Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KIMIA FARMASI ANALISIS I

Disusun oleh :
Intan Tri Astuti [17010113]
Jarisa Alfi Yuliyanti [17010115]
Muhammad Farhan F [17010129]
Yasinta Larasati [17010071]

Semester V
Kelas A Reguler Khusus

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah mata kuliah Kimia Farmasi Analisis I ini dengan baik dan benar, serta
tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari teman-teman untuk
membantu menyelesaikan dan mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kimia farmasi merupakan suatu disiplin ilmu gabungan kimia dan
farmasi yang terlibat dalam desain, isolasi sintesis, analisis , identifikasi,
pengembangan bahan-bahan alam dan sintetis yang digunakan sebagai
obat-obat farmasetika, yang dapat digunakan untuk terapi. Bidang ini
juga melakukan kajian terhadap obat yang sudah ada, berupa sifat
kimiafisika, struktur, serta hubungan struktur dan aktivitas (HSA).
Kimia farmasi bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan
fisika dari bahan obat maupun obat jadi. Khusus untuk bahan obat/obat
jadi yang berasal dari alam dipelajari dalam ilmu farmakognosi dan
fitokimia, sehingga dalam ilmu kimia farmasi umumnya dipelajari
bahan obat/obat yang berasal dari bahan sintetik.
Kimia farmasi sangat berkaitan dengan bidang farmakologi
dan kimia organik disamping ilmu lain seperti biologi, mikrobiologi,
biokimia dan farmasetika. Ilmu farmakologi mempelajari pengetahuan
seluruh aspek mengenai obat seperti sifat kimiawi dan fisikanya,
farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat), serta
farmakodinamik terutama interaksi obat dengan reseptor, cara dan
mekanisme kerja obat. Kaitan kimia farmasi dengan ilmu kimia
organik dikarenakan sebagian besar senyawa yang berkhasiat sebagai
obat merupakan senyawa organik atau senyawa yang mengandung atom
karbon C seperti golongan antibakteri (alkohol, asam karboksilat dll),
dan golongan antibiotik (penisilin, tetrasiklin, dll). Ilmu kimia
farmasi dalam bidang kedokteran berguna untuk membantu
penyembuhan pasien yang mengidap penyakit, cara interaksi obat
terhadap penyakit yang menggunakan obat-obatan yang dibuat
berdasarkan riset terhadap proses dan reaksi kimia bahan yang berkhasiat.
Sifat fisika dan sifat kimia obat dapat mempengaruhi aktivitas
terapetiknya. Kedua sifat ini ditentukan oleh struktur kimianya,
sehingga struktur kimia suatu obat mempengaruhi aktivitasnya dan

3
perubahan struktur kimia dapat mempengaruhi perubahan aktivitas
biologis obat. Hubungan antara stuktur kimia dan aktivitas biologis
dilakukan dengan mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan respon
biologis tertentu pula. Disamping itu, sifat-sifat kimia fisika merupakan
dasar yang sangat penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat.
Proses mengenal sifat-sifat kimia fisika bahan obat disebut
dengan identifikasi atau sering juga disebut analisa. Teknik analisis obat
adalah suatu kegiatan yang diperlukan untuk melakukan pengujian kualitas
bahan obat maupun obat jadi.
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan
hubungan saraf diantara berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari
jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel
neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar
dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ
penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai
struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu
menghantarkan impuls, sel Schwann yang merupakan pembungkus
kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong (neuroglia)
yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat.
Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan
sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang
belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.

4
2. Tujuan
1. Mengetahui definisi obat sistem saraf pusat
2. mengetahui macam-macam golongan obat sistem saraf pusat
3. mengetahui strukur kimia obat sistem saraf pusat
4. mengetahui cara identifikasi obat sistem saraf pusat

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kimia Farmasi
Kimia Farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang
digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia
fisika obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan
mekanisme kerja obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan
hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis, menghubungkan perilaku
biodinamik melalui sifat fisika dan reaktivitas kimia senyawa obat, serta
mempelajari identifikasi dan analisis obat-obatan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Nama lain dari kimia farmasi adalah kimia medisinal (Medicinal
Chemistry), farmakokimia (Pharmacochemistry), dan kimia terapi
(Therapeutique Chemistry). Studi kimiawi suatu senyawa obat memberikan
efek menguntungkan dalam sistem kehidupan yang melibatkan studi
hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis serta mekanisme
cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam usaha mendapatkan efek
pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak
menguntungkan.
Lingkup pengembangan kimia farmasi mencakup segala masalah meliputi :
1. Senyawa aktif : Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dalam
tanaman yang secara empiris telah digunakan untuk pengobatan.
2. Struktur :
 sintesis struktur analog dari bentuk dasar senyawa yang
mempunyai aktifitas pengobatan potensial.
 Mencari stuktur induk baru dengan cara sintesis senyawa
organik, dengan ataupun tanpa berhubungan dengan zat aktif
alamiah.
 Menghubungkan struktur kimia obat dengan cara kerjanya
3. Mengembangkan rancangan obat.
4. Mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis
melalui sifat kimia fisika dengan bantuan fisik.

6
5. Analisis obat dan uji biologis.
Kimia Farmasi merupakan ilmu yang berkaitan dengan beberapa
bidang ilmu lain, diantaranya:
1. Kimia Organik mempelajari tentang sifat, struktur, mekanisme dan
reaksi senyawa organik. Salah satu bagian dari kimia organik yang sangat
penting yaitu bahasan mengenai gugus fungsi senyawa karbon. Gugus fungsi
adalah atom atau gugus atom yang merupakan ciri khas penentu sifat dari
suatu golongan. Contoh sediaan farmasi dari senyawa organik yang memiliki
gugus fungsi antara lain asam karboksilat (asam asetil salisilat, asam
salisilat), gugus fenol (paracetamol, antalgin), alkaloid xanthin (coffein,
aminophyllin) dll.
2. Biokimia
Biokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari struktur kimia,
zat-zat kimia, reaksi kimia dan interaksi zat-zat yang terdapat di dalam
makhluk hidup. Misalnya; denaturasi protein, reaksi enzimatik.
3. Ilmu farmakologi mempelajari pengetahuan seluruh aspek mengenai obat
seperti sifat kimiawi dan fisikanya, farmakokinetik (absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi obat), serta farmakodinamik terutama cara dan
mekanisme kerja obat.

B. OBAT
Obat adalah zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam dosis
layak dapat meringankan, mencegah, dan menyembuhkan, penyakit atau gejala-
gejalanya. Berdasarkan sumbernya obat yang ada dewasa ini digolongkan menjadi
tiga yaitu:
1. Obat Alamiah yaitu obat yang terdapat dialam, contoh: kuinin pada tanaman,
minyak ikan pada hewan serta mineral-mineral;
2. Obat semisintetik yaitu obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal dari
bahan obat yang terdapat dialam,contoh: morfin menjadi kodein;
3. Obat sintesis murni yaitu sintesis obat dari bahan dasar yang tidak
berkhasiat didapatkan senyawa obat dengan khasiat farmakologis,contoh: obat-
obat golongan antihistamin dan diuretika, dll.

