya yang diterima pegas. Batas linear sebuah pegas
biasanya dipahami sebagai tanda keadaan ketika gaya yang diberikan akan
meyebabkan pegas memanjanghingga dua kali panjangan. Hukum Hooke
menyatakan bahwa besar berat benda atau gaya berbanding lurus dengan penambahan
gaya pegas. Secara sistematik Hukum Hooke memiliki hubungan antara besar gaya
yang bekerja dengan penambahan panjang pegas. Pegas ada yang disusun tunggal,
ada juga yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-
masing pertambahan panjang pegas.
Penerapan Hukum Hooke dalam kehidupan sehari-hari adalah pegas yang
digunakan pada mobil atau motor untuk mengurangi guncangan yang berlebihan
Hukum Hooke digunakan secara berlebihan. Hukum Hooke digunakan pula pada
spring bed dan tidur akan lebih nyenyak. Pegas juga digunakan pada pulpen sebagai
fungsi penutup pulpen supaya kita nulis tidak goyang-goyang.Contoh lain adalah
pada cabang olahraga bugle jumping dimana orang akan terjun dari tempat tinggi dan
orang tersebut akan kembali melompat dengan sangat tinggi karena tali karet yang
digunakan dan seterusnya akan seperti itu sampai kita sendiri yang ingin berhenti.
Faktor-faktor kelalahan dalam percobaan ini adalah ketidak tahuan praktikan
tentang materi yang akan dilakukan, ketidak tahuan peraktikan tentang alat-alat
percobaan yang akan digunakan, kesalahan tahapan pada saat melakukan percobaan,
kesalahan saat menarik menarik pegas, kesalahan saat mencatat waktu pada saat
mencatat waktu engan menggunakan stopwatch, kesalahan pada saat melepaskan
pegasnya. Dari kesalahan kesalahan yang telah disebutkan di atas diharapkan pada
saat percobaan selanjutnya tidak akan terulang kembali. Praktikan lebih menguasai
89

tentang materi yang akan di praktikumkan, fungsi alat-alat yang akan digunakan,
mempelajari apa yang akan dilakukan atau tahapan-tahapan apa saja yang akan
dilakukan mencatat waktu dengan menggunakan stopwatch dan saat melakukan atau
melepaskan pegas.
Didapatkan hasil perhitungan tanpa ketidakpastian didapatkan nilainya
sebesar 0,993 dengan x = 0,15 dan y nya sebesar 0,14 dan nilai a1 sebesar 0,769
dengan x = 0,065 dan y = 0,05 sedangkan a2 didapatkan nilai sebesar 0,8 dengan x =
0,1 dan y = 0,08 dan didapatkan nilai k adalah sebesar 42.313 N/M. Sedangkan nilai b
adalah 0,363 dengan x = 0,08 dan y = 0,029 dan nilai b1 adalah 0,571 dengan nilai x =
0,07 dany = 0,04 dan yang terakhir nilai b2 adalah 0,344 dengan x = 0,09 dan y =
0,031 dengan nilai g adalah 15,3596. Perhitungan dengan ketidak pastian didapatkan
nilai a sebesar 0,149 dan k sebesar 3,745 dan k1 adalah sebesar 9,947 dan yang
terakhir k2 sebesar 9,191 dan nilai dari ketidak pastian pada gravitasi adalah g1
sebesar 7,229 dan yang terakhir adalah nilai g2 sebesar 7,096. Perhitungan tanpa
ketidak pasti anrelatif adalah 8,851%, 23,508%, dan 21,721% pada pegas dan pada
gravitasi adalah sebesar 41,72%, 47,07% dan yang terakhir adalah 46,12%.
Hasil perhitungan gravik yang dilakukan saat melakukan percobaan adalah
perbandingan antara beban dan panjang pegas. Konstanta pegas dan perbandingan
antara beban dan priode oleh gravitasi dapat diketahui bahwa semakin berat beban
yang diberikan pada pegas maka semakin besar pula perubahan panjang pada pegas
danp ada gravitasi juga setiap nilai m pada gravitasi maka semakin naik juga nilainya.
Setiap m memiliki nilai yang berbeda-beda.
Fungsi dari alat-alat peraktikum kali ini, pegas berfungsi sebagai alat ukur
pertambahan panjang yang diberi beban tiang statif sebagai malat tempat meletakkan
pegas. Atau tempat pegas untuk menahan beban. Meteran atau penggaris sebagai alat
untuk mengukur panjang pegas awal maupun pegas setelah diberikan beban.
Stopwatch sebagai alat mengukur waktu yang dibutuhkan pegas untuk mencapai 10
kali getaran atau ayunan
90

BAB V

PENUTUP

5 1. Kesimpulan
1. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai dari = 3,649
kg/ 2 , 1 = 4,828 / 2 , 2 = 3,017 / 2 pada grafik konstanta pegas, nilai
dari = 1,136 kg/m, 1 = 1,124 kg/m, 2 = 0,987 kg/m pada grafik gravitasi,
nilai dari persentase = 25,93 % 1 = 14,72 % 2 = 37,93 % pada
konstanta pegas
2. Nilai konstanta kekakuan pegas tanpa ketidakpastian adalah 10,8 kg/ 2 dan
nilai dari gravitasinya adalah 12,27 kg/m
3. Perubahan periode () yang dihasilkan dari massa 0,5 kg, 0,1 kg, 0,15 kg, 0,2
kg, dan 0,25 kg secara berturut turut dengan 10 kali getaran adalah 0,90 s,
1,90 102 s, 2,01 102 s, 1,86 102 s, dan 5,21 102 s.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan Hukum Hook selanjutnya dapat menggunakan
massa beban yang lebih besar misalnya dengan menggunakan massa seberat 300
gram, 400 gram, 500 gram, 600 gram, 700 gram dan 800 gram untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat lagi.
91

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , Mikrajuddin . 2016 . Fisika Dasar 1 . Bandung : Institut Teknologi


Bandung
Beuche , fedrick J . 1989 . Teori teori Fisika Edisi ke Empat . Jakarta : Erlangga
Giancoli , duglas C . 2014 . Fisika Edisi ke Tujuh Jilid 1 . Jakarta : Erlangga
Jati , Bambang Murdeka Eka . 2013 . Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu ilmu
Ekstaksa, Teknik dan Kedokteran . Jakarta : ANDI
Martini , Dewi .2009 . Penentuan Modulus Young Kawat Besi dengan Percobaan
Regangan . Jakarta : Universitas Jakarta
92

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kehidupan sehari-hari kerap kali menjumpai zat-zat cair yang selalu ada
di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa ada beberapa cara yang
dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir lebih mudah daripada zat-zat yang
lainnya. Di dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalannya maka sering
dikaitkan dengan metode dari viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan
suatu keadaan atau fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat
cair yang terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair
sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase viskeus
sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya suatu bahan tidak
leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara bagian-bagiannya atau
diantara lapisan-lapisan dalam gerakan alirannya.
Kekentalan viskositas fluida merupakan ukuran kekentalan sebuah fluida
terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Kekentalan benda cair dapat ditentukan
dengan menggunakan viskositas benda yang dijatuhkan pada fluida.
Viskositas adalah gaya gesekan yang timbul akibat fluida yang bergerak atau
benda padat yang bergerak di dalam fluida.biasanya gesekan ini disebut juga sebagai
derajat kekentalan zat cair. Maka, semakin susah zat padat bergerak di dalam zat cair,
semakin besar pula nilai derajat kekentalan zat cair tersebut.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami dan mengenal apakah viskositas itu,
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas tersebut, hal apa saja yang
menyebabkan kecepatan suatu benda pada saat dimasukkan ke dalam suatu
fluidadapat berbeda maka kami lakukan percobaan dan merumuskan hasil dari
praktikum tersebut ke dalam laporan.
93

1.2 Tujuan Percobaan


1. ) pada oli dan minyak.
Untuk mengetahui nilai rata-rata kecepatan terminal (
2. Untuk mengetahui nilai massa jenis (b) pada oli dan minyak.
3. Untuk mengetahui nilai koefisien viskositas () pada oli dan minyak.
4. Utuk memahami suatu konsep viskositas.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
6. Untuk mengetahui pengaruh massa bola terhadap kecepatan bola yang
dijatuhkan ke dalam zat cair.

1.3 Manfaat Percobaan


1. ) pada oli dan minyak.
Dapat mengetahui nilai rata-rata kecepatan terminal (
2. Dapat mengetahui nilai massa jenis (b) pada oli dan minyak.
3. Dapat Untuk mengetahui nilai koefisien viskositas () pada oli dan minyak.
4. Dapat memahami suatu konsep viskositas.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
6. Dapat mengetahui pengaruh massa bola terhadap kecepatan bola yang
dijatuhkan ke dalam zat cair.
94

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fluida-fluida dalam dunia nyata memiliki gesekan internal dalan nilai tertentu,
yang disebut viskositas. Viskositas ada di dalam zat-zat cair maupun gas, dan pada
dasarnya merupakan gaya gesek diantara lapisan-lapisan yang bersebelahan di dalam
fluida, bilamana larutan-larutan tersebut saling berpapasan. Pada cairan, viskositas
diakibatkan oleh gaya-gaya kohesif listrik (yang bekerja) diantara molekul-molekul,
pada gas viskositas timbul akibat tumbukkan diantara molekul-molekul (Giancoli,
2014).
Viskositas dari bagian fluida dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas (huruf kecil Yunani, eta), yang didefinisikan sebagai berikut.
Selaput tipis fluida diletakkan diantara dua lempengan (pelat) yang rata. Salah satu
pelat dibiarkan diam sedangkan yang lainnya dibuat gerak. Bagian fluida yang
langsung bersentuhan dengan masing-masing pelat akan tertahan melekat pada
permukaan pelat oleh gaya adhesif diantara molekul-molekul fluida dan molekul-
molekul pelat. Sehingga, bagian atas fluida akan bergerak dengan kecepatan V yang
sama dengan kecepatan gerak pelat sebelah atas, sedangkan fluida bagian bawah yang
bersentuhan dengan pelat akan tetap diam. Lapisan fluida yang lambat ini akan
menghambat aliran lapisan berikutnya, dan seterusmya. Dengan demikian kecepatan
aliran (gerak) fluida akan beragam pula mulai dari 0 hingga V secara kontinu,
sebagaimana diperlihatkan. Kenaikan kecepaan dibagi dengan jarak dimana
perubahan kecepatan itu terjadi sama dengan V/l disebut gradient kecepatan. Untuk
menggerakkan pelat sebelah atas dibutuhkan gaya, yang dapat kita ketahui dengan
cara menggeser suatu lembaran material pada genangan cairan yang kental (mirip
sirup) di atas meja. Untuk fluida yang diberikan, telah diketahui bahwa gaya F yang
diperlukan adalah sebanding dengan luas (bidang) fluida yang bersentuhan dengan
masing-masing pelat, A dan dengan kecepatan pelat, V dan berbanding terbalik
dengan jarak pemisah l diantara kedua pelat. Untuk fluida yang berbeda-beda,
95

semakin kental (viscous) fluidanya semakin besar pula gaya yang diberikan.
Konstanta proposionalitas bagi persamaan didefinisikan sebagai koefisien viskositas
:

F=A (2.1)

Memecahkan persamaan diatas untuk , kita mendapatkan



= (2.2)

satuan SI untuk adalah N.s/m2 = Pa.s (Pascaal). Dalam sistem cgs, satuannya
dyne.s/cm2 yang dinamakan juga poise (p). viskositas biasanya dinyatakan dalam
sentipoise (1 cp = 10-2 p = 10-3 Pa.s) (Giancoli, 2014).
Fluida yang mengalir dengan mudah, seperti air atau minyak tanah memiliki
voskositas yang lebih kecil dsaripada cairan kental seperti madu dan oli motor.
Viskositas sebuah fluida sangat bergantung pada suhu, bertambah untuk gas dan
berkurang untuk cairan saat suhu meningkat. Tujuan utama perancang oli untuk
pelumas mesin adalah untuk mengurangi variasi suhu dan viskositas semakin
maksimal (Young, 2001).
Dari persamaan satuan viskositas adalah gaya dikali jarak, dibagi dengan luas
permukaan dikali waktu. Dalam satuan SI adalah:
1 N.m / ( m2 . (m/s)) = 1 N.s/m2 = 1 Pa.s (2.3)
Satuan cgs yang setara dengan 1 dyn.s/cm2 adalah satu-satunya satuan viskositas
yang umum digunakan: disebut poise, untuk menghormati ilmuan Peracncis Jean
Louis Marie Poiseuille:
1 Poise = 1 dyn.s/cm2 = 10-1 N/s.m2 (2.4)
Sentipoise dan mikropoise juga sering digunakan. Viskositas air adalah 1,79
sentipoise pada 00C dan 0,28 sentipoise pada 1000C. viskositas minyak pelumas
umumnya 1 sampai 10 poise dan viskositas usaha 200C adalah 181 mikropoise
(Young, 2002).
Untuk fluida Newtonian, viskos tidak bergantung pada laju V, dan dari
persamaan gaya F berbanding lurus dengan laju. Fluida yang tegang atau menyebar
96

pada umumnya bukan Newtonian dalam sikap viskosnya. Salah satu contoh adalah
darah, yang merupakan suspensi sel darah dalam cairan. Saat laju regangan
bertambah sel darah berubah bentuk dan menyesuaikan diri dengan istimewa untuk
memudahkan berkurang. Fluida yang melumasi sendi-sendi manuver pun
memperlihatkan perilaku yang sama (Young, 2002).
Viskositas (kekentalan fluida menggambarkan ketahanan fisdas flida dengan
geser. Dalam modum malam fluida Newtonian gaya viskos sebanding dengan laju
renggangan. Bila fluida mengalir dalam sebuah pipa silinder yang berjari-jari R
dengan panjang L, laju volume total diberikan oleh persamaan Poiseuille:
4 1 2 (2.5)
= ( )( )
8
Dimana P1 dan P2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa dan adalah viskositas
(Young, 2002).
Hubungan yang lebih berguna pada aliran fluida viskos adalah pernytaan
untuk gaya F yang diberikan pada bola berjari-jari r yang bergerak dengan kecepatan
v melalui fluida dengan viskositan . Ketika aliran lominer, hubungannya sederhana:
= . . . . (2.6)
(Young, 2002).
Hukum stokes bisa pula digunakan untuk menentukan koefisien viskositas
fluida. Benda yang bergerak dalam fluida mendapat gesekan yang arahnya
berlawanan dengan gerak benda. Besarnya gaya gesekan tergantung pada kecepatan
relatif benda terhadap fluida serta bentuk benda (Abdullah, 2016).
Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula benda
bergerak turun dengan kecepatan yang makin besar akibat adanya percepatan
gravitasi. Pada suatu saat kecepatan benda tidak berubah lagi. kecepatan ini
dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada benda selama bergerak jatuh
adalah gaya berat ke bawah, gaya angkat Archimedes ke atas dan gaya stokes yang
melawan arah gerak (ke atas pula). Saat terdapat kecepatan terminal, ketiga gaya
97

tersebut seimbang. Berdasarkan kecepatan terminal bola maka kita dapat menentukan
viskositas fluida. Besar gaya berat benda:
4 (2.7)
= . = . ( 3 )
3
(Abdullah, 2016).
Satuan viskositas fluida dalam bentuk cgs adalah dyne det cm-2 yang biasa
disebut istilah Poise dimana 1 poise sama dengan dyne det cm-2. Viskositas
dipengaruhi oleh suhu. Apabila suhu naik maka viskositas menjadi turun atau
sebaliknya (Budianto, 2008).
Dengan mengukur kecepatan akhir bola yang radius dan rapat massa telah
diketahui, maka viskositas pada fluida dapat ditentukan. Untuk memperoleh nilai
viskositas fluida, persamaan diubah ke dalam bentuk
.2. 2 .( )
= (2.8)

