DOSEN :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kimia medisinal
dengan judul “HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBATANTIBIOTIK”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab
itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai antibiotik.
KELOMPOK 1
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Batasan kimia medisinal menurut Burger (1970) adalah: ilmu pengetahuan yang
merupakan cabang dari ilmu kimia dan biologi, dan digunakan untuk memahami dan
menjelaskan mekanisme kerja obat. Sebagai dasar adalah mencoba menetapkan
hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis obat, serta menghubungkan perilaku
biodinamik melalui sifat-sifat fisik dan kereaktifan kimia senyawa obat. Kimia medisinal
melibatkan isolasi, karakterisasi dan sintesis senyawa senyawa yang digunakan dalam
bidang kedokteran, untuk mencegah dan mengobati penyakit serta memelihara
kesehatan.
Batasan kimia medisinal menurut Taylor dan Kennewell (1993) adalah: studi kimiawi
senyawa atau obat yang dapat memberikan efek menguntungkan dalam sistem
kehidupan, dan melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas
biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis, dalam usaha
mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak
menguntungkan.
Batasan kimia medisinal menurut IUPAC (1998) adalah: ilmu pengetahuan yang
mempelajari pencarian, penemuan, rancangan, identifikasi dan pembuatan senyawa aktif
biologis (obat), studi metabolisme obat, interpretasi cara kerja obat pada tingkat molekul,
dan studi hubungan struktur-aktivitas, yaitu hubungan struktur kimia dan aktivitas
farmakologis dari suatu seri senyawa.
Menurut Nogrady dan Weaver (2005), kimia medisinal adalah ilmu terapan yang
difokuskan pada rancangan atau penemuan senyawa entitas kimia baru (NCE's) dan
melakukan optimasi senyawa tersebut, serta mengembangkan molekul obat yang berguna
untuk proses pengobatan penyakit. Untuk mencapai hal tersebut, ahli kimia medisinal
harus mampu merancang dan mensintesis molekul baru, memastikan bagaimana mereka
berinteraksi dengan reseptor (makromolekul biologis, seperti protein atau asam nukleat),
menjelaskan hubungan antara struktur dan aktivitas.
4
1. Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dalam tanaman yang secara empirik telah
digunakan untuk pengobatan.
2. Sintesis struktur analog dari bentuk dasar senyawa yang mempunyai aktivitas
pengobatan potensial.
3. Mencari struktur induk baru dengan cara sintesis senyawa organik, dengan ataupun
tanpa berhubungan dengan zat aktif alamiah.
4. Menghubungkan struktur kimia obat dengan cara kerjanya.
5. Mengembangkan rancangan obat.
6. Mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis kimia fisika dengan
bantuan statistik.melalui sifat
Pada tahun 1942, Waksman mengusulkan definisi yang dikutip secara luas bahwa
"suatu zat antibiotik atau antibiotik adalah zat yang diproduksi oleh mikroorganisme,
yang memiliki kapasitas untuk menghambat pertumbuhan dan bahkan menghancurkan
mikroorganisme lain." Usulan selanjutnya telah berusaha untuk memperluas dan
membatasi definisi untuk memasukkan zat apa pun yang dihasilkan oleh organisme
hidup yang mampu menghambat pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau lebih
spesies mikroorganisme dalam konsentrasi rendah. Kemajuan yang dibuat oleh ahli
kimia obat untuk memodifikasi antibiotik alami dan untuk menyiapkan analog sintetik
mengharuskan dimasukkannya turunan semisintetik dan sintetik dalam definisi. Oleh
karena itu, suatu zat diklasifikasikan sebagai antibiotik jika memenuhi kondisi berikut :
a. Ini adalah produk hasil metabolisme (meskipun mungkin diduplikasi atau
bahkan telah diantisipasi oleh sintesis kimia).
b. Ini adalah produk sintetis yang diproduksi sebagai analog struktural dari
antibiotik alami.
c. Melawan pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau lebih spesies
mikroorganisme.
d. Efektif dalam konsentrasi rendah.
