BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kutub utara sepanjang meridian yang melalui Paris menjadi 10 juta meter. Sekarang
meter standar didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa
selama waktu 1/299.729.458 sekon. Meter stadar digunakan untuk membuat meter
standar sekunder yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur panjang di seluruh
dunia (Tipler, 1998).
Satuan standar untuk waktu, yaitu sekon (s), pada awalnya didefinisikan
1 1 1
berkenaan dengan rotasi bumi sebagai 60 24 dari rata-rata lama hari matahari.
60
Saat ini, satu sekom didefinisikan berkaitan dengan frekuensi cahaya. Semua atom,
setelah menyerap energi, memancarkan cahaya dengan panjang gelombang dan
frekuensi tertentu yang merupakan karakteristik dari suatu unsur. Setiap transisi
energy di dalam atom berhubungan dengan frekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Sejauh ini diketahui bahwa frekuensi-frekuensi ini konstan. Satu sekom
ditetapkan sedemikian rupa sehingga frekuensi cahaya yang dihasilkan oleh transisi
tertentu dalam atom cesium adalah 9.192.631.770 siklus per sekon. Dengan definisi-
definisi ini, satuam pokok panjang dan waktu dapat diperoleh dalam laboraturium di
seluruh dunia (Tipler, 1998).
Satuan standar untuk massa, kilogram (kg), yang sama dengan 1000 gram (g),
didefinisikan sebagai massa suatu kilogram standar yang juga disimpan di Sevres.
Konsep tentang massa ini akan dibahas secara rinci, didapatkan bahwa berat suatu
benda pada suatu titik tertentu di permukaan bumi sebanding dengan massanya. Jadi,
massa benda-benda berukuran normal dapat dibandingkan dengan menimbangnya.
Sebuah duplikat kilogram standar disimpan di National Bureau of Standards di
Gaithersborg, Maryland, Amerika Serikat (Tipler, 1998).
Satuan tiap besaran fisik dapat dinyatakan dengan satuan pokok SI. Beberapa
kombinasi satuan yang sering digunakan mendapat nama khusus. Misalnya, satuan SI
untuk gaya, kg.ms2/s3 = N.m/s, disebut watt (W) (Tipler, 1998).
Awalan-awalan dapat digunakan pada setiap satuan SI, sebagai contoh 0.001
detik sama dengan 1 mili sekon (ms); 1.000.000 watt sama dengan 1 megawatt
5
(MW). Sistem desimal lain yang masih digunakan tetapi secara bertahap digantikan
oleh satuan SI adalah sistem cgs, yang berdasarkan pada sentimeter, gram dan sekon.
Sentimeter didefinisikan sebagai 0.01m. Sekarang gram didefinisikan sebagai 0.01kg.
Semula, gram didefinisikan sebagai massa satu sentimeter kubik air. Dengan
demikian, satu kilogram adalah massa 1000 sentimeter kubik air atau satu liter air
(Tipler, 1998).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa besar atau magnitude suatu besaran fisik
harus terdiri dari suatu bilangan dan satu satuan. Jika besaran-besaran itu
dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, atau dibagi dalam suatu persamaan aljabar,
maka satuannya juga harus diperlakukan sama seperti bilangan lainnya (Tippler,
1998).
Semua faktor konversi mempunyai nilai 1, dan digunakan untuk mengubah
suatu besaran yang dinyatakan dalam satu satuan ukuran menjadi nilai ekuivalennya
dalam satuan ukuran lainnya. Dengan menuliskan satuan-satuannya secara eksplisit
dan mencoretnya, kita tidak perlu berpikir mengenai apakah kita akan mengalikan
atau membaginya untuk mengubah kilometer ke mil, karena satuan-satuan yang
tersisa menyatakan apakah kita telah memilih faktor yang betul atau yang salah
(Tipler, 1998).
Penjumlahan dua besaran fisik hanya bearti jika besaran-besaran itu
mempunyai dimensi yang sama. Sebagai contoh, kita tidak dapat menjumlahkan
besaran luas dengan besaran kelajuan untuk memperoleh suatu jumlahan yang berarti.
Jika kita mempunyai persamaan seperti:
A=B+C (2.1)
Maka besaran A,B dan C semuanya harus mempunyai dimensi yang sama.
Penjumlahan B dan C juga mengharuskan bahwa dimensi besaran-besaran ini
dinyatakan dalam satuan yang sama. Sebagai contoh, jika B adalah luas sebesar
500in2 dan C adalah luas sebesar 4ft2, kita harus mengubah B menjadi feet persegi
atau C menjadi inchi persegi guna memperoleh jumlahan dari dua luas ini (Tipler,
1998).
6
Kita seringkali perlu untuk mengubah satuan dari besaran fisik yang
dinyatakan. Kita dapat melakukan itu dengan suatu metode yang disebut konversi
link berantai (chain link conversion).pada metode ini, kita mengalikan
pengukuran asli dengan faktor konversi (rasio antara satuan-satuan) yang setara
dengan 1. Karena pengalian besaran apapun dengan satu akan menghasilkan besaran
yang tidak berubah, maka kita dapat menggunakan factor konvensi dimana saja kita
rasa berguna. Pada konversi link berantai, kita menggunakan faktor-faktor konversi
tersebut untuk mneghilangkan satuan yang tidak diinginkan. Apabila kita
memasukkan faktor konversi tetapi satuan yang diinginkan tidak hilang, maka balik
faktornya dan coba lagi. Dalam konversi satuan mengikuti aturan aljabar yang sama
dengan variabel dan angka (Halliday, 2005).
Pada tahun 1972, Republik Perancis menetapkan sistem baru untuk berat dan
ukuran. Dasarnya adalah meter, didefinisikan meter sebagai satu per 10 juta jarak dari
kutub utara ke ekuator. Selanjutnya, untuk kepraktisan, standar bumi ini diabaikan
dan meter didefinisikan menjadi jarak antara 2 garis halus yang terdapat pada ujung
batang platinum-platinum, disebut batang meter standar, yang tersimpan di The
International Bureau of Weights and Measures di dekat Paris. Duplikat akurat dari
batang tersebut dikirim ke laboraturium standardisasi di seluruh dunia. Standar-
standar sekunder ini digunakan untuk menghasilkan stndar yang lain lebih diakses,
dan banyak lagi, sehingga pada akhirnya setiap alat ukur memperoleh otoritasnya dari
batang meter standar melalui serangkaian perbandingan yang rumit (Halliday, 2005).
Fenomena apapun yang berulang dengan sendirinya adalah standar waktu
yang mungkin. Rotasi bumi, yang menentukan panjangnya waktu dalam satu hari,
telah digunakan sebagai standar waktu selama berabad-abad. Satu detik adalah waktu
yang ditempuh oleh 9.192.631.770 osilasi cahaya (dengan panjang gelombang
tertentu) yang dipancarkan oleh atom Cesium 133 (Halliday, 2005).
Pengukuran pada fisika didasarkan pada pengukuran besaran fisika. Besaran
fisika tertentu telah dipilih sebaga besaran pokok (seperti panjang, waktu dan massa)
masing-masing telah didefinisikan standarnya dan diberikan satuan ukurannya
9
(seperti meter, detik, dan kilogram). Besaran fisika lainnya didefinisikan dalam
besaran pokok, standard an satuannya (Halliday, 2005).
Panjang meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya selama
interval waktu tertentu. Waktu detik didefinisikan oleh sumber atom (Cesium 133).
Sinyal waktu yang akurat dikirimkan ke seluruh dunia menggunakan sinyal radio
yang dikunci ke jam atom di laboraturium standardisasi, massa kilogram
didefinisikan sebagai massa platinum-iridium standar yang tersimpan dekat Paris.
Untuk pengukuran dalam skala atom, digunakan satuan massa atom yang biasanya
didefinisikan sebagai massa atom karbon 12 (Halliday, 2005).
Suatu ilmu mengandalkan pada pengukuran sampai suatu derajat tertentu,
tetapi biasanya pengukuran itu membantu pada tujuan utama. Jadi seorang zoology
mungkin mengukur secara teliti bobot tikus-tikus yang dipergunakan dalam
percobaan obat untuk menentukan efek obat terhadap pertumbuhannya. Pengukuran
ini secara incidental adalah kurang penting untuk masalah fungsi metabolic obat.
Dalam fisika, sebaliknya, pengukuran itu sendiri adalah objek utama perhatian,
karena suatu konsep tertentu, seperti panjang, waktu atau suhu, hanya dipahami
dalam kaitannya dengan metode yang dipergunakan untuk mengukurnya. Cara
pendefinisian hal-hal ini dinamakan operasionalisme, dan dalam penggunaannya
harus dihindari pengaitan arti metafisis yang tak terjamin terhadap suatu konsep dan
kemungkinan pemasukan konotasi-konotasi yang tak ada hubungannya dan ada
kemungkinan salah. Secara oprasional panjang dari sesuatu didefinisikan sebagai
bilangan (Cromer, 1994).
Kita lihat bahwa dengan merinci prosedur sesungguhnya yang digunakan
untuk mengukur suatu panjang kita dapat menghindari keharusan mengatakan sesuatu
tentang sifat dasar pokok dari ruang atau jarak (yang termasuk metafisika). Panjang
adalah apa yang terukur dengan penggaris, dan kita tidak perlu harus mengetahui
lebih banyak tentang itu untuk mengerjakan fisika (Cromer, 1994).
Ada banyak kasus yang menarik yaitu pengukuran langsung suatu panjang
dengan memakai meter penggaris adalah tidak mungkin, dan metode tak langsung
10
daripada neraca analog, tidak hanya dari segi pembacaan yang lebih praktis tetapi
juga dari segi ketelitian yang relatif lebih akurat dan harga neraca digital juga relatif
jauh lebih mahal. Neraca digital telah menggunakan konsep elektronika, dari
rangkaian jembatan Wheatstone yang tersusun dari beberapa strain gauge yang
kemudian dikonversi dalam bentuk sebuah sensor load cell, dimana perbedaan
potensial menjadi acuannya. Perbedaan akan terdeteksi dalam bentuk perambatan
tegangnan yang diakibatkan oleh tekanan mekanis yang bekerja. Load cell sendiri
merupakan sensor gaya yang didalamnya berisi pegas dan logam mekanik yang
terbuat dari beberapa foil metal starin gauge (Putra, 2014).
Ketika seorang fisikawan eksperimental sedang melakukan pengukuran,
artinya ia sedang menentukan nilai suatu besaran dengan bantuan alat yang disebut
sebagai alat ukur. Hasil pengukuran lalu disajikan sebagai perkalian antara sebuah
bilangan riil dengan satuan yang dipakai. Bilangan riil dalam ungkapan hasil
pengukuran menunjukkan hasil perbandingan (rasio) antara besaran yang diukur
dengan duplikat standar besaran yang dipakai (Rosyid, 2015).
Dari caranya, pengukuran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengukuran
tunggal dan pengukuran berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran atau
pengamatan yang hanya dilakukan satu kali untuk mengukur suaru besaran tertentu.
Sedangkan pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan bberapa kali
untuk mengukur suatu besaran tertentu (Rosyid, 2015).
Pengukur tak langsung, yang hasil ukurnya diperoleh dari kombinasi berbagai
pengukuran tunggal. Pengukuran kombinasi dapat dipandang sebagai pengukuran
tunggal saja jika jumlah pengukuran sama dengan jumlah besaran yang tidak diketahu
dalam pengukuran (Rosyid, 2015).
Dari sifat keluaran yang dihasilkan, pengukuran dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu pengukuran statis dan pengukuran dinamis. Pengukuran dikatakan statis
jika keluaran yang dihasilkan tetap (konstan) selama periode yang relatif lama seperti
pengukuran massa dan pengukuran panjang (Rasyid, 2015).
13
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
m3
=
v3
0,09265 kg
=
1,464 x 105 m3
= 6328,552 kg/m3
4
=
4
0,09326 kg
=
1,593 x 105 m3
= 5854,363 kg/cm3
5
=
5
0,09271 kg
=
1,496 x 105 m3
= 6197,193 kg/cm3
4
V4 = r4 3
3
4
= x 3,14 (0,01073)3
3
= 5,1747 x 106 m3
4
V5 = r 3
3 5
4
= x 3,14 (0,01063 )3
3
= 5,0314 x 106 m3
m5
5 =
v5
0,02807
=
5,0314 x 106
= 5578,964 kgm3
= 17,326 x 1015
= 1,326 x 106m3
= 2,303 x 1012
= 1,578 x 106m3
= 4,0415 x 1014
= 2,0103 x 107m3
= 4,7285 x 1014
= 2,1745 x 107m3
= 4,2065 x 1014
= 2,051 x 107m3
1 2 m 2
1
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V
2
1 2
0,00433 2
(0,000001667) + (
= (9,078x106 ) )
(9,078x106 )2
. (1,326 x 106 )2
= 3,3697
= 1,836 3
23
1 2 m 2
2
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V
2
1 2
0,09244 2
(0,000001667) + (
= (1,496x105 ) )
(1,496x105 )2
. (1,578 x 106 )2
= 1,241
= 1,114 3
1 2 m 2
3
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V
1 2
2
0,09265 2
(0,000001667) + (
= (1,464x105 ) (1,464x105 )2
)
. (2,010 x 107 )2
= 1,296
= 1,138 3
1 2 m 2
4
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V
2
1 2
0,09326 2
(0,000001667) + (
= (1,593x105 ) )
(1,593x105 )2
. (2,175 x 107 )2
= 1,095
= 1,046 3
24
1 2 m 2
5
= ( ) (m)2 + ( 2 ) (V)2
V V
2
1 2
0,09271 2
(0,000001667) + (
= (1,496x105 ) )
(1,496x105 )2
. (2,051 x 107 )2
= 1,241
= 1,114 3
4.3.2.3 Volume Bola Besi
V1 = (4r 2 )2 (r)2
= 5,644 x 1016
= 2,376 x 108 m3
V2 = (4r 2 )2 (r)2
= 5,539 x 1016
= 2,354 x 108 m3
V3 = (4r 2 )2 (r)2
= 5,706 x 1016
= 2,389 x 108 m3
V4 = (4r 2 )2 (r)2
= 5,6004 x 1016
= 2,367 x 108 m3
25
V5 = (4r 2 )2 (r)2
= 5,814 x 1016
= 2,411 x 108 m3
1 m
1 = ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
1 +(
0,02806
(0,00001667)
= ( ) )
5,0598 x 106 (5,0598 x 106 )2
(2,376 x 108 )
= 10,85
= 3,294 kg/m3
1 m
2
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
1
0,02812
(0,00001667) + (
= (4,9889 x 106 ) )
(4,9889 x 106 )2
(2,354 x 108 )
= 11,162
= 3,34096 /3
1 m
3
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
26
1
0,02807
(0,00001667) + (
= (5,1027 x 106 ) )
(5,1027 x 106 )2
(2,389 x 108 )
= 10,668
= 3,266 /3
1 m
4 = ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
1 +(
0,02813
(0,00001667)
= ( ) )
5,1747 x 106 (5,1747 x 106 )2
8
(2,411 x 10 )
= 10,373
= 3,220 /3
1 m
5
= ( ) (m) + ( 2 ) (V)
V V
1
28,11
(0,00001667) + (
= (5,0314 x 106 ) )
(5,0314 x 106 )2
(2,367 x 108 )
= 10,9731
= 3,313 /3
27
2 2
1 0,0669
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,0213 (0,0213)2
= 6,655 106
= 2,5796 x 10-3
2 2
1
2 = ( . ) + ( 2 . )
2 2
1 0,0666
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,0212 (0,0212)2
= 6,720 106
= 2,592 x 10-3
2 2
1
3 = ( . ) + ( 2 . )
2 2
1 0,0671
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02135 (0,02135)2
= 6,632 106
= 2,575 x 10-3
2 2
1
4 = ( . ) + ( 2 . )
28
2 2
1 0,0674
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02145 (0,02145)2
= 6,567 106
= 2,563 x 10-3
2 2
1
5 = ( . ) + ( 2 . )
2 2
1 0,0668
= ( . (0,00001667)) + ( . (0,00001667))
0,02125 (0,02125)2
= 6,696 106
= 2,588 x 10-3
(1 )2 + (2 )2 + (3 )2 + (4 )2 + (5 )2
=
5
=1,2 106
= 1,095 x 10-3
(1 1 ) = (476,977 1,836) 3
m
(2 2 ) = (6179,144 1,114) 3
m
(3 3 ) = (6328,522 1,138) 3
m
(4 4 ) = (5854,363 1,046) 3
m
(5 5 ) = (6197,193 1,114)
m3
(1 1 ) = (5545,674 3,294) 3
m
(2 2 ) = (5636,513 3,34096) 3
m
(3 3 ) = (5501,009 3,266) 3
m
(4 4 ) = (5436,064 3,220) 3
m
(5 5 ) = (5578,960 3,313) 3
m
V2 1,518 106
x100% = x100% = 10,15%
V2 1,496 105
V3 2,0103 107
x100% = x100% = 1,37 %
V3 1,464 105
V4 2,1745 107
x100% = x100% = 1,37 %
V4 1,593 105
V5 2,051 107
x100% = x100% = 1,37 %
V5 1,496 105
V5 2,367 108
x100% = x100% = 0,47%
V5 5,0314 106
4.4 Pembahasan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristin tertentu yang dimiliki
32
seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas
disepakati. Pengukuran dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun
dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya, untuk mengukur tinggi, maka
seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek yang diukur merupakan objek
kasat mata.
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya dapat
mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur benda-benda yang
dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian dll. Pengukuran
dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya.
Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan satuan.
Untuk melakukan pengukuran diperlukan alat ukur. Sebagai contoh untuk mengukur
besaran panjang digunakan alat ukur mistar dan menggunakan satuan meter. Penjual
emas menggunakan neraca untuk mengukur massa emas. Penjual bensin
menggunakan mesin khusus untuk mengukur volume minyak, sedangkan tukang
kayu menggunakan mistar untuk mengukur panjang kayu.
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat
ukur panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda
beda yang berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu
dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan
yang dapat berlaku secara umum.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna
untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar,
misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
33
Untuk nilai massa jenis bola besi, nilai terbesarnya adalah sebesar 5636,513
kg/m3 dengan nilai massa sebesar 0,02812 kg dan nilai volume sebesar 4,9889 x 10-6
m3. Sedangkan untuk nilai terkecilnya adalah 5436,064 kg/m3 dengan nilai massa
sebesar 0,02813kg dan volume sebesar 5,1747 x 10-6 m3.
Pada grafik, dapat dilihat bahwa semakin besar diameter lingkaran maka
semain besar pula kelilingnya. Pada percobaan pertama, diameter lingkaran adalah
0,00213 m dan kelilingnya adalah 0,0669 m. Pada percobaan kedua, diameter
lingkaran adalah 0,00212 m dan kelilingnya adalah 0,0666 m. Pada percobaan ketiga,
diameternya adalah 0,02135 m dan kelilingnya adalah 0,0671 m. Pada percobaan
keempat, diameternya adalah 0,02145 m dan kelilingnya 0,0674 m. Pada percobaan
kelima, diameternya adalah 0,02125 m dan kelilingnya adalah 0,0668 m.
Fungsi alat yang kami gunakan pada percobaan ini adalah yang pertama
jangka sorong. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter luar maupun
diameter dalam suatu benda yang berbentuk lingkaran. Jangka sorong juga bisa
digunakan untuk mengukur kedalaman benda yang panjangnya tidak lebih dari 25cm.
Yang kedua adalah neraca ohauss. Neraca ohauss yang berfungsi untuk mengukur
beban maksimal 1kg. Neraca ohauss digunakan untuk mengukur benda yang kecil.
Yang ketiga adalah mikrometer sekrup. Mikromter sekrup berfungsi untuk mengukur
ketebalan suatu benda yang sangat tipis.
Faktor-faktor kesalahan yang telah terjadi saat melakukan praktikum ini
adalah ketidak tahuan praktikan dalam membaca hasil pengukuran, tidak paham cara
menggunakan alat ukur dasar pada saat mengukur massa balok kuningan dan bola
besi dengan neraca ohauss terjadi kesalahan yaitu neraca ohauss yang kita gunakan
tidak dimulai dari nol atau skalanya rubah-ubah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
35
1. Prinsip kerja neraca adalah dengan membandingkan berat benda yang akan
diukur dengan berat anak timbangan.
2. Dari hasil perhitungan, didapatkan V1 = 1,316 X 10-7, V2 = 1,518 x 10-6,
V3 = 2,0103 x 10-7, V4 = 2,1745 x 10-7 dan V5 = 2,051 x 10-7.
3. Didapatkan nilai perbandingan keliling dan diameter lingkaran antara lain
adalah 1 = 3,14, 2 = 3,14, 3 = 3,142, 4 = 3,141 dan 5 = 3,142.
5.2 Saran
Untuk percobaan selanjutnya, sebaiknya yang awalnya menggunakan jangka
sorong, mikrometer sekrup dan neraca ohauss diganti dengan alat ukur lainnya seperti
mistar, timbangan, jam arloji dan stopwatch agar didapatkan perbandingan antara
menggunakan jangka sorong, micrometer sekrup dan neraca ohauss dengan mistar,
timbangan, jam arloji dan stopwatch, atau bisa juga dengan mengganti jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan skala digital agar lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
36
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang tak lain ialah hukum newton II. Definisi satuan-satuan itu adalah erg
untuk gaya apabila satuan massanya gram dan satuan waktunya detik, dan satuan
gaya itu newton apabila satuan massanya kilogram dan satuan waktunya detik
(Soedojo,2000).
Dengan mengingat m yang tak tergantung waktu t, hukum newton II dapat pula
ditulis sebagai
F=m.a (2.2)
Oleh karena kecepatan v adalah besaran vector, maka demikian pula besaran
momentum mv serta besaran gaya F sehingga lebih cepat hukum newton II ditulis
sebagai persamaan vector.
= (
) atau =
(2.3)
(Soedojo,2000).
Hukum newton yang menyatakan adanya reaksi inersial sehingga diperlukan
gaya untuk mengatasi reaksi inersial itu, mengisyaratkan adanya gaya-gaya interaksi.
Kalau gaya yang dikenakan disebut suatu aksi dan gaya reaksi inersial kita disebut
suatu reaksi, maka diperlukan suatu aksi yang sama dengan reaksi untuk mengatasi
40
reaksi inersial atas pengubahan gerakan, dan pernyataan ini tak lain ialah hukum
newton III (Soedojo,2000).
Hukum newton I adalah sebuah benda akan berada dalam keadaannya, yaitu
diam atau bergerak lurus beraturan bila tidak ada gaya, sebab atau pengaruh luar yang
bekerja pada saat itu ( hukum inersia atau kelembaman F = 0 , pernyataan
kesetimbangan statis dan dinamis ) (Tung,2005).
Hukum newton II yaitu percepatan yang diperoleh suatu benda akan berbanding
lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa
pada benda tersebut ( a = , kemudian diterjemahkan menjadi F = m a)
(Tung,2005).
Hukum newton III yaitu bila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain,
maka benda kedua akan melakukan aksi, sebesar gaya yang diterimanya dan arahnya
berlawanan (hukum aksi reaksi, = - perhatikan bahwa harus pada sistem
dua benda ) (Tung,2005).
Hukum newton tentang gravitasi umum kadang disebut hukum newton
keempat. Tiap-tiap partikel materi dalam alam semesta ini suatu yang menarik
partikel materi lainnya dengan gaya besarnya berbanding lurus dengan massa
partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
F=G (2.4)
(Tung,2005).
Hal penting dari hukum gravitasi umum newton adalah gaya gravitasi berupa
vector yang arahnya berupa pada garis yang menghubungkan antar kedua titik massa
yang dimaksud adalah massa gravitasi, gaya yang bekerja pada tiap titik massa sama
besar arahnya saling berlawanan, gaya yang terjadi selalu gaya tarik-menarik ( tidak
ada tolak menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarik-menarik atau tolak-
menolk tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja pada semua objek dalam
alam (Tung,2005).
41
Medan gravitasi adalah daerah dimana pengaruh gaya tarik gravitasi masih
dapat dirasakan oleh benda yang memiliki massa. Kuat medan gravitasi adalah gaya
gravitasi persatuan massa benda yang bekerja pada suatu massa yang bermassa satu
satuan. Kuat medan gravitasi merupakan besaran vekyor, dengan massa titik
dianggap sebesar satu satuan massa.
g = = (2.5)
(Tung,2005).
Energi potensial gravitasi adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan
suatu massa dari titik yang jauh tak berhingga ke suatu titik. Ep dalam satuan energy,
yaitu joule.
Ep = - (2.6)
(Tung,2005).
Hukum newton menyatakan hubungan antara gaya, masssa dan gerak benda.
Hukum ini berdasarkan pada prinsip galileo yaitu : untuk mengubah kecepatan,
diperlukan pengaruh luar, yaitu gaya luar, tetapi untuk mempertahankan kecepatan
tak perlu gaya luar sebagai dinyatakan dalam hukum newton I (hukum kelembaman)
yang bunyinya sebuah benda akan berada terus dalam keadaan diam atau bergerak
lurus beraturan, apabila dan hanya bila tidak ada gaya atau pengaruh dari luar yang
bekerja pada benda tersebut (Sarojo,2002).
Hukum newton II berfungsi pada system kerja lift. Bunyi hukum newton II
berbunyi percepatan yang diperoleh suatu benda bila gaya dikerjakan padanya akan
berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut,
dengan suatu konstanta pembanding yang merupakan ciri khas dari benda
)
(
= , = m = = (2.7)
(Sarojo,2002).
Hukum newton III berbunyi (berlaku untuk sistem 2 benda) dua benda
yang dan T sama besar, berlawanan arah (Sarojo,2002).
42
1
(r) (1 + ) (2.8)
Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa gravitasi newton akan mengalami
koreksi. Koregsi ini akan signifikan untuk level energy tinggi sekitar 1/k 108 GeV.
Pada level energy rendah model rendal sundrum secara konsisten identic dengan
gravitasi newton (Azwar,2011).
Berdasarkan hukum newton, apabila pengaruh gaya gravitasi dari planet lain
didalam tata surya terhadap planet merkurius diabaikan dan hanya ditinjau pengaruh
gaya gravitasi oleh matahari saja, maka garis edarnya akan berupa sebuah elips
sempurna dengan matahari berada pada salah satu titik apinya. Tetapi apabila
pengaruh gaya gravitasi planet lainnya diperhitungkan, maka garis edar planet
merkurius tidak lagi beerupa sebuah elips sempurna tetapi elips yang bergerak atau
sering disebut sebagai elips berpresesi (bergeser). Hal ini berarti bahwa setelah
melakukan satu putaran penuh mengelilingi matahari, planet merkurius tidak kembali
ke dudukan semula. Akan tetapi hasil pengamatan para ilmuwan astronomi
memperlihatkan adanya ketidakcocokan (Sampurno,2013).
Sampai abad ke-17 orang menganggap bahwa sebuah benda jatuh ke bumi
adalah disebabkan oleh sifat hakiki benda dan tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.
Bahwa benda jatuh kebumi karena ditarik oleh bumi adalah pikiran yang ditunjukkan
pada diri newton dan beberapa orang sejamannya. Pada tahun 1665 suatu wabah
berjangkit dan sekolah libur. Dirumahnya Isaac newton memikirkan persoalan diatas
tampaknya sebuah apel jatuh dari pohon memberi inspirasi pada newton bahwa gaya
yang bekerja pada bulan yang bergerak mengelilingi bumi adalah gaya yang sama,
newton berfikir bahwa gerak ruang angkasa dan gerak permukaan bumi diatur oleh
43
hukum-hukum yang sama adalah suatu perubahan terhadap tradisi berfikir pada
waktu itu (Sutrisno,1997).
Hukum newton II menyebutkan bahwa dengan mendorong atau
menarik suatu benda. Kita dapat merubah kecepatan, makin keras kita mendorong
atau menarik makin besar pula perubahan kecepatan atau percepatan yang dihasilkan
(Sutrisno,1997).
Osilasi setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang tepat dan geraknya
adalah bolak balik pada jalan yang sama, osilasi disebut juga getaran (vibrasi). Satu
getaran (vibrasi) adalah suatu gerak pulang pergi periode getaran yaitu T. adalah
waktu yang diperlukan untuk satu getaran. Frekuensi gerak F adalah jumlah vibrasi
dalam satu satuan waktu. Jadi frekuensi adalah kebalikan dari periode atau
1
T= (2.9)
Osilasi bersifat periodic yang berarti suatu getar yang berulang pada selang
waktu yang tetap contoh dari gerak periodik adalah gerak ayun bandul, gerakan senar
bola, dan gerakan lainnya (Sutrisno,1997).
Yang menjadi pernyataan mengenai bagaimana perumusan hukum gaya tarik
dua buah massa sebagaimana yang dibayangkan oleh newton diatas dari segi konsep
medan. Maka yang berperan sebagai sumber medan untuk gaya tarik gravitasi adalah
massa selain itu kita dapat memandang proses gaya tarik itu sebagai proses stasioner
dalam artian tidak tergantung pada waktu dengan dewmikian menurut konsep gaya
tarik gravitasi antara dua benda dengan massa masing-masing m dam m, adalah
F = mm () (2.10)
Diman F menyatakan vaktor letak antara m dengan m sedangkan fungsi ()
masih harus ditentukan untuk keperluan antara andaikan jarak rata-rata planet
terhadap matahari adalah r maka gaya sntrifugal yang bekerja mengimbangkan gaya
tarik antar planet dengan matahari
F = m w r (2.11)
44
kemudian bila kenyataan ini dihubungkan dengan pola gaya menurut konsep medan
maka gaya tarik gravitasi dalam bentuk vector dapat kita nyatakan sebagai
F=G (2.15)
besar arahnya saling berlawanan, gaya yang terjadi selalu gaya tarik-menarik ( tidak
ada tolak menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarik-menarik atau tolak-
menolk tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja pada semua objek dalam
alam (Tung,2005).
Medan adalah daerah dalam ruangan dimana pengaruh suhu gaya pada matahari
tertentu masih dapat dirasakan
g = = (2.18)
dengan m adalah massa partikel-partikel dalam ky, f adalah gaya tarik dalam N,
r adalah jarak kedua partikel massa dalam meter g adalah kuat medan gravitasi dalam
N/kg atau m/del. Medan magnet adalah daerah dimana pengaruh gaya tarik gravitasi
masih dapat dirasakan oleh benda yang memiliki massa. Kuat medan gravitasi adalah
gaya gravitasi persatuan massa benda yang dialami yang diletakkan disuatu titik atau
gaya gravitasinya yang bekerja disuatu massa yang bermassa satu satuan kuat medan
gravitasi merupkan besaran vector dengan massa titik dianggap sebesar satu satuan
massa (Tung,2005).
Energi potensial gravitasi adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan
suatu massa dari titik yang jatuh tak berhingga ke suatu titik Ep dalam satuan energy
yaitu joule
Ep = - (2.19)
(Asri,2013).
48
Dengan
21 =
-
. dari kedua persamaan itu akan didapat persamaan gerak itu
akan didapat persamaan gerak untuk masing-masing benda menurut
- 21 = m
(2.32)
21
Dan
12 = m
(2.33)
12
Dan
1
12 =
(2.35)
12
Atau
21
21
- 21 = (
) = (2.37)
21 1 +
Dengan
49
= (2.38)
1 +2
tersebut bergerak dengan kecepatan sembarang, maka akan bergerak lurus pada
kelajuan tetap (Rosyid,2015).
Hukum kedua newton menitahkan hubungan antara resultan gaya dengan
perubahan gerakan yang diakibatkannya. Perubahan gerakan dipahami oleh newton
bukan saja sebagai perubahan kecepatan. Melainkan perubahan momentum, yakni
perkalian kecepatan benda dengan massa inersialnya,
= m
(2.39)
Jadi, perubahan gerakan sebuah benda dapat berarti perubahan kecepatan benda
itu, dapat pula perubahan massanya, atau perubahan baik massa ataupun kecepatan
benda itu. Hukum kedua newton tentang gerak mengatakan bahwa resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan laju perubahan momentum benda itu
(Rosyid,2015).
Secara matematis hukum kedua newton dapat dituliskan sebagai berikut
= = + m = + m (2.40)
Sementara gaya juga bekerja pada kedua benda yang bermassa m dan m
sehingga menyebabkan benda tersebut akan dipercepat dengan percepatan semisal
. secara matematis kaitan gaya dan percepatan benda pertama dapat dituliskan sesuai
dengan persamaan (2.41) menurut
= m
(2.43)
Dari kedua persamaan terakhir, kita mendapatkan
= m
m (2.44)
atau
|
|
|
|
= (2.45)
(Rosyid,2015).
52
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
8. Diulangi langkah ke 2 sampai 7 dengan panjang tali 0,15 m, 0,20 m, 0,25 m dan
0,30 m
mgsin mgcos
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
y
=
3
= 0,6
= 5 2 /m
1 = 1
1
3,5
= 0,8
= 4,375 2 /m
2 = 2
2
2,5
= 0,4
= 6,25 2 /m
4 2
=
4(3,14)2
= 5
= 7,888 m/ 2
(1 )2 +(2 )2
= 2
56
(5 4,375)2 + (5 6,25)2
=
2
(0,391 + 1,663)
=
2
= 0,977
= 0,988 s2/m
2 2
= (2 . )
2(7,888) 2
= ( . 0,988)
2(5)
= 2,430
= 1,559 m/ 2
2 2
1 = (2 . )
2(7,888) 2
= (2(4,375) . 0,988)
= 3,179
= 1,783 m/ 2
2 2
2 = (2 . )
2(7,888) 2
= ( 2(6,25) . 0,988)
57
= 1,553
= 1,246 m/ 2
g =
= (7,888 1,559) m/ 2
1 = 1
= (7,888 1,783) m/ 2
2 = 2
= (7,888 1,246) m/ 2
100 %
1,559
= 7,888 100 % = 19,764%
1
100 %
1,783
= 7,888 100 % = 22,604 %
2
100 %
58
1,246
= 7,888 100 % = 15,796 %
59
4.4 Pembahasan
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Gravitasi adalah satu dari empat gaya
fundamental di alam semesta ini. Gaya gravitasi dibangkitkan dari massa suatu objek,
dan selalu menarik objek lain yang juga memiliki massa. Besarnya gaya ini
berbanding lurus dengan massa kedua objek, dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak kedua benda. Gaya gravitasi yang dihasilkan bumi jauh lebih besar, dan itulah
sebabnya mengapa gerak benda benda lebih dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi
daripada oleh tubuh kita. Gravitasi bersifat universal, artinya berlaku dimanapun di
alam semesta ini. Hukum gerak newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja
pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.
Gravitasi newton adalah gaya tarik menarik antara dua buah benda bermassa
m dan m gravitasi yang berasal dari sebuah apel yang jatuh dari pohon lalu ia
menyimpulkan bahwa apel yang jatuh dikarenakan karena adanya gaya tarik menarik
penemu hukum gravitasi ini bernama Isaac newton memberikan konstribusi dasar
untuk fisika kita menunjukkan bahwa gaya yang sama yang membuat sebuah apel
jatuh. Newton menyimpulkan bahwa tidak hanya bumi yang menarik apel maupun
bulan tetapi juga setiap benda yang didalam semesta menarik setiap benda lainnya
dengan kata lain bulan juga mendapatkan pengaruh yang sama seperti sebuah apel itu.
Bahkan sebuah apel itu juga dikarenakan gaya tarik yang bekerja antara buah apel
dengan bumi Isaac newton mempublikasikan hukum gravitasi yang berbunyi setiap
partikel dari bahan di alam sementara menarik setiap partikel dari bahan di alam
dengan gaya yang berbanding lurus dengan kuadrat jarak diantar partikel-partikel
tersebut dengan itulah newton menyimpulkan.
saat mobil yang bergerak cepat di rem mendadak, pena yang berada di atas kertas sdia
meja akan tetap disana ketika kertas ditarik secara cepat, membangun jembatan
kereta, jalan layang, terowongan, bendungan dan jembatan kabel bentang panjang.
Pada hukum newton II contohnya bus yang melaju dijalan raya akan mendapatkan
percepatan yang sebanding dengan gaya dan berbanding terbalik massa bus tersebut
dan menggeser barang pada bidang miring. Pada hukum newton III contohnya saat
kita menekan papan tulis (aksi) maka papan tulis memberikan reaksi, bila aksi lebih
besar daripada reaksi dan saat kita mendorong mobil mogok.
Pada percobaan hukum gravitasi newton terdapat alat yang digunakan dengan
beberapa fungsi stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya
waktu yang diperlukan dalam tiap ayunan. Bandul adalah benda yang terikat pada
sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan prodik yang menjadi dasar kerja, juga
bisa diikat akan berfungsi untuk mengikat bandul (sebagai massa) meteran berfungsi
untuk mengukur sudut membuat sudut siku-siku dan juga dapat dipakai untuk
membuat lingkaran juga untuk membuat lingkaran juga untuk mengukur panjang tali
pada tiap percobaan. Busur berfungsi sebagai alat untuk mengukur sudut yang
digunakan atau yang dibutuhkan sebelum diberi simpangan pada bandul yang
digunakan dan dilepaskan statif berfungsi sebagai penyangga di tempat
menggantungkan bandul massa tali yang berfungsi untuk mengikat bandul pada statif
dan sebagai pengaruh untuk getaran yang terjadi kabel penghubung berfungsi sebagai
alat penghubung energi power supply berfungsi untuk sebagai pusat energy yang ada.
Beberapa faktor kesalahan yang terjadi selama praktikum yaitu pada saat
mengatur sudut simpangan bandul mengatur sudut simpangan bandul cukup sulit
karena busur memiliki skala yang kecil dan dibutuhkan penglihatan yang teliti. Selain
itu kesalahan yang terjadi adalah ketika mematikan stopwatch. Walau kelihatannya
sangat mudah sebenarnya memulai dan menghitung stopwatch bisa dibilang sulit
karena membutuhkan fokus yang sangat baik, ketidaktelitian praktikum dalam
mengukur panjang tali, tiang statif yang digunakan permukaannya tidak rata.
61
Ketidaktahuan praktikan dalam menggunakan alat yang akan dipakai pada praktikum
ini, pada saat bandul dilepaskan gerak tali tidak lurus.
Pada grafik dapat diketahui bahwa semakin besar nilai panjang tali pada
bandul maka semakin besar nilai periode rata-ratanya hal ini dilihat pada tali 0,5 m
periode rata-ratanya adalah 1,5 pada panjang tali 0,6 m periode rata-ratanya adalah
1,30 , pada panjang tali 0,7 m periode rata-rata dari lima percobaannya 1,50 , pada
panjang tali 0,8 m periode rata-rata dari lima percobaannya adalah 1,60 m dan yang
terakhir pada panjang tali 0,9 m periode rata-rata dari lima percobaan adalah 2,15
terbukti bahwa setiap panjang talinya maka rata-ratanya pun berbeda.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan ini pada panjang tali 0,25 m didapatkan nilai T yaitu sebesar
0,004 sekon
2. Dari percobaan ini pada panjang tali 0,2 m didapatkan nilai t yaitu sebesar
0,13 sekon
3. Aplikasi hukum newton banyak sekali ditemukan dalam kehidupan sehari
hari misalnya pemakaian roda gila pada mesin mobil, membangun jembatan
kereta, jalan layang, terowongan, bendungan, dan masih banyak lagi
4. Dari perhitungan didapatkan hasil untuk g dan g dengan ketidakpastian relatif
yaitu g = 1,783 dan g = 1,246
5. Panjang tali berpengaruh terhadap besarnya periode semakin panjang tali
semakin lama atau besaran waktu yang digunakan dalam 10 getaran artinya
gerakan bolak balik bandul lambat
6. Simpangan berpengaruh terhadap periode, sebab semakin besar simpangan
sudut, maka semakin besar pula periode atau waktu yang dilakukan bandul
dalam satu getaran
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Artawa , Putu . 2013. Analisis Variatif Gravitasi Bumi di Berbagai Koordinat dengan
Ayunan Sederhana. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses pada
hari jumat, 03 November 2017. Pukul 08.22 WITA.
Asri , Nurul . 2013. Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet. Pontianak :
Universitas Tanjung Pura. Diakses pada hari jumat 03 November 2017 pukul
08.30 WITA.
Giancoli , C. Dauglas. 2005. Physics Principles With Application 6th Edition. New
Jersey : Pearson Education Inc.
Renreng , Abdullah. 1984. Asas asas Ilmu Pengetahuan Alam. Ujung Pandang :
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri.
Sampurno , Joko . 2013. Visualisasi Efek Relavisistik Pada Gerak Planet. (Diakses di
Sampurno.ac.id. pada halaman 1-7. Pada tanggal 29 Oktober 2017. Pukul
19,30 WITA).
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu percobaan kali ini akan membahas dan akan menjelaskan cara-
cara maupun gaya-gaya yang dapat mempengaruhi pergerakan pegas Hukum Hooke
hanya berlaku pada benda elastis garak saja. Di dalam percobaan ini juga akan
membahas tentang batas elastisitas bahan, seperti pengaplikasikan pegas dan benda
lainnya kemudian pengaruh benda massa pada pertambahan panjang pegas dan selang
waktu pada saat bolak balik. Untuk mengetahui hubungan anatara gaya dangan
pertambahan panjang pegas dan menentukan nilai perubahan pegas apabila bahan
ditambahakan. Percobaan ini juga dilakukan agar kita bisa memahami tentang hukum
hooke. Cara kerja pegas, konsep Hukum Hooke dalam kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F = -k.x (2.4)
Untuk konstanta pegas adalah
K = . 2 (2.5)
(Bueche, 2006)
Sebuah benda akan mengalami perubahan ketika sebuah gaya diberikan
kepadanya. Salah satu bentuk perubahan tersebut adalah perubahan panjang. Sifat
benda dimana benda. tersebut akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang
bekerja pada benda itu dihilangkan disebut sifat elasitas benda. Glastisitas adalah
kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setela gaya yang bekerja
pada benda itu dihilangkan. Sifat elastis panjang suatu benda diketahui dari besar
konstanta elastitas panjang bahan yang biasa disebut Modulus Young. (Martini,
2009).
Jumlah perubahan panjang yang dialami sebuah benda bergantung, tak hanya
pada gaya yang diberikan pada benda tersebut, namun juga pada materialnya dan
pada dimensinya singkatnya, konstanta K pada persamaan dapat dituliskan sebagai
fungsi dari faktor-faktor ini. Jika menbandingkan beberapa rangkat yang terbuat dari
material sama namun dengan panjang dan luas penampang yang sama melintang
berbeda-beda. dapat diketahui bahwa untuk gaya eksternal yang sama besar, besar
regangan lagi-lagi diasumsikan kecil dibanding dengan panjang asli benda.
Berbanding lurus dengan panjang asli benda dan berbanding terbalik dengan luas
penampang melintangnya. Jelasnya, semakin panjang benda yang bersangkutan,
semakin lurus pula besar perubahan panjangnya untuk gaya yang yang sama besar
(Giancoli, 2014).
Misalkan pada sebuah benda memiliki panjang L.Jika benda tersebut ditarik
dengan gaya tertentu, maka panjang benda bertambah . Besar pertambahan
panjang tersebut berbanding lurus dengan panjang semula atau
= (2.6)
70
Hubungan ini menjadi alas an mengapa menambah panjang karet yang lebih
panjang lebih mudah dilakukan daripada menambah panjang karet yang lebih pendek.
Utuk mengganti kesebandingan diatas dengan tanda sama dengan yang diperkenalkan
sebuah konstanta (Abdullah, 2016).
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas besarnya
gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya. Hukum Hooke mengatajan hubungan antara gaya F
yang merenggangkan pegas dan pertambahan panjang (x) di daerah yang ada dalam
kelentingan pegas, yaitu
F = K. (2.7)
K adalah suatu tetapan prbandingan yang disebut dengan terapan pegas yang
berbeda. Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang . Satuan tetapan
pegas yang dalam SI atau Satuan Internasional yakni adalah M/m (Muchlas, 2013).
Benda apapun akan berubah bentuk karena bekerjanya gaya yang diberikan
kepadanya .Jika gaya-gaya yang diberikan cukup besar maka benda akan mengalami
fraktur (Giancoli, 2014).
Hooke merumuskan suatu hukum tentang gaya pegas yang dapat dinyatakan
sebagai berikut:Besarnya gaya yang di berikan pada pegas sebanding dengan
terapan pegas (K) dan perubahan panjangnya (x) Hukum Hooke dalam pegas dapat
dirumuskan sebagai berikut
F = -K. (2.8)
Dengan keterangan
F : Gaya tarik tau gaya tekan (N)
X : Perbahan panjang pada pegas (m)
K : Tetapan (konstanta) pegas (N/m)
(Giancoli, 2014).
71
Tanda negative (-) menunjukan arah gaya pegas berlawanan dengan gaya
tariknya. Jika hanya dilihat besar gaya pegasnya saja tanpa memperhatikan penyebab
nya , maka dapat dikatan sebagai :
F= K. (2.9)
Untuk susunan pararel yang terdiri atas n buah pegas berlaku :
= + 1 + 2 +3 + (2.10)
Untuk susuanan seri yang terdiri dari n pegas berlaku :
1 1 1 1 1
= + + + + (2.11)
5 1 2 3
(Kharida, 2009).
Terdapat beberapa hal dalam hukum Hooke tepatnya dalam gerak harmonik
sederhana dan pegas . Contohnya periode (T) .Periode suatu system yang bergetar
adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu getaran lengkap atau getaran
penuh . Waktu ini adalah waktu total untuk melakukan suatu getaran bolak-balik ,
Frekuensi (F) Adalah jumlah getaran yang dilakukan dalam selang waktu satu detik,
karena t adalah waktu untuk melakukan satu getaran , maka :
1
F = (2.12)
Suatu getaran per detik dinamakan satu Hertz (Hz). Dalam gerak harmonic
ada simpangan (perpindahan) dalam arah x atau y benda bergetar dalaj jarak benda
terhadap titik keseimbangannya , yakni titik pusat lintasab getaran simpangan
maksimum disebut amplitudo (A) . Adapun gaya pemulih (Restoring Force) dimana
agar getaran terajadi pada benda yang bergetar haruslah bekerja gaya pemulih, yaitu
dengan arah sedemikian rupa sehingga selalu mendorong atau menarik benda ke
kedudukanya keseimbangannya . Apabila ada benda yang terkait pada ujung pegas
direnggangkan , gaya pemulih menarik benda kembali ke dudukan keseimbangan nya
sedangkan dalam keadaan pegas tertekan gaya pemulih mendorong benda agar benda
tersebut dapat kembali ke titik keseimbangannya lagi . suatu system dikatakan
memenuhi Hukum Hooke jika gaya pemulih sebanding dengan besarnya simpangan .
Gerak Harmonik sederhana kerap kali disebut gerak sinus . Pegas (Spring) Hooke
72
adalah pegas yang memenuhi Hukum Hooke .Apabila pegas tersebut ditarik
(diperpanjang) sebanyak x , gaya pemulih yang dilakukan pegas (disebut gaya pegas)
adalah :
F = -K.X (2.13)
Disini k adalah suatu konstanta positif disebut tetapan pegas (spring constant).
Satuan k adalah N/m atau ib/ft .Hampir semua pegas memenuhi hukum Hooke.
Selama simpangan x tidak terlalu besar . catatan: kalau pegas ditekan, maka x adalah
negative.Adalah menguntungkan sekali jika Hukum Hooke ditulis sebungan dengan
gaya luar (Fluar) yakni gaya yang diperlukan agar pegas memanjang sebanyak x . F
luar ini adalah sama besar dangan gaya pemulih diatas namun berlawanan arah ,
maka:
Fluar = K.X (2.14)
(Beauche, 1989).
Untuk merenggangkan sebuah pegas, kita harus melakukan kerja. Kita
menerapkan gaya yang sama dengan berlawanan pada ujung pegas dan meringankan
gaya.Gaya tersebut secara bertahap (Young, 2002).
Ketika pegas awalannya ditegakan seampai jarak X=A dan kemudian objek
bermassa m itu dilepaskan diatas permukaan tanpa getaran/ gerakkan, pegas
membentuk gaya pada massa yang mempercepatnya ke posisi seimbang ,karena
massa memilikiinversia maka melewati posisi seimbang dengan laju yang cukup
tinggi. Pada waktu massa mencapai posisi seharusnya yang seimbang, gaya padanya
turun sampai nol (Young, 2002).
Untuk membahas gerak getaran, kita perlu mendesinisikan beberapa istilah.
Jarak X massa dari titik seimbang disebut amplitude (A), periode (T) didefinisikan
sebagi waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus lengkap. Akhirnya frekuensi (F)
adalah jumlah siklus yang lengkap per tiap detik. Dari definisi definisi tersebut di
atas, kita mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa diantara setiap frekuensi dengan
perirode ( F dan T) itu dapat membentuk suatu yang berbanding terbalik (Giancoli,
2001).
73
Banyak benda bergetar atau bersolasiasi sebuah benda di ujung pegas, Grpu
tL, roda penyeimbang jam tua, pendulum, senar atau piano. osilasi. bila sebuah
system diganggu dari posisi keseimbangan stabilnya. Karakteristiknya gerak secara
periodik, yaitu berulang-ulang. Banya contoh osilasi yang mudah dikenali, misalnya
perahu kecil yang yang berayun dari kiri ke kanan dan senar alat musik yang bergetar.
Contoh lainnya yang kurang akrab dengan kita adalah osilasi molekul udara dlam
gelombang bunyi dan osilasi alur listrik pada perangkat radio dan televise (Tipler,
1999).
Ketika sebuah getaran atau osilasi terulang senoliri, kedepan, kebelakang pada
lintasan yang sama, gerakan tersebut disebut periodic. Bentuk yang paling sederhana
dari gerak periodic dipresentasikan oleh sebuah benda yang paling sederhana
berosilasi diujung pegas. Karena banyak jenis lain yang menyerupai system ini, kita
akan membahas secara rinci. Kita anggap bahwa massa pegas dapat diabaikan, dan
bahwa pegas dipasang horizontal, seperti pada gambar (2.1), sedemikian sehingga
benda dengan massa m meluncur tanpa gesekan pada permukaan horizontal. Semua
pegas memiliki panjang alami dimana pada keadaan ini pegas tidak memberikan gaya
pada massa ini dan posisi dititik ini disebut posisi seimbang (Glancoli, 2014).
Jika massa dipindahkan apakah ke kiri yang menekan pegas, atau ke kanan
yang menarik pegas. Pegas memberikan gaya pada massa yang berkerja dalam arah
mengembalikan massa ke posisi seimbangnya. Oleh kerna itu gaya ini disebut dengan
gaya pemulih. Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan X
dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi seimbang (Giancoli, 2014).
Perhatikan bahwa posisi seimbang adalah pada x=0. Hukum Hooke selalu
akurat selama pegas tidak ditekan sampai kumparan-kumparannya bersentuhan, atau
direnggangakan sampai melebihi batas elastisitas. Tanda minus menandakan bahwa
gaya pemulih selalu mempunyai arah yang berlawanan denagan simpang x. Sebagai
contoh, jika memilih arah positif ke kanan, maka berarah positif ketika pegas
direnggang. Tetapi ,jika pegas ditekan, x negatif maka akan berarah negatif
(Abdullah, 2016).
74
( ) = (2.17)
0
(Abdullah, 1984).
Selanjutnya adalah membahas mengenai pemakain sifat lenting pada pegas.
Boleh dikata setiap kita membuka mata akan dapat melihatnya dimana-mana. Mulai
dari pegas ayuanan bayi, sistem pegas kendaraan, sistem pegas kendaraan, sistem
pegas kunci pintu rumah, sistem busur panah, bahkan pikulan ke semuannya bekerja
atas sifat kelentingan pegas. Akan tetapi yang akan kita tonjolkan adalah peranan
pegas sebagai alat pengukur timbang berat. Sekalipun timbangan macam itu sudah
jarang digunakan, akan tetapi disini sengaja hal itu sudah jarang digunakan, akan
tetapi disi sengaja hal itu dikemukakan untuk menunjukan perbedaan dasar antara
berat dengan massa. Dalam hubungan ini tinjaulah suatu massa yang belum
diketahui. Misalkan massa itu ditandai dengan huruf M. Sekarang kita timbang
dengan pegas yang memiliki tetapan k. Andaikan pegas itu setelah dibebani
mengalami pemanjangan sepanjang H akibat tarikan karena benda berat.
75
Gaya tarik yang dimiliki oleh pegas adalah persis sama besar dengan berat benda itu,
sehingga:
G = m.g = k.h (2.18)
(Abdullah, 1984).
Karena dalam pengukuran ini hanya H yang teramati maka hanya berat G
yang terukur. Haruslah diingat percepatan gravitasi bumi bukanlah tetapan. Dalam
hal ini kita tak dapat menentukan massa m sekaligus, karena pengukuran terhadap
percepatan gravitasi bumi tak dapat dilakukan secara serempak dengan pegas itu,
kecuali dilakukan pengukuran tersendiri. Tegasnya menimbang dengan pegas yang
diukur berat bukan massa. Selanjutnya, benda yang kita timbang dengan pegas itu
kita timbang kembali menggunakan neraca yang pegasnya berbentuk seperti neraca,
Seperti telah kita kemukakan sebelumnya, bahwa setiap benda seperti yang kita amati
menderita percepatan gravitasi terhadap bumi dengan percepatan yang sama tak
bergantung pada massanya sendiri. Dengan demikian, bila benda yang massanya
tiadak diketahui itu kita tempatkan pada sisi daun kiri neraca dan pada daun kanan
kita tempatkan batu neraca yang sesuai dan sudah diketahui massanya maka kedua
belah daun neraca akan setimbang (Abdullah, 1984).
Hal ini dapat dipahami, karena kedua neraca menderita gaya berat yang sama
yaitu sementara percepatan gravitasi bumi pada kedua belah daun neraca sama, maka
akibatnya haruslah massa kedua beban itu sama pula. Jadi, tegasnya menimbang
denga neraca yang terukur adalah massa bukan berat. (Abdullah, 1984).
Dari kedua contoh menimbang itu dapat disimpulkan bahwa sekalipun yang
ditimbang adalah benda yang sama, akan tetapi alat timbang yang berbeda asas
fisinya niscaya akan menghasilkan pengukuran yang berbeda pula. Contoh nyata
mengenai hal ini adalah pada pengukuran pada berat dan massa yang sama. Hal ini
sangat penting ditegaskan, justru percepatan gravitasi bumi di permukaan bumi dari
satu lintang ke lintang lainnya berbeda-beda, bahkan dapat berbeda-beda pada daerah
lintang yang sama (Abdullah, 1984).
