Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

“OAINS Dan Nyeri Pada Pasien Kanker”


“Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs And Pain In
Cancer Patients: A Systematic Review And Reappraisal
Of The Evidence”

Dosen Pengampu :
Dra.Anna Juniar, M.Si

DISUSUN OLEH :

MELI SARTIKA SILABAN (4181131030)

KELAS :
KIMIA DIK C 2018

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan karunia-Nya tugas Critical Journal Review ini dapat
terselesaikan tepat waktu untuk memenuhi mata kuliah ‘Kimia Farmasi.

Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan tugas ini masih terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas ini untuk kedepannya.

Semoga apa yang disampaikan dalam tugas ini tak hanya bermanfaat bagi
kami selaku penyusun tetapi juga para pembaca. Kami mohon maaf jikalau
terdapat kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, baik dari segi penulisan
ataupun materi yang mungkin kurang dipahami. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Medan 25 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I IDENTITAS JURNAL .................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

2.1 Uraian Jurnal ............................................................................................................. 4

BAB III PENILAIAN JURNAL ............................................................................12

3.1 Kelebihan Jurnal Pertama ....................................................................................... 12

3.2 Kelebihan Jurnal Kedua .......................................................................................... 12

3.3 KELEMAHAN JURNAL ....................................................................................... 13

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

ii
BAB I
IDENTITAS JURNAL
1.1 Jurnal Pertama
Pengarang Jurnal : D. J. Magee,*, S. Jhanji, G. Poulogiannis, P. Farquhar-
Smith1 and M. R. D. Brown1,5
Judul Jurnal : Nonsteroidal anti-inflammatory drugs and pain in
cancer patients: a systematic review and reappraisal of the
evidence
Nama Jurnal : British Journal of Anaesthesia
Terbit : 2019
Halaman : 412-423

1.2 Jurnal Kedua


Pengarang Jurnal : Intan Siti Hulaima, Novita Carolia
Judul Jurnal : OAINS sebagai Kemoprofilaksis Kanker Kolorektal
Nama Jurnal : Majority
Terbit : 2016
Volume :5
Nomor :1
Halaman : 94-105

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Uraian Jurnal Pertama


Data yang muncul menyoroti peran potensial penghambat siklooksigenase
(COX) dalam pencegahan primer keganasan, mengurangi penyebaran metastasis
dan meningkatkan kematian secara keseluruhan. Meskipun obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) membentuk komponen kunci tangga analgesik WHO,
penggunaannya dalam manajemen nyeri kanker tetap relatif rendah. Ulasan ini
menilai kembali bukti saat ini mengenai kemanjuran inhibitor COX sebagai
analgesik pada nyeri kanker, menyediakan sumber daya yang ringkas untuk
membantu pengambilan keputusan dokter ketika menentukan strategi pengobatan.

Efek terapeutik yang luas dari anti-inflamasi nonsteroid obat (NSAID)


telah dieksploitasi selama berabad-abad, dengan laporan penggunaan ekstrak
pohon willow untuk nyeri dan inflamasi Obat yang berasal dari zaman
Hippocrates (ca.400 SM). Produksi skala besar asam salisilat dan aspirin dimulai
pada akhir 1800-an,1,2 namun hanya ditemukan di 1971 bahwa mekanisme aksi
mereka terkait dengan penghambatan sintesis prostaglandin, dengan penghargaan
Nobel Prize for Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1982 ke Bergstr€om,
Samuelsson, and Baling-baling untuk penemuan ini. Meskipun didalilkan bahwa
isoenzim siklooksigenase (COX) ada, baru pada tahun 1989 bahwa protein
berbeda kedua dengan aktivitas COX diisolasi Identifikasi enzim yang
diekspresikan secara konstitutif dalam hampir semua jaringan manusia (COX-1)
dan alternatifnya, cukup enzim yang diatur yang sebagian besar diekspresikan
dalam keadaan dan tumorigenesis (COX-2) menyebabkan pengakuan bahwa
penghambatan COX-1 bertanggung jawab atas banyak efek samping yang terkait
dengan NSAID.6 Pengembangan COX-2 inhibitor spesifik, dan prospek efek anti-
inflamasi dengan efek samping yang lebih sedikit,7,8 digembar-gemborkan
dengan antusias antara dokter dan pasien sama.9 Popularitas agen ini melonjak
pesat, dengan penjualan tahunan rofecoxib (the inhibitor selektif COX-2, Vioxx)
melebihi US $2,5 miliar. Namun, pada tahun 2004, sedikit lebih dari 5 tahun
setelah lisensinya diberikan, rofecoxib secara sukarela ditarik dari pasar karena

4
hubungan dengan kelebihan risiko relatif kardiovaskular dan kejadian
serebrovaskular. Penarikan valdecoxib, penghambat COX-2 lainnya, segera
menyusul. NSAID membentuk komponen kunci dari tangga analgesik WHO dan
telah dianjurkan sebagai tambahan yang berguna untuk manajemen nyeri kanker.
Meskipun popularitas awal tersebar luas, resep pola pada kelompok pasien
tertentu telah menunjukkan penurunan penggunaan NSAID selama beberapa
tahun terakhir, dan penurunan cepat penggunaan inhibitor COX-2, sejak
2004.Sulit untuk mengidentifikasi publikasi tertentu yang telah
mempertimbangkan meresepkan pola NSAID untuk nyeri kanker dari waktu ke
waktu. studi cross-sectional dari 2282 pasien yang dilakukan di seluruh Eropa
pada tahun 2014 melaporkan bahwa 29,9% dari mereka dengan penyakit sedang
hingga berat nyeri, menerima dosis setara morfin oral rata-rata dari 230 ± 457 mg
hari 1, juga menggunakan NSAID dipyrone (metamizole) dikeluarkan dari data
ini, 19,4% menggunakan NSAID. Publikasi skala kecil di seluruh Eropa, Kanada,
dan Australia menyelidiki penggunaan analgesic agen dalam populasi tertentu
dengan laporan nyeri kanker bahkan penggunaan NSAID yang lebih rendah
NSAID membentuk komponen kunci dari tangga analgesik WHO dan telah
dianjurkan sebagai tambahan yang berguna untuk manajemen nyeri kanker.
Meskipun popularitas awal tersebar luas, resep pola pada kelompok pasien
tertentu telah menunjukkan penurunan penggunaan NSAID selama beberapa
tahun terakhir, dan penurunan cepat penggunaan inhibitor COX-2, sejak 2004.

5
Sulit untuk mengidentifikasi publikasi tertentu yang telah
mempertimbangkan meresepkan pola NSAID untuk nyeri kanker dari waktu ke
waktu. studi cross-sectional dari 2282 pasien yang dilakukan di seluruh Eropa
pada tahun 2014 melaporkan bahwa 29,9% dari mereka dengan penyakit sedang
hingga berat nyeri, menerima dosis setara morfin oral rata-rata dari 230 ± 457 mg
hari 1, juga menggunakan NSAID dipyrone (metamizole) dikeluarkan dari data
ini, 19,4% menggunakan NSAID. Publikasi skala kecil di seluruh Eropa, Kanada,
dan Australia menyelidiki penggunaan analgesic agen dalam populasi tertentu
dengan laporan nyeri kanker bahkan penggunaan NSAID yang lebih rendah.

