Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH BIOKIMIA

GLIKOGENOLISIS, GLUKONEOGENESIS, GLIKOGENESIS,


PENGATURAN KONSENTRASI GULA DARAH, DAN DIABETES
MELLITUS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Infirna Fii Dinillah (A1C117008)
Alfu Laila Ariyanti (A1C117022)

DOSEN PENGAMPU :
Dra. M. Dwi Wiwik E, M.Kes
Dsr. Haryanto, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Biokomia yang berkaitan dengan gluconeogenesis
,gikogenesis glikogenolisis pengaturan konsentrasi gula darah dan diabetes
mellitus.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas terstruktur dari mata kuliah
Biokimia ditulis untuk memenuhi tugas kiliah. Selain itu juga diharapkan
menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya tentang bagaimana tahap-
tahap glukoneogenesis, glikogenesis glikogenolisis, bagaimana pengaturan
konsentrasi gula darah dan apa itu diabetes mellitus.
Dalam penyusunan makalah ini saya berusaha menyajikan sebuah karya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan batas dan kemampuan yang saya miliki.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. M. Dwi Wiwik E, M.Kes sebagai dosen mata kuliah biokimia
2. Bapak Drs, Haryanto, M.Kes selaku dosen mata kuliah biokimia
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini..
Akhirnya saya mengharap makalah ini bermanfaat bagi penyusun sendiri
danbagi mahasiswa yang membaca makalah ini.

Jambi, Maret 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. iii
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... iv
1.3. Tujuan ......................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Glukoneogeneis ........................................................................... 1
2.1.1 Pengertian Glukoneogenesis ............................................. 1
2.1.2 Tahap-tahap Glukoneogenesis............................................ 1
2.1.3 Pengaturan Glukoneogenesis.............................................. 8
2.2 Glikogenesis ................................................................................ 9
2.2.1 Pengertian Glikogenolisis ................................................. 9
2.2.2 Keberadaan Glikogen ........................................................ 9
2.2.3 Proses Glikogenesis ...........................................................10
2.3 Glikogenolisis ..............................................................................14
2.3.1 Pengertian Glikogenolisis ..................................................14
2.3.2 Proses Glikogenolisis ........................................................14
2.3.4 Pengaturan Konsentrasi Gula Darah `................................17
2.4 Diabetes Mellitus .........................................................................18
2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus ..............................................18
2.5.2 Jenis-jenis Diabetes ...........................................................23
2.5.3 Pengobatan Diabetes .........................................................24
2.5.4 Gejala Penderita Diabetes ..................................................25
2.5.5 Cara Lain Mencegah dan Mengobati Diabetes .................26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................27
3.2 Saran .............................................................................................29

ii
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................30
LAMPIRAN ........................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam
tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul
glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks,
simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja
otot namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.
Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat
digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu
juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk
memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai
peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk
menjaga level glukosa darah.
Glukosa yang berada di darah lazim disebut sebagai kadar glukosa
darah(KGD). Konsentrasi glukosa darah yang normal berkisar pada nilai 100
mg/dl sampai110 mg/dl. KGD sering dipergunakan sebagai parameter
keberhasilan metabolisme didalam tubuh, dimana akibat kondisi tertentu
sehubungan dengan konsentrasi glukosa didarah tubuh dapat mengalami keadaan
yang disebut hipoglikemia yaitu kondisi penurunan kadar glukosa darah.
Kondisi ini terjadi karena glukosa di darah untuk dapat masuk ke dalam sel-
seltubuh memerlukan hormon insulin. Kelebihan insulin akan menyebabkan
penurunankonsentrasi glukosa di darah. Pada keadaan yang ekstrim dapat
menyebabkankeadaan koma hipoglikemia ( jika KGD turun di bawah 20 mg/dl).
Ini terjadi karenapasokan glukosa ke sel otak terganggu atau kurang karena sel
otak sumber energinyahanya glukosa.
Untuk mempertahankan KGD, di dalam tubuh dapat berlangsung beberapa
proses yaitu pencernaan dan absorpsi makanan mengandung karbohidrat,
prosesglukoneogenesis, dan glikogenesis, glikogenolisis, yang terjadi di hepar dan
ginjal serta penyakit yang ditimbulkan seperti diabetes melitus:

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini adapun rumusan masalahnya adalah :
1) Bagaimana proses glukoneogenesis?
2) Bagaimana proses glikogenesis?
3) Bagaimana proses glikogenolisis?
4) Bagaimana terjadinya diabetes melitus?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui proses glukoneogenesis
2) Untuk mengetahui proses glikogenesis
3) Untuk mengetahui proses glikogenolisis
4) Untuk mengetahui terjadinya diabetes melitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Glukoneogenesis
2.1.1 Pengertian Glukoneogenesis
Jaringan dapat menguraikan glukosa, dan juga terdapat jaringan tertentu
yang bisa menyintesis glukosa. Dalam sel mamalia, glukosa merupakan sumber
energi karbohidrat yang paling berlimpah. Glukosa dicerna dalam semua sel
sebagai bahan bakar glikolisis dan disimpan dalam hati serta otot sebagai polimer
glikogen. Akan tetapi, sel-sel tertentu memiliki enzim untuk mengatalisis sintesis
glukosa dalam kondisi tertentu. Persyaratannya yakni:
1. Ketersediaan rangka karbon tertentu (struktur tulang punggung karbon
dari berbagai tipe)
2. Energi dalam bentuk ATP yang dibutuhkan untuk menjalankan urutan
reaksi,
3. Enzim untuk mengatalisis reaksi urutan tersebut.
Rangka karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa bukan berasal dari
karbohidrat melainkan diturunkan dari asam-asam amino tertentu. Salah satu
pengecualian akan hal ini ialah pada laktat yang merupakan produk dari
metabolisme karbohidrat itu sendiri, yang bisa dimasukkan ke dalam molekul
glukosa yang baru. Proses sintesis glukosa baru ini dari prekursor nonkarbohidrat
penting disebut glukoneogenesis (Yohanis,2013:548-549).
Tempat utama glukoneogenesis adalah di hati. Glukoneogenesis juga
berlangsung di korteks ginjal, tetapi jumlah total glukosa yang terbentuk di situ
hanya sekitar sepersepuluh dari yang terbentuk di hati, karena massa ginjal yang
lebih kecil. Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot kerangka atau otot
jantung. Bahkan, glukoneogenesis di hati dan ginjal membantu memelihara kadar
glukosa darah, agar otak dan otot dapat mengekstraksi cukup glukosa dari darah
untak memenuhi kebutuhan metabolisme (Stryer,2000:570).

2.1.2 Tahap-tahap dari Glukoneogenesis


Menurut Stryer (2000:570-572) Pada glikolisis, glukosa diubah menjadi
piruvat; pada glukoneogenesis, piruvat diubah menjadi glukosa. Akan tetapi,

3
glukoneogenesis bukan kebalikan glikolisis. Dibutuhkan beberapa reaksi yang
berbeda, karena kesetimbangan termodinamik glikolisis terletak jauh pada arah
pembentukan piruvat. AG yang sesungguhnya untuk pembentukan piruvat dari
glukosa adalah sekitar 20 kkal/mol pada kondisi sel yang khas. Sebagian besar
penurunan energi bebas pada glikolisis terjadi pada tiga reaksi yang pada
hakekatnya ireversibel, yaitu yang dikatalisis oleh heksokinase, fosfofruktokinase,
dan piruvat kinase.

Pada glukoneogenesis, reaksi-reaksi yang dapat dianggap ireversibel ini


diletakkan dengan reaksi-reaksi berikut:

1. Fosfoenolpiruvat dibentuk dari piruvat melalui oksaloasetar. Mula-mula,


piruvat nengalami karboksilasi menjadi oksaloasetat dengan menggunakan satu
ATP. Selanjutnya, oksaloasetat mengalami dekarboksilasi dan fosforilasi untuk
menghasilkan fosfoenolpiruvat, dengan menggunakan ikatan fosfat energi
tinggi yang kedua.

Piruvat + CO2 + ATP + H2O oksaloasetat + ADP + Pi + 2H+

Oksaloasetat + GTP fosfoenolpiruvat + GDP + CO2

Reaksi pertama dikatalisis oleh piruvat karboksilase dan yang kedua oleh
fosfoenolpirvat karboksikinase. Hasil penjumlahan kedua reaksi yang
berlangsung dalam mitokondria ini, ialah

Piruvat + ATP + GTP + H2O fosfoenolpiruvat + ADP GDP + Pi + 2H+

jalur dua langkah untuk membentuk fosfoenolpiruvat dari piruvat ini


secara termodinamik dimungkinkan, sebab AGo’-nya adalah +0,2 kkal/mol,
dibandingkan dengan +7,5 kkal/mol untuk reaksi yang dikatalisis oleh piruvat

4
kinase. AGo’ yang jauh lebih menguntungkan ini disebabkan oleh masukan
ikatan fosfat energi tinggi tambahan pada tahap karboksilasi.