76
Misalkan pada saat awal x = 0 dan u = 0, maka c = 0. Jadi persamaan (2.20) dinyatan
kembali seabagai
1
u = - 2 K 2
(2.21)
Menurut persamaan (2.1) untuk mengubah usaha panjang pegas sejauh x, maka
haruslah dilakukan usaha sebesar k 2 . Bila pegas dilepaskan dari kedudukan
simpangannya itu, maka pada pegas terdapat pontesi (kemampuaan) untuk
membalikan pegas ke keadaan awalnnya, yaitu pada keadaan sebelum ada
simpangan. Ini berate dalam kedudukan pegas telah berubah panjangnya sejauh x,
pegas menyimpan tenaga potensial.
= (2.22)
Sehingga
1
= 2 K 2 (2.23)
Persamaan ini menyatakan besarnya tenaga potensial yang dimiliki pegas setelah
menyimpang sejauh x. Untuk memperoleh persamaan gerak pegas. Pernyataan
hukum Hooke dapat dimasukan dalam persamaan:
2
m= +KX=0
2
2
+2 x = 0 (2.24)
2
Dengan
77
`
(2.25)
=
Persamaan (2.24) ini melukiskan persamaan gerak pegas. Untuk mengetahui kelakuan
persamaan gerak (2.24), maka terlebih dahulu kita akan mencari penyelesaiannya.
Untuk menekan pegas sehingga memperoleh simpanan X = A, dengan A dinamakan
amplituda, mak tenaga total yang tersangkutan adalah
1
= = K 2 (2.26)
2
Yang dalam hal ini belum ada tenaga kinetik. Sekarang kalau pegas dilepaskan, maka
misalkan pada waktu mencapai simpangan X<A kecepatannya adalah V, menurut
hukum kekekan pada tenaga haruslah dipenui persamaan
1
= 2 K 2
1 1
= m 2 + 2 K 2 (2.27)
2
V =() (2 2 ) (2.28)
Atau
2 + 2
= () dt (2.29)
Kalau kedua belah ruas besangkutan terakhir ini di integralkan, maka dapat diperoleh
2 + 2 = () = () t + c (2.30)
=
78
=
Sehingga ternyata
= ( ) t + c (2.32)
(Abdullah, 1984).
Selain persamaan (2.32).kita pun dapat segera menunjukkan bahwa X = A cos
denag menurut persamaan (2.32). juga memenuhi penyelesaian. hal ini dapat
ditunjukkan dengan memasukkan ke dalam persamaan (2.30), dapat memilih tanda
akar yang negatif ini berarti:
X = Acos { t + c} (2.33)
Juga memenuhi sebagai penyelesain bahan lebih daripada itu, kombinasi antara
persamaan (2.33) dan persamaan (2.33) juga dapat menunjukkan bahwa itu
memenuhi sebagi penyelesain dalam teori persamaan diferensial. Bila suatu
persamaan memiliki dua atau lebih, juga termaksud persamaan ddeferensial linear
jadi kita dapat menulis penyelesain tersebut menjadi sebuah persamaan, sebagai
X = Asin { + } + Asin { + } (2.34)
(Abdullah, 1984).
79
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. 3. Metodepercobaan
1. Diambilpegasdandigantungpadastatifkemudiandiukurpanjangpegasdenganmeng
gunakanmeteran.
2. Bebandigantungpadaujungbawahpegaslaludiukurkembalipanjangpegas.
3. Bebanditarikkearahbawahkemudiandilepaskandandibiarkanpegasbergantungsert
abergerakbolak-balik.
4. Dihitungwaktugerakpegassaatbergantungbolak-baliksebanyak 10 kali
denganmenggunakan stopwatch.
5. Diulangilagilangkah ke-3 dan ke-4 sampai 5 kali denganpenambahanbeban 50.
6. Dicatat data yang diperlukandanselanjutnyadihitung.
80
BAB IV
4.2 Grafik
4.2.2 Gravitasi
84
4 . 3 Analisis Perhitungan
4 . 3 . 1 . 1 Konstanta Pegas
0,14
== = 0,933
0,15
0,05
1 = = = 0,769
0,065
0,08
2 = = = 0,8
0,1
2 2
= 4 = 4 (3.14) = 42, 313 /
0.933
4.3.1.2
0,029
= = = 0,363
0,08
0,04
1 = = = 0,571
0,07
0,031
2 = = = 0,344
0,09
.
=
= 42,313 . 0,363
= 15, 3596
4 . 3 . 2 . 1 Konstanta pegas
( 1 )2 + ( 2 )2
=
2
(0,9330,769)2 + (0,9330,8)2
= 2
= 0,149 m/s
85
2
= ( . )
8 2
=( 1 . 0,149)
= 3,745 m/s
2
4
1 =( 2 . )
1
4(3,14)2 2
= ( (0,764)2 . 0,149)
= 9,947 N/M
2
4
2 =( 2
. )
1
4(3,14)2 2
= ( (0,08)2
. 0,149)
= 9,191 N/M
4 . 3 . 2 . 2 Gravitasi
( 1 )2 +( 2 )2
= 2
(0,3630,571)2 + (0,3630,344)2
= 2
= 0,148 m/s
= ( )2 + (
)2
= 8,851 %
1 9,947
100 % = 100%
42,313
= 23,508 %
2 9,191
100 % = 100%
42,313
87
= 21,721 %
4 . 3 . 4 . 2 Gravitasi
6,408
100 % = 100%
15,3596
= 41,72 %
1 7,229
100 % = 100%
15,3596
= 47,07 %
2 7,096
100 % = 100%
15,3596
= 46,12 %
88
4.4 Pembahasan
Hukum Hooke adalah ketentuan menegenai gaya dalam ilmu fisika yang terjadi
karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Besarnya gaya hooke ini secara proposional
akan berbanding liris dengan jarik pergerakan pegas dari posisi normalnya. Hukum
Hooke barlaku hanya batas linear karakteristik bahan, di daerah ketika hanya pada
batas nilear karakteristik bahan, di daerah ketika pertambahan panjang pegas
sebanding dengan nesar gaya yang diterima pegas. Batas linear sebuah pegas
biasanya dipahami sebagai tanda keadaan ketika gaya yang diberikan akan
meyebabkan pegas memanjanghingga dua kali panjangan. Hukum Hooke
menyatakan bahwa besar berat benda atau gaya berbanding lurus dengan penambahan
gaya pegas. Secara sistematik Hukum Hooke memiliki hubungan antara besar gaya
yang bekerja dengan penambahan panjang pegas. Pegas ada yang disusun tunggal,
ada juga yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-
masing pertambahan panjang pegas.
Penerapan Hukum Hooke dalam kehidupan sehari-hari adalah pegas yang
digunakan pada mobil atau motor untuk mengurangi guncangan yang berlebihan
Hukum Hooke digunakan secara berlebihan. Hukum Hooke digunakan pula pada
spring bed dan tidur akan lebih nyenyak. Pegas juga digunakan pada pulpen sebagai
fungsi penutup pulpen supaya kita nulis tidak goyang-goyang.Contoh lain adalah
pada cabang olahraga bugle jumping dimana orang akan terjun dari tempat tinggi dan
orang tersebut akan kembali melompat dengan sangat tinggi karena tali karet yang
digunakan dan seterusnya akan seperti itu sampai kita sendiri yang ingin berhenti.
Faktor-faktor kelalahan dalam percobaan ini adalah ketidak tahuan praktikan
tentang materi yang akan dilakukan, ketidak tahuan peraktikan tentang alat-alat
percobaan yang akan digunakan, kesalahan tahapan pada saat melakukan percobaan,
kesalahan saat menarik menarik pegas, kesalahan saat mencatat waktu pada saat
mencatat waktu engan menggunakan stopwatch, kesalahan pada saat melepaskan
pegasnya. Dari kesalahan kesalahan yang telah disebutkan di atas diharapkan pada
saat percobaan selanjutnya tidak akan terulang kembali. Praktikan lebih menguasai
89
tentang materi yang akan di praktikumkan, fungsi alat-alat yang akan digunakan,
mempelajari apa yang akan dilakukan atau tahapan-tahapan apa saja yang akan
dilakukan mencatat waktu dengan menggunakan stopwatch dan saat melakukan atau
melepaskan pegas.
Didapatkan hasil perhitungan tanpa ketidakpastian didapatkan nilainya
sebesar 0,993 dengan x = 0,15 dan y nya sebesar 0,14 dan nilai a1 sebesar 0,769
dengan x = 0,065 dan y = 0,05 sedangkan a2 didapatkan nilai sebesar 0,8 dengan x =
0,1 dan y = 0,08 dan didapatkan nilai k adalah sebesar 42.313 N/M. Sedangkan nilai b
adalah 0,363 dengan x = 0,08 dan y = 0,029 dan nilai b1 adalah 0,571 dengan nilai x =
0,07 dany = 0,04 dan yang terakhir nilai b2 adalah 0,344 dengan x = 0,09 dan y =
0,031 dengan nilai g adalah 15,3596. Perhitungan dengan ketidak pastian didapatkan
nilai a sebesar 0,149 dan k sebesar 3,745 dan k1 adalah sebesar 9,947 dan yang
terakhir k2 sebesar 9,191 dan nilai dari ketidak pastian pada gravitasi adalah g1
sebesar 7,229 dan yang terakhir adalah nilai g2 sebesar 7,096. Perhitungan tanpa
ketidak pasti anrelatif adalah 8,851%, 23,508%, dan 21,721% pada pegas dan pada
gravitasi adalah sebesar 41,72%, 47,07% dan yang terakhir adalah 46,12%.
Hasil perhitungan gravik yang dilakukan saat melakukan percobaan adalah
perbandingan antara beban dan panjang pegas. Konstanta pegas dan perbandingan
antara beban dan priode oleh gravitasi dapat diketahui bahwa semakin berat beban
yang diberikan pada pegas maka semakin besar pula perubahan panjang pada pegas
danp ada gravitasi juga setiap nilai m pada gravitasi maka semakin naik juga nilainya.
Setiap m memiliki nilai yang berbeda-beda.
Fungsi dari alat-alat peraktikum kali ini, pegas berfungsi sebagai alat ukur
pertambahan panjang yang diberi beban tiang statif sebagai malat tempat meletakkan
pegas. Atau tempat pegas untuk menahan beban. Meteran atau penggaris sebagai alat
untuk mengukur panjang pegas awal maupun pegas setelah diberikan beban.
Stopwatch sebagai alat mengukur waktu yang dibutuhkan pegas untuk mencapai 10
kali getaran atau ayunan
90
BAB V
PENUTUP
5 1. Kesimpulan
1. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai dari = 3,649
kg/ 2 , 1 = 4,828 / 2 , 2 = 3,017 / 2 pada grafik konstanta pegas, nilai
dari = 1,136 kg/m, 1 = 1,124 kg/m, 2 = 0,987 kg/m pada grafik gravitasi,
nilai dari persentase = 25,93 % 1 = 14,72 % 2 = 37,93 % pada
konstanta pegas
2. Nilai konstanta kekakuan pegas tanpa ketidakpastian adalah 10,8 kg/ 2 dan
nilai dari gravitasinya adalah 12,27 kg/m
3. Perubahan periode () yang dihasilkan dari massa 0,5 kg, 0,1 kg, 0,15 kg, 0,2
kg, dan 0,25 kg secara berturut turut dengan 10 kali getaran adalah 0,90 s,
1,90 102 s, 2,01 102 s, 1,86 102 s, dan 5,21 102 s.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan Hukum Hook selanjutnya dapat menggunakan
massa beban yang lebih besar misalnya dengan menggunakan massa seberat 300
gram, 400 gram, 500 gram, 600 gram, 700 gram dan 800 gram untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat lagi.
91
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kehidupan sehari-hari kerap kali menjumpai zat-zat cair yang selalu ada
di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa ada beberapa cara yang
dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir lebih mudah daripada zat-zat yang
lainnya. Di dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalannya maka sering
dikaitkan dengan metode dari viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan
suatu keadaan atau fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat
cair yang terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair
sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase viskeus
sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya suatu bahan tidak
leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara bagian-bagiannya atau
diantara lapisan-lapisan dalam gerakan alirannya.
Kekentalan viskositas fluida merupakan ukuran kekentalan sebuah fluida
terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Kekentalan benda cair dapat ditentukan
dengan menggunakan viskositas benda yang dijatuhkan pada fluida.
Viskositas adalah gaya gesekan yang timbul akibat fluida yang bergerak atau
benda padat yang bergerak di dalam fluida.biasanya gesekan ini disebut juga sebagai
derajat kekentalan zat cair. Maka, semakin susah zat padat bergerak di dalam zat cair,
semakin besar pula nilai derajat kekentalan zat cair tersebut.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami dan mengenal apakah viskositas itu,
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas tersebut, hal apa saja yang
menyebabkan kecepatan suatu benda pada saat dimasukkan ke dalam suatu
fluidadapat berbeda maka kami lakukan percobaan dan merumuskan hasil dari
praktikum tersebut ke dalam laporan.
93
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fluida-fluida dalam dunia nyata memiliki gesekan internal dalan nilai tertentu,
yang disebut viskositas. Viskositas ada di dalam zat-zat cair maupun gas, dan pada
dasarnya merupakan gaya gesek diantara lapisan-lapisan yang bersebelahan di dalam
fluida, bilamana larutan-larutan tersebut saling berpapasan. Pada cairan, viskositas
diakibatkan oleh gaya-gaya kohesif listrik (yang bekerja) diantara molekul-molekul,
pada gas viskositas timbul akibat tumbukkan diantara molekul-molekul (Giancoli,
2014).
Viskositas dari bagian fluida dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas (huruf kecil Yunani, eta), yang didefinisikan sebagai berikut.
Selaput tipis fluida diletakkan diantara dua lempengan (pelat) yang rata. Salah satu
pelat dibiarkan diam sedangkan yang lainnya dibuat gerak. Bagian fluida yang
langsung bersentuhan dengan masing-masing pelat akan tertahan melekat pada
permukaan pelat oleh gaya adhesif diantara molekul-molekul fluida dan molekul-
molekul pelat. Sehingga, bagian atas fluida akan bergerak dengan kecepatan V yang
sama dengan kecepatan gerak pelat sebelah atas, sedangkan fluida bagian bawah yang
bersentuhan dengan pelat akan tetap diam. Lapisan fluida yang lambat ini akan
menghambat aliran lapisan berikutnya, dan seterusmya. Dengan demikian kecepatan
aliran (gerak) fluida akan beragam pula mulai dari 0 hingga V secara kontinu,
sebagaimana diperlihatkan. Kenaikan kecepaan dibagi dengan jarak dimana
perubahan kecepatan itu terjadi sama dengan V/l disebut gradient kecepatan. Untuk
menggerakkan pelat sebelah atas dibutuhkan gaya, yang dapat kita ketahui dengan
cara menggeser suatu lembaran material pada genangan cairan yang kental (mirip
sirup) di atas meja. Untuk fluida yang diberikan, telah diketahui bahwa gaya F yang
diperlukan adalah sebanding dengan luas (bidang) fluida yang bersentuhan dengan
masing-masing pelat, A dan dengan kecepatan pelat, V dan berbanding terbalik
dengan jarak pemisah l diantara kedua pelat. Untuk fluida yang berbeda-beda,
95
semakin kental (viscous) fluidanya semakin besar pula gaya yang diberikan.
Konstanta proposionalitas bagi persamaan didefinisikan sebagai koefisien viskositas
:
F=A (2.1)
satuan SI untuk adalah N.s/m2 = Pa.s (Pascaal). Dalam sistem cgs, satuannya
dyne.s/cm2 yang dinamakan juga poise (p). viskositas biasanya dinyatakan dalam
sentipoise (1 cp = 10-2 p = 10-3 Pa.s) (Giancoli, 2014).
Fluida yang mengalir dengan mudah, seperti air atau minyak tanah memiliki
voskositas yang lebih kecil dsaripada cairan kental seperti madu dan oli motor.
Viskositas sebuah fluida sangat bergantung pada suhu, bertambah untuk gas dan
berkurang untuk cairan saat suhu meningkat. Tujuan utama perancang oli untuk
pelumas mesin adalah untuk mengurangi variasi suhu dan viskositas semakin
maksimal (Young, 2001).
Dari persamaan satuan viskositas adalah gaya dikali jarak, dibagi dengan luas
permukaan dikali waktu. Dalam satuan SI adalah:
1 N.m / ( m2 . (m/s)) = 1 N.s/m2 = 1 Pa.s (2.3)
Satuan cgs yang setara dengan 1 dyn.s/cm2 adalah satu-satunya satuan viskositas
yang umum digunakan: disebut poise, untuk menghormati ilmuan Peracncis Jean
Louis Marie Poiseuille:
1 Poise = 1 dyn.s/cm2 = 10-1 N/s.m2 (2.4)
Sentipoise dan mikropoise juga sering digunakan. Viskositas air adalah 1,79
sentipoise pada 00C dan 0,28 sentipoise pada 1000C. viskositas minyak pelumas
umumnya 1 sampai 10 poise dan viskositas usaha 200C adalah 181 mikropoise
(Young, 2002).
Untuk fluida Newtonian, viskos tidak bergantung pada laju V, dan dari
persamaan gaya F berbanding lurus dengan laju. Fluida yang tegang atau menyebar
96
pada umumnya bukan Newtonian dalam sikap viskosnya. Salah satu contoh adalah
darah, yang merupakan suspensi sel darah dalam cairan. Saat laju regangan
bertambah sel darah berubah bentuk dan menyesuaikan diri dengan istimewa untuk
memudahkan berkurang. Fluida yang melumasi sendi-sendi manuver pun
memperlihatkan perilaku yang sama (Young, 2002).
Viskositas (kekentalan fluida menggambarkan ketahanan fisdas flida dengan
geser. Dalam modum malam fluida Newtonian gaya viskos sebanding dengan laju
renggangan. Bila fluida mengalir dalam sebuah pipa silinder yang berjari-jari R
dengan panjang L, laju volume total diberikan oleh persamaan Poiseuille:
4 1 2 (2.5)
= ( )( )
8
Dimana P1 dan P2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa dan adalah viskositas
(Young, 2002).
Hubungan yang lebih berguna pada aliran fluida viskos adalah pernytaan
untuk gaya F yang diberikan pada bola berjari-jari r yang bergerak dengan kecepatan
v melalui fluida dengan viskositan . Ketika aliran lominer, hubungannya sederhana:
= . . . . (2.6)
(Young, 2002).