Menurut Silverman dan Holladay (2014) ruang lingkup kimia medisinal meliputi:
1. Isolasi senyawa dari alam atau sintesis molekul baru;
2. Investigasi hubungan struktur senyawa dari alam atau senyawa sintetik dengan
aktivitas biologisnya;
3. Menjelaskan proses interaksi senyawa dengan reseptor dari berbagai variasi,
termasuk enzim dan DNA;
5
4. Menentukan sifat-sifat absorpsi; transportasi, dan distribusi senyawa obat;
5. Studi perubahan tranformasi metabolik, ekskresi dan toksisitas dari senyawa obat;
6. Studi rancangan obat yang rasional.
Kimia medisinal (Medicinal Chemistry) sering pula disebut dengan nama yang lain
seperti kimia farmasi (Pharmaceutical Chemistry, Pharmazeutische Chemie,
Arzneimittelforschung), farmakokimia (Farmacochemie, Pharmacochemistry) dan kimia
terapi (Chimie Thérapeutique).
Kimia medisinal merupakan multidisiplin keilmuan, yang melibatkan ilmu kimia
komputasi, kimia fisik, kimia organik, kimia analitik, biologi molekuler, biofarmasi dan
farmakokinetik, farmasetika, farmakognosi, farmakologi, toksikologi, mikrobiologi,
biomedik, biokimia, statistik dan teknik komputer untuk simulasi dan visualisasi.
1.3. TUJUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam antibiotika bilamana bahan kimia
tersebut:
7
2.2 PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
Berdasarkan struktur aktivitasnya
Berdasarkan spektrum aktivitasnya antibiotika dibagi menjadi dua yaitu antibiotika
spektrum luas dan antibiotika spektrum sempit.
Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negatif yakni kolistin, polimiksin B
sulfat, sulfomisin.
8
b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri, mempengaruhi
permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin dan
daptomisin.
c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya kuinolon dan
rifampin
d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom, contohnya
eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif pada ribosom sub unit
50S, aminoglikosida, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada
ribosom sub unit 30S dan linezolid yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma contohnya
sulfonamida dan trimetoprim.
9
2.3 ANTIBIOTIK β LAKTAM
Antibiotik yang strukturnya mengandung cincin β-laktam, banyak dikembangkan
untuk pengobatan infeksi bakteri. Pada tingkat molekul, mekanisme kerja antibiotika
turunan β-laktam adalah ditunjukkan oleh serangan nukleofil dari gugus hidroksil serin
enzim transpeptidase pada karbonil karbon cincin β-laktam yang bermuatan positif,
sehingga terjadi hambatan biosintesis peptidoglikan. Akibatnya dinding sel menjadi
lemah, dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga
bakteri mengalamikematian.
Antibiotika β-laktam hanya dapat membunuh bakteri pada fase pertumbuhan dan
tidak dapat mempengaruhi bakteri yang dalam bentuk tidak aktif atau persisten. Ini
merupakan alasan mengapa pemberian penisilin, suatu bakterisid, bersama-sama dengan
senyawa bakteriostatik, seperti turunan amfenikol, sulfonamida atau tetrasiklin, menjadi
tidakrasional.
Penisilin merupakan antibiotika paling penting yang pertama kali diekstraksi dari
Penicillium notatum. Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P.
chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar penisilin
terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam, seperti
ditampilkan pada Gambar 1.1 Kedua cincin ini merupakan inti dari turunan penisilin
serta diberi nama 6-amino-penicillanic acid (6-APA). Berbagai turunan penisilin
semisintetis kemudian diproduksi dengan memodifikasi rantai samping yang terikat
pada 6-APA. Baik rantai samping dan 6-APA, keduanya penting untuk aktivitas
antibakteri dari turunan penisilin.
10
Antibiotika turunan Penisilin dapat diklasifikan lebih lanjut menjadi 5 yaitu:
b) Aminopenisilin
1. Memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatif dan gram
positif;
11
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
Ureidopenisilin ditampilkan pada Tabel dibawah ini
12
Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Penisilin
Penisilin alami telah mengalami banyak modifikasi pada molekulnya untuk membuat
turunan penisilin baru dengan sifat yang lebih baik, diantaranya :
a. Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti gugus
fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
b. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah (bulky)
pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi
c. Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2 pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membran
terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.
1. Penisilin yang tahan asam, yaitu karena ada gugus penarik electron, O atau N pada
posisi Ca misal gugus fenoksi yang terikat pada rantai samping amida. Gugus
tersebut mencegah penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi
dalam suasana asam.
2. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, yaitu karena ada gugus meruah
(bulky) pada rantai samping, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi. Efek halangan ruang gugus tersebut
dapat mempengaruhi pengikatan enzim β- laktamase pada cincin β-laktan dan
menyebabkan perubahan konformasi sehingga enzim kehilangan aktivitas.
3. Penisilin dengan spectrum luas, yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2, pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membrane
terluar bakteri Gram negatif lebih besar.
4. Penisilin yang aktif terhadap bakteri Gram negatif dan Pseudomonas aeruginosa
disebabkan karena adanya gugus yang bersifat asam pada rantai samping seperti –
COOH, SO3H dan –NHCO-
5. Penisilin yang bekerja sebagai pra-obat, didapat melalui beberapa cara sebagai
berikut:
a. membuat bentuk garam contoh: prokain penisilin G dan benzatin
13
b. menutupi gugus amino bebas, misal yang terdapat pada struktur ampisilin
dengan membentuk gugus amida yang akan terurai kembali pada in vivo.
contoh: piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin
c. membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat atom C3 contoh:
bakampisilin, pivampisilin dan talampisilin
Efek samping penggunaan turunan penisilin antara lain adalah reaksi alergi
(insiden 18%) yang kadang-kadang dapat bersifat fatal. Reaksi alergi tersebut
disebabkan penisilin dapat mengasilasi protein tertentu serum dalam tubuh,
membentuk penisiloil protein yang merupakan suatu protein asing (antigen) yang
merangsang pembentukkan antibodi. Efek samping lain adalah gangguan saluran
cerna, hematologis dan gangguan keseimbangan elektrolit.
2. Turunan Sefalosporin
Sefalosporin pertama kali diekstraksi dari jamur Cephalosporium acremonium pada
tahun 1948 oleh Pro Tzu, Newton dan Abraham (1953). Produk utama adalah
sefalosporin C, dari molekul inilah berbagai modifikasi dilakukan untuk mendapatkan
berbagai turunan sefalosporin yang digunakan hingga sekarang. Banyak senyawa
semisintetik turunan sefalosporin didapat sebagai hasil reaksi antara asam 7-
aminosefalosporinat (7-ACA), suatu produk hidrolisis sefalosporin C, dengan gugus
atau senyawa yang sesuai. Adapun struktur kimia dari sefalosporin C ditampilkan
pada Gambar 2.2 berikut
14
Penggolongan antibiotik turunan sefalosporin dapat dikelompokkan berdasarkan
struktur kimia, penggunaan klinis, spektrum antibakteri dan ketahanan terhadap
penisilinase, yakni :
a. Sefalosporin Generasi I
15
b. Sefalosporin Generasi II
Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan
tidak terlalu aktif terhadap bakteri gram positif bila dibandingkan dengan Sefalosporin
Generasi I. Obat-obat yang masuk dalam Sefalosporin Generasi II ditampilkan pada
Tabel dibawah ini
Obat-obat yang termasuk kelompok Sefalosporin Generasi III ini kurang aktif
melawan bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama, tapi memiliki spektrum
yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif. Adapun obat-obat yang termasuk dalam
golongan ini ditampilkan pada Tabel dibawah ini.
16
d. Sefalosporin Generasi IV
Uraian tentang hubungan struktur dan aktivitas turunan sefalosporin adalah sebagai
berikut:
a. Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada rantai samping
pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3 dilakukan untuk mendapatkan
sifat fisika kimia yang lebih baik, dan modifikasi substituent pada posisi C7 untuk
mengubah spektrum aktivitasnya.
17
c. Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi
C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada sefamisin dapat
meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.
Turunan tetrasiklin didapat dari hasil isolasi kultur Streptomyces sp. Dan kemudian
dikembangkan secara semisintetik. Tetrasiklin Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan
turunan oktahidronaftasen yang terbentuk oleh gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5
atau 6 pusat atom C asimetrik. Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang
memiliki aktivitas berspektrum luas baik terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri
gram positif. Oleh karena itu tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam
penyakit infeksi. Tetrasiklin bersifat amofoter karena mengandung gugus-gugus yang
bersifat asam, seperti gugus hidroksil dan basa seperti gugus dimetilamino.
