Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEMOTERAPI

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kimia Farmasi Analias 1

Dengan Dosen Pengampu : Sofyan Ramani, M.Farm, Apt

Disusun oleh :

Annisa Azahra [17010083]

Devi Yulianti [17010095]

Evi Tasari [17010107]

Mega Afriyanti [17010125]

Nurwidya [17010145]

Semester V

Kelas A Reguler Khusus

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah_Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang sediaan Larutan.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan
materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami banyak menemukan
berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik
seara penyajian ataupun kelengkapannya. Tak lupa, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan
bidang kesehatan pada umumnya.

Bogor, September 2019

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………...

BAB
IPENDAHULUAN………………………………………………………………

1.1 LatarBelakang…………………………………………………………………
……
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………..
1.3 Tujuan
Perumusan………………………………………………………………………

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

2.1 Defenisi
Kemoterapi……………………………………………………………………
2.2 Tujuan Dan Manfaat Dari Pemberian
Kemoterapi……………………………………..

2.3 Jenis Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi


Kanker………………………………………….

2.4 Mekanisme Kerja Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi


Kanker……………………………

2.5 Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Anti Kanker Dan


Kemoterapi…………………………..

2.6 Bentuk Sediaan Dan Dosis Dari Obat


Kemoterapi…………………………………………
2.7 Efek Samping
Kemoterapi…………………………………………………………………..

2.8 Cara mengatasi efek samping


Kemoterapi………………………………………………….

2.9 Contoh Obat Untuk


Kemoterapi…………………………………………………………….

BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………….

3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………
……..

3.2
Saran………………………………………………………………………………
………

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang
berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau Tumor. Tumor ini dapat bersifat
jinak maupun ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan Kanker.
Tumor Ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian
lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi Tumor yang baru. Penyebaran
ini disebut Metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada
yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat.

Terdapat kurang lebih 130 jenis penyakit Kanker, yang mempengaruhi kondisi
tubuh kita dengan berbagai macam cara dan membutuhkan penanganan yang
berbeda-beda. Tetapi semua jenis Kanker itu memiliki kesamaan: terdiri atas sel-
sel yang membelah dengan cepat dan tumbuh tak terkontrol. Fungsi utama obat-
obat Kemoterapi (Ing. Chemotherapy) adalah mengenali dan menghancurkan sel-
sel seperti ini.

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum


atau sesudah pembedahan. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker
sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah.
Paling tidak untuk mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas.
Pengobatan Kanker tergantung pada jenis atau tipe Kanker yang diderita dan dari
mana asal Kanker tersebut. Umur, kondisi kesehatan umum pasien serta system
pengobatan juga mempengaruhi proses pengobatan kanker.

Pada kasus Kanker Pengobatan utama adalah melalui Pembedahan atau


Operasi, Kemoterapi atau dengan cara pemberian Obat-obatan dan Radioterapi
atau Penggunaan Sinar Radiasi. Pada kenyataannya Secara umum biasanya
digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan di atas,
misalnya Pembedahan yang diikuti oleh Kemoterapi atau Radioterapi, bahkan
kadang pengobatan digunakan dengan 3 kombinasi (Pembedahan, Kemotarapi
dan Radioterapi). Pada dasarnya Tujuan utama dari Pembedahan adalah
mengangkat Kanker secara keseluruhan karena Kanker hanya dapat sembuh
apabila belum menjalar ketempat lain. Sedangkan Kemoterapi dan Riadiasi tidak
bukan dan tidak lain bertujuan untuk membunuh sel-sel Kanker atau
menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker yang masih tertinggal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan defenisi dari kemoterapi?


2. Apakah Tujuan dan manfaat dari pemberian kemoterapi?
3. Apa saja jenis obat anti kanker dan kemoterapi kanker ?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat anti kanker dan kemoterapi kanker ?
5. Bagaimana indikasi dari obat anti kanker dan kemoterpai kanker ?
6. Bagaimanakah bentuk sediaan dan dosis dari obat kemoterapi?
7. Apakah efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan
cara mengatasinya?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi dari kemoterapi.
2. Untuk mengetahui Tujuan dan manfaat dari pemberian kemoterapi.
3. Untuk mengetahui jenis obat anti kanker dan kemoterapi kanker.
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat anti kanker dan kemoterapi
kanker
5. Untuk mengetahui indikasi dari obat anti kanker dan kemoterapi
6. Untuk mengetahui bentuk sediaan dan dosis dari obat kemoterapi
7. Untuk mengetahui efek samping yang dapat timbul dari pengobatan
kemoterapi dan cara mengatasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI KEMOTERAPI


Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker.
Banyak obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk
membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi
merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang
mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,
merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati
beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker
dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat
menghambat proliferasi sel-sel kanker.