(Budianto, 2008).
Sifat cairan sebagian besar ditentukan oleh resistensinya untuk mengalir, yang
dinamakan viskositas. Suatu fluida berviskositas rendah mengalir dengan mudah dan
membuang sedikit energi, tetapi menaikan rugi-rugi bocoran. Suatu fluida kental
dapat menyekat dengan baik, tetapi fluida tipe ini cukup seret dan menyebabkan rugi
energi sistem. Fluida hidrolik merupakan suatu medium yang berada di antara
ekstrim-ekstrim ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas
(Rosita, 2014).
Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ketiga gaya memenuhi
persamaan:
= + (2.9)
4 3 4 (2.10)
( ) = ( 3 ) + 6
3 3
4 3 (2.11)
( ) = 6
3
Atau
98

(2.12)
= .
2 2
(Abdullah, 2016).
Viskositas adalah kemampuan zat cairan untuk menahan geseran atau
peluncuran dari tempatnya. Ini menunjukkan dalam kenyataan dimana zat cair yang
viscous mengalir sepanjang dinding padat, maka kecepatannya akan berkurang bisa
zat cair makin dekat dengan dinding. Jika ditinjau fluida yang mengalir ke dalam pipa
bahwa pada y = 0 maka v = 0 menurut Newton besaran tegangan gesekan karena
kekentala fluida ini adalah:
(2.13)
. ( )
2
Dimana adalah viskositas dinamis
. (2.14)
=
2
Dengan dv adalah perubaha kecepatan sebagai akibat dari perubahan sebagai akibat
dari perubahan dy maka untuk luasan yang dilewati fluida sebagai s (m2) besarannya
gaya gesek karena fluida adalah
(2.15)
= . = . .

Atau
(2.16)
. ()
() = ( ). . (2 )
2
Dengan membalik persoalannya dimana fluidanya dianggap diam sementara pipanya
berjalan, maka perumusan gaya gesekan fluida ini dapat dipakai dalam menghitung
gaya gesek antara body kapal terhadap air laut dan dapat pula dipakai untuk
menghitung gaya gesek antara body pesawat terbang terhadap udara serta mesin-
mesin fluida yang lain seperti pompa dan lain-lainnya (Suharto, 1991).
Untuk menghitung gaya gesekan kapal misalnya, rumus tersebut berbentuk:
99

(2.17)
= .

dimana s adalah luasan lambing kapal yang kontak dengan air (m2) dan h adalah
separuh dari lebar rata-rata kapal dihitung sampai garis air tampak depan (m)
(Suharto, 1991).
Oleh sebab itu, viskositas fluida ini justru yang paling perlu untuk dipelajari
di dalam ilmu teknik. Perlu diketahui bahwa viskositas dinamis ini mempunyai
hubungan sebagaimana ditulis dengan bentuk (hubungan antara viskositas dengan
suhu).
= ( ) (2.18)
Dan juga
= .
. . 2 (2.19)
( )== ( ) . ( )
2 2
Dimana v adalah viskositas kinematika fluida. Satuan viskositas kinematis adalah
stoke, dimana:
2
1 = 1 (2.20)

Sehingga
2
1 = 104 (2.21)

(Suharto, 1991).
Viskositas atau kekentalan dianggap sebagai gerakan di bagian dalam suatu
fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan kedalam fluida kental misalnya
kelereng bergerak dengan kecepatan kosntan (bergerak lurus beraturan) ini berarti
bahwa disamping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang
bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan
oleh kekentalan fluida (Rosita, 2014).
Setiap zat cair memiliki kekentalan atau viskositas yang berbeda-beda. Hal ini
bergantung pada konsentrasi dari zat cair atau fluida tersebur. Viskositas suatu fluida
100

juga dipengaruhi oleh suhu. Unsur gas memiliki nilai viskositas yang mudah berubah
terhadap perubahan suhu. Pada umumnya, zat cair akan mengalami pengurangan
viskositas. Hal ini berkaitan dengan struktur molekul dalam cairan tersebut (Rosita,
2014).
Sifat cairan sebagian besar ditentukan oleh resistensinya untuk mengalir.
Suatu fluida berviskositas rendah mengalir dengan mudah dan membuang sedikit
energy, tetapi menaikkan rugi-rugi kebocoran suatu fluida kental menyekat dengan
baik. Tetapi fluida tipe ini cukup seret dan menyebabkan kerugian energy dan teknan
sekitar sistem. Fluida hidrolik haruslah merupakan suatu medium yang berada antara
ekstrim-ekstrim ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas
(Rosita, 2014).
Adanya zat makro molekul akan menaikkan viskositas larutan bahkan
konsentrasi rendah pun efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran
fluida pada jarak jauh. Pada konsentrasi rendah, viskositas larutan berhubungan
dengan viskositas pelarut murni. Viskositas diukur dengan beberapa cara dalam
Viskositas Ostwald. Waktu yang dibutuhkan dalam oleh larutan untuk melewati
pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar (Rosita, 2014).
Aliran cairan dapat dikelompokkan dalam dua tipe yang pertama adalah aliran
laminar atau aliran kental yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil
melalui sebuah pipa dengan garis tangan kecil, aturan yang lain adalah aliran turbulen
yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih
besar (Rosita, 2014).
Viskositas atau kekentalan zat cair merupakan suatu gaya gesek antara
molekul-molekul penyusun suatu cairan pada zat cair. Viskositas atau kekentalan
menyebabkan gaya tarik menarik antara molekul sejenis disebabkan adanya gaya
kohesi (Gusrita, 2014).
(mu) adalah koefisien viskositas dinamis atau koefisien viskositas
molekular aliran viskositas dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh dan
101

viskositas pada aliran kecil dengan demikian diabaikan cairan kemudian dinyatakan
sebagai titik kental atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol tetapi kalau istilah
aliran viskositas dipakai ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan lagi (Dugdale,
1979)
Kecepatan dalam aliran viskos hukum dasarnya adalah bahwa kecepatan
fluida pada tepi batas harus sama dengan kecepatan dan tepi batas itu. Seperti yang
benar adanya karena suatu tegangan geseran tak hingga (Dugdale, 1979).
Tegangan geser telah diketahui benar bahwa cairan yang tak bergerak tidak
memiliki tegangan geser karena dalam keseluruhan mereka berubah bentuk untuk
mengisi tempatnya bagaimanapun juga bentuknya (Dugdale, 1979).
Fluida sendiri adalah zat cair yang berubah bentuk secara kontinu (terus-
menerus) bila terkena tegangan geser (shear, stress) betapapun kecilnya tegangan
geser itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan dan gaya
ini dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegngan geser rata-rata. Pada
permukaa itu tegangan geseran pada suatu titik adalah nilai batas perbandingan gaya
geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut (Streeter,
1985).
Laju pola aliran untuk aliran laminar fluida viskositas dalam pipa silinder
yang panjang kecepatan terbesarnya adalah sepanjang sumbu dan menjadi nol pada
dinding pipa. Gerakan ini adalah menyerupai gerakan sejumlah tabung konsentrik
dengan tabung yang berada di pusat bergerak paling cepat, sementara tabung paling
luar diam (Young, 2002).
Fluida adalah zat cair yang dapat mengalir (zalir), yang dapat berupa gas
ataupun zat cair. Salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap zalir (fluida) adalah
viskositas. Viskositas merupakan sifat fluida yang menghambat fluida tersebut saat
mengalir. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan kekentalan. Fluida yang
lebih kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa daripada fluida yang
kurang kental (Tipler, 1998).
102

Sifat viskos ini sangat diperhatikan dalam perihal yang melibatkan aliran
fluida maupu minyak pelumas mesin. Pelumas mesin berviskositas tinggi lebih baik
digunakan daripada yang bernilai rendah. Tetapi jika terlalu tinggi viskositasnya
justru akan menghambat gerakan mesin tersebut (Tipler, 1998).
Masing-masing zat alir mempunyai watak yang berbeda satu dari yang lain.
Udara dapat ditekan sehingga menempati ruang yang lebih sempit, tetapi air tidak
dapat diperlakukan dengan cara serupa. Cobalah memutar ember yang memuat oli
dengan sumbu ember (vertikal) sebagai sumbu putar. Perhatikan bagian oli yang
berada dekat dengan dinding ember. Anda akan melihat bahwa oli pada bagian itu
mengikuti gerak dinding ember. Sehingga kecepatannya sama dengan kecepatan
dinding ember, meskipun semakin ke tengah semakin rendah kecepatan oli itu.
Lakukan hal serupa untuk air. Anda akan melihat bahwa air tetap diam meskipun
ember yang memuatnya diputar secepat mungkin (Rosyid, 2015)
Sifat pertama adalah ketermampatan, yaitu kemampuan fluida untuk
mengalami perubahan volume ketika ditekan (dimampatkan). Hampir semua zat cair
tidak dapat dimampatkan. Gas pun dalam keadaan tertentu dapat dianggap tidak
termampatkan, semisal saja dengan mengatur alirannya sedemikian rupa sehingga
perubahan tekanan pada setiap titiknya tidak terlalu besar (Rosyid, 2015).
Debit airan adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya. Debit aliran
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing-masing pipa. Banyak
kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi fluida sebagai contoh aliran
dapat digolongkan sebagai aliran steady dan unsteady, satu, dua, atau tiga dimensi,
seragam atau tidak seragam, laminer atau turbulen dan dapat mampat atau tidak dapat
mampat. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik, transonik, supersonik atau
hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir di saluran terbuka ada yang sub kritis,
kritis atau super kritis (Priyanto, 2010).
Namun secara garis besar dapat dibedakan atau dikelompokkan jenis aliran
adalah sebagai berikut; aliran tunak ( steady ) : Suatu aliran dimana kecepatannya
tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga kecepatan konstan pada setiap titik
103

( tidak mempunyai kecepatan ). Aliran seragam ( uniform ) : Suatu aliran yang tidak
terjadi perubahan baik besaran maupun arah, dengan kata lain tidak terjadi perubahan
kecepatan dan penampang lintasan. Aliran tidak tunak ( unsteady ) : Suatu aliran
dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Aliran tidak seragam (
nonuniform ) : Suatu aliran yang dalam kondisi berubah baik kecepatan maupun
penampang berubah (Priyanto, 2010).
Kekentalan atau viskositas pada zat cair terjadi karena adanya gaya kohesi
sedang pada zat gas viskositas terjadi karena adanya tumbukan antara molekul.
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Fluida yang lebih cair akan lebih mudah mengalir. Kecepatan
aliran berbeda karena adanya perbedaan viskositas. Besarnya viskositas dinyatakan
dengan suatu bilangan yang menyatakan kekentalan suatu zat cair. Viskositas yang
dimiliki setiap fluida berbeda dan dinyatakan setiap kuantitatif dan oleh koefisien
viskositas Apabila zat cair tidak kental maka koefisien viskositasnya sama dengan 0
sedangkan pada zat cair kental bagian menempel dinding mempunyai kecepatan yang
sama dengan dinding. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur viskositas
adalah viscometer (Ningrum, 1981).

Ada tiga cara untuk menentukan yaitu : dengan viskometer torsi. Rumus R = A.
dv/dy dipakai pada silinder konsentrasi. Dengan pengukuran penurunan tekanan
dalam aliran pipa. Dengan hukum Stokes untuk bola jatuh (Dugdale, 1981).
Pembahasan tentang fluida dibagi dalam dua bagian besar : Pertama,
hidrostatika yaitu pembahasan mekanika fluida dalam keadaan diam ( statik ), dan
kedua hidrodinamika adalah pembahasan mengenai mekanika ketika fluida bergerak,
yang pada umumnya dengan asumsi aliran fluida adalah lunak ( mengalir tenang )
dalam bahasa aslinya sering disebut dengan istilah steady-stated yang masih ada
kaitannya dengan fluida (Dugdale, 1981)
104

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar I tentang Koefisien Viskositas dilaksanakan pada
hari Senin, 13 November 2017, pukul 16.00 18.00 WITA, bertempat di
Laboraturium Fisika Dasar gedung C lantai 3. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tabung silinder yang berisi fluida.
2. Bola-bola kecil
3. Micrometer sekrup
4. Neraca analitis
5. Sendok saringan
6. Stopwatch
7. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Minyak
2. Oli
3. Tisu

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Percobaan oli
1.Disiapkan alat dan bahan.
2.Ditimbang gelas ukur yang kosong dan dihitung massanya.
3.Ditimbang oli dan dihitung massanya.
105

4.Dicatat hasil pengukuran massa.


