Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Masalah Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus”. Penyakit Diabetes
Melitus.Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.Dan juga berterima kasih atas
beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. 3
B. 3
C. 4
BAB II 3
TINJAUAN TEORI 3
A. 5
B. 5
C. 7
D. 9
E. 11
F. 12
G. 14
H. 15
I. 15
J. 16
BAB III 32
PENUTUP 32
Kesimpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
3
5. Untuk menegtahui patoflowdiagram dari diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dari penyakit diabetes
mellitus
9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari diabetes mellitus
10. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar keperawatan yang meliputi:
a) Pengkajian
b) Diagnosa
c) Intervensi
11. Dapat memberikan contoh studi kasus singkat dari diabetes mellitus.
C. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, penulis
membagi dalam tiga bab, yaitu :
BAB I :Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
Konsep dasar yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis, komplikasi.
BAB III : Penutup yang meliputi : kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus
klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai
akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam
lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke
darah.
➢ Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
● Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam
lekukan duodenum.
● Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra
lumbalis pertama.
● Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
5
● Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta
yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi
insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
6
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b) Mengurangi konsentrasi gula darah
c) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :
meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil
mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a) Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b) Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek
yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu
penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70
mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
C. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang
mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
7
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan
cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik), risiko
menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan usiadan berat yang
sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1,
penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing memberi
kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan. (Robbins, 2007, hlm.
67).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya
pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga
akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
8
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.( Smeltzer and Bare,1996, hlm. 610).
D. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
b. Diabetes tipe II
9
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
10
E. PATHWAY
11
Risiko
infeksi
Defisit nutrisi
Perfusi
perifer
tidak
Hipovol efektif
emia
Nepropati
Nyeri akut
Resiko cidera
Gangguan integritas
kulit / jaringan
12
nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semuadialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan
memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe
1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
13
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena.
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya
sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Untuk
memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan antara uji diagnostic
DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan untuk mereka yang menunjukan gejala
atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak
bergejala tetapi memilliki resiko DM.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk DM,
yaitu :
14
Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan:
● Glukosa darah sewaktu
● Kadar Glukosa darah puasa
● Tes Toleransi Glukosa
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985)
1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa
dilakukan
2) puasa semalam, selama 10-12 jam
3) kadar glukosa darah puasa diperiksa
4) diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam a250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
5) diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek
yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
15
1) Akut
● Hipoglikemia dan hiperglikemia
● Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
● Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
● Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
● Neuropati diabetik
● Retinopati diabetik
● Nefropati diabetik
● Proteinuria
● Kelainan koroner
● Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
Nama : Tn.P
Umur : 76 th
Alamat : Malang
No. Telp:-
C. Struktur Keluarga
D. Fungsi Keluarga
5 An. I 13 th P cucu SD SD
18
6. An. A 6 th P cucu Belum -
sekolah
Tipe keluarga:
Keluarga inti
Keluarga besar √
Keluarga campuran
Single parent
19
Merokok ya tidak √
H. Spiritual:
I. Psikososial
- Marah ya tidak √
- Sedih ya tidak √
- Ketakutan ya tidak √
- Stres ya tidak √
Obesitas ya tidak √
K. Pemeriksaan fisik
- colesterol: 200mg/dl
21
Keadaan umum: baik lemah √
Bingung √ aritmia ×
Menarik diri×
22
Jaundice × retensi × ROM kurang ×
Mukosa mulut ×
Lebih 2 dtk
Keterangan: terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1 cm, ulkus
grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna putih
Diare ×
Konstipasi ×
Bising usus ×
Terpasang sonde ×
23
Riwayat pengobatan
L. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari – hari dengan memberikan tanda √ pada kolom yang sesuai
M. Pengkajian lingkungan
3. Lanati: (1) semen (2) tegel (3) keramik √ (4) tanah (5) lainnya
24
4. Kebersihan rumah: (1) baik √ (2) kurang
5. Jenis bangunan: (1) permanen √ (2) semi permanen (3) non permanent
ANALISA DATA
Do :
Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan penyakit kronis
25
Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
Jumlah 4 2/3
26
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan Rencana tindakan
kriteria hasil
1 Resiko tinggi Tujuan umum: 1. Ajarkan pada keluarga dank lien tentang tanda-tanda
terhadap infeksi infeksi
Setelah dilakukan
(sepsis)
tindakan 2. Libatkan keluarga pasien pada tindakan rawat luka
berhubungan
keperawatan, tidak
dengan dengan 3. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu
terjadi perluasan
kurangnya menjaga kebersihan diri selama perawatan.
luka di kaki Tn. P,
pengetahuan
dengan 4. Anjurkan pada keluarga dan klien untuk ganti perban
keluarga tentang
tiap hari.
cara Kriteria hasil :
perawatan anggota
· Keluarga dan
keluarga dengan
klien dapat
Diabetes Melitus.
menyebutkan tanda
dan gejala
meluasnya luka
infeksi di kaki Tn. P
· Keluarga dapat
menyebutkan cara
pencegahan infeksi
pada luka di kaki Tn.
P
· Keluarga dapat
memahami cara
merawat anggota
keluarga dengan DM
- Keluarga dapat
menyebutkan 5
tanda-tanda infeksi
27
· Nyeri
· Rasa panas
· Bengkak
· Kemerahan
· Perubahan fungsi
jringan, jika sudah
parah akan disertai
pus
- Keluarga dapat
menyebutkan cara
pencegahan infeksi
pada luka di kaki Tn.
P
- Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga dengan DM
secara benar
28
ANALISA DATA
DO:
Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih
baik
29
No Kriteria Perhitungan Skor Rasional
mudah
Jumlah 4 1/3
30
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan kriteria hasil Rencana tindakan
31
ANALISA DATA
DO:
32
NO Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Total 4 1/2
33
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan kriteria hasil Rencana tindakan
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dengan melihat garis keturunan kita harus waspada karena tidak 100 persen muncul penyakit
itu, kemungkinan kita sebagai pembawa sifat/gen kemungkinan yang kena anak kita dst. Gejala atau
symptom Diabetes Mellitus, atau Kencing Manis antara lain; Obesitas/Kegemukan, sering
kencing/polyuria, banyak berkeringat, berat badan menurun drastis, selalu merasa lapar dan
haus/polydipsia, lesu, dan kalau luka sulit sembuh.
B. Saran
a. Meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus khususnya melalui buku-
buku sumber dan literature-literatur.
b. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan
Diabetas Mellitus.
35
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/utikdesyp/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
diabetes-mellitus-tipe-2
36