Hukum stokes bisa pula digunakan untuk menentukan koefisien viskositas
fluida. Benda yang bergerak dalam fluida mendapat gesekan yang arahnya
berlawanan dengan gerak benda. Besarnya gaya gesekan tergantung pada kecepatan
relatif benda terhadap fluida serta bentuk benda (Abdullah, 2016).
Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula benda
bergerak turun dengan kecepatan yang makin besar akibat adanya percepatan
gravitasi. Pada suatu saat kecepatan benda tidak berubah lagi. kecepatan ini
dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada benda selama bergerak jatuh
adalah gaya berat ke bawah, gaya angkat Archimedes ke atas dan gaya stokes yang
melawan arah gerak (ke atas pula). Saat terdapat kecepatan terminal, ketiga gaya
97
tersebut seimbang. Berdasarkan kecepatan terminal bola maka kita dapat menentukan
viskositas fluida. Besar gaya berat benda:
4 (2.7)
= . = . ( 3 )
3
(Abdullah, 2016).
Satuan viskositas fluida dalam bentuk cgs adalah dyne det cm-2 yang biasa
disebut istilah Poise dimana 1 poise sama dengan dyne det cm-2. Viskositas
dipengaruhi oleh suhu. Apabila suhu naik maka viskositas menjadi turun atau
sebaliknya (Budianto, 2008).
Dengan mengukur kecepatan akhir bola yang radius dan rapat massa telah
diketahui, maka viskositas pada fluida dapat ditentukan. Untuk memperoleh nilai
viskositas fluida, persamaan diubah ke dalam bentuk
.2. 2 .( )
= (2.8)
(Budianto, 2008).
Sifat cairan sebagian besar ditentukan oleh resistensinya untuk mengalir, yang
dinamakan viskositas. Suatu fluida berviskositas rendah mengalir dengan mudah dan
membuang sedikit energi, tetapi menaikan rugi-rugi bocoran. Suatu fluida kental
dapat menyekat dengan baik, tetapi fluida tipe ini cukup seret dan menyebabkan rugi
energi sistem. Fluida hidrolik merupakan suatu medium yang berada di antara
ekstrim-ekstrim ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas
(Rosita, 2014).
Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ketiga gaya memenuhi
persamaan:
= + (2.9)
4 3 4 (2.10)
( ) = ( 3 ) + 6
3 3
4 3 (2.11)
( ) = 6
3
Atau
98
(2.12)
= .
2 2
(Abdullah, 2016).
Viskositas adalah kemampuan zat cairan untuk menahan geseran atau
peluncuran dari tempatnya. Ini menunjukkan dalam kenyataan dimana zat cair yang
viscous mengalir sepanjang dinding padat, maka kecepatannya akan berkurang bisa
zat cair makin dekat dengan dinding. Jika ditinjau fluida yang mengalir ke dalam pipa
bahwa pada y = 0 maka v = 0 menurut Newton besaran tegangan gesekan karena
kekentala fluida ini adalah:
(2.13)
. ( )
2
Dimana adalah viskositas dinamis
. (2.14)
=
2
Dengan dv adalah perubaha kecepatan sebagai akibat dari perubahan sebagai akibat
dari perubahan dy maka untuk luasan yang dilewati fluida sebagai s (m2) besarannya
gaya gesek karena fluida adalah
(2.15)
= . = . .
Atau
(2.16)
. ()
() = ( ). . (2 )
2
Dengan membalik persoalannya dimana fluidanya dianggap diam sementara pipanya
berjalan, maka perumusan gaya gesekan fluida ini dapat dipakai dalam menghitung
gaya gesek antara body kapal terhadap air laut dan dapat pula dipakai untuk
menghitung gaya gesek antara body pesawat terbang terhadap udara serta mesin-
mesin fluida yang lain seperti pompa dan lain-lainnya (Suharto, 1991).
Untuk menghitung gaya gesekan kapal misalnya, rumus tersebut berbentuk:
99
(2.17)
= .
dimana s adalah luasan lambing kapal yang kontak dengan air (m2) dan h adalah
separuh dari lebar rata-rata kapal dihitung sampai garis air tampak depan (m)
(Suharto, 1991).
Oleh sebab itu, viskositas fluida ini justru yang paling perlu untuk dipelajari
di dalam ilmu teknik. Perlu diketahui bahwa viskositas dinamis ini mempunyai
hubungan sebagaimana ditulis dengan bentuk (hubungan antara viskositas dengan
suhu).
= ( ) (2.18)
Dan juga
= .
. . 2 (2.19)
( )== ( ) . ( )
2 2
Dimana v adalah viskositas kinematika fluida. Satuan viskositas kinematis adalah
stoke, dimana:
2
1 = 1 (2.20)
Sehingga
2
1 = 104 (2.21)
(Suharto, 1991).
Viskositas atau kekentalan dianggap sebagai gerakan di bagian dalam suatu
fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan kedalam fluida kental misalnya
kelereng bergerak dengan kecepatan kosntan (bergerak lurus beraturan) ini berarti
bahwa disamping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang
bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan
oleh kekentalan fluida (Rosita, 2014).
Setiap zat cair memiliki kekentalan atau viskositas yang berbeda-beda. Hal ini
bergantung pada konsentrasi dari zat cair atau fluida tersebur. Viskositas suatu fluida
100
juga dipengaruhi oleh suhu. Unsur gas memiliki nilai viskositas yang mudah berubah
terhadap perubahan suhu. Pada umumnya, zat cair akan mengalami pengurangan
viskositas. Hal ini berkaitan dengan struktur molekul dalam cairan tersebut (Rosita,
2014).
Sifat cairan sebagian besar ditentukan oleh resistensinya untuk mengalir.
Suatu fluida berviskositas rendah mengalir dengan mudah dan membuang sedikit
energy, tetapi menaikkan rugi-rugi kebocoran suatu fluida kental menyekat dengan
baik. Tetapi fluida tipe ini cukup seret dan menyebabkan kerugian energy dan teknan
sekitar sistem. Fluida hidrolik haruslah merupakan suatu medium yang berada antara
ekstrim-ekstrim ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas
(Rosita, 2014).
Adanya zat makro molekul akan menaikkan viskositas larutan bahkan
konsentrasi rendah pun efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran
fluida pada jarak jauh. Pada konsentrasi rendah, viskositas larutan berhubungan
dengan viskositas pelarut murni. Viskositas diukur dengan beberapa cara dalam
Viskositas Ostwald. Waktu yang dibutuhkan dalam oleh larutan untuk melewati
pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar (Rosita, 2014).
Aliran cairan dapat dikelompokkan dalam dua tipe yang pertama adalah aliran
laminar atau aliran kental yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil
melalui sebuah pipa dengan garis tangan kecil, aturan yang lain adalah aliran turbulen
yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih
besar (Rosita, 2014).
Viskositas atau kekentalan zat cair merupakan suatu gaya gesek antara
molekul-molekul penyusun suatu cairan pada zat cair. Viskositas atau kekentalan
menyebabkan gaya tarik menarik antara molekul sejenis disebabkan adanya gaya
kohesi (Gusrita, 2014).
(mu) adalah koefisien viskositas dinamis atau koefisien viskositas
molekular aliran viskositas dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh dan
101
viskositas pada aliran kecil dengan demikian diabaikan cairan kemudian dinyatakan
sebagai titik kental atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol tetapi kalau istilah
aliran viskositas dipakai ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan lagi (Dugdale,
1979)
Kecepatan dalam aliran viskos hukum dasarnya adalah bahwa kecepatan
fluida pada tepi batas harus sama dengan kecepatan dan tepi batas itu. Seperti yang
benar adanya karena suatu tegangan geseran tak hingga (Dugdale, 1979).
Tegangan geser telah diketahui benar bahwa cairan yang tak bergerak tidak
memiliki tegangan geser karena dalam keseluruhan mereka berubah bentuk untuk
mengisi tempatnya bagaimanapun juga bentuknya (Dugdale, 1979).
Fluida sendiri adalah zat cair yang berubah bentuk secara kontinu (terus-
menerus) bila terkena tegangan geser (shear, stress) betapapun kecilnya tegangan
geser itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan dan gaya
ini dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegngan geser rata-rata. Pada
permukaa itu tegangan geseran pada suatu titik adalah nilai batas perbandingan gaya
geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut (Streeter,
1985).
Laju pola aliran untuk aliran laminar fluida viskositas dalam pipa silinder
yang panjang kecepatan terbesarnya adalah sepanjang sumbu dan menjadi nol pada
dinding pipa. Gerakan ini adalah menyerupai gerakan sejumlah tabung konsentrik
dengan tabung yang berada di pusat bergerak paling cepat, sementara tabung paling
luar diam (Young, 2002).
Fluida adalah zat cair yang dapat mengalir (zalir), yang dapat berupa gas
ataupun zat cair. Salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap zalir (fluida) adalah
viskositas. Viskositas merupakan sifat fluida yang menghambat fluida tersebut saat
mengalir. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan kekentalan. Fluida yang
lebih kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa daripada fluida yang
kurang kental (Tipler, 1998).
102
Sifat viskos ini sangat diperhatikan dalam perihal yang melibatkan aliran
fluida maupu minyak pelumas mesin. Pelumas mesin berviskositas tinggi lebih baik
digunakan daripada yang bernilai rendah. Tetapi jika terlalu tinggi viskositasnya
justru akan menghambat gerakan mesin tersebut (Tipler, 1998).
Masing-masing zat alir mempunyai watak yang berbeda satu dari yang lain.
Udara dapat ditekan sehingga menempati ruang yang lebih sempit, tetapi air tidak
dapat diperlakukan dengan cara serupa. Cobalah memutar ember yang memuat oli
dengan sumbu ember (vertikal) sebagai sumbu putar. Perhatikan bagian oli yang
berada dekat dengan dinding ember. Anda akan melihat bahwa oli pada bagian itu
mengikuti gerak dinding ember. Sehingga kecepatannya sama dengan kecepatan
dinding ember, meskipun semakin ke tengah semakin rendah kecepatan oli itu.
Lakukan hal serupa untuk air. Anda akan melihat bahwa air tetap diam meskipun
ember yang memuatnya diputar secepat mungkin (Rosyid, 2015)
Sifat pertama adalah ketermampatan, yaitu kemampuan fluida untuk
mengalami perubahan volume ketika ditekan (dimampatkan). Hampir semua zat cair
tidak dapat dimampatkan. Gas pun dalam keadaan tertentu dapat dianggap tidak
termampatkan, semisal saja dengan mengatur alirannya sedemikian rupa sehingga
perubahan tekanan pada setiap titiknya tidak terlalu besar (Rosyid, 2015).
Debit airan adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya. Debit aliran
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing-masing pipa. Banyak
kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi fluida sebagai contoh aliran
dapat digolongkan sebagai aliran steady dan unsteady, satu, dua, atau tiga dimensi,
seragam atau tidak seragam, laminer atau turbulen dan dapat mampat atau tidak dapat
mampat. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik, transonik, supersonik atau
hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir di saluran terbuka ada yang sub kritis,
kritis atau super kritis (Priyanto, 2010).
Namun secara garis besar dapat dibedakan atau dikelompokkan jenis aliran
adalah sebagai berikut; aliran tunak ( steady ) : Suatu aliran dimana kecepatannya
tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga kecepatan konstan pada setiap titik
103
( tidak mempunyai kecepatan ). Aliran seragam ( uniform ) : Suatu aliran yang tidak
terjadi perubahan baik besaran maupun arah, dengan kata lain tidak terjadi perubahan
kecepatan dan penampang lintasan. Aliran tidak tunak ( unsteady ) : Suatu aliran
dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Aliran tidak seragam (
nonuniform ) : Suatu aliran yang dalam kondisi berubah baik kecepatan maupun
penampang berubah (Priyanto, 2010).
Kekentalan atau viskositas pada zat cair terjadi karena adanya gaya kohesi
sedang pada zat gas viskositas terjadi karena adanya tumbukan antara molekul.
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Fluida yang lebih cair akan lebih mudah mengalir. Kecepatan
aliran berbeda karena adanya perbedaan viskositas. Besarnya viskositas dinyatakan
dengan suatu bilangan yang menyatakan kekentalan suatu zat cair. Viskositas yang
dimiliki setiap fluida berbeda dan dinyatakan setiap kuantitatif dan oleh koefisien
viskositas Apabila zat cair tidak kental maka koefisien viskositasnya sama dengan 0
sedangkan pada zat cair kental bagian menempel dinding mempunyai kecepatan yang
sama dengan dinding. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur viskositas
adalah viscometer (Ningrum, 1981).
Ada tiga cara untuk menentukan yaitu : dengan viskometer torsi. Rumus R = A.
dv/dy dipakai pada silinder konsentrasi. Dengan pengukuran penurunan tekanan
dalam aliran pipa. Dengan hukum Stokes untuk bola jatuh (Dugdale, 1981).
Pembahasan tentang fluida dibagi dalam dua bagian besar : Pertama,
hidrostatika yaitu pembahasan mekanika fluida dalam keadaan diam ( statik ), dan
kedua hidrodinamika adalah pembahasan mengenai mekanika ketika fluida bergerak,
yang pada umumnya dengan asumsi aliran fluida adalah lunak ( mengalir tenang )
dalam bahasa aslinya sering disebut dengan istilah steady-stated yang masih ada
kaitannya dengan fluida (Dugdale, 1981)
104
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Grafik
4.2.1 Grafik Densitas Oli
109
10 (1 )2
= =1
10(10 1)
= 0,00759 m
=
= 0,2283 0,00759 m
10
1
=
10
=1
10 2
=1(1 )
=
10(10 1)
= 0,0456 s
=
111
= 0,777 0,0456 s
=
0,2203
= 0,777
=0,3 m/s
1 2
= ()2 + . ()2
2
1 0,22032
= (0,013182)2 + . (0,0456)2
0,777 0,7772
= 0,0198 m/s
=
= 0,3 0,0198 m/s
4.3.1.2 Massa jenis benda
10
1
=
10
=1
10 (1 )2
= =1
10(10 1)
= 0,000294 m
=
= 0,0263 0,000294 m
112
10
1
=
10
=1
1 0,0101 + 0,0101 + 0,01011 + 0,01011 + 0,0101 + 0,0101
= ( )
10 +0,0101 + 0,0101 + 0,0101 + 0,0101
= 0,010102 kg
10 2
=1(1 )
=
10(10 1)
= 1,33 x 10-6 kg
=
= 0,010102 1,33 x 106 kg
6.
=
. 2
6. (0,010102)
=
10. (0,0263)2
= 8,763 kg
6 9. ( )2
= ( )2 +
. 2 2
6 6 )2 +
9. (0,010102)2
= ( 1,33 x 10
10. (0,0263)2 (0,0263)2
= 27,719 kg
113
5=1(1 )
2
=
5(5 1)
= 0,0314 kg
=
= 0,1548 0,0314 kg
5
1
=
5
=1
1
= (0,1 + 0,15 + 0,2 + 0,25 + 0,3)
5
= 0,2
1
= skala terkecil dari tabung
4
1
= 4 0,05
= 0,0125
=
0,1548
=
0,2
= 0,774 kgm3
114
1
=
1
=
0,2
= 5 kgm3
=
= 0,774 5 kgm3
4.3.1.4 Koefisien viskositas
2 .
= ( )
18.
(0,0263)2 . 10
= (8,763 0,774)
18. (0,3)
= 0,0102 N.s/m2
2 . 2 4. ( )2
= ( )2 + ( )2 + ( ) + ( 2 )
18.
= 0,0361 N. s/m3
=
=
0,0102 0,0361 N. s/m3
4.3.2 Perhitungan Minyak
4.3.2.1 Kecepatan terminal
10
1
=
10
=1
10 2
=1(1 )
=
10(10 1)
= 0,01071 m
=
= 0,2161 0,01071 m
10
1
=
10
=1
1 1,07 + 0,78 + 0,84 + 0,62 + 0,79 + 0,66 + 0,88
= 10 ( )
+0,94 + 0,63 + 0,85
= 0,806 s
10 2
=1(1 )
=
10(10 1)
= 0,0452 s
=
= 0,806 0,0452 s
=
0,2161
= 0,806
=0,27 m/s
1 2
= ()2 + . ()2
2
116
1 0,21612
= (0,01071)2 + . (0,0452)2
0,806 0,806 2
= 0,0201 m/s
=
= 0,27 0,0201 m/s
4.3.2.2 Massa jenis benda
10
1
=
10
=1
= 0,0263 m
10 (1 )2
= =1
10(10 1)
= 0,000294 m
= 0,0263 0,000294 m
117
5
1
=
10
=1
1
= (0,0101 + 0,0101 + 0,01011 + 0,01011 + 0,0101)
10
= 0,005052 kg
10 2
(1 )
= =1
10(10 1)
= 0,00168 kg
= 0,005052 0,00168 kg
6.
=
. 2
6. (0,005052)
=
10. (0,0263)2
= 4,38 kg
6 9. ( )2
= ( ) 2 +
. 2 2
118
6 2
9. (0,005052)2
= ( 0,00168) +
10. (0,0263)2 (0,0263)2
= 13,14 kg
5
1
=
5
=1
1
= (0,087 + 0,137 + 0,177 + 0,22 + 0,266)
5
= 0,1774 kg
5=1(1 )
2
=
5(5 1)
= 0,0856 kg
= 0,1774 0,0856 kg
119
5
1
=
5
=1
1
= (0,1 + 0,15 + 0,2 + 0,25 + 0,3)
5
= 0,2
1
= skala terkecil dari tabung
4
1
= 4 0,05
= 0,0125
0,1774
=
0,2
= 0,887 kgm3
1
=
1
=
0,2
= 5 kgm3
= 0,887 5 kgm3
120
2 .
= ( )
18.
(0,0263)2 . 10
= (4,38 0,887)
18. (0,27)
= 0,00497 N.s/m2
2 . 2 4. ( )2
= ( )2 + ( )2 + ( ) + ( 2 )
18.
= 0,02 N. s/m3
=
0,00497 0,02 N. s/m3
121
4.4 Pembahasan
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida berhubungan dengan gaya gesek antar lapisan yang
lain. Pada zat cair, viskositas disebabkan terutama oleh gaya kohesi antar molekul,
sedangkan pada gas viskositas muncul karena tumbukkan antar molekul.
Dasar teori tentang viskositas dan hidrolika kemudian menjadi baku setelah
Daniel Bernoulli dan Leonhard Evler memperkenalkan ilmunya dalam abad XVII.