5.Diukur diameter bola kecil menggunakan micrometer sekrup sebanyak 10
kali.
6.Dicatat hasil pengukuran diameter bola kecil.
7.Dicelupkan bola kecil dengan kedalamam berbeda-beda dari permukaan
fluida.
8.Dihitung dan diukur ketinggian bola kecil dari dasar fluida ketika berada
pada keadaan konstan.
9.Dicatat hasil pengukuran.
10. Ditimbang massa bola kecil.
11. Dicatat hasil pengukuran massa bola kecil.
3.3.2 Percobaan minyak
1.Disiapkan alat dan bahan.
2.Ditimbang gelas ukur yang kosong dan dihitung massanya.
3.Ditimbang oli dan dihitung massanya.
4.Dicatat hasil pengukuran massa.
5.Diukur diameter bola kecil menggunakan micrometer sekrup sebanyak 10
kali.
6.Dicatat hasil pengukuran diameter bola kecil.
7.Dicelupkan bola kecil dengan kedalamam berbeda-beda dari permukaan
fluida.
8.Dihitung dan diukur ketinggian bola kecil dari dasar fluida ketika berada
pada keadaan konstan.
9.Dicatat hasil pengukuran.
10. Ditimbang massa bola kecil.
11. Dicatat hasil pengukuran massa bola kecil.
106

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Tabel pengamatan oli
No. d(m) D2(m2) Mb (Kg) X (m) T (s) Vt (m/s)
1. 0,025 6,25 x 10-4 0,0101 0,199 0,66 0,302
2. 0,02525 6,38 x 10-4 0,0101 0,265 1,06 0,25
3. 0,02727 7,43 x 10-4 0,01011 0,232 0,94 0,274
4. 0,027 7,29 x 10-4 0,01011 0,2 0,85 0,235
5. 0,02665 7,10 x 10-4 0,0101 0,232 0,68 0,341
6. 0,0273 7,45 x 10-4 0,0101 0,2 0,56 0,357
7. 0,0256 6,55 x 10-4 0,0101 0,265 0,78 0,340
8. 0,0274 7,51 x 10-4 0,0101 0,23 0,72 0,319
9. 0,02545 6,48 x 10-4 0,0101 0,23 0,78 0,295
10. 0,02625 6,89 x 10-4 0,0101 0,23 0,74 0,311
Rata- 0,0263 6,93 x 10-4 0,010102 0,2283 0,777 0,2997
rata

4.1.2 Tabel densitas oli


No. Vt (l) Mf (Kg)
1. 0,1 0,067
2 0,15 0,110
3 0,2 0,155
4 0,25 0,196
5 0,3 0,246
Rata-rata 0,2 0,1548
107

4.1.3 Tabel pengamatan minyak


No. d(m) D2(m2) Mb(Kg) X (m) T (s) Vt (m/s)
1. 0,025 6,25 x 10-4 0,0101 0,201 1,07 0,188
2. 0,02525 6,38 x 10-4 0,0101 0,171 0,78 0,219
3. 0,02727 7,43 x 10-4 0,01011 0,276 0,84 0,329
4. 0,027 7,29 x 10-4 0,01011 0,205 0,62 0,331
5. 0,02665 7,10 x 10-4 0,0101 0,245 0,79 0,310
6. 0,0273 7,45 x 10-4 0,0101 0,171 0,66 0,259
7. 0,0256 6,55 x 10-4 0,0101 0,241 0,88 0,274
8. 0,0274 7,51 x 10-4 0,0101 0,205 0,94 0,218
9. 0,02545 6,48 x 10-4 0,0101 0,205 0,63 0,325
10. 0,02625 6,89 x 10-4 0,0101 0,241 0,85 0,284
Rata- 0,0263 6,93 x 10-4 0,010102 0,2161 0,806 0,2737
rata

4.1.4 Tabel densitas minyak


No. Vt (l) Mf (Kg)
1. 0,1 0,087
2 0,15 0,137
3 0,2 0,177
4 0,25 0,220
5 0,3 0,266
Rata-rata 0,2 0,0887
108

4.2 Grafik
4.2.1 Grafik Densitas Oli
109

4.2.2 Grafik Densitas Minyak


110

4.3 Analisis Perhitungan


4.3.1 Perhitungan oli
4.3.1.1 Kecepatan Terminal
10
1
=
10
=1

1 0,199 + 0,265 + 0,232 + 0,2 + 0,232 + 0,2 + 0,263


= ( )
10 +0,23 + 0,23 + 0,23
=0,2283 m

10 (1 )2
= =1
10(10 1)

(0,1990,2203)2 +(0,2650,2203)2 +(0,2320,2203)2 +(0,20,2203)2


+(0,2320,2203)2 +(0,20,2203)2 +(0,2630,2203)2 +(0,230,2203)2 +
(0,230,2203)2 +(0,230,2203)2
= 90

= 0,00759 m
=
= 0,2283 0,00759 m
10
1
=
10
=1

1 0,66 + 1,06 + 0,94 + 0,85 + 0,68 + 0,56 + 0,78


= 10 ( )
+0,72 + 0,78 + 0,74
= 0,777 s

10 2
=1(1 )
=
10(10 1)

(0,660,777)2 +(1,060,777)2 +(0,940,777)2 +(0,850,777)2


+(0,680,777)2 +(0,560,777)2 +(0,780,777)2 +(0,720,777)2 +
(0,780,777)2 +(0,740,777)2
= 90

= 0,0456 s
=
111

= 0,777 0,0456 s

=

0,2203
= 0,777

=0,3 m/s

1 2
= ()2 + . ()2
2

1 0,22032
= (0,013182)2 + . (0,0456)2
0,777 0,7772

= 0,0198 m/s
=
= 0,3 0,0198 m/s
4.3.1.2 Massa jenis benda
10
1
=
10
=1

1 0,025 + 0,02525 + 0,02727 + 0,027 + 0,02665 + 0,0273


= ( )
10 + + 0,0256 + 0,0274 + 0,02545 + 0,02625
= 0,0263 m

10 (1 )2
= =1
10(10 1)

(0,0250,0263)2 +(0,025250,0263)2 +(0,027270,0263)2 +(0,0270,0263)2


+(0,026650,0263)2 +(0,02730,0263)2 +(0,02560,0263)2 +(0,02740,0263)2 +
(0,025450,0263)2 +(0,026250,0263)2
= 90

= 0,000294 m
=
= 0,0263 0,000294 m
112

10
1

=
10
=1
1 0,0101 + 0,0101 + 0,01011 + 0,01011 + 0,0101 + 0,0101
= ( )
10 +0,0101 + 0,0101 + 0,0101 + 0,0101
= 0,010102 kg

10 2
=1(1 )
=
10(10 1)

(0,01010,010102)2 +(0,01010,010102)2 +(0,010110,010102)2 +


(0,010110,010102)2 +(0,01010,010102)2 +(0,01010,010102)2 +
(0,01010,010102)2 +(0,01010,010102)2 +(0,01010,010102)2 +
(0,01010,010102)2
= 90

= 1,33 x 10-6 kg
=

= 0,010102 1,33 x 106 kg
6.
=
. 2
6. (0,010102)
=
10. (0,0263)2
= 8,763 kg

6 9. ( )2
= ( )2 +
. 2 2

6 6 )2 +
9. (0,010102)2
= ( 1,33 x 10
10. (0,0263)2 (0,0263)2

= 27,719 kg
113

4.3.1.3 Massa jenis fluida


5
1
=

5
=1
1
= (0,067 + 0,11 + 0,155 + 0,196 + 0,246)
5
= 0,1548 kg

5=1(1 )
2
=
5(5 1)

(0,067 0,1548)2 + (0,11 0,1548)2 + (0,155 0,1548)2 +


(0,196 0,1548)2 + (0,246 0,1548)2
=
20

= 0,0314 kg
=

= 0,1548 0,0314 kg
5
1
=
5
=1

1
= (0,1 + 0,15 + 0,2 + 0,25 + 0,3)
5
= 0,2
1
= skala terkecil dari tabung
4
1
= 4 0,05

= 0,0125


=


0,1548
=
0,2
= 0,774 kgm3
114

1
=

1
=
0,2
= 5 kgm3
=
= 0,774 5 kgm3
4.3.1.4 Koefisien viskositas
2 .
= ( )
18.
(0,0263)2 . 10
= (8,763 0,774)
18. (0,3)
= 0,0102 N.s/m2

2 . 2 4. ( )2
= ( )2 + ( )2 + ( ) + ( 2 )
18.

(27,719)2 + (5)2 + (8,763 0,774)2


(0,0263)2 . 10
= 4. (0,000294)2
18. (0,3) +( )
(0,0236)2

= 0,0361 N. s/m3
=
=
0,0102 0,0361 N. s/m3
4.3.2 Perhitungan Minyak
4.3.2.1 Kecepatan terminal
10
1
=
10
=1

1 0,201 + 0,171 + 0,276 + 0,205 + 0,245 + 0,171 + 0,241


= 10 ( )
+0,205 + 0,205 + 0,241
=0,2161 m
115

10 2
=1(1 )
=
10(10 1)

(0,2010,2161)2 +(0,1710,2161)2 +(0,2760,2161)2 +(0,2050,2161)2


+(0,2450,2161)2 +(0,1710,2161)2 +(0,2410,2161)2 +(0,2050,2161)2 +
(0,2050,2161)2 +(0,2410,2161)2
= 90

= 0,01071 m
=
= 0,2161 0,01071 m
10
1
=
10
=1
1 1,07 + 0,78 + 0,84 + 0,62 + 0,79 + 0,66 + 0,88
= 10 ( )
+0,94 + 0,63 + 0,85
= 0,806 s

10 2
=1(1 )
=
10(10 1)

(1,070,806 )2 +(0,780,806 )2 +(0,840,806 )2 +(0,620,806 )2


+(0,790,806 )2 +(0,660,806 )2 +(0,880,806 )2 +(0,940,806 )2 +
(0,630,806 )2 +(0,850,806 )2
= 90

= 0,0452 s
=
= 0,806 0,0452 s

=

0,2161
= 0,806

=0,27 m/s

1 2
= ()2 + . ()2
2
116

1 0,21612
= (0,01071)2 + . (0,0452)2
0,806 0,806 2

= 0,0201 m/s
=
= 0,27 0,0201 m/s
4.3.2.2 Massa jenis benda
10
1
=
10
=1

1 0,025 + 0,02525 + 0,02727 + 0,027 + 0,02665 + 0,0273


= ( )
10 + + 0,0256 + 0,0274 + 0,02545 + 0,02625

= 0,0263 m

10 (1 )2
= =1
10(10 1)

(0,0250,0263)2 +(0,025250,0263)2 +(0,027270,0263)2 +(0,0270,0263)2


+(0,026650,0263)2 +(0,02730,0263)2 +(0,02560,0263)2 +(0,02740,0263)2 +
(0,025450,0263)2 +(0,026250,0263)2
= 90

= 0,000294 m

= 0,0263 0,000294 m
117

5
1

=
10
=1

1
= (0,0101 + 0,0101 + 0,01011 + 0,01011 + 0,0101)
10

= 0,005052 kg

10 2
(1 )
= =1
10(10 1)

(0,01010,005052)2 +(0,01010,005052)2 +(0,010110,005052)2 +


(0,010110,005052)2 +(0,01010,005052)2 +(0,01010,005052)2 +
(0,01010,005052)2 +(0,01010,005052)2 +(0,01010,005052)2 +
(0,01010,005052)2
= 90

= 0,00168 kg

= 0,005052 0,00168 kg

6.

=
. 2

6. (0,005052)
=
10. (0,0263)2

= 4,38 kg

6 9. ( )2
= ( ) 2 +
. 2 2
118

6 2
9. (0,005052)2
= ( 0,00168) +
10. (0,0263)2 (0,0263)2

= 13,14 kg

4.3.2.3 Massa jenis fluida

5
1
=

5
=1

1
= (0,087 + 0,137 + 0,177 + 0,22 + 0,266)
5

= 0,1774 kg

5=1(1 )
2
=
5(5 1)

(0,087 0,1774)2 + (0,137 0,1774)2 + (0,177 0,1774)2 +


(0,22 0,1774)2 + (0,266 0,1774)2
=
20

= 0,0856 kg

= 0,1774 0,0856 kg
119

5
1
=
5
=1

1
= (0,1 + 0,15 + 0,2 + 0,25 + 0,3)
5

= 0,2

1
= skala terkecil dari tabung
4
1
= 4 0,05

= 0,0125

0,1774
=
0,2

= 0,887 kgm3

1
=

1
=
0,2

= 5 kgm3

= 0,887 5 kgm3
120

4.3.2.4 Koefisien viskositas

2 .
= ( )
18.

(0,0263)2 . 10
= (4,38 0,887)
18. (0,27)

= 0,00497 N.s/m2

2 . 2 4. ( )2
= ( )2 + ( )2 + ( ) + ( 2 )
18.

(13,14)2 + (5)2 + (4,38 0,887)2


(0,0263)2 . 10
= 4. (0,000294)2
18. (0,27) +( )
(0,0236)2

= 0,02 N. s/m3

=
0,00497 0,02 N. s/m3
121

4.4 Pembahasan
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida berhubungan dengan gaya gesek antar lapisan yang
lain. Pada zat cair, viskositas disebabkan terutama oleh gaya kohesi antar molekul,
sedangkan pada gas viskositas muncul karena tumbukkan antar molekul.
Dasar teori tentang viskositas dan hidrolika kemudian menjadi baku setelah
Daniel Bernoulli dan Leonhard Evler memperkenalkan ilmunya dalam abad XVII.
Daniel Bernoulli seorang pakar kelahiran Swiss (1700-1780) telah mendidik 11 orang
pakar ilmu, hampir semuanya ahli matematika dan orang teknik. Dan selanjutnya dia
menjadi staf akademi ilmu pengetahuan Rusia yang kemudian menetap di St.
Petersburg di antara 1728 sampai 1788 ia telah menerbitkan 47 judul tentang
matematika dan mekanika. Tahun 1738 dengan tulisannya tentang hidrodinamik
membuat rumusan yang merupakan hukum dasar dari aliran fluida yang menyatakan
hubungan antara tekanan (P), kecepatan (v), dan heat (H) dari fluida. Persamaan
Bernoulli merupakan prinsip dari teori mekanika fluida secara umum, dan khususnya
hidrolika.
Pakar lain yang juga seorang ahli matematika. Fisika dan astronomi Leonhard
Evler (1707-1783) dari negeri Switzerland tinggal di St. Petersburg pada tahun 1755
ia menemukan persamaan diferensial umum aliran fluida ideal (non viscous bila di
integral merupakan persamaan Bernoulli. Ini merupakan tunggal metode analisa
teoritis dalam bidang mekanika fluida. Selain itu Evler juga sebagai pakar yang
menurunkan persamaan usaha semua mesin-mesin hidrolik jenis dari Rotodinamik
seperti turbin, pompa sentrifugal dan juga fans dan juga teori daya apung.
Dalam viskositas tidak lepas dengan hukum stokes. Hukum stokes sebenarnya
diperuntukkan bagi zat cair yang cukup kental (berbagai minyak) dan gerakan yang
bersifat laminar (tidak turbulen), namun secara kualitatif hukum ini menjelskan juga
gerakan pada terjun payung, maupun gesekan pada ban mobil yang melaju.
122

Hubungan yang lebih erat pada aliran fluida viskos adalah pernyataan untuk
gaya F yang diberikan kepada bola berjari-jari r yang bergerak dengan kecepatan v
melalui fluida dengan viskositas .
Fungsi alat-alat yang digunakan pada praktikum koefisien viskositas adalah
mikrometer sekrup yang berfungsi untuk mengukur diameter bola kecil. Stopwatch
digunakan unutk menghtung waktu saat bola jatuh di dalam minyak dan oli dalam
keadaan stabil. Neraca analitis digunakan untuk menimbang massa bola kecil dan
massa fluida dalam satuan gram. Gelas beaker digunakan sebagai wadah untuk
menimbang minyak dan oli. Tabung silinder digunakan sebagai wadah untuk minyak
dan oli dan untuk melakukan percobaan menjatuhkan bola.
Pada percobaan ini, dari hasil perhitungan didapatkan nilai-nilai seperti
panjang rata-rata, perubahan panjang atau jarak, massa benda, massa jenis fluida dan
lain sebagainya. Untuk perhitungan oli, didapatkan nilai = 0,2283 dan nilai
= 0,00759. Didapatkan pula nilai yaitu = 0,777 dan nilai = 0,0456.
Untuk nilai dan nya yaitu = 0,3/ dan = 0,0198/. Sementara
itu, pada perhitungan minyak didapatkan nilai yaitu = 0,01071. Didapatkan
pula nilai yaitu = 0,806 dan nilai = 0,0452. Sedangkan untuk nilai dan
nya yaitu = 0,27/ dan = 0,021/. Untuk perhitungan oli,
didapatkan nilai koefisien viskositas yaitu = 0,0102 . /2 dan =
0,0361 . /2 . Sedangkan untuk perhitungan minyak didapatkan nilai koefisien
viskositasnya = 0,00497 . /2 dan = 0,02 . /2 .
Pada grafik, dapat dilihat bahwa nilai massa fluida berbanding lurus dengan
volume fluida. Pada grafik densitas oli, pada volume 0,1l, nilai mfnya adalah 0,07kg.
Pada volume 0,15l, nilai mfnya adalah 0,11kg. Pada volume 0,2l, nilai mfnya adalah
0,16kg. Pada volume 0,25l, nilai mfnya adalah 0,2kg. Pada volume 0,3l, nilai mfnya
adalah 0,25kg. Begitupun dengan grafik densitas minyak. Dapat disimpulkan bahwa
massa fluida berbanding lurus dengan volume fluida.
123

Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa bola kecil akan jatuh lebih cepat
jika dimasukkan ke dalam fluida minyak jika dibandingkan dengan ketika bola
dimasukkan ke dalam fluida oli karena kekentalan yang berbeda. Sebab, v
(percepatan) berbanding terbail dengan koefisien viskositanya dan juga kekentalan
yang dimiliki oleh oli lebih besar dibandingkan dengan minyak. Itulah sebab
mengapa walaupun minyak dan oli memiliki massa yang sama namun kekentalannya
berbeda-beda.
Viskositas juga sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
contoh penerapan viskositas dalam kehidupan sehari-hari yaitu proses penggorengan
ikan. Semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goring. Contoh
lain dalam kehidupan sehari-hari adalah mengalirnya darah dalam pembuluh darah
vena, mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir ke rumah kita dan tingkat
kekentalan pelumas oli. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin berbeda-beda karena
setiap mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan ini adalan
bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau
seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Dalam dunia kuliner, viskositas berguna
untuk menambah cita rasa suatu makanan karena ada beberapa makanan yang lebih
enak dengan kuah yang kental.
Terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan akibat kurangnya ketelitian,
yaitu saat menghitung jarak jatuhnya bola pada oli karena oli memiliki warna hitam
yang pekat sehingga bola tidak terlihat. Hal ini membuat kekeliruan sering terjadi.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengamatan yang teliti agar mendapatkan data yng lebih
valid. Kesalahan juga sering terjadi saat mengukur waktu dengan stopwatch.
Diperlukan fokus dan kewaspadaan yang baik agar mendapatkan data yang valid.
Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur waktu yang diperlukan cairan
untuk mengalirkan dalam jumlah tertentu melewati tabung silinder dengan panjang
tertentu yang disebabkan dorongan gravitasi. Dengan menggunakan alat yang sama
ditentukan waktu yang diperlukan fluida-fluida lainnya untuk dapat melewati tabung
silinder.
124

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai rata-rata kecepatan terminal
) pada oli sebesar 0,3m/s dan pada minyak sebesar 0,27m/s.
(
2. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai massa jenis benda (b)
pada oli sebesar 27,719kg/m3 dan pada minyak sebesar 13,14kg/3m.
3. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nlai koefisien viskositas () pada
oli sebesar (0,0102 0,0361) Pa.s dan pada minyak sebesar (0,00497 0,02)
Pa.s.
4. Viskositas meruoakan sifat fluida untuk mengkarakterisasi secara khas
bagaimana fluida berperilaku karena dua fluida misalnya air dan minyak yang
memiliki nilai kerapatan hamper sama tetapi memiliki perilaku yang berbeda
ketika mengalir dari suatu tempat.
5. Faktr-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
- Suhu
- Konsentrasi larutan
- Beras molekul solute
- Tekanan
6. Pengaruh terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu zat cair
atau fluida maka daya untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola
semakin besar sehingga semakin lambat pergerakan benda yang jatuh di
dalamnya berarti zat cair sudah semakin kental.

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya, yang awalnya menggunakan oli dan minyak bisa
diganti dengan menggunakan susu, air atau kecap agar kita dapat melihat perbedaan
hasil diantara keduanya.
125

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan
Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Yogyakarta : STKN.
Dugdale, R.H. 1979. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas. C. 2014. Fisika Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Gusrita, Dahlia. 2014. Pengaruh Viskositas Fluida Terhadap Sifat Hydrophobic Dari
Berbagai Macam Daun. FMIPA UNP. Diakses pada hari Rabu, 15 November
2017. Pukul 13.00 WITA.
Ningrum, Rr. Sinta Kusuma. 2014. Penentuan Viskositas Larutan Gula
Menggunakan Metode Vessel Terhubung Viscosimeter Berbasis Video Based
Laboratory dengan Software Tracker (Diakses di : pf.uad.ac.id, pada tanggal
25 Oktober 2017, pukul : 20.15 WITA).
Priyanto, Eko Singgih. 2010. Analisis Aliran Fluida pada Pipa (Diakses di :
pooitory.gunadarma.ac.id, pada tanggal 25 Oktober 2017, pukul : 20.07
WITA).
Rosita, Ipa Ida. 2014. Jurnal Praktikum Fisika Kimia II Viskositas. Jakarta : UIN
Syarief Hidayatullah.
Streeter, Victor.L. 1985. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.
Suharto, Ir. 1991. Dinamika dan Mekanika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Young, Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
126

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan seharihari kita bisa melihat pemasangan rel kereta api
yang terbuat dari besi diberi sedikit celah. Hal ini karena pada siang hari rel kereta
api yang terbuat dari besi akan mengalami pemuaian. Kenaikan suhu
menyebabkan benda tersebut mendapatkan tambahan energi berupa kalor yang
menyebabkan benda tersebut mengalami pemuaian.
Pemuaian adalah suatu perubahan ukuran benda yang bisa menjadi bertambah
panjang, menjadi bertambah luas, menjadi bertambah lebar dan atau bertambah
volumenya karena terkena panas. Pemuaian tiaptiap benda berbedabeda
tergantung pada suhu di sekitar dan koefisien muai dari benda itu sendiri.
Pemuaian terjadi apabila suhu zat dipanaskan maka molekul-molekul tersebut
akan bergetar lebih cepat dan amplitudo getaran akan semakin membesar, hal ini
mengakibatkan jarak antara molekul tersebut menjadi lebih besar dan terjadilah
pemuaian.
Gas misalnya mempunyai kemampuan muai lebih besar dibanding zat padat
dan zat cair. Sedangkan zat cair memiliki kemampuan muai lebih besar daripada
zat padat. Pemuaian dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemuaian zat padat, pemuaian
zat cair, dan pemuaian gas. Namun pada pembahasan kali ini kita hanya
membahas tentang apa yang terjadi pada pemuaian zat padat saja.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar kami dapat mengetahui
koefisien muai panjang logam besi, logam tembaga dan kuningan. Percobaan ini
juga dilakukan agar kami dapat membandingkan koefisien panjang zat padat
seperti logam besi, logam tembaga dan logam kuningan. Dari percobaan ini pula
kami mengharapkan agar praktikum ini dapat membantu kami mengetahui faktor
faktor lain yang menyebabkan pemuaian selain alat yang telah lama digunakan.
127

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui hubungan antara suhu, panjang mulamula dan jenis
benda terhadap pemuaian panjang
2. Untuk mencari koefisien muai panjang besi, tembaga dan kuningan
3. Untuk mengetahui perbandingan perubahan temperatur pada logam besi,
tembaga dan kuningan

1.3 Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui hubungan antara suhu, panjang mulamula dan jenis
benda terhadap pemuaian panjang
2. Dapat mencari koefisien muai panjang besi, tembaga dan kuningan
3. Dapat mengetahui perbandingan perubahan temperatur pada logam besi,
tembaga dan kuningan.
128

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemuaian benda umumnya terjadi ke segala arah panjang kearah lebar, dan
kearah tebal. Semua ukuran benda bertambah, akan tetapi jika perhatian kita pada
panjang suatu benda, kita berbicara tentang muai panjang dan koefisien muai
panjang. Tanpa memperhatikan perubahan yang terjadi pada ukuranukuran yang
lain. Percobaanpercobaan menunjukkan bahwa 1m besi jika dinaikkan suhunya
sebesar 1k bertambah panjang kirakira sebesar 1,1105m. Jika 1m aluminium
suhunya dinaikkan sebesar 1k panjang berubah kirakira sebesar 2,3105m untuk
panjang yang sama. Aluminium muai panjang pemuaianpemuaian besi
(Nyoman,1994).
Jika koefisien muai panjang dinyatakan dengan lambang panjang benda pada
mulanya adalah 1 pertambahan panjang l utuk kenaikan suhu sebesar T. Definisi
diatas dapat dituliskan dengan bentuk persamaan seperti berikut:

= 1 (2.1)

atau
l = 1 T (2.2)
dengan menggunkan persamaan (2.1) suatu koefisien muai panjang dapat diturunkan,

yaitu: 1 yaitu ,

k atau 1 (2.3)
(Nyoman,194).
129

Definisikan koefisien muai luas dan koefisien muai panjang serupa dengan
koefisien muai panjang. Jika koefisienkoefisien muai itu berturutturut dinyatakan
dengan lambang dan maka persamaan definisinya adalah:

= (2.4)

= + (2.5)

(Nyoman,1994).
Dalam menetapkan skala temperatur, sangat diperlukan untuk memperjelas
hubungan antara temperatur dan sifat temperatur untuk memungkinkan membuat
interpolusi dan ekstropolasi perhatikan sifat termometer x. Sedemikian sehingga
temperatur T. Merupakan fungsi muai panjang sifat ini (Widyanto,2000).
T=+bx (2.6)
dengan dan b merupakan konstanta sembarang (Widyanto, 2000).
Perubahan numerik sifat termometrik yang mengikuti perubahan temperatur
dalam selang standar ini ialah 5 - 1 yang disebut perubahan sifat temperatur
menyebabkan kenaikan tekanan dalam bola kaca secara proporsional, maka tabung
harus diangkat lebih tinggi agar volume gas tetap konstan. Jika dua benda dengan
temperatur berbeda ditetapkan dalam kotak normal (berarti energi panas dapat
dipindahkan dari suatu benda ke benda yang lain) dua benda itu pada akhirnya akan
mencapai temperatur yang sama kedua benda itu dikatakan berbeda dalam
kesetimbangan termal (Widyantoro, 2000).
Jika dua sistem berbeda dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga,
maka mereka dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Temperatur adalah properti
suatu sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam kesetimbangan termal
dengan sistem yang lain. Sebagian besar zat memuai ketika dipanaskan dan menyusut
ketika didinginkan meskipun demikian besar pemuaian atau penyusutan bervariasi
tergantung pada jenis material (Widyantoro, 2000).
Eksperimen mengindenfikasi bahwa perubahan panjang l. Dari hampir semua
benda padat pada aproksimal yang baik. Berbanding lurus dengan perubahan
130

temperatur T, sepanjang T tidak terlalu besar perubahan panjang tidak sebanding


dengan panjang awal benda l0 , maka untuk perubahan temperatur yang sama batang
besi panjang 4m akan bertambah panjang dua kali lebih besar dari batang besi
sepanjang. Dalam membuat skala temperatur, suatu bilangan sembarang ditetapkan
untuk mengkajikan suatu titik tetap dan temperatur lain dinyatakan dengan titik tetap
(Widyantoro, 2000).
Tinjau sebuah batang dengan panjang l0 pada suhu awal 0 . Saat suhu
bertambah berubah sejumlah T . panjang berubah sepanjang sejumlah l percobaan
menunjukkan bahwa jika T tidak terlalu besar (misalnya lebih kecil dari 100C ) l
akan berbanding lurus dengan T jika dua batang dari bahan yang sama mengalami
perubahan suhu yang sama tetapi yang satu harus lebih panjang dua kali daripada
yang lainnya maka perubahan panjang juga akan dikali lipat dengan demikian l juga
harus dibandingkan dengan l0 . Dengan konstanta perbandingan (yang berbeda
untuk bahan yang belainan) dapat kita katakan itu dalam persamaan
L = . 0 . T (2.7)
jika sebuah benda memiliki panjang 0 pada suhu 0 maka panjangnya L pada suhu T
= 0 + T adalah:
L = 0 + T = 0 + . 0 .T = 0 (1 + .T) (2.8)
(Hugh, 2002).
Konstanta menjelaskan sifat ekspansi termal dari bahan tertentu disebut
dengan koefisien muai panjang (coefficient of) satuan koefisien adalah 1 atau
()1 (ingat bahwa interval suhu adalah sama dengan skala kelvin dan celcius)
untuk banyak jenis bahwa setiap perubahan dimensi muai panjang mengikuti
persamaan (2.7) atau (2.8) (Hugh, 2002) .
Peningkatan suhu umumnya menimbulkan ekspansi, baik yang bahan padat
atau cair. Seperti pada ekspansi linear. Percobaan menunjukkan bahwa jika
perubahan suhu T tidak terlalu besar (kurang dari 100C atau disetirnya) kenaikan
131

volume V dapat dianggap berbanding lurus dengan perubahan suhu T dan volume
awal 0:
V = 0 T (2.9)
(Hugh,2002).
Konstanta menggambarkan sifat ekspansi volume pada bahan tertentu
disebut sebagai koefisien volume (coefficient of linear ekspansial) satuan adalah
1 atau

Tabel 2.1
Koefisien Muai Panjang
BAHAN d[ atau ()]
Aluminium 2,4105
Kuningan 2,0105
Tembaga 17105
Kaca 0,40,9105
Inver (panduan besi nikel) 6,009105
Kuarsa 6,04105
Baja 12,1105

Tabel 2.2
Koefisien muai volume
PADAT [ atau ()] CAIRAN [ atau C]
132

Aluminium 7,2105 Etanol 75105


Kuningan 6,0105 Karbon disufat 115105
Tembaga 5,1105 Gliserin 49105
Kaca 1,22,7105 Raksa 18105
Invar (panduan 0,27105
besi nikel)
Kuarsa 0,12105
Baja 3,6105

(Hugh,2002).
Pemuaian termal adalah bertambahnya ukuran atau besar suatu benda karena
kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut atau pemuaian juga dapat dikatakan
sebagai bertambahnya panjang, luas dan volume suatu benda karena pengaruh kalor
(panas). Bila temperatur berubahubah dengan T, perubahan panjang L sebanding
dengan T dan panjang mulamula L :
L = .L . T (2.10)
dengan dinamakan koefisien muai linear. Besaran ini adalah rasio frekuensi fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:
/
= (2.11)

(Tipler,1998).
Satuan adalah kebalikan derajat celcius (1/C) atau kebalikan (1/K).
Koefisien muai panjang untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak berubah
dengan tekanan, tetapi dapat berubahubah dengan temperatur tertentu T, koefisien
muai panjang pada suatu temperatur tertentu T didapat dengan mengambil limit T
mendekati nol:
/ 1
= lim = (2.12)
0
133

koefisien muai volume didefinisikan dengan cara sama sebagai rasio fraksi
perubahan volume terhadap perubahan temperatur (pada tekanan konstan):
/ 1
= lim = (2.13)
0

(Tipler,1998).
Seperti . untuk padatan dan cairan biasanya tidak berubah dengan
temperatur. Nilai rata rata dan untuk berbagai zat diberikan. Dapat ditunjukkan
bahwa untuk bahan tertentu, koefisien muai panjang adalah 3 kali koefisien muai
panjang. Volume pada temperatur adalah
V = 1 2 3 (2.14)
laju perubahan volume terhadap temperatur adalah
3
= 1 . 2 + 1 . 3 2. 3 (2.15)

karena tiap suku diruas kanan persamaan diatas sama dengan , maka kita
mendapatkan:
=3. (2.16)
(Tipler,1998).
Ekspansi termal materi seperti itu dengan peningkatan suhu harus di antisipasi
dalam beberapa situasi yang umum. Untuk sebuah jembatan yang tunduk pada
perubahan suhu besar (dan musim) misalnya, bagian dari jembatan dipisahkan oleh
slot ekspansi sehingga bagian itu memiliki ruang untuk memuai pada musim panas
sehingga jembatan tersebut tidak tertekuk akibat perpanjangan kedua sisi jembatan.
Ketika penambahan dengan pada gigi yang bolong dilakukan bahan pengisi harus
memiliki sifat ekspansi termal yang sama dengan gigi sekitar juga. Jika tidak maka
mengonsumsi es krim yang dingin dan meminum kopi yang panas akan sangat
menyakitkan. Ketika pesawat Concerde dibangun (desainnya harus memungkinkan
adanya ekspani termal pada pesawat selama penerbangan super sonik dikarenakan
akan terjadi pemanasan fraksional akibat udara lewat) (Tipler, 1998).
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang
awal berbeda, koefisien muai panjang dan besar peubahan suhu. Koefisien muai
134

panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jens bahan (Wulandari,
2015)
Perhatikanlah sebuah batang panjang yang panjangnya L pada temperatur T.
Bila temperatur berubah dengan T dan panjang mulamula 0 . Maka bisa ditulis:
L = . 0 .T (2.17)
dengan dinamakan koedfisien muai linear. Besaran ini adalah rasio fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:
/
= (2.18)

satuan adalah kebalikan dari celcius (1/C) dan kebalikan dari kelvin (1/K)
(Wulandari, 2015).
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga tebal lebar dianggap
tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang adalah kawat
kecil. Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan
panjang pada benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah:
L = 0 T (2.19)
bila ingin menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan prsamaan
berikut:
L = L + 0 (2.20)
L = 0 (1 + T) (2.21)
jika ingin mengetahui pertambahan panjang benda padat (logam) akibat kenaikan
suhu dimana koefisien muai panjang () dapat diketahui dengan rumus:
= 0 T (2.22)
keterangan:
L = panjang akhir (m)
0 = panjang awal (m)
L = pertambahan panjang (m)
135

= panjang pada suhu t (m)


= koef. Muai panjang (1/C)
(Fansuri, 2012).
Jika benda mengalami kenaikan suhu maka panjang benda bertambah.
Pengukuran yang dilakukan secara teliti pada sejumlah benda padat menunjukkan
bahwa peubahan panjang sebanding dengan panjang mulamula dikali perubahan
suhu. Jika dinyatakan dalam rumus matematika maka pengamatan tersebut dapat
ditulis dengan rumus:
L = 0 . T (2.23)
dengan
L = perubahan panjang (m)
0 = panjang mula mula (m)
T = perubahan suhu (C)
0 = suhu mula - mula (C)
T = suhu akhir (C)
(Abdullah, 2016).
Jika suatu batang logam dengan panjang L mengalami perubahan suhu
sebanyak T maka panjangnya akan bertambah sesuai dengan rumus:
L = 0 T (2.24)
dengan adalah koefisien muai. Koefisien memiliki satuan per celcius atau
perkelvin tergantung dari material atau jenis bahannya. Pemuaian termal pada zat
padat terlihat seperti pembesaran fotografis kecuali zat padat tersebut 3 dimensi.
Tabel 2.3
Tabel koefisien muai
No Zat Padat ( / C)
1 Es (pada suhu 0C) 51
2 Timah 29
3 Alumunium 23
136

4 Kuningan 19
5 Tembaga 17
6 Beban 12
7 Besi 11
8 Kaca (biasa) 9
9 Kaca (pyrex) 3,2
10 Intam 1,2

(Halliday, 2011).
Jika semua bagian pada zat mengalami perubahan suhu maka volume zat padat
tersebut juga mengalami pemuaian. Untuk zat cair, volume adalah satusatunya
parameter pemuaian. Jika temperatur suhu zat padat atau zat cair adalah 0 dan
volumenya adalah V lalu mengalami kenaikan suhu sebanyak T, maka perubahan
volume dapat ditulis dengan:
V = V .. T (2.25)
dimana adalah kefisien muai volume
= 3 . (2.26)
(Halliday, 2011).
Percobaanpercobaan mengindikasikan bahwa perubahan panjang L pada
hampir semua zat sebanding dengan perubahan suhu selama perubahn suhu tidak
terlalu besar. Sedangkan perubahan panjang juga sebanding denganpanjang mula-
mula benda tersebut. Kita bisa menulis persamaan:
L = 0 T (2.27)
dimana menurut perbndingan konstanta disebut dengan koefisien muai panjang
untuk material khusus dan memiliki satuan per celcius (1/C). Kita mendapatkan:
L = L + 0 (2.28)
dan menulis ulang persamaan dengan
L = 0 (1 + .T) (2.29)
137

dimana 0 adalah panjang awal pada suhu awa dan L adalah panjang setelah
dipanaskan pada suhu T. Jika T adalah negatif, maka L juga negatif.
(Giancoli, 2005).
Bila suatu benda dipanaskan atau didinginkan, sebagian dari sifat fisisnya
berubah dan sebagai cintihnya yaitu kebanyakan dari padatan dan cairan memuai bila
dipanaskan. Gas bila dipanaskan juga akan mengalami pemuaian, atau jika
volumenya dijaga konstan, tekanannya akan naik. Jika sebuah koduktor listrik
dipanaskan, resistensi listriknya berubah. Sifat fisis yang berubah dengan temperatur
dinamakan sifat termometrik. Perubahan sifat termometrik menunjukkan perubahan
temperatur benda itu (Ishaq, 2007).
Misalkan kita mendekatkan sebatang tembaga hingga tersentuh dengan batang
besi yang dingin. Batang tembaga akan sedikit menyusut yang menyatakan bahwa
bidang itu mengalami pendinginan, sedangkan batang besi sedikit memuai, yang
menyatakan bahwa batang besi itu mengalami pemanasan. Kedua batang mengalami
kontak termal. Pada akhirnya proses ini terhenti, akhirnya tak satu batang pun yang
berubah lagi panjangnya. Bila hal ini terjadi, kedua batang itu dikatakan saling berada
dalam kesetimbangan (Ishaq, 2007).
Sekarang misalkan alih-alih saling menyentuhkan batang-batang itu, kita
mula-mula menempatkan batang tembaga yang panas kedalam danau yang dingin.
Batang akan menjadi dingin dan air dalam danau akan menjadi sedikit hangat, tetapi
danau cukup besar sehingga perubahan temperaturnya dapat diabaikan. Sekali lagi,
proses ini akhirnya berhenti dan batang serta air berada dalam kesetimbangan termal.
Sekarang misalkan batang besi yang dingin ditempatkan jauh dari tembaga yang
letaknya didalam danau sehingga kedua batang tidak dalam keadaan kontak termal.
Batang besi menghangat sampai batang dan air danau juga berada dalam keadaan
kesetimbangan termal. Jika kita angkat batang besi dan batang tembaga kemudian
saling menyentuh kedua batang itu maka kita mendapatkan bahwa panjang batang-
batang itu tidak berubah. Hal ini adalah pernyataan penting tentang perilaku termal
138

semua benda. Jika dua buah benda berada dalam kesetimbangan termal dengan
benda ketiga, maka ketiga benda itu berada dalam kesetimbangan satu sama lain.
Pernyataan ini sering dinamakan hukum ke-nol termodinamika (Hugh, 2002).
Efek-efek yang lazim dari perubahan-perubahan temperatur adalah perubahan
ukuran dan perubahan keadaan bahan-bahan. Marilah kita tinjau perubahan ukuran
yang terjadi tanpa perubahan keadaan. Tinjaulah dari sebuah model sederhana dari
sebuah kristal zat padat. Atom-atom tersebut dibuat bersatu didalam sebuah susunan
yang teratur oleh gaya-gaya listrik. Pada setiap temperatur maka atom-atom benda
padat tersebut bergetar. Amplitudo getaran adalah kira-kira 10-9 cm, yakni kira-kira
sepersepuluh diameter atom dan frekuensinya kira-kira 1013 Hz (Hugh, 2002).
Praktikum adalah salah satu cara mahasiswa belajar menentukan konsep dan
hubungan antara variabel yang terkait. Sebagai contoh untuk memahami konsep suhu
dan pemuaian siswa dan atau mahasiswa dapat melakukan praktikum untuk mencari
koefisien muai termal. Pada saat praktikum siswa atau mahasiswa akan belajar
menentukan variabel-variabel yang terkait. Berdasarkan hasil praktikum, siswa dan
atau mahasiswa dapat menetukan hubungan-hubungan antara variabel dan
membandingkan dengan konsep (Jati, 2009).
Kegiatan praktikum sangat penting dilakukan, maka lembaga pendidikan baik
sekolah maupun perguruan tinggi (PT) perlu menyediakan fasilitas yang memadai.
Jurusan fisika memiliki laboratorium eksperimen yang menyediakan berbagai paket
untuk percobaan, akan tetapi jumlahnya masih terbatas. Seringkali dengan jumlah
terbatas tersebut tidak bisa dugaan untuk seluruh mahasiswa fisika kirang lebih
berjumlah 150 tiap periode praktikum, oleh karena itu diperlukan alternatif alat yang
bisa dimanfaatkan untuk kegiatan praktikum (Jati, 2009).
Perencanaan paket praktikum koefisien muai termal sebelumnya telah
dilakukan oleh Lailatul Istighfaroh bahwa sangat diperlukan paket dalam praktikum
koefisien muai termal juga telah diproduksi secara massal oleh seorang Pasco (Jati,
2009).
139

BAB III
METODLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Darar I tentang Pemuaian Termal. Dilaksanakan pada
hari rabu tanggal 02 oktober 2017 pukul 16.0018.00 WITA. Bertempat di
laboratorium Fisika Dasar, Gedung C, lantai 3, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Munschern Broek
2. Logam (Besi, Tembaga, dan Kuningan)
3. Power Supply
4. Termometer
5. Kabel Penghubung
6. Tiang Statif
7. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Tisu
2. Air

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Besi
1. Dihubungkan logam besi pada munschern broek dengan power supply
menggunakan kabel penghubung
2. Dihubungkan logam besi pada munschern broek dengan termometer
yang dipasang pada tiang statif
3. Diatur tegangan pada power supply 4V
4. Diukur suhu awal 0
140

5. Dinyalakan power supply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan
suhu awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data

3.3.2 Tembaga
1. Dihubungkan logam tembaga pada munschern broek dengan power
supply menggunakan kabel penghubung
2. Dihubungkan logam tembaga pada munschern broek dengan termometer
yang dipasang pada tiang statif
3. Diatur tegangan pada power supply 4V
4. Diukur suhu awal 0
5. Dinyalakan power suply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan suhu
awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data

3.3.3 Kuningan
1. Dihubungkan logam kuningan pada munschern broek dengan power
supply menggunakan kabel penghubung
2. Dihubungkan logam kuningan pada munschern broek dengan
termometer yang dipasang pada tiang statif
3. Diatur tegangan pada power supply 4v
4. Diukur suhu awal 0
5. Dinyalakan power suply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan suhu
awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data
141

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


4.1.1 Besi
No (C) (C) t (C) (m) L (m)
1 29 31 2 0,155 0,004
2 31 33 2 0,155 0,005
3 33 35 2 0,155 0,005
4 35 37 2 0,155 0,006
5 37 39 2 0,155 0,0065

4.1.2 Tembaga
No (C) (C) t (C) (m) L (m)
1 29 31 2 0,149 0,002
2 31 33 2 0,149 0,0035
3 33 35 2 0,149 0,004
4 35 37 2 0,149 0,0045
5 37 39 2 0,149 0,005

4.1.3 Kuningan
No (C) (C) t (C) (m) L (m)
1 28 30 2 0,148 0,001
2 30 32 2 0,148 0,002
3 32 34 2 0,148 0,003
4 34 36 2 0,148 0,0032
5 36 38 2 0,148 0,0039
142

4.2 Grafik
143

4.3 Analilis Data


4.3.1 Perhitungan Tanpa Ketidakpastian
4.3.1.1 Perhitungan Pada Besi
Ln
n =
Lo . t
L1 0,004
1 = = 0,155 x 2
Lo . t

= 0,013 ()1
L2 0,005
2 = = 0,155 x 2
Lo . t

= 0,016 ()1
L3 0,005
3 = = 0,155 x 2
Lo . t

= 0,016 ()1
L4 0,006
4 = = 0,155 x 2
Lo . t

= 0,019 ()1
L1 0,0065
5 = =
Lo . t 0,155 x 2

= 0,021 ()1
4.3.1.2 Perhitungan Pada Tembaga
L1 0,002
1 = =
Lo t1 0,149 x 2

= 0,007 ()1
L2 0,0035
2 = =
Lo t2 0,149 x 2

= 0,012 ()1
L3 0,004
3 = =
Lo t3 0,149 x 2

= 0,013 ()1
L4 0,0045
4 = =
Lo t4 0,149 x 2

= 0,015 ()1
144

L1 0,005
5 = =
Lo t5 0,149 x 2

= 0,017 ()1
4.3.1.3 Perhitungan Pada Kuningan
L1 0,001
1 = =
Lo . t1 0,148 x 2

= 0,003 ()1
L2 0,002
2 = =
Lo . t2 0,148 x 2

= 0,007 ()1
L3 0,003
3 = =
Lo . t3 0,148 x 2

= 0,0010()1
L4 0,0032
4 = =
Lo . t4 0,148 x 2

= 0,011 ()1
L1 0,0039
5 = =
Lo . t5 0,148 x 2

= 0,013 ()1
4.3.2 Perhitungan dengan Ketidakpastian
1
L = x nst Munschern Broek
2
1
= x 0,1
2

= 0,05cm
= 5x10-4m
1
L = x nst penggaris
2
1
= x 0,1
2

= 0,05cm
= 0.0005m
1
t = x nst Thermometer
2
145

1
= x1
2

= 0,5oC

4.3.2.1 Perhitungan pada besi


1
1 2 2
n = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . T) . + ( Lo . T) . t }
1
1 2 1 2
1 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 1T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,004
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,004 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {260,175 x 108 + 0,1725 x 108 + 9 x 106 }2

= 11,60 105
= 0,003406 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,005
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,60175 106 + 0,0027 x 106 + 16 106 }2

= 18,604 106
= 0,004313 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }
146

1 2 0,005
= {( 0,155 x 2 ) . (0,0005 ) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,60175 x 106 + 0,0027 x 106 + 16 x 106 }2

= 18,604 106
= 0,004313 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 4T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,006
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,006 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {1260,175 108 + 0,4 x 108 + 21325,25 108 }2

= 2612,825 108
= 0,00112(oC)-1

1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( 2 5 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }

1 2 0,0065
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0065 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }

= 2,965 105
= 0,005445 (oC)-1

4.3.2.2 Tembaga
1
1 2 2
n = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . T) . + ( Lo . T) . t }
147

1
1 2 1 2
1 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 1T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,002
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,002 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 5,0625 x 1010 + 2,816 106 }2

= 2,373 106
= 0,002373 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,0035
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,035 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 1,580 x 109 + 8,62 106 }2

= 1,144 106
= 0,003382 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,004
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,004 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 2,07025 x 109 + 1,126 105 }2

= 1,408 105
= 0,003752 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 4T) . + ( Lo . T) . t }
148

1 2 0,0045
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0045 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 2,601 x 109 + 1,425 105 }2

= 4,132 105
= 0,004132 (oC)-1
1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 5T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,005
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 3,249 x 109 + 1,759 105 }2

= 1,707 105
= 0,004518 (oC)-1

4.3.2.3 Kuningan
1
1 2 2
n = {( Lo . T ) . L + ( 2 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }
1
1 2 1 2
1 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 1T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,001
= {( 0,148 x 2 ) . (0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . (0,0005) +
1
0,001 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }

= 3,566 106
= 0,001888 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }
149

1 2 0,002
= {( 0,148 x 2 ) . (0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,002 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }

= 2,389 106
= 0,002389 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,003
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,003 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }

= 9,274 106
= 0,003045 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( 2 4 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }

1 2 0,0032
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0032 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }

= 3,187 105
= 0,003187 (oC)-1
1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 5T) . + ( Lo . T) . t }

1 2 0,0039
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0039 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }

= 2,0905 105
= 0,004572 (oC)-1
150

4.3.3 Ketidakpastian Mutlak


4.3.3.1 Besi
= (0,013 0,003) (oC)-1
2 2= (0,016 0,004) (oC)-1
3 3= (0,016 0,004) (oC)-1
4 4= (0,019 0,005) (oC)-1
5 5= (0,021 0,005) (oC)-1

4.3.3.2 Tembaga
= (0,007 0,002) (oC)-1
2 2= (0,012 0,003) (oC)-1
3 3= (0,013 0,004) (oC)-1
4 4= (0,015 0,004) (oC)-1
5 5= (0,017 0,005) (oC)-1

4.3.3.3 Kuningan
= (0,003 0,002) (oC)-1
2 2= (0,007 0,002) (oC)-1
3 3= (0,010 0,003) (oC)-1
4 4= (0,011 0,003) (oC)-1
5 5= (0,013 0,005) (oC)-1

4.3.4 Ketidakpastian Relatif


4.3.4.1 Besi
0,003
x 100% = x 100% = 27,953 %
0,012
151

0,004
x 100% = 0,016 x 100% = 26,928 %

0,004
x 100% = 0,016 x 100% = 26,928 %

4 0,005
x 100% = 0,019 x 100% = 26,354 %
4
5 0,005
x 100% = 0,021 x 100% = 26,159 %
5

4.3.4.2 Tembaga
0,002
x 100% = x 100% = 35,357 %
0,007
0,003
x 100% = 0,012 x 100% = 28,796 %

0,004
x 100% = 0,013 x 100% = 27,953 %

4 0,004
x 100% = 0,015 x 100% = 27,360%
4
5 0,005
x 100% = 0,017 x 100% = 26,928 %
5

4.3.4.3 Kuningan
0,002
x 100% = x 100% = 55,901 %
0,003
0,002
x 100% = 0,007 x 100% = 35,357 %

0,003
x 100% = 0,010 x 100% = 30,048 %

4 0,003
x 100% = 0,011 x 100% = 29,483 %
4
5 0,005
x 100% = 0,013 x 100% = 28,098 %
5
152

4.4 Pembahasan
Pemuaian adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah
panjang lebar. Luas atau perubahan volumenya karena tekanan panas (katrol)
pemuaian tiaptiap benda yang berbeda, tergantung pada suhu di sekitar dan
koefisien muai atau daya muai dari benda tersebut. Pada umumnya setiap zat
mengalami pemuaian (penambahan panjang luas atau volume). Ketika suhunya
naik dan mengalami penyusutan ketika suhunya turun kecuali pada benda
benda tertentu seperti air pada suhu 04 derajat celcius pada suhu tertentu.
Pemuaian zat padat merupakan peristiwa pertambahan panjang lebar atau
volumenya suatu benda padat karena pengaruh panas (kalor).
Grafik besi dari titik 133 mengalami kenaikan sampai 0,005 dan dititik
3335 tidak mengalami kenaikan suhu atau setara dan titik 3739 mengalami
kenaikan sampai 0,0065. Grafik tembaga dari titik 31-39 mengalami kenaikan
secara terusmenerus dan tidak mengalami kesetaraan sampai titik 0,005 dan
juga grafik kuningan dari titik 3038 mengalami kenaikan terus dan tidak
mengalami kesetaraan hingga mencapai kenaikan dititik 0,0039.
Suatu benda akan berubah ukurannya jika suhunya berubah dan hal ini
terbukti dalam percobaan yang dilakukan dimana logam besi, tembaga, dan
kuningan mengalami perubahan panjang dan dari suhu. Pada masingmasing
logam mengalami kenaikan suhu dan dari perubahan percobaan panjang dan
suhu pada masingmasing logam besi, tembaga dan kuningan.
Pada percobaan ini pada logam besi, tembaga dan kuningan ini mengalami
perubahan panjang yang berbedabeda karena pemanasan perbedaan perubahan
panjang dan suhu benda pada masingmasing logam menyebabkan hasil yang
diperlukan untuk koefisien muai panjang yang berbedabeda.
153

Dalam pemuaian termal akan memuai berbedabeda untuk jenis logam


berbeda jadi setiap zat mempunyai kemampuan memuai yang berbedabeda.
Sebagian besar zat yang memuai ketika dipanaskan dan menyusut ketika
demikian besar pemuaian atau bervariasi tergantung pada jenis material.
Alatalat yang digunakan praktikum dan kegunaanya antara lain adalah
munschern broek kegunaannya untuk mengukur pertambahan panjang logam.
Logam (besi, tembaga dan kuningan) kegunaannya adalah objek yang dilakukan
percobaan. Alat pemanas (power supply) kegunaannya adalah sebagai alat yang
mampu memberikan sebuah suplai arus listrik kepada semua komponen-
komponen yang sudah terpasang dengan baik. Termometer kegunaannya adalah
untuk mengatur (temperatur) atau perubahan suhu. Dan yang terakhir adalah
kabel penghubung kegunaannya adalah untuk menghubungkan antar komponen
sehingga membentuk rangkaian.
Aplikasi pemuaian termal dalam kehidupan seharihari
1. Rel kereta api yang kita perhatikan, sambungan antara rel kereta api diberi jarak.
Jarak itu berfungsi agar pada saat siang hari dimana cuaca panas dan rel memuai
maka rel tidak akan menjadi bengkok
2. Pemuaian pada balon udara, balon udara bisa terbang dan membungbung tidak
karena menggunakan prinsip pemuaian gas didalam balon dipanaskan, sehingga
memuai udara panas dan akan mendesak untuk naik ke atas untuk mencari udara
yang lebih dingin dan inilah yang bisa membuat balon udara bisa terbang
Ada beberapa kesalahan dalam menjalankan praktikum. Pada saat
mengukur suhu. Hal itu sangat sulit karena memerlukan pengamatan yang sangat
teliti. Dan mengukur jarum pengukuran pada skala nol, hal ini cukup sulit karena
memerlukan pengamatan yang sangat cukup teliti. Ketidaktahuan praktikum
tentang materi, menggunakan alat dan bahan percobaan, ketidaktelitian praktikan
dalam melihat pertambahan panjang logam (besi, tembaga dan kuningan).
Thermometer yang dipakai kadang suhunya tidak mau naik. Dengan adanya
faktor-faktor kesalahan ini diharapkan pada percobaan selanjutnya praktikannya
154

lebih menguasai materi yang akan di praktikumkan dan dapat menggunakan alat
yang akan dipakai pada percobaan.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
1. Hubungan antara suhu, panjang dan jenis massa terhadap pertambahan
panjang benda adalah ketiganya berbanding lurus dengan pertambahan
panjang benda.
2. Besi memiliki pertambahan panjang lebih besar dibandingkan dengan
tembaga dan kuningan
3. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh suhu awal besi 29-39C dengan
panjang awalnya o,155m dan pertambahan panjangnya 0,004m, 0,005m,
0,005m, 0,006m, dan 0,0065m. Pada tembaga dengan suhu awalnya 29-39C
dengan panjang awalnya 0,149m dan pertambahan panjangnya 0,002m,
0,0035m, 0,004m, 0,0045m, dan 0,005m. Pada kuningan dengan suhu
awalnya 28-38C dengan panjang awalnya 0,148m dan pertambahan
panjangnya 0,001m, 0,002m, 0,003m, 0,0032m, dan 0,0039m.

5.2.Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya tidak hanya menggunakan besi,
tembaga, kuningan tetapi bisa ditambah dengan logam lain seperti alumunium
agar praktikan bisa mengetahui nilai koefisien pemuaian dari berbagai macam
logam selain besi, tembaga dan kuningan.
155
156

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , Mikrajuddin . 2016 . Fisika Dasar I . Bandung : Teknologi Bandung


Fansuri , Naufal . 2012 . Menentuka Koefisien Muai Panjang Logam dengan Cara
Memanasinya . Universitas Muhammadiyah
Giancoli , Douglas C . 2005 . Physics Principles with Applications 6th Edision .
Upper Saddle River : Pearson Education , inc
Hugh , Young D . 2002 . Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I . Jakarta :
Erlangga
Halliday , David . 2011 . Fundamental of Physics . United States of America :
John Wiley & Sans, inc
Ishaq, Mohammad. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu
Jati, Bambang Murdaka Eka. 2009. Fisika Dasar. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Nyoman , Kartias . 1994 . Fisika Nyoman Kertiasa . Jakarta : Balai Pustaka
Tipler . 1998 . Fisika untuk Sains dan Teknik . Jakarta : Erlangga
Widyantoro . 2000 . Thermodinamika . Surakarta : Pambelan
Wulandari . 2015 . Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal pada Penentuan
Koefisien Pemuaian Panjang Alumunium (Al) . diakses pada hari senin, 14
November 2017 . pukul 21.00 WITA
157

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai peristiwa resonansi.
Resononsi yang paling umum diketahui adalah resonansi suara pada gitar dan roket.
Ketika pesawat luar angkasa melesat dari landasannya di kennedy space center.
Suaranya sangat menggelar. Berapa kilometer darinya para penonton harus
memegang erat bangkunya karena getaran yang dihasilkan begitu besar. Gitar dan
roket memiliki persamaan secara ilmiah. Gitar dan roket sama-sama memiliki sifat
fisika yang berresonansi. Ketika anda memegang gitar akustik, terlihat jelas bntuk
yang berisi orangga udara. Bentuk ruangan tersebut didesain untuk berbunyi karena
getaran. Ketika senar di petik untuk nada E maka yang terdengar juga nada E. Inilah
yang biasa disebut resionansi.
Resonansi adalah peristiwa ikut begetarnya suatu benda karena diakibatkan
denda lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan
bulat dari frekuensi itu. Beberapa syarat terjadinya resonansi bunyi adalah ada sebuah
sumber bunyi yaitu benda yang bergetar. Terdapat sebuah medium perantara untuk
merambat. Bisa berupa benda padat arau udara. Terdapat penerima atau benda yang
lain. Dan yang trakhir, frekuensi sumber bunyi sama dengan frekuensi alamiah benda
yang mempunyai frekuensi yang sama. Pada resonansi di atas kolom udara kemudian
kolom udara di gerakkan naik turun, maka suatu saat terdengar bunyi yang lebih
keras dari bunyi aslinya secara berulang-ulang. Pada saat terdengar bunyi yang keras
dari bunyi aslinya tersebut dikatakan dalam kolom udara terjadi resonansi.
Oleh karena itu pada praktikum kali inikami kan mengamati peristiwa
resonansi bunyi pada kolom udara, pada praktikum ini kami menggunakan statif,
power suply, spiker dan pipa dengan adanya praktikum kali ini diharapkan agar kita
tahu bagaimana pristiwa resonansi bunyi di udara ini terjadi, dan bagaiman
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari pada praktikum kali ini kami menggunakan
158

frekuenssi 1000 dan 2000 untuk menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara.
Cepat rambat bunyi di udara di pengaruhi oleh kondisi di udara perlu disadari bahwa
setiap alat ukur memiliki tingakat ketelitian tertentu dalam mengukur besaran yang
sama. Hal ini jadi penting karena ada beberapa faktor prosedur dalam melakukan
kegiatan praktikum, praktikum sebagai unit yang dapat menuju keberhasialan
pendidikan. Dan bisa membuat mahasiswa mengerti tentang pentingnya praktikum.

1.2 Tujun Percobaan


1 Untuk menetukan dan membandingkan dan pada frekunsi 1000 dan
2000 .
2. Untuk mengetahui asas kerja tabung resonansi dengan sumber bunyi.
3. Untuk Menentukan cepat rambat bunyi pada frekuensi 5000 dan 10.000

1.1 Manfaat Percobaan
1. Dapat menentukan dan membandingkan dan pada frekunsi 1000
dan 2000 .
2. Dapat mengetahui asas kerja tabung resonansi dengan sumber bunyi.
3. Dapat Menentukan cepat rambat bunyi pada frekuensi 5000 dan 10.000

159

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bunyi merupakan gelombang mekanisme longitudinal yang merambat


sumbernya merupakan benda yang bergetar. Bunyi bisa kita dengar sebab getaran
benda sebagai sumber bunyi itu menggetarkan udara disekitarnya dan melalui
medium udara itu bunyi merambat melukiskan perambatan bunyi dan itu sebenarnya
merupakan variasi tekanan udara priodik inilah yang menggetarkan selaput gendang
telinga. Selaput gendang telinga hanya bisa mendeteksi bagian dari gelombang bunyi
oleh variasi tekanan udara yang berampitudo terbesar dari longitudional paparan
bunyi dan kemudian pada sebab dipaparkan pua beragam sumber nadanya
(suryanto,2009).
Bunyi yang dapat kita dengar berada pada kawasan frekuensi pendengaran,
yaitu antara 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz Frekuensi bunyi yang kurang dari 20 Hz
disebut bunyi infra (infra sound) bunyi ini tidak dapat didengar manusia normal
karena kepekaan syarat pendengaran manusia tidak dapat menjangkaunya. Jika
seseorang meneliti peristiwa bunyi infla selalu diperlukan pelipatan frekuensi bunyi
contohnya bunyi infla adalah getaran gunung api atau getaran seismik bunyi
berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz disebut bunyi ultra (ultra sound) jika anda ingin
dapat mendengarkan bunyi
Idensitas bunyi dikatakan oleh 3 hal, yaitu itensitas bunyi, frekuensi bunyi,
dan warna bunyi (timbre). Intensitas bunyi member gambar besarnya tenaga bunyi
yang menembusi luasan secara normal persatuan waktu dan diperlihatkan oleh keras
atau lemahnya bunti berintensitas besar terdengar lemah dan terdengar keras yang
berintensitas kecil (suyantoro,2009).
Ditinjau gelombang bunyi yang melewatkan sebuah elemen luasan dA dan
berarah normal pada luasan itu dielemen itu daya bunyi adalah dp, sehingga intensitas
bunyi di elemen luasan itu (I) yang bersatuan watt/m2 dinyataka

