Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, Tuhan yang maha Esa yang
selalu melimpahkan petunjuk dan karunia rahmat serta hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul“Terapi Modalitas (
Kemoterapi,Radiasi dan Pembedahan ) Pada Pasien Paliatif“.Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan,
penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan pemikiran berupa
kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnyamembangun demi
penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang

Jambi, 6 Desember 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3.Tujuan Penulisan .................................................................... 2
1.4.Manfaat Penulisan .................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4

2.1.Konsep Kemoterapi ................................................................ 4


2.2.Konsep Pembedahan .............................................................. 8
2.3.Konsep Radiologi ................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................. 15

3.1 Konsep Radiologi .................................................................. 9

3.2 Saran ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan


kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World
Health Organization (WHO), 2016). Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit
yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan
prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS
5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.

Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit


yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60
tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et
al., 2014). Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu
Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014). Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam
benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara
yang membutuhkan perawatan paliatif.

WHO (2010) menyatakan bahwa semua pasien kanker membutuhkan


perawatan paliatif. Hal ini berarti bahwa perawatan paliatif diberikan sejak awal
diagnosa ditegakkan tanpa mempedulikan stadium penyakit. Kepmenkes
RI/812/2007 menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, pencegahan
dengan identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalahmasalah lain seperti fisik, psikososial, dan spiritual.

1
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak
seperti radiasi atau operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi
sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).
Obat-obat anti kaker ini dapat digunakan sebagai terapi single agents),
tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan
potensi sitotoksik terhadap sel kanker.
Pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani (Sjamsuhidajat & Win de Jong, 2005). Bedah/operasi merupakan
tindakan pembedahan cara dokter mengobati kondisi yang sulit atau tidak
mungkin dengan obat-obatan sederhana (Potter & Perry,2006). Hampir semua
tindakan pembedahan dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum (Lestari,
2010).

Radioterapi atau terapi radiasi merupakan salah satu metode pilihan dalam
pengobatan penyakit maligna dengan menggunakan radiasi ion. Radiasi ion ialah
jenis radiasi yang meningkatkan ionisasi pada daerah tertentu yang bertujuan
untuk mematikan sel-sel kanker sebanyak mungkin dan memelihara jaringan
sehat disekitar kanker agar tidak menderita kerusakan terlalu berat.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
terapi modalitas (kemoterapi, pembedahan dan radiasi) pada pasien dengan
perawatan paliatif untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah
bagaimanaterapi modalitas ( kemoterapi,radiasi dan pembedahan ) pada pasien
paliatif .

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori tentang terapi modalitas
kemoterapi pada pasien paliatif
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori tentang terapi modalitas
pembedahan pada pasien paliatif
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori tentang terapi modalitas radiasi
pada pasien paliatif

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Sekolah/ Pusat terapi
Sebagai referensi dalam menambah pengetahuan sekolah atau pusat terapi
tentang teori terapi modalitas ( kemoterapi,radiasi dan pembedahan ) pada
pasien paliatif .
2. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan materi referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan


khususnya mengenai teori terapi modalitas (kemoterapi,radiasi dan
pembedahan ) pada pasien paliatif .

3. Bagi institusi
Sebagai referensi bagi institusi pendidikan khususnya prodi
keperawatan universitas jambi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Terapi Kemoterapi


2.1.1 Definisi Kemoterapi

Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat


sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan
zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat
proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker
yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005).Untuk kemoterapi bisa
digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi
digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya
dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha
untuk mendapatkan hasiat lebih besar (Admin, 2009).

2.1.2 Tujuan kemoterapi

1) Pengobatan.

2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.

2.1.3 Manfaatkemoterapi

1) Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.

2) Kontrol

4
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan
kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.

3) Mengurangi gejala
Bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterap
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada
penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih
baik serta memperkecil ukurran kanker pada daerah yang diserang.

2.1.4 Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.