Daniel Bernoulli seorang pakar kelahiran Swiss (1700-1780) telah mendidik 11 orang
pakar ilmu, hampir semuanya ahli matematika dan orang teknik. Dan selanjutnya dia
menjadi staf akademi ilmu pengetahuan Rusia yang kemudian menetap di St.
Petersburg di antara 1728 sampai 1788 ia telah menerbitkan 47 judul tentang
matematika dan mekanika. Tahun 1738 dengan tulisannya tentang hidrodinamik
membuat rumusan yang merupakan hukum dasar dari aliran fluida yang menyatakan
hubungan antara tekanan (P), kecepatan (v), dan heat (H) dari fluida. Persamaan
Bernoulli merupakan prinsip dari teori mekanika fluida secara umum, dan khususnya
hidrolika.
Pakar lain yang juga seorang ahli matematika. Fisika dan astronomi Leonhard
Evler (1707-1783) dari negeri Switzerland tinggal di St. Petersburg pada tahun 1755
ia menemukan persamaan diferensial umum aliran fluida ideal (non viscous bila di
integral merupakan persamaan Bernoulli. Ini merupakan tunggal metode analisa
teoritis dalam bidang mekanika fluida. Selain itu Evler juga sebagai pakar yang
menurunkan persamaan usaha semua mesin-mesin hidrolik jenis dari Rotodinamik
seperti turbin, pompa sentrifugal dan juga fans dan juga teori daya apung.
Dalam viskositas tidak lepas dengan hukum stokes. Hukum stokes sebenarnya
diperuntukkan bagi zat cair yang cukup kental (berbagai minyak) dan gerakan yang
bersifat laminar (tidak turbulen), namun secara kualitatif hukum ini menjelskan juga
gerakan pada terjun payung, maupun gesekan pada ban mobil yang melaju.
122
Hubungan yang lebih erat pada aliran fluida viskos adalah pernyataan untuk
gaya F yang diberikan kepada bola berjari-jari r yang bergerak dengan kecepatan v
melalui fluida dengan viskositas .
Fungsi alat-alat yang digunakan pada praktikum koefisien viskositas adalah
mikrometer sekrup yang berfungsi untuk mengukur diameter bola kecil. Stopwatch
digunakan unutk menghtung waktu saat bola jatuh di dalam minyak dan oli dalam
keadaan stabil. Neraca analitis digunakan untuk menimbang massa bola kecil dan
massa fluida dalam satuan gram. Gelas beaker digunakan sebagai wadah untuk
menimbang minyak dan oli. Tabung silinder digunakan sebagai wadah untuk minyak
dan oli dan untuk melakukan percobaan menjatuhkan bola.
Pada percobaan ini, dari hasil perhitungan didapatkan nilai-nilai seperti
panjang rata-rata, perubahan panjang atau jarak, massa benda, massa jenis fluida dan
lain sebagainya. Untuk perhitungan oli, didapatkan nilai = 0,2283 dan nilai
= 0,00759. Didapatkan pula nilai yaitu = 0,777 dan nilai = 0,0456.
Untuk nilai dan nya yaitu = 0,3/ dan = 0,0198/. Sementara
itu, pada perhitungan minyak didapatkan nilai yaitu = 0,01071. Didapatkan
pula nilai yaitu = 0,806 dan nilai = 0,0452. Sedangkan untuk nilai dan
nya yaitu = 0,27/ dan = 0,021/. Untuk perhitungan oli,
didapatkan nilai koefisien viskositas yaitu = 0,0102 . /2 dan =
0,0361 . /2 . Sedangkan untuk perhitungan minyak didapatkan nilai koefisien
viskositasnya = 0,00497 . /2 dan = 0,02 . /2 .
Pada grafik, dapat dilihat bahwa nilai massa fluida berbanding lurus dengan
volume fluida. Pada grafik densitas oli, pada volume 0,1l, nilai mfnya adalah 0,07kg.
Pada volume 0,15l, nilai mfnya adalah 0,11kg. Pada volume 0,2l, nilai mfnya adalah
0,16kg. Pada volume 0,25l, nilai mfnya adalah 0,2kg. Pada volume 0,3l, nilai mfnya
adalah 0,25kg. Begitupun dengan grafik densitas minyak. Dapat disimpulkan bahwa
massa fluida berbanding lurus dengan volume fluida.
123
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa bola kecil akan jatuh lebih cepat
jika dimasukkan ke dalam fluida minyak jika dibandingkan dengan ketika bola
dimasukkan ke dalam fluida oli karena kekentalan yang berbeda. Sebab, v
(percepatan) berbanding terbail dengan koefisien viskositanya dan juga kekentalan
yang dimiliki oleh oli lebih besar dibandingkan dengan minyak. Itulah sebab
mengapa walaupun minyak dan oli memiliki massa yang sama namun kekentalannya
berbeda-beda.
Viskositas juga sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
contoh penerapan viskositas dalam kehidupan sehari-hari yaitu proses penggorengan
ikan. Semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goring. Contoh
lain dalam kehidupan sehari-hari adalah mengalirnya darah dalam pembuluh darah
vena, mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir ke rumah kita dan tingkat
kekentalan pelumas oli. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin berbeda-beda karena
setiap mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan ini adalan
bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau
seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Dalam dunia kuliner, viskositas berguna
untuk menambah cita rasa suatu makanan karena ada beberapa makanan yang lebih
enak dengan kuah yang kental.
Terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan akibat kurangnya ketelitian,
yaitu saat menghitung jarak jatuhnya bola pada oli karena oli memiliki warna hitam
yang pekat sehingga bola tidak terlihat. Hal ini membuat kekeliruan sering terjadi.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengamatan yang teliti agar mendapatkan data yng lebih
valid. Kesalahan juga sering terjadi saat mengukur waktu dengan stopwatch.
Diperlukan fokus dan kewaspadaan yang baik agar mendapatkan data yang valid.
Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur waktu yang diperlukan cairan
untuk mengalirkan dalam jumlah tertentu melewati tabung silinder dengan panjang
tertentu yang disebabkan dorongan gravitasi. Dengan menggunakan alat yang sama
ditentukan waktu yang diperlukan fluida-fluida lainnya untuk dapat melewati tabung
silinder.
124
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai rata-rata kecepatan terminal
) pada oli sebesar 0,3m/s dan pada minyak sebesar 0,27m/s.
(
2. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai massa jenis benda (b)
pada oli sebesar 27,719kg/m3 dan pada minyak sebesar 13,14kg/3m.
3. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan nlai koefisien viskositas () pada
oli sebesar (0,0102 0,0361) Pa.s dan pada minyak sebesar (0,00497 0,02)
Pa.s.
4. Viskositas meruoakan sifat fluida untuk mengkarakterisasi secara khas
bagaimana fluida berperilaku karena dua fluida misalnya air dan minyak yang
memiliki nilai kerapatan hamper sama tetapi memiliki perilaku yang berbeda
ketika mengalir dari suatu tempat.
5. Faktr-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
- Suhu
- Konsentrasi larutan
- Beras molekul solute
- Tekanan
6. Pengaruh terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu zat cair
atau fluida maka daya untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola
semakin besar sehingga semakin lambat pergerakan benda yang jatuh di
dalamnya berarti zat cair sudah semakin kental.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya, yang awalnya menggunakan oli dan minyak bisa
diganti dengan menggunakan susu, air atau kecap agar kita dapat melihat perbedaan
hasil diantara keduanya.
125
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan
Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Yogyakarta : STKN.
Dugdale, R.H. 1979. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas. C. 2014. Fisika Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Gusrita, Dahlia. 2014. Pengaruh Viskositas Fluida Terhadap Sifat Hydrophobic Dari
Berbagai Macam Daun. FMIPA UNP. Diakses pada hari Rabu, 15 November
2017. Pukul 13.00 WITA.
Ningrum, Rr. Sinta Kusuma. 2014. Penentuan Viskositas Larutan Gula
Menggunakan Metode Vessel Terhubung Viscosimeter Berbasis Video Based
Laboratory dengan Software Tracker (Diakses di : pf.uad.ac.id, pada tanggal
25 Oktober 2017, pukul : 20.15 WITA).
Priyanto, Eko Singgih. 2010. Analisis Aliran Fluida pada Pipa (Diakses di :
pooitory.gunadarma.ac.id, pada tanggal 25 Oktober 2017, pukul : 20.07
WITA).
Rosita, Ipa Ida. 2014. Jurnal Praktikum Fisika Kimia II Viskositas. Jakarta : UIN
Syarief Hidayatullah.
Streeter, Victor.L. 1985. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.
Suharto, Ir. 1991. Dinamika dan Mekanika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Young, Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
126
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemuaian benda umumnya terjadi ke segala arah panjang kearah lebar, dan
kearah tebal. Semua ukuran benda bertambah, akan tetapi jika perhatian kita pada
panjang suatu benda, kita berbicara tentang muai panjang dan koefisien muai
panjang. Tanpa memperhatikan perubahan yang terjadi pada ukuranukuran yang
lain. Percobaanpercobaan menunjukkan bahwa 1m besi jika dinaikkan suhunya
sebesar 1k bertambah panjang kirakira sebesar 1,1105m. Jika 1m aluminium
suhunya dinaikkan sebesar 1k panjang berubah kirakira sebesar 2,3105m untuk
panjang yang sama. Aluminium muai panjang pemuaianpemuaian besi
(Nyoman,1994).
Jika koefisien muai panjang dinyatakan dengan lambang panjang benda pada
mulanya adalah 1 pertambahan panjang l utuk kenaikan suhu sebesar T. Definisi
diatas dapat dituliskan dengan bentuk persamaan seperti berikut:
= 1 (2.1)
atau
l = 1 T (2.2)
dengan menggunkan persamaan (2.1) suatu koefisien muai panjang dapat diturunkan,
yaitu: 1 yaitu ,
k atau 1 (2.3)
(Nyoman,194).
129
Definisikan koefisien muai luas dan koefisien muai panjang serupa dengan
koefisien muai panjang. Jika koefisienkoefisien muai itu berturutturut dinyatakan
dengan lambang dan maka persamaan definisinya adalah:
= (2.4)
= + (2.5)
(Nyoman,1994).
Dalam menetapkan skala temperatur, sangat diperlukan untuk memperjelas
hubungan antara temperatur dan sifat temperatur untuk memungkinkan membuat
interpolusi dan ekstropolasi perhatikan sifat termometer x. Sedemikian sehingga
temperatur T. Merupakan fungsi muai panjang sifat ini (Widyanto,2000).
T=+bx (2.6)
dengan dan b merupakan konstanta sembarang (Widyanto, 2000).
Perubahan numerik sifat termometrik yang mengikuti perubahan temperatur
dalam selang standar ini ialah 5 - 1 yang disebut perubahan sifat temperatur
menyebabkan kenaikan tekanan dalam bola kaca secara proporsional, maka tabung
harus diangkat lebih tinggi agar volume gas tetap konstan. Jika dua benda dengan
temperatur berbeda ditetapkan dalam kotak normal (berarti energi panas dapat
dipindahkan dari suatu benda ke benda yang lain) dua benda itu pada akhirnya akan
mencapai temperatur yang sama kedua benda itu dikatakan berbeda dalam
kesetimbangan termal (Widyantoro, 2000).
Jika dua sistem berbeda dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga,
maka mereka dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Temperatur adalah properti
suatu sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam kesetimbangan termal
dengan sistem yang lain. Sebagian besar zat memuai ketika dipanaskan dan menyusut
ketika didinginkan meskipun demikian besar pemuaian atau penyusutan bervariasi
tergantung pada jenis material (Widyantoro, 2000).
Eksperimen mengindenfikasi bahwa perubahan panjang l. Dari hampir semua
benda padat pada aproksimal yang baik. Berbanding lurus dengan perubahan
130
volume V dapat dianggap berbanding lurus dengan perubahan suhu T dan volume
awal 0:
V = 0 T (2.9)
(Hugh,2002).
Konstanta menggambarkan sifat ekspansi volume pada bahan tertentu
disebut sebagai koefisien volume (coefficient of linear ekspansial) satuan adalah
1 atau
Tabel 2.1
Koefisien Muai Panjang
BAHAN d[ atau ()]
Aluminium 2,4105
Kuningan 2,0105
Tembaga 17105
Kaca 0,40,9105
Inver (panduan besi nikel) 6,009105
Kuarsa 6,04105
Baja 12,1105
Tabel 2.2
Koefisien muai volume
PADAT [ atau ()] CAIRAN [ atau C]
132
(Hugh,2002).
Pemuaian termal adalah bertambahnya ukuran atau besar suatu benda karena
kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut atau pemuaian juga dapat dikatakan
sebagai bertambahnya panjang, luas dan volume suatu benda karena pengaruh kalor
(panas). Bila temperatur berubahubah dengan T, perubahan panjang L sebanding
dengan T dan panjang mulamula L :
L = .L . T (2.10)
dengan dinamakan koefisien muai linear. Besaran ini adalah rasio frekuensi fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:
/
= (2.11)
(Tipler,1998).
Satuan adalah kebalikan derajat celcius (1/C) atau kebalikan (1/K).
Koefisien muai panjang untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak berubah
dengan tekanan, tetapi dapat berubahubah dengan temperatur tertentu T, koefisien
muai panjang pada suatu temperatur tertentu T didapat dengan mengambil limit T
mendekati nol:
/ 1
= lim = (2.12)
0
133
koefisien muai volume didefinisikan dengan cara sama sebagai rasio fraksi
perubahan volume terhadap perubahan temperatur (pada tekanan konstan):
/ 1
= lim = (2.13)
0
(Tipler,1998).
Seperti . untuk padatan dan cairan biasanya tidak berubah dengan
temperatur. Nilai rata rata dan untuk berbagai zat diberikan. Dapat ditunjukkan
bahwa untuk bahan tertentu, koefisien muai panjang adalah 3 kali koefisien muai
panjang. Volume pada temperatur adalah
V = 1 2 3 (2.14)
laju perubahan volume terhadap temperatur adalah
3
= 1 . 2 + 1 . 3 2. 3 (2.15)
karena tiap suku diruas kanan persamaan diatas sama dengan , maka kita
mendapatkan:
=3. (2.16)
(Tipler,1998).
Ekspansi termal materi seperti itu dengan peningkatan suhu harus di antisipasi
dalam beberapa situasi yang umum. Untuk sebuah jembatan yang tunduk pada
perubahan suhu besar (dan musim) misalnya, bagian dari jembatan dipisahkan oleh
slot ekspansi sehingga bagian itu memiliki ruang untuk memuai pada musim panas
sehingga jembatan tersebut tidak tertekuk akibat perpanjangan kedua sisi jembatan.
Ketika penambahan dengan pada gigi yang bolong dilakukan bahan pengisi harus
memiliki sifat ekspansi termal yang sama dengan gigi sekitar juga. Jika tidak maka
mengonsumsi es krim yang dingin dan meminum kopi yang panas akan sangat
menyakitkan. Ketika pesawat Concerde dibangun (desainnya harus memungkinkan
adanya ekspani termal pada pesawat selama penerbangan super sonik dikarenakan
akan terjadi pemanasan fraksional akibat udara lewat) (Tipler, 1998).
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang
awal berbeda, koefisien muai panjang dan besar peubahan suhu. Koefisien muai
134
panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jens bahan (Wulandari,
2015)
Perhatikanlah sebuah batang panjang yang panjangnya L pada temperatur T.
Bila temperatur berubah dengan T dan panjang mulamula 0 . Maka bisa ditulis:
L = . 0 .T (2.17)
dengan dinamakan koedfisien muai linear. Besaran ini adalah rasio fraksi
perubahan panjang terhadap perubahan temperatur:
/
= (2.18)
satuan adalah kebalikan dari celcius (1/C) dan kebalikan dari kelvin (1/K)
(Wulandari, 2015).
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga tebal lebar dianggap
tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang adalah kawat
kecil. Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan
panjang pada benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah:
L = 0 T (2.19)
bila ingin menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan prsamaan
berikut:
L = L + 0 (2.20)
L = 0 (1 + T) (2.21)
jika ingin mengetahui pertambahan panjang benda padat (logam) akibat kenaikan
suhu dimana koefisien muai panjang () dapat diketahui dengan rumus:
= 0 T (2.22)
keterangan:
L = panjang akhir (m)
0 = panjang awal (m)
L = pertambahan panjang (m)
135
4 Kuningan 19
5 Tembaga 17
6 Beban 12
7 Besi 11
8 Kaca (biasa) 9
9 Kaca (pyrex) 3,2
10 Intam 1,2
(Halliday, 2011).
Jika semua bagian pada zat mengalami perubahan suhu maka volume zat padat
tersebut juga mengalami pemuaian. Untuk zat cair, volume adalah satusatunya
parameter pemuaian. Jika temperatur suhu zat padat atau zat cair adalah 0 dan
volumenya adalah V lalu mengalami kenaikan suhu sebanyak T, maka perubahan
volume dapat ditulis dengan:
V = V .. T (2.25)
dimana adalah kefisien muai volume
= 3 . (2.26)
(Halliday, 2011).
Percobaanpercobaan mengindikasikan bahwa perubahan panjang L pada
hampir semua zat sebanding dengan perubahan suhu selama perubahn suhu tidak
terlalu besar. Sedangkan perubahan panjang juga sebanding denganpanjang mula-
mula benda tersebut. Kita bisa menulis persamaan:
L = 0 T (2.27)
dimana menurut perbndingan konstanta disebut dengan koefisien muai panjang
untuk material khusus dan memiliki satuan per celcius (1/C). Kita mendapatkan:
L = L + 0 (2.28)
dan menulis ulang persamaan dengan
L = 0 (1 + .T) (2.29)
137
dimana 0 adalah panjang awal pada suhu awa dan L adalah panjang setelah
dipanaskan pada suhu T. Jika T adalah negatif, maka L juga negatif.
(Giancoli, 2005).
Bila suatu benda dipanaskan atau didinginkan, sebagian dari sifat fisisnya
berubah dan sebagai cintihnya yaitu kebanyakan dari padatan dan cairan memuai bila
dipanaskan. Gas bila dipanaskan juga akan mengalami pemuaian, atau jika
volumenya dijaga konstan, tekanannya akan naik. Jika sebuah koduktor listrik
dipanaskan, resistensi listriknya berubah. Sifat fisis yang berubah dengan temperatur
dinamakan sifat termometrik. Perubahan sifat termometrik menunjukkan perubahan
temperatur benda itu (Ishaq, 2007).