2. Fruktosa 6-fosfat dibentuk dari fruktosa 1,6-bisfosfat dengan cara hidrolisis


ester fosfat pada C-1. Fruktosa 1,6-bisfosfatase mengkatalisis hidrolisis
eksergonik ini.

Fruktosa 1,6-bisfosfat + H2O fruktosa 6-fosfat + Pi

3. Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa 6-fosfat, pada reaksi yang
dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase.

Glukosa 6-fosfat + H2O glukosa + Pi

Tahap akhir pembentukan glukosa tidak berlangsung dalam sitosol.


Melainkan glukosa 6-fosfat diangkut ke dalam lumen retikulum endoplasma dan
di situ dihidrolisis oleh glukosa 6-foifatase, suatu enzim yang terikat pada
membran. Untuk aktivitasnya, fosfatase perlu distabilkan oleh suatu protein
pengikat Ca2+. Glukosa dan Pi kemudian diangkut kembali ke sitosol oleh
sepasang pengangkut ("trans- porter). Pengangkut glukosa dalam retikulum
endoplasma serupa dengan yang ditemukan dalam membran plasma. Mencolok
bahwa lima protein diperlukan untuk mengubah glukosa 6-fosfat di sitosol
menjadi glukosa. Glukosa 6- fosfatase tidak ada dalam otak dan otot, sehingga
glukosa tidak dapat dibentuk di organ-organ tersebut.

5
Menurut Ngili (2013:549-553) Jalur glikolisis tidak bisa bekerja sebaliknya
secara langsung karena adanya tiga langkah yang irreversibel, tetapi piruvat bisa
diubah menjadi glukosa karena adanya reaksi-reaksi tambahan.
Ketiga langkah irreversibel dalam glikolisis dikatalisis oleh heksokinase
(glukokinase dalam hati), fosfofruktokinase, dan piruvatkinase. Namun, jaringan
yang bisa melakukan glukoneogenesis (misalnya hati dan ginjal) memiliki enzim
yang memungkinkan ketiga langkah ini dibalikkan. Ketika hal ini terjadi, maka
fluks total atom karbon yang melalui reaksi-reaksi lain dalam glikolisis akan
dibalikkan. Ringkasan proses ini ditunjukkan dalam Gambar 10- 8. Tiga langkah
glukoneonglikolisis terjadi ketika piruvat diubah menjadi glukosa melalui
pembalikan total glikolisis.

Gambar 10-8.Glukoneogenesis dan glikolisis. A, B, dan C menunjukkan


langkah-langkah dalam glukoneogenesis yang melewati
reaksi- reaksi irreversibel (arah kebalikan terhadap fluks
glilkolisis total).

6
Langkah A, konversi piruvat menjadi fosfoenolpiruvat, dijalankan oleh
proses tidak langsung yang dimulai dengan piruvat yang memasuki mitokondria,
yang harus berada dalam keadaan berenergi tinggi untuk dapat terjadi
glukoneogenesis. Dalam kondisi ini, enzim mitokondria piruvat karboksilase
mengkatalisis konversi piruvat menjadi oksaloasetat:

Piruvat karboksilase adalah enzim alosterik yang diaktifkan oleh efektor nya
yakni asetil-KoA. Enzim ini mengandung ion Mn2+ yang terikat kuat, dan gugus
prostetik yang terikat secara kovalen yakni biotin. Ketika mitokondria berada
dalam keadaan berenergi tinggi, maka konsentrasi asetil-KoA dan ATP relatif
tinggi, sehingga modulator enzim dan sumber energi keduanya tersedia
Oksaloasetat lalu dikonversi di dalam mitokondria menjadi malat:

Reaksi berikutnya berlangsung di dalam sitoplasma. Malat ditranspor


menuju sitoplasma oleh pengangkut dikarboksilat yang spesifik untuk malat,
suksinat, dan fumarat yang memerlukan pemasukan P i, atau salah satu anion dari
dikarboksilat ini. Malat sitoplasma kemudian diubah menjadi oksaloasetat oleh
sitoplasmik malat dehidrogenase:

Dua reaksi terdahulu dibutuhkan untuk mencapai hasil keseluruhan dari


transpor oksaloasetat menuju sitoplasma dari mitokondria, karena tidak ada
mekanisme langsung untuk hal ini. Oksaloasetat sitoplasma kemudian diubah
secara irreversibel menjadi fosfoenolpiruvat dengan enzim fosfoenolpiruvat

7
karboksikinase, yakni suatu enzim sitoplasma yang bekerja hanya pada saat
kansentrasi ATP tinggi:

Keempat reaksi ini mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (Langkah A,


Gambar 10-8) dan melewati langkah irreversibel dalam glikolisis yang dikatalisis
oleh piruvat kinase (Langkah 10).
Kebalikan dari, glikolisis Langkah 9 sampai Langkah 4 dicapai pada
pembelanjaran pasokan energi kepada Langkah 7 dalam bentuk ATP. Dengan kata
lain, glukoneogenesis total terjadi hanya dalam kondisi energi dalam sel yang
relatif tinggi. Keadaan berenergi tinggi ini juga menyiratkan bahwa konsentrasi
NADH juga tinggi, hal ini memungkinkan kebalikan Langkah 6 glikolisis, yang
melibatkan konversi 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehid 3- fosfat dengan
enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase (Gambar 10-9).

Gambar 10-9. Kebalikan Langkah 6 dan 7 dalam glikolisis disukai oleh


keadaan berenergi tinggi.

Sebagai hasil pembalikan Langkah 4 dalam glikolisis, ekuivalen dua moleku


piruvat dikondensasikan untuk menghasilkan satu molekul fruktosa 1,6 bisfosfat.

8
Senyawa ini adalah produk dari Langkah 3 yang irreversibel dalam glikolisis. Sel
glukoneogenesis mempunyai enzim fruktosa-1,6-bisfosfatase yang mengkatalisis
reaksi kebalikan dari Langkah 3 tersebut.

Fruktosa 1,6-bisfosfatase diinhibisi oleh AMP dan diaktivasi oleh sitrat serta
3 fosfogliserat. Maka, dalam keadaan energi ikatan tinggi, kenaikan sitrat dan
penurunan AMP bekerja sama untuk mengaktifkan fruktosa-1,6-bisfosfatase dan
untuk menginhibisi fosfofruktokinase (Gambar 10-10). Hal ini memicu hidrolisis
fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat.

Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat dengan bantuan enzim


glukosa 6-fosfat isomerase. Glukokinase (hanya dalam hati) dan heksokinase,
yakni enzim yang memproduksi glukosa 6-fosfat dari glukosa, tidak mampu
mengkatalisis reaksi kebalikannya. Akan tetapi, hati mempunyai enzim glukosa 6-
fosfatase yang mengatalisis hidrolisis glukosa 6-fosfat menjadi glukosa. Glukosa
yang dihasilkan kemudian bisa memasuki darah.

9
Rute metabolisme alternatif untuk glukosa 6-fosfat yakni penyimpanannya
sebagai glikogen di dalam hati dan otot.
Secara ringkas, glukosa dapat disintesis di dalam hati dan ginjal dari laktat
dan prekursor nonkarbohidrat (karbon dari asam-asam amino tertentu). Sintesis ini
dijalankan terutama oleh kebalikan dari jalur glikolisis, karena sel jaringan-
jaringan ini memiliki enzim yang diperlukan untuk mengatasi ketiga langkah
glikolisis yang irreversible.

2.1.3 Pengaturan glukoneogenesis


Hampir semua reaksi glikolisis dan glukoneogenesis terjadi di sitosol. Jika
metabolism kontrol tidak diberikan atas reaksi ini, glikolitik degradasi glukosa
dan sintesis glukoneogenik glukosa dapat beroperasi secara bersamaan, tanpa
manfaat bersih ke sel dan dengan konsumsi ATP yang cukup besar. Ini dicegah
dengan sistem timbal balik yang canggih kontrol, sehingga glikolisis terhambat
saat glukoneogenesis aktif, dan sebaliknya. Timbal-balik Peraturan dua jalur ini
sangat tergantung pada status energi sel. Saat status energi sel rendah, glukosa
cepat terdegradasi untuk menghasilkan yang dibutuhkan energi. Ketika status
energi tinggi, piruvat dan lainnya metabolit digunakan untuk sintesis (dan
penyimpanan) dari glukosa. Dalam glikolisis, tiga enzim yang diatur adalah yang
mengkatalisasi reaksi yang sangat eksergonik: hexokinase (glukokinase),
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Seperti dicatat, jalur glukoneogenik
mengganti ketiga reaksi ini dengan reaksi yang sesuai yang eksergonik ke arah
sintesis glukosa: glukosa-6-fosfatase, fruktosa-1,6-bifosfatase, dan pasangan
piruvat karboksilase-PEP carboxykinase, masing-masing. Ini adalah tiga situs
yang paling tepat regulasi dalam glukoneogenesis ( Khalifa,2015:208).

10
2.2 Glikogenesis
2.2.1 Pengertian Glikogenesis
Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan
pati/kanji pada tumbuhan glikogen adalah polimer bercabang alpha-D-glukosa.
Zat ini terutama ditemukan dihati dan otot, meskipun kandungan glikogen lebih
besar daripada kandungan glikogen otot, namun karena massa otot tubuh jauh
lebih banyak daripada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen tubuh total
berada di otot (Nurhayati, 2017 : 37).
Telah dijelaskan bahwa glukosa merupakan sumber bahan bagi proses
glikolisis, karena glukosa terdapat dalam jumlah banyak bila dibandingkan
dengan monosakarida lain. Oleh karena itu bila jumlah glukosa yang diperoleh
dari makanan terlalu berlebih, maka glukosa akan disimpan dengan jalan diubah
menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot. Proses sintesis glikogen dari
glukosan ini disebut glikogenesis. Glikogen dalam hati dapat pula dibentuk dari
asam laktat yang dihasilkan pada proses glikolisis. Gambar 10-3 menunjukkan
siklus pengubahan glukosa, asam laktat dan glikogen yang disebut siklus cori.
Mekanisme sintesis glikogen (glikogenesis) atau sebaliknya katabolisme
glikogen (glikogenolisis) selain melibatkan serangkaian fungsi enzim juga kedua
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yaitu hormon insulin dan glucagon
(Suarsana et al., 2010 : 190).
2.2.3 Keberadaan Glikogen
Glikogen merupakan penimbunan glukosa sebagai cadangan energi bila
dibutuhkan oleh tubuh, jumlah glikogen berbeda dalam berbagai jaringan dan
bahkan dalam satu jaringan pun jumlahnya dapat berbeda, tergantung pada
penyediaan glukosa dan kebutuhan energinya. Sebagian besar glikogen terdapat di
hati dan otot.
Jumlah glikogen orang normal berkisar 400mM gugusan glikosil (65 gram
berat kering) per kilogram berat jaringan. Jumlah ini berkurang waktu puasa dan
bertambah pada diit tinggi karbohidrat. Otot mengandung 85 mM gugusan
glikosil (14 gram) Glikolisis 2 laktat 3 ATP Glukosa 2 piruvat 2 NADH 33,5 - 35
ATP 6 CO2 per kilogram jaringan, yang tidak berubah banyak pada saat puasa
dan diit tinggi-karbohidrat. Tetapi jumlah menurun sampai 1 mM per kilogram

11
jaringan atau bahkan lebih rendah, pada kerja berat selama satu atau dua jam.
Setelah penurunan ini, diit tinggi karbohidrat selama beberapa hari dapat
meningkatkan kadar glikogen 300 mM per kilogram
Walaupun kadar glikogen hati lebih besar dari otot, jumlah glikogen
seluruhnya lebih banyak pada otot karena massa otot lebih banyak. Seseorang
dengan bobot 70 kg mempunyai otot sebanyak 28 kg, sedang hatinya adalah 1,6
kg. Dengan demikian, jumlah total yang ada pada hati adalah 0,6 M dan pada otot
2,4 M. Jumlah total dalam tubuh, dalam semua jaringan, akan menjadi sedikit di
atas 3 M dan pada keadaan puasa semalam mendekati 3M. Mekanisme terjadinya
penimbunan glikogen, yaitu glikogen dibentuk dengan setiap kali penambahan
satu gugus glukosa pada molekul ini, untuk membentuk rantai amilosa yang
kemudian diatur kembali membentuk percabangan (wahjuni, 2013 : 12-13)
Fungsi lain dari hati yaitu pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme
garam empedu, metabolisme karbohidrat (glikogenesis, glikogenolisis dan
glukoneogenesis) (Jannah, 2017 : 746).

2.2.2 Proses Glikogenesis


Menurut Poedjiadi (2012 : 259-262) Pembentukan glikogen dari glukosa
baik dalam hati maupun dalam otot, dapat berlangsung karena adanya uridin
difosfat glukosa.

Reaksi pembentukan glikogen tersebutialah sebagai berikut :

12
Uriding difosfat glukosa dapat dibentuk dari reaksi uridintrifosfat denga n
glukosa 1- fosfat. Kebalikan dari glikogenesis ialah glikogenolisis, yaitu reaksi
pemecahan molekul glikogen menjadi molekul molekul glukosa. Gambar 10-4
memperlihatkan reaksi glikogenesis maupun glikogenolisis.

Glikogen yang terdapat dalam hati dan otot dapat dipecah menjadi molekul
glukosa 1-fosfat melalui suatu proses yang disebut fosforolisis, yaitu reaksi asam
fosfat. Enzim fosforilase ialah enzim yang menjadi katalis pada reaksi
glikogenolisis itu.

13
Ada dua macam fosforilase yaitu fosforilase a, bentuk aktif, dan fosforilase
b, suatu bentuk tidakaktif yang dapat diaktifkan. Aktivasi fosforilase b dapat
berlangsung oleh adanya fosfokinase, ATP dan ion Mg2+.

Dalam hati glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat yang kemudian
diubah menjadi glukosa dan fosfat oleh enzim fosfatase. Glukosa yang terjadi
masuk kedalam darah dan dibawa ke jaringan-jaringan. Glukosa 1-fosfat yang
dihasilkan oleh penguraian glikogen dalam otot diubah menjadi glukosa 6-fosfat
untuk digunakan lebih lanjut dalam proses glikolisis. Akan tetapi karena dalam sel
otot tidak terdapat enzim fosfatase. Maka glukosa 6-fosfat tidak dapat diubah
menjadi glukosa.

Glikogenesis proses biosentesis glikogen dari glukosa. Perubahan kimia


secara enzimatik ini tidak berjalan spontan, tetapi bertahap. Reaksi diawali dengan
proses fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dengan bantuan enzim

14
glukokinase. Selanjutnya, glukosa-6-fosfat diubah menjadi isomernya,glukosa-1-
fosfat, dibawah pengaruh enzim fosfoglukomutase.
Menurut Wahjuni (2013 : 13-15) Keseluruhan proses ini dapat dibagi
menjadi 3 tahapan ialah:
1. Perubahan glukosa 6-phospat menjadi uridin diphospat glukosa (UDP-
glukosa).
2. Pemindahan satuan glikosil dari UDP-glukosa ke rantai glikogen. sehingga
terjadi perpanjangan rantai amilosadengan ikatan 􀄮-1.4.
3. Terjadinya percabangan dengan memindahkan sebagian rantai ke gugus
hidroksil G6 rantai didekatnya.
Pembentukan UDP-glukosa terjadi karena pemindahan dari glukosa 6-
phospat menjadi glukosa l-phospat (di sini glukosa terikat pada glikogcn melalui
atom C1), reaksinya reversibel dan dikatalisis oleh fosfoglukomutase, yang
menggunakan glukosa l,6- bi phospat, dalam kadar rendah sebagian senyawa-
antara. Glukosa l-phospat selanjutnya bereaksi dengan UTP membentuk
UDPglukosa dan pirophospat anorganik (di sini UTP yang digunakan hasil reaksi
nukleotida disfosfokinase).
UDP-glukosa mengalihkan gugusan glikosilnya pada ujung percabangan
glikogen, yang dikatalisis oleh glukogen sintetase. Karena reaksi ini khusus untuk
gugus hidroksil atom 1􀁯4 ujung yang terdapat glikogen, maka terjadi
pemanjangan rantai l􀁯4, lihat kembali (Gb.1.3). Karena sifat rantai tidak berubah
pada pemanjangan ini, reaksi yang dikatalisis enzim ini terjadi terus menerus, bila
dibiarkan akibatnya membentuk rantai amilosa 1􀁯 ^4 yang sangat panjang.
Tetapi, dalam sel penimbun glikogen terdapat pula enzim glikosil -4 : 6-
transferase (enzim percabangan), yang memindahkan sebagian rantai amilosa ke
gugus hidroksil C6 pada rantai yang berdekatan.
Enzim ini memindahkan tujuh satuan glukosa yang terdapat pada ujung
rantai yang mengandung sekurang-kurangnya 11 satuan glukosa, ke cabang di
dekatnya pada glukosa yang terletak sekurang-kurangnya empat satuan glukosa
dari percabangan yang terdekat (umunnya yang dipindahkan 7, tetapi tidak
mutlak). Rantai cabang yang baru terbentuk dengan demikian terdiri atas 7 satuan
glukosa, sedangkan sisa cabang lama terdiri 4, namun lebih lazim, sisa cabang

15
tersebut terdiri antara enam sampai sembilan satuan. Energi bebas standar pada
ikatan 1-6 glikosidik 4.800 joules/mol lebih rendah daripada ikatan 1-4 ulikosidik,
sehingga keseimbangan reaksi lebih menguntungkan percabangan.
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis di dalam hati. Dua fospat energi
tinggi digunakan dalam menyisipkan 1mol glukosa ke dalam glikogen, +
stimulasi, inhibisi, Insulin menurunkan kadar cAMP hanya setelah kadar cAMP
dinaikan oleh glukagon (epinerin) Glukagon bekerja aktif di dalam otot jantung
tidak aktif di dalam otot.

2.3 Glikogenolisis
2.3.1 Pengertian Glikogenolisis
Kata "Glikogenolisis" di jabarkan menjadi Glikogen yaitu glikogen dan
lisis yaitu pemecahan atau penguraian. Sehingga Glikogenolisis merupakan proses
pengubahan dari polisakarida yaitu glikogen menjadi monosakarida yaitu
glukosa.Glikogenolisis adalah reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa,
perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme
cadangan sumber energi. Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisi ini
adalah glikogen fosforilase. Proses glikogenolisis terkandang menyebabkan
meningkatnya kadar gula dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit
diabetes. Glikogen dalam hati akan di glikogenolisis setelah 12-18 jam puasa.
Glikogen dalam otot hanya akan mengalami glikogenolisis setelah seseorang
melakukan olah raga yang berat dan lama.

2.3.1 Proses Glikogenolisis


Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya
enzim fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukosa non reduksi pada
bagian ujung satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses
glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat
jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul
glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar, tetapi jarang apabila ada molekul
tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah
kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi

16
glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat.
Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas.
Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk
memulihkan glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama
ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam
amino menjadi glukosa. Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi
yang memadai di dalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu,
glukosa merupakan bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit
(Murray et al., 2000).
Glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen menjadi glukosa. Glikogen yang
ada didalam sel dapat diubah menjadi glukosa. Proses perubahan ini dikenal
sebagai proses glikogenolisis. Glikogenolisis tidak berjalan spontan, tetapi melalui
beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses fosforilase glikogen oleh pengaruh
enzim glikogen fosforilase sehingga dilepaskan glukosa-1-fosfat. Glukosa-1-
fosfat diubah menjadi glukosa-6-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase. Langkah
terakhir adalah defosforilasi glukosa-6-fosfat oleh pengaruh enzim glukosa-6-
fosfatase sehingga terbentuk glukosa (Nurhayati, 2017 : 37).
Menurut Murray (2000) Seperti dalam glikolisis, glukosa difosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh heksokinase dalam otot dan
glukokinase di hati (Gambar 19-1). Glukosa 6-fosfat di isomerisasi menjadi
glukosa 1-fosfat oleh phosphoglucomutase . Enzim itu sendiri adalah
terfosforilasi, dan phospho -group mengambil bagian dalam reversibel Reaksi di
mana glukosa 1,6-bifosfat adalah perantara. Selanjutnya, glukosa 1-fosfat bereaksi
dengan uridin triphosphate (UTP) untuk membentuk uridine nukleotida aktif
glukosa difosfat ( UDPGlc ) dan pirofosfat (Gambar 19–2), dikatalisasi oleh
UDPGlc pyrophosphorylase . Reaksi berlangsung dalam arah UDPGlc
pembentukan karena pirofosfatase mengkatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi 2 x
fosfat, sehingga menghilangkan salah satunya produk reaksi.

17
(Gambar 19-1)

(Gambar 19-2)
Proses Glikogenolisis

18
Glikogenolisis adalah proses penguraian atau pemecahan glikogen
menghasilkan glukosa 1-fosfat yang dikatalisis oleh enzim fosforilase.
Glikogenolisis bukan merupakan proses kebalikan dari glikogenesis.

(C6)n (Glikogen)   +    Pi — >  Glukosa 1-fosfat  +  (C6)n-1 (Glikogen)

Kerja enzim ini adalah spesifik pada proses fosforolisis  rangkaian  1 – > 
4 glikogen.  Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen
dilepas secara berurutan sampai yang tersisa pada tiap sisi cabang 1 – > 6 adalah
kurang lebih 4 buah residu glukosa.
Unit trisakarida yang tersisa dalam satu cabang, oleh enzim (alfa-1,4 — >
alfa-1,4 glukan tranferase) dipindahkan ke cabang lainnya, sehingga yang
tertinggal pada setiap sisi dari cabang -1,6- tinggal kira-kira 4 molekul glukosa.
Selanjutnya pemutusan atau hidrolisis ikatan -1,6- dikatalisis oleh kerja enzim
pemutus cabang (amilo-1,6 glukosidase) atau debranching enzyme yang spesifik,
demikian seterusnya. Jadi dengan adanya gabungan kerja enzim fosforilase dan
enzim-enzim lainnya, pemecahan glikogen menjadi sempurna manghasilkan
glukosa 1 fosfat.
Pada reaksi yang dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase, adalah
reversibel sehingga glukosa 1-fosfat dapat diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Di
hati dan ginjal 9di otot tidak), dengan adanya enzim spesifik, glukosa 6-fosfatase,
mampu membuang gugus fosfat dari glukosa 6-fosfat. Hal tersebut akan
memudahkan terbentuknya glukosa bebas dan berdifusi dari sel ke dalam darah.
Peristiwa tersebut merupakan tahap akhir dalam proses glikogenolisis hepatik
yang dicerminkan dengan kenaikan kadar glukosa darah.

2.4 Pengaturan Konsentrasi Gula Darah


Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula
darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa
yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Konsentrasi glukosa dalam darah manusia normal ialah antara 80 dan 100
mg/100 ml. setelah makan makanan sumber karbohidrat, konsentrasi glukosan

19
darah dapat naik hingga 120-130 mg/100 ml, kemudian turun menjadi normal
lagi. Dalam keadaan berpuasa konsentrasi glukosa darah turun hingga 60-70 mg/
100 ml. kondisi glukosa darah yang lebih tingi daripada normal disebut
hiperglikemia, sedangkan yang lebih rendah daripada normal disebut
hipoglikemia. Bila konsentrasi terlalu tinggi maka sebagian glukosa dikeluarkan
dari tubuh melalui urine (Poedjiadi, 2012 : 259-262).
Menurut Yuniati (2017: 759-761), Glukosa darah merupakan produk akhir
dari metabolisme karbohidrat yang berfungsi sebagai energi di dalam tubuh kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Glukosa Darah:
a. Pola makan
b. Resistensi insulin
c. Stres
d. Aktivitas fisik
e. Usia
f. Genetik
g. Jenis kelamin
h. Hormon
i. Obesitas

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk


mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Kadar glukosa di dalam darah
dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon
yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam
aliran darah, hingga meningkatkan kadar gula darah. Apabila kadar gula darah
meningkat baik karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan,
hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas.
Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen ( proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi
kadar gula darah. Dalam tubuh harus terjadi homeostasis kadar glukosa, yaitu
keseimbangan antara katabolisme dan anabolisme glukosa dalam darah. Regulasi glukosa

20
dalam darah dijalankan oleh hormon metabolik, hormon yang utama yaitu hormon insulin
dan glukagon.

2.5 Diabetes Melitus


2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan system metabolisme
karbohidrat disebabkan pankreas tidak dapat memproduksi atau tidak dapat
menggunakan hormon insulin secara efektif. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang adalah pola makan, stres, hormon,
genetik, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, dan obesitas. Tingginya asupan
karbohidrat dan reseptor insulin yang rendah dapat menyebabkan glukosa yang
dihasilkan dari metabolism karbohidrat yang dikonsumsi akan meningkat di
pembuluh darah.Tingginya asupan lemak juga dapat menyebabkan obesitas
sehingga terjadi resistensi insulin di dalam itu. Kurangnya mengonsumsi serat <
25 gram per hari dapat meningkatkan tingginya kadar glukosa di dalam darah.
Serat memiliki manfaat untuk memperlambat penyerapan karbohidrat di usus
kecil sehingga mengurangi proses gluconeogenesis yang berpengaruh terhadap
peningkatan kerja insulin.
Diabetes melitus biasanya disebut penyakit kencing manis yang
disebabkan karena gangguan system metabolisme karbohidrat. Penyakit ini
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah dikarenakan pankreas
tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Faktor risiko
diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu yang dapat dimodifikasi (kegemukan,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, riwayat dislipidemia, diet tidak sehat dengan
tinggi gula dan rendah), sedangkan faktor risiko yang dan tidak dapat dimodifikasi
(Usia > 45 tahun, keluarga riwayat diabetes melitus, riwayat pernah menderita
diabetes gestasion, riwayat berat badan lahir rendah yaitu 2500 gram. (Yuniati et
al.,2017 : 759-761).
Diagnosis Pengobatan Diabetes Melitus Tergantung pada Pengukuran
Biokimiawi.
Pengukuran biokimia komponen spesifik darah dan air seni merupakan
indikator penting keadan metabolic dan dipakai dalam diagnosis penyakit dan

21
pengobatan. Disbetes mellitus, menempati urutan ketiga sobagai penyebab
kematian di Amerika. Keadaan ini relatif umum kira kira 5 persen populasi
manusia di Amerika menunjukkan beberapa tingkatan abnormalitas dalam
metabolisme glukosa yang menunjukkan diabetes atau kecenderungan mendekati
diabetes. Diabetes mellitus benar benar merupakan kelompok penyakit di mana
aktivitas pengaturan insulin mungkin terhambat dalam berbagai hal, Lebih lagi,
beberapa hormon lainnya dapat mempengaruhi metabolisme glukosa. Diabetes
mempunyai suatu komponen genetik ; tambahan juga, diduga bahwa infeksi yang
disebabkan oleb virus meningkatkan perkembangannya. Ada dua kelompok besar
diabetes, yang meyerang anak-anak dan yang menyerang orang dewasa. Pada
kanak kanak penyakit ini muncul dengan cepat dan segera menjadi parah. Pada
orang dewasa, penyakán ini lambat perkembangannya dan sering lenyap tanpa
diketahui. Disbetes yang menyerung anak-anak memer lukan terapi insalin dengan
hati-hati, dan penjagaan seumur bidup akan kesetimbangan antara konsumsi
glukosa dan dosis insulin. Pengukuran biokimiawi pada darah dan air seni penting
dalam diagnosis dan pengobatan terhadap penderita diabetes yang menyebabkan
perubahan drastis pada metabolisme
Gejala karakteristik diabetes adalah rasa haus dan urinasi yang berlebihan
(polysyuria) menyebabkan sering minum air dalam jumlah tinggi (Polydipsia).
Perubahan ini disebabkan olebh ekskresi glukosa dalam jumlah besar ke dalam air
seni, kondisi ini dikeahui sebagai glukosuria. Batasan diabetes mellitus berarti
“kelebihan ekskresi air seni manis”. Dalam keadaam parah yaitu, diabetes mellitus
yang tidak dikontrol, jumlah glukosa dalam urin dapat melebihi 100 gr per 24
jam, sedangkan pada individu normales hanya sedikit yang dikeluarkan. Jumlah
urin yang besar pada diabetes menggambarkan kebutuhan Ginjal untuk
mengeluarkan sejumlah air bersama sama dengan glukosa sejak kapasitas ginjal
untuk membersihkan larutan pada urine ada batasnya. Pengukuran sejumlah
glukosa dalam sekresi urine dalam waktu 24 jam adalah Salah satu uji diag nosis
untuk diabetes.
Yang lebih nyata lagi adalah tingkat glukosa darah dan bagaimana hal ini
bereaksi terhadap konsumsi glukosa. Diabetes biasanya menunjukkan konsentrasi
glukosa abnormal yang tinggi dalam darah, kondisi ini disetbut hiperglikemia.

22
Dalam keadaan yang sangat parah atau diabetes yangtidak terkontrol, tingkat
glukosa darah mungkin naik sampai sebesar 100mM, atau 25 kali lebih besar dan
nilai normalnya kira-kira 4mM. Pada diabetes ringan, tingkat gula darah mungkin
tidak lebih tinggi daripada manusia normal. Kriteria diagnosis yang lebih sensitif
ditunjukkan oleh uju toleransi glukosa. Setelah satu malam tanpa makan penderita
meminum 100 gr glukosa yang dilarutkan ke dalam segelas air. Konsentrasi
glukosa darah diukur sebelum dan pada 30 menit interval. Seorang yang normal
akan segera mencerna glukosa kosentrasinya tidak akan lebih dari kira-kira 9 stau
10 mM, sebab bertambahnya konsentrasi gula darah menyebabkan seksresi insulin
oleh pancreas, yang selanjutnya menyebabkan meningkatnya pengambilan
glukosa oleh jaringan. Manusia normal menunjukkan sedikit atau cenderung tidak
menunjukkan glukosa di dalam urine selama tes.

Akan tetapi, penderita diabetes yang mungkin telah tinggi tingkat glukosa
darahnya, akan menunjukkan tanda kekurangan dalam mencernakan glukosa ini,
yaitu sekitar 10 mM. Ini menyebabkan glukosa muncul di dalam urine,
selanjutnya beberapa jam kemudian tingkat glukosa darah dapat tetap di atas
normal (Gambar 24-24). Kegagalan dari tingkat glukosa darah untuk sekresi
insulin untuk mengatasi naiknya glukosa darah berjalan tidak sempurna.

23
Hiperglikemia dan glikosuria menggambarkan perubahan besar lain
dalam metabolisme pada diabetes mellitus: yang hampir tídak Dapat melkatkan
perubahan kelebihan glukosa menjadi asam lemak untuk disimpan sebagai
triasilgliserol. Diabetes yang parah dapat menyebabkan kehilangan berat
walaupun kalori yang terkandung pada makanan cukup tinggi. Secara sederhana,
daripada dibuat sebagai lemak kelebihan glukosa dikeluarkan di dalam urine.
Ketosis Timbul pada Penderita Diabetes
Tanda-tanda lain pada perubahan metabolism dalam diabetes adalah
oksidasi asam lemak didalam hati secara berlebihan tetapi tidak sempurna,
sehingga badan keton asetoasetat dan β-hidroksibutirat diproduksi secara
kelebihan dan tidak dapat dipakai oleh jaringan periferi secepat mereka dibuat
oleh hati. Selain β-hidroksibutirat dan asetoasetat, darah enderita diabetic juga
mengandung aseton, yang dihasilkan oleh dekarboksilasi spontan asetoasetat.

Aseton sangat mudah menguap dalam pernafasan penderita diabetes yang


menimbulkan aroma khas yaitu bau organic yang . Penderita diabetes yang
pingsan biasanya diduga mabuk karena adanya bau aseton pada pernafasannya.
Produksi yang berlebihan pada badan keton disebut ketosis yang menimbulkan
peningkatan senyawa-senyawa tersebut di dalam darah (cetonemia) dan urine
(cetonuria).

Ekskresi Urea Meningkat pada Penderita Diabetes


Tanda-tanda lain pada diabetes yang parah adalah peningkatan
pengeluaran urea, yaitu produk buangan utama bernitrogen dan degradasi
oksidatif asam amino. Banyaknya urea yang dikeluarkan setiap hari diukur dari
jumlah total asam amino yang secara oksidatif menggambarkan kesetimbangan di
antara protein yang masuk dan penguraian yang normal setiap hari dari protein
tubuh. Konsentrasi ureą di dalam darah pada penderita diabetes mencapai tingkat
25 mM atau lebih kurang 5 kali lebih tinggi dari nilai yang normal yaitu, kira-kira
5 mM.

24
Penguraian oksidatif asam amino secara berlebihan oleh penderita diabetes
mencerminkan laju pertambahan yang besar pada glukoneogenesis asam amino.
Tanpa adanya insulin, hati cenderung menyalurkan glukosa ke darah. Akibatnya,
persediaan glikogen hati menjadi amat rendah dan semua asam-asam amino yang
ada yang dapat menghasilkan karbon para glukoneogénesis terdegradasi untuk
membentuk lebih banyak glukosa darah. Oleh sebab itu, pengukuran urea di
dalam darah dan air seni memberikakan informasi yang penting tentang keadaan
metabolic penderita.
Asidosis Menyertai Diabetes Akut
Amat menakjubkan dan cukup serius yang dirasakan pada penurunan pH
darah, pada diabetes yang tak terkendali, yang dapat turun sampai pH 6,8
dibandingkan dengan tingkat normalnya yakni kira-kira pH 7,4. Pertambahan
keasaman ini nampaknya kecil dalam nilai absolut, akan tetapi hal itu adalah
petunjulk tentang perubahan besar dalam keseimbangan asam-basa di dalam
tubuh. Kenaikan keasaman disebabkan oleh pembentukan badan keton yang
berlebihan di dalam hati dan pengangkutannya ke dalam darah. Apabila satu
molekul triasilgliserol, yaitu molekul netral dioksidasi oleh hati penderita
diabetes, sekurang- kurangnya akan dihasilkan 12 ion H dalam bentuk b-
hidroksibutirat dan asam asetoasetat. Tubuh mengatasi produk asam yang terus
menerus ini dengan mengurangi konsentrasi H2CO3, yaitu pemberi protin atau
asam pada sistem penyangga bikarbonat. Ini dicapai dengan peningkatan laju
pengeluaran CO2, oleh paru-paru (ingat kembali balıwa CO2 terlarut dan H2O).
Terlepas CO2, melalui paru-paru akan cenderung mengakibatkan perbandingan
penerima proton (HCO3-) dan pemberi proton (H2CO3) dari pasangan penyangga
bikarbonat kembali normal sehingga mempertahankan pH darah mendekati nilai
normalnya 7,4. Akan tetapi pada diabetes akut sedemikian banyaknya CO2, yang
dikeluarkan oleh paru-paru untuk mengatasi osidosis yang dihasilkarn oleh badan
keton yang berlebih sehingga jumlah konsentrasi HCO3- dan H2CO3 menjadi amat
rendah ini sangat mengurangi kemampuan penyanggaan darah dan merupakan
komplikasi serius.
Ketidaknormalan biokimia serupa itu pada penderita diabetes akut dapat
membahayakan hidupnya terutama perubahan keseimbangan asam-basa.

25
Pemberian insulin untuk mengobatai defisiensi endokrin dan penambahan
NaHCO3 untuk mengatasi kehilangan ion Na+ dan kapasitas penyangga bikarbonat
dapat membawa kimiawi tubuh seara keseluruhan kembali kedalam seimbang
mendekati normal dalam waktu 12 sampai 24 jam. Untuk mengikuti proses
pengobatan serupa itu, pengukuran glukosa darah, pH darah atau CO, darah
seringkali dilakukan (Lehninger, 1982 : 36-40)

2.5.2 Jenis – jenis Diabetes


DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperghkemi) akibat kekurangan
hormone insulin baik absolute maupun relatif. Absolut berard tidak ada insulin
sama sekali, sedangkan relatif berarti jumlahnya lebih rendah dari kebutuhan atau
daya kerjahya kurang. Hormone insulin dibuat dalam Pancreas. Ada 2 tipe D M :
1. DM tipe I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya
sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita D M upe ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2. DM tipe II atau disebut DM yang tidak tergantung pada insulin. D M ini
disebabkan insulin yang ada ddak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin
dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glokosa tidak ada/ kurang. Akibatnya glukosa dalam darah
tetap tinggi, sehingga terjadi hiperglikemi, 75 % dari penderita D M upe II
dengan obersitas atau sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM
setelah usia 30 tahun.
"Hormon yang mengatur kadar glukosa darah tubuh untuk tetap berada pada
batas normal, "Gejala-gejala diabetes, di antaranya trias poU (3P), yaim poliuri
(banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan politagi (banyak makan).
Biasanya berat badan juga menurun drasris, kesemutan, terjadi gangguan mata,
dan disfungsi ereksi, yang merupakan gejala-gejala klasik yang umumnya terjadi
pada penderita. Namun, mungkin saja tak ada gejala yang dirasakan penderita.

26
Jika begini biasanya baru beberapa tahun kemudian ketahuan penyakitnya. Oleh
karena itu, seseorang yang memiliki riwayat keluarga penderita DM sebaiknya
memeriksakan gula darah setidaknya satu kali setahun. Tentu harus diiringi
dengan diet, olahraga dan pola hidup yang sehat. Apalagi, saat ini telah terjadi
pergeseran usia penderita. Jika sebelumnya pasien DM cenderung usia cukup tua,
maka kini orang usia muda sudah banyak yang terkena DM. Memang ada
kccenderungan peningkatan pasien usia muda. Banyak dari pasien saya pada usia
20 tahun hingga 30 tahun sudah terkena DM. Ini karena pola hidup tak sehat kian
banyak terjadi di masyarakat. Pola makan yang salah dan kurang gerak badan,
misalnya, bisa menjadi faktor pencems DM. Faktor pencetus DM lainnya adalah
infeksi virus, kegemukan, minum obat yang bisa menaikkan kadar gula darah,
penuaan, dan stres.

2.5.3 Pengobatan Diabetes


Tujuan pengobatan diabetes pada dasarnya adalah mengontrol glikemi
atau gula darah hingga mencapai kadar gula yang mendekati normal (kadar gula
darah orang sehat). Namun, di tengah pengobatan ini harus dicegah terjadinya
hipoglikemi atau kadar gula darah yang terlalu rendah. Bila tujuan tersebut tidak
dicapai, maka penderita diabetes akan merasa lebih sehat dan menikmati kualitas
hidup yang lebih baik. Selain itu, timbulnya komplikasi yang serius dan
mengancam jiwa penderita dapat dicegah.
Pengobatan diabetes harus dikelola melalui beberapa tahapan yang paling
terkait. Pengelolaan diabetes ini meliputi edukasi, perencanaan makan, latihan
jasmani, dan penggunaan obat-obatan, baik oral maupun insulin. Terapi insulin
wajib diberikato pada penderita DM I pada penderita D M II, sekitar 40 persenya
juga harus menjalani terapi insulin. Tes gula darah dapat secara efektif
menenmkan jumlah insulin yang dibutuhkan sedap harinya.
Terapi insulin yang dianjurkan adalah saat pagi hari sebelum sarapan, dua
jam setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Selain itu, diperlukan pula
pengukuran pada saat tertentu, misalnya pengukuran yang lebih ketat jika terjadi
hipoglikemi, saat sebelum olahraga, dan pada kehamilan. Pengobatan diabetes
bisa dikatakan berhasil jika glukosa darah puasa adalah 80 sampai 109 mg/dl,

27
kadar glukosa darah dua jam adalah 80 sampai 144 mg/dl, dan kadar HB A l e
kurang dari tujuh persen. Pengukuran hemoglobin (lib) terglikosilasi HBAlc (Ale)
adalah cara yang paling akurat untuk menentukan ringkat kednggian gula darah
selama dua sampai dga bulan terakhir.
Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut
oksigen. Salah sam jenis dari Hb adalah HbA dan HbAlc merupakan subdpe
spesifik dari HbA, (Ruslianti,2008). Semakin tinggi kadar glukosa darah, akan
semakin cepat HbAlc terbenmk, yang mengakibatkan tingginya kadar HbAlc.
HbAlc ini juga merupakan pemeriksaan mnggal terbaik untuk menilai risiko
terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah.
Contohnya, pada syaraf dan pembuluh darah kecil di mala dan ginjal. Selain itu,
juga bisa menilai risiko terhadap komplikasi penyakit diabetes.

2.5.4 Gejala Penderita Diabetes


Gejala Minis yang khas pada DM yaitu "Tria poll" polidipsi (banyak
minum), poll phagia (banyak makan) dan poliuri (banyak kencing), di samping
disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama jari-jari tangan, badan terasa
lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang BB menurun
secara drastis. Unmk mengetahui apakah seorang menderita DM, yaitu dengan
memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula darah normal adalah:
Pada saat puasa (nuchter : 80-<110 mg/dl
Setelah makan : 110-<160 gr/dl
Jika kadar gula darah terus menerus tinggi ini berarti tidak terkontrol, lama
kelamaan akan timbul penyulit (komplikasi) yang pada dasarnya terjadi pada
semua pembuluh darah, misalnya: pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah
mata (dapat terjadi kebutaan), pembuluh darah ginjal (GGH hemodialisa) dll. Jika
sudah terjadi penyulit ini, maka usaha unmk menyembuhkan keadaan tersebut ke
arah normal sangat suHt. Oleh karena im, usaha pencegahan dini untuk penyulit
tersebutdiperlukan dan diharapkan sangat bermanfaat untuk menghindari
terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan.

28
2.5.5 Cara Lain Mencegah dan Mengobati Diabetes
DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin, yaitu
dengan mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan
meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan yang tinggi
karbohidrat, protein dan lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan
umur dan tinggi badan (TB) serta Olahraga (OR) teratur sesuai umur dan
kemampuan. Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untukk mengurangi gejala,
menurunkan BB bagi yang kegemukan dan mencegah terjadinya komplikasi. Di
bawah ini adalah cara lain untuk mengobati Diabetes Melitus, diantaranya adalah:
1. Diet: penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan
yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretic atau insulin, harus
mentaati diet terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan wakm
makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga pada saat:
undangan/pesta, melakukan perjalanan, olahraga (OR) dan aktivitas lain.
2. Obat-obatan, tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapi diet tidak
boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai/suntikan insulin.
3. Olahraga: dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi
lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun relative kurang, dapat dipakai
dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi
hari selama V2-I jam perhari minimal 3 kali/minggu (Rismayanthi, 2010 :30-
36).

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat, maka kami dapat kesimpulan sebagai
berikut:
Glukoneogenesis merupakan istilah yang digunakan untuk mencakup semua
mekanisme dan lintasan yang bertangggung jawab untuk mengubah senyawa
nonkarbohidrat menjadi glukosa.
Tahap-tahap dari Glukoneogenesis yaitu Fosfofenolpiruvat dibentuk dari
asam piruvat melalui pembentukan asam oksalo asetat, Fruktosa-6-fosfat dibentuk
dari fruktosa-1,6-difosfat dengan cara hidrolisis oleh enzim fruktosa-1,6-
difosfatase, Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa-6-fosfat dengan
katalis glukosa-6-fosfatase.
Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa
berlebih di dalam darah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan jaringan
otot. Tahap terjadinya Glikogen dalam hati juga dibentuk dari asam laktat,
membutuhkan UDPG yg dibentuk dari reaksi uridinitrifosfat dengan glukosa-1-P.
Siklus pengubahan glukosa, asam laktat dan glikogen disebut dengan siklus cori.
Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh,
selain itu glukoneogenosis berguna untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa
di dalam plasma darah untuk menghindari simtomahipoglisemia.
Glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen menjadi glukosa. Glikogen yang
ada didalam sel dapat diubah menjadi glukosa. Proses perubahan ini dikenal
sebagai proses glikogenolisis. Glikogenolisis tidak berjalan spontan, tetapi melalui
beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses fosforilase glikogen oleh pengaruh
enzim glikogen fosforilase sehingga dilepaskan glukosa-1-fosfat. Glukosa-1-
fosfat diubah menjadi glukosa-6-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase. Langkah
terakhir adalah defosforilasi glukosa-6-fosfat oleh pengaruh enzim glukosa-6-
fosfatase sehingga terbentuk glukosa
Regulasi gulah darah yaitu dalam tubuh harus terjadi homeostasis kadar
glukosa, yaitu keseimbangan antara katabolisme dan anabolisme glukosa dalam

30
darah. Regulasi glukosa dalam darah dijalankanoleh hormon metabolik, hormon
yang utama yaitu hormon insulin dan glukagon.
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan system metabolisme karbohidrat
disebabkan pankreas tidak dapat memproduksi atau tidak dapat menggunakan
hormon insulin secara efektif. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar
glukosa darah seseorang adalah pola makan, stres, hormon, genetik, aktivitas
fisik, usia, jenis kelamin, dan obesitas.
Diabetes Melitus yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas
untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan
glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
Hubungan diabetes militus dengan anggota tubuh yaitu Hubungan Kesehatan Gigi
dan Diabetes Melitus dan Diabetes dan luka pada bagian kaki.

3.2 Saran
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk seluruh pembaca.
Kemudian kritik dan saran sangat penulis nantikan untuk memperbaiki makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi.

31
DAFTAR PUSTAK

Murray, Robert.K.dkk. 2000. Harper’s Illustrated Biochemistry Twenty Elight


Edition. United States of America : The McGraw – Hill Companies.
Ngili, Yohanis.2010.Biokimia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains
Nurhayati E, Suwono dan EN Fiki. 2017. Penggunaan Antikoagulan Naf Pada
Pengukuran Kadar Glukosa Darah Selama 2 Jam. Jurnal Laboratorium
Khatulistiwa: Vol 1(1).
Poedjiadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI- Press).
Suarsana I , Bambang PP, Tutik W dan Maria B. 2010. Sintesis Glikogen Hati
dan Otot pada Tikus Diabetes yang Diberi Ekstrak Tempe. Jurnal Veteriner:
Vol 11 (3).
Wahjuni, Sri. 2013. Metabolisme Kimia. Bali : Udayana University Press.

32
LAMPIRAN

1. Seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus saat melakukan olahraga


yang rutin seperti berlari dapat menurunkan kadar gula darah nya. Seseorang
yang mengidap penyakit ini pun cenderung lebih tahan lama dalalam berleari
dengan jangka waktu yang cukup lama. Mengapa hal itu dapat terjadi? Apa
hubung kaitnya aktifitas fisik dengan gula darah?
Jawab :
Penumpukan kadar gula dalam darah merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyakit diabetes melitus. Kadar gula darah yang tinggi dan tidak
dapat terkontrol dalam jangka waktu yang lama pada penderita diabetes melitus
dapat menimbulkan beberapa komplikasi.
Pada diabetes melitus, insulin yang tidak terkontrol meningkatkan
konsentrasi gula dalam darah dan juga ketidakmampuan tubuh dalam
memproduksi insulin memperberat kondisi tersebut, situasi ini dikenal sebagai
hiperglikemia, sehingga kadar gula dalam darah yang tinggi tersebut akan
mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai
jaringan dan organ
Pengelolaan diabetes yang bertujuan untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam rentang normal, dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan
farmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis yang sangat berpengaruh adalah
latihan fisik, salah satunya adalah dengan berlari
Pada latihan fisik tubuh akan membutuhkan energi dengan kata lain
dikenal sebagai ATP. ATP yang di perlukan tubuh berasal dari metabolisme
gula dalam darah yang akan menghasilkan asam piruvat, asam laktat dan
asetilkoenzim A sebagai senyawa-senyawa antara. Oleh karena itu, energi
untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari gula darah. Simpanan
gula darah pada seseorang yang normal tanpa asupan makanan, hanya cukup
untuk menunjang untuk berlari dengan kecepatan sedang dan hanya dapat
berlari dalam waktu beberapa menit, kemudian pasokan gula darah harus di isi
lagi. Menurut pemaparan diatas, latihan fisik sangat berpengaruh terhadap gula
darah, karena hampir seluruh aktivitas di dalam tubuh membutuhkan energi

33
dan energi yang dibutuhkan tersebut berasal dari gula dalam darah yang dapat
di peroleh dari asupan makanan sehari-hari.
Pada saat tubuh membutuhkan energi, glukosa akan diproses untuk
menghasilkan energi melalui tahapan glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus
krebs, dan transfer elektron. Tahapan tersebut dapat terjadi apabila terdapat
oksigen dalam jaringan sehingga prosesnya disebut respirasi aerob
(menghasilkan energi dengan adanya oksigen).11,12 Ketika gula darah yang
beredar tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan
secara mendadak seperti berjalan atau berlari, maka glikogen yang adalah
simpanan energi cadangan di dalam hati diubah menjadi glukosa melalui tahap
glikogenolisis dan dilepaskan ke dalam darah untuk menghasilkan energi
dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh (Herwanto,
2016).

2. Seseorang sering kali mengalami kelelahan. Kurang selera makan, muntah dan
mual serta perut kembung dan mata berwarna kuning. Setelah konsul kepada
dokter ternyata hal tersebut merupakan gejala penyakit liver, penyakit liver
disebabkan oleh kerusakan fungsi hati padahal proses terjadinya
glukoneogenesis terjadi juga di dalam hati. Apa pengaruhnya terhadap
proses glikogenolisis ?

Jawab :
Proses glikogenolisis terjadi dihati, jika seseorang memiliki penyakit
hati maka metabolisme karbohidrat pada orang itu akan terganggu terutama
pada proses glikogenolisis.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa glikogen sebagian besar terdapat
di hati. Fungsi dari hati sendiri adalah tempat terjadinya metabolism
karbohidrat. Glikogen dalam hati ini bisa kembali lagi ke aliran darah
seseorang sehingga jika seseorang mengalami kekurangan kalori, glikogen
inilah yang memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk kebutuhan otak,
jantung, dan paru-paru. Karena fungsi vital itu jugalah yang mungkin
membuat persedian glikogen dalam hati lebih banyak. Hati dapat menyimpan
glikogen sebanyak sepertiga dari banyak glikogen yang dihasilkan karena

34
kelebihan kalori. Glikogen dalam hati akan mengalami penyusutan setelah
12-18 jam puasa.
Proses glikogenolisis terjadi dihati, jika seseorang memiliki gangguan
pada hati maka akan mempengaruhi pasokan glikogen. Dan akan
menyebabkan metabolisme karbohidrat pada orang itu akan terganggu
terutama pada proses glikogenolisis.
Pada proses glikogenolisis, glikogen akan diubah menjadi glukosa
dengan tahapan berikut :

Glikogen ini akan dipakai oleh tubuh sebagai sumber energi cadangan
yang sangat penting untuk mempertahankan fungsi normal semua sel tubuh,
misalnya pada saat kita sedang berolahraga, bekerja berat, berpuasa, atau
sakit.
Jadi, wajar saja jika orang yang mengidap penyakit liver sangat mudah
kelelahan karena energy yang di dapatkannya sangat minim untuk
beraktivitas akibat dari rusaknya hati yang menyebabkan hilangnya
fungsional dari organ hati tersebut.

3. Pada seseorang menderita diabetes menyebabkan dorongan berlebihan ketika


buang air kecil. Dalam beberapa kasus, pasien  buang air kecil lebih dari 20
kali dalam sehari. Apa penyebab dari seringnya buang air kecil pada pasien
diabetes?
Jawab:
Dalam keadan normal, gula darah akan disaring oleh ginjal dan diserap
kembali ke dalam darah (tidak dibuang ke dalam urine). Namun pada kasus

35
diabetes, kadar gula darah yang berlebihan membuat ginjal tidak dapat
menyerap semua gula kembali ke dalam darah, sehingga ada sebagian gula
yang keluar dalam urine.
Gula yang keluar dalam urine memiliki sifat osmotik alias menarik lebih
banyak air untuk turut keluar melalui urine. Akibatnya, penderita diabetes akan
mengalami poliuria atau sering buang air kecil.
Sering buang air kecil akibat kadar gula darah tinggi pada penderita
diabetes menuntut tubuh mereka untuk mengirimkan sinyal haus ke otak
berulang-ulang kali.
Peristiwa tersebut membuat penderita dibetes lebih sering minum. Pada
akhirnya, hal ini akan membuat mereka lebih sering buang air kecil. Bahkan,
jika penderita diabetes mengonsumsi minuman beralkohol atau mengandung
tinggi kafein, keinginan untuk buang air kecil bisa muncul lebih sering.

4. Obesitas dan berat badan berlebih merupakan faktor predisposisi terhadap


resistensi insulin yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah
sehingga terjadi diabetes mellitus tipe 2. Jelaskan secara spesifik mengapa hal
tersebut dapat terjadi (obesitas) dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban:
Glukosa merupakan salah satu bentuk hasil metabolisme karbohidrat yang
berfungsi sebagai sumber energi utama yang dikontrol oleh insulin. Kelebihan
glukosa diubah menjadi glikogen yang akan disimpan di dalam hati dan otot
untuk cadangan jika diperlukan. Peningkatan kadar glukosa darah terjadi pada
penderita Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), Gula Darah Puasa Terganggu
(GDPT) dan Diabetes Mellitus (DM).1,2
Obesitas dan berat badan berlebih (overweight) merupakan salah satu
masalah yang mulai menjadi sorotan dunia termasuk di Indonesia. Pada
populasi dunia, 25% penduduk mengalami obesitas, yang kebanyakan (59%)
dengan onset umur pertengahan dewasa. Sedangkan prevalensi nasional Gizi
Lebih di Indonesia pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 10,3%.
Obesitas adalah suatu kondisi dengan penyebab ganda yang menyebabkan
IMT (Indeks Masa Tubuh) ≥ 30 kg/m2 sedangkan berat badan berlebih
(overweight) adalah keadaan dengan IMT > 25 kg/m2 dan < 30 kg/m2. Berat

36
badan ditentukan oleh interaksi antara genetik, faktor lingkungan, energi
masuk, energi keluar dan psikososial yang bertindak melalui mediator
fisiologis antara asupan energi dan pengeluaran. Meskipun perbedaan genetik
penting, kenaikan prevalensi obesitas lebih banyak dijelaskan oleh perubahan
perilaku dan lingkungan karena kemajuan teknologi. Energi masuk dan energi
keluar yang tidak seimbang merupakan salah satu penyebab dari pola makan.
Pola makan seseorang dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalamus memiliki 2
bagian yang mempengaruhi penyerapan makanan yakni hipotalamus lateral dan
hipotalamus ventromedial. Bila terjadi kerusakan pada hipotalamus
ventromedial maka nafsu makan seseorang akan bertambah. Selain itu lesi ini
menyebabkan kelebihan produksi insulin yang selanjutnya meningkatkan
penyimpanan lemak.
Berat badan berlebih dan obesitas merupakan faktor predisposisi terhadap
banyak penyakit., yakni resistensi insulin yang menyebabkan peningkatan
kadar gula darah sehingga dapat jatuh pada diabetes mellitus tipe 2, Penyakit
Jantung Koroner (PJK) dan penyakit lainnya, sehingga obesitas menjadi
sorotan dunia.6
Asupan kalori yang melebihi pengeluaran energi, akan meningkatkan hasil
mitokondria NADH (mNADH) dan Reactive Oxygen Species (ROS).
Pembentukan ROS dapat dikurangi dengan melakukan pencegahan
penumpukan mNADH dengan menghambat rangsangan insulin dan mencegah
masuknya substrat ke dalam mitokondria, sehingga resistensi insulin dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi yang melindungi sel-sel terhadap
serapan asam lemak dan kerusakan oksidatif. Resistensi insulin ini belum
menyebabkan diabetes klinis, dimana sel β pankreas masih dapat
mengompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia dengan kadar glukosa darah
masih normal atau sedikit meningkat. Bila sudah terjadi kelelahan sel β
pankreas, baru timbul DM klinis yang ditandai dengan kadar gula darah yang
meningkat. Dalimunthe pada tahun 2008, dalam Justitia (2012) menyebutkan
70% kejadian Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) akan menjadi
penderita DM dalam jangka 6-10 tahun kemudian.

37
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas, berikut
ini cara-cara yang dapat dilakukan:
1. Berhentilah makan sebelum Anda merasa kenyang.
2. Hindari mengkonsumsi makanan ringan, tapi gantilah makanan
ringan tersebut dengan buah dan sayur agar tidak menghilangkan
hobi tersebut.
3. Hindari obesitas dengan berolahraga. Berolahraga juga akan
menjaga sistem metabolisme tubuh Anda.
4. Ada baiknya Anda mengurangi makan-makanan yang manis.
Selain pengaturan makan, program penurunan berat badan terdiri dari
pengaturan aktivitas fisik juga. Pilihlah jenis olahraga yang dijalani dengan
kombinasi olahraga aerobik dan olahraga yang melatih kekuatan otot. Selain
itu, beberapa orang juga memerlukan terapi perilaku untuk mengatur gaya
hidupnya menjadi lebih baik.
Dalam kasus tertentu diperlukan obat atau operasi untuk mengatasi
kegemukan. Meski begitu tidak semua kasus obesitas akan langsung diberikan
intervensi dengan kedua pilihan ini. Hal ini disesuaikan dengan kondisi
keparahan obesitas serta komplikasi yang muncul akibat kondisi obesitas ini
( Auliya,2018).

5. Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah serius dengan angka kejadian yang
meningkat tajam. DM dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di
seluruh dunia. Kadar gula darah yang tinggi sangat mengganggu konsentrasi
untuk tidur nyenyak, Gangguan tidur merupakan masalah umum yang terjadi
pada pasien DM. Apa penyababnya serta apa hubungan DM dengan kualitas
tidur pada pasien DM?
Jawaban:
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai dengan meningkatnya glukosa darah. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin maupun
keduanya. Penderita DM tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon
hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula

38
darah meningkat. Kadar gula darah yang tinggi sangat mengganggu konsentrasi
untuk tidur nyenyak, dikarenakan seringnya keinginan untuk buang air kecil
pada malam hari. Kadang muncul rasa haus yang berlebihan. Gangguan tidur
merupakan masalah umum yang terjadi pada pasien DM dan sebaliknya DM
juga dapat menimbulkan gangguan tidur akibat adanya keluhan nocturiadan
nyeri.
Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada
pola tidur, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari,
atau ketidak mampuan untuk kembali tidur setelah terbangun. Gangguan tidur
menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan sistem kardiovaskular dan
endokrin, serta memperberat persepsi nyeri. Empat gejala utama menandai
sebagian besar gangguan tidur yaitu; insomnia, hipersomnia, parasomnia, dan
gangguan jadwal tidur-bangun. Gangguan tidur membuat kualitas tidur
terganggu. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan
sering menguap atau mengantuk. Kualitas tidur yang buruk seperti OSA
(Obstruktive Sleep Apnea) juga merupakan salah satu faktor resiko dari DM.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, menurut peneliti DM memiliki
hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur. Tidur yang cukup merupakan
salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap individu, terutama
pasien yang menderita DM, dimana gangguan tidur atau tidur yang kurang
secara fisiologi dapat mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah serta
berdampak terhadap kemampuan pasien dalam melakukan egiatan sehari-hari,
juga dapat mempengaruhi motivasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari ( Tentero,2016).

6. Pola makan merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai macam


jumlah, jadwal dan jenis makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola
makan yang tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J (Jadwal, Jumlah dan Jenis)
dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah. Faktor apa yang
menyebabkan itu terjadi Dan bagaimana menanggulanginya?

39
Jawaban:
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif
tidak menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di dunia. Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada
masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM. Penderita DM harus
memperhatikan pola makan yang meliputi jadwal, jumlah, dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat dratis setelah mengkonsumsi
makanan tertentu karena kecenderungan makanan yang dikonsumsi memiliki
kandungan gula darah yang tidak terkontrol.
Saat ini, penderita DM diperkirakan sudah mencapai angka 9,1 juta orang
penduduk. Data tersebut menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-5 di
dunia dengan penderita DM tertinggi pada tahun 2013. Penyakit DM
merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular atau 2,1% dari
seluruh kematian yang terjadi. Kasus DM di dunia diperkirakan sebanyak 90%
merupakan DM Tipe II).
Penyakit DM banyak dikenal orang sebagai penyakit yang erat kaitannya
dengan asupan makanan. Asupan makanan seperti karbohidrat/ gula, protein,
lemak, dan energi yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko awal kejadian
DM. Semakin berlebihan asupan makanan maka semakin besar pula
kemungkinan akan menyebabkan DM. Karbohidrat akan dicerna dan diserap
dalam bentuk monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan mendorong peningkatan sekresi hormon
insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dikendalikan dengan empat pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal
penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak
memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah
pada pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah
insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah
tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula
darah.

40
Pengendalian tingkat gula darah normal memerlukan penatalaksanaan diet
DM yang baik dan benar. Motivasi dan dukungan dari konselor gizi juga
diperlukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara edukasi gizi melalui
perencanaan pola makan yang baik. Dalam hal ini diwujudkan Puskesmas
Tembok Dukuh dengan mengadakan kegiatan penyuluhan secara berkala
dengan harapan penderita diabetes mellitus termotivasi tentang pengontrolan
diet 3J (Jumlah, Jadwal dan Jenis) yang dianjurkan sehingga kadar gula darah
dapat terkontrol.
pengaturan jadwal bagi penderita DM yang biasanya adalah 6 kali makan
per hari yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan.
Adapun jadwal waktunya adalah makan pagi pukul 06.00-07.00, selingan pagi
pukul 09.00-10.00, makan siang pukul 12.00-13.00, selingan siang pukul
15.00-16.00, makan malam pukul 18.00-19.00, dan selingan malam pukul
21.00-22.00. Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah
makan lebih sering dengan porsi kecil sedangkan yang tidak dianjurkan adalah
makan dalam porsi yang besar, seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%),
makan siang (25%), selingan siang (10%), makan malam (25%), selingan
malam (10%). Jenis makanan perlu diperhatikan karena menentukan kecepatan
naiknya kadar gula darah. Penyusunan makanan bagi penderita DM mencakup
karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran ( Susanti,2018).

41

Anda mungkin juga menyukai