7
Obat yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai cara pemberian
pada umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai
ditempat kerja dan menimbulkan efek, dengan atau tanpa
metabolisme/biotransformasi, terutama di hati berupa tranformasi enzimatik,
kemudian obat tersebut diekskresikan dari dalam tubuh.
Aktivitas biologis obat didalam tubuh dipengaruhi oleh fase-fase yang
dilalui obat tersebut didalam tubuh. Dikenal tiga fase perjalanan obat didalam
tubuh yaitu:
1. Fase Biofarmasetika adalah waktu mulai penggunaan sediaan obat hingga
pelepasan zat aktifnya kedalam tubuh dan siap untuk diabsorpsi;Fase
farmakokinetik adalah fase atau tahapan yang dilalui obat setelah dilepas
dari bentuk sediaan.
2. Fase farmakokinetik obat diawali dengan tahap absorpsi di usus,
dilanjutkan dengan tahap transportasi dalam darah, hingga tahap
distribusi obat kejaringan-jaringan dalam tubuh. Didalam darah, obat
mengikat protein darah dan bat akan dimetabolisme, terutama ketika obat
melewati hepar (hati) hingga pada akhirnya obat diekskresikan dari tubuh.
Faktor-faktor penentu proses farmakokinetik adalah :
a. Sistem kompartemen cairan dalam tubuh;
b. Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa biologis yang
mungkin dapat mengikat obat;
c. Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen;
d. Dosis dan sediaan obat, transport antar kompartemen seperti proses
absorpsi, bioaktivasi, dan ekskresi yang akan menentukan lama obat dalam
tubuh.
3. Fase farmakodinamik adalah fase atau tahapan terjadinya interaksi obat
dengan reseptor tubuh.
C. Definisi sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari semua kendali dan regulasi pada
tubuh dengan dua penggerak utamanya yakni otak dan sumsum tulang belakang.
Peran otak dan sumsum yang sangat penting ini pada lapisan luarnya akan

8
dilindungi oleh tengkorak (pada otak) dan ruas-ruas tulang belakang (pada
sumsum).
Ada dua struktur khas yang terdapat pada saraf pusat yakni area kelabu
(grey matter) dan area putih (white matter). Pada area kelabu terdiri dari
kumpulan akson yang dibungkus oleh selubung mielin sedangkan pada area putih
terdiri dari kumpulan badan sel dan dendrit yang dilingkupi oleh banyak sinapsis.
Selain itu ada juga kumpulan sel-sel neuroglia yang merupakan jaringan ikat yang
terletak diantara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat. Selaput ini terdiri atas tiga
bagian yakni:
a. Piamater merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat dimana terdapat banyak sekali pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi
untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa
metabolisme.
b. Arakhnoid merupakan lapisan yang berupa selaput tipis yang berada di
antara piamater dan duramater. Lapisan ini mampu melindungi otak dari
goncangan mekanik.
c. Duramater merupakan lapisan paling luar yang terhubung dengan
tengkorak. Duramater merupakan lapisan yang sangat kuat.
D. Definisi obat sistem saraf pusat
obat sistem saraf merupakan obat yang bekerja dalam sistem saraf pusat dapat
dibagi dalam beberapa golongan besar, yag diuraikan yakni :
1. psikofarmaka yang meliputi :
a. psikoleptika merupakan jenis obat yang pada umumnya menekan dan
menghambat fungsi tertentu dari sistem saraf pusat yakni hipnotika,
sedativa dan anti psikotropika.
b. Psikoanaleptik adalah jenis obat yang menstimulasi seluruh saraf pusat
yakni : Antidepresi dan psikostimulansi.
2. Jenis obat untuk gangguan neorologis seperti antiepilepsi dan parkinson.
3. Jenis obat yang menghalau atau memblokir perasaan sakit seperti analgetik
anestetika umum dan lokal.
E. Penggolongan obat sistem saraf pusat
1. Analgetika -  antipiretika

9
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada
umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan
sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah
dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri
hebat yang sulit dikendalikan.
Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek
anti inflamasi. Asam salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan
sampai sedang, tetapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaitu
analgetik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu
menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat anti inflamasi
berguna untuk mengobati radang sendi (artritis reumatoid) termasuk pirai
/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi
pembengkakan dan timbul rasa nyeri.
Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan
sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat
dibedakan dalam tiga kategori:
· Nyeri ringan (sakit.gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat diatasi
dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo.
· Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgetik
perifer kuat.
· Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker
), harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotik.
Penggolongan Analgetik dibagi dalam dua golongan besar:
1) Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang
nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum
(mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping menimbulkan rasa
nyaman (euforia). Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat
dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi kulit. Harus hati-hati
menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar terhadap
ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalah gunaan obat.

10
Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat
(trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu
ginjal. Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil
pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark) kolik batu
empedu, kolik ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan
penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat,
penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena
dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya
digunakan sebagai premedikasi dalam pembedahan karena dapat
memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran
selama anestesi. Penggolongan analgesik – narkotik adalah sebagai
berikut :
· alkaloid alam : morfin, codein
· derivat semi sintesis : heroin
· derivat sintetik : metadon, fentanil
· antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin
2) Analgesik non opioid (non narkotik)
Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan
syaraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti
piretik yaitu menurunkan suhu bada pada saat demam. Khasiatnya
berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya
parasetamol, asetosal, dll. Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi ,
anti radang atau anti flogistik. Anti radang sama kuat dengan analgesik,
digunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam
mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya
fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang dan
analgesik contohnya indometazin Penggolongan Berdasarkan rumus
kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
a) Golongan salisilat.

11
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin .Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam
dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti
plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk
pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah
analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan
dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek samping yaitu
perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau
membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena
salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada
penderita penyakit hati yang kronis
b) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun–
tahun terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih
terkenal dengan nama parasetamol meningkat dengan pesat. Efek
analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan
suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral.
Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah
dilarang penggunaannya. Efek samping parasetamol dan
kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.
c) Golongan pirazolon (dipiron) Fenilbutazon dan turunannya
saat ini yang digunakan adalah dipiron sebagai analgesik
antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua
derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik
dan trombositopenia. Dibeberapa negara penggunaannya sangat
dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di
Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah
ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon
digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.

12
d) Golongan antranilat (asam mefenamat)
Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi
kurang efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala
iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul
AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid) AINS adalah obat-obat
analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga memiliki efek anti
inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam pengobatan
rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak,
fenilbutazon dan piroxicam. Sebagian besar penyakit rheumatik
membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri
penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau
campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan
disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan
pengobatan dengan AINS.
1) Ibuprofen Adalah turunan asam propionat yang berkhasiat anti
inflamasi, analgesik dan anti piretik. Efek sampingnya kecil
dibanding AINS yang lain, tetapi efek anti inflamasinya juga agak
lemah sehingga kurang sesuai untuk peradangan sendi hebat
seperti gout akut
2) Diklofenak Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat
anti radangnya dengan efek samping yang kurang keras
dibandingkan dengan obat lainnya seperti piroxicam dan
indometasin. Obat ini sering digunakan untuk segala macam
nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat
efektif untuk menanggulangi nyeri koli hebat (kandung kemih dan
kandung empedu).
3) Indometasin Daya analgetik dan anti radang sama kuat dengan
asetosal, sering digunakan pada serangan encok akut. Efek
samping berupa gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi
(okult), pusing, tremor dan lain-lain.
4) Fenilbutazon Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik
yang lebih kuat daripada kerja analgetiknya. Karena itu golongnan

13
ini khususnya digunakan sebagai obat rematik seperti halnya juga
dengan oksifenilbutazon. Fenilbutazon ada kalanya dimasukan
dengan diam-diam (tidak tertera pada etiket) dalam sediaan-
sediaan dari pabrik-pabrik kecil asing, dengan maksud untuk
mengobati keadaan-keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan
nyeri. Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat dan tonikum
(dengan ginseng) adalah sangat berbahaya berhubung efek
merusaknya terhadap sel-sel darah.
5) Piroksikam Bekerja sebagai anti radang, analgetik dan antipiretik
yang kuat. Digunakan untuk melawan encok. Efek samping
berupa perdarahan dalam lambung usus.
2. Anti emetika
Anti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengurangi Atau menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena
muntah hanya suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan
adalah mencari penyebabnya. Muntah dapat disebabkan antara lain:
1. Rangsangan dari asam lambung-usus ke pusat muntah karena
adanya kerusakan mukosa lambung-usus, makanan yang tidak
cocok, hepatitis, dan lain – lain.
2. Rangsangan tidak langsung melalui chemo reseptor trigger one
(CTZ) yaitu suatu daerah yang letaknya berdekatan dengan pusat
muntah. Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan (seperti
tetrasiklin, digoksin, estrogen, morfin dll), gangguan
keseimbangan dalam labirin, gangguan metabolisme (seperti
asidosis, uremia, tidak stabilnya hormon estrogen pada wanita
hamil)
3. Rangsangan melalui kulit korteks (cortex cerebri) dengan melihat,
membau, merasakan sesuatu yang tidakmenyenangkan.
Penggolongan Dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Anti histamin Sebenarnya kurang efektif tetapi nyaman dipakai
dengan efek samping mengantuk. Anti histamin yang dipakai
adalah sinarizin, dimenhidrinat dan prometazin teoklat.