Dengan asam kuat tetrasiklin membentuk garam asam yang mudah larut dalam air dan
cukup stabil, melalui protonasi gugus dimetilamino pada C-4. Garam basanya, yang
dibentuk dengan basa kuat seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2, tidak stabil dalam larutan
air. Tetrasiklin mengandung gugus-gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen
intramolekul dan dapat membentuk kompleks dengan garam-garam Ca, Fe atau Mg.
Oleh karena itu tetrasiklin tidak bolek diberikan bersama-sama dengan susu, antasida, obat
antianemia dan lain-lain sediaan yang mengandung garam-garam di atas.
1. Tetrasiklin Alami
18
Struktur Tetrasiklin Alami
2. Tetrasiklin semi-sintesis
19
3. Protetrasiklin
Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi pada setiap
atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
20
Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto enol (C11,
C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.
Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan cincin A harus
memiliki system keto enol yg terkonjugasi.
Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada posisi C1,2
dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri adalah pada gugus amin
pada posisi C4 pada cincin A.
1) Difusi pasif melalui pori hidrofil pada membrane terluar sel. Doksisiklin dan
minosiklin mempunyai kelarutan dalam lemak tinggi sehingga secara langsung dapat
melalui lemak membrane
2) Sistem pengangkutan aktif yang tergantung energy. Pompa dari semua turunan
tetrasiklin adalah melalui membrane sitoplasma terdalam yang kemugkinan dengan
bantuan pembawa protein periplasma.
21
Turunan aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah streptomisin,
kanamisin, gentamisin, neomisin, tobramisin, amikasin, netilmisin, dibekasin dan
spektinomisin.
22
- N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin, memperpanjang masa kerja
senyawa induk karena tahan terhadap penginaktifkan oleh beberapa enzim
endogen.
- Hilangnya atom O dari gugus 5-hidroksil sisomisin, mengasilkan 5-
deoksisisomisin, menyebabkan senyawa tahan terhadap enzim yang
mengasetilasi gugus 3-amino.
3. Modifikasi pada cincin III
Gugus fungsional pada cincin III dapat diganti tanpa menimbulkan penurunan
aktivitas yang bermakna.
Turunan aminoglikosida adalah antibiotika dengan spektrum luas, efektif
terhadap basil Gram-negatif seperti E. coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp., Proteus
sp., salmonella sp., Shigella sp. Serratia sp. Beberpa diantaranya seperti streptomisin
dan kanamisin efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Pada pengobatan infeksi tertentu, turunan aminoglikosida sering dikmbinasi
dengan antibiotika β-laktan karena : 1. Mempunyai efek sinergis; 2. Dapat mencegah
ketahanan yang mendadak; 3. Dapat memperluas spectrum antibakteri. Contoh :
kombinasi penisilin G dengan strptomisin.
Turunan amino glikosida menimbulakn toksisitas pada kedua cabang saraf
cranial VIII dan kemungkinan dapat menyebabkan ketulian yang tak terpulihkan.
Efek samping lain adalah nefrotoksik, pemblok saraf otot, reaksi alergi, kelinan
darah dan menimbulakn suprainfeksi.
23
terhadap penisilin. Spektrum antimikrobial makrolida sedikit lebih luas dibandingkan
penisilin.
Contoh : eritromisin, oleandomisin, spiramisin, roksitromisin dan azithromisin.
Karakteristik makrolida :
1. Cinicin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 – 17 atom;
2. Gugus keton;
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton;
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton;
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa dan
kemungkinan untuk dibuat bentuk garamnya.
Gula-gula yang terikat pada antibiotika turunan makrolida antara Iain adalah L-
kladinosa, D-desosamm. L-oleandrosa dan D-rodosamin.