I = (2.1)
160

(suryantoro,2009)
Telinga manusia berpendapatan normal dapat mendengar bunyi pada daerah
frekuensi pendengaran, bila bunyi itu berintensitas antara 10-12 watt/m2 sampai
dengan 1 watt/m2 batas intensitas terendah yang masih bisa didengar disebut
intensitas ambang bawah (I0) yaitu 10-12 w/m2. dan intensitas teratas disebut intensitas
ambang atas (I w/m2). jika intensitas bunyi (I) kurang dari I. maka gedung telinga
akan terasa sakit (suyantoro,2009).
memudahkan pernyataan tentang satuan kerasnya bunyi didefinisikan satuan
baru yang tidak berdimensi disebut taraf intensitas (TI) TI ini diperoleh dengan
membandingkan intensitas bunyi itu (I) terhadap intensitas ambangnya (I0) dalam
bentuk :

TI = 10 log ( ) (2.2)
0

(suyantoro,2009).
Bunyi sebagai gelombang longitudinal, dapat pula berinterferensi (berpadu).
jika sumber bunyi 1 memberikan bunyi yang bersimoangan y, frekuensi sudut w1, dan
amplitudo A, sedangkan sumber bunyi 2 memberikan bunyi yang bersimpangan y2.
frekuensi sudut w2 dan amplitudo A, sehingga pada setiap saat t masing-masing
sumber bunyi bersimpangan
Y1 = Asin w1 + i (2,3)
Atau
Y2 = Asin w2 + i (2,4)
(suyantoro,2009).
Paduan antara y1 dengan y2 memberikan simpangan hasil interfensi y, yaitu
y=y1+y2 dan diperoleh :
2 2 1 + 2
Y = 2A cos ( )t sin ( ) (2.5)
2 2
2 1
Persamaan (2.5) memperlihatkan faktor peka waktu yaitu ( )t dan
2
1 + 2
gaktor yang tidak peka waktu itu adalah ) dimana 1 = 2 dan 2 = 22
2
161

dengan 1 dan2 berturut-turut merupakan frekuensi sudut 1 dan 2 . Pola


gelombang hasil paduan antara 1 dengan 2 (suyantoro,2009).
Ketika sistem berosilasi dibuat menjadi bergerak, sistem itu berosilasi pada
frekuensi alamnya. Sebagai contoh mungkin kita akan menarikmassa pada pegas.
Massa itu kemudian berosilasi pada frekuensi f dari gaya eksternal itu, bahkan
frekuensi ini berbeda dari pada frekuensi alami (natural flequency) dari pegas itu.
Yang sekarang kita akan lambangkan dengan 0 maka lihat persamaan (2.6)
1
0 = (2.6)
2

Untuk osilasi paksa dengan hanya redaman ringan, amplitudo osilasi


ditemukan tergantung pada perbedaan antara F dan 0 dan maksimum ketika
frekuensi gaya eksternal sama dengan frekuensi alami dari sistem yaitu f =
0 amplitudo diplot pada fungsi dari frekuensi eksternal F (Giancoli,2014).
Gelombang dapat bergerak dalam jarak yang besar tetapi medium (air atau
tali) itu sendiri hanya memiliki getaran terbatas, berosilasi di sekitar titik
kesetimbangan seperti dalam gerak harmonik sederhana jadi meskipun gelombang itu
sendiri bukan matrial, pola glombang dapat melakukan perjalanan dalam materi ini
jelas ditunjukkan dengan mengamati daun dan kolam seiring gelombang bergerak
melewati daun atau gabus. Itu tidaj dibawa oleh gelombang tetapi berosilasi kurang
lebih naik dan turun di sekitar titik kesetimbangan karena inilah gerakan air itu
sendiri (Giancoli,2014).
Gelombang dapat bergerak dalam jarak yang besa, tetapi medium (air atau
tali) itu sendiri hanya memiliki gerakkan terbatas. Berosilasi di sekitar titik
kesetimbangan seperti dalam gerak harmonik sederhana, dari meskipun gelombang
itu sendiri bukan materi pola gelombang dalam melakukan perjalanan dalam materi.
Gelombang terdiri dari osilasi yang bergerak tanpa membawa materi bersamanya
(Giancoli,2014).
Amplitodu A, adalah ketinggian puncak atau kedalaman (palung) maksimum
relative terhadap normal (atau kesetimbangan). Tingkat total ayunan dari puncak ke
162

palung adalah 2A (dua kali amplitudu) jarak antara dua puncak berurutan adalah
panjang gelombang (huruf yunani lambda) panjang gelombang juga sama dengan
jarak antara dua titik identik manapun yang berturut-turutpada gelombang. Frekuensi
1 adalah jumlah puncak atau siklus lengkap yang melewati sebuah titik tertentu
persatuan waktu (Giancoli,2014).
Lajunya gelombang tergantungdengan sifat medium di mana ia bergerak.
Kecepatan gelombang tranver. pada tali atau kabel terbentang. Tergantung pada
ketebalan kabel dan massa persatuan panjang dari kabel (huruf yunani ) jika m
adalah massa dari kabel denagn panjang = / untuk gelombang ampltudu
kecil, laju glombang adalah

V = (2.7)

[gelombang tranversal pada kabel]


Formula ini masuk akal secara kualitatif atas dasar mekanika newton. Artinya
kita menang berharap bahwa ketegangan yang akan menjadi pembilangan dan massa
persatuan panjang sebagai penyebut. Mengapa? Karena ketika ketegangan lebih besar
kita berharap bahwa kecepatan lebih besar karena kesetiap segmen kabel berada
dalam kontak yang erat dengan tetangganya , juga semakin besar massa persatuan
panjang semakin kabelnya memiliki inersia dan lebih lambat gelombang akan
diharapkan untuk meyebar (Giancoli,2014).
Dengan laju gelombang tranversal pada kabel persamaan (2.8) yaitu

V= (2.8)

Khusus, untuk gelombang longitudinal yang berjalan sepanjang batang


panjang solit

V = (2.9)

[gelombang longitudinal pada batang panjang]


163

1 maka E adalah modulus elastif (subbab 9-5) dan adalah densitasnya.


Untuk gelombang longitudinal yang berjalan di cairan atau gas

V = (2.10)

[gelombang longitudinal di fluida]


Dimana B adalah modulus baik (subbab 9-5) dan P sekali lagi adalah densitas
(Giancoli,2014).
Gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain seiring
gelombang melakukan perjalanan melalui medium energinya dipindahkan sebagai
energy getaran (Giancoli,2014).
Dengan demikian kita memiliki hasil yang paling bawah energy yang
diangkut gelombang sebanding dengan kuadrat amplitudonya. Intensitas I gelombang
di definisikan sebagai daya (energy persatuan waktu) yang diangkat melintasi satuan
luas secara tegak lurus terhadap arah aliran energy
/
I = (2.11)

Satuan SI dari intensitas adalah watt per meter kuadrat (w/2 )karena energy
sebanding terhadap kuadrat amplitudo gelombangnya demikian juga intensitasnya
I X 2 (2.12)
Misalnya, jika gelombang mengalir keluar dari sumber kesegala arah itu
adalah gelombang tiga dimensi (Giancoli,2014).
Contohnya adalah suara yang berjalan di udara terbuka, gelombang gempa,
dan gelombang cahaya. Jika mediumnya isotopic (sama disemua arah) gelombangnya
adalah sferis (spherical wave). Seiring gelombang bergerak keluar, energi yang
membawanya tersebar di area yang lebih luas dan lebih besar karena luas permukaan
bola dengan jari-jari r adalah 4 2 dengan demikian intensitas gelombang sferist
adalah

I= = (2.13)
4 2
164

Jika keluaran daya P dari sumber bersifat konstan. Maka intense tasnya
berkurang seiring kuadrat terbalik dari jarak terhadap sumbernya
1
I X 2 (2.14)

(Giancoli,2014).
Gelombang radio gelombang ini sering disebut gelombang frekuensi radio,
atau gelombang rf gelombang rf mempunyai daerah frkuensi dari beberapa sampai
102 = 103 jadi mempunyai daerah panjang gelombang antara beberapa km
sampai 0.3 m. gelombang radio dengan panjang gelombang antara 10 m dengan 100
m dikenal sebagai gelombang pendek. Dan banyak dipengaruhi. Dipergunakan untuk
siaran radio jarak jauh. Siara televise dipancarkan dengan mempergunakan
gelombang
TABEL 2.1 KECEPTAN JARAK BUNYI
MEDIUM TEMPERATUR KECEPATAN
(M/Det)
Udara 0 331,3
Hidrogene 0 1286
Oksigen 0 317,2
Air (2 0) 15 1450
Timah hitam 20 1230
Alumunium 20 5100
Tembaga 20 3560
Besi 20 5130
Granit - 6000
Karet 0 54
(Satrisno,1979).
Resonansi pada tabung gas suatu gelombang longitudinal yang menjalar
dalam suatu tabung gas mengalami pantulan pada kedua ujung tabung seperti halnya
gelombang tranversal pada tali (Sutrisno,1979).
165

Setiap bunyi yang terdengar adalah akibat oleh bergetarnya sebuah objek pada
saat sebuah objek bergetar. Udara disekelilingnya pun ikut bergetar getaran ini
selanjutnya merambat kesegala arah dari pada saat getaran-getaran ini masuk ke
gendang telingan manusia otak. Menterjemahkan sebagai bunyi meskipun sebagai
bunyi yang didengar yang berasal dari udara bunyi dapat juga merambat kedalam
berbagai bahan misalnya melalui rel kereta api atapun air. (Sutrisno,1979).
Bunyi merambat sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat
menjalar dalam medium padat atau pun gas mediumbunyi ini adalah molekul yang
membentuk beban medium mekanik tersebut rambantan gelomabng bunyi
menimbulkan grtaran-getran partikel medium dengan arahebagai gelombang mekanik
longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat atau pun gas mediumbunyi ini
adalah molekul yang membentuk beban medium mekanik tersebut rambantan
gelomabng bunyi menimbulkan grtaran-getran partikel medium dengan arah getaran
berimpit dengan arah rambat gelombang. Getaran partikel medium berasa dari
sumber bunyi dan menyebabkan adanya perubahan rapat massa dan tekanan akan
mengakibatkan terbentuknya rapatan regangan disepanjang rambatan gelombang
partikel-partikel. Bahan yang mentrasmisikan gelombang seperti itu berosilasi dalam
arah perjalanan gelombang itu sendiri (Sutrisno,1979).
Laju perambatan gelombang bunyi bergantung pada interaksi antara molekul-
molekul dan sifat inersia medium. Interaksi antara molekul dinyatakan oleh modulus
benda () modulus benda B merupakan konstanta pembandingan antara perubahan
tekanan dengan perubahan volum yang diungkapkan dengan persamaan berikut

= (2.15)

(Basry,2009).
Menurut persamaan diatas laju perubahan bunyi terbantung pada modulus
baik () dan kerapan dari matrial () dengan demikian untuk helium yang
kerapatannya jauh yang lebih keal dari udara tetapi modulus elastisnya tidak berada
166

jauh lanjuya tiga kali lipat dari udara di dalam gas modulus benda = Y0 sehingga
kecepatan bunyi dalam gas diberkan oleh

V= (2.16)

(Basry,2009).
2 merupakan jarak kolom udara saat terjadi resonansi kedua apabila
amplitudu maksimum ke-2 terlihat saat ada perubahan tegangan kembali pendeteksi
ketinggal air untuk menentukan ini adalah pada perubahan ketinggalan air yang
didektesikan oleh trandusur ultrasonik PING dan mengirim data mikrokontroler
mengenal kondisi ketinggalan air yang akan ditampilakn ke computer ( Basry,2009).
Pada penelitian ini sensor yang digunakan yaitu trandusur ultasonik PINK
dengan sensor mikrovon akan merubah besarnya fisis (suara) menjadi besaran elektris
(tegangan) serta mendeteksi bunyi dengung yang terjadi tranduser akan bekerja
berdsarkan prinsip pantulang gelombang suara. Suara yang dihasilkan tidak dapat di
dengar oleh telinga manusia. Hal ini dikarenkan telingan manusisa hanya mampu
mendengar suara dengan frekuensi 20 sampai 20.000 (basry,2009).
Trandusur ultrasonic memiliki sebuah pembakti siknal 40 disini Y adalah
konstanta yang disebut hasil bagi kalor jenis gas konstanta ini arganya bergantung
pada macam gas sedangan 0 adalah tekanan udara dalam keadaan setimbang
(priyambodo,2013).
Laju gelombang bunyi bergantung pada temperatul tetapi hal ini terutama
tampak pada gas.sebagai contohdi udara laju bertambah sekitar 0,6 m/s untuk setiap
kenaikan dan peratul suhu 1 celcius derajat.
V = (33 l + 0.60 T ) m/s (2.17)
dimana T adalah tempratur dalam 0C untuk menentukan laju perambatan
bunyi di udara dapat dilakukan dengan menggunakan konvigurasi gambar-gambar
(Priyambodo,2013).
Bunyi digunakan dengung yang dihasilkan garputala yang bergetar pada
tabung sangatlah kecil dengan adanya masalah ini maka perlu disalahkan suatu sistem
167

pengukuran kecepatan gelombang bunyi di udara yang modern dan partikel penelitian
ini bertujuan untuk menghitung kecepatan gelombang bunyi di udara dengan
menggunakan konvirmasi (Priyambodo,2013).
Resonansi bunyi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu sistem fisis yang
diakibatkan oleh sistem fisis yang bergantung dengan frekuensi tertentu
(Priyambodo,2013).
Contoh dari peristiwa resonansi bunyi adalah sebuah garputala yang bergetar
maka tabung akan ikut bergetar dan ikut merapat pada pipa organa tertutup yang
terjadi berupa simpul dan pipa organa terbuka pada berupa perut jika posisi dengung
(1 2 ) dapat ditentukan maka akan memudahkan untuk mencari nilai panjang
gelombang yang dihasilkan adapun persamaan yang dilakukan

V=4 (2.18)