Menurut Munir (2005), sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang


digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang
berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin
peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin
lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut
Kemoresisten. Kemoterapi bekerja dengan cara:

1) Merusak DNA dari sel-sel yang membelah dengan cepat, yang dideteksi
oleh jalur p53/Rb, sehingga memicu apoptosis
2) Merusak aparatus spindel sel, mencegah kejadian pembelahan sel.
3) Menghambat sintesis DNA

2.1.5 Obat-Obat Kemoterapi

Menurut Munir (2005), jenis obat yang digunakan pada tindakan


kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :

1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik


Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA
di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.

2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti


sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.

5
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan
mitosis sel.

4). Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan


menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

2.1.6 Pola pemberian kemoterapi (Munir, 2005)

1) Kemoterapi Induksi

Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau


jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky
Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma,
disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.

2) Kemoterapi Adjuvan

Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan


atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

3) Kemoterapi Primer

Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan


pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

4) Kemoterapi Neo-Adjuvan

Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti


pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga
operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

6
2.1.7 Cara pemberian obat kemoterapi (Munir, 2005)

1) Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV


pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120
menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump
upaya lebih akurat tetesannya.

2) Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor


dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.

3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,


tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi
ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.

4) Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran, Myleran,


Natulan, Puri-netol, hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.

5) Subkutan dan intramuskular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-


Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.

6) Topikal

7) Intra arterial

8) Intracavity

7
9) Intraperitoneal/Intrapleural

Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang


banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin.
Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk
memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan
produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.

2.1.8 Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien (Herdata, 2009)

1) Persiapan Pasien

Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan


pemeriksaan yang meliputi:

1. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.


2. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
3. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila
serum creatinin meningkat.
4. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
5. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

2) Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi :

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan


kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable
side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai
berikut :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
yaitu status penampilan <= 2. Status Penampilan Penderita Ca
(Performance Status) ini mengambil indikator kemampuan pasien,
dimana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi
penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor
yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan
sesuai status penampilannya. Skala status penampilan menurut

8
ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah sebagai
berikut:
a. Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk
mengerjakan tugas kerja dan pekerjaan sehari-hari.
b. Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu
bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
c. Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya
untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri,
tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
d. Grade 3: Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih
dari 50% waktunya untuk tiduran.
e. Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun,
betul-betul hanya di kursi atau tiduran terus
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram %
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (Tes Faal
Ginjal)
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes
Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan
pada usia diatas 70 tahun.
9. Keadaan umum cukup baik.
10. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
11. Faal ginjal dan hati baik.
12. Diagnosis patologik
13. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
14. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.

9
3) Prosedur Pemberian Kemoterapi

1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan,
cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata,
sarung tangan dan sepatu.
3. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic
4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infuse
5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik
(primperan, zofran, kitril secara intra vena)
6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
7. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe
pump) sesuai program
8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
9. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik
dan diikat serta diberi etiket.
10. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan
deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik
kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
11. Catat semua prosedur
12. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah
jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

2.1.9 Efek samping kemoterapi (Herdata, 2008)

Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal
yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada
traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-
sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal
bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada
sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut.

10
Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang,
folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika.
Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat
lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada
sel kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa
kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi
dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi
juga merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi
tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas
permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan
(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita.
Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan
umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll),
status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis,
faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif
tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting)
maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping
terhadap organ tersebut lebih minimal. Intensitas efek samping tergantung dari
karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu
efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis
dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh
bermakna. Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :

1) Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ


tubuh tertentu.
2) Dosis.
3) Jadwal pemberian.

11
4) Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5) Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas
pada organ tertentu.

2.1.10 Langkah-Langkah Pemberian Obat Kemoterapi Oleh Perawat


Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan
memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal
perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan
nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran.
Menurut Admin (2009), bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow
maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
1) Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau
kain
2) Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
3) Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5%
atau intralit.
4) Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada
pada puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak
terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang
diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2 kali
5) Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan
kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
6) Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5%
dengan volume cairan yang telah ditentukan
7) Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat
kedalam flabot atau botol infus.
8) Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir
pemberian atau dengan syringe pump.
9) Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.

