Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

“HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT ANTIBIOTIK”

DOSEN :

Apt. Dra. Herdini.. m.Si

DISUSUN OLEH :

1. Dita Ayu Lestari 18330058


2. Sefia Martina 18330087
3. Esa Yuni Milenia 18330098
4. Mentari Arum 18330093
5. M Ramadhana 19330758

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2021

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kimia medisinal
dengan judul “HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBATANTIBIOTIK”.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab
itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai antibiotik.

JAKARTA, 21 OKTOBER 2021

KELOMPOK 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..…….. 4

I.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….……….. 6

I.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………. 6

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Antibiotik ……………………………………………………………………. 7

II.2 Penggolongan Antibiotik ………………………………………………………………... 8

II.3 Antibiotik β Laktam ……………………………………………………………………. 10


II.4 Turunan Tetrasiklin ……………………………………………………………...…….. 18

II.5 Turunan Aminoglikosida ………………………………………………………………. 21

II.6 Turunan Makrolida …………………………………………………………………….. 23

II.7 Turunan Polipeptida ………………………………………………………...………… 24

II.8 Turunan Linkosamida …………………………………………………………………. 26

II.9 Turunan Polien …………………………………………………………………..…….. 27

BAB III PENUTUP

III. 1 Kesimpulan …………………………………………………………………..………. 29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...……… 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Batasan kimia medisinal menurut Burger (1970) adalah: ilmu pengetahuan yang
merupakan cabang dari ilmu kimia dan biologi, dan digunakan untuk memahami dan
menjelaskan mekanisme kerja obat. Sebagai dasar adalah mencoba menetapkan
hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis obat, serta menghubungkan perilaku
biodinamik melalui sifat-sifat fisik dan kereaktifan kimia senyawa obat. Kimia medisinal
melibatkan isolasi, karakterisasi dan sintesis senyawa senyawa yang digunakan dalam
bidang kedokteran, untuk mencegah dan mengobati penyakit serta memelihara
kesehatan.
Batasan kimia medisinal menurut Taylor dan Kennewell (1993) adalah: studi kimiawi
senyawa atau obat yang dapat memberikan efek menguntungkan dalam sistem
kehidupan, dan melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas
biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis, dalam usaha
mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak
menguntungkan.
Batasan kimia medisinal menurut IUPAC (1998) adalah: ilmu pengetahuan yang
mempelajari pencarian, penemuan, rancangan, identifikasi dan pembuatan senyawa aktif
biologis (obat), studi metabolisme obat, interpretasi cara kerja obat pada tingkat molekul,
dan studi hubungan struktur-aktivitas, yaitu hubungan struktur kimia dan aktivitas
farmakologis dari suatu seri senyawa.
Menurut Nogrady dan Weaver (2005), kimia medisinal adalah ilmu terapan yang
difokuskan pada rancangan atau penemuan senyawa entitas kimia baru (NCE's) dan
melakukan optimasi senyawa tersebut, serta mengembangkan molekul obat yang berguna
untuk proses pengobatan penyakit. Untuk mencapai hal tersebut, ahli kimia medisinal
harus mampu merancang dan mensintesis molekul baru, memastikan bagaimana mereka
berinteraksi dengan reseptor (makromolekul biologis, seperti protein atau asam nukleat),
menjelaskan hubungan antara struktur dan aktivitas.

Ruang lingkup bidang kimia medisinal menurut Wollf (1980), adalah:

4
1. Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dalam tanaman yang secara empirik telah
digunakan untuk pengobatan.
2. Sintesis struktur analog dari bentuk dasar senyawa yang mempunyai aktivitas
pengobatan potensial.
3. Mencari struktur induk baru dengan cara sintesis senyawa organik, dengan ataupun
tanpa berhubungan dengan zat aktif alamiah.
4. Menghubungkan struktur kimia obat dengan cara kerjanya.
5. Mengembangkan rancangan obat.
6. Mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis kimia fisika dengan
bantuan statistik.melalui sifat
Pada tahun 1942, Waksman mengusulkan definisi yang dikutip secara luas bahwa
"suatu zat antibiotik atau antibiotik adalah zat yang diproduksi oleh mikroorganisme,
yang memiliki kapasitas untuk menghambat pertumbuhan dan bahkan menghancurkan
mikroorganisme lain." Usulan selanjutnya telah berusaha untuk memperluas dan
membatasi definisi untuk memasukkan zat apa pun yang dihasilkan oleh organisme
hidup yang mampu menghambat pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau lebih
spesies mikroorganisme dalam konsentrasi rendah. Kemajuan yang dibuat oleh ahli
kimia obat untuk memodifikasi antibiotik alami dan untuk menyiapkan analog sintetik
mengharuskan dimasukkannya turunan semisintetik dan sintetik dalam definisi. Oleh
karena itu, suatu zat diklasifikasikan sebagai antibiotik jika memenuhi kondisi berikut :
a. Ini adalah produk hasil metabolisme (meskipun mungkin diduplikasi atau
bahkan telah diantisipasi oleh sintesis kimia).
b. Ini adalah produk sintetis yang diproduksi sebagai analog struktural dari
antibiotik alami.
c. Melawan pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau lebih spesies
mikroorganisme.
d. Efektif dalam konsentrasi rendah.

Menurut Silverman dan Holladay (2014) ruang lingkup kimia medisinal meliputi:
1. Isolasi senyawa dari alam atau sintesis molekul baru;
2. Investigasi hubungan struktur senyawa dari alam atau senyawa sintetik dengan
aktivitas biologisnya;
3. Menjelaskan proses interaksi senyawa dengan reseptor dari berbagai variasi,
termasuk enzim dan DNA;
5
4. Menentukan sifat-sifat absorpsi; transportasi, dan distribusi senyawa obat;
5. Studi perubahan tranformasi metabolik, ekskresi dan toksisitas dari senyawa obat;
6. Studi rancangan obat yang rasional.

Kimia medisinal (Medicinal Chemistry) sering pula disebut dengan nama yang lain
seperti kimia farmasi (Pharmaceutical Chemistry, Pharmazeutische Chemie,
Arzneimittelforschung), farmakokimia (Farmacochemie, Pharmacochemistry) dan kimia
terapi (Chimie Thérapeutique).
Kimia medisinal merupakan multidisiplin keilmuan, yang melibatkan ilmu kimia
komputasi, kimia fisik, kimia organik, kimia analitik, biologi molekuler, biofarmasi dan
farmakokinetik, farmasetika, farmakognosi, farmakologi, toksikologi, mikrobiologi,
biomedik, biokimia, statistik dan teknik komputer untuk simