Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

Kelas : B1
Dosen Pengajar : Ns. Sunarti, S.Kep.,M.Kes

MAKALAH
“PEMBERIAN KEMOTERAPI”

Oleh :
KELOMPOK 1
 Suci Maharani Amin 14220180019
 Putri Ayu Trininda Imran 14220180021
 Nurakipah Tasrif 14220180022
 A Yuna Triana 14220180023
 Nursyarifa 14220180025
 Banur Hadriyanti Rahayu 14220180045
 Mirdawati 14220200056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, sebab berkat
limpahan segala rahmat-Nya yaitu berupa kesempatan dan pengetahuan yang diberikan kepada
kami sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini yang berjudul “Pemberian Kemoterapi” dibuat untuk memenuhi kewajiban
dan juga sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Keperawatan Anak II”.
Dengan ini kami mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan hingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dari penulisan dan tata bahasa sehingga kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan
wawasan yang lebih luas lagi mengenai pemberian kemoterapi.

Makassar, 10 November 2020

Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Tujuan Penyusunan Makalah.......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemoterapi................................................................................
B. Tujuan Kemoterapi......................................................................................
C. Macam-macam Tindakan Pemberian Kemoterapi......................................
D. Prosedur Kemoterapi...................................................................................
E. Cara Kerja keomterapi.................................................................................
F. Efek Samping Kemoterapi...........................................................................
G. Indikasi dan Kontraindikasi pemberian kemoterapi....................................
H. Peran perawat saat pemberian kemoterapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI
A. Pengkajian Dasar.........................................................................................
B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan
masyaraat didunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang diseluruh dunia
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia karena kanker. Di Amerika
insiden penyakit kanker sekitar 1.638.910 kasus baru kanker yang didiagnosa pada tahun
2012. Adapun beberapa pengobatan atau terapi untuk penderita kanker yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis. Pembedahan dilakukan bila
tumornya terlokalisasi dalam keadaan anatomis yang terbaik. Radioterapi paling
bermanfaat untuk tumor terlokalisasi yang tidak dapat dirsekresi atau untuk tumor seperti
Hodgkin yang umumnya menyebar ke tempat bersebelahan yang dapat diperkirakan.
Kemoteapi adalah terapi sistemik pertama untuk setiap kanker (Alpres,2006).
Kemoterapi dapat menimbulkan mual muntah melalui beberapa mekanisme yang
bervariasi dan serangkaian yang komplek. Pertama, pusat muntah dapat terjadi secara
tidak langsung oleh stimulus tertentu yang dapat mengaktifkan Chemoreseptor Trigger
Zone (CTZ) di medulla, peran CTZ sebagai chemosensor, area ini kaya akan berbagai
reseptor neurotrasmiter seperti histamine, serotonin, dopamine, opiate, neurokinin dan
benzodiazepine, sedangkan agen kemoterapi menyebabkan proses muntah melalui salah
satu dari reseptor tersebut. Kedua, kemoterapi dapat menyebabkan gangguan pada
mukosa gastrointestinal dan menyebabkan pengeluaran neurotrasmitter termasuk 5HT3
(5 hydroxytriptamine). Hal ini menyebabkan mual muntah melalui jalur perifer yang
dimediasi oleh saraf vagus. Ketiga, gejala ini disebabkan karena pengaruh neurohormonal
melalui terganggunya arginin vasopressin dan prostaglandin. Keempat, mual muntah
dimediasi oleh kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap system saraf pusat
termasuk pusat muntah.

B. Tujuan Penyusunan Makalah


Tujuan penyusunan makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kemoterapi
2) Untuk mengetahui apa tujuan pemberian kemoterapi
3) Untuk mengetahui apa saja manfaat pemberian kemoterapi
4) Untuk mengetahui bagaimana cara pemberian kemoterapi
5) Untuk mengetahui bagaimana cara kerja kemoterapi
6) Untuk mengetahui efek samping dari pemberian kemoterapi
7) Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian kemoterapi
8) Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam pemberian kemoterapi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemoterapi

Kemoterapi atau biasa disebut “kemo” adalah penggunaan obat pembunuh


kanker. Obat ini bisa di masukkan melalui infuse vena, suntikan, dalam bentuk pil atau
cairan. Mereka di masukkan ke aliran darah dan mengalir ke seluruh tubuh, membuat
perawatan ini berguna untuk kanker yang sudah menyebar ke organ yang jauh. Meskipun
obat ini membunuh sel-sel kanker, mereka juga merusak beberapa sel normal, yang dapat
menyebabkan efek samping (Yudissanta, 2012).
Kemoterapi adalah perawatan obat yang menggunakan bahan kimia kuat untuk
membunuh sel yang tumbuh cepat di tubuh. Kemoterapi paling sering digunakan untuk
mengobati kanker, karena sel kanker tumbuh dan berkembang biak jauh lebih cepat dari
pada kebanyakan sel di tubuh (Mayo Clinic, 2019)

B. Tujuan Pemberian Kemoterapi


Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi kuratif,
kemoterapi adjuvan, kemoterapi neodjuvan, kemoterapi palliatif, dan kemoterapi
investigative (Anwar,dkk,2013)
1. Kemoterapi Kuratif
Terhadap tumor sensitive yang kurabel, misal leukemia limfositik akut, limfoma
maglina, kanker testes, karsinoma sel paru, dapat dilakukan kemoterapi kuratif.
Bertujuan untuk menghancurkan semua sel kankr didalam tubuh an bertujuan untuk
menyembuhkan pasien.(Anwar,dkk,2013).
2. Kemoterapi Adjuvan
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase (Rasjidi,2007).
3. Kemoterapi Neodjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor,
biasanya dikombinasi dengan radioterapi (Rasjidi,2007).
4. Kemoterapi Palliatif
Pemberian kemoterapi ini bertujuan untuk mengurangi gejala klinis yang ditimbulkan
oleh kanker. Kemoterapi dengan tujuan ini digunakan bukan untuk mengobati
penyakit kanker itu sendiri, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Nindya,2016).
5. Kemoterapi Investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau
obat baru yang sedang diteliti dengan efektivitas tinggi, toksisitas rendah.
(Anwar,dkk,2013).
C. Macam-macam Tindakan Pemberian Kemoterapi
1. Pemberian Oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral diantaranya adalah
chlorambucil dan etoposide
2. Pemberian secara intra-muskulus
Pemberian dengan car aini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak
diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut yang
dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain bleomycin dan methotrexate
3. Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau diberikan secara
infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang paling umum dan
banyak digunakan
4. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup
banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat filter, seta memerlukan
keterampilan tersendiri
5. Pemberian secara intraperitonial
Cara ini jaran dilakukan karena membutuhkan alat khusus/kateter intraperitonial serta
kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu narkose. Kemoterapi biasanya
diberikan dalam siklus, dalam interval 3-4 minggu dalam periode 4-6 bulan
(Ariani,2015).

D. Prosedur Pemberian Kemoterapi


1. Memastikan identifikasi pasien, obat, dosis, rute, waktu pemberian sesuai petunjuk
dokter
2. Meninjau riwayat alergi obat bersama pasien
3. Mengantisipasi dan merencanakan kemungkinan terjadinya efek samping atau
toksisitas sistemik
4. Membahas data laboratorium dan pemeriksaan lainnya
5. Memastikan persetujuan tindakan bagi terapi
6. Memilih peralatan yang sesuai
7. Menghitung dan menyediakan obat dengan teknik aseptic (mengikuti petunjuk yang
ada)
8. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
9. Memberikan antimetik atau obat lain yang disarankan
10. Mempersiapkan lokasi pemasangan infus atau jalur cena sentral
11. Memberikan agens kemoterapi
12. Memantau pasien pada masa interval sesi pemberian obat
13. Membuat seluruh peralatan yang telah digunakan atau tidak terpakai dalam suatu
suatu tempat yang aman dari kebocoran jauh dari jangkauan pasien
14. Mencatat setiap prosedur menurut ketetapan yang berlaku
E. Cara Kerja Kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur.
Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain akan mati.
Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak terkontrol, yang
pada akhirnya akan terjadi suatu masa yang dikenal sebagai tumor (Rasjidi, 2007).
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
1. Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat Ketika ada sinyal untuk berkembang,
sel ini akan memasuki fase G1.
2. Fase G1, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang diperantarai oleh beberapa
protein penting untuk bereproduksi. Fase ini berlangsung 18-30 jam.
3. Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di kopi. Fase ini
berlangsung selama 18-20 jam.
4. Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlansung 2-10 jam.
5. Fase M. sel dibagi menjadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-60 menit.

Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai
target dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi
aktif pada saat sel sedang bereproduksi ( bukan pada fase G0 ), sehingga sel tumor yang
aktif merupakan target utama dari kemoterapi namun, oleh karena itu sel yang sehat juga
bereproduksi, maka tidak tertutup kemungkinan mereka juga akan terpengaruh oleh
kemoterapi, yang akan muncul sebagai efek samping obat (Rasjidi, 2007).

