Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D DENGAN
PENYAKIT DIABETES MELITUS

OLEH

KELOMPOK V

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan-Nya kami
dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Penyakit Diabetes Melitus”
dengan baik.
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Kupang, 23 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Diabetes Melitus……………………………………………………..

2.2 Anatomi dan Fisiologi……………………………………………………………

2.3 Etiologi Diabetes Melitus…………………………………………………………

2.4 Patofisiologi dan Pathway……………………………………………......

2.5 Manifestasi Klinis…………………………………………………………….

2.6 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………..

2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………………

2.8 Komplikasi……………………………………………………………….

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian………………………………………………………………..

3.2 Diagnosa Keperawatan………………………………………………….

3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………………..

3.4 Implementasi Keperawatan…………………………………………….

3.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………………………

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………

4.2 Saran……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglekimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (Smelzel dan Bare, 2015). Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolic dengan karakteristik hiperglekemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2017).

Menurut American Diabetes Association (ADA, 2015) DM dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa tipe yakni DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2
merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana
factor pencetus dari DM tipe 2 yakni beupa obesitas, mengonsumsi makanan instan, terlalu
banyak makan karbohidrat, merokok dan stress, kerusakan pada sel pancreas dan kelainan
hormonal.

Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada
pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Diabetes Melitus?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi?
3. Bagaimana etiologi dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Diabetes Melitus?
5. Apa manifestasi klinis dari Diabetes Melitus?
6. apa saja pemeriksaan diagnostic dari Diabetes Melitus?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Diabetes Melitus?
8. Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus?
9. Apa saja pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus?
10. Apa saja diagnose keperawatan yang muncul pada pasien Diabetes Melitus?
11. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada pasien Diabetes Melitus?
12. Apa implementasi yang dilakukan pada pasien DM?
13. Bagaimana evaluasi pada pasien DM?

4
1.3 Tujuan
Setelah menyelesaikan makalah ini mahasiswa diharapkan mampu
1. Menjelaskan pengertian dari Diabetes Melitus!
2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi!
3. Menjelaskan etiologi dari Diabetes Melitus!
4. Menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Diabetes Melitus
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Diabetes Melitus!
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic dari Diabetes Melitus!
7. Mengetahui dan menejalaskan penatalaksanaan dari Diabetes Melitus!
8. Mengetahui komplikasi dari Diabetes Melitus!
9. Membuat pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus!
10. Membuat diagnose keperawatan yang muncul pada pasien Diabetes Melitus!
11. Membuat intervensi yang dapat dilakukan pada pasien Diabetes Melitus!
12. Melaksanakan implementasi yang dilakukan pada pasien DM!
13. Melakukan evaluasi pada pasien DM!

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglekimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Smelzel dan Bare, 2015). Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok penyakit atau gangguan metabolic dengan karakteristik hiperglekemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2017).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pancreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormone yang mengatur kadar gula darah. Hiperglekemia atau kenaikan kadar
gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa system tubuh, khususnya pada pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal
ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Melitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormone insulin yang diproduksi
oleh pancreas (Shadine, 2010).
2.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Gonzaga. B (2010), pancreas teletak melintang dibagian atas abdomen
dibelakang glister didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pancreas mencapai
hiluslinpa diarah kronia dorsal dan bagian kiri atas kaput pancreas dihubungkan dengan
corpus oleh leher yaitu bagian pancreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, artei dan
vena mesentrika superior berada dibagian kiri pancreas ini disebut processus unsinatis
pancreas.
Menurut Gonzaga pancreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu :
a. Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum
b. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi
insulin d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans manusia mengandung
tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan
dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

6
b.fisiologi

Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi
yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan
endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada
metabolisme karbohidrat.

Menururt Gonzaga (2010) ,Prankreas dibagi menurut bentuk nya :

a) Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b) Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan
vertebra lumbalis pertama.
c) Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa
1) Pulau Langerhans

Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama yakni sel-alfa, sel beta dan sel
delta. Sel beta mencakup kira kira 60% dari semua sel terletak terutama ditengah setiap
pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer komplek dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan ukuran polimer atau
akregat sel dari isulin. Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian
diangkut ke aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat membran.
Kranula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang sel mengeluarkan insulin
kedaerah luar gengang exsosotosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B
serta kapiler berdekatan dan endotel fenestra kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel
alfa yang mencakup kira kira 25% dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta
yang merupakan 10% dari seluruh sel yang mensekresikan somatostatin.

2) Hormon Insulin
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang
peran penting. Perangsang adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah 80-90 mg/ml.
(Gongzaga 2010) Efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat :
 Manambah kecepatan metabolisme glukosa
 Mengurangi kosentrasi gula darah
 Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan

7
3) Glukogan
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi berlawanan dengan insulin fungsi terpenting adalah
meningkatkan kosentrasi glukosa dalam darah. (Biologi Gongzaga 2010) Dua efek
glukagon pada metabolisme glukosa darah:
 Pemecahan glikagon (glikogenolisis)
 Peningkatan glikogen (glikogenesis)

Menurut Smelzer 2015, Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil dari
sel sel beta dari pulau pulau 25 langerhans pada prankreas yang berfungsi menghasilkan insulin,
akibatnya kekurangan insulin.

2.3 Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)


a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah
predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015
dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
 Obesitas

8
 Riwayat keluarga

2.4 Patofisiologi dan Pathway

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah


terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum jelas, faktor genetik
dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini
akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas
fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan


sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan
sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II.

Meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut
lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun) dan
progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit
yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

9
Pathway

Obesitas,usia,genetik

DM Tipe ll

Sel Beta pancreas rusak

Defisiensi insulin

Anabolisme Proses Liposis Meningkat penurunan pemakaian

Glukosa

kerusakan pada antibody Gliserol asam lemak bebas Hiperglikemia

aterosklerosis katogenesis Poliphagi viskolita

kekebalan tubuh ketonuria Polidipsi darah

ketoasidosis Poliurea aliran

neoropati sensori perifer - nyeri abdomen Darah melambat

- mual, muntah Ischemic

klien merasa sakit pada luka Jaringan

makro veskuler mikro vaskuler

Jantung selebral retina ginjal Ketidakefektifan

Gula darah

Miocard infark penyumbatan retina neoropati

Nyeri Akut

10
aktivitas terganggu

intolenransi aktivitas

2.5 Manifestasi Klinis

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.

Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan gejala
apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel tubuh
kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi
lemas.
b) Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu
mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan
ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena membuat
kadar gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama
urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat,
tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin
yang keluar banyak dan kencing pun sering.
2. Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:
 Kesemutan
 Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
 Rasa tebal dikulit
 Kram
 Mudah mengantuk

11
 Mata kabur
 Biasanya sering ganti kaca mata
 Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
 Gigi mudah goyah dan mudah lepas
 Kemampuan seksual menurun
 Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah

No Pemeriksaan Normal

1. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

2. Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)

2. Pemeriksaan fungsi tiroid


Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a) Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
b) Olahraga

12
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
 Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
 Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada
dokter, mencari artikel mengenai diabetes
d) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
e) Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f) Melakukan perawatan luka
g) Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi
hiperhidrasi
i) Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a) Terapi insulin
Aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan
pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi
penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk
menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum
suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi
insulin. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya
ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan
insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan.
b) Obat Antidiabetik Oral
13
 Sulfonilurea
 Golongan Biguanid Metformi
 Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
 Thiazolidinediones Thiazolidinediones

2.8 komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. komplikasi akut
 Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat.
 Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dl. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan
gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma).
 Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600- 1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri
dari:
 Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
 Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
 Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di
mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera
atau penyakit

14
 Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit
dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.

KASUS DIABETES MELITUS


Tn.Asok Dass, 60 tahun dari Fiji dibawa ke rumah sakit setempat empat hari yang lalu dan di
diagnosis serta ditangani sebagai pasien infark miokard akut. Sebelumnya, Tn.Dass didiagnosis
menyandang DM tipe 2, tetapi tanpa riwayat penyakit arteri koronaria. Dia menggunakan
glibenklamid 5 mg/hari selama 2 tahun terakhir. Dia tidak meminum alcohol dan merokok dan
tidak memiliki masalah medis lain. Tn.Dass bekerja sebagai akuntan dan menjalani kehidupan
kurang aktifitas (tidak aktif secara fisik). Selain uji laboratorium rutin yang dilakukan pada
pasien infark miokard akut, uji laboratorium selanjutnya mencakup kadar serum puasa berikut :

a. Kadar glycosylated hemoglobin (HbA1C) 11,5% (nilai normal 4%-


6%)
b. Kadar glukosa darah 13mmol/L (nilai normal 3,0-5,5 mmol/L)
c. Kadar kolestrol total 6,5 mmol/L (nilai normal <5,5 mmol/L)
d. Kadar trigliserida 2,40 mmol/L (nilai normal 0,10-2,10 mmol/L)

Selama hospitalisasi, Tn.Dass mendapat terapi rutin untuk mengatasi infark miokard yang
dialaminya. Dia juga menjalani terapi injeksi insulin subkutan.

Infark miokard yang dialami Tn.Dass merupakan salah satu komplikasi utama penyakit DM tipe
2. Penyebab kematian yang paling sering terjadi pada pengidap DM adalah penyakit
makrovaskular dengan penyakit arteri koronaria (coronary artery disease, CAD) sebagai
penyebab yang paling lazim. Factor resiko kardiovaskuler yang paling sering ditemukan diantara
penyandang DM tipe 2 meliputi dislipidemua dan hipertensi.

15
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

I. Identitas Klien
Nama : Tn.Asok Dass
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Fiji
Sts perkawinan : Sudah menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga negara : Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Akuntan

II. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utama : Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada luka
dibagian kaki kanan, pusing sudah selama 4 hari
2. Riwayat keluhan
P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan akibat luka
Q: klien mengatakan sakit pada luka kaki seperti diremas-remas
R: klien mengatakan sakit yang dirasakan hanya terasa pada satu sisi, dan tidak
menyebar
S: klien mengatakan jika sakit yang dirasakan diukur menggunakan skala maka
sakitnya terdapat di angka 7.
T: klien mengatakan sakit/nyeri yang dirasakan kadang-kadang, tidak secara terus-
menerus.
3. Keluhan saat dikaji : Klien mengatakan mengeluh sakit pada kaki kanan dan merasa
pusing-pusing, badan terasa lemah

16
III. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan bahwa sudah dua tahun pernah
menderita penyakit DM tipe 2
2. Riwayat alergi : klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi apapun, misalnya
cuaca (dingin/panas), makanan laut,dan debu.
3. Pengobatan : klien mengatakan bahwa ia rutin melakukan pemeriksaan laboratorium,
dan terapi injeksi insulin sub kutan. Ia juga selama dua tahun terakhir sering
mengkonsumsi glibenklamid 5 mg/hari.

IV. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang ia alami, baik itu penyakit hipertensi, Diabetes Melitus, maupun HIV/AIDS.

V. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan


1. Persepsi dan pemeliharan kesehatan: Klien pasrah dengan penyakitnya dan
mencoba tetap semangat,tetapi kadang timbul perasaan sedih karena tidak bisa
melakukan apa-apa lagi ,terutama berkumpul dengan keluarga karena sedang
menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Sebelum sakit :
 Berat Badan : 65 Kg Tinggi Badan : 168 Cm LLA : 25 Cm
 Makan :
 Frekuensi : 3 x/hari
 Jenis makanan: nasi, ikan, daging, sayur, dan buah-buahan
 Yang disukai : daging
 Yang tidak disukai: klien mengatakan menyukai semua jenis makanan
 Pantangan: klien mengatakan tidak ada pantangan pada makanan
 Alergi : klien mengatakan tidak ada alergi pada makanan
 Nafsu makan : baik
 Minum
 Frekuensi: 8 gelas/hari
 Jenis minuman : air putih, susu, kopi, teh
 Yang disukai : air putih dan kopi
 Yang tidak disukai : susu
 Pantangan: alcohol dan soda
 Alergi : klien mengatakan tidak ada alergi pada minuman
b. Perubahan setelah sakit :

17
 BB saat sakit : 60 Kg, perubahan BB: 5 Kg
 Jenis diet : klien mengatakan bahwa ia sedang diet gula (makanan maupun
minuman yang mengandung gula tinggi)
 Nafsu makan : menurun
 Keluhan mual/muntah : klien mengatakan setelah makan ada rasa ingin muntah
 Porsi makan : tidak dihabiskan
 Intake cairan : 12 gelas/hari
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
 Buang Air Besar :
 Frekuensi : 1x/hari, Penggunaan laktasif : tidak dikaji
 Konsistensi : lembab
 Karakter feses : lunak BAB terahir : pagi
 Riwayat Perdarahan : tidak dikaji hemoroid : tidak dikaji
 Konstipasi : tidak kesulitan BAB Diare : tidak dikaji
 Buang air Kecil
 Frekuensi : 4x/hari
 Produksi : 1-1,8liter / hari
 Warna: kuning Bau : khas
 Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: klien mengatakan tidak
merasakan ada nyeri pada saat buang air kecil
 Lain-lain : tidak dikaji
b. Perubahan setelah sakit :
 BAB : klien mengatakan setelah sakit ia buang air besar 1x/hari
 BAK : klien mengatakan setelah sakit ia sering buang air kecil 8-10 x/hari
1,8-2 liter/hari
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri

Makan/minum 

Mandi 
Toileting 

18
Berpakaian 
Mobilitas di 
tempat tidur

Berpindah 
Ambulasi/ROM 
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

b. Perubahan setelah sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri

Makan/ 
minum

Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di 
tempat tidur

Berpindah 
Ambulasi/ 
ROM

0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Sebelum sakit
 Waktu tidur : malam hari
 Lama tidur : 7-8 jam/hari
 Kebiasaan sebelum tidur : nonton tv
 Kesulitan dalam tidur : klien mengatakan bahwa tidak ada
kesulitan pada saat tidur

19
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan bahwa ketika pada saat klien ingin
tidur ia merasakan nyeri pada kaki, pusing dan lama tidur 5-6 jam/hari

6. Pola Persepsual
a. Sebelum sakit :
 Penglihatan :
 Fungsi penglihatan : normal VOD : VOS,
 Lapang pandang : normal
 Gangguan Fungsi : klien mengatakan tidak ada gangguan pada
penglihatan
 Pendengaran:
 Fungsi Pendengaran: normal, tidak mengguanakan alat bantu
dengar
 Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pendengaran
 Penciuman:
 Fungsi Penciuman: normal, mampu mencium aroma
 Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
penciuman
 Pengecapan:
 Fungsi Pengecapan: normal
 Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pengecapan
 Perabaan:
 Fungsi Perabaan: mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus)
 Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
perabaan
b. Perubahan setelah sakit : klien mengatakan tidak ada perubahan pada pola
persepsual setelah sakit

7. Pola Peresepsi diri


a. Sebelum sakit
 Pandangan klien tentang penyakitnya : klien mengatakan belum
memahami penyakit yang dideritanya
 Konsep diri :
1) Gambaran Diri : tidak dikaji
2) Identitas Diri : klien mengatakan mengakui dirinya sebagai laki-laki
3) Peran : klien mengatakan sebagai kepala keluarga
4) Harga diri : klien mengatakan ia mempunyai harga diri
5) Ideal Diri : klien mengatakan hanya ingin sembuh dari sakitnya

20
 Keadaan emosional pasien : klien mengatakan mampu mengontrol
keadaan emosionalnya baik sedih, marah, maupun kecewa.
 Lain-lain : tidak dikaji
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit ia merasa minder dengan
sakitnya, ia juga ingin agar cepat sembuh.

8. Pola seksualitas dan reproduksi


a. Sebelum sakit :
 Hubungan seksual : klien mengatakan tidak ada gangguan dalam
hubungan seksual
 Gangguan hubungan seksual :
 Fertilitas : klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami gangguan
pada fertilitas
 Libido klien mengatakan tidak ada ganggaun libido
 Ereksi : klien mengatakan tidak ada gangguan ereksi
 Lain-lain : tidak dikaji
 Menstruasi : tidak dikaji
 Penggunaan kontrasepsi : tidak dikaji
 Pemahaman tentang seksual : klien mengatakan memahami tentang
seksual
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan kurang mendapat kebutuhan
seksualitas

9. Pola Peran dan Hubungan


a. Sebelum sakit :
 komunikasi : klien mengatakan melakukan komunikasi dengan lancar
dengan keluarga, maupun masyarakat
 hubungan dengan orang lain : klien mengatakan menjalin hubungan yang
baik dengan orang lain
 dukungan keluarga : klien mengatakan menjalin hubungan yang baik dan
mendapat dukungan dari keluarga
 dukungan teman /kelompok/masyarakat: klien mengatakan mendapat
dukungan dari teman, kelompok, dan masyarakat
 konflik terhadap peran/nilai : klien mengatakan tidak mempunyai konflik
terhadap peran/nilai
 Lain-lain : tidak dikaji
b. Perubahan setelah sakit:
Klien mengatakan masih menjalin hubungan baik dengan keluarga, orang lain,
dan mendapat dukungan penuh dari keluarga, teman, dan masyarakat.

21
10. Pola managemen koping-stres
a. Sebelum sakit :
 Pengambilan keputusan : klien mengatakan bahwa klien sendiri yang
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
 Yang disukai tentang diri sendiri : klien mengatakan lebih suka
mendengarkan dari pada berbicara
 Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien mengatakan menginginkan
hidup sehat
 Yang dilakukan jika stress : klien mengatakan bahwa jika stress, maka
klien akan bertemu dengan teman dan bercerita.
 Lain-lain : tidak dikaji
b. setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit ia tidak bisa bertemu dengan teman-
temannya untuk bercerita

11. Sistem nilai dan keyakinan


a. Sebelum sakit :
 Keyakinan akan penguasaan kehidupan : klien mengatakan bahwa ia
selalu taat dan mengandalkan keyakinan dari TUHAN
 Sumber kekuatan saat sakit: klien mengatakan sumber kekuatan saat sakit
adalah dari TUHAN
 Ritual keagamaan yang sering dilakukan: klien mengatakan rajin
beribadah baik di masjid maupun di rumah
b. Perubahan setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit klien lebih mendekatkan
diri kepada TUHAN agar dapat dimampukan dan dikuatkan menghadapi sakit
yang dialami dan meminta agar diberikan kesembuhan.

12. Penyuluhan yang di inginkan : klien mengatakan ingin mendapat penyuluhan


tentang bagaimana mencegah dan mengobati penyakit DM.

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum:  baik  sedang lemah Kesadaran: Composmentis
GCS : E : 4 , V : 5 , M :6, Nilai GCS : 15
2. Tanda vital TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 x/mnt Suhu : 35 ºC RR: 18x/mnt
3. Kepala :
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, rambut beruban,bersih, rambut sudah mulai rontok,
tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat benjolan,tidak ada nyeri tekan.
4. Mata :
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, congjungtiva, sklera ikteris

22
Palpasi : tidak adanya massa atau benjolan
5. Telinga :
Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen pada
lubang telinga, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Hidung :
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
7. Mulut dan leher :
Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa lembab, bentuk
leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Dada :
Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran
pada jantung.
Palpasi : tidak ada pembengkakan/benjolan tetapi ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi suara jantung redup
Auskultasi : bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi
tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan gallop
9. Abdomen :
Inspeksi : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi : bising usus
Palpasi : tidak ada nyeri
perkusi : timpani
10. Genitalia :
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji

11. Ekstermitas :
Inspeksi : tangan (kiri, kanan normal) kaki (kiri normal), tetapi pada kaki kanan
terdapat luka
Palpasi : terasa nyeri pada luka dibagian kaki kanan

VII. Pemeriksaan penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kadar glycosylated 11,5% 4-6%


hemoglobin (HbA1C)

23
Kadar glukosa darah 3,0-5,5 mmol/L

Kadar kolestrol total 6,5 mmol/L 5,5% mmol/L

Kadar trigliserida 2,40 2,40 mmol/L 0,10-2,10 mmol/L


mmol/L (nilai normal
0,10-2,10 mmol/L)

VIII. Pengobatan

Nama obat Dosis Cara Indikasi Kontra


pemberian indikasi

glibenklamid 5 mg/hari Diminum Gangguan


ginjal, hati,
tiroid atau
adrenokortikal

Analisa Data

Data Etiologi Problem

Data subjektif: Gangguan toleransi glukosa Ketidakstabilan kadar


darah glukosa darah
 Pasien mengatakan badan
lemah dan letih
 Pasien mengatakan sering
merasa haus
 Pasien Sering buang air
kecil sebanyak 10 x

Data Objektif :

 Klien tampak lelah


 Klien tampak sering
buang air kecil
 Klien tampak sering
minum

Data Subjektif Kondisi musculoskeletal Nyeri Kronis

24
kronis

 Klien mengatakan nyeri


pada kaki
 Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman
dengan nyeri yang dialami

Data Objektif:

 Klien meringis kesakitan


 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah

Data Subjektif : Ketidakmampuan mencerna Defisit Nutrisi


makanan
 Klien mengatan setelah
makan klien merasakan
ingin mual muntah
 Klien mengatakan nafsu
makan menurun

Data Objektif :

 Klien tampak lemas


 Berat badan menurun

Data Subjektif : Riwayat Luka Tekan Resiko Luka Tekan

 Klien mengatakan tidak


dapat melakukan aktivitas
secara mandiri karena
merasa nyeri pada kaki

Data Objektif :

 Klien tampak lesu


 Klien tampak meringis
 Kulit di bagian kaki
memerah

25
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d
tampak lelah
2. Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis d.d terasa nyeri
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan d.d Mual muntah
4. Resiko Luka Tekan b.d riwayat luka tekan d.d Nyeri pada kaki

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia


kadar glukosa keperawatan selama 1x24 jam I.03115
darah b.d diharapkan kestabilan kadar
gangguan toleransi glukosa darah meningkat, Observasi :
glukosa darah d.d 1. Identifikasi kemungkinan
tampak lelah Dengan kriteria hasil:
penyebab hiperglikemia
D.0027 1. Pusing dari meningkat 2. Identifikasi situasi yang
menjadi menurun menyebabkan kebutuhan
2. Lelah/lesu dari meningkat insulin meningkat (mis.
menjadi menurun Penyakit kam
3. Keluhan lapar dari 3. buhan)
meningkat menjadi 4. Monitor kadar glukosa darah
menurun 5. Monitor intake dan output
4. Rasa haus dari meningkat cairan

26
menjadi menurun Terapeutik :
5. Kadar glukosa dalam
darah dari memburuk 1. Berikan asupan cairan oral
menjadi membaik 2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala
L.03022 hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik

Edukasi :

1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah labih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV
3. Kolaborasi pemberian
kalium

Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I.08238


kondisi keperawatan selama 1x24 jam
musculoskeletal diharapkan tingkat nyeri Observasi :
kronis d.d terasa menurun, 1. Identifikasi lokasi,
nyeri karakteristik, frekuensi,
Dengan kriteria hasil:
D.0078 kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyei dari 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat menjadi 3. Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan
2. Meringis dari meningkat memperingan nyeri

27
menjadi menurun 4. Monitor keberhasilan terapi
3. Gelisah dari meningkat komplementer yang sudah
menjadi menurun diberikan
4. Mual dari meningkat 5. Monitor efek samping
menjadi menurun penggunaan analgetik

Terapeutik :
L.08066
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

1. Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyei

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
analgetik

Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan I.03119


Ketidakmampuan keperawatan selama 1x24 jam
mencerna makanan diharapkan status nutrisi Manajemen Nutrisi
d.d Mual muntah membaik Observasi :
D.0019 Dengan kriteria hasil 1. Identifikasi status Nutrisi
1. Porsi makanan yang 2. Identifikasi makan yang
dihabiskan dari menurun disukai
menjadi meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori
2. Berat badan dari dan jenis nutrien
memburuk menjadi

28
membaik 4. Monitor asupan makanan
3. Indeks masa tubuh 5. Monitor berat badan
( IMT ) Dari memburk 6. Monitir hasil pemeriksaan
menjadi membaik laboraturium
4. Nafsu makan dari
memburuk menjadi Terapeutik :
membaik 1. Lakukan oral hygeni
L.03030 sebelum makan
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu ang sesuai
3. Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori da tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan

Edukasi :

1. Anjurkan posisi duduk


2. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
medikasi suplai makan
( Pereda Nyeri)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentuka jumlah
kalori dan jenis nutrient yng
dibutuhkan

Resiko Luka Setelah dilakukan tindakan I.14543


Tekan b.d riwayat keperawatan selama 1x24 jam
luka tekan d.d diharapkan Integritas kulit dan Pencegahan Luka Tekan
Nyeri pada kaki jaringan meningkat. Observasi :
D.0144 Dengan kriteria hasil : 1. Periksa luka tekan dengn
1. Kerusakan jaringan mengunakan skala
dari meningkat 2. Periksa adanya luka tekan
menjadi menurun

29
2. Kerusakan lapisan sebelumnya
kulit dari meningkat 3. Monitor suhu kulit yang
menjadi menurun tertekan
3. Nyeri dari meningkat 4. Monitor berat badan dan
menjadi menurun perubahannya
4. Kemerhan dari 5. Monitor ketat area yang
meningkat menjadi memerah
menurn 6. Monitor kulit di atas
tonjolan tulang atau titik
L.14125 tekan saat mengubah posisi
7. Monitor sumber tekanan dan
gesekan
8. Monitor mobilitas dan
altivitas individu

Terapeutik :

1. Keringkan daerah kulit yang


lembab akibat
keringat,cairan luka,dan
inkontinensialvekal/ Urine
2. Gunaka barrier seperti
lution/bantalan penyebab air
3. Buat jadwal perubahan posisi
4. Jaga spry tetap kering,bersih
dan tidak ada kerutan /
lipatan
5. Patikan asupan makanan
yang cukup terutama
protein,Vitamin B dan C, Zat
Besi, dan Kalori.

Edukasi :

1. Jelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit
2. Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
kerusakan kulit
3. Ajarkan cara merawat kulit

30
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Catatan Perkembangan 1

N Hari/ Diagnose Ja Implementasi Evaluasi


o. tanggal m

1. Senin, 21 Ketidakstabila 08.1 1. Mengidentifikasi S:


Maret n kadar 5 kemungkinan
2022 glukosa darah penyebab  Klien
b.d gangguan hiperglikemia mengatakan
toleransi 2. Mengidentifikasi badan tidak
08.2
glukosa darah situasi yang merasa lemah
0
d.d tampak menyebabkan lagi
lelah kebutuhan insulin  Klien
meningkat (mis. mengatakan
Penyakit kambuhan) tidak terlalu
3. Memonitor kadar merasa haus
glukosa darah lagi
4. Memonitor intake  Klien
08.2 dan output cairan mengatakan
5 5. memberikan asupan tidak Sering
cairan oral buang air kecil
6. mengkonsultasi lagi
08.3 dengan medis jika
O:
tanda dan gejala

31
0 hiperglikemia tetap  Klien tampak
ada atau memburuk tenang
7. memfasilitasi  Wajah klien
08.3 ambulasi jika ada tampak lebih
5 hipotensi ortostatik cerah
8. menganjurkan
menghindari A:

08.4 olahraga saat kadar Masalah belum


0 glukosa darah labih teratasi
dari 250 mg/dl
9. menganjurkan
monitor kadar
P: lanjutkan intervensi
glukosa darah secara
mandiri Manajemen
10. menganjurkan Hiperglikemia
08.4 kepatuhan terhadap
5 diet dan olahraga
11. mengajarkan
indikasi dan
pentingnya
08.5 pengujian keton
5 urine
12. melakukan
kolaborasi
pemberian insulin
13. melakukan
kolaborasi
pemberian cairan IV
09.1
14. melakukan
0
kolaborasi
pemberian kalium

09.2
0

09.3
0

32
09.4
5

14.1
0

14.1
5

2. Senin, 21 Nyeri kronis 14.2 1. mengidentifikasi S:


Maret b.d kondisi 5 lokasi, karakteristik,
2022 musculoskelet frekuensi, kualitas,  Klien
al kronis d.d intensitas nyeri mengatakan
terasa nyeri 2. mengidentifikasi sudah dapat
skala nyeri melakukan
3. mengidentifikasi aktivitas
factor yang secara mandiri
14.3
memperberat dan karena nyeri
5
memperingan nyeri pada kaki
14.4 4. memonitor sudah
0 keberhasilan terapi berkurang
komplementer yang O:
sudah diberikan
5. memonitor efek  Klien tampak
samping penggunaan lebih tenang
analgetik  Skala nyeri 3
14.4 6. memberikan teknik
nonfarmakologis A:
5
untuk mengurangi Masalah belum
rasa nyeri teratasi
7. mengontrol
lingkungan yang P:

33
15.0 memperberat rasa Lanjutkan intervensi
0 nyeri
8. memfasilitasi Manajemen Nyeri
istirahat dan tidur
9. menjelaskan
penyebab, periode,
15.1 dan pemicu nyeri
5 10. menjelaskan strategi
meredakan nyeri
11. menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
12. menganjurkan teknik
15.2 nonfarmakologis
5 untuk mengurangi
rasa nyeri
13. melakukan
15.3 kolaborasi
5 pemberian analgetik

15.4
5

15.5
5

16.0
5

16.1
5

34
16.2
0

3. Senin, 21 Defisit Nutrisi 16.2 1. Mengidentifikasi status S:


Maret b.d 5 Nutrisi
2022 Ketidakmamp 2. Mengidentifikasi makan  Klien
uan mencerna 16.3 yang disukai mengatan
makanan d.d 5 setelah makan
Mual muntah 3. Mengidentifikasi sudah tidak
kebutuhan kalori dan merasakan
16.4 jenis nutrient mual muntah
5 lagi
 Klien
4. Memonitor asupan mengatakan
makanan nafsu makan
5. Memonitor berat badan meningkat
16.5 6. Memonitor hasil
5 pemeriksaan O:
laboraturium  Klien tampak
17.0
7. Melakukan oral hygeni tidak lemas
0
sebelum makan lagi
8. Menyajikan makanan  Berat badan
secara menarik dan suhu
17.1 klien tampak
ang sesuai membaik
5
9. Memberikan makanan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
17.3 10. Memberikan makanan
0 tinggi kalori da tinggi A:
protein
17.4 Masalah belum
11. Memberikan suplemen
0 teratasi
makanan
12. Menganjurkan posisi P:
duduk
13. Menganjurkan diet yang

35
17.5 diprogramkan Lanjutkan intevensi
0 14. Melakukan Kolaborasi
pemberian medikasi Manajemen Nutrisi
suplai makan ( Pereda
18.0 Nyeri)
0 15. Melakuakan Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentuka jumlah kalori
18.1 dan jenis nutrient yng
0 dibutuhkan

18.2
5

18.3
5

19.0
0

19.3
0

4. Selasa,22 Resiko Luka 08.1 1. Memeriksa luka tekan S:


Maret Tekan b.d 0 dengn mengunakan
2022 riwayat luka skala  Klien
2. Memeriksa adanya luka mengatakan
tekan d.d
tekan sebelumnya dapat
Nyeri pada 18.2 3. Memonitor suhu kulit
kaki melakukan
0 yang tertekan
aktivitas
4. Memonitor berat badan
D.0144 dan perubahannya secara mandiri
5. Memonitor ketat area karena nyeri
18.3 yang memerah pada kaki
0 6. Memonitor kulit di atas sudah
tonjolan tulang atau berkurang
18.4 titik tekan saat
0 mengubah posisi
7. Memonitor sumber

36
tekanan dan gesekan O:
8. Memonitor mobilitas
18.5 dan altivitas individu  Klien tampak
0 9. Mengeringkan daerah tidak lesu lagi
kulit yang lembab  Klien tampak
19.0 akibat keringat,cairan
lebih tenang
0 luka,dan
inkontinensialvekal/  Kulit di bagian
Urine kaki sudah
10. Mengunaka barrier tidak memerah
seperti lution/bantalan lagi
19.1 penyebab air
11. Membuat jadwal A:
5
perubahan posisi
12. Menjaga spry tetap Masalah belum
kering,bersih dan tidak teratasi
19.2 ada kerutan / lipatan
P:
5 13. Memastikan asupan
makanan yang cukup Lanjutkan intevensi
terutama
19.3 protein,Vitamin B dan Pencegahan Luka
5 C, Zat Besi, dan Kalori. Tekan
14. Menjelaskan tanda-
tanda kerusakan kulit
15. Menganjurkan melapor
jika menemukan tanda-
tanda kerusakan kulit
19.4 16. Mengajarkan cara
5 merawat kulit

19.5
0

20.0
0

20.2
0

37
20.3
0

20.3
5

20.4
5

BAB 4

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Tn .A dengan
Diabetes Melitus di Rumah Sakit tahun 2022 pada tanggal 21 Maret 2022 dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
2. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus didapatakan 3
diagnosa ditinjauan kasus,yaitu
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d
tampak lelah
b. Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis d.d terasa nyeri
c. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas d.d dibantu keluarga
3. Perencanaan asuhan keperawatan

38
Pada perencanaan asuhan keperawatan pasienn dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit tahun 2022 semua perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Tujuan
yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus yaitu 113 agar
gula darah membaik, nyeri berkurang , intoleransi aktivitas membaik
4. Implementasi
Pada Implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit tahun 2022 hampir semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana
tindakan yang tidak lakukan tetapi dilakukan oleh perawat ruangan tersebut.
5. Evaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit tahun 2022 dapat
dilakukan dengan baik.

1.2 Saran
Setelah membaca makalah asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnose
Diabetes Melitus para pembaca lebih memperhatikan pola makan terutama pada makanan
dan minuman yang banyak mengandung gula yang tinggi.

39
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes bacic.
Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.
PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta :PERKERNI.
Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai