Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

DIABETES MELITUS

AOLEH :

KELOMPOK 1

RESTI

EVI WIJAYANTI

FITRIANTI YANTO

ULFA RASMAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

T.A. 2021/202
KATAPENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Diabetes Mellitus” dengan lancar. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen, yang
telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat tersampaikan
dengan lancar.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Makassar,08 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………

A. DEFINISI…………………………………………………………………………
B. GEJALA…….........................................................................
C. ANATOMI FISIOLOGI…………………………………………………………..
D. KLARIFIKASI DM……………..………………………………………………..
E. ETIOLOGI……………………………………………………………………….
F. PATOFISIOLOGI………………………………………………………………..
G. MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………….
H. KLARIFIKASI……………………………………………………………………
I. KOMPLIKASI……………………………………………………………………
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………………
K. PENATALAKSANAAN…………………………………………………………
L. PERAWATAN PALIATIF……………………………………………………….
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………………………………

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN …………………………………………………

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak
dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001). Diabetes
Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO) Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF
Adam)

B. GEJALA

Menurut Wicak (2009) gejala umum yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes melitus
diantaranya :

1) Pengeluaran Urin (Poliuria)


Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala diabetes melitus
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup
untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala
pengeluaran urin yang dikeluarkan mengandung glukosa.
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
3) Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien Diabetes Melitus akan merasa cepat lapar, hal ini disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi.
4) Berkeringat banyak
Glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh tubuh melalui keringat
sehingga pada pasien Diabetes Melitus akan mudah berkeringat banyak.
5) Lesu
Pasien Diabetes Melitus akan mudah merasakan lesu. Hal ini disebabkan karena
pada glukosa dalam tubuh sudah banyak dibuang oleh tubuh melalui keringat atau
urin, sehingga tubuh merasa lesu dan mudah lelah.
6) Penyusutan Berat Badan
Penyusutan Berat Badan pada pasien Diabetes Melitus disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm,
mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada
vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin
terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala )
kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang 1dibentuk oleh duodenum dan 2 bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah
limpadengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus (Tambayong, 2001).

Fungsi pankreas ada 2 yaitu :

a. Fungsi eksorin yaitu Membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit
b. Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin. Pulau langerhansmanusia
mengandung tiga jenis sel utama,yaitu :
1) Sel-selA(alpha),memproduksi glukagon yang jumlahnya manjadi sekitar faktor 20-40
% hiperglikemik,suatuhormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
2) Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat insulin.
3) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang menghambat
pelepasan insulin dan glukagon . (Tambayong, 2001).

2. Fisiologi

Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan
adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui vena
porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena
porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi
menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar
berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan
mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat
penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan
merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim
fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka
glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan
yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa
hormon antara lain :

a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa
darah masuk kedalam sel.
1) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu mekanisme


counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.

D. KLASIFIKASI TIPE DM
1) Diabetes Mellitus tipe-1

Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh
untuk menghasilkan atau memproduksi insulin yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada
pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun
pada tubuh menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan tubuh. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Diabetes Mellitus tipe-1
sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit ini dapat berkembang pada orang dewasa.
(Kerner & Brückel, 2014)

2) Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling sering ditemukan di dunia. DM
Tipe 2 meliputi 90% hingga 95% dari semua populasi DM tipe 1, DM Tipe 2 disebut juga DM
tidak tergantung insulin yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis
yang paling umum dari diabetes mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari
fungsi sel-β Pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin dengan
baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang
cukup untuk mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada diabetes
mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang
cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang normal. (Kerner & Brückel, 2014)Beberapa
pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala
jenis ini dapat berkembang sedikit demi sedikit dan itu tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2
sering terjadi pada usia pertengahan dan orang tua, tetapi lebih umum untuk beberapa orang
obesitas yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. (Kerner & Brückel, 2014)

3) Diabetes Mellitus Gestational

Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada
wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan.Diabetes melitus gestational terjadi di sekitar 5–7% dari semua kasus pada kehamilan.
(Kerner & Brückel, 2014)

4) Diabetes Mellitus Tipe Lain

Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada kerja insulin, kelainan pada
sel- β, penyakit pancreas, endocrinopathies, infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga
sindroma penyakit lain.

E. ETIOLOGI

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.

b.Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c.Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang
dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
1. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) Secara pasti penyebab dari DM tipe II
ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik

F. PATOFISIOLOGI

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :

1. Diabetes tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

2.Diabetes tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat
gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut
angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh
darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya
lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,
kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras
pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal,
bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009)

G. MANIFESTASI KLINIS

1. Diabetes Tipe I
a) Hiperglikemia berpuasa
b) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c) Keletihan dan kelemahan
d) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah,ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)

H. KLASIFIKASI

Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu: Derajat
0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
seperti “ claw,callus “.

Derajat I: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang


Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

Derajat V: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

a. Diabetes Tipe 1, DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun).
Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai muncul.
Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian
besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses
autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan
sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi
usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
b. Diabetes Tipe 2, DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai
non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan
kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta.
Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
mengkompensasi insulin resistan. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin relatif. Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi
ini,yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah,
maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
c. DM Dalam Kehamilan, DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus GDM)
adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya
hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu
GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan
makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
d. Diabetes Tipe Lain, Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s ,
akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan
obat yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik
(Down’s, Klinefelter’s).

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
1. Komplikasi akutKomplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
a.Hipoglikemia.
b.Ketoasidosis diabetic (DKA)
c.Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).

2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Ulkus/gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

1 ) Grade 0 : tidak ada luka

2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4) Grade III: terjadi abses

5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

6) Grade V: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

3. Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan Yang terjadi Komplikasi


yg terkena

Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk Sirkulasi yg jelek menyebabkan


& atau sedang di jantung, menyumbat arteri berukuran
otak, bisa tungkai &penis besar penyembuhan luka yg jelek
dinding pembuluh darah kecil & menyebabkan penyakit penis.
mengalami kerusakan jantung, stroke, gangren kaki &
sehingga pembuluh tidak tangan,impoten dan infeksi.
dapat mentransfer oksigen
secara normal dan mengalami
kebocoran .

Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan & pada


pembuluh darah kecil retina akhirnya bias terjadi kebutaan.

Ginjal  Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal ginjal yg buruk


 Protein bocor ke dalam air
kemih Gagal ginjal
 Darah tidak disaring secara
normal

tidak dimetabolisir secara


normal

Saraf Kerusakan saraf karena o Kelemahan tungkai yg


glukosa tidak dimetabolisir terjadi secara tiba-tiba
secara normal dank arena atau& karena aliran darah
aliran darah berkurang berkurang secara
perlahan
o Berkurangnya
rasa,kesemutan & nyeri
di tangan & kaki
o Kerusakan saraf menahun

Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg naik-turun


otonom mengendalikan tekanan darah Kesulitan perubahan menelan
& saluran pencernaan fungsi & pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke Luka, infeksi dalam (ulkus yg
kulit & hilangnya rasa diabetikum)
menyebabkan cedera berulang Penyembuhan luka yg jelek

Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi, terutama


putih infeksi saluran kemih & kulit

4. Diabetes dengan Ulkus


a. Faktor endogen:
1) Neuropati: Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan
otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah,
produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati: Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia: Arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran
darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene
yang luas.

Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:


 Adanya hormone aterogeni
 Merokok
 Hiperlipidemia

Manifestasi kaki diabetes iskemia:

 Kaki dingin
 Nyeri nocturnal
 Tidak terabanya denyut nadi
 Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
 Kulit mengkilap
 Hilangnya rambut dari jari kaki
 Penebalan kuku
 Gangrene kecil atau luas.

b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasa
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

K. PENATALAKSANAAN
1. Medis :
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
 Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
 Kerja OAD tingkat resepto
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
 Biguanida pada tingkat prereseptor
 Ekstra pankreatik
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler

b.Insulin

1) Indikasi penggunaan insulin

a) DM tipe I

b)DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

c)DM kehamilan

d) DM dan gangguan faal hati yang berat

e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

f) DM dan TBC paru akut

g) DM dan koma lain pada DM


h) DM operasi

2) Insulin diperlukan pada keadaan :

a) Penurunan berat badan yang cepat.

b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

c) Ketoasidosis diabetik.

d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

2. Keperawatan

Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luku dengan mengompreskan ulkusdengan
larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi
yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.

a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.

(1) Diit DM I:1100 kalori

(2) Diit DM II:1300 kalori

(3) Diit DM III :1500 kalori

(4) Diit DM IV :1700 kalori

(5) Diit DM V : 1900 kalori

(6) Diit DM VI :2100 kalori


(7) Diit DM VII :2300 kalori

(8) Diit DM VIII :2500 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V :diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight
(BBR= berat badan normal) dengan rumus:

BB (Kg)

BBR = ------------------X 100 %

TB (cm) – 100

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %


2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) :BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila :BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedan :BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat :BBR 140 – 200 %
- Morbid :BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:

1) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari


2) Normal: BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk: BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas: BB X 10-15 kalori sehari

b.Latihan

Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan

Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan


pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.

d.Terapi (jika diperlukan)

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

e.Pendidikan

Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.

L. PERAWATAN PALIATIF

Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang menderita
penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara pendekatan dari sisi psikologis, psikososial,
mental serta spiritual pasien, sehingga membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman
ketika menjalani pengobatan

Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal dalam artian penyakit dm ini bukan merupakan proses kematian
namun kematian merupakan hal yang normal bagi semua orang yang memiliki penyakit
Diabetes Melitus ataupun tidak.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit Diabetes Melitus ini
tidak bisa dikaitkan dengn kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien dengan Diabetes
merasa tenang.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritua lagar pasien Diabetes Melitus merasa
tenang dalam proses penyembuhan.
5. Berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif sampai akhir hayatnya dengsn cara
memberi support dari keluarga dan perawat
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien dengan Diabetes
Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.

A. Contoh Perawatan Paliatif Yang Dapat di Terapkan Untuk Pasien DM :


1. Palliative home care
Pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien DM , oleh tenaga paliatif
dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif
2. Hospis Tempat dimana pasien dengan penyakit DM stadium tetrminal yang tidak dapat
dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit.
Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan
pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah
pasien sendiri
3. Hospice care Perawatan pasien DM dengan fase terminal (stadium akhir) dimana
pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan
meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek
bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice Home Care, 2011)

Dampak Pada Aspek Biologis, Psikologis, Sosial dan Spiritual Setelah Melakukan
Perawatan Paliatif Terhadap Pasien DM :
1. Aspek Biologis Dalam paradigma keperawatan sudah jelas bahwa profesi perawat
memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berespons
secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis dan
asuhan keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara holistik .
Aspek fisik atau biologis dimensi yang berkaitan dengan dunia di sekitar kita melalui
lima indera kita yang berpengaruh menyebabkan Diabetes Melitus. Menurut Center for
Diseas Control and Prevention (CDC), penyakit DM yang terjadi pada laki-laki pada
umumnya bisa dicegah dengan menghindarkan diri dari kebiasaan kebiasaan buruk dalam
keseharian. Perilaku tidak sehat tersebut antara lain kebiasaan merokok, tidur larut
malam, , mengkonsumsi minuman beralkohol dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut
pada umumnya berasal dari akumulasi gaya hidup dan konsumsi makanan tidak sehat
yang secara terus menerus dilakukan sampai akhirnya tubuh tidak mampu lagi mengatasi
dan menyebabkan fungsi fisik tubuh terganggu
2. Aspek Psikologis Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman dan aman. Masalah psikologi yang terbanyak terjadi pada manusia adalah rasa
cemas atau kecemasan. Pada saat seseorang mangalami stres ada yang menghadapinya
dengan berdiam diri, ada pula yang bersikap memberontak Menurut Tandra (2007), ada
tiga fase emosi yang umum dialami oleh mereka yang baru mendapat informasi bahwa
dirinya menderita DM (1) Reaksi penolakan; tidak bisa menerima kenyataan bahwa
dirinya mengidap DM atau menyalahkan hasil laboratorium, (2) Reaksi marah; marah
kepada orang di sekitarnya, kadang timbul rasa bersalah karena marah kepada istri atau
suami atau anak, dan semuanya ini tidak akan memberikan hasil pengobatan DM yang
baik, dan (3)Reaksi depresi.Jika individu mengalami suatu penyakit diabetes melitus
dapat timbul rasa cemas dan tidak berdaya akibat penyakit tersebut sehingga memerlukan
perawatan memerlukan perawatan secara komprehensif baik fisik, psikologis dan sosial
(Copel, 2007). Kecemasan pada penderita diabetes melitus dikarenakan bahwa diabetes
dianggap merupakan suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak
negatif yang kompleks terhadap kelangsungan kecemasan individu. Kecemasan terjadi
karena seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis (Issacs A, 2005)
dikutip dari (Jauhari, 2016).
3. Aspek Sosial Aspek sosial pada penderita diabetes melitus tipe 2 sangat penting
diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit
kronis yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu
aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial (Hasanat, 2010; Jauhari, 2014). Dukungan
sosial merupakan bentuk interaksi antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan akan keamanan. Dukungan sosial dapat
berpengaruh terhadap kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan
meregulasi proses psikologis dan memfasilitasi perubahan biologi. Kunjungan keluarga
di rumah sakit (besuk) merupakan salah satu bentuk dukungan sosial bagi pasien.
Dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan
mental. Dukungan sosial bagi penderita diabetes melitus terutama yang menjalani
perawatan dirumah sakit memiliki Peranan penting karena banyaknya tindakan
pengobatan yang dapat Menimbulkan stes terus menerus sehingga dapat memperburuk
kondisi Psikologis penderita selain adanya faktor internal yang mempengaruhi. Bentuk
dari dukungan sosial yang dibutuhkan oleh penderita diabetes melitus dapat berupa
dukungan informasi (berupa saran, nasehat, pengarahan atau petunjuk); dukungan
emosional (berupa afeksi, kepercayaan, kehangatan, kepedulian dan empati); dukungan
penilaian (berupa penghargaan positif. (Jauhari, 2016)
4. Aspek Spiritual Kebutuhan
Spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Yani,
2000). Menurut Dorsey (1996), do’a termasuk kepasrahan atau penyerahan diri terhadap
Tuhan, merupakan faktor yang penting dalam perjalanan penyakit DM. aplikasi terapi
religius lebih ditekankan pada aspek spiritual care, dengan memberikan rambu-rambu
bimbingan spiritual pada pasien DM pada fase terminal untuk meningkatkan keyakinan
tentang makna sakit yang sedang diderita dan melakukan Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan salah
satu varian dari satu cabang ilmu baru yang dinamai energy psychology. SEFT adalah
kombinasi kekuatan antara spiritual power dengan energy psychology. Energy
psychology adalah seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan system energy tubuh
untuk memperbaiki kondisi pikiran emosi dan perilaku. SEFT bekerja dengan prinsip
yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur, ketiganya berusaha
merangsang titik-titik kunci di sepanjang 12 jalur energy (energy meridian) tubuh yang
sangat berpengaruh pada kesehatan kita. Perbedaannya SEFT menggunakan cara yang
lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana. Ada empat hal yang harus
diperhatikan agar SEFT yang dilakukan efektif, empat hal tersebut merupakan kunci
keberhasil SEFT, yaitu Khusyu’. Ikhlas, pasrah dan syukur. (Kusnanto, 2013)

B. CARA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS

1. Makan sehat
Asupan makanan harus menjadi perhatian utama penderita diabetes. Sebab, makanan
dengan indeks glikemik tinggi, dapat meningkatkan gula darah. Buah yang Aman
Dikonsumsi Penderita Diabetes
2. Olahraga
Penderita diabetes disarankan aktif melakukan latihan fisik. Tidak harus pergi ke
pusat kebugaran, Anda bisa berjalan santai, bersepeda, atau bermain game ringan
selama 30 menit
3. Medical check up
Melakukan chek up kesehatan setidaknya dua kali dalam setahun perlu dilakukan
oleh penderita diabetes untuk mengontrol apakah gula darah stabil atau tidak,
berpotensi menyebabkan komplikasi atau tidak.
4. Mengelola stress
Mengelola stres perlu dilakukan karena gula darah sangat rentan mengalami
kenaikan saat banyak pikiran. Anda bisa mengurangi stres dengan latihan pernapasan,
yoga, atau hobi yang menenangkan.
5. Berhenti merokok
Perokok aktif harus menghentikan kebiasaan mengisap nikotin setelah divonis
diabetes. Ini penting untuk menghindari hadirnya komplikasi dan peningkatan
diabetes ke level tinggi.
6. Hindari alcohol
Penderita diabetes akan lebih mudah mengontrol gula darah jika tidak terlalu banyak
minum minuman beralkohol. Sebab, alkohol bisa membuat gula darah Anda terlalu
tinggi atau terlalu rendah.

M.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuat nya produksi
insulin.

2. Kurang volume cairan b/d diuretik osmosis akibat hiperglikemia

3. Resiko infeksi b/d peningkatan kadar glukosa darah

4. Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolik


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar hormon
insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan meningkatnya
kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa yang dikonsumsi
oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam
darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu DM
tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM gestasional. Diabetes melitus tipe 2
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau
ganguan fungsi insulin.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah untuk penderita DM tipe 2 diantaranya
adalah riwayat keluarga dengan DM, usia lebih dari 45 tahun, riwayat melahirkan
bayi dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan
berat badan rendah. Gejala dari DM 2 sendiri ada 2 yaitu gejala akut dan gejala
kronik. Gejala akutnya diantaranya poliphagia, polidipsia, poliuria, nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
dan mudah lelah. Sedangkan gejala kronik diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit
terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas.
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan
DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.

B. Saran
a. Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II
diharapkan lebih dapat memeperhatikan kesehatannya, terutama untuk pola makan
dan aktivitas yangdilakukan.
b. Bagi keluarga Bagi keluarga diharapkan dapat mengawasi atau memperhatikan klien
yang sedang menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe II, karena dukungan dari
keluarga adalah yang paling penting bagi klien. c. Bagi perawat atau tenaga kesehatan
Bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lain diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang baik terhadap klien dan bisa bertugas sesuai dengan
fungsinyamasing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA

Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition,IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12
Februari 2012], avaible from URL: http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-
keperawatan-diabetesmellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/

Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

http://www.nhpco.org/i4a/pages/Index.cfm?pageID=3254
http://www.hpna.org/DisplayPage.aspx?Title=Search
http://www.caringinfo.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=3356
http://www.scribd.com/doc/47637339/ASUHAN-KEPERAWATAN-HOSPICE-CARE

Anda mungkin juga menyukai