2.2 TUJUAN DAN MANFAAT DARI PEMBERIAN KEMOTERAPI


Tujuan pemberian kemoterapi antara lain yaitu :
1. Pengobatan.
2. Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Manfaat Kemoterapi
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.
2. Kontrol.
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker
agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
3. Mengurangi Gejala.
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada
penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik
serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.

2.3 JENIS OBAT ANTI KANKER DAN KEMOTERAPI KANKER


A. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
1. Siklofosfamid
 Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500
mg dan 1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk
pemberian per oral.
 Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma
non Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara,
ovarium, paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Wilm.
 Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam
tubuh mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-
hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat aktif.
Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan non enzimatik
menjadi fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh
penghambat atau perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya,
siklofosfamid sendiri merupakan perangsang enzim mikrosom,
sehingga dapat mempengaruhi aktivitas obat lain.
2. Klorambusil
 Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia
limfositik kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3
mg/m2/hari sebgai dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin
diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan, sedangkan pada limfoma lain
cukup 0,1 mg/kg berat badan).
 Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma
non Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
 Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar
nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini
berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn
penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin,
mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan
dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada
karsinoma testis dan ovarium.
3. Prokarbazin
 Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral
pada orang dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau
terbagi selama minggu pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2
sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian dikurangi menjadi
100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau
respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien
dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
 Indikasi : Limfoma Hodgkin.
 Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga
berdasarkan alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non
spesifik terhadap siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk
pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam
kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison
(regimen MOPP).
4. Karboplatin
 Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.
 Indikasi : Kanker ovarium lanjut
 Mekanisme kerja : Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan
jelas, namun diperkirakan sama dengan agen alkilasi. Obat ini
membunuh sel pada semua tingkat siklus, menghambat biosintesis
DNA dan mengikat DNA melalui ikatan silang antar untai. Titik
ikat utama adalah N7 guanin, namun juga terjadi interaksi kovalen
dengan adenin dan sitosin.
B. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
1. 5-fluorourasil (5-FU)
 Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul
10 mL untuk IV.
 Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala,
Leukimia limfositik dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.
 Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan
respon ini berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang
bertanggungjawab terhadap ekspresi enzim timidilat sintetase (TS).
Enzim ini sangat penting dalam sintesis DNA yaitu merubah
deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen
promoter dari gen timidilat sintetase bervariasi pada setiap
individu. Ekspresi yang rendah dari mRNA TS berhubungan
dengan meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker
yang diobati dengan 5-FU.
2. Gemsitabin
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
 Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
 Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin
mengalami fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase dan
kemudian oleh nukleosida kinase menjadi nukleotida di- dan
trifosfat yang dapat menghambat sintesis DNA. Gemsitabin
difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase sehingga
menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang penting
untuk sintesis DNA.
3. 6-Merkaptopurin
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia
mieloblastik akut dan kronik, kariokarsinoma.
 Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-
guanin fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk
nukleotida (asam-6-tioinosinat) yang menghambat enzim
interkonversi nukleotida purin. Sejumlah asam tioguanilat dan 6-
metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk dari 6-
merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin.
Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel
limfoid pada stimulasi antigenik.
4. Methotrexat
 Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5
mg/ml, vial 50 mg/5ml.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker
payudara, leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
 Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang
menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan
dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat
dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis
asam timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada
siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak
diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam
psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat
proliferasi sel epitel kulit.
5. Sitarabin
 Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
 Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk
limphoma, leukemia meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit
digunakan untuk tumor solid.
 Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel
melalui proses carrier dan harus mengalami perubahan menjadi
senyawa aktifnya : arasitidin trifosfat. Sitosin adalah analog purin
dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara kerja utamanya
adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan
sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai
korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA,
bergabungnya DNA dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas
obat dan toksisitasnya.
C. Golongan Produk Alamiah
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
1. Vinkristin (VCR)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL
yang mengandung 1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut, neuroblastoma, tumor Wilms,
Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
 Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi
mikrotubula, menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu
spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok
asam glutamat dan penggunaannya.
2. Vinblastin (VLB)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.
 Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan
tumor payudara.
 Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan
menghambat formasi mikrotubula, kemudian menahan sel pada
fase metafase dengan cara mengganggu spindel mitotik, spesifik
untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat
dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan
penggunaannya.
3. Paklitaksel
 Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
 Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan
kepala.
 Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan
cara berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan
polimerisasi tubulin. Efek ini menyebabkan terhentinya proses
mitosis dan pembelahan sel kanker.

4. Etoposid
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
 Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan
non-Hodgkin, leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.
 Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel
melalui fase S dan menahan sel pada fase S lambat atau fase G2
awal. Obat mungkin menginhibisi transport mitokrondia pada level
NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake nukleosida ke sel
Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan
menyebabkan rusaknya strand DNA.
5. Irinotekan, Topotekan
 Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma
kolon.
 Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal
dari tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat
topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab dalam proses
pemotongan dan penyambungan kembali rantai tunggal DNA.
Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
6. Daktinomisin ( AktinimisinD)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi :
0,5 mg (mengandung manitol 20 mg).
 Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma,
sarkoma Kaposi.
 Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA,
mengalami interkalasi antara pasang basa guanin dan sitosin
sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta protein.
7. Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
 Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin
hidroklorida dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg)
daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio molar distearofosfatidilkolin :
kolesterol : daunorubisin. Doksorubisin tersedia dalam bentuk vial
10 mg dan 50 mg.
 Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan
lunak, sarkoma ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
leukemia akut, karsinoma payudara, genitourinaria, tiroid, paru,
lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-anak.
 Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi
transkripsi dan replikasi secara langsung. Selain itu, obat ini juga
mampu membentuk kompleks tripartit dengan topoisomerase II
dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP yang
terikat pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3′
fosfat, menyebabkan DNA terpisah dan kemudian
menggabungkannya lagi, fungsi penting dalam replikasi DNA dan
repair). Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan etoposid
menghambat pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan
apoptosis. Efek ini memungkinkan sel rusak karena obat ini,
sementara adanya overekspresi repair DNA terkait transkripsi
menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga membentuk radikal bebas
dalam larutan pada jaringan normal dan maligna. Intermediat
semikuinon yang dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal anion superoksida yang membentuk radikal
hidroksil dan hidrogen peroksida yang menyerang dan
mengoksidasi basa DNA (~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu
interaksi antrasiklin dengan besi. Antrasiklin berik atan dengan
membran sel mempengaruhi fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa
DNA oleh inhibisi topoisomerase II dan obstruksi sterik.
Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal ″uncoiling″ dari
ikatan heliks ganda. Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum
diketahui, mekanismenya diduga melalui ikatan langsung DNA
(interkalasi) dan inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II)
yang selanjutnya memblokade sintesis DNA dan RNA dan
fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan logam khelat yang
kuat, komplek logam doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel
membran dan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak
DNA dan membran sel dengan cepat.
8. Bleomisin
 Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk
pemberian IV, IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
 Indikasi : Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan
serviks, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
 Mekanisme kerja : Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA
untuk selanjutnya terjadi pemutusan untai tunggal dan ganda.

9. L-asparaginase
 Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
 Indikasi : Leukemia limfositik akut.
 Mekanisme kerja : Asparaginase menghambat sintesis protein
melalui hidrolisis asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia.
Sel leukimia, terutama limfoblast, memerlukan asparaginase
eksogen, sel normal dapat memproduksi asparaginase.
Asparaginase adalah daur spesifik untuk fase G1.
D. Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
1. Prednison
 Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
 Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin
dan non-Hodgkin, tumor payudara.
 Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem
imun, anti radang.
2. Medroksiprogesteron asetat
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100
mg.
 Indikasi : Tumor endometrium.
 Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang
akan menghambat maturasi follicular yang menyebabkan penebalan
endometrial.
3. Etinil estradiol
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg,
0,05 mg dan 0,5 mg.
 Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan
dengan menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif
mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi
selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu tidak boleh
diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita.
Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada
tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi,
hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada
wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit
yang makin parah dan resisten terhadap radiasi.
4. Tamoksifen
 Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20
mg.
 Indikasi : Tumor payudara.
 Mekanisme kerja : Berikatan secara kompetitif dengan reseptor
estrogen pada tumor atau target lain, membentuk kompleks nuklear
yang menurunkan sintesis DNA dan menghambat efek estrogen,
agen nonstreroidal dengan sifat antiestrogenik yang berkompetisi
dengan estrogen untuk berikatan di bagian aktif pada payudara dan
jaringan lain, sel terakumulasi pada fase Go dan G1. Sehingga
tamoksifen lebih sifat sitostatik daripada sitosidal.
5. Testosteron propionate
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal,
mucoadhesive, pellet, dan transdermal.
 Indikasi : Tumor payudara.
 Mekanisme kerja : Androgen endogen bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organ seks pria dan
mempertahankan karakteristik seks sekunder pada pria yang
mengalami defisiensi androgen.

Macam – Macam Obat Kemoterapi


Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA
di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid,
dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga
terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

2.4 MEKANISME KERJA OBAT ANTI KANKER DAN KEMOTERAPI


KANKER
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel
kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka
kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis). Makin cepat sel bermitosis,
makin sensitive terhadap kemoterapi. CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu
obat yang bekerja pada sel yang berkembang aktif, jadi harus diberikan secara
kontinyu. CELL CYCLE PHASE NON SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada
sel yang berkembang maupun yang istirahat, jadi dapat diberikan secara single
bolus.

2.5 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT ANTI KANKER DAN


KEMOTERAPI
A. Indikasi
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang
apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
yaitu status penampilan <= 2.
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/u.
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal
Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada
usia diatas 70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini
mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat
pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien
dengan sesuai status penampilannya.
B. Kontra Indikasi Kemoterapi
Kontra indkasi absolut:
 pada stadium terminal
 Kehamilan trimester pertama
 Kondisi septikemia dan koma.
 Kontra indikasi relatif :
 Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm

2.6 BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS DARI OBAT KEMOTERAPI


A. Bentuk Sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot,
bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul). Dalam bentuk
tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan
kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah. Dalam bentuk
suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit, klinik,
bahkan di rumah. Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di
rumah (oleh paramedis yang terlatih).

B. Dosis
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung
dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien
makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian
seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT
= 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5
mg = 75 mg.

2.7 EFEK SAMPING KEMOTERAPI


Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada
setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor
nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan
mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah
putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia),
supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera
atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar
leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu
diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada
supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi
dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke
empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai
mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya
tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/
berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru
umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati,
efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih
mudah diatasi.
Tergantung jenisnya kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu
sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita harus
menjalani kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling
ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama sekali
tidak merasakan adanya efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami efek
samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya. Ada-tidak atau
berat-ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain
jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan sebagainya.
Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan
tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat,
terutama sel-sel yang membelah dengan cepat.
Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang
sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang
dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau
perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang
berlangsung terus hingga akhir pengobatan.
2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah.
Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan
muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan
sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat
berlangsung singkat ataupun lama.
3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi
diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa
terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur.
Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB:
perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.
4. Rambut Rontok.
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi.
Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
5. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi
sakit pada otot.
6. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,
lebam, bercak merah di kulit

7. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah
merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah
dan tampak pucat.
8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat
garis putih melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap
siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan
kemoterapi, biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek
sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat
sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek
samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda
bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu
dengan dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang
semakin diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa
memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud
menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah
seorang dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang
merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk
memantau hasilnya.

2.8 CARA MENGATASI EFEK SAMPING KEMOTERAPI


 Pemberian anti mual dan muntah
 Saat merasa mual duduk ditempat yang segar
 Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso,
puding, susu, roti panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma,
kacang, dll)
 Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan
setelah makan. Bila tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah,
gunakan pembersih mulut
 Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
 Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian
penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase,
tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia
hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap
sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
2.9 Contoh Obat yang termasuk dalam golongan obat kemotetapi

1. CISPLATIN

Cisplatin adalah agen kemoterapi. Obat ini adalah anggota pertama dari
kelompok obat antikanker yang mengandung platina, yang didalamnya juga
termasuk karboplatin dan oksaliplatin. Kompleks platina kompleks bereaksi
dalam tubuh, berikatan ke DNA dan menyebabkan untaian DNA menjadi
crosslink, yang pada akhirnya memicu sel-sel mati dengan terprogram.

Pada dasarnya cisplatin secara umum bukanlah merupakan senyawa yang


relatif reaktif dan mudah bereaksi secara langsung dengan semua jenis molekul
aktif pada sistem biologi termasuk didalamnya basa dari DNA. Tetapi bila
senyawa ini terlarut dalam air, ligan kloro pada cisplatin diganti satu persatu oleh
ligan air (aqua) melalui reaksi hidrolisis. Selanjutnya ikatan Pt-OH2 yang terdapat
dalam senyawa kompleks monoaquaplatina dan diaquaplatina yang terbentuk
akan jauh lebih reaktif, sehingga kompleks tersebut akan lebih mudah bereaksi
dengan ligan donor beratom nitrogen pada basa DNA.

Cisplatin atau cis-diamminedichloroplatinum (CDDP) dengan nama dagang


platino atau platinolAQ, pertama kali berhasil disintesis oleh Peyrone (1845).
Pada tahun 1965, Rosenberg UNIVERSITAS SUMATRA UTARA menemukan
aktivitas pembelahan dan pertumbuhan Escherichia coli dapat dihambat oleh
cisplatin. Eksperimen selanjutnya memperlihatkan efek sitotoksik cisplatin
terhadap sel kanker pada tahun 1969. 15,23 Tahun 1972 Rossof mempublikasikan
uji klinis cisplatin.23

Gambar 2.1. Struktur kimia cisplatin

Nama sistematis (IUPAC) Data farmakokinetik

(SP-4-2)-diamminedichloroplatinum(II) Bioavailabilitas complete

Data klinis Ikatan protein > 95%

Nama dagang Platinol Waktu paruh 30–100 jam

AHFS/Drugs.com monograph Ekskresi Ginjal

MedlinePlus a684036 Pengenal

Kat. kehamilan D(US) Nomor CAS 15663-27-1

Status hukum ℞-only (US) Kode ATC L01XA01

Rute Intravenous PubChem CID 84691


DrugBank DB00515 Rumus H6Cl2N2Pt

ChemSpider 76401 Massa mol. 300.01 g/mol

UNII Q20Q21Q62J SMILES eMolecules & PubCh


em
KEGG D00275
InChI
ChEBI CHEBI:27899
 InChI=1S/2ClH.2H3N.Pt/h2*1H;2*1H3;/q
;;;;+2/p-2
ChEMBL CHEMBL2068237
Key:LXZZYRPGZAFOLE-
UHFFFAOYSA-L
Sinonim cisplatinum,
platamin, neoplatin,
cismaplat, cis-
diamminedichloridop
latinum(II) (CDDP)

Data kimia

Struktur kimia cisplatin adalah cis-PtCl2(NH3)2. Senyawa ini pertama kali ditemukan oleh
M. Peyrone (1845) yang berasal dari garam Peyrone dan strukturnya ditentukan kemudian
oleh Alfred Werner (1893). Senyawa cisplatin ini disintesis dengan memanfaatkan efek trans
antara potassium tetrachloroplatinate(II), K2PtCl4 dengan ligan amina (NH3). Struktur kimia
yang terbentuk ini sesuai dengan syarat struktur klasik untuk menjadikan logam platinum
memiliki aktivitas anti kanker, yaitu (1) Bilangan oksidasi Pt +2 atau +4, (2) Ligan amina
harus dalam posisi cis, (3) Muatan total senyawa kompleks platinum harus netral, (4) Ligan
amina (NH3) harus memiliki sedikitnya satu gugus N-H yang tersisa, dan terakhir (5) Gugus
pergi harus anion yang kekuatan ikatannya medium seperti klorida atau turunan karboksilat.

Kenapa Cis-Platin(?)

Ketika cis-platin masuk ke dalam tubuh, ia bermuatan netral sehingga secara keseluruhan
dapat melewati membran sel. Setelah itu, selama dalam sel senyawa ini menjadi teraktivasi
dengan digantikannya salah satu klorida oleh molekul air. Klorida cenderung terlepas dari
kompleks Pt(II) karena konsentrasi klorida dalam sel jauh lebih sedikit daripada dalam aliran
darah. Air itu sendiri, pada gilirannya, akan mudah tergeser oleh atom nitrogen yang
merupakan kerangka dasar dalam struktur DNA, khususnya pada nukleobasa guanin. Setelah
terikat pada DNA, ion klorida kedua diganti dengan atom nitrogen guanin dari untai DNA
yang berdekatan. Hasilnya adalah sebuah fragmen platinum yang berikatan silangintra-
strand dengan dua untai DNA dalam double helix (Gb 2). Ikatan silang intra-strandini
mencegah terjadinya pemecahan sel melalui proses mitosis sehingga tumor berhenti tumbuh.
Kalau dalam sel sehat DNA yang rusak dapat diperbaiki dengan bantuan
enzimperbaikan DNA, tetapi dalam sel-sel tumor menjadi “kaku” yang diinduksi oleh ikatan
silang pada platinum sehingga tidak dapat dikenali dan DNA tidak bisa diperbaiki lagi.
Akibatnya sel mengalami kematian (apoptosis) dan tumor akan terdegenarasi. Disinilah
peran struktur cis-platin. Berbeda dengan struktur senyawa trans-platin , dimana akan terjadi
ikatan silang antar-untai (inter-strand cross-linking), yang berakibat sel-sel yang rusak lebih
mudah diperbaiki dengan efektif (Gb 3).

( Gb 2. Mekanisme pengahancuran tumor sel oleh cis-platin )


( Gb 3. Perbedaan ikatan cis-platin dan trans-platin dengan untai DNA )

(Gambar 1. Bentuk-bentuk ikatan antara Visplatin dengan


DNA)

(Gambar 2. Foto Mikroskop Elektron dari : (a) Sekelompok nanohorn yang mengandung
cisplatin (bintik-bintik hitam) di dalam rongganya dan (b) Satu butiran cisplatin yang berada
dalam suatu rongga nanohorn.)
Dewasa ini cisplatin secara luas digunakan untuk mengobati berbagai kanker terutama
sangat efektif untuk kanker testicular dan bila dikombinasi dengan obat lain akan bekerja
sangat efektif dalam mengobati kanker ovarian, kanker kandung kemih, kanker paru, kanker
kepala dan leher. Kombinasi cisplatin tersebut dapat meliputi kombinasi dengan radioterapi
atau dengan obat tertentu seperti pacliataxel, aphidicolin dan hydroxyurea atau 5-fluorouracil.

Kombinasi antara cisplatin, vinblastine dan bleomycin akan dapat menyembuhkan 90%
kanker testicular. Sedangkan kombinasi dengan cyclohosphoramide, dioxorubicin dan
hexamethylmelamine akan mampu meningkatkan daya hidup pasien yang terkena kanker
ovarian yang sudah parah. Untuk kanker paru ataupun kanker paru non sel kecil (NSCLC),
dapat mengunakan empat kombinasi platinum yaitu cisplatin/paclitaxel,
gemcitabine/cisplatin, cisplatin/docetaxel dan carboplatin/paclitaxel. Selain itu penambahan
avastin pada kombinasi antara cisplatin/gemcitabine akan sangat efektif dalam
memperpanjang keberlangsungan hidup penderita NSCLC hinga 20-30%.

Cisplatin digunakan secara intravena dengan dosis dan waktu pemberian tergantung pada
tipe tumor serta tingkatan metastase tumor. Efek samping cisplatin adalah nefrotoksik,
neuropati perifer, supresi sumsum tulang akut, dan ototoksisitas.20,23 Ototoksisitas cisplatin
mempunyai karakteristik klinis seperti :

 Tinitus
 Gangguan pendengaran bilateral
 Gangguan pendengaran sensorik frekuensi tinggi dengan progresifitas ke frekuensi
rendah
 Bersifat permanen dan ireversibel
 Ototoksisitas terjadi setelah total dosis kumulatif >200 mg/m2
 Potential endokoklear rendah
 Penurunan Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAE)
 Penurunan mikroponik koklear

Ciri khas ototoksisitas cisplatin dijumpai pada awalnya gejala tinnitus kemudian diikuti
penurunan ketajaman pendengaran bersifat bilateral, pada frekuensi tinggi berkembang ke
frekuensi sedang sampai rendah, dan bersifat permanen. Keadaan ini bervariasi pada setiap
individu. Faktor risiko lain yaitu umur lebih muda, dosis kumulatif tinggi dan iradiasi.
Penderita dengan umur kurang dari 5 tahun mempunyai ototoksisitas lebih besar
dibandingkan pasien yang lebih tua.

Mekanisme cisplatin dalam menyebabkan ototoksisitas adalah dengan menyebabkan


kematian sel rambut pada organ korti dan vaskularisasi epitelium pada dinding luar koklea.
Mekanisme molekular tidak sepenuhnya diketahui, tetapi berbagai dugaan menyebutkan
adanya peranan peningkatan stress oksidatif. Hipotesa ini mengatakan bahwa cisplatin
membentuk oksigen radikal bebas pada koklea. Oksigen radikal bebas ini menurunkan enzim
antioksidan endogen sehingga memudahkan terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh
cisplatin. 10 Organ korti tersembunyi pada telinga bagian dalam dan dilindungi oleh suatu
bloodlabyrinth barrier. Barrier ini berkurang sehubungan dengan infiltrasi cisplatin kedalam
kompartemen perilimfatik pada telinga dalam.

Komposisi Cisplatin :
1. Cisplatin 10 mg/10 ml
2. Cisplatin 50 mg/50 mL.
Indikasi Cisplatin :
Kanker testis, kanker ovarium, kanker kandung kemih.

Dosis Cisplatin :
50-120 mg/m2.

Kontraindikasi Cisplatin
Gangguan fungsi ginjal, mielosupresi, gangguan pendengaran, hipersensitif,
kehamilan & laktasi.
Peringatan dan Perhatian:
 Perlu prahidrasi dan pascahidrasi, pemantauan kadar elektrolit, hematologi, fungsi
ginjal, saraf, pendengaran, hati.
 Umumnya perlu premedikasi anti-mual muntah.
Efek Samping Cisplatin
 Nefrotoksik
 Ototoksik
 Mielosupresi
 Mual muntah, neurotoksik, reaksi alergi, gangguan elektrolit serum, hiperurisemia.
2.IRESA
Gefitinib ( ZD1839 ) ( INN , / ɡ ɛ ˈ f ɪ t ɪ n ɪ b / , nama dagang Iressa ) adalah obat
yang digunakan untuk kanker payudara, paru-paru dan kanker tertentu lainnya. Gefitinib
adalah penghambat EGFR , seperti erlotinib , yang mengganggu pensinyalan melalui reseptor
faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) dalam sel target. Oleh karena itu, ini hanya efektif
pada kanker dengan EGFR yang bermutasi dan terlalu aktif. Ini dipasarkan
oleh AstraZeneca dan Teva.

Kode ATC  L01XE02 ( WHO )

Status resmi

Status resmi  AU : S4 (Hanya


resep)
 Inggris : POM (Han
ya resep)
 AS : ℞-saja

Data farmakokinetik

Ketersediaan hayati 59% (lisan)

Pengikatan protein 90%


Data klinis
Metabolisme Hati
Nama dagang Iressa (terutama CYP3A4
)
AHFS / Drugs.com Monografi
Eliminasi 6–49 jam
MedlinePlus a607002 waktu paruh

Data lisensi  EU EMA : oleh Pengeluaran Kotoran


INN

Pengidentifikasi
Kehamilan  AU : C
kategori  AS : D (Bukti
risiko)
Nama IUPAC
 N - (3-chloro-4-fluoro-phenyl) -7-methoxy-
Rute dari Lisan 6- (3-morpholin-4-ylpropoxy) quinazolin-4-
administrasi amine
Nomor CAS  184475-35-2 CHEBI  CHEBI: 49668

PubChem CID  123631 CHEMBL  CHEMBL939

IUPHAR / BPS  4941 Dasbor  DTXSID8041034


CompTox ( EPA )
DrugBank  DB00317 InfoCH ECHA 100.171.043

Data kimia dan fisik


ChemSpider  110217
Rumus C 22 H 24 Cl F N 4 O
3
UNII  S65743JHBS
Masa molar 446,902 g / mol g ·
mol −1
KEGG  D01977

Gefitinib adalah inhibitor selektif pertama domain reseptor faktor pertumbuhan


epidermal (EGFR) tirosin kinase . Jadi gefitinib adalah inhibitor EGFR . Protein target
(EGFR) adalah anggota dari keluarga reseptor ( ErbB ) yang mencakup Her1 (EGFR), Her2
(erb-B2), Her3 (erb-B3) dan Her4 (Erb-B4). EGFR diekspresikan secara berlebihan di dalam
sel-sel jenis karsinoma manusia tertentu - misalnya pada kanker paru-paru dan payudara. Hal
ini menyebabkan aktivasi yang tidak tepat dari kaskade pensinyalan Ras anti-apoptosis , yang
pada akhirnya menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol. Penelitian tentang kanker
paru non-sel kecil yang peka terhadap gefitinib telah menunjukkan bahwa mutasi dalam
domain EGFR tirosin kinase bertanggung jawab untuk mengaktifkan jalur anti-apoptosis.
Mutasi ini cenderung memberikan peningkatan sensitivitas terhadap inhibitor tirosin
kinase seperti gefitinib dan erlotinib. Dari jenis histologi kanker paru-paru non-sel
kecil, adenokarsinoma adalah jenis yang paling sering menampung mutasi ini. Mutasi ini
lebih sering terlihat pada orang Asia, wanita, dan bukan perokok (yang juga cenderung lebih
sering mengalami adenokarsinoma).
Gefitinib menghambat EGFR tirosin kinase dengan mengikat ke situs pengikat
enzim adenosin trifosfat (ATP). Dengan demikian fungsi tirosin kinase EGFR dalam
mengaktifkan kaskade transduksi sinyal Ras anti-apoptosis terhambat, dan sel-sel ganas
dihambat.
Penggunaan Klinis
Gefitinib saat ini dipasarkan di lebih dari 64 negara. Iressa disetujui dan dipasarkan sejak
Juli 2002 di Jepang, menjadikannya negara pertama yang mengimpor obat. FDA menyetujui
Gefitinib pada Mei 2003 untuk kanker paru-paru sel kecil (NSCLC). Itu disetujui sebagai
monoterapi untuk perawatan pasien dengan NSCLC lanjut atau metastasis lokal setelah
kegagalan kemoterapi berbasis platinum dan docetaxel, yaitu sebagai terapi lini ketiga. Pada
Juni 2005 FDA menarik persetujuan untuk digunakan pada pasien baru karena kurangnya
bukti bahwa itu memperpanjang umur.
Di Eropa gefitinib diindikasikan sejak 2009 di NSCLC lanjut dalam semua lini
pengobatan untuk pasien yang mengalami mutasi EGFR. Label ini diberikan setelah gefitinib
didemonstrasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk secara signifikan
meningkatkan kelangsungan hidup bebas perkembangan vs rezim doublet platinum pada
pasien yang mengalami mutasi tersebut. IPASS telah menjadi yang pertama dari empat
percobaan fase III yang telah mengkonfirmasi superioritas gefitinib dalam populasi pasien
ini.
Di sebagian besar negara-negara lain di mana gefitinib saat ini dipasarkan, disetujui untuk
pasien dengan NSCLC lanjut yang telah menerima setidaknya satu rezim kemoterapi
sebelumnya. Namun, aplikasi untuk memperluas labelnya sebagai pengobatan lini pertama
pada pasien yang mengalami mutasi EGFR saat ini sedang dalam proses berdasarkan bukti
ilmiah terbaru. [ rujukan? ] Pada Agustus 2012 Selandia Baru telah menyetujui gefitinib
sebagai pengobatan lini pertama untuk pasien dengan mutasi EGFR untuk NSCLC lokal yang
maju atau metastatik, tidak dapat direseksi. Ini didanai publik untuk masa 4 bulan awal dan
pembaruan jika tidak ada perkembangan. Pada 13 Juli 2015, FDA menyetujui gefitinib
sebagai pengobatan lini pertama untuk NSCLC.
Eksperimental menggunakan
Pada Agustus 2013, BBC melaporkan bahwa para peneliti
di Edinburgh dan Melbourne menemukan, dalam uji coba skala kecil terhadap 12 pasien,
bahwa efektivitas Methotrexate untuk mengobati kehamilan ektopik ditingkatkan ketika
Gefitinib juga diberikan.
IPASS (IRESSA Pan-Asia Study) adalah penelitian acak, berskala besar, dan tersamar
ganda yang membandingkan gefitinib vs carboplatin / paclitaxel sebagai pengobatan lini
pertama pada NSCLC lanjut. IPASS mempelajari 1.217 pasien dengan histologi
adenokarsinoma yang dikonfirmasi yang sebelumnya atau tidak pernah perokok. Analisis
subkelompok yang direncanakan sebelumnya menunjukkan bahwa survival-free-progression
(PFS) secara signifikan lebih lama untuk gefitinib daripada kemoterapi pada pasien dengan
tumor positif mutasi EGFR (HR 0,48, 95 persen CI 0,36 hingga 0,64, p kurang dari 0,0001),
dan secara signifikan lebih lama untuk kemoterapi daripada gefitinib pada pasien dengan
tumor negatif mutasi EGFR (HR 2,85, 95 persen CI 2,05 hingga 3,98, p kurang dari
0,0001). Ini, pada tahun 2009, adalah pertama kalinya monoterapi yang ditargetkan
menunjukkan PFS secara signifikan lebih lama daripada kemoterapi doublet.

Tes diagnostik EGFR


Genzyme, QIAGEN, Argenomics SA & perusahaan lain melakukan tes untuk mendeteksi
mutasi EGFR , yang dirancang untuk membantu memprediksi pasien kanker paru-paru mana
yang paling berespon terhadap beberapa terapi, termasuk gefitinib dan erlotinib .
Tes memeriksa genetika tumor yang diangkat untuk biopsi untuk mutasi yang membuatnya
rentan terhadap pengobatan.
Tes mutasi EGFR juga dapat membantu AstraZeneca memenangkan persetujuan
pengaturan untuk penggunaan obat-obatan mereka sebagai terapi awal. Saat ini inhibitor TK
disetujui untuk digunakan hanya setelah obat lain gagal. Dalam kasus gefitinib, obat ini
hanya bekerja pada sekitar 10% pasien dengan kanker paru-paru sel non-kecil lanjut, jenis
kanker paru yang paling umum.
Efek buruk
Karena gefitinib adalah agen kemoterapi selektif, profil tolerabilitasnya lebih baik
daripada agen sitotoksik sebelumnya. Reaksi obat yang merugikan (ADR) dapat diterima
untuk penyakit yang berpotensi fatal.
Ruam mirip jerawat dilaporkan sangat umum. Efek samping umum lainnya (≥ 1% pasien)
meliputi: diare , mual, muntah , anoreksia , stomatitis , dehidrasi , reaksi kulit, paronikia ,
peningkatan enzim hati yang asimptomatik, asthenia , konjungtivitis , blepharitis .
Efek samping yang jarang (0,1-1% pasien) meliputi: penyakit paru interstitial ,
erosi kornea , bulu mata menyimpang dan pertumbuhan ram
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAAN

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan


untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Kemoterapi bermanfaat
untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang
tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu
zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kan.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum
tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah,
diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul
selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam.

3.2 SARAN

Kami mengharapkan bimbingan dan arahan dalam membuat makalah dari guru
pembimbing sebagai bekal dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/farmakologi-obat-kemoterapi-anti-
kanker.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sisplatin

https://obatgeneric.blogspot.com/2017/04/cisplatin-injeksi-indikasi-dosis-dan.html?m=1

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37973/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isA
llowed=y

http://www2.uakron.edu/genchem/CHEM153S09/cisplatin.pdf
http://www.rsc.org/education/eic/issues/2012January/ruthenium-compounds-anticancer-
agents.asp
http://www.atdbio.com/content/16/Nucleic-acid-drug-interactions

Anda mungkin juga menyukai