Misalkan kita mendekatkan sebatang tembaga hingga tersentuh dengan batang
besi yang dingin. Batang tembaga akan sedikit menyusut yang menyatakan bahwa
bidang itu mengalami pendinginan, sedangkan batang besi sedikit memuai, yang
menyatakan bahwa batang besi itu mengalami pemanasan. Kedua batang mengalami
kontak termal. Pada akhirnya proses ini terhenti, akhirnya tak satu batang pun yang
berubah lagi panjangnya. Bila hal ini terjadi, kedua batang itu dikatakan saling berada
dalam kesetimbangan (Ishaq, 2007).
Sekarang misalkan alih-alih saling menyentuhkan batang-batang itu, kita
mula-mula menempatkan batang tembaga yang panas kedalam danau yang dingin.
Batang akan menjadi dingin dan air dalam danau akan menjadi sedikit hangat, tetapi
danau cukup besar sehingga perubahan temperaturnya dapat diabaikan. Sekali lagi,
proses ini akhirnya berhenti dan batang serta air berada dalam kesetimbangan termal.
Sekarang misalkan batang besi yang dingin ditempatkan jauh dari tembaga yang
letaknya didalam danau sehingga kedua batang tidak dalam keadaan kontak termal.
Batang besi menghangat sampai batang dan air danau juga berada dalam keadaan
kesetimbangan termal. Jika kita angkat batang besi dan batang tembaga kemudian
saling menyentuh kedua batang itu maka kita mendapatkan bahwa panjang batang-
batang itu tidak berubah. Hal ini adalah pernyataan penting tentang perilaku termal
138
semua benda. Jika dua buah benda berada dalam kesetimbangan termal dengan
benda ketiga, maka ketiga benda itu berada dalam kesetimbangan satu sama lain.
Pernyataan ini sering dinamakan hukum ke-nol termodinamika (Hugh, 2002).
Efek-efek yang lazim dari perubahan-perubahan temperatur adalah perubahan
ukuran dan perubahan keadaan bahan-bahan. Marilah kita tinjau perubahan ukuran
yang terjadi tanpa perubahan keadaan. Tinjaulah dari sebuah model sederhana dari
sebuah kristal zat padat. Atom-atom tersebut dibuat bersatu didalam sebuah susunan
yang teratur oleh gaya-gaya listrik. Pada setiap temperatur maka atom-atom benda
padat tersebut bergetar. Amplitudo getaran adalah kira-kira 10-9 cm, yakni kira-kira
sepersepuluh diameter atom dan frekuensinya kira-kira 1013 Hz (Hugh, 2002).
Praktikum adalah salah satu cara mahasiswa belajar menentukan konsep dan
hubungan antara variabel yang terkait. Sebagai contoh untuk memahami konsep suhu
dan pemuaian siswa dan atau mahasiswa dapat melakukan praktikum untuk mencari
koefisien muai termal. Pada saat praktikum siswa atau mahasiswa akan belajar
menentukan variabel-variabel yang terkait. Berdasarkan hasil praktikum, siswa dan
atau mahasiswa dapat menetukan hubungan-hubungan antara variabel dan
membandingkan dengan konsep (Jati, 2009).
Kegiatan praktikum sangat penting dilakukan, maka lembaga pendidikan baik
sekolah maupun perguruan tinggi (PT) perlu menyediakan fasilitas yang memadai.
Jurusan fisika memiliki laboratorium eksperimen yang menyediakan berbagai paket
untuk percobaan, akan tetapi jumlahnya masih terbatas. Seringkali dengan jumlah
terbatas tersebut tidak bisa dugaan untuk seluruh mahasiswa fisika kirang lebih
berjumlah 150 tiap periode praktikum, oleh karena itu diperlukan alternatif alat yang
bisa dimanfaatkan untuk kegiatan praktikum (Jati, 2009).
Perencanaan paket praktikum koefisien muai termal sebelumnya telah
dilakukan oleh Lailatul Istighfaroh bahwa sangat diperlukan paket dalam praktikum
koefisien muai termal juga telah diproduksi secara massal oleh seorang Pasco (Jati,
2009).
139
BAB III
METODLOGI PERCOBAAN
5. Dinyalakan power supply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan
suhu awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data
3.3.2 Tembaga
1. Dihubungkan logam tembaga pada munschern broek dengan power
supply menggunakan kabel penghubung
2. Dihubungkan logam tembaga pada munschern broek dengan termometer
yang dipasang pada tiang statif
3. Diatur tegangan pada power supply 4V
4. Diukur suhu awal 0
5. Dinyalakan power suply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan suhu
awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data
3.3.3 Kuningan
1. Dihubungkan logam kuningan pada munschern broek dengan power
supply menggunakan kabel penghubung
2. Dihubungkan logam kuningan pada munschern broek dengan
termometer yang dipasang pada tiang statif
3. Diatur tegangan pada power supply 4v
4. Diukur suhu awal 0
5. Dinyalakan power suply dan tunggu hingga suhu nai 2C (T) dan suhu
awal (1 )
6. Dicatat pertambahan panjang (L)
7. Diulangi langkah 4-6 sehingga diperoleh 5 data
141
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Tembaga
No (C) (C) t (C) (m) L (m)
1 29 31 2 0,149 0,002
2 31 33 2 0,149 0,0035
3 33 35 2 0,149 0,004
4 35 37 2 0,149 0,0045
5 37 39 2 0,149 0,005
4.1.3 Kuningan
No (C) (C) t (C) (m) L (m)
1 28 30 2 0,148 0,001
2 30 32 2 0,148 0,002
3 32 34 2 0,148 0,003
4 34 36 2 0,148 0,0032
5 36 38 2 0,148 0,0039
142
4.2 Grafik
143
= 0,013 ()1
L2 0,005
2 = = 0,155 x 2
Lo . t
= 0,016 ()1
L3 0,005
3 = = 0,155 x 2
Lo . t
= 0,016 ()1
L4 0,006
4 = = 0,155 x 2
Lo . t
= 0,019 ()1
L1 0,0065
5 = =
Lo . t 0,155 x 2
= 0,021 ()1
4.3.1.2 Perhitungan Pada Tembaga
L1 0,002
1 = =
Lo t1 0,149 x 2
= 0,007 ()1
L2 0,0035
2 = =
Lo t2 0,149 x 2
= 0,012 ()1
L3 0,004
3 = =
Lo t3 0,149 x 2
= 0,013 ()1
L4 0,0045
4 = =
Lo t4 0,149 x 2
= 0,015 ()1
144
L1 0,005
5 = =
Lo t5 0,149 x 2
= 0,017 ()1
4.3.1.3 Perhitungan Pada Kuningan
L1 0,001
1 = =
Lo . t1 0,148 x 2
= 0,003 ()1
L2 0,002
2 = =
Lo . t2 0,148 x 2
= 0,007 ()1
L3 0,003
3 = =
Lo . t3 0,148 x 2
= 0,0010()1
L4 0,0032
4 = =
Lo . t4 0,148 x 2
= 0,011 ()1
L1 0,0039
5 = =
Lo . t5 0,148 x 2
= 0,013 ()1
4.3.2 Perhitungan dengan Ketidakpastian
1
L = x nst Munschern Broek
2
1
= x 0,1
2
= 0,05cm
= 5x10-4m
1
L = x nst penggaris
2
1
= x 0,1
2
= 0,05cm
= 0.0005m
1
t = x nst Thermometer
2
145
1
= x1
2
= 0,5oC
1 2 0,004
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,004 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {260,175 x 108 + 0,1725 x 108 + 9 x 106 }2
= 11,60 105
= 0,003406 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,005
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,60175 106 + 0,0027 x 106 + 16 106 }2
= 18,604 106
= 0,004313 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }
146
1 2 0,005
= {( 0,155 x 2 ) . (0,0005 ) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,60175 x 106 + 0,0027 x 106 + 16 x 106 }2
= 18,604 106
= 0,004313 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 4T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,006
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,006 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
1
= {1260,175 108 + 0,4 x 108 + 21325,25 108 }2
= 2612,825 108
= 0,00112(oC)-1
1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( 2 5 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }
1 2 0,0065
= {( 0,155 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,155)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0065 2
( 0,155 x (2)) . (0,5) }
= 2,965 105
= 0,005445 (oC)-1
4.3.2.2 Tembaga
1
1 2 2
n = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . T) . + ( Lo . T) . t }
147
1
1 2 1 2
1 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 1T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,002
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,002 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 5,0625 x 1010 + 2,816 106 }2
= 2,373 106
= 0,002373 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,0035
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,035 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 1,580 x 109 + 8,62 106 }2
= 1,144 106
= 0,003382 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,004
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,004 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 2,07025 x 109 + 1,126 105 }2
= 1,408 105
= 0,003752 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 4T) . + ( Lo . T) . t }
148
1 2 0,0045
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0045 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 2,601 x 109 + 1,425 105 }2
= 4,132 105
= 0,004132 (oC)-1
1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 5T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,005
= {( 0,149 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,149)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,005 2
( 0,149 x (2)) . (0,5) }
1
= {2,816 106 + 3,249 x 109 + 1,759 105 }2
= 1,707 105
= 0,004518 (oC)-1
4.3.2.3 Kuningan
1
1 2 2
n = {( Lo . T ) . L + ( 2 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }
1
1 2 1 2
1 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 1T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,001
= {( 0,148 x 2 ) . (0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . (0,0005) +
1
0,001 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }
= 3,566 106
= 0,001888 (oC)-1
1
1 2 2 2
2 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 2T) . + ( Lo . T) . t }
149
1 2 0,002
= {( 0,148 x 2 ) . (0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,002 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }
= 2,389 106
= 0,002389 (oC)-1
1
1 2 3 2
3 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 3T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,003
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,003 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }
= 9,274 106
= 0,003045 (oC)-1
1
1 2 4 2
4 = {( Lo . T ) . L + ( 2 4 )
Lo . T
. + (
Lo . T
) . t }
1 2 0,0032
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0032 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }
= 3,187 105
= 0,003187 (oC)-1
1
1 2 5 2
5 = {( Lo . T ) . L + ( Lo2 . 5T) . + ( Lo . T) . t }
1 2 0,0039
= {( 0,148 x 2 ) . ( 0,0005) + ( (0,148)2 x 2 ) . ( 0,0005) +
1
0,0039 2
( 0,148 x (2)) . (0,5) }
= 2,0905 105
= 0,004572 (oC)-1
150
4.3.3.2 Tembaga
= (0,007 0,002) (oC)-1
2 2= (0,012 0,003) (oC)-1
3 3= (0,013 0,004) (oC)-1
4 4= (0,015 0,004) (oC)-1
5 5= (0,017 0,005) (oC)-1
4.3.3.3 Kuningan
= (0,003 0,002) (oC)-1
2 2= (0,007 0,002) (oC)-1
3 3= (0,010 0,003) (oC)-1
4 4= (0,011 0,003) (oC)-1
5 5= (0,013 0,005) (oC)-1
0,004
x 100% = 0,016 x 100% = 26,928 %
0,004
x 100% = 0,016 x 100% = 26,928 %
4 0,005
x 100% = 0,019 x 100% = 26,354 %
4
5 0,005
x 100% = 0,021 x 100% = 26,159 %
5
4.3.4.2 Tembaga
0,002
x 100% = x 100% = 35,357 %
0,007
0,003
x 100% = 0,012 x 100% = 28,796 %
0,004
x 100% = 0,013 x 100% = 27,953 %
4 0,004
x 100% = 0,015 x 100% = 27,360%
4
5 0,005
x 100% = 0,017 x 100% = 26,928 %
5
4.3.4.3 Kuningan
0,002
x 100% = x 100% = 55,901 %
0,003
0,002
x 100% = 0,007 x 100% = 35,357 %
0,003
x 100% = 0,010 x 100% = 30,048 %
4 0,003
x 100% = 0,011 x 100% = 29,483 %
4
5 0,005
x 100% = 0,013 x 100% = 28,098 %
5
152
4.4 Pembahasan
Pemuaian adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah
panjang lebar. Luas atau perubahan volumenya karena tekanan panas (katrol)
pemuaian tiaptiap benda yang berbeda, tergantung pada suhu di sekitar dan
koefisien muai atau daya muai dari benda tersebut. Pada umumnya setiap zat
mengalami pemuaian (penambahan panjang luas atau volume). Ketika suhunya
naik dan mengalami penyusutan ketika suhunya turun kecuali pada benda
benda tertentu seperti air pada suhu 04 derajat celcius pada suhu tertentu.
Pemuaian zat padat merupakan peristiwa pertambahan panjang lebar atau
volumenya suatu benda padat karena pengaruh panas (kalor).
Grafik besi dari titik 133 mengalami kenaikan sampai 0,005 dan dititik
3335 tidak mengalami kenaikan suhu atau setara dan titik 3739 mengalami
kenaikan sampai 0,0065. Grafik tembaga dari titik 31-39 mengalami kenaikan
secara terusmenerus dan tidak mengalami kesetaraan sampai titik 0,005 dan
juga grafik kuningan dari titik 3038 mengalami kenaikan terus dan tidak
mengalami kesetaraan hingga mencapai kenaikan dititik 0,0039.
Suatu benda akan berubah ukurannya jika suhunya berubah dan hal ini
terbukti dalam percobaan yang dilakukan dimana logam besi, tembaga, dan
kuningan mengalami perubahan panjang dan dari suhu. Pada masingmasing
logam mengalami kenaikan suhu dan dari perubahan percobaan panjang dan
suhu pada masingmasing logam besi, tembaga dan kuningan.
Pada percobaan ini pada logam besi, tembaga dan kuningan ini mengalami
perubahan panjang yang berbedabeda karena pemanasan perbedaan perubahan
panjang dan suhu benda pada masingmasing logam menyebabkan hasil yang
diperlukan untuk koefisien muai panjang yang berbedabeda.
153
lebih menguasai materi yang akan di praktikumkan dan dapat menggunakan alat
yang akan dipakai pada percobaan.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Hubungan antara suhu, panjang dan jenis massa terhadap pertambahan
panjang benda adalah ketiganya berbanding lurus dengan pertambahan
panjang benda.
2. Besi memiliki pertambahan panjang lebih besar dibandingkan dengan
tembaga dan kuningan
3. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh suhu awal besi 29-39C dengan
panjang awalnya o,155m dan pertambahan panjangnya 0,004m, 0,005m,
0,005m, 0,006m, dan 0,0065m. Pada tembaga dengan suhu awalnya 29-39C
dengan panjang awalnya 0,149m dan pertambahan panjangnya 0,002m,
0,0035m, 0,004m, 0,0045m, dan 0,005m. Pada kuningan dengan suhu
awalnya 28-38C dengan panjang awalnya 0,148m dan pertambahan
panjangnya 0,001m, 0,002m, 0,003m, 0,0032m, dan 0,0039m.
5.2.Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya tidak hanya menggunakan besi,
tembaga, kuningan tetapi bisa ditambah dengan logam lain seperti alumunium
agar praktikan bisa mengetahui nilai koefisien pemuaian dari berbagai macam
logam selain besi, tembaga dan kuningan.
155
156
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
frekuenssi 1000 dan 2000 untuk menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara.
Cepat rambat bunyi di udara di pengaruhi oleh kondisi di udara perlu disadari bahwa
setiap alat ukur memiliki tingakat ketelitian tertentu dalam mengukur besaran yang
sama. Hal ini jadi penting karena ada beberapa faktor prosedur dalam melakukan
kegiatan praktikum, praktikum sebagai unit yang dapat menuju keberhasialan
pendidikan. Dan bisa membuat mahasiswa mengerti tentang pentingnya praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(suryantoro,2009)
Telinga manusia berpendapatan normal dapat mendengar bunyi pada daerah
frekuensi pendengaran, bila bunyi itu berintensitas antara 10-12 watt/m2 sampai
dengan 1 watt/m2 batas intensitas terendah yang masih bisa didengar disebut
intensitas ambang bawah (I0) yaitu 10-12 w/m2. dan intensitas teratas disebut intensitas
ambang atas (I w/m2). jika intensitas bunyi (I) kurang dari I. maka gedung telinga
akan terasa sakit (suyantoro,2009).
memudahkan pernyataan tentang satuan kerasnya bunyi didefinisikan satuan
baru yang tidak berdimensi disebut taraf intensitas (TI) TI ini diperoleh dengan
membandingkan intensitas bunyi itu (I) terhadap intensitas ambangnya (I0) dalam
bentuk :
TI = 10 log ( ) (2.2)
0
(suyantoro,2009).
Bunyi sebagai gelombang longitudinal, dapat pula berinterferensi (berpadu).
jika sumber bunyi 1 memberikan bunyi yang bersimoangan y, frekuensi sudut w1, dan
amplitudo A, sedangkan sumber bunyi 2 memberikan bunyi yang bersimpangan y2.
frekuensi sudut w2 dan amplitudo A, sehingga pada setiap saat t masing-masing
sumber bunyi bersimpangan
Y1 = Asin w1 + i (2,3)
Atau
Y2 = Asin w2 + i (2,4)
(suyantoro,2009).
Paduan antara y1 dengan y2 memberikan simpangan hasil interfensi y, yaitu
y=y1+y2 dan diperoleh :
2 2 1 + 2
Y = 2A cos ( )t sin ( ) (2.5)
2 2
2 1
Persamaan (2.5) memperlihatkan faktor peka waktu yaitu ( )t dan
2
1 + 2
gaktor yang tidak peka waktu itu adalah ) dimana 1 = 2 dan 2 = 22
2
161
palung adalah 2A (dua kali amplitudu) jarak antara dua puncak berurutan adalah
panjang gelombang (huruf yunani lambda) panjang gelombang juga sama dengan
jarak antara dua titik identik manapun yang berturut-turutpada gelombang. Frekuensi
1 adalah jumlah puncak atau siklus lengkap yang melewati sebuah titik tertentu
persatuan waktu (Giancoli,2014).
Lajunya gelombang tergantungdengan sifat medium di mana ia bergerak.