12
10) Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau
jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari
tusukan.

2.2 Konsep Terapi Pembedahan


2.2.1 Definisi Pembedahan

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang


menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
(LeMone dan Burke, 2004). Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan,
pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. (Syamsuhidajat, 2010).
Pembedahan dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera
atau cacat, serta mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan
hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter dan Perry 2006).

Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit


pasien, jenis pembedahan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut,
tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi pasien sendiri,
pembedahan adalah hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal tersebut di atas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah langkah pre oiperatif (Baradero & Mary, 2009).

2.2.2 Indikasi Pembedahan

Tidakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya


adalah :

1) Diagnostik : biopsi atau laparotomy eksploitasi


2) Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi
3) Reparatif : memperbaiki luka multipel
4) Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah platik

13
5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki
6) masalah, contoh : pemasangan selang gastrotomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan

2.2.3 Klasifikasi Pembedahan

Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan,maka tindakan

pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain : (Effendy,

dkk 2005)

1) Kedaruratan/Emergency : pasien membutuhkan perhatian segera,

gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan

tanpa ditunda, misal : pendarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau

usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat

luas.

2) Urgen : pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat

dilakukan dalam 24-30 jam, misal : infeksi kandung kemih akut, batu

ginjal atau batu pada uretra.

3) Diperlukan pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat

diriencanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal : Hyperplasia

prostate tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.

4) Efektif : pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,

bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan, misal

: perbaikan sesar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.

14
5) Pilihan keputusan tentang dilakukannya pembedahan diserahkan

sepenuhnya kepada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan

pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal : bedah kosmetik

2.2.4 Persiapan Pembedahan

Menurut Oswari, 2005 ada beberapa persiapan dan perawatan yang harus
dilakukan pasien sebelum operasi adalah sebagai berikut :

1). Persiapan mental

Pasien yang akan dioperasi biasanya akan menjadi agak gelisah dan takut.
Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas. Tetapi kadang-
kadang pula, kecemasan itu dapat terlihat dalam bentuk lain. Pasien yang gelisah
dan takut sering bertanya terus–menerus dan berulang-ulang, walaupun
pertanyaannya telah dijawab. Ia tidak mau berbicara dan memperhatikan keadaan
sekitarnya, tetapi berusaha mengalihkan perhatiannya dari buku. Atau sebaliknya,
ia bergerak terus-menerus dan tidak dapat tidur.Pasien sebaiknya diberi tahu
bahwa selama operasi ia tidak akan merasa sakit karena ahli bius akan selalu
menemaninya dan berusaha agar selama operasi berlangsung, penderita tidak
merasakan apa-apa. Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa semua operasi besar
memerlukan transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang selama
operasi dan transfusi darah bukan berarti keadaan pasien sangat gawat. Perlu juga
dijelaskan mengenai mekanisme yang akan dilakukan mulai dari dibawanya
pasien ke kamar operasi dan diletakkan di meja operasi, yang berada tepat di
bawah lampu yang sangat terang, agar dokter dapat melihat segala sesuatu dengan
jelas. Beri tahu juga bahwa sebelum operasi dimulai, pasien akan dianastesi umum,
lumbal, atau lokal.

2). Persiapan fisik

15
1. Makanan.Pasien yang akan dioperasi diberi makanan yang berkadar lemak
rendah, tetapi tinggi karbohidrat, protein, vitamin, dan kalori. Pasien harus
puasa 12-18 jam sebelum operasi di mulai.
2. Lavemen/Klisma.Klisma dilakukan untuk mengosongkan usus besar agar
tidak mengeluarkan feses di meja operasi.
3. Kebersihan mulut.Mulut harus dibersihkan dan gigi di sikat untuk
mencegah terjadinya infeksi terutama bagi paru-paru dan kelenjar ludah.
4. Mandi.Sebelum operasi pasien harus mandi atau dimandikan. Kuku disikat
dan cat kuku harus dibuang agar ahli bius dapat melihat perubahan warna
kuku dengan jelas.
5. Daerah yang akan dioperasi.Tempat dan luasnya daerah yang harus
dicukur tergantung dari jenis operasi yang akan dilakukan.
6. Sebelum masuk kamar bedah.Persiapan fisik pada hari operasi, seperti
biasa harus diambil catatan suhu, tensi, nadi, dan pernapasan. Operasi
yang bukan darurat, bila ada demam, penyakit tenggorokan atau sedang
haid, biasanya ditunda oleh ahli bedah atau ahli anastesi.Pasien yang akan
dioperasi harus dibawa ke tempat pada waktunya. Jangan dibawa kamar
tunggu teralu cepat, sebab teralu lama menunggu tibanya waktu operasi
akan menyebabkan pasien gelisah dan takut.

2.3 Konsep Radiotrapi


2.3.1 Pengertian Radioterapi

2.3.2 Mekanisme Kerja

Radiasi ion yang digunakan dalam radioterapi dibagi menjadi 2 yaitu,


corpuscular dan electromagnetic. Radiasi corpuscular berupa elektron, proton, dan
neutron, sedangkan radiasi electromagnetic disebut juga photon berupa sinar X
dan sinar Gamma.

16
Dalam praktek klinis, perawatan dengan radioterapi banyak dilakukan
dengan menggunakan photon. Radiasi ion yang bekerja pada DNA sel kanker
menyebabkan kematian atau kehilangan kemampuan reproduksifitas sel. DNA sel
akan melakukan duplikasi selama mitosis. Sel-sel dengan tingkat aktifitas mitosis
yang tinggi lebih radiosensitif dibandingkan dengan sel-sel yang tingkat aktifitas
mitosis lebih rendah.8 Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan
elektrolit dari cairan tubuh baik intra seluler maupun ekstra seluler sehingga
timbul ion H+ dan OH- yang sangat reaktif. Ion-ion tersebut dapat bereaksi
dengan molekul DNA dalam kromosom sehingga dapat terjadi antara lain:

1) Reaksi duplikasi DNA pecah.


2) Perubahan cross-lingkage dalam rantai DNA.
3) Perubahan basa yang menyebabkan degenerasi atau kematian sel.

Sel-sel yang masih bertahan hidup akan mengadakan reparasi kerusakan


DNAnya masing-masing. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan
lebih cepat dibandingkan sel kanker. Keadaan tersebut yang akan digunakan
sebagai dasar untuk radioterapi pada kanker.

2.3.3 Teknik Radioterapi

Radioterapi dapat diberikan dalam berbagai teknik. Ada tiga teknik utama
pemberian radioterapi, yaitu :

1) Radiasi Eksterna atau Teleterapi Sumber radiasi berupa aparat sinar X atau
radioisotop yang ditempatkan diluar tubuh. Sinar diarahkan ke kanker yang
akan diberikan radiasi. Besar energi yang diserap oleh suatu kanker tergantung
dari :

1. Besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi.


2. Jarak antara sumber energi dan kanker.
3. Kepadatan massa kanker. Teleterapi umumnya diberikan secara fraksional
dengan dosis 150-250 rad per kali dalam 2-3 seri. Diantara seri 1-2 atau 2-

17
3 istirahat selama 1-2 minggu untuk pemulihan keadaan penderita
sehingga radioterapi memerlukan waktu 4-6 minggu.