14
2) Metoklopramid dan fenotiazin Bekerja secara selektif di chemo
reseptor triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif untuk motion
sickness. Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl,
perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.
3) Domperidon Bekerja berdasarkan perintangan reseptor dopamin
ke CTZ. Efek samping jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang
usus. Obat ini dipakai pada kasus mual dan muntah yang
berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
4) Antagonis 5 HT3 Bermanfaat pada pasien mual dan muntah yang
berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

3. Anti epilepsi
Epilepsi dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia
lebih dikenal dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang
timbul secara tiba-tiba dan berkala biasanya disertai perubahan
kesadaran.
Penyebab epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang cepat,
mendadak dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak
yang diakibatkan oleh : luka di otak (absen, tumor, arteriosklerosis),
keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat
memprodvokasi serangan epilepsi.
Jenis-jenis epilepsi :
a. Grand mal. (tonik-klonik umum) Timbul serangan-serangan yang
dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki
tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa, mata
membeliak dan lain-lain disusul dengan pingsan dan sadar
kembali.
b. Petit mal Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
Dalam kasus ini bila serangan berlangsung berturut-turut dengan
cepat dapat juga terjadi status epileptikus.
c. Psikomotor (serangan parsial kompleks) Kesadaran terganggu
hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan memperlihat kan

15
prilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.
Penggolongan :
1) Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada
hampir semua jenis epilepsi, contoh fenitoin.
2) Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling
sering digunakan karena paling murah terutama digunakan pada
serangan grand mal. Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi
dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya. Tetapi
tidak dapat digunakan pada jenis petit mal karena dapat
memperburuk kondisi penderita. Contoh fenobarbital dan
piramidon
3) Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat
antidepresif dan anti konvulsif. Digunakan pada jenis grand mal
dan psikomotor dengan efektifitas sama dengan fenitoin.
4) Golongan benzodiazepin, memiliki khasiat anksiolitika, relaksasi
otot, hipnotika dan antikonvulsiv.yang termasuk golongan ini
adalah diazepam yang dalam hati akan di biotransformasi menjadi
desmetildiazepam yang aktif, klorazepam yaitu derivat klor yang
berdaya anti konvulsiv kuat dan klobazepam yaitu derivat 1,5
benzodiazepin yang berkhasiat sebagai anti konvulsiv sekuat
diazepam dipasarkan sebagai transquilizer.
5) Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi
umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek
anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam
gama amino butirat acid (GABA) di dalam otak.
4. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obat yanng berkhasiat terhadap
susunan saraf pusat dengan mempengaruhi fungsi psikis dan proses
mental. Dalam pembahasan psikofarmaka ini hanya akan dibicarakan
obat-obat penyakit jiwa sejati tidak termasuk obat-obat hipnotika,
sedativa, anti konvulsi dan amfetamin. Perubahan dan kemajuan

16
farmakoterapi diawali dengan ditemukannya klorpromazin, reserpin
sampai ke meprobramat dan senyawa benzodiazepin yang digunakan
sebagai transquilizer, tetapi obat-obat modern tersebut tidak dapat
menggantikan terapi shock atau terapi renjatan listrik (ECT = Electro
Convulsive Therapy) yang masih digunakan oleh psikiater untuk
mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan bunuh diri. Tetapi
keuntungan pengobatan menggunakan obat-obatan ini adalah mudah,
murah dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit. Obat-obatan
psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan
mempengaruhi kerja neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang
meneruskan impuls dari sistem adrenergik di otak seperti noradrenalin,
serotonin dan dopamin.
Penggolongan Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok besar,
yaitu:
1) Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi
menjadi 2, yaitu: · Neuroleptika, yaitu obat yanng bekerja
sebagai anti psikotis dan sedativa yang dikenal dengan mayor
tranquilizer · Ataraktika / anksiolitika, yaitu obat yangn bekerja
sedativa, relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan dalam
keadaan gelisah, takut dan stress, dikenal dengan minor
transquilizer.
2) Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP,
dibagi menjadi 2 yaitu: Anti depressiva, dibagi menjadi
thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan melankolia dan
memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. ·
Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan
kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman (euforia) dan
kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi (disforia).

17
3) Obat-obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu antara lain
psikodisleptika seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan
fenasklidin
4) Hipnotika dan sedativa
Hipnotika atau obat tidur berasal dari kata hypnos yang berarti
tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau
menyebabkan tidur. Sedangkan sedativa adalah obat yang menimbulkan
depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek
menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Setiap mahluk hidup
memerlukan waktu tidur yang cukup berkisar antara 6 sampai 8 jam guna
mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena kurang tidur. Pusat
tidur terletak di otak yang mengatur fisiologi yang sangat penting bagi
kesehatan tubuh. Pada saat tidur aktivitas saraf-saraf parasimpatis
dipertinggi yang menyebabkan penyempitan pupil mata (miosis),
perlambatan pernafasan dan sirkulasi darah (broncho kontriksi),
menurunnya kegiatan jantung dan stimulasi aktivitas saluran cerna dimana
peristaltik dan sekresi getah lambung diperkuat. Jadi pada saat tidur proses
pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari organisma diperkuat.
Penggolongan Secara kimiawi, obat-obat hipnotika digolongkan
sebagai berikut :
1) Golongan barbiturat, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital dan lain-lain
2) Golongan benzodiazepin, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam
3) Golongan alkohol dan aldehida, seperti kloralhidrat dan turunannya
serta paraldehida
4) Golongan bromida, seperti garam bromida (kalium, natrium dan
amonium) dan turunan urea seperti karbromal dan bromisoval
5) Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida) dan
metaqualon
5. Anestetika

18
Anestetika Umum
Tindakan anestesi sudah dikenal sejak dahulu untuk mempermudah tindakan
operasi. Orang-orang Mesir menggunakan canabis indica, dan pemukulan
kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan kesadaran seseorang.
Tahun 1776 ditemukan anestetika gas yang pertama yaitu N2O, karena dirasa
kurang efektif dicarilah zat yang lain. Tahun 1795 eter ditemukan sebagai
anestesi inhalasi. Tehnik anestesi modern saat ini sudah merupakan praktek
yang biasa dilakukan yaitu dengan memberikan beberapa anestetika dengan
mekanisme kerja berbeda agar diperoleh keadaan anestetika operasi dengan
resiko efek toksik yang minimal. Anestetika suntikan intra vena (i.v) biasa
dipakai untuk taraf induksi kemudian dilanjutkan dengan anestetik inhalasi
untuk mempertahankan keadaan tidak sadar. Obat khusus sering diberikan
untuk menghasilkan relaksasi otot. Untuk prosedur tertentu mungkin
dibutuhkan hipotensi terkendali, untuk itu digunakan labetolol dan gliseril
trinitrat. Sedang beta bloker seperti adenosin, amiodaron dan verapamil bisa
digunakan untuk mengendalikan aritmia selama anestesi. Dalam proses
anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistem saraf
sentral secara bertingkat dan berturut-turut sebagai berikut:
Taraf -taraf narkose
Anestetika umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu
:
1) Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasa nyeri berkurang
2) Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan
Kedua taraf ini disebut taraf induksi
3) Taraf anestesia, yaitu refleks mata hilang, nafas otomatis dan teratur
seperti tidur serta otot-otot melemas (relaksasi)
4) Taraf pelumpuhan sum - sum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan
terhenti
Tujuan narkosa adalah untuk mencapai taraf anastesia dengan sedikit
mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama sampai
ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf ke empat harus dihindari.

19
Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dari
taraf ketiga sampai kesatu.
Persyaratan anestetika umum Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi
oleh suatu anestetika umum adalah:
1) Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendir
2) Mula kerja cepat tanpa efek samping
3) Sadar kembalinya tanpa kejang
4) Berkahasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan
suatu anestetika pokok dengan penambahan suatu obat pembantu, yang
bertujuan untuk menghindarkan atau memperkecil kerja ikutan dan
memperkuat salah satu khasiat anestetikanya, seperti:
1) Sebelum narkose (premedikasi), diberikan obat-obat sedatif
(klorpromazin, morfin dan pethidin) guna meniadakan kegelisahan dan
obat-obat parasimpatolitik (atropin) guna menekan sekresi ludah yang
berlebihan
2) Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin,
dll)
3) Setelah narkose (post medikasi), diberikan obat-obat analgetika
(methampyron, dll), sedativa (lminal, dll) dan anti emetika (klorpromazin
HCl) Kadangkala dipakai kombinasi dari anestetika pokok dengan suatu
anestetika lanjutan untuk memperpanjang lamanya narkose, seperti gas
N2O dan siklopropan pada narkosa pokok serta barbital-barbital.
Penggolongan Menurut penggunaanya anestetika umum dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu :
1) Anestetika injeksi
Contoh : Diazepam, barbital ultra short acting (tiopental dan
heksobarbital), dll
2) Anestetika inhalasi, diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya eter, dll
Anestetika Lokal

20
Obat anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh
dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan rasa nyaman dan
mempertinggi daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran digunakan
untuk menghilangkan nyeri stempat oleh kedokteran gigi dan mata. Karena
kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai
sebagai anestesi blokade saraf pada pembedahan maupun dalam anestesi
spinal/umum. Barulah kemudian dibuat anestetika lokal sintetis seperti
prokain dan derivatnya seperti lidokain, prilokain dan bupivikain. Penggunaan
Anestetika lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan
kecil dimana pemakaian anestetika umum tidak dibutuhkan.
Anestetika lokal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Anestetika permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri
dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa
nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata
atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa
nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambeien/wasir
2) Anestetika filtrasi, yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius
ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan
gigi)
3) Anestetika blok atau penyaluran saraf, yaitu dengan penyuntikan di suatu
tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi
yang luas, misalnya pada pergelangan tangan atau kaki Obat-obat
anestetika lokal umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang
mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya ditambahkan
suatu vasokontriktor yang dapat menciutkan pembuluh darah sehingga
absorbsi akan diperlambat, toksisitas berkurang, mula kerja dipercepat
dengan khasiat yang lebih ampuh dan lokasi pembedahan praktis tidak
berdarah, contohnya adrenalin. Tetapi kombinasi ini tidak boleh
digunakan pada jari-jari tangan karena dapat menyebabkan gangrein
(jaringan mati). Persyaratan anestetika lokal Anestetika lokal dikatakan
ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut : · Tidak
merangsang jaringan · Tidak mengakibatkan kerusakan permanen

21
terhadap susunan saraf sentral · Toksisitas sistemisnya rendah · Efektif
pada penyuntikan dan penggunaan lokal · Mula kerja dan daya kerjanya
singkat untuk jangka waktu cukup lama · Larut dalam air dengan
menghasilkan larutan yang stabil dan tahan pemanasan (proses sterilisasi)
6. Anti parkinson
Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan
gejala tremor, kaku otot atau kekakuan anggota gerak, gangguan gaya
berjalan (setapak demi setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan
daya ingat merupakan penyakit yang tejadi akibat proses degenerasi yang
progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga menyebabkan terjadinya
defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin. Gejala-gejala Parkinson dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
· Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas. Gangguan
motorik negatif, misalnya terjadi hipokinesia
- Gejala vegetatif, seperti air liurdan air mata berlebihan, muka pucat dan
kaku (mask face)
· Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan,
merasa tertekan. Penyebab penyakit parkinson : Idiopatik (tidak diketahui
sebabnya) · Radang, trauma, aterosklerosis pada otak. · Efek samping
obat psikofarmaka. Penggunaan Meskipun pengobatan parkinson tidak
dapat mencegah progresi penyakit, tetapi sangat memperbaiki kualitas
dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu pemberian obat
sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit demi
sedikit. Penggolongan Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi:
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/benzheksol, digunakan
pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang
dominan.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk
penyakit parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3. Obat anti dopamin antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine,
primidon dll.

22
BAB III ANALISA OBAT SSP

1. Golongan Analgetik

nama obat : salicylamidum


nama lain : salicylamidum
nama IUPAC : O-hidrokelbenzamida
Rumus kimia : C7H7NO2
Massa molar : 137.14
mekanisme : menekan hipotalamus- dengan menjalankan meningkatkan
jalan ambang batas rasa nyeri – perifer : merubah
interferasi rasa nyeri
Pengujian : 1. uji phenol :
a. p-Dimethylaminobenzaldehyde

23
metode :
tambahkan reagen ke sampel dalam tabung reaksi
pemanasan jika perlu. amati warna apa saja yang
dihasilkan kemudian encerkan dengan air atau
semprotkan bintik kering pada kertas saring dan
panas
identifikasi:
warna diberikan oleh sejumlah zat, yang termasuk
alkaloid ergot, dimethyltryptamine, psilocin,
psilocybine, cannabinol, dan indole tertentu di
mana cincin indol tidak terikat pada cincin
terkonjugasi lainnya (perubahan merah menjadi
violet pada pengenceran) dan fenol dan fenolik
tertentu amina (merah atau oranye, biasanya
berubah menjadi ungu pada pengenceran) beberapa
jenis senyawa lain juga merespons
b. ferric chloride
metode :
tambahkan larutan besi klorida ke dalam sampel atau
larutan etanol dari sampel
identifikasi :
warna merah, oranye, hijau, biru, ungu atau coklat
menunjukkan adanya senyawa fenolik, asam lemak
atau fenilpirazolina. jumlah fenotiazin yang tinggi
juga dapat menyebabkan tes ini menjadi positif.
salisilat memberi warna ungu. banyak fenol tidak
memberikan warna dengan besi klorida ketika air
digunakan sebagai pelarut, tetapi memberikan tes
positif ketika pelarut anhidrat seperti kloroform
digunakan. aspirin tidak memberikan hasil positif
kecuali dihidrolisis terlebih dahulu dengan natrium
hidroksida pekat untuk menghasilkan salisilat

24
c.folin-ciocaltaeu reagent
metode :
tambahkan pereaksi encer ke dalam sampel dan buat
campuran basa dengan 2 mol / L natrium hidroksida
identifikasi :
warna biru menunjukkan adanya senyawa fenolik.
reaksi secara progresif dihambat dengan peningkatan
halogenasi nukleus fenol

d. millons reagent
metode :
larutkan 3 ml merkuri dalam 27 ml asam nitrat
berasap dan tambahkan air dengan volume yang sama
sambil diaduk
identifikasi
warna merah atau oranye menunjukkan adanya zat
pheolic. aril amina primer juga bereaksi. beberapa
senyawa dasar yang mengandung gugus fenolik tidak
bereaksi terhadap tes ini. kombinasi tes ini dengan
pereaksi folin ciocaltaeu disarankan untuk senyawa
fenolik. fenol yang mengandung lebih dari satu gugus
hidroksil tidak memberikan warna merah yang khas
2. uji acetamed
a. nesslers reagent
metode :
tambahkan reagen 3 ml ke dalam sampel 3 ml agitasi
dan panaskan campuran hingga 100 dalam bak air,
memeriksanya setiap menit selama 10 menit. solusi
kosong harus diperlakukan sama pada saat yang sama

25
identifikasi :
warna oranye coklat dihasilkan dengan cepat oleh
amida alifatik dan tioamida. kehadiran cincin aromatik
memperlambat reaksi. semakin dekat gugus amida ke
cincin, semakin banyak reaksi yang menghambat
substituen dalam cincin dapat menyebabkan reaksi
lemah.

2. golongan anti piretik

nama obat : Acetamenophen


nama lain : Paracetamol
nama IUPAC : N-asetil-4-aminofenol
Rumus kimia : C8H9NO2
Massa molar : 151.16
mekanisme : Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan
mempengaruhi ambang rasa sakit dengan menghambat enzim
cyclooxsygenase, COX-1, COX-2 dan COX-3  yang terlibat
dalam pembentukan prostaglandin, substansi yang bertindak
mengatur rasa sakit dan diketahui juga sebagai regulator panas
pada hipotalamus. Dengan berkurangnya produksi
prostaglandin di otak maka efek rasa sakit dan demam dapat
berkurang.
Pengujian : 1. uji phenol :
e. p-Dimethylaminobenzaldehyde

26
metode :
tambahkan reagen ke sampel dalam tabung reaksi
pemanasan jika perlu. amati warna apa saja yang
dihasilkan kemudian encerkan dengan air atau
semprotkan bintik kering pada kertas saring dan
panas
identifikasi:
warna diberikan oleh sejumlah zat, yang termasuk
alkaloid ergot, dimethyltryptamine, psilocin,
psilocybine, cannabinol, dan indole tertentu di
mana cincin indol tidak terikat pada cincin
terkonjugasi lainnya (perubahan merah menjadi
violet pada pengenceran) dan fenol dan fenolik
tertentu amina (merah atau oranye, biasanya
berubah menjadi ungu pada pengenceran) beberapa
jenis senyawa lain juga merespons
f. ferric chloride
metode :
tambahkan larutan besi klorida ke dalam sampel atau
larutan etanol dari sampel
identifikasi :
warna merah, oranye, hijau, biru, ungu atau coklat
menunjukkan adanya senyawa fenolik, asam lemak
atau fenilpirazolina. jumlah fenotiazin yang tinggi
juga dapat menyebabkan tes ini menjadi positif.
salisilat memberi warna ungu. banyak fenol tidak
memberikan warna dengan besi klorida ketika air
digunakan sebagai pelarut, tetapi memberikan tes
positif ketika pelarut anhidrat seperti kloroform
digunakan. aspirin tidak memberikan hasil positif
kecuali dihidrolisis terlebih dahulu dengan natrium
hidroksida pekat untuk menghasilkan salisilat

27
g.folin-ciocaltaeu reagent
metode :
tambahkan pereaksi encer ke dalam sampel dan buat
campuran basa dengan 2 mol / L natrium hidroksida
identifikasi :
warna biru menunjukkan adanya senyawa fenolik.
reaksi secara progresif dihambat dengan peningkatan
halogenasi nukleus fenol

h. millons reagent
metode :
larutkan 3 ml merkuri dalam 27 ml asam nitrat
berasap dan tambahkan air dengan volume yang sama
sambil diaduk
identifikasi
warna merah atau oranye menunjukkan adanya zat
pheolic. aril amina primer juga bereaksi. beberapa
senyawa dasar yang mengandung gugus fenolik tidak
bereaksi terhadap tes ini. kombinasi tes ini dengan
pereaksi folin ciocaltaeu disarankan untuk senyawa
fenolik. fenol yang mengandung lebih dari satu gugus
hidroksil tidak memberikan warna merah yang khas
3. uji acetamed
b. nesslers reagent
metode :
tambahkan reagen 3 ml ke dalam sampel 3 ml agitasi
dan panaskan campuran hingga 100 dalam bak air,
memeriksanya setiap menit selama 10 menit. solusi
kosong harus diperlakukan sama pada saat yang sama
identifikasi :

28
warna oranye coklat dihasilkan dengan cepat oleh
amida alifatik dan tioamida. kehadiran cincin aromatik
memperlambat reaksi. semakin dekat gugus amida ke
cincin, semakin banyak reaksi yang menghambat
substituen dalam cincin dapat menyebabkan reaksi
lemah.

3. Obat antiemetik

nama obat : Domperidone


nama lain : Nauzelin
nama IUPAC : 1-[3-(Piperidin-1-yl)propyl]-1,3-dihydro-2H-benzimidazol-2
one
Rumus kimia : C22H24ClN5O2
massa molar : 425.9 g/mol
mekanisme : bekerja dengan cara mempercepat proses pencernaan
makanan di dalam lambung agar lanjut ke usus. Dengan
begitu, rasa mual dapat dihentikan.
Pengujian : 1. uji alkaloid
a. potassium dichromate
metode 1 :
larut sampel dengan mengocok dalam 0,5 ml
asam hidroklorid 2 mol / L dan tambahkan
beberapa kristal kalium dikromat
identifikasi 1 :

29
warna cokelat muda, atau warna hijau yang
berubah menjadi coklat, menunjukkan adanya
aminofeno! atau dari fenol yang memiliki dua
atau lebih gugus hidroksil dalam posisi
berdekatan pada cincin (tabel 30.30) monofenol,
fenol terhalogenasi dan fenol dengan gugus
hidroksil yang saling meta satu sama lain
mencapai lebih lambat atau tidak sama sekali
metode 2 :
jika sampel adalah cairan, tambahkan 1-2 tetes
ke ml air diikuti oleh 1 ml larutan jenuh
patassium dichormate dalam 50% v / v asam
sulfat.
identifikasi 2 :
warna hijau diberikan oleh asetaldehida, etanol,
metanol, propan-1-o1 ad propan-2-o1
4. Anastesi
a. Anestetik Umum
1) Propofol
Golongan Obat : Anestetik Umum
Nama Lain :-
Nama IUPAC : 2,6-diisopropilfenol
Rumus Kimia : C12H18O
Struktur Kimia :

Identifikasi Struktur : a) fenol

 Ferric chloride
Prosedur Uji : Larutan FeCl3 ditambahkan kedalam sampel atau
kedalam larutan sampel dalam etanol/ kloroform
Hasil (+) menunjukan warna biru
 P-Dimethylaminobenzaldehyde

30
Prosedur Uji : Ditambahkan perekasi ke dalam tabung reaksi berisi
sampel. Perlahan dilarutkan dengan air atau semprotkan spot kering
pada kertas saring dan dipanaskan.
Hasil positif ditunjukan dengan warna ungu (berubah menjadi ungu saat
pelarutan)
 Milon’s reagent
Prosedur uji : Dipipet 0.5 ml pereaksi kedalam sampel, dipanaskan.
Hasil (+) ditunjukan dengan warna orange atau merah orange
 Folin-Ciocltaeu reagent
Prosedur Uji : Ditambahan larutan pereaksi kedalam sampel dan
dibasakan dengan penambahan 2M NaOH
Hasil (+) ditandai dengan terbentuknya warna biru
2) Etomidate
Golongan Obat : Anestetik Umum; Alkaloid
Nama Lain : Amidate
Nama IUPAC : Ethyl-3-[(1-R)-1-phenylethyl]imidazole-5-carboxylate
Rumus Kimia : C14H16N2O2
Struktur Kimia :

Identifikasi struktur : a) gugus inti phenyl ethyl imidazole


 Aromaticity
Method 1
Prosedur Uji : Sampel ditempatkan pada 2 tabung reaksi yang berbeda.
Tabung 1 ditambahan NaOH padat Kedua tabung dipanaskan . Biarkan
menguap, uap ditampungpada pipa kapiler yang berisi pereaksi
marquis. Diamati warna yang terbentuk
Hasil (+) Merah/ orange
Method 2
Prosedur uji : Ditambahkan 2/3 tetes HNO3 pekat. Dipanaskan pada
waterbath pada 100° C for 1 min, didinginkan. Diencerkan 3-4 kali
dengan air dan dibasakan dengan penambahan 40% w/v NaOH
Hasil (+) Perubahan warna dari larutan tak berwarna/kuning menjadi
lebih tua/ gelap (orange/merah orange)
 Koppanyi-Zwikker test
Prosedur Uji: Dilarutkan sampel dalam 1 ml etanol. Ditambahkan 1 ml
perekasi . Ditambahkan 10 µl pyrrolidine . Campuran diaduk/
dihomogenkan.
Hasil positif munculnya warna violet
 Pereaksi Mayer untuk uji alkaloid

31
Prosedur uji : Dimasukan sampel kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan HCl dan pereaksi mayer , kemudian dilarutkan.
Hasil (+) ditunjukan dengan terbentuknya endapan putih kekuningan

b. Anestetik Lokal
1) Benzokain
Golongan Obat : Anestetik local; Golongan ester; alkaloid turunan
kokain
Nama Lain : Americaine, Etil-4-aminobenzoate; etil p-
aminobenzoate
Nama IUPAC : Etil-4-aminobenzoate
Rumus Kimia : C9H11NO2
Struktur Kimia :

Identifikasi struktur : a) gugus inti : aminobenzoate


 Aromaticity
Method 1
Prosedur Uji : Sampel ditempatkan pada 2 tabung reaksi yang berbeda.
Tabung 1 ditambahan NaOH padat Kedua tabung dipanaskan . Biarkan
menguap, uap ditampungpada pipa kapiler yang berisi pereaksi
marquis. Diamati warna yang terbentuk
Hasil (+) Merah/ orange
Method 2
Prosedur uji : Ditambahkan 2/3 tetes HNO3 pekat. Dipanaskan pada
waterbath pada 100° C for 1 min, didinginkan. Diencerkan 3-4 kali
dengan air dan dibasakan dengan penambahan 40% w/v NaOH
Hasil (+) Perubahan warna dari larutan tak berwarna/kuning menjadi
lebih tua/ gelap (orange/merah orange)
 P-Dimethylaminobenzaldehyde
Prosedur Uji : Ditambahkan perekasi ke dalam tabung reaksi berisi
sampel. Perlahan dilarutkan dengan air atau semprotkan spot kering
pada kertas saring dan dipanaskan.
Hasil positif ditunjukan dengan warna kuning
 Dragendorff reagent
Prosedur uji : Dilarutkan sampel dalam 3 tetes 2 M HCl . Ditambahkan 2-
3 ml pereaksi dan dilarutkan dalam 10 ml air
Hasil positif ditunjukan dengan warna orange, merah-orange, coklat-
orange.
 Pereaksi Mayer untuk uji alkaloid

32
Prosedur uji : Dimasukan sampel kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan HCl dan pereaksi mayer , kemudian dilarutkan.
Hasil (+) ditunjukan dengan terbentuknya endapan putih kekuningan

2) Lidokain (Lidokain Hidroklorida)


Golongan Obat : Anestetik local; Golongan amida
Nama Lain : Xilokain ; Lignokain
Nama IUPAC : 2-(dietilamino)- N-(2,6-dimetilfenil)asetamida
monohidroklorida
Rumus Kimia : C14H22N2O. HCl
Struktur Kimia :

HCl
Identifikasi struktur : a) gugus inti lidokain

 Aromaticity
Method 1
Prosedur Uji : Sampel ditempatkan pada 2 tabung reaksi yang berbeda.
Tabung 1 ditambahan NaOH padat Kedua tabung dipanaskan . Biarkan
menguap, uap ditampungpada pipa kapiler yang berisi pereaksi
marquis. Diamati warna yang terbentuk
Hasil (+) Merah/ orange
Method 2
Prosedur uji : Ditambahkan 2/3 tetes HNO3 pekat. Dipanaskan pada
waterbath pada 100° C for 1 min, didinginkan. Diencerkan 3-4 kali
dengan air dan dibasakan dengan penambahan 40% w/v NaOH
Hasil (+) Perubahan warna dari larutan tak berwarna/kuning menjadi
lebih tua/ gelap (orange/merah orange)
 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna orange

b) gugus lain : HCl

 Uji klorida
Prosedur Uji :

33
Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>
A . penambahan asam nitrat LP terbentuk endapan putih, tidak larut
dalam asam nitrat encer , larut dalam ammonium klorida 6N sedikit
berlebih.
B. (uji amin klorida)= dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk
endapan putih, endapan dicuci dengan asam nitrat P (1:100) ,
ditambah ammonia LP endapan larut kembali.
C=. Senyawa klorida kering dicampur dengan Mangan dioksida P, bobot
sama, basahi dengan asam sulfat pekatdan dipanaskan perlahan:
terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodide
basah.
5. Psikofarmaka
a. Antipsikotik
1) Klorpromazin (Klorpromazin Hidroklorida)
Golongan Obat : Antipsikotik klasik/tipikal; Derivat Fenotiazin
Nama Lain : Throrazine ; Largactil ; Contomin ; Klorpromazin HCl
Nama IUPAC : 2-Kloro-10-[3-(dimetilamino)propil] Fenotiazina
monohidroklorida
Rumus Kimia : C17H19ClN2S . HCl
Struktur Kimia :

. HCl

Identifikasi Struktur : a) gugus inti : fenotiazin (3-(dimetilamino)propil]


Fenotiazina)
 Ferric chloride
Prosedur Uji : Larutan FeCl3 ditambahkan kedalam sampel atau
kedalam larutan sampel dalam etanol/ kloroform
Hasil (+) menunjukan warna Orange u/ klorpromazin dan hijau untuk
fenotiazin
 Forrest reagent
Prosedur Uji : Dilarutkan sampel dalam minimum 2 M HCl dan
ditambahan jumlah volume yang sama untuk pereaksi uji
Hasil (+) ditandai dengan warna merah
 FPN Reagent
Prosedur Uji : Larutkan sampel dalam min. volume 2 M HCl dan
ditambahkan pereaksi uji dengan jumlah yang sama
Hasil (+) berwarna merah
 Liebermann’s reagent

34
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna orange

b) gugus lain : HCl

 Uji klorida
Prosedur Uji :
Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>
A . penambahan asam nitrat LP terbentuk endapan putih, tidak larut
dalam asam nitrat encer , larut dalam ammonium klorida 6N sedikit
berlebih.
B. (uji amin klorida)= dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk
endapan putih, endapan dicuci dengan asam nitrat P (1:100) ,
ditambah ammonia LP endapan larut kembali.
C=. Senyawa klorida kering dicampur dengan Mangan dioksida P, bobot
sama, basahi dengan asam sulfat pekatdan dipanaskan perlahan:
terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodide
basah.

b. Antidepresan
1) Imipramin (Imipramin Hidroklorida)
Golongan Obat : Antidepresan klasik trisiklik
Nama Lain : Imidobenzyle: Imipramine HCl ; Imipramine
monohydrochloride; Imioramine pamoate; Imizin;
Janimine; Melipramine; Norchlorimioramine; Pryleugan;
Tofranil
Nama IUPAC : 5-[3-(Dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5Hdibenz(
b,f)-azepin monohidroklorida

Rumus Kimia : C17H20N4S . HCl


Struktur Kimia :

. HCl

35
Identifikasi Struktur : a) gugus inti : 5,6-dihydrobenzo[b][1]benzazepine-11-
yl
 Forrest reagent
Prosedur Uji : Dilarutkan sampel dalam minimum 2 M HCl dan
ditambahan jumlah volume yang sama untuk pereaksi uji
Hasil (+) ditandai dengan warna biru-hijau
 FPN Reagent
Prosedur Uji : Larutkan sampel dalam min. volume 2 M HCl dan
ditambahkan pereaksi uji dengan jumlah yang sama
Hasil (+) berwarna merah
 Mandelin’s test
Prosedur Uji : Teteskan beberapa tetes reagent pada sampel diatas kain
putih.
Hasil (+) ditunjukan dengan warna Biru dengan penambahan air
 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna biru

b) gugus lain : HCl

 Uji klorida
Prosedur Uji :
Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>
A . penambahan asam nitrat LP terbentuk endapan putih, tidak larut
dalam asam nitrat encer , larut dalam ammonium klorida 6N sedikit
berlebih.
B. (uji amin klorida)= dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk
endapan putih, endapan dicuci dengan asam nitrat P (1:100) ,
ditambah ammonia LP endapan larut kembali.
C=. Senyawa klorida kering dicampur dengan Mangan dioksida P, bobot
sama, basahi dengan asam sulfat pekatdan dipanaskan perlahan:
terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodide
basah.

c. Antimania
1) Lithium Carbonate
Golongan Obat : Antimania

36
Nama Lain : Dilithium carbonate; carbolith; Cibalith-S, Duralith,
Eskalith, Lithane ; Lithizine ; Lithobid; Lithonate ;
Lithotabs Priadel ; Zabuyelite
Nama IUPAC : Lithium Carbonate
Rumus Kimia : Li2CO3
Struktur Kimia :

Identifikasi Struktur : a) Lithium


 Uji Lithium
Prosedur Uji : Basakan larutan garam litium yang cukup pekat dengan
NAOH p, ditambahkan Natrium carbonat dan didihkan :terbentuk
endapan putih yang larut dalam amonium klorida L. Basahi garam
lithium dengan asam klorida p, terjadi warna merah tua dlm nyala api
tidak berwarna Tambahakan asam sulfat 2 N atau sulfat yang tidak
terbentuk endapan (perbedaan dari stronsium)

b) karbonat
 Uji Karbonat
Prosedur Uji : asam kedalam karbonat atau bikarbonat : terjadi
gelembung gas tidak berwarna yang jika dialirkan dengan kalsium
hidroksida segera terbentuk endapan putih. Tambahkan fenolftalien LP
kedalam larutan dingin karbonat (1 dalam 20) : terjadi warna merah,
sedangkan pada larutan dingin bikarbonat (1 dalam 20) : tidak terjadi
perubahan warna atau hanya sedikit berwarna

d. Antianxietas
1) Diazepam
Golongan Obat : Anti anxietas
Nama Lain : Valium
Nama IUPAC : 7-Chloro-1-methyl-5-phenyl-3-H-1,4-benzodiazepine-2-
one
Rumus Kimia : C16H13ClN2O
Struktur Kimia :

Identifikasi struktur : a) gugus inti : benzodiazepine

37
 Formaldehyde-sulfuric acid
Prosedur Uji : Sampel dicampurkan dengan pereaksi dan dipanaskan
dengan suhu 100° C selama 1 menit.
Hasil (+) ditunjukan dnegan warna orange

b) gugus phenyl
 Aromaticity
Method 1
Prosedur Uji : Sampel ditempatkan pada 2 tabung reaksi yang berbeda.
Tabung 1 ditambahan NaOH padat Kedua tabung dipanaskan . Biarkan
menguap, uap ditampungpada pipa kapiler yang berisi pereaksi
marquis. Diamati warna yang terbentuk
Hasil (+) Merah/ orange
Method 2
Prosedur uji : Ditambahkan 2/3 tetes HNO3 pekat. Dipanaskan pada
waterbath pada 100° C for 1 min, didinginkan. Diencerkan 3-4 kali
dengan air dan dibasakan dengan penambahan 40% w/v NaOH
Hasil (+) Perubahan warna dari larutan tak berwarna/kuning menjadi
lebih tua/ gelap (orange/merah orange)
 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna biru

e. Antiinsomnia
1) Phenobarbital (Phenobarbital Sodium)
Golongan Obat : Anti insomnia
Nama Lain : Phenobarbitone; Phenobarb
Nama IUPAC : 5-ethyl-5-phenyl-1,3-diazinane-2,4,6-trione monosodium
Rumus Kimia : C12H12N2O3 . Na
Struktur Kimia :

Identifikasi Struktur : a) gugus inti : phenobarbital


 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat

38
Hasil (+) ditunjukan dengan warna biru

b) gugus Natrium/Sodium
 Uji Identifikasi Natrium
Prosedur Uji : 0.1 g sampel dalam 2 ml air, ditambahkan 2 ml Kalium
karbonat 15% , dipanaskan hingga mendidih. Tidak ada endapan yang
terbentu. Tambahkan 4 ml Kalium Piroantimonat TS dan panaskan
hingga mendidih. Dinginkan dengan air dingin . Ambil Ambil bagian
dalam tabung dengan ose. Senyawa Natrium mnunjukan warna kuning
terang dalam nyala api non pereduksi.

f. Antiobsesif klonfusif
1) Clomipramine (Clomipramine Hydrocloride)
Golongan Obat : Anti obsessif konflusif
Nama Lain : Clomimipramine ; 3-Chloromipramine ; G-34586 Merek
dagang : Anafranil; Clomicalm
Nama IUPAC : 3-(3-chloro-10,11-dihydro-5-H-dibenzo[b,f]azepin-5-yl)-
N,N-dimethylpropane-1-amine monohydrochloride
Rumus Kimia : C19H23ClN2 . HCl
Struktur Kimia :

Identifikasi struktur : a) gugus inti : clomipramine


 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna biru
 Forrest reagent
Prosedur Uji : Dilarutkan sampel dalam minimum 2 M HCl dan
ditambahan jumlah volume yang sama untuk pereaksi uji
Hasil (+) ditandai dengan warna biru-hijau
 FPN Reagent
Prosedur Uji : Larutkan sampel dalam min. volume 2 M HCl dan
ditambahkan pereaksi uji dengan jumlah yang sama
Hasil (+) berwarna biru

b) gugus klorida
 Uji klorida
Prosedur Uji :

39
Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>
A . penambahan asam nitrat LP terbentuk endapan putih, tidak larut
dalam asam nitrat encer , larut dalam ammonium klorida 6N sedikit
berlebih.
B. (uji amin klorida)= dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk
endapan putih, endapan dicuci dengan asam nitrat P (1:100) ,
ditambah ammonia LP endapan larut kembali.
C=. Senyawa klorida kering dicampur dengan Mangan dioksida P, bobot
sama, basahi dengan asam sulfat pekatdan dipanaskan perlahan:
terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodide
basah.

g. Anti panik
1) Imipramin (Imipramin Hidroklorida)
Golongan Obat : Antidepresan klasik trisiklik
Nama Lain : Imidobenzyle: Imipramine HCl ; Imipramine
monohydrochloride; Imioramine pamoate; Imizin;
Janimine; Melipramine; Norchlorimioramine; Pryleugan;
Tofranil
Nama IUPAC : 5-[3-(Dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5Hdibenz(
b,f)-azepin monohidroklorida

Rumus Kimia : C17H20N4S . HCl


Struktur Kimia :

. HCl

Identifikasi Struktur : a) gugus inti : 5,6-dihydrobenzo[b][1]benzazepine-11-


yl
 Forrest reagent
Prosedur Uji : Dilarutkan sampel dalam minimum 2 M HCl dan
ditambahan jumlah volume yang sama untuk pereaksi uji
Hasil (+) ditandai dengan warna biru-hijau
 FPN Reagent
Prosedur Uji : Larutkan sampel dalam min. volume 2 M HCl dan
ditambahkan pereaksi uji dengan jumlah yang sama

40
Hasil (+) berwarna merah
 Mandelin’s test
Prosedur Uji : Teteskan beberapa tetes reagent pada sampel diatas kain
putih.
Hasil (+) ditunjukan dengan warna Biru dengan penambahan air
 Liebermann’s reagent
Prosedur uji : Ditambahakan 2atau 3 tetes reagent pada sampel dalam
tabung reaksi. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu 100°C.
Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dengan warna biru

b) gugus lain : HCl

 Uji klorida
Prosedur Uji :
Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>
A . penambahan asam nitrat LP terbentuk endapan putih, tidak larut
dalam asam nitrat encer , larut dalam ammonium klorida 6N sedikit
berlebih.
B. (uji amin klorida)= dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk
endapan putih, endapan dicuci dengan asam nitrat P (1:100) ,
ditambah ammonia LP endapan larut kembali.
C=. Senyawa klorida kering dicampur dengan Mangan dioksida P, bobot
sama, basahi dengan asam sulfat pekatdan dipanaskan perlahan:
terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodide
basah.

6. obat hipnotik-sedativ

nama obat : Diazepam


nama lain : Diazepanum
nama IUPAC : 7-chloro-1-methyl-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepin-2-one
Rumus kimia : C16H13ClN2O 

41
Mekanisme : obat benzodiazepine yang dapat memengaruhi sistem saraf
otak dan memberikan efek penenang. Diazepam bekerja dengan
cara mempengaruhi neurotransmiter, yang berfungsi
memancarkan sinyal ke sel otak
Identifikasi : Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi secara
Kromatografi Lapis Tipis. Larutan 5 mg zat per ml aseton P
dalam bejana kromatografi yang tidak dijenuhkan dengan
fase gerak etil asetat P- nheptan P (1:1)
a. Pengujian : a. Formaldehyde-sulfuric acid
 Reagent
Untuk 4 volume asam sulfat, tambahkan 6
volume formaldehida solutio ( menggunakan sebuah
pipet dengan ujung di bawah permukaan asam )
kemudian di aduk dan dinginkan. Ketika reagen itu
hangat ia tetap jelas selama sekitar 1 jam. Jika
mengalami turbid , mungkin dapat hilang dengan
pemanasan dalam water-bath dalam 100 derajat celcius
selama sekitar 1 menit (Catatan: reagen ini tidak sama
seperti yang digunakan dalam bentuk uji Marquis )
 Metode
Campurkan sampel dengan reagen lalu panaskan
dalam 100 derajat celcius selama 1 menit
 Indikasi
Benzoasdiazepines umumnya memberikan
sebuah oranye warna dengan pengecualian dari
bromazepam dan clozapine ( sebuah benzodiazepine-
like compund ), yang keduanya sama-sama memberi
kuning, dan flurazepam ( merah muda ). Indikasi
indikasi lain seperti phenotiazines , dan thioxanthenes
tetracyclines. Tryptamine ( coklat ) dan zomepirac
( merah ) juga bereaksi. Mereka yg ditandai dengan
tanda bintang pada tabel 30.16 berpendar oranye di
bawah cahaya ultraviolet ( UV ) . Tidak ada respons

42
diperoleh dengan chloradiazepoxide , dimethoxanate
atau proquamezine. Beberapa benzodiazepines baru
tidak diuji coba.

Aromaticity
 Metode 1
Tempatkan sampel di masing masing dua tabung
uap , dan tabung pertama tambahkan natrium hidroksida
padat. Panaskan kedua tabung dengan hati-hati, untuk
menghindari uap air yang keluar, memasukkan ke
dalam uap tabung di setiap tabung terbuka kapiler
tabung yang berisi marquis reagen , untuk memelihara
warna dari reagen
 Indikasi
Warna merah atau oranye menunjukkan bahwa
sampel adalah aromatic. Warna yang dihasilkan
merupakan dari pembebasan taces, dari hidrokarbon
aromatik fenol, dll. Warna diperoleh setelah pemanasan
dengan natrium hidroksida umumnya menunjukkan
adanya asam aromatic. Macam jenisnya yang diperoleh
setelah pemanasan tanpa natrium hidroksida umumnya
menunjukkan adanya phenol, fenolik dan aldehida yang
merupakan kelompok dari hidroksil.
Hasil negatif tidak berarti yang diperoleh
menunjukkan bahwa zat tersebut bukan aromatik
 Metode 2
Tambahkan 2 atau 3 tetes asam nitrat ke dalam
sampel , panaskan dengan water-bath dalam 100 derajat
celcius selama 1 menit , kemudian dinginkan
campuran , lalu encerkan 3-4 kali dengan air dan

43
buatlah solusi alkali dengan penambahan sebuah 40 % (
w / v ) larutan natrium hidroksida.

 Indikasi
Perubahan warna kuning dalam solution asam
tampak lebih gelap warnanya ( contoh orange atau
merah-orange ). Setelah penambahan natrium
hidroksida menunjukkan adanya cincin benzena dalam
molekul, walaupun tetap dalam produksi senyawa
nitrophenol atau senyawa nitro lainnya.
Komposisi tertentu ( seperti diazepam ,
methaqualone ) memberikan hasil negatif . Warnanya
orange dihasilkan oleh corticosteroids non-aromatik
( misalnya kortison ), zat yang mengandung sulfur dan
senyawa aromatik golongan nitro ( misalnya nifursol )
Perubahan warna tercantum pada tabel 30.6.
Zat tertentu memberikan warna yang berbeda
dengan asam nitrat dingin, tapi warna bias berbeda
akibat pemanasan; hal ini tercantum pada table 30.7

Liebermann’s reagent
 Reagent
Tambahkan 1 gram natrium atau kalium nitrit ke
dalam 10 ml asam sulfat dengan pendinginan dan
putaran untuk menyerap asap coklat
 Metode
Tambahkan 2 atau 3 tetes dari reagen untuk
sampel hingga putih. Lakukan uji dalam tabung dan
panaskan dengan water-bath dalam 100 derajat celcius.

44
Banyak zat yang menghasilkan warna jika bertemu
dengan asam sulfat sendiri dan uji emisi segera diulang
menggunakan asam sulfat bukan reagen.

 Indikasi
Tes ini awalnya dikembangkan untuk
memberikan warna yang intens dengan fenol :
 Warna orange yang dihasilkan oleh zat yang
mengandung cincin benzena monosubstituted tidak
mengikat pada C=O, N-C(=O) atau cincin yang
mengikat golongan C=N-O
 Warna orange atau cokelat yang dihasilkan oleh
beberapa zat yang berisi dua monosubstituted cincin
benzena ( atau beberapa disubstituted senyawa di
mana flourine kedua substituent ) yang bergabung
baik untuk satu atom karbon atau berdekatan atom
karbon.
 Berbagai warna yang dihasilkan oleh komposisi
yang mengandung -OH, O-alkaly atau golongan -O-
CH2O- yang melekat pada cincin benzena atau
cincin dalam sebuah struktur polisiklik yang berisi
cincin benzene. Cincin benzena tidak mengangkut –
NO2, atau halogen, atau mengandung -O-
substituent ortho dalam golongan Oxy. Senyawa
yang mengandung sulfur memberikan jarak seperti
cincin warna.
Warna dapat dilihat pada tabel 30.20 . Catatan :
bahwa warna kuning tersebut di hasilkan oleh berbagai
senyawa lain.

45
7. obat antiepilepsi

. Na
nama obat : fenitoin Sodium
nama lain : fenitoinum
nama IUPAC : 5,5-diphenylimidazolidine-2,4-dione monosodium
Rumus kimia : C 15 H 12 N 2 O 2 . Na
mekanisme : Phenytoin bekerja pada membran sel saraf khususnya pada
bagian kanal natrium. Dengan meningkatkan eflux atau
mengurangi masuknya ion natrium yang melintasi membran
sel saraf pada bagian korteks motor yang merupakan pusat
kendali terjadinya kejang pada otak.
identifikasi :
 Liebermann’s reagent
Ditambahakan 2atau 3 tetes vreagent pada sampel dalam tabung
reaksi.. Dipanaskan dengan waterbath dengan suhu
100°C.Beberapa sampel menunjukan perubahan warna dengan
asam sulfat
Hasil (+) ditunjukan dnegan warna merah-orange
 Pereaksi Mayer untuk uji alkaloid
Dimasukan sampel kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan HCl
dan pereaksi mayer , kemudian dilarutkan
Hasil (+) ditunjukan dengan terbentuknya endapan putih
kekuningan
 Uji Natrium

46
Prosedur Uji : 0.1 g sampel dalam 2 ml air, ditambahkan 2 ml
Kalium karbonat 15% , dipanaskan hingga mendidih. Tidak ada
endapan yang terbentu. Tambahkan 4 ml Kalium Piroantimonat
TS dan panaskan hingga mendidih. Dinginkan dengan air dingin .
Ambil Ambil bagian dalam tabung dengan ose. Senyawa Natrium
mnunjukan warna kuning terang dalam nyala api non pereduksi

8. obat anti parkinson

nama obat : Dopamine


nama lain : Dopamine
nama IUPAC : 4- (2-Aminoethyl) benzene-1,2-diol
Rumus kimia : C 8 H 11 N O 2
mekanisme : bekerja sebagai antagois beta 1
identifikasi :
 Amoniacal silver nitrate reagent
Sampel dilarutkan dengan sedikit air,dengan penambahan etanol
secukupnya. Ditambahkan sejumlah pereaksi dan catat warna yang
terbentuk. Campuran dipanaskan dengan waterbath 100°C selama
30 detik
Hasil positif dopamine menunjukan warna orange-coklat pada
suhu ruang dan Hitam seletah dipanaskan
 Menurut FI V
Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 25.000) dalam
larutan natrium bisulfit P (1 dalam 1000) menunjukkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada
larutan Dopamin Hidroklorida BPFI.

47
KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran yang telah di paparkan, kami menyimpulkan
bahwa:
1. Kimia Farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan
yang digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur,
sifat kimia fisika obat yang dapat digunakan untuk memahami dan
menjelaskan mekanisme kerja obat.
2. Salah satu yang dibahas adalah reaksi identifikasi warna terhadap obat.
3. Obat Susunan Saraf Pusat (SSP) adalah semua obat yang berpengaruh
terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat
mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku. Obat
yang dapat merangsang SSP disebut analeptika
4. Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu:
a. Merangsang atau menstimulasi, yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang
beserta syarafnya.
b. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan syaraf - syarafnya.
5. Golongan obat Susunan Syaraf Pusat (SSP) :
a. Analgetika - antipiretika
b. Anti emetika
c. Anti epilepsi
d. Psikofarmaka
e. Hipnotika dan sedativa
f. Anestetika
g. Antiparkinson

48
4. Dengan mengetahui struktur senyawa obat, dapat diketahui gugus fungsi
yang reaksi identifikasi yang dapat dilakukan.

49

Anda mungkin juga menyukai