Kecepatan gelombang tranver. pada tali atau kabel terbentang. Tergantung pada
ketebalan kabel dan massa persatuan panjang dari kabel (huruf yunani ) jika m
adalah massa dari kabel denagn panjang = / untuk gelombang ampltudu
kecil, laju glombang adalah
V = (2.7)
Satuan SI dari intensitas adalah watt per meter kuadrat (w/2 )karena energy
sebanding terhadap kuadrat amplitudo gelombangnya demikian juga intensitasnya
I X 2 (2.12)
Misalnya, jika gelombang mengalir keluar dari sumber kesegala arah itu
adalah gelombang tiga dimensi (Giancoli,2014).
Contohnya adalah suara yang berjalan di udara terbuka, gelombang gempa,
dan gelombang cahaya. Jika mediumnya isotopic (sama disemua arah) gelombangnya
adalah sferis (spherical wave). Seiring gelombang bergerak keluar, energi yang
membawanya tersebar di area yang lebih luas dan lebih besar karena luas permukaan
bola dengan jari-jari r adalah 4 2 dengan demikian intensitas gelombang sferist
adalah
I= = (2.13)
4 2
164
Jika keluaran daya P dari sumber bersifat konstan. Maka intense tasnya
berkurang seiring kuadrat terbalik dari jarak terhadap sumbernya
1
I X 2 (2.14)
(Giancoli,2014).
Gelombang radio gelombang ini sering disebut gelombang frekuensi radio,
atau gelombang rf gelombang rf mempunyai daerah frkuensi dari beberapa sampai
102 = 103 jadi mempunyai daerah panjang gelombang antara beberapa km
sampai 0.3 m. gelombang radio dengan panjang gelombang antara 10 m dengan 100
m dikenal sebagai gelombang pendek. Dan banyak dipengaruhi. Dipergunakan untuk
siaran radio jarak jauh. Siara televise dipancarkan dengan mempergunakan
gelombang
TABEL 2.1 KECEPTAN JARAK BUNYI
MEDIUM TEMPERATUR KECEPATAN
(M/Det)
Udara 0 331,3
Hidrogene 0 1286
Oksigen 0 317,2
Air (2 0) 15 1450
Timah hitam 20 1230
Alumunium 20 5100
Tembaga 20 3560
Besi 20 5130
Granit - 6000
Karet 0 54
(Satrisno,1979).
Resonansi pada tabung gas suatu gelombang longitudinal yang menjalar
dalam suatu tabung gas mengalami pantulan pada kedua ujung tabung seperti halnya
gelombang tranversal pada tali (Sutrisno,1979).
165
Setiap bunyi yang terdengar adalah akibat oleh bergetarnya sebuah objek pada
saat sebuah objek bergetar. Udara disekelilingnya pun ikut bergetar getaran ini
selanjutnya merambat kesegala arah dari pada saat getaran-getaran ini masuk ke
gendang telingan manusia otak. Menterjemahkan sebagai bunyi meskipun sebagai
bunyi yang didengar yang berasal dari udara bunyi dapat juga merambat kedalam
berbagai bahan misalnya melalui rel kereta api atapun air. (Sutrisno,1979).
Bunyi merambat sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat
menjalar dalam medium padat atau pun gas mediumbunyi ini adalah molekul yang
membentuk beban medium mekanik tersebut rambantan gelomabng bunyi
menimbulkan grtaran-getran partikel medium dengan arahebagai gelombang mekanik
longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat atau pun gas mediumbunyi ini
adalah molekul yang membentuk beban medium mekanik tersebut rambantan
gelomabng bunyi menimbulkan grtaran-getran partikel medium dengan arah getaran
berimpit dengan arah rambat gelombang. Getaran partikel medium berasa dari
sumber bunyi dan menyebabkan adanya perubahan rapat massa dan tekanan akan
mengakibatkan terbentuknya rapatan regangan disepanjang rambatan gelombang
partikel-partikel. Bahan yang mentrasmisikan gelombang seperti itu berosilasi dalam
arah perjalanan gelombang itu sendiri (Sutrisno,1979).
Laju perambatan gelombang bunyi bergantung pada interaksi antara molekul-
molekul dan sifat inersia medium. Interaksi antara molekul dinyatakan oleh modulus
benda () modulus benda B merupakan konstanta pembandingan antara perubahan
tekanan dengan perubahan volum yang diungkapkan dengan persamaan berikut
= (2.15)
(Basry,2009).
Menurut persamaan diatas laju perubahan bunyi terbantung pada modulus
baik () dan kerapan dari matrial () dengan demikian untuk helium yang
kerapatannya jauh yang lebih keal dari udara tetapi modulus elastisnya tidak berada
166
jauh lanjuya tiga kali lipat dari udara di dalam gas modulus benda = Y0 sehingga
kecepatan bunyi dalam gas diberkan oleh
V= (2.16)
(Basry,2009).
2 merupakan jarak kolom udara saat terjadi resonansi kedua apabila
amplitudu maksimum ke-2 terlihat saat ada perubahan tegangan kembali pendeteksi
ketinggal air untuk menentukan ini adalah pada perubahan ketinggalan air yang
didektesikan oleh trandusur ultrasonik PING dan mengirim data mikrokontroler
mengenal kondisi ketinggalan air yang akan ditampilakn ke computer ( Basry,2009).
Pada penelitian ini sensor yang digunakan yaitu trandusur ultasonik PINK
dengan sensor mikrovon akan merubah besarnya fisis (suara) menjadi besaran elektris
(tegangan) serta mendeteksi bunyi dengung yang terjadi tranduser akan bekerja
berdsarkan prinsip pantulang gelombang suara. Suara yang dihasilkan tidak dapat di
dengar oleh telinga manusia. Hal ini dikarenkan telingan manusisa hanya mampu
mendengar suara dengan frekuensi 20 sampai 20.000 (basry,2009).
Trandusur ultrasonic memiliki sebuah pembakti siknal 40 disini Y adalah
konstanta yang disebut hasil bagi kalor jenis gas konstanta ini arganya bergantung
pada macam gas sedangan 0 adalah tekanan udara dalam keadaan setimbang
(priyambodo,2013).
Laju gelombang bunyi bergantung pada temperatul tetapi hal ini terutama
tampak pada gas.sebagai contohdi udara laju bertambah sekitar 0,6 m/s untuk setiap
kenaikan dan peratul suhu 1 celcius derajat.
V = (33 l + 0.60 T ) m/s (2.17)
dimana T adalah tempratur dalam 0C untuk menentukan laju perambatan
bunyi di udara dapat dilakukan dengan menggunakan konvigurasi gambar-gambar
(Priyambodo,2013).
Bunyi digunakan dengung yang dihasilkan garputala yang bergetar pada
tabung sangatlah kecil dengan adanya masalah ini maka perlu disalahkan suatu sistem
167
pengukuran kecepatan gelombang bunyi di udara yang modern dan partikel penelitian
ini bertujuan untuk menghitung kecepatan gelombang bunyi di udara dengan
menggunakan konvirmasi (Priyambodo,2013).
Resonansi bunyi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu sistem fisis yang
diakibatkan oleh sistem fisis yang bergantung dengan frekuensi tertentu
(Priyambodo,2013).
Contoh dari peristiwa resonansi bunyi adalah sebuah garputala yang bergetar
maka tabung akan ikut bergetar dan ikut merapat pada pipa organa tertutup yang
terjadi berupa simpul dan pipa organa terbuka pada berupa perut jika posisi dengung
(1 2 ) dapat ditentukan maka akan memudahkan untuk mencari nilai panjang
gelombang yang dihasilkan adapun persamaan yang dilakukan
V=4 (2.18)
(Priyambodo,2013).
Dari persamaan 1 diketahui bahwa 1 merupakan jarak saat resonansi pertama
terjadi hal ini dilihat pada ketinggian air di tabung (Priyambodo,2013).
Terdapat perbedaan antara gelombang dan matrial (partikel) gelombang
selama mejalar (merambat) hanya memindahkan energi. Sedangkan materi selama
perpindahan selalu memindahakan massa dan energy hubungan antara energy yang
dipindahkan dengan gelombang dicontohkan pada getaran rambat di atas permukaan
air saat itu rumput-rumput hanya bergerak naik turun tidaj hanyut, berarti gelombang
air bersifat memindahkan energy gelombang tetapi tidak memindahkan airnya.
Sebaiknya dalam hubungan energy dalam partikel yang bergerak dicontohkan batu
yang dilemparkan pada pristiwa ini baru yang terlempar membawa energy yang
setidaknya energy kinetic (Priyambodo,2013).
Gelombang muncul karena adanya gangguan atau usikan pada sebuah
medium ketika rumput diam di permukaan air yang datar. Kemudian sebuah batu
dijatuhkan tidak jauh dari rumput air itu. Apa yang terjadi ? batu jatuh di permukaan
air berperan sebagai penggangguan ( pemberi usikan) sehingga muncullah gelombang
168
permukaan air yang merambat menjauhi tempat usikan itu gelombang merupakan
gejala pemindahan usikan atau gangguan (Priyambodo,2013).
Pengelompokan gelombang menurut arah getar relative terhadap arah
perambatan gelombang dibedakan menjadi 2. Yaitu gelombang longitudinal dan
gelombang tranversal gelombang longitudinal memiliki arah getar sejajar dengan arah
perambatan dan ditampilkan oleh adanya renggangan dan kerapatan. Contohnya
gelombang ini adalah gelombang bunyi dan gelombang pegas adapun gelombang
interversal. Memiliki arah getaran tegak lurus terhadap arah perambatannya (
Priyambodo,2013)
Untuk gelombang sinus olda dengan frekuensi 1 partikel bergerak dalam
1
GHS. Seiring gelombang berlaku sehingga setiap partikel memiliki energi E= 2 2
Akhirnya intensitas I dari sebuah gelombang adalah rata rata daya yang
dibawa sepanjang luas satuan yang tegak lurus terhadap arah aliran energi
I = = 2 2 2 2 (2.22)
Sifat inersia medium dinyatakan oleh kerapatan massa gas dalam keadaan
setimbang, sehingga kecepatannya jalar bunyi diberikan oleh :
V = (2.24)
Disini Y adalah konstamta yang disebut hasil bagi kalor jenis gas konstanta ini
harnya bergantung pada macam gas. Sedangkan 0 adalah tekanan dalam keadaan
seimbang (sutrisno,1979).
Untuk medium padat berbentuk batang panjang atau kawat modulus benda B
diganti dengan modulus young. Untuk medium padat. Dimana luas tidak dapat
abaikan, kontanta interaksi akan bergantung pada modulus benda B dan modulus
170
geser M dalam hal ini kecepatan gelombang longitudinal dalam bahan padat
diberikan oleh
3
+
V= 4
(2.26)
Bahan cair dan gas tidak dapat menambah gaya tengensial sehingga M = 0 akibat
lainya ialah bahwa di dalam medium ini tidak dapat di jalankan gelombang tranversal
( Sutrisno,1979)
Kita mendengar bunyi karena adanya gangguan yang menjalar ketelinga kita
kareana gangguan ini selaput gendang di telia kita bergetar dan getaran ini diubah
menjdi denyut listrik yang di laporkan ke otakkita lewat urat syaraf pendengar
(Sutrisno, 1979)
Sumber bunyi suatu senar yang terikat pada kedua ujumgnya digesek seperti
pada kedua ujung digesek seperti pada biolagetaran yranversal akan menjalarkan
sepanjang senar.Gangguan ini akan dipantulkan pada kedua ujungnya senar dan senar
terbentuk gelombang berdiri (Sutrisno , 1979)
171
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Grafik
176
(0,545)2 + (0,0558 )2
= 2
(0,279)+ (0,311)
= 2
0,608
= 2
= 0,304
= 0,551 M
177
(0,060,7)2 + (0,050,7)2
= 2
(0,64)2 + (0,65)2
= 2
(0,410)+ (0,423)
= 2
0,833
= 2
= 0,417
= 0,646
II . = 2 . . = 2 . 2,000 .0,646 = 2,584
4.3.3 Ketidak Pastian Mutlak
4 .3.3.1 Pada Frekuensi 1,000
= (0,6 0,551 )
= (1,2 1,102 )
4.3.3.1 Pada Frekuensi 2.000
= (0,7 0,417 )
= (2,8 2,584 )
4.3.4.1 Pada Frekuensi 1.000
0,551
I. 100 = 100 00
0.6
= 0.918 x 100
= 9,18
1,102
II . 100 = 100 00
1,2
= 0.918 x 100
= 9,18
178
= 0.923 x 100
= 9,23
2,584
II . 100 = 100 00
12,8
= 0,923 x 100
= 9,23
179
4.4 Pembahasan
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat benda lain
yang bergetar karena keduanya memiliki frekuensi yang merupakan bilangan bulat
dari frekuensi yang sama atau memiliki frekuensi yang merupakan bilangan bulat dari
frekuensi dan salah satu benda bergetar. Resonansi bunyi pada kolom udara
dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi pada alat musik.
Pada keadaan tanpa ketidakpastiaan (KTP) di frekuensi 1000 Hz, dihasilkan
panjang terbaik sepanjang 0,6 m dengan persamaan L/n. Panjang terbaik diambil
berdasarkantitik (0.0) dalam grafik. Panjang pertama yaitu sebesar 0,055 m, dan
panjang kedua yaitu sebesar 0,042m. cepat rambat bunyi diudara adalah 1,2 m/s.
pada keadan tanpa ketidak pastian di frekuensi 2.000 Hz dihasilkan panjang terbaik
yaitu sepanjang 0,05m dengan titik n = 2. Di dapatkan pula panjang kedua sepanjang
0,05 m dengan titik n = 4 dan titik L = 0, 20.
Dengan ketidakpastian pada frekunsi 1000 Hz, dihasilkan perubahan
panjang yaitu sepanjang 0,551 m dan perubahan cepat rambat bunyi sebesar 1, 102
m/s. Pada kondisi frekuensi 2000 Hz, dihasilkan perubahan panjang sebesar0,646m
dan perubahan cepat rambat bunyi adalah sebesar 2,584 m/s. Dapat disimpulkan
bahwa semakin besar frekuensi gelombang, makaperubahan panjang dan perubahan
cepat rambat bunyi juga semakin besar.
Pada keadaan ketidakpastian (KTP) relatif di frekuensi1000 Hz, dihasilkan
presntrasi yaitu sebesar 9,18% untuk panjang bunyi dan dihasilkan pula presentrasi
sebesar 9,18% untuk perubahan cepat rambat bunyi. Pada keadaan ketidakpastiaan
relative di frekuensi 2000 Hz , dihasilkan presntrasi sebesar 9, 23% untuk panjang
bunyi dan dihasilkan pula presentrasi untuk perubahan cepat rambat bunyi yaitu
sebesar 9,23%.
Resonansi merupakan suatu phenomena dimana sebuah system yang
bergetar dengan amplitude yang maksimum akibat adanya implus gaya yang berubah-
ubah yang bekerja pada impuls tersebut. Kondisi seperti ini dapat terjadi bila
frekuensi gaya yang bekerja tersebt berimpit atau sama dengan frekuensi getar yang
180
tidak diredamkan dari system tersebut. Jadi, resonsi adalah peristiwa ikut bergetarnya
suatu benda akibat benda lain yang bergetar karena keduanya memiliki frekuensi
yang merupakan bilangan bulat dari frekuensi salah satu benda bergetar.
Resonansi bunyi banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya telinga manusia, kita dapat mendengar bunyi karena adanya periswtiwa
resnansi pada telinga kita. Didalam terlaput ini sangat tipis dan mudah
beresonansidengan bunyiaudiosonik. Lalu pada kedua pada alat music, alat music
akustik seperti seruling, biola, drum, dan gitar memanfaatkan resonansi agar
diperoleh bunyi yang merdu. Alat musik tradisional seperti gamelangn juga
memanfaatkan peristia resonansi dan yang ketiga pada rongga mulut katak, katak
dapat mengeluarkan bunyi yang sangat keras karena resonansi terjadi pada rongga
mulut katak. Rongga mulut katak dapat mengebang sedemikian rupa sehingga
menyerupai selaput tipis , pada saat selaput tipis inilah terjadi pristiwa resonansi.
Fungsi alat yang kami gunakan pada percobaan kali ini adalah statif yang
tidak terjatuh, yang kedua power supply yang berguna sebagai pengantur tegangan,
yang ketiga spiker yang berguna sebagai pengeras suara dan yang terakhir pipa
sebagai tempat terjadinya resonansi.
Faktor-faktor kesalahan yang terjadi saat melukan praktikum ini adalah
kurang teliti pada saat mendengarkan bunyi pada frekuensi 1000 Hz. Kesalahan saat
mencacat datanya, ketidak tahuan tentang fungsi alat yang digunakan dan kurang
menguasai materi tentang resomnansi bunyi. Dari faktor kesalahan tersebut kita dapat
meminimalisir dengan cara lebih teliti lagi saat melakukan peraktikum terutama saat
pendengarkan bunyinya dan pada saat mencatat datnya, sebelum prakyikum harus
memahami fungsi alat yang akan digunakan dan mempelajari materinya terlebih
dahulu
181
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada frekuensi 1000 Hz didapatkan Asebesar 0,551 m dan AV sebesar
1,102 m/s. pada frekuensi 2000 Hz didapatkan Av sebesar 0,646 m dan AV
sebesar 2,584 m/s. semakin besar srekuensi gelombang maka semakin besar
pula perubahan panjang dan cepat rambut gelombangnya.
2. Sumber bunyi yang diletakan diatas mulut tabung resonansi akan
mengatarkan udara yang berada di kolom udara.
3. Pada frekuensi 500 Hz cepat rambatnya 400 m/s sedangkan pada frekuensi
10.000 Hz cepat rambatnya 940 m/s.
5.2 Saran
Sebaiknya pada pratikum selanjutnya menggunakan garputala agar dapat
membandingkan hasil anatar pipa resonansi dan garputala.
182
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Murdaka Eka Jati dan Tri Kuantono Priyombodo. 2016 Fisika Dasar
yogyakarata : ANDI
Basri, Hasan. 2009. Analis Validitas Dalam menentukan laju perambatan bunyi
diudara dengan menggunaka konfigurasi gambar. (Diakses pada tanggal 22.
Oktober 2017 pukul 21.37)
Dauglas, Glancoli.2014 Fisika Edisi Ketujuh Jilid1. Jakarta: Erlangga
Nuncholis, Junaidi, Arif surtono, 2014. Rancangan Bangunan system Data
Resonansi Gelombang bunyi menggunakan transduser ultrasonic Berbasis
mikrokoniroler AT mega 8535. (Diakses pada tanggal 22 oktober 2017 pukul
21.37)
Sutrisno.1979, Fisika Dasar. Bandung : ITB
183