(Priyambodo,2013).
Dari persamaan 1 diketahui bahwa 1 merupakan jarak saat resonansi pertama
terjadi hal ini dilihat pada ketinggian air di tabung (Priyambodo,2013).
Terdapat perbedaan antara gelombang dan matrial (partikel) gelombang
selama mejalar (merambat) hanya memindahkan energi. Sedangkan materi selama
perpindahan selalu memindahakan massa dan energy hubungan antara energy yang
dipindahkan dengan gelombang dicontohkan pada getaran rambat di atas permukaan
air saat itu rumput-rumput hanya bergerak naik turun tidaj hanyut, berarti gelombang
air bersifat memindahkan energy gelombang tetapi tidak memindahkan airnya.
Sebaiknya dalam hubungan energy dalam partikel yang bergerak dicontohkan batu
yang dilemparkan pada pristiwa ini baru yang terlempar membawa energy yang
setidaknya energy kinetic (Priyambodo,2013).
Gelombang muncul karena adanya gangguan atau usikan pada sebuah
medium ketika rumput diam di permukaan air yang datar. Kemudian sebuah batu
dijatuhkan tidak jauh dari rumput air itu. Apa yang terjadi ? batu jatuh di permukaan
air berperan sebagai penggangguan ( pemberi usikan) sehingga muncullah gelombang
168

permukaan air yang merambat menjauhi tempat usikan itu gelombang merupakan
gejala pemindahan usikan atau gangguan (Priyambodo,2013).
Pengelompokan gelombang menurut arah getar relative terhadap arah
perambatan gelombang dibedakan menjadi 2. Yaitu gelombang longitudinal dan
gelombang tranversal gelombang longitudinal memiliki arah getar sejajar dengan arah
perambatan dan ditampilkan oleh adanya renggangan dan kerapatan. Contohnya
gelombang ini adalah gelombang bunyi dan gelombang pegas adapun gelombang
interversal. Memiliki arah getaran tegak lurus terhadap arah perambatannya (
Priyambodo,2013)
Untuk gelombang sinus olda dengan frekuensi 1 partikel bergerak dalam
1
GHS. Seiring gelombang berlaku sehingga setiap partikel memiliki energi E= 2 2

dimana A adalah amplitudo gereknya menggunakan persamaan (2.16) kita dapat


menuliskan K dalam konteks frekuensi K = 4 2 2 dimana m adalah massa partikel
( atau volume kecil ) dari medium maka :
1
E = 2 k 2 = 2 2 2 2 (2.19)

Massa M = PV diman P adalah densitas medium dan V adalah volume dari


sepotong kecil medium seperti yang ditunjukkan pada volume V = SL dimana S
adalah luas permukaan melintang melalui mana gelombang berjalan ( kami
menggunakan S bukanya A untuk luas karena telah menggunakan A sebagai
amplitudo) kita bisa menuliskan L sebagai jarak gelombang berjalan selama waktu t
sebagai L = Vt diman V adalah laju gelombang dengan demikian M = PV = PSVT
dan
E = 2 2 2 2 (2.20)
Dari persamaan ini, kita lihat lagi hasil penting adalah energi yang di bawa
oleh gelombang adalah sebanding terhadap kuadrat amplitudo rata rata daya yang
dibawa = / adalah :

= = 2 2 2 2 (2.21)

169

Akhirnya intensitas I dari sebuah gelombang adalah rata rata daya yang
dibawa sepanjang luas satuan yang tegak lurus terhadap arah aliran energi

I = = 2 2 2 2 (2.22)

Relaksi ini menejukkan secara ekspilsit bahwa intensitas dari sebuag


gelombang adlah sebanding terhadap baik kuadrat ampitudo A di titik manapun juga
kuadrat frekuensi F (Giancoli,2014).
Suatu kawat diberi beban suatu benda berat benda ini akan memberikan gaya
tarik T pada kawat massa kawat persatuan jika ujung yang lain digetarkan, maka
mula-mula pada kawat. Kecepatan jarak gelombang bunyi ini bergantung pada
interaksi antara molekuldan sifat inersia medium. Interaksi antar lain molekul
dinyatakn oleh modulus benda B. Modulus benda P merupakn kosntanta pembanding
antara perubahan tekanan dengan prunahan volume

= (2.23)

Sifat inersia medium dinyatakan oleh kerapatan massa gas dalam keadaan
setimbang, sehingga kecepatannya jalar bunyi diberikan oleh :

V = (2.24)

Didalam gam modulus benda B = Y , seehingga kecepatan bunyi dalam gas


diberikan oleh

V= (2.25)

Disini Y adalah konstamta yang disebut hasil bagi kalor jenis gas konstanta ini
harnya bergantung pada macam gas. Sedangkan 0 adalah tekanan dalam keadaan
seimbang (sutrisno,1979).
Untuk medium padat berbentuk batang panjang atau kawat modulus benda B
diganti dengan modulus young. Untuk medium padat. Dimana luas tidak dapat
abaikan, kontanta interaksi akan bergantung pada modulus benda B dan modulus
170

geser M dalam hal ini kecepatan gelombang longitudinal dalam bahan padat
diberikan oleh

3
+
V= 4
(2.26)

Bahan cair dan gas tidak dapat menambah gaya tengensial sehingga M = 0 akibat
lainya ialah bahwa di dalam medium ini tidak dapat di jalankan gelombang tranversal
( Sutrisno,1979)
Kita mendengar bunyi karena adanya gangguan yang menjalar ketelinga kita
kareana gangguan ini selaput gendang di telia kita bergetar dan getaran ini diubah
menjdi denyut listrik yang di laporkan ke otakkita lewat urat syaraf pendengar
(Sutrisno, 1979)
Sumber bunyi suatu senar yang terikat pada kedua ujumgnya digesek seperti
pada kedua ujung digesek seperti pada biolagetaran yranversal akan menjalarkan
sepanjang senar.Gangguan ini akan dipantulkan pada kedua ujungnya senar dan senar
terbentuk gelombang berdiri (Sutrisno , 1979)
171

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum fisika pasar 1 tentang Resonansi Bunyi ini dilaksanakan pada
hari senin 16 oktober 2017 pukul 16.00-18.00 wita. Bertempat di laboratorium fisika
dasar Gedung C lantai 3 fakultas matematikadan ilmupengetahuan alam Universitas
Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur.

3.2 Alat percobaan


1. 4 buah statif
2. 1 buah power suppiy
3. 1 buah speaker
4. 1 buah pipa resonansi

3.3 Prosedur Percobaan


1. Diambil alat-alat yang dibutuhkan (statif, power suppiy, speaker dan pipa
resonansi)
2. Dipasangkan speaker pada salah satu statif
3. Diurutkan ke-4 statif dengan sejajar (staf yang telah dipasangakan speaker
diletakan paling depan)
4. Diletakan pipa diatas statif (denganujung pipa didekatkan pada speaker)
5. Disambungkan power suppiy. Pada listrik dan speaker
6. Diatur frekuensinya menjadi 1.000 Hz pada power suppiy
7. Diyakinkan power suppiy dengan frekuensinya yang telah diatur.
8. Ditarik pipanya dengan perlahan-lahan
9. Didengarkan dengan seksama kapan bunyinya terdengar naik dan turunnya
10. Dicatat panjang kolom udaranya pada pipa saat berbunyi terdengar naik dan
turun sebanyak 5 kali.
172

11. Diulangi langkah ke-6 sampai 9 dengan frekuensi 2.00 Hz


173

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


4.1.1 Data Pengamatn Frekuensi 1.000
NO N L(cm) L(m)
1. 1 6 0.6
2. 2 11 0.11
3. 3 17 0.14
4. 4 20 0.20
5. 5 21 0.21
174

4.1.2 Data Pengamatan Frekunsi 2.000


NO N L(cm) L(cm)
1. 1 7 0.7
2. 2 12 0.12
3. 3 18 0.18
4. 4 20 0.20
5. 5 31 0.31
175

4.2 Grafik
176

4.3 Analisis Perhitungan


4.3.1 Tanpa KTP
Pada Frekuensi 1.000
0.6
= = = 0.6 m
1
0.11
A1 = = = 0.055 m
2
0.21
A2 = = = 0.042m
5

= 2 . F . = 2 . 1,000. 0,6 = 1,2


Pada Frekuensi 2.000
0,7
= = = 0,7
1
0,12
A1 = = = 0.06
2
0.20
2 = = = 0.05
4

= 2 . F . = 2 . 2,000. 0,7 = 2,8


4.3.2 Dengan KTP
4.3.2.1 Pada Frekuensi 1.000
(1 )2 + (2 )2
I . = 2(21)

(0.0550,6)2 + (0.042 0.6)2


= 2

(0,545)2 + (0,0558 )2
= 2

(0,279)+ (0,311)
= 2

0,608
= 2

= 0,304
= 0,551 M
177

II . A = 2 . 1.000 . 0,551 = 1,102


4.3.2.2 Pada frekuensi 2.000
(1 )2 + (2 )2
I . A = 2(21)

(0,060,7)2 + (0,050,7)2
= 2

(0,64)2 + (0,65)2
= 2

(0,410)+ (0,423)
= 2

0,833
= 2

= 0,417
= 0,646
II . = 2 . . = 2 . 2,000 .0,646 = 2,584
4.3.3 Ketidak Pastian Mutlak
4 .3.3.1 Pada Frekuensi 1,000
= (0,6 0,551 )
= (1,2 1,102 )
4.3.3.1 Pada Frekuensi 2.000
= (0,7 0,417 )
= (2,8 2,584 )
4.3.4.1 Pada Frekuensi 1.000
0,551
I. 100 = 100 00
0.6

= 0.918 x 100
= 9,18
1,102
II . 100 = 100 00
1,2

= 0.918 x 100
= 9,18
178

4.3.4.2 Pada Frekuensi 1.000


0,646
I. 100 = 100 00
0,7

= 0.923 x 100
= 9,23
2,584
II . 100 = 100 00
12,8

= 0,923 x 100
= 9,23
179

4.4 Pembahasan
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat benda lain
yang bergetar karena keduanya memiliki frekuensi yang merupakan bilangan bulat
dari frekuensi yang sama atau memiliki frekuensi yang merupakan bilangan bulat dari
frekuensi dan salah satu benda bergetar. Resonansi bunyi pada kolom udara
dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi pada alat musik.
Pada keadaan tanpa ketidakpastiaan (KTP) di frekuensi 1000 Hz, dihasilkan
panjang terbaik sepanjang 0,6 m dengan persamaan L/n. Panjang terbaik diambil
berdasarkantitik (0.0) dalam grafik. Panjang pertama yaitu sebesar 0,055 m, dan
panjang kedua yaitu sebesar 0,042m. cepat rambat bunyi diudara adalah 1,2 m/s.
pada keadan tanpa ketidak pastian di frekuensi 2.000 Hz dihasilkan panjang terbaik
yaitu sepanjang 0,05m dengan titik n = 2. Di dapatkan pula panjang kedua sepanjang
0,05 m dengan titik n = 4 dan titik L = 0, 20.
Dengan ketidakpastian pada frekunsi 1000 Hz, dihasilkan perubahan
panjang yaitu sepanjang 0,551 m dan perubahan cepat rambat bunyi sebesar 1, 102
m/s. Pada kondisi frekuensi 2000 Hz, dihasilkan perubahan panjang sebesar0,646m
dan perubahan cepat rambat bunyi adalah sebesar 2,584 m/s. Dapat disimpulkan
bahwa semakin besar frekuensi gelombang, makaperubahan panjang dan perubahan
cepat rambat bunyi juga semakin besar.
Pada keadaan ketidakpastian (KTP) relatif di frekuensi1000 Hz, dihasilkan
presntrasi yaitu sebesar 9,18% untuk panjang bunyi dan dihasilkan pula presentrasi
sebesar 9,18% untuk perubahan cepat rambat bunyi. Pada keadaan ketidakpastiaan
relative di frekuensi 2000 Hz , dihasilkan presntrasi sebesar 9, 23% untuk panjang
bunyi dan dihasilkan pula presentrasi untuk perubahan cepat rambat bunyi yaitu
sebesar 9,23%.
Resonansi merupakan suatu phenomena dimana sebuah system yang
bergetar dengan amplitude yang maksimum akibat adanya implus gaya yang berubah-
ubah yang bekerja pada impuls tersebut. Kondisi seperti ini dapat terjadi bila
frekuensi gaya yang bekerja tersebt berimpit atau sama dengan frekuensi getar yang
180

tidak diredamkan dari system tersebut. Jadi, resonsi adalah peristiwa ikut bergetarnya
suatu benda akibat benda lain yang bergetar karena keduanya memiliki frekuensi
yang merupakan bilangan bulat dari frekuensi salah satu benda bergetar.
Resonansi bunyi banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya telinga manusia, kita dapat mendengar bunyi karena adanya periswtiwa
resnansi pada telinga kita. Didalam terlaput ini sangat tipis dan mudah
beresonansidengan bunyiaudiosonik. Lalu pada kedua pada alat music, alat music
akustik seperti seruling, biola, drum, dan gitar memanfaatkan resonansi agar
diperoleh bunyi yang merdu. Alat musik tradisional seperti gamelangn juga
memanfaatkan peristia resonansi dan yang ketiga pada rongga mulut katak, katak
dapat mengeluarkan bunyi yang sangat keras karena resonansi terjadi pada rongga
mulut katak. Rongga mulut katak dapat mengebang sedemikian rupa sehingga
menyerupai selaput tipis , pada saat selaput tipis inilah terjadi pristiwa resonansi.
Fungsi alat yang kami gunakan pada percobaan kali ini adalah statif yang
tidak terjatuh, yang kedua power supply yang berguna sebagai pengantur tegangan,
yang ketiga spiker yang berguna sebagai pengeras suara dan yang terakhir pipa
sebagai tempat terjadinya resonansi.
Faktor-faktor kesalahan yang terjadi saat melukan praktikum ini adalah
kurang teliti pada saat mendengarkan bunyi pada frekuensi 1000 Hz. Kesalahan saat
mencacat datanya, ketidak tahuan tentang fungsi alat yang digunakan dan kurang
menguasai materi tentang resomnansi bunyi. Dari faktor kesalahan tersebut kita dapat
meminimalisir dengan cara lebih teliti lagi saat melakukan peraktikum terutama saat
pendengarkan bunyinya dan pada saat mencatat datnya, sebelum prakyikum harus
memahami fungsi alat yang akan digunakan dan mempelajari materinya terlebih
dahulu
181

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada frekuensi 1000 Hz didapatkan Asebesar 0,551 m dan AV sebesar
1,102 m/s. pada frekuensi 2000 Hz didapatkan Av sebesar 0,646 m dan AV
sebesar 2,584 m/s. semakin besar srekuensi gelombang maka semakin besar
pula perubahan panjang dan cepat rambut gelombangnya.
2. Sumber bunyi yang diletakan diatas mulut tabung resonansi akan
mengatarkan udara yang berada di kolom udara.
3. Pada frekuensi 500 Hz cepat rambatnya 400 m/s sedangkan pada frekuensi
10.000 Hz cepat rambatnya 940 m/s.

5.2 Saran
Sebaiknya pada pratikum selanjutnya menggunakan garputala agar dapat
membandingkan hasil anatar pipa resonansi dan garputala.
182

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Murdaka Eka Jati dan Tri Kuantono Priyombodo. 2016 Fisika Dasar
yogyakarata : ANDI
Basri, Hasan. 2009. Analis Validitas Dalam menentukan laju perambatan bunyi
diudara dengan menggunaka konfigurasi gambar. (Diakses pada tanggal 22.
Oktober 2017 pukul 21.37)
Dauglas, Glancoli.2014 Fisika Edisi Ketujuh Jilid1. Jakarta: Erlangga
Nuncholis, Junaidi, Arif surtono, 2014. Rancangan Bangunan system Data
Resonansi Gelombang bunyi menggunakan transduser ultrasonic Berbasis
mikrokoniroler AT mega 8535. (Diakses pada tanggal 22 oktober 2017 pukul
21.37)
Sutrisno.1979, Fisika Dasar. Bandung : ITB
183

Anda mungkin juga menyukai