Mekanisme Kerja
Turunan makrolida, seperti eritromisin adalah senyawa bakteriostatik dan hanya
efektif pada mikroorganisme yang aktif membelah. Turunan ini mengikat secara
takterpulihkan subunit ribosom 50-S bakteri atau dekat dengan donor P sehingga
memblok ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah translokasi peptida-peptida
dari tempat aseptor A ke tempat donor P, pengikatan ini hanya terjadi bila subunit 50-S
bebas dari molekul tRNA yang berhubungan dengan rantai peptida nasen sehingga yang
diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang peptida-peptida kecil tetap
diproses secara normal.
Efek samping relatif rendah antara lain gangguan saluran cerna yang ringan (sakit
kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi.
24
Peptida adalah rangkaian asam amino rantai pendek. Oleh karena itu, polipeptida adalah
rangkaian asam amino rantai panjang.
Asam amino dihubungkan secara kovalen untuk membentuk rantai polipeptida yang
tidak bercabang panjang ini. Ikatan kovalen ini disebut ikatan peptida. Ikatan peptide
terbentuk dari reaksi kondensasi antara dua molekul asam amino. Disini, gugus karboksil
dari satu asam amino akan bereaksi dengan gugus amino asam amino lain. Ini
menghilangkan molekul air dengan menggabungkan -OH dari gugus karboksil dan H
dari gugus amino. Maka ikatan yang dihasilkan adalah ikatan -CONH. Oleh karena itu,
untuk mengidentifikasi keberadaan ikatan peptida, kita dapat menemukan adanya ikatan
-CONH. Polipeptida digunakan untuk membentuk protein. Protein dapat terdiri dari satu
atau lebih rantai polipeptida. Oleh karena itu struktur utama protein adalah rantai
polipeptida tidak bercabang. Dalam sistem biologis, kita dapat menemukan rantai
polipeptida kecil dan besar. Misalnya, sebagian besar hormon vertebrata adalah
polipeptida kecil seperti insulin, glukagon, kortikotropin, dll.
Struktur Kimia
Turunan ini mempunyai karakteristik tertentu yang unik bila dibandingkan dengan
peptida hewan atau tanaman alam, yaitu:
25
d. Aktivitas antibakteri antibiotika polipeptida secara langsung berhubungan
dengan struktur kimianya. Sedikit modifikasi kimia menghasilkan perubahan
yang nyata dari sifat biologis.
e. Antibiotika peptida yang strukturnya bervariasi kemungkinan menghambat
pertumbuhan bakteri melalui mekanisme kerja yang sama.
MEKANISME KERJA
Turunan linkosamida dapat mengikat secara kuatribosom subunit 50-S bakteri dan
menghambat reaksi enzim peptidil transferase sehingga mencegah pembentukan ikatan
peptide dan menghambat sintesis protein bakteri. Linkosamid terutama bersifat bakteriostatik,
tetapi dapat juga bakterisid, tergantung pada kadar antibiotika, organism penyebab dan
26
besarnya inokulum. Linkosamida aktif terhadap sebagian besar bakteria Gram positif dan
Gram negatif yang anaerobik.
EFEK SAMPING
27
Contoh antibiotika polien banyak digunakan sebagai antijamur adalah amfoterisin B,
kandisidin dan nistatin.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan
dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu
spesies atau lebih mikroorganisme.
2. Dalam penggunaannya, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Karena tidak
semua antibiotika dapat digunakan untuk menghambat pertubuhan maupun
membunuh bakteri, dikarena daya hambat dan daya bunuh antibiotika berbeda-beda.
3. Struktur kimia merupakan salah satu bagian penting dari suatu senyawa sehingga dapat
memberikan suatu efek biologis tertentu dan juga sifat kimia merupakan dasar yang
penting dalam menjelaskan suatu aktivitas biologis obat. Sifat fisika kimia yang penting
dan berhubungan dengan aktivitas biologis obat antara lain ialah ionisasi, ikatan
hidrogen, pembentukan kelat, potensial redoks dan aktivitas permukaan.
4. Yang merupakan dasar dalam aktivitas suatu obat ialah proses-proses kimia yang
kompleks dimulai dari saat obat diberikan hingga terjadinya suatu respons biologis.
5. Hubungan struktur aktivitas suatu obat merupakan bagian yang penting dalam
membuat suatu rancangan obat dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru
dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, serta toksisitas atau
efek samping yang lebih rendah.
29
DAFTAR PUSTAKA
30