6
B. Ringkasan Jurnal pembanding

OAINS sebagai Kemoprofilaksis Kanker Kolorektal


Traktus gastrointestinal memiliki fungsi untuk memperoleh molekul-
molekul yang diperlukan dari makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan
kebutuhan energi tubuh. Kanker kolorektal merupakan tumor ganas pada mukosa
kolon dan rektum (bagian dari traktus gastrointestinal) yang merupakan
keganasan tersering keempat di dunia dengan perkiraan kasus baru 1.023.000 dan
kematian lebih dari 600.0000 tiap tahun. Kanker yang paling banyak ditemukan di
negara maju inii perlahan menjadi salah satu kanker tersering di negara
berkembang termasuk Indonesia. Pada orang-orang yang berisiko kanker
kolorektal biasanya dianjurkan kolektomi kolorektal yang dapat menimbulkan
sejumlah implikasi. Inflamasi memegang peranan penting dalam karsinogenesis
kanker kolorektal sporadis pada orang Indonesia. Kadar prostaglandin yang
meningkat akibat peningkatan aktivitas enzim siklooksigenase (COX) dapat
menginduksi karsinogenesis. Kadar enzim COX-2 dan prostaglandin ditemukan
dalam konsentrasi yang berlebih pada penderita kanker kolorektal. Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) bekerja melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) sehingga menurunkan sintesis prostaglandin. OAINS
diklasifikasikan menjadi COX non-selektif, COX-2 preferensial dan COX-2
selektif. Sehingga beberapa OAINS dari golongan tertentu dapat digunakan
sebagai kemoprofilaksis kanker kolorektal. Traktus gastrointestinal terdiri atas
rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus (duodenum, ileum, yeyunum) dan
usus besar (colon), rektum, anus serta kelenjar liur, hati dan pancreas yang
memiliki fungsi untuk memperoleh molekul-molekul yang diperlukan dari
makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi tubuh. Selain itu,
lapisan dalam saluran cerna merupakan sawar pelindung antara isi lumen saluran
dan lingkungan internal tubuh.

Kanker kolorektal merupakan tumor ganas pada mukosa kolon dan


rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada traktus
gastrointestinal. Tepatnya kolon berada di bagian proksimal usus besar dan
rektum di bagian distal sekitar 5-7cm di atas anus. Kolon dan rektum merupakan

7
bagian dari saluran pencernaan atau traktus gastrointestinal yang berfungsinya
menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna.

Karsinoma kolorektal merupakan keganasan tersering keempat di dunia dengan


perkiraan kasus baru 1.023.000 dan kematian lebih dari 600.0000 tiap tahun. Di
Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum ada
angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolorektal. Kejadian kanker
kolorektal ditemukan paling banyak di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru
dan sebagian di Eropa (Eropa Barat yang sudah masuk kategori negara maju/
developed countries), namun seiring dengan meningkatnya kondisi sosioekonomi
negara berkembang termasuk Indonesia serta adanya kecenderungan westernisasi
pada pola makan, kanker ini perlahan menanjak menjadi salah satu dari sepuluh
kanker tersering. Dii Indonesia, kanker ini menjadi semakin penting untuk
diwaspadai karena menyerang lebih dari 30% kaum muda (umur kurang dari 40
tahun, dibandingkan dengan 3% di negara barat/maju). Risiko kanker kolorektal
mendekati 100% pada usia pertengahan, kecuali bila dilakukan kolektomi
profilaktik.6 Kolektomi profilaktik berarti membuang sebagian atau seluruh kolon
untuk menghindari kanker, yang akan menyebabkan perubahan fungsi traktus
gastrointestinal yang mungkin akan berimplikasi pada gaya hidup dan
menyebabkan stress emosional pada anggota keluarga dan teman.7
Beberapa penelitian mencoba menjelaskan efek berbagai intervensi dalam
mencegah kanker kolorektal. Salah satunya dengan konsumsi inhibitor
siklooksigenase (COX).5 Untuk itu artikel ini membahas tentang apa saja obat-
obat yang termasuk Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dapat digunakan
sebagai kemoprofilaksis kanker kolorektal.
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum) dan tidak memiliki vili. Usus besar disesuaikan dengan
fungsi utamanya yakni absorpsi air, pembentukan massa tinja, dan produksi
mukus yang melumasi permukaan usus.1 Usus besar terdiri dari kolon, sekum,
apendiks dan rektum. Kolon terutama berfungsi untuk menyimpan residu
makanan yang tidak tercerna (serat, selulosa dinding tumbuhan yang tidak
tercerna) dan bilirubin sampai dapat dieliminasi tubuh sebagai feses.

8
Kanker kolorektal dimulai di usus besar dengan kanker yang berasal dari mukosa
organ ini. Kanker kolorektal umumnya berkembang
perlahan-lahan dari lesi prekursor jinak yang dikenal sebagai polip. Polip
adenomatosa atau adenoma yang ditandai dengan hilangnya diferensiasi sel
normal, bisa menjadi ganas dan menimbulkan kanker kolorektal. Identifikasii dan
pembuangan adenoma melalui endoskopii untuk mencegah perkembangannya
menjadi lesi ganas. Faktor risiko kanker kolorektal non-modifiable antara lain usia
50 tahun atau lebih, pria lebih rentan daripada wanita, ras Afrika dan Amerika,
penderita DM tipe 2, riwayat keluarga kanker kolorektal dan individu dengan
sindrom herediter kanker kolorektal. Faktor risiko modifiable antara lain
merokok, obesitas, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik. Gejala kanker kolorektal
termasuk darah dalam tinja, anemia, perubahan kebiasaan buang air besar
(termasuk diare dan sembelit), sakit perut atau nyeri, serta penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan.9
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kadar prostaglandin yang meningkat
akibat peningkatan aktivitas enzim COX dapat menginduksi karsinogenesis.
Kadar enzim COX-2 dan prostaglandin ditemukan dalam konsentrasi yang
berlebih pada penderita kanker kolorektal, Inflamasi memegang peranan penting
dalam karsinogenesis kanker kolorektall sporadis pada orang Indonesia. Hasil
penelitian Abdullah, Murdani dkk (2013)11 mendukung kemungkinan
penggunaan obat antiinflamasi nonsteorid sebagai agen pencegah kanker
kolorektal.

9
Beberapa penelitian epidemiologi terakhir mengisyaratkan bahwa
pemakaian aspirin dan OAINS lain memiliki efek protektif terhadap kanker kolon.
Dalam Nurses’ Health Study, perempuan yang mengonsumsi empat sampai enam
tablet aspirin/hari selama 10 tahun atau lebih, memperlihatkan penurunan
insidensi kanker kolon. Federal Drug Administration menyetujui pemakaian
inhibitor COX-2 sebagai zat kemopreventif pada pasien dengan sindrom poliposis
adenomatosa familial.

Aspirin mengurangi risiko kejadian dan kematian kanker kolorektal pada populasi
berisiko dalam waktu 10 tahun dengan dosis 75 mg/hari.9 Penelitian lain

10
menunjukkan ada bukti jelas bahwa aspirin dalam dosis 325 mg per hari
mengurangi risiko kanker kolorektal.3 Aspirin dan selekoksib dapat mengurangii
kekambuhan adenoma dan kejadian adenoma pada individu dengan peningkatan
risiko kolorektal kanker karena riwayat adenoma, dan COX-2 inhibitor dapat
menurunkan jumlah polip pada pasien dengan FAP (Familial Adenomatous
Polyposis).

Asam asetil salisilat dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penyelesaian
masalah kanker kolorektal dengan menghambat proses karsinogenesis dan
angiogenesis.10 Konsumsi asam asetil salisilat dengan dosis 81 - 325 mg/hari
akan mengurangi risiko kanker kolorektal secara bermakna.

Koksib (selekoksib, rofekoksib, valdekoksib, parekoksib, eterikoksib, lumira


koksib), aspirin, dan OAINS lain dengan aktifitas penghambatan COX-2
mendapat perhatian yang lebih karena efek protektif terhadap berbagai keganasan
pada manusia. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa over-ekspresi COX-
2 akan menimbulkan angiogenesis dan tumorigenesis. Mekanisme dimana COX-2
merangsang angiogenesis masih dalam penelitian yang intesif. Pada model tikus
dari angiogenesis korneal, selekoksib akan menekan formasi pembuluh darah
kornea. Pengobatan dengan koksib dihubungkan dengan penurunan produksi
prostaglandin, peningkatan dalam apoptosis, dan penurunan proliferasi dari
angiogenik, namun tidak pada sel endotelialnya.

Beberapa OAINS seperti sulindak dan selekoksib telah terbukti secara efektif
menurunkan insidens berulangnya adenoma pada pasien dengan Familial
Adenomatous Polyposis (FAP). Manfaat penggunaan aspirin antara lain aspirin
dalam dosis tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mengurangi kejadian
polip adenomatosa, aspirin digunakan dalam dosis yang lebih tinggi dari yang
direkomendasikan untuk pencegahan penyakit kardiovaskular dapat dikaitkan
dengan penurunan kejadian kanker kolorektal, aspirin digunakan selama waktu
yang lebih lama dapat berhubungan dengan penurunan kejadian kanker kolorektal,
aspirin menurunkan angka kematian terkait kanker kolorektal.

11
BAB III
KEUNGGULAN JURNAL

3.1 Kelebihan Jurnal Pertama


1. Kedalaman atau kelengkapan materi
Kedalaman dan kelengkapan materi pada jurnal konsep Analgesik
penggunaan OAINS / NSAID sudah lengkap.
2. Keterkaitan antar konsepnya
Materi yang satu dengan yang lain saling terkait dan didukung dengan
gambar serta grafik yang sesuai dengan hasil penelitian yang akurat. Ketersediaan
gambar dan grafik sudah menjadi nilai pendukung yang baik untuk materi jurnal
tersebut dengan data- data yang dihasilkan akurat sesuai hasil tes dan perhitungan
dengan penggunaan Bahasa dan penjelasan setiap data teratur dan mudah
dimengerti
3. Kemuktahiran uraian materi dan referensinya
Menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif dalam
penelitiannya secara lengkap seperti pemberian data percobaan yang akurat
dengan Penggunaan referensi yang diambil cukup terpercaya karena banyak
menggunakan jurnal terkini atau terbaru juga dan didukung dengan sumber jurnal
lama serta buku yang terkait dengan materi penelitian. Keakuratan materi yang
didapat sangat bisa dipertimbangkan melihat bagaimana banyaknya sumber yang
digunakan oleh penulis jurnal. Sumber tinjauan teoritis dan penganalisisan
datanya jelas dan jurnal ini telah mendapatkan pengakuan secara nasional dan
sudah divalidkan sesuai persyaratan.

3.2 Kelebihan Jurnal Kedua


1. Kedalaman atau kelengkapan materi
Kedalaman dan kelengkapan materi pada jurnal cukup baik dan saling
terhubung. Penyusunan bahasa dalam menyajikan materi juga mendukung jurnal
untuk mudah dipahami.

12
2. Keterkaitan antar konsepnya

Materi yang satu dengan yang lain saling terkait dan didukung dengan
gambar serta grafik yang sesuai dengan hasil penelitian yang akurat. Ketersediaan
gambar dan grafik sudah menjadi nilai pendukung yang baik untuk materi jurnal
tersebut.

3. Kemuktahiran uraian materi dan referensinya

Penggunaan referensi yang diambil cukup terpercaya karena banyak


menggunakan jurnal terkini atau terbaru juga dan didukung dengan sumber jurnal
lama serta buku yang terkait dengan materi penelitian. Keakuratan materi yang
didapat sangat bisa dipertimbangkan melihat bagaimana banyaknya sumber yang
digunakan oleh penulis jurnal.

3.3 KELEMAHAN JURNAL


Kelemahan Jurnal Pertama

1. Kedalaman atau kelengkapan materi


Masih terdapat beberapa teori pendukung yang kurang dicantumkan dalam
jurnal, sehingga isinya lebih membahas inti untuk penelitian saja. Hal itu akan
membuat pembaca harus menyediakan referensi untuk mendalami materi tersebut.
Hal ini dikarenakan Waktu yang diperlukan dalam penelitian terbatas sehingga
sipeneliti tidak masimal menuntaskan penelitiannya lebih dalam lagi dikarenakan
kurun waktu yang tersedia dalam penyusunan terbatas sesuai kurun waktu yang
ditentukan.
3. Kemuktahiran uraian materi dan referensinya
Meski memiliki banyak kelebihan, tetapi kelemahannya adalah masih
banyak sumber jurnal yang diterbitkan di atas sepuluh tahun dibandingkan
dengan jurnal lima tahun terakhir.

13
Kelemahan Jurnal Kedua

1. Kedalaman atau kelengkapan materi

Meskipun kelengkapan materi cukup baik, tetapi masih ada beberapa teori
pendukung yang kurang dicantumkan dalam jurnal, sehingga isinya lebih
membahas inti untuk penelitian saja. Hal itu akan membuat pembaca merasa
kurang referensi untuk mendalami materi tersebut.

2. Keterkaitan antar konsepnya

Satu sama lain materi sudah saling terkait meskipun masih ada yang
kurang lengkap dalam pembahasannya.

3. Kemuktahiran uraian materi dan referensinya

Meski memiliki banyak kelebihan, tetapi kelemahannya adalah masih


banyak sumber jurnal yang diterbitkan di atas sepuluh tahun dibandingkan
dengan jurnal lima tahun terakhir.

14
BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Traktus gastrointestinal memiliki fungsi untuk memperoleh molekul-


molekul yang diperlukan dari makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan
kebutuhan energi tubuh. Kanker kolorektal merupakan tumor ganas pada mukosa
kolon dan rektum (bagian dari traktus gastrointestinal) yang merupakan
keganasan tersering keempat di dunia dengan perkiraan kasus baru 1.023.000 dan
kematian lebih dari 600.0000 tiap tahun. Kanker yang paling banyak ditemukan di
negara maju inii perlahan menjadi salah satu kanker tersering di negara
berkembang termasuk Indonesia. Pada orang-orang yang berisiko kanker
kolorektal biasanya dianjurkan kolektomi kolorektal yang dapat menimbulkan
sejumlah implikasi. Inflamasi memegang peranan penting dalam karsinogenesis
kanker kolorektal sporadis pada orang Indonesia. Kadar prostaglandin yang
meningkat akibat peningkatan aktivitas enzim siklooksigenase (COX) dapat
menginduksi karsinogenesis. Kadar enzim COX-2 dan prostaglandin ditemukan
dalam konsentrasi yang berlebih pada penderita kanker kolorektal. Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) bekerja melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) sehingga menurunkan sintesis prostaglandin. OAINS
diklasifikasikan menjadi COX non-selektif, COX-2 preferensial dan COX-2
selektif. Sehingga beberapa OAINS dari golongan tertentu dapat digunakan
sebagai kemoprofilaksis kanker kolorektal.

5.2 Saran
Sangat diperlukan masukan kritik dan saran agar tugas Critical Journal
Review ini agar diperbaiki.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kalady MF, Church JM. Prophylactic colectomy: rationale, indications, and


approach. J Surg Oncol. 2015; 111(1):112-17.
Sherwood L, editor. Human physiology from cells to systems. Edisi ke-77.
Singapore: Cengage Learning; 2010.
Vane JR. Inhibition of prostaglandin synthesis as amechanism of action for
aspirin-like drugs. Nat New Biol 1971; 231: 237e9
Oates JA. The 1982 Nobel prize in physiology or medicine. Science 1982; 218:
765e8
Rosen GD, Birkenmeier TM, Raz A, Holtzman MJ. Identification of a
cyclooxygenase-related gene and its potential role in prostaglandin
formati

16

Anda mungkin juga menyukai