2). Radiasi Interna atau Brakhiterapi

Sumber energi diletakkan di dalam kanker atau berdekatan dengan


kanker.Ada beberapa jenis radiasi interna, yaitu:

1. Interstitial.Radioisotop yang berupa jarum ditusukkan ke dalam kanker,


misalnya jarum radium atau jarum irridium.
2. Intracavitair.Pemberian radiasi dapat dilakukan dengan : After loading
Suatu aplikator kosong dimasukkan dalam rongga tubuh ke tempat kanker.
Setelah aplikator letaknya tepat, kemudian radioisotop dimasukkan ke
dalam aplikator.Instalasi.
3. Intravena Radiasi.intravena menggunakan larutan radioisotop yang
disuntikkan ke dalam vena, misalnya iodium yang disuntikkan intravena
akan diserap oleh kelenjar tiroid untuk mengobati kanker tiroid.

2.3.4 Dosis Radiasi

Untuk mengungkapkan jumlah radiasi yang diserap oleh jaringan, unit


Sistem Internasional (SI) pada awalnya menyatakannya dalam rad (radiasi dosis
yang diserap) artinya banyaknya energi yang diserap per unit jaringan. Saat ini
digantikan oleh Gray yang didefinisikan sebagai 1 joule per kilogram. Gy adalah
singkatan Gray, dengan demikian 1 Gy = 100 cGy = 100 rad. Radiasi kuratif dapat
diberikan pada semua tingkatan penyakit kecuali pada penderita dengan
metastasis jauh. Sasaran radiasi adalah kanker primer, kelenjar getah bening leher
dan supra klavikular. Dosis total yang diberikan adalah 66-70 Gy dengan fraksi 2
Gy, dengan waktu 5 kali pemberian dalam seminggu dan sekali sehari. Setelah
dosis 40 Gy medulla spinalis di blok dan setelah 50 Gy daerah atau lapangan
penyinaran klavikular dikeluarkan.

18
Radiasi paliatif diberikan untuk metastasis kanker pada tulang dan
kekambuhan lokal. Dosis radiasi untuk metastasis tulang adalah 30 Gy dengan
fraksi 3 Gy, yang diberikan dengan waktu 5 kali pemberian dalam seminggu.
Untuk kekambuhan lokal, lapangan radiasi dibatasi hanya pada daerah
kekambuhan saja.

2.1.5 Komplikasi Radioterapi

Tujuan dilakukan perawatan radioterapi adalah untuk mematikan sel-sel


kanker sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat disekitar kanker akan
tetapi, radioterapi juga dapat merusak jaringan sehat yang ada di area radiasi dan
mengakibatkan komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :

1. Komplikasi Dini.Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah


radioterapi, seperti : Xerostomia , Mukositosis ,Kandidiasis,Dermatitis,
Eritema,Mual-muntah dan Anoreksia
2. Komplikasi Lanjut.Biasanya terjadi setelah satu tahun pemberian
radioterapi, seperti : Kerontokan, terjadi pada pasien dengan radioterapi
daerah otak. Namun, tidak seperti kerontokan pada kemoterapi,
kerontokan karena radioterapi bersifat permanen dan biasanya terbatas
pada daerah yang terkena sinar radiasi. Kerusakan vaskuler,Kerusakan
aliran limfe ,Kanker, dapat terjadi dikarenakan radiasi merupakan sumber
potensial kanker dan keganasan sekunder. Ditemukan pada minoritas
pasien dan biasanya timbul beberapa tahun setelah mendapatkan
perawatan radiasi. Kematian, radiasi juga memiliki resiko potensial
terhadap kematian karena serangan jantung yang ditemukan pada pasien
post radioterapi kanker payudara.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau
menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik.
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh.
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut, tindakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar.
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut,
tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar.
3.2 Saran
1. Bagi Sekolah/ Pusat terapi

Diharapkan makalah ini sebagai salah satu sumber informasi mengenai


teori terapi modalitas ( kemoterapi,radiasi dan pembedahan ) pada pasien
paliatif .

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa makalah ini sebagai bahan materi referensi


pembelajaran dan menambah pengetahuan khususnya mengenai teori terapi
modalitas (kemoterapi,radiasi dan pembedahan ) pada pasien paliatif .

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai