D DENGAN
PENYAKIT DIABETES MELITUS
OLEH
KELOMPOK V
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan-Nya kami
dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Penyakit Diabetes Melitus”
dengan baik.
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………………
2.8 Komplikasi……………………………………………………………….
3.1 Pengkajian………………………………………………………………..
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………
4.2 Saran……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada
pasien.
4
1.3 Tujuan
Setelah menyelesaikan makalah ini mahasiswa diharapkan mampu
1. Menjelaskan pengertian dari Diabetes Melitus!
2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi!
3. Menjelaskan etiologi dari Diabetes Melitus!
4. Menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Diabetes Melitus
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Diabetes Melitus!
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic dari Diabetes Melitus!
7. Mengetahui dan menejalaskan penatalaksanaan dari Diabetes Melitus!
8. Mengetahui komplikasi dari Diabetes Melitus!
9. Membuat pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus!
10. Membuat diagnose keperawatan yang muncul pada pasien Diabetes Melitus!
11. Membuat intervensi yang dapat dilakukan pada pasien Diabetes Melitus!
12. Melaksanakan implementasi yang dilakukan pada pasien DM!
13. Melakukan evaluasi pada pasien DM!
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglekimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Smelzel dan Bare, 2015). Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok penyakit atau gangguan metabolic dengan karakteristik hiperglekemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2017).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pancreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormone yang mengatur kadar gula darah. Hiperglekemia atau kenaikan kadar
gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa system tubuh, khususnya pada pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal
ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Melitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormone insulin yang diproduksi
oleh pancreas (Shadine, 2010).
2.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Gonzaga. B (2010), pancreas teletak melintang dibagian atas abdomen
dibelakang glister didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pancreas mencapai
hiluslinpa diarah kronia dorsal dan bagian kiri atas kaput pancreas dihubungkan dengan
corpus oleh leher yaitu bagian pancreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, artei dan
vena mesentrika superior berada dibagian kiri pancreas ini disebut processus unsinatis
pancreas.
Menurut Gonzaga pancreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu :
a. Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum
b. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi
insulin d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans manusia mengandung
tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan
dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
6
b.fisiologi
Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi
yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan
endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada
metabolisme karbohidrat.
a) Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b) Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan
vertebra lumbalis pertama.
c) Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa
1) Pulau Langerhans
Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama yakni sel-alfa, sel beta dan sel
delta. Sel beta mencakup kira kira 60% dari semua sel terletak terutama ditengah setiap
pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer komplek dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan ukuran polimer atau
akregat sel dari isulin. Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian
diangkut ke aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat membran.
Kranula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang sel mengeluarkan insulin
kedaerah luar gengang exsosotosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B
serta kapiler berdekatan dan endotel fenestra kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel
alfa yang mencakup kira kira 25% dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta
yang merupakan 10% dari seluruh sel yang mensekresikan somatostatin.
2) Hormon Insulin
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang
peran penting. Perangsang adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah 80-90 mg/ml.
(Gongzaga 2010) Efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat :
Manambah kecepatan metabolisme glukosa
Mengurangi kosentrasi gula darah
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan
7
3) Glukogan
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi berlawanan dengan insulin fungsi terpenting adalah
meningkatkan kosentrasi glukosa dalam darah. (Biologi Gongzaga 2010) Dua efek
glukagon pada metabolisme glukosa darah:
Pemecahan glikagon (glikogenolisis)
Peningkatan glikogen (glikogenesis)
Menurut Smelzer 2015, Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil dari
sel sel beta dari pulau pulau 25 langerhans pada prankreas yang berfungsi menghasilkan insulin,
akibatnya kekurangan insulin.
2.3 Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:
8
Riwayat keluarga
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II.
Meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut
lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun) dan
progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit
yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
9
Pathway
Obesitas,usia,genetik
DM Tipe ll
Defisiensi insulin
Glukosa
Gula darah
Nyeri Akut
10
aktivitas terganggu
intolenransi aktivitas
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
11
Mata kabur
Biasanya sering ganti kaca mata
Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
Kemampuan seksual menurun
Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
No Pemeriksaan Normal
12
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada
dokter, mencari artikel mengenai diabetes
d) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
e) Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f) Melakukan perawatan luka
g) Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi
hiperhidrasi
i) Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a) Terapi insulin
Aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan
pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi
penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk
menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum
suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi
insulin. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya
ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan
insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan.
b) Obat Antidiabetik Oral
13
Sulfonilurea
Golongan Biguanid Metformi
Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Thiazolidinediones Thiazolidinediones
2.8 komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. komplikasi akut
Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat.
Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dl. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan
gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma).
Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600- 1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri
dari:
Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di
mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera
atau penyakit
14
Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit
dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.
Selama hospitalisasi, Tn.Dass mendapat terapi rutin untuk mengatasi infark miokard yang
dialaminya. Dia juga menjalani terapi injeksi insulin subkutan.
Infark miokard yang dialami Tn.Dass merupakan salah satu komplikasi utama penyakit DM tipe
2. Penyebab kematian yang paling sering terjadi pada pengidap DM adalah penyakit
makrovaskular dengan penyakit arteri koronaria (coronary artery disease, CAD) sebagai
penyebab yang paling lazim. Factor resiko kardiovaskuler yang paling sering ditemukan diantara
penyandang DM tipe 2 meliputi dislipidemua dan hipertensi.
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn.Asok Dass
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Fiji
Sts perkawinan : Sudah menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga negara : Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Akuntan
16
III. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan bahwa sudah dua tahun pernah
menderita penyakit DM tipe 2
2. Riwayat alergi : klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi apapun, misalnya
cuaca (dingin/panas), makanan laut,dan debu.
3. Pengobatan : klien mengatakan bahwa ia rutin melakukan pemeriksaan laboratorium,
dan terapi injeksi insulin sub kutan. Ia juga selama dua tahun terakhir sering
mengkonsumsi glibenklamid 5 mg/hari.
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang ia alami, baik itu penyakit hipertensi, Diabetes Melitus, maupun HIV/AIDS.
17
BB saat sakit : 60 Kg, perubahan BB: 5 Kg
Jenis diet : klien mengatakan bahwa ia sedang diet gula (makanan maupun
minuman yang mengandung gula tinggi)
Nafsu makan : menurun
Keluhan mual/muntah : klien mengatakan setelah makan ada rasa ingin muntah
Porsi makan : tidak dihabiskan
Intake cairan : 12 gelas/hari
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
Buang Air Besar :
Frekuensi : 1x/hari, Penggunaan laktasif : tidak dikaji
Konsistensi : lembab
Karakter feses : lunak BAB terahir : pagi
Riwayat Perdarahan : tidak dikaji hemoroid : tidak dikaji
Konstipasi : tidak kesulitan BAB Diare : tidak dikaji
Buang air Kecil
Frekuensi : 4x/hari
Produksi : 1-1,8liter / hari
Warna: kuning Bau : khas
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: klien mengatakan tidak
merasakan ada nyeri pada saat buang air kecil
Lain-lain : tidak dikaji
b. Perubahan setelah sakit :
BAB : klien mengatakan setelah sakit ia buang air besar 1x/hari
BAK : klien mengatakan setelah sakit ia sering buang air kecil 8-10 x/hari
1,8-2 liter/hari
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
18
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/
ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Sebelum sakit
Waktu tidur : malam hari
Lama tidur : 7-8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : nonton tv
Kesulitan dalam tidur : klien mengatakan bahwa tidak ada
kesulitan pada saat tidur
19
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan bahwa ketika pada saat klien ingin
tidur ia merasakan nyeri pada kaki, pusing dan lama tidur 5-6 jam/hari
6. Pola Persepsual
a. Sebelum sakit :
Penglihatan :
Fungsi penglihatan : normal VOD : VOS,
Lapang pandang : normal
Gangguan Fungsi : klien mengatakan tidak ada gangguan pada
penglihatan
Pendengaran:
Fungsi Pendengaran: normal, tidak mengguanakan alat bantu
dengar
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pendengaran
Penciuman:
Fungsi Penciuman: normal, mampu mencium aroma
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
penciuman
Pengecapan:
Fungsi Pengecapan: normal
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pengecapan
Perabaan:
Fungsi Perabaan: mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus)
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
perabaan
b. Perubahan setelah sakit : klien mengatakan tidak ada perubahan pada pola
persepsual setelah sakit
20
Keadaan emosional pasien : klien mengatakan mampu mengontrol
keadaan emosionalnya baik sedih, marah, maupun kecewa.
Lain-lain : tidak dikaji
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit ia merasa minder dengan
sakitnya, ia juga ingin agar cepat sembuh.
21
10. Pola managemen koping-stres
a. Sebelum sakit :
Pengambilan keputusan : klien mengatakan bahwa klien sendiri yang
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
Yang disukai tentang diri sendiri : klien mengatakan lebih suka
mendengarkan dari pada berbicara
Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien mengatakan menginginkan
hidup sehat
Yang dilakukan jika stress : klien mengatakan bahwa jika stress, maka
klien akan bertemu dengan teman dan bercerita.
Lain-lain : tidak dikaji
b. setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit ia tidak bisa bertemu dengan teman-
temannya untuk bercerita
22
Palpasi : tidak adanya massa atau benjolan
5. Telinga :
Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen pada
lubang telinga, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Hidung :
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
7. Mulut dan leher :
Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa lembab, bentuk
leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Dada :
Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran
pada jantung.
Palpasi : tidak ada pembengkakan/benjolan tetapi ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi suara jantung redup
Auskultasi : bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi
tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan gallop
9. Abdomen :
Inspeksi : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi : bising usus
Palpasi : tidak ada nyeri
perkusi : timpani
10. Genitalia :
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
11. Ekstermitas :
Inspeksi : tangan (kiri, kanan normal) kaki (kiri normal), tetapi pada kaki kanan
terdapat luka
Palpasi : terasa nyeri pada luka dibagian kaki kanan
23
Kadar glukosa darah 3,0-5,5 mmol/L
VIII. Pengobatan
Analisa Data
Data Objektif :
24
kronis
Data Objektif:
Data Objektif :
Data Objektif :
25
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d
tampak lelah
2. Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis d.d terasa nyeri
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan d.d Mual muntah
4. Resiko Luka Tekan b.d riwayat luka tekan d.d Nyeri pada kaki
26
menjadi menurun Terapeutik :
5. Kadar glukosa dalam
darah dari memburuk 1. Berikan asupan cairan oral
menjadi membaik 2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala
L.03022 hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah labih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV
3. Kolaborasi pemberian
kalium
27
menjadi menurun 4. Monitor keberhasilan terapi
3. Gelisah dari meningkat komplementer yang sudah
menjadi menurun diberikan
4. Mual dari meningkat 5. Monitor efek samping
menjadi menurun penggunaan analgetik
Terapeutik :
L.08066
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
28
membaik 4. Monitor asupan makanan
3. Indeks masa tubuh 5. Monitor berat badan
( IMT ) Dari memburk 6. Monitir hasil pemeriksaan
menjadi membaik laboraturium
4. Nafsu makan dari
memburuk menjadi Terapeutik :
membaik 1. Lakukan oral hygeni
L.03030 sebelum makan
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu ang sesuai
3. Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori da tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi suplai makan
( Pereda Nyeri)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentuka jumlah
kalori dan jenis nutrient yng
dibutuhkan
29
2. Kerusakan lapisan sebelumnya
kulit dari meningkat 3. Monitor suhu kulit yang
menjadi menurun tertekan
3. Nyeri dari meningkat 4. Monitor berat badan dan
menjadi menurun perubahannya
4. Kemerhan dari 5. Monitor ketat area yang
meningkat menjadi memerah
menurn 6. Monitor kulit di atas
tonjolan tulang atau titik
L.14125 tekan saat mengubah posisi
7. Monitor sumber tekanan dan
gesekan
8. Monitor mobilitas dan
altivitas individu
Terapeutik :
Edukasi :
1. Jelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit
2. Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
kerusakan kulit
3. Ajarkan cara merawat kulit
30
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Catatan Perkembangan 1
31
0 hiperglikemia tetap Klien tampak
ada atau memburuk tenang
7. memfasilitasi Wajah klien
08.3 ambulasi jika ada tampak lebih
5 hipotensi ortostatik cerah
8. menganjurkan
menghindari A:
09.2
0
09.3
0
32
09.4
5
14.1
0
14.1
5
33
15.0 memperberat rasa Lanjutkan intervensi
0 nyeri
8. memfasilitasi Manajemen Nyeri
istirahat dan tidur
9. menjelaskan
penyebab, periode,
15.1 dan pemicu nyeri
5 10. menjelaskan strategi
meredakan nyeri
11. menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
12. menganjurkan teknik
15.2 nonfarmakologis
5 untuk mengurangi
rasa nyeri
13. melakukan
15.3 kolaborasi
5 pemberian analgetik
15.4
5
15.5
5
16.0
5
16.1
5
34
16.2
0
35
17.5 diprogramkan Lanjutkan intevensi
0 14. Melakukan Kolaborasi
pemberian medikasi Manajemen Nutrisi
suplai makan ( Pereda
18.0 Nyeri)
0 15. Melakuakan Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentuka jumlah kalori
18.1 dan jenis nutrient yng
0 dibutuhkan
18.2
5
18.3
5
19.0
0
19.3
0
36
tekanan dan gesekan O:
8. Memonitor mobilitas
18.5 dan altivitas individu Klien tampak
0 9. Mengeringkan daerah tidak lesu lagi
kulit yang lembab Klien tampak
19.0 akibat keringat,cairan
lebih tenang
0 luka,dan
inkontinensialvekal/ Kulit di bagian
Urine kaki sudah
10. Mengunaka barrier tidak memerah
seperti lution/bantalan lagi
19.1 penyebab air
11. Membuat jadwal A:
5
perubahan posisi
12. Menjaga spry tetap Masalah belum
kering,bersih dan tidak teratasi
19.2 ada kerutan / lipatan
P:
5 13. Memastikan asupan
makanan yang cukup Lanjutkan intevensi
terutama
19.3 protein,Vitamin B dan Pencegahan Luka
5 C, Zat Besi, dan Kalori. Tekan
14. Menjelaskan tanda-
tanda kerusakan kulit
15. Menganjurkan melapor
jika menemukan tanda-
tanda kerusakan kulit
19.4 16. Mengajarkan cara
5 merawat kulit
19.5
0
20.0
0
20.2
0
37
20.3
0
20.3
5
20.4
5
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Tn .A dengan
Diabetes Melitus di Rumah Sakit tahun 2022 pada tanggal 21 Maret 2022 dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
2. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus didapatakan 3
diagnosa ditinjauan kasus,yaitu
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d
tampak lelah
b. Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis d.d terasa nyeri
c. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas d.d dibantu keluarga
3. Perencanaan asuhan keperawatan
38
Pada perencanaan asuhan keperawatan pasienn dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit tahun 2022 semua perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Tujuan
yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus yaitu 113 agar
gula darah membaik, nyeri berkurang , intoleransi aktivitas membaik
4. Implementasi
Pada Implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit tahun 2022 hampir semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana
tindakan yang tidak lakukan tetapi dilakukan oleh perawat ruangan tersebut.
5. Evaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit tahun 2022 dapat
dilakukan dengan baik.
1.2 Saran
Setelah membaca makalah asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnose
Diabetes Melitus para pembaca lebih memperhatikan pola makan terutama pada makanan
dan minuman yang banyak mengandung gula yang tinggi.
39
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes bacic.
Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.
PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta :PERKERNI.
Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
40