F. Efek Samping Kemoterapi


Efek samping kemoterapi secara fisik dan psikologis yaitu :

 Secara Fisik
1. Mual dan muntah
Menurut Gralla, Grunberg dan Messner (2008), mual dan muntah akut terjadi
pada 24 jam pertama setelah kemoterapi sedangkan mual dan muntah yang
terlambat merupakan efek samping yang terjadi sehari setelah kemoterapi atau
bahkan beberapa hari setelah kemoterapi. Pasien sering tidak mengetahui bahwa
hal tersebut adalah efek samping dari kemoterapi. Faktor pemicu rasa mual dan
muntah meliputi aroma masakan dari Rumah Sakit, makanan yang berminyak,
makanan yang berlemak, makanan dan minuman yang manis, bau yang
menyengat, makanan dengan tekstur yang basah, makanan yang berbau amis.
Menurut Hawkins & Grunberg (2009), mual dan muntah dapat dipicu oleh
selera, bau, pikiran dan kecemasan terkait dengan kemoterapi. Untuk mengatasi
rasa mual dan muntah dengan mengkonsumsi makanan yang segar dan makanan
yang tidak terlalu manis. Diklasifikasikan menjadi akut, terlambat, dan antisipatif.
Akut terjadi kurang dari 24 jam setelah kemoterapi, terlambat terjadi 24 jam atau
lebih setelah kemoterapi. Muntah dapat diinduksi oleh berbagai zat kimia, obat
sitostatik dan yang diperantai melalui Chemoreceptors trigger zone (CTZ). CTZ
berlokasi di medulla yang berperan sebagai chemosensor. Area ini kaya akan
berbagai reseptor neurotransmitter. Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara
lain reseptor kolinergik dan histamin, dopaminergik, opiate, serotonin, neurokinin
dan benzodiazepine. Agen kemoterapi, metabolitnya, atau komponen emetik lain
menyebabkan proses muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut.
Mual dan muntah antisipatif merupakan respon yang timbul karena riwayat mual
dan muntah yang tidak terkontrol. Ini mungkin dipicu oleh selera, bau, pikiran,
atau kecemasan yang berhubungan dengan kemoterapi. Mual terdiri dari dorongan
untuk muntah. Ini bisa disertai dengan gejala otonom seperti pucat, takikardia,
diaphoresis dan mukosa bibir kering (Hawkins & Grunberg, 2009).
2. Konstipasi
Sitotoksik agen kemoterapi dapat menghambat fungsi neurologis atau otot
saluran cerna, terutama pada usus besar menyebabkan makanan masuk ke usus
dengan sangat lambat. Akibatnya air terlalu banyak diserap usus, maka feses
menjadi keras dan kering. Seorang yang mengalami kanker dikatakan mengalami
konstipasi atau sembelit apabila frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali
dalam seminggu setelah pemberian kemoterapi dengan konsistensi keras. Pasien
dengan kanker terutama yang memiliki kanker stadium lanjut memiliki faktor
yang menyebabkan konstipasi yaitu penggunaan analgesik opioid, berkurangnya
intake makanan dan minuman, berkurangnya mobilitas, usia lanjut, atau kondisi
keganasan terkait misalnya obstruksi usus parsial, hiperkalsemia yang
berhubungan dengan tumor, dan akibat kemoterapi (Avila, 2004).
3. Neuropati perifer
Neuropati perifer adalah seperangkat gejala yang disebabkan oleh
kerusakan pada saraf yang lebih jauh dari otak dan sumsum tulang belakang.
Saraf perifer berfungsi membawa sensasi ke otak dan mengontrol pergerakan
lengan, kaki, kandung kemih dan usus. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan
untuk mengobati kanker menyebabkan neuropati perifer. Gejala yang timbul
karena neuropati perifer sebagian besar tergantung pada saraf yang terlibat. Gejala
yang umum terjadi adalah kesemutan, penurunan kemampuan untuk merasakan
tekanan, sentuhan, panas dan dingin, kesulitan menggerakan jari jari untuk
mengambil dan menjatuhkan sesuatu dan kelemahan otot. Neuropati perifer dapat
terjadi setiap saat setelah pengobatan dimulai dan akan semakin parah seiring
berjalannya pengobatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi neuropati perifer
adalah usia pasien, intensitas kemoterapi, dosis obat, durasi pemberian kemoterapi
dan penggunaan bersamaan dengan agen kemoterapi neurotoksik lainnya, dan
kondisi yang sudah ada seperti diabetes dan pecandu alkohol (Wolf et al, 2008).
4. Toksisitas kulit
Efek samping sistemik kemoterapi pada kulit dapat berupa eritema atau
garis hiperpigmentasi yang menyebar di sepanjang jaringan vena superfisial di
anterior lengan kanan dan lengan kiri bagian distal. Sedangkan menurut American
Cancer Society (2013), ketika obat kemoterapi diberikan melalui infus, obat
kemoterapi tertentu dapat menggelapkan kulit sepanjang vena. Perubahan warna
ini biasanya dapat menghilang dari waktu ke waktu setelah perawatan berakhir.
5. Alopecia (Kerontokan rambut)
Alopecia atau rambut rontok yang disebabkan oleh kemoterapi adalah efek
samping pada kulit yang paling umum. Alopecia mulai terjadi 2 sampai 4 minggu
dan akan selesai 1 sampai 2 bulan setelah dimulainya kemoterapi. Efek berbeda
pada rambut yang dapat dilihat adalah perubahan penampilan rambut, tingkat
pertumbuhan rambut, kerontokan rambut baik sebagian atau lengkap. Kerontokan
rambut terjadi karena kelemahan dan kerusakan dari batang rambut sehingga
mengakibatkan rambut akan mudah rontok setelah disisir. Tingkat alopecia
tergantung pada jenis kemoterapi, regimen dosis dan cara pemberian. Hampir
semua kemoterapi menyebabkan alopecia tetapi berbagai tingkat keparahan dan
frekuensi. Kemoterapi jangka panjang juga dapat mengakibatkan kerontokan pada
rambut kemaluan, ketiak, rambut dan wajah. Alopecia biasanya reversible dengan
pertumbuhan kembali rambut pada umumnya yang terjadi 3 sampai 6 bulan
setelah pengobatan berakhir. Sebagian besar rambut baru berwarna abu-abu yang
mencerminkan adanya distorsi proses pigmentasi. Rambut baru biasanya
menunjukkan beberapa perubahan dalam struktur rambut seperti tekstur rambut
menjadi lebih kasar, pertumbuhan rambut menjadi lebih lambat.
6. Penurunan Berat Badan
Dari hasil penelitian ditemukan data bahwa penurunan berat badan berkisar 4
kilogram sampai 11 kilogram. Penurunan berat badan tersebut mulai terjadi saat
pasien mendapatkan terapi kemoterapi dan penurunan berat badan terjadi secara
bertahap. Salah satu faktor penyebab penurunan berat badan adalah intake nutrisi
yang kurang. Dan penurunan berat badan dalam persen sekitar 7,69 sampai
20,75%.
Menurut Lara et al (2012), penurunan berat badan dapat terjadi 6 bulan
terakhir atau 2 minggu terakhir setelah dimulainya kemoterapi. sebagian besar
penderita mengalami penurunan berat badan sekitar 5 sampai 15% dari berat
badan sebelum menjalani kemoterapi. Penurunan berat badan bisa terjadi karena
beberapa faktor diantaranya adalah penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh
mual, muntah, dan mucositis yang dialami oleh penderita kanker serviks dengan
kemoterapi. Penurunan berat badan dapat terjadi selama 6 bulan terakhir, 2
minggu terakhir setelah dimulainya kemoterapi atau dibandingkan dengan berat
biasanya. Sebagian besar penderita mengalami penurunan 5% dari berat badan
sebelum menjalani kemoterapi. Deteksi dini malnutrisi pada pasien kanker sangat
penting dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas
hidup. Skrining nutrisi termasuk anthropometricparameters (BMI dan persentase
penurunan berat badan) dan parameter biokimia. BMI normal adalah antara 18,5-
24,9. Penurunan berat badan merupakan parameter yang lebih baik untuk
mengetahui status malnutrisi pada pasien kanker dengan kemoterapi. Sebagian
besar penurunan berat badan adalah 6-15% dari berat badan sebelum menjalani
kemoterapi. Skrining rutin malnutrisi pada pasien kanker harus mencakup faktor
faktor masalah yang timbul terkait dengan gangguan gastrointestinal (GI) yang
mencakup gejala yang mempengaruhi asupan makanan (Lara et al , 2012).
7. Kelelahan
Waktu terjadinya kelelahan yaitu 1 sampai 2 minggu setelah pemberian
kemoterapi. Kelelahan (fatigue) muncul saat berjalan dan melakukan kegiatan
rumah tangga seperti menyapu, mencuci dan memasak. Kelelahan dapat terjadi
karena kebutuhan nutrisi yang kurang sehingga kebutuhan energi dalam tubuh
tidak tercukupi. Kelelahan dapat muncul beberapa hari setelah pengobatan
kemoterapi dan akan terus semakin memburuk.
Sedangkan Menurut Vitkauskaite et al (2011), kelelahan dapat disebabkan
banyak faktor seperti anemia, gangguan tidur, nyeri, gangguan emosi, efek
pengobatan dari kanker dan disfungsi organ. Kelelahan dapat terjadi karena
anemia dan kebutuhan nutrisi yang kurang yang terjadi akibat penurunan nafsu
makan. Efek kemoterapi menyebabkan adanya pelepasan zat-zat sitokin seperti
TNF (tumor nekrosis faktor) dan interleukin yang menyebabkan hipotalamus
bereaksi dengan menurunkan rasa lapar mengakibatkan pasien kemoterapi
mengalami penurunan nafsu makan sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak
tercukupi. Kelelahan dapat muncul beberapa hari setelah pengobatan kemoterapi.
Penyebab umum lainnya dari kelelahan terkait kanker antara lain karena kanker
itu sendiri, kehilangan nafsu makan, anemia (rendahnya jumlah sel darah merah),
nyeri yang tidak terkontrol, depresi, kurang tidur atau insomnia, obat obatan,
kurangnya olahraga, nutrisi yang tidak memadai. Sebagian besar orang yang
menerima pengobatan kanker mengalami kelelahan dan beberapa penderita
kanker yang selamat, mengalami kelelahan selama berbulan-bulan dan bahkan
bertahun-tahun setelah menyelesaikan pengobatan kanker. Kelelahan sering
mengakibatkan dampak negatif yang mempengaruhi keseluruhan fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi. Ada banyak penyebab kelelahan yang berhubungan dengan
kanker termasuk pengobatan kanker (Ream, Richardson, , Dann, 2006).
8. Penurunan Nafsu makan
Penurunan nafsu makan terkait kanker dapat terjadi karena sinyal rasa
lapar yang berasal dari hipotalamus berkurang dan sinya kenyang yang dihasilkan
oleh melacortins diperkuat. Pada pasien kemoterapi penurunan nafsu makan juga
dipengaruhi oleh rasa mual dan perubahan sensari rasa
9. Nyeri
Neurophysiology nyeri pada kanker merupakan suatu hal yang komplek
yang meliputi mekanisme inflamatory, neuropathy, iskemik, dan kompresi
termasuk faktor psikososial dan spiritual. Rasa nyeri timbul dibagian perut bawah
dan punggung, terjadi secara hilang timbul, dapat diperberat oleh aktifitas fisik
yang berat, setelah kemoterapi selesai nyeri akan berkurang.
10. Perubahan rasa
Menurut Hong et al (2009), Efek samping dari pengobatan kanker dan
juga kanker itu sendiri dapat menyebabkan disfungsi persepsi sensorik pada
pasien. Gangguan rasa dan bau dapat meliputi perubahan ketajaman rasa (ageusia
dan hypogeusia), kualitas (dysgeusia dan phantogeusia), gangguan persepsi
penciuman, dan sindrom mulut kering (xerostomia). Pasien yang diberikan
kemoterapi sering mengeluhkan perubahan dalam persepsi rasa (changes in taste
quality), perubahan perspsi rasa yang paling banyak dikeluhkan adalah rasa pahit
atau rasa metal. Kualitas rasa juga berkurang yang dideskripsikan sebagai sensasi
rasa tidak enak di mulut atau mual. Faktor lain yang berpengaruh adalah
kurangnya perawatan mulut, infeksi, Klgastrointestinal reflux.

 Secara Psikologis :
1. Cemas
Kecemasan pada pasien kemoterapi dipengaruhi oleh beberapa factor, bisa
karena factor interna maupun eksternal.
- Faktor eksternal diantaranya :Adanya ancaman fisik dan harga diri, dan
tingkat keparahan penyakit.
- Faktor internal diantaranya: Kemampuan beradaptasi, Keyakinan akan
kemampuan mengontrol situasi, jenis kelamin dan kepribadian, pengalaman
individu dengan situasi yang dialami, pengetahuan pasien mengenai berbagai
hal tentang kanker dan prosedur pengobatan (Oetami, 2014).
2. Ketidakberdayaan
Pada pasien kemoterapi ketidakberdayaan dapat berupa gangguan emosi,
misalnya menangis kaena teringat akan penyakit yang dideritanya (Oetami, 2014).
3. Harga diri rendah
Pada pasien kemoterapi dampak psikologis harga diri berupa rasa malu dan
rasa pesimis dalam menjalani kehidupan dikarenakan efek kemoterapi yang
merubah kondisi fisiologis tubuhnya (Oetami, 2014).
4. Stress dan amarah
Stress dan marah pada pasien kemoterapi timbul karena adanya rasa tidak
suka terhadap efek pengobatan yang dirasakannya (Oetami, 2014).
5. Depresi
Depresi yang dialami pasien kemoterapi adalah depresi minimal dan depresi
sedang (Rulianti, 2013).Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonia
(2014),penderita keganasan yang mendapatkan kemoterapi menunjukkan
pravelensi gejala psikologis depresi lebih tinggi dari ansietas.

G. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

1. Indikasi Pemberian Obat Kemoterapi


Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus
dengan hati-hati dan atas indikasi. Menurut Brule, (WHO,1976), ada 7 indikasi
pemberian kemoterapi, yaitu :
 Untuk menyembuhkan kanker
 Memperpanjang hidup dan remisi
 Memperpanjang interval bebas kanker
 Menghentikan progesi sel kanker
 Pallasi symptom
 Mengecilkan volume kanker
 Menghilangkan gejala para neoplasma

2. Kontraindikasi
Bagi kebanyakan pasien, kemoterapi merupakan bagian penting dari pengobatan
kanker dan telah meningkatnya angka kelangsungan hidup dari sejumlah besar
kanker. Karena obat kemoterapi memiliki beberapa efek samping jangka pendek dan
panjang, maka dokter harus memastikan bahwa kondisi pasien tidak membuat
kemoterapi menjadi berbahaya atau bahkan mengancam jiwa. Adapun kontraindikasi
pemberian kemoterapi terdiri dari kontraindikasi absolute dan relatif.
 Kontraindikasi pemberian kemoterapi absolute yaitu :
a. Trimester pertama kehamilan
Karena adanya potensi tinggi terhadap bayi lahir cacat, dan efek samping
lainnya. Secara umum, trimester pertama kehamilan merupakan
kontraindikasi terhadap obat-obat kemoterapi. Namun, terdapat beberapa jenis
obat kemoterapi yang aman diberikan pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Sehingga jika pasien tidak ingin mengakhiri kehamilan, pada
umumnya dokter akan menunggu sampai trimester kedua kehamilan untuk
memulai kemoterapi.
b. Septikemia (infeksi)
Infeksi yang sedang berlangsung juga merupakan salah satu kontraindikasi
pemberian kemoterapi karena kemoterapi dapat menurunkan jumlah sel darah
sehingga pertahanan tubuh lemah dan tubuh akan sulit melawan infeksi.
Setelah infeksi ditangani, pemberian kemoterapi dapat dimulai.
c. Penyakit stadium akhir
Koma
 Kontraindikasi pemberian kemoterapi relatif yaitu :
a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah
b. Keadaan umum yang buruk
c. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati, ginjal dan
jantung

Penderita yang tidak kooperatif :


a. Dimensia
b. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi
c. Pasca pembedahan atau operasi
d. Tumor yang resisten terhadap obat
e. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai

H. Peran Perawat dalam Pemberian Kemoterapi

Dalam tindakan kemoterapi petugas medis harus memiliki pengetahuan tentang


prosedur pemberian obat kemoterapi. Karena, pemberian kemoterapi yang di lakukan
oleh perawat rentan terkena pada kulit atau mata pada saat melakukan tindakan. Eksposur
kemoterapi dapat mempengaruhi system saraf yang akan mengganggu system reproduksi
dan membawa peningkatan risiko kanker darah di masa depan dan berbahaya untuk
kesehatan perawat (Hidayanti,2014).
Pemberian kemoterapi apabila tidak di laksanakan sesuai prosedur dapat
berdampak negatif pada pasien dan juga perawat. Oleh sebab itu, perawat harus memiliki
pengetahuan tentang prosedur kemoterapi yang aman yaitu mulai dari pelaksanaan awal
pemberian kemoterapi sampai dengan pemakaian alat pelindung (APD) yang lengkap
berupa sarung tangan khusus untuk kemoterapi, kacamata pelindung, masker, dan
pakaian pelindung. Selain itu dalam memberikan obat kemoterapi diperlukan lokasi /
ruang khusus dan pakaian khusus untuk melindungi perawat pada saat pelaksanaan
proses pencampuran obat (Hidayanti, 2014)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEMOTERAPI


A. Pengkajian Dasar
1. Melakukan pengakjian meliputi :
a. Identitas
b. Tingkat kesadaran
c. Berat badan (biasanya pasien kemoterapi berat badannya menurun)
d. TTV
e. Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri)
f. Masalah tentang berkemih (rasa terbakar, frekuensi)
g. Perubahan pada fungsi neurologis (sakit kepala, rasa baal, gangguan penglihatan,
berjalan dan mendengar)
h. Kondisi kulit
i. Bunyi paru
j. Nafsu makan (biasanya nafsu makan menurun karena mual dan muntah)
k. Perubahan pada pola defekasi atau warnanya dan konsistensi dari feses
l. Perubahan pada tingkat aktivitas seperti kelemahan yang terus menerus
2. Pemeriksaan hasil laboratorium, digunakan untuk memantau reaksi-reaksi yang
merugikan
3. Kaji pemahaman tentang kemoterapi dan masalah potensial efek samping terapi
B. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah sekunder terhadap
kemoterapi
b. Ansietas b/d takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
c. Intoleransi Aktivitas b/d keletihan sekunder terhadap anemia karena kemoterapi

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
Perubahan nutrisi Tujuan : setelah dilakukan - Observasi TTV klien
kurang dari kebutuhan Tindakan keperawatan - Pantau berat badan
tubuh b/d mual muntah selama 3x24 jam, setiap minggu
sekunder terhadap diharapkan status nutrisi - Pantau masukan
kemoterapi pasien adekuat dengan makanan dan cairan
serta makanan yang
Kriteria Hasil : disediakan
- Pasien tidak - Anjurkan makan porsi
kehilangan berat kecil namun sering
badan jika pasien mengalami
- Mual dan muntah penurunan nafsu
berkurang makanan dan cepat
- Masukan makanan merasa kenyang
lebih besar dari 50% - Tambahkan makanan
setiap makan yang mengandung
tinggi protein,
vitamin, mineral dan
kalori
- Hindari makan
makanan yang pedas,
berlemak, dan manis-
manis selama
pengobatan
- Berikan diet halus
selama kemoterapi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
membantu
perencanaan makanan

Ansietas b/d takut akan Tujuan : setelah dilakukan - Observasi TTV klien
kemoterapi dan Tindakan keperawatan - Pantau tingkat
kemungkinan efek selama 2x24 jam, kecemasan klien
samping diharapkan cemas menurun - Jelaskan mengenai
dengan Tindakan kemoterapi
Kriteria Hasil : dan efek sampingnya
- Pasien mengatakan - Gunakan pendekatan
cemas menurun yang tenang dan
pada tingkat yang meyakinkan
dapat diatasi - Lakukan Tindakan
- TTV dalam batas yang membuat
normal nyaman, mis : posisi
nyaman
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
terhadap ekspresi
perasaan dan
kekhawatirannya
- Berikan aktivitas
pengalih perhatian
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
penurun ansietas
sesuai kebutuhan
Intoleransi Aktivitas b/d Tujuan : setelah dilakukan - Pantau pola istirahat
keletihan sekunder Tindakan keperawatan adanya keletihan pada
terhadap anemia karena selama 2x24 jam, pasien
kemoterapi diharapkan pasien dapat - Anjurkan pasien
melakukan aktivitas seperti untuk
semula mempertahankan pola
tidur/istirahat/aktivitas
Kriteria Hasil : sebanyak mungkin
- Pasien dapat - Anjurkan pasien
mempertahankan untuk
tingkat aktivitas mengungkapkan
maksimal perasaan adanya
- Pasien akan keterbatasan
memaksimalkan - Anjurkan pasien
energi untuk untuk merencanakan
beristirahat periode istirahat
sesuai kebutuhan
sepanjang hari
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemoterapi atau biasa disebut “kemo” adalah penggunaan obat pembunuh kanker.
Obat ini bisa di masukkan melalui infuse vena, suntikan, dalam bentuk pil atau cairan.
Tujuan pemberiannya sebagai terapi adjuvant, terapi neodjuvan, kemoterapi primer,
kemoterapi induksi dan kemoterapi kombinasi. Adapun efek samping secara fisik yaitu
mual muntah, konstipasi, neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia, penurunan berat
badan, kelelahan,perubahan nafsu makan, nyeri, dan perubahan rasa sedangkan efek
samping secara psikologis seperti cemas, ketidakberdayaan, harga diri rendah, stress dan
amarah bahkan sampai depresi. Pasien kemoretapi bisa dilakukan dengan beberapa
macam Tindakan seperti pemberian oral, intra-musculus, intravena, intra-arteri,
intraperitonial. Untuk indikasinya sendiri terdapat 7 indikasi pemberian kemoterapi
diantaranya untuk menyembuhkan kanker, memperpanjang hidup dan remisi,
memperpanjang interval bebas kanker, menghentikan progesi sel kanker, pallasi
symptom, mengecilkan volume kanker dan menghilangkan gejala para neoplasma.

B. Saran
Pemberian kemoterapi dilakukan harus sesuai dengan SOP sehingga pelaksanaan
kemoterapi dapat berjalan dengan lancar. Demikian makalah kami, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahun tentang pemberian kemoterapi.
Serta kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun bagi makalah kami.
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
- Alpres A, (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC pp. 9-12.
- Yudissanta, A., & Ratna, M. (2012). Analisis pemakaian kemoterapi pada kasus
kanker payudara dengan menggunakan metode regresi logistik multinomial (studi
kasus pasien di rumah sakit “x” surabaya). Jurnal Sains dan seni its, 1(1), D112-
D117.
- Mayo Clinic. (2019). Chemotherapy
- Hidayanti Sri,Utami GT (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
Kemoterapi Dengan Tindakan Pemberian Kemoterapi Pasien Kanker Payudara.
Disertasi Doktor, Universitas Riau.
- Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed.ke-6 ECG. Jakarta 2001
- Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C. 2008. Coping with Nausea a Vomiting
from Chemotheraphy. www.cancercare.com
- Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009. Chemotherapy Induced Nausea and
Vomiting:Challenges and Opportunities for Improved Patients Outcomes. Journal of
Oncology Nursing or the Oncology Nursing Society. Vol. 13, No. 1,
Doi:10.118/09.CJON,55-64
- Avila, G. J. 2004. Pharmacologic Treatment of Constipation in Cancer
Patients.Journal of Departement of Pharmacy, Vol. 11, No.3, http://moffitt.org/
- Wolf, S., Barton, D., Kottschade, L., Grothey, A., Loprinzi, C. 2008.Chemotherapy
Induced Peripheral Neuropathy Prevention and TreatmentStrategies. European
journal of cancer, 1507 – 1515. Doi:10.1016/j.ejca.2008.04.018, www.ejconline.com.
- American Cancer Society. 2013. Understanding Chemotheraphy: A Guide for
Patients and Luanpitpong, S., & Rojanasakul, Y. 2012.Chemotherapy Induced
AlopeciaTopicsin Cancer Survivorship. Journal of Europe: In
Tech. ISBN: 978953-3078946,www.intechopen.co
- Lara, S. K., Morales, U. E., Kuba, M. D., Green, D. 2012. Gastrointestinalsymptoms
and weight loss in cancer patients receiving chemotherapy. British journal of
Nutrition, 894-897. Doi: 10.1017/S0007114512002073
- Vitkauskaite, E., Juozaityte, E., Drukteniene, J., Bunevicius, R. 2011. ASystematic
Review of Cancer Related Fatigue. Biological Psychiatry andPsychopharmacology.
Vol. 13
- Ream, E., Richardson, A., Dann, A. C. 2006. Supportive Intervention for Fatigue in
Patients Undergoing Chemotherapy. Journal of Pain and Symptom Management, Vol.
31, No. 2. Doi: 10.1016/j.jpainsymman.2005.07.003
- Hong, H.J., Ozbek, O. P., Stanek, T. B., Dietrich, M. A., Duncan, E. S., Lee, W.Y.,
Lesser, G. 2009. Taste and Odor Abnormalities in cancer Patients. TheJournal of
Supportive Oncology, 7:58-65. www.SupportiveOncology.net
- Wardyani, Niken Putri, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Poborogo.
- Rasjidi, Imam (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktek Sehari-hari.
Jakarta: CV
- Nindya Shinta, R., & Surarso(2016). Terapi Mual Muntah Pasca Kemoterapi
- Oetami, F. (2014). Analisis Dampak Psikologis Pengobatan Kanker Payudara di RS.
Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar
- Ariani, S. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta : Istana Media
- Anwar, Anita Deborah,dkk. (2013). Bandung Controversies and Consensus in
Obstetrics & Gy necolology. Bandung : CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai