Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Home Care Nursing

Dosen Pembimbing : Ns. Grace Carol Sipasulta M.Kep Sp.Mat

Disusun oleh:

1. Aprilliani Salamatussadiyah ( P07220117043 )


2. Hary Handhika Pratama ( P07220117051 )
3. Ratu Alkhar Sahbana Putri ( P07220117068 )
4. Rusdiyati ( P07220116114 )
5. Tiara Rizki Fitriani ( P07220117076 )

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Masalah Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus”. Penyakit Diabetes
Melitus.Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.Dan juga berterima kasih atas
beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 13 Agustus 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. 3
B. 3
C. 4
BAB II 3
TINJAUAN TEORI 3
A. 5
B. 5
C. 7
D. 9
E. 11
F. 12
G. 14
H. 15
I. 15
J. 16
BAB III 32
PENUTUP 32
Kesimpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA iii

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus


atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebenarnya Diabetes
merupakan penyakit keturunan atau bawaan Gen. Bila orang tua kita menderita
Diabetes kemungkinan besar kita akan menderita Diabetes juga. Jadi dengan
melihat garis keturunan kita harus waspada karena tidak 100 persen muncul
penyakit itu, kemungkinan kita sebagai pembawa sifat/gen kemungkinan yang
kena anak kita dst. Gejala atau symptom Diabetes Mellitus, atau Kencing Manis
antara lain; Obesitas/Kegemukan, sering kencing/polyuria, banyak berkeringat,
berat badan menurun drastis, selalu merasa lapar dan haus/polydipsia, lesu, dan
kalau luka sulit sembuh.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes mellitus


2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi yang berhubungan dengan diabetes
mellitus
3. Untuk mengetahui etiologi dari diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi yang berhubungan dengan diabetes mellitus

3
5. Untuk menegtahui patoflowdiagram dari diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dari penyakit diabetes
mellitus
9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari diabetes mellitus
10. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar keperawatan yang meliputi:
a) Pengkajian
b) Diagnosa
c) Intervensi
11. Dapat memberikan contoh studi kasus singkat dari diabetes mellitus.

C. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, penulis
membagi dalam tiga bab, yaitu :

BAB I :Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis meliputi :

Konsep dasar yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis, komplikasi.

Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa keperawatan,


dan Intervensi. Serta studi kasus singkat

BAB III : Penutup yang meliputi : kesimpulan, saran dan daftar pustaka.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus
klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai
akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan glukosa untuk masuk ke jaringan dari pembuluh
darah sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan sekresi glukosa melalui urine.
Pada penderita diabetes akan terjadi beberapa komplikasi jangka panjang seperti retinopati,
nefropati, neuropati, penyakit kardiovaskular, peningkatan terjadinya infeksi dan penyembuhan luka yang
lama.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam
lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke
darah.
➢ Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
● Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam
lekukan duodenum.
● Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra
lumbalis pertama.
● Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.

➢ Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :


● Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

5
● Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta
yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi
insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

➢ Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :


● Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi
enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan
polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
● Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu
kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak
mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke
dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon
penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri
dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin
diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang
sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah
makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan
kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glukagon.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus
adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar
adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga
membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.

6
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b) Mengurangi konsentrasi gula darah
c) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :
meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil
mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a) Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b) Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek
yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu
penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70
mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

C. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :

1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus /IDDM )

Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
disebabkan oleh :

a. Faktor genetik

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang
mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor Imunologi

7
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.

2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :

a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan
cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).

b. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan


berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena
peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang
terlalu banyak.(Sujono & Sukarmin, 2008, hlm.73).

c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik), risiko
menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan usiadan berat yang
sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1,
penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing memberi
kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan. (Robbins, 2007, hlm.
67).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya
pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga
akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
8
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.( Smeltzer and Bare,1996, hlm. 610).

D. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

b. Diabetes tipe II
9
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

10
E. PATHWAY

11
Risiko
infeksi

Defisit nutrisi
Perfusi
perifer
tidak
Hipovol efektif
emia

Nepropati

Nyeri akut

Resiko cidera

Gangguan integritas
kulit / jaringan

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai

12
nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semuadialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan
memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe
1.

Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral

13
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena.
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya
sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Untuk
memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan antara uji diagnostic
DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan untuk mereka yang menunjukan gejala
atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak
bergejala tetapi memilliki resiko DM.

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk DM,
yaitu :

1. kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )


2. kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)
3. tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4. riwayat keluarga DM
5. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. riwayat DM pada kehamilan
7. dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
8. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)

14
Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan:
● Glukosa darah sewaktu
● Kadar Glukosa darah puasa
● Tes Toleransi Glukosa
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah


sewaktu

Plasma vena < 100 100-200 >200

Darah kapiler <80 80-200 >200

Kadar glukosa darah


puasa

Plasma vena <110 110-120 >126

Darah Kapiler <90 90-100 >100

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985)
1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa
dilakukan
2) puasa semalam, selama 10-12 jam
3) kadar glukosa darah puasa diperiksa
4) diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam a250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
5) diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek
yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah

15
1) Akut
● Hipoglikemia dan hiperglikemia
● Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
● Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
● Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
● Neuropati diabetik
● Retinopati diabetik
● Nefropati diabetik
● Proteinuria
● Kelainan koroner
● Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

1) Grade 0 : tidak ada luka


2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.

J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Identitas klien / keluarga:

Nama : Tn.P

Umur : 76 th

Jenis kelamin : laki-laki


16
Suku : Jawa

Alamat : Malang

No. Telp:-

B. Riwayat Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga:

1. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.

2. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga.

3. Berperan sebagai suami istri, kakek nenek.

Dapat dijalankan: √ tidak dapat dijalankan

Bila tidak dijalankan, sebutkan:

C. Struktur Keluarga

Pola komunikasi: baik √ Disfungsional

Peran dalam keluarga: tidak ada masalah √ ada masalah

Pengambilan keputusan: tidak ada masalah √ ada masalah

Nilai / norma keluarga: tidak ada konflik nilai √ ada konflik

D. Fungsi Keluarga

Fungsi afektif: berfungsi√ tidak berfungsi

Fungsi sosial: berfungsi√ tidak berfungsi

Fungsi ekonomi: baik √ kurang baik


17
Fungsi keperawatan kesehatan:

- Pengetahuan tentang masalah kes : kurang baik

- Pencegahan penyakit : kurang baik

- Perawatan penyakit : kurang baik

- Pemanfaatan layanan kesehatan : cukup baik

E. Pola koping keluarga

Efektif √ tidak efektif

Stessor yang dihadapi keluarga:

Kondisi kesehatan Tn. P yang buruk

Daftar anggota keluarga

No Nama Umur Gender (L/P) Hubungan dg Pendidikan Pekerjaan


(inisial) KK

1 Tn. P 76 th L ayah SMA Pensiunan


PNS

2 Ny. S 69 th P ibu SR/SD IRT

3 Sdr. MS 42 th L anak SMA Swasta

4 Sdr.I 34 th P menantu SMA IRT

5 An. I 13 th P cucu SD SD

18
6. An. A 6 th P cucu Belum -
sekolah

Tipe keluarga:

Keluarga inti

Keluarga besar √

Keluarga campuran

Single parent

F. Pola aktifitas sehari – sehari

Pola makan baik kurang √

Pola minum baik √ kurang

Istirahat baik √ kurang

Pola BAK baik kurang √

Pola BAB baik √ kurang

Pola Kebersihan diri baik √ kurang

Olahraga baik kurang √

Tingkat kemandirian baik kurang √

G. Perilaku Tidak Sehat

19
Merokok ya tidak √

Minum kopi ya tidak √

Mengkonsumsi garam berlebih ya tidak √

Mengkonsumsi gula berlebih ya tidak √

Minum beralkohol / obat ya tidak √

Dan zat adiktif ya tidak √

Sarana kesehatan yang digunakan: puskesmas pembantu

Keluhan utama yang dirasakan: nyeri

H. Spiritual:

Taat beribadah ya √ tidak

Kepercayaan yang berlawanandengan kesehatan ya tidak √

Distress spiritual ya tidak √

I. Psikososial

Keadaan emosi pada saat ini:

- Marah ya tidak √

- Sedih ya tidak √

- Ketakutan ya tidak √

- Putus asa ya tidak √

- Stres ya tidak √

Kurang interaksi dengan orang lain ya tidak √


20
Menarik diri dengan lingkungan ya tidak √

Konflik dengan keluarga ya tidak √

Penurunan harga diri ya tidak √

Gangguan gambaran diri ya tidak √

J. Faktor resiko masalah kesehatan:

Tidak pernah / jarang periksa kesehatan ya tidak √

Sosial ekonomi kurang ya tidak √

Rumah / lingkungan tidak sehat ya tidak √

Hubungan keluarga tidak harmonis ya tidak √

Obesitas ya tidak √

Status gizi kurang ya tidak √

K. Pemeriksaan fisik

Tanda vital: pemeriksaan laboratorium

TD: 130/80 mmHg RR:20×/menit - gula darah / 2 jam pp / acak:

nadi: 80×/menit Gula darah sewaktu 312 mg/dl

suhu: 36,5°C Gula darah 2 JPP 264 mg/dl

BB dan TB: 160 cm / 46 kg Gula darah puasa 152 mg/ dl

Keterangan: BB klien turun 4 kg sejak Glukosa urine 2 JPP ++++


30 hari yang lalu
- Hb:-
Indeks masa tubuh: 19,8
- kadar asam urat:-

- colesterol: 200mg/dl

21
Keadaan umum: baik lemah √

Status mental sistem kardiovaskuler

Bingung √ aritmia ×

Cemas √ nyeri dada ×

Stres × ditensi vena jugularis ×

Depresi× jantung berdebar ×

Menarik diri×

Nyeri spesifik sistem pernafasan

Lokasi : tumit kaki stridor ×

Tipe : seperti ditusuk-tusuk wheezing ×

Durasi : ±10 menit ronchi ×

Intensitas: sewaktu-waktu akumulasi sputum ×

Sistem integument sistem perkemihan sistem muskuloskletal

Cianosi× disuria × tonus otot kurang ×

Akral dingin × hematuria × paralisis ×

Diaporesis × frekuensi ± 6×/ hari hemiparesis ×

22
Jaundice × retensi × ROM kurang ×

Luka √ inkontinensia × gangg. Keseimbangan √

Mukosa mulut ×

Lebih 2 dtk

Kapiler refil time √

Keterangan: terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1 cm, ulkus
grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna putih

Sistem pencernaan sistem persyarafan

Intake cairan kurang × nyeri kepala ×

Mual / muntah × pusing ×

Nyeri perut × tremor ×

Muntah darah × reflek pupil anisokor ×

Flatus √ paralisis: lengan kiri / kanan / kaki kiri /


kaki kanan ×
Distensi abdomen ×
anestesi daerah perifer ×
Colostomy ×

Diare ×

Konstipasi ×

Bising usus ×

Terpasang sonde ×

23
Riwayat pengobatan

Alergi obat × sebutkan: -

Jenis obat yang dikonsumsi: injeksi actrapid 8 u

L. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari – hari dengan memberikan tanda √ pada kolom yang sesuai

No Jenis kegiatan sehari - hari mandiri Dengan


bantuan

1 Makan & minum √

2 Berpindah dari kursi ke tempat tidur dan sebaliknya √

3 Kebersihan diri, cuci muka, menyisir, nebcukur, dan √


aktifitas kamar mandi

4 Berjalan dijalan yang datar √

5 Naik turun tangga √

6 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu √

7 Mengontrol buang air besar √

8 Mengontrol buang air kecil √

9 Olahraga / latihan fisik √

M. Pengkajian lingkungan

1. Ventilasi: (1) < 10 % luas lantai (2) 10 % luas lantau √

2. Pencahayaan: (!) baik √ (2) kurang

3. Lanati: (1) semen (2) tegel (3) keramik √ (4) tanah (5) lainnya

24
4. Kebersihan rumah: (1) baik √ (2) kurang

5. Jenis bangunan: (1) permanen √ (2) semi permanen (3) non permanent

ANALISA DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN

Ds : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan


dengan penyakit kronis
Keluarga mengatakan bingung memikirkan Tn. P,
karena sejak 3 bulan yang lalu Tn. P dinyatakan positif
menderita DM

Keluarga mengatakan 3 minggu yang lalu tumit Tn.


P sebelah kiri terdapat luka dan belum sembuh.

Do :

terdapat luka di jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2


cm , kedalaman 1 cm, ulkus grade 1, tampak jaringan
nekrotik berwarna putih

Gula darah sewaktu 312 mg/dl

Gula darah 2 JPP 264 mg/dl

Gula darah puasa 152 mg/ dl

Glukosa urine 2 JPP ++++

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan penyakit kronis

25
Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

Sifat masalah : Luka pada penderita DM bila tidak


1 2/ 3 x 1= 2/3 dirawat dengan baik dan benar akan
resiko
menjadi infeksi yang meluas

Kemungkinan masalah dapat Keluarga punya keingintahuan yang


diiubah : besar tentang cara merawat anggota
2 2 / 2 x 2= 2 keluarga dengan DM dan
mudah
keluarga mempunyai sumber dana
untuk perawatan DM

Potensial masalah untuk Keingintahuan keluarga yang besar


dicegah : untuk mengetahui cara
1 3/ 3 x 1= 1
merawat anggota keluarga dengan
Tinggi: 3
DM

Menonjolnya masalah : Keluarga menyadari adanya


masalah tetapi kurang menyadari
Masalah dirasakan dan harus 1 2/2 x 1 = 1
dampak bila anggota keluarga yang
ditangani
sakit tidak dirawat dengan benar

Jumlah 4 2/3

26
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan Rencana tindakan
kriteria hasil

1 Resiko tinggi Tujuan umum: 1. Ajarkan pada keluarga dank lien tentang tanda-tanda
terhadap infeksi infeksi
Setelah dilakukan
(sepsis)
tindakan 2. Libatkan keluarga pasien pada tindakan rawat luka
berhubungan
keperawatan, tidak
dengan dengan 3. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu
terjadi perluasan
kurangnya menjaga kebersihan diri selama perawatan.
luka di kaki Tn. P,
pengetahuan
dengan 4. Anjurkan pada keluarga dan klien untuk ganti perban
keluarga tentang
tiap hari.
cara Kriteria hasil :
perawatan anggota
· Keluarga dan
keluarga dengan
klien dapat
Diabetes Melitus.
menyebutkan tanda
dan gejala
meluasnya luka
infeksi di kaki Tn. P

· Keluarga dapat
menyebutkan cara
pencegahan infeksi
pada luka di kaki Tn.
P

· Keluarga dapat
memahami cara
merawat anggota
keluarga dengan DM

- Keluarga dapat
menyebutkan 5
tanda-tanda infeksi

27
· Nyeri

· Rasa panas

· Bengkak

· Kemerahan

· Perubahan fungsi
jringan, jika sudah
parah akan disertai
pus

- Keluarga dapat
menyebutkan cara
pencegahan infeksi
pada luka di kaki Tn.
P

- Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga dengan DM
secara benar

28
ANALISA DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS: Perilaku mencari bantuan kesehatan


berhubungan dengan keinginan untuk
· Tn. P mengatakan tidak mau penyakitnya
mencapai kesehatan yang lebih baik
mengalami komplikasi yang semakin parah

· Keluarga Tn. P mengatakan ingin Tn. P


segera sembuh

· Keluarga Tn. P ingin tahu cara


menurunkan kadar gula darahnya yang tinggi

DO:

· Keluarga Tn. P bertanya tentang diit untuk


menurunkan kadar gula darah

· Keluarga Tn. P terlihat semangat


mendengarkan penjelasan dari petugas
kesehatan

Hasil cek gula darah Tn. P

· Gula darah sewaktu 312 mg/dl

· Gula darah 2 JPP 264 mg/dl

· Gula darah puasa 152 mg/ dl

· Glukosa urine 2 JPP ++++

Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih
baik

29
No Kriteria Perhitungan Skor Rasional

1. Sifat masalah 1/3 X 1 1/3 Keluarga dan Tn.S ingin keluarganya


sehat
Potensial

2. Kemungkinan 2/2 X 2 2 Karena keinginan dan kesadaran dari


masalah dapat keluarga sendiri
diubah

mudah

3. Potensi 3/3 X 1 1 Masalah cepat teratasi karena keluarga


pencegahan yang menginginkan perubahan tanpa
paksaan
Tinggi

4. Menonjolnya 2/2 X 1 1 Masalah harus segera di tangani untuk


masalah itu keluarga menyadari untuk cepat
mengambil keputusan untuk perubahan
Segera di tangani
yang lebih baik

Jumlah 4 1/3

30
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan kriteria hasil Rencana tindakan

1 Perilaku mencari Tujuan umum: 1. Jelaskan pada klien dan keluarga


pertolongan tentang program diet dan pola makan
Setelah dilakukan tindakan
kesehatan pasien dan bandingkan dengan makanan
keperawatan diharapkan
berhubungan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
kesehatan klien semakin
dengan
baik,dengan 2. Libatkan keluarga pasien pada
keinginan untuk
perencanaan makan sesuai indikasi.
mencapai Kriteria hasil :
kesehatan yang 3. Berikan pengobatan insulin
· Keluarga dan klien mematuhi
lebih baik secara teratur sesuai indikasi dan
diit untuk penyakit DM
ajarkan pada klien dan keluarga cara
· Kadar gula darah klien dalam melakukan injeksi insulin yang benar
batas normal <200 mg/dl
4. Ajarkan senam kaki diabetic
· Keluarga rajin memeriksakan pada klien
anggota keluarga yang sakit ke
5. Motivasi keluarga untuk
layanan kesehatan terdekat
mematuhi diit dan pengobatan.
- Keluarga dapat menyebutkan
diit untuk penyakit diabetes
melitus

- Keluarga mengatakan bersedia


untuk membawa anggota
keluarganaya yang sakit ke
layanan kesehatan terdekat secara
rutin

- Kesehatan klien semakin baik


tidak mengalami komplikasi
mikrovaskuler ataupun
makrovaskuler

31
ANALISA DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS: Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurang terpapar informasi
· Keluarga mengatakan tidak tahu secara
pasti apa gejala penyakit DM

· Keluarga mengatakan tidak tahu secara


pasti penyebab penyakit DM, dan cara
pencegahan komplikasinya

DO:

· Keluarga tidak mampu menjelaskan


tentang pengertian dan gejala penyakit stroke

· tampak bingung ketika ditanya tentang


sebab dan cara pencegahan komplikasinya

hasil cek gula darah anggota keluarga

· Gula darah sewaktu 312 mg/dl

· Gula darah 2 JPP 264 mg/dl

· Gula darah puasa 152 mg/ dl

· Glukosa urine 2 JPP ++++

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

32
NO Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1 Sifat Masalah (3/3)x1 1 Masalah ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah DM sudah
aktual
disadari dan dirasakan oleh keluarga
Tn. P

2 Kemungkinan masalah (2/2)x2 2 Keluarga kurang mengerti masalah


untuk diubah tetapi bersedia untuk diberikan
penyuluhan
mudah

3 Potensi masalah untuk (3/3)x1 1 Keingintahuan keluarga Tn.P sangat


diubah tinggi untuk mengenal masalah
penyakit DM
tinggi

4 Menonjolnya masalah (1/2)x1 1/2 Keluarga menyadari akan masalah

Total 4 1/2

33
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan kriteria hasil Rencana tindakan

1 Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada keluarga


keluarga keperawatan diharapkan keluarga tentang
mengenal masalah dan klien mampu mengenal
a. Pengertian DM
DM yang terjadi masalah DM yang terjadi pada
pada keluarga keluarga dengan b. Gejala DM
berhubungan
Kriteria hasil : c. Penyebab DM
dengan kurangnya
pengetahuan · Keluarga mampu menyebutkan d. Cara pencegahan
keluarga tentang pengertian penyakit DM komplikasi dari
arti, gejala, DM
· Keluarga mampu menyebutkan
penyebab dan cara
gejala penyakit DM 2. Kaji ulang tentang informasi
pencegahan
yang telah dijelaskan
komplikasinya · Keluarga mampu menyebutkan
penyebab penyakit DM 3. Berikan reinforcement positif
pada keluarga
· Keluarga mampu menyebutkan
cara pencegahan komplikasi
penyakit DM

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dengan melihat garis keturunan kita harus waspada karena tidak 100 persen muncul penyakit
itu, kemungkinan kita sebagai pembawa sifat/gen kemungkinan yang kena anak kita dst. Gejala atau
symptom Diabetes Mellitus, atau Kencing Manis antara lain; Obesitas/Kegemukan, sering
kencing/polyuria, banyak berkeringat, berat badan menurun drastis, selalu merasa lapar dan
haus/polydipsia, lesu, dan kalau luka sulit sembuh.

B. Saran
a. Meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus khususnya melalui buku-
buku sumber dan literature-literatur.
b. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan
Diabetas Mellitus.

35
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Nur. 2012. Askep Fraktur. http://mocos-87.blogspot.com/p/askep-


DIABETES_16.html

Blogspot. 2014. Makalah askep diabetes mellitus. http://iskandar-al-


jaya.blogspot.co.id/2014/11/makalah-askep-diabetes-melitus.html

Blogspot. 2011. Askep diabetes mellitus.http://prwobany.blogspot.co.id/2011/10/askep-


diabetes-melitus.html

https://www.slideshare.net/utikdesyp/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
diabetes-mellitus-tipe-2

Tim POKJA SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

36

Anda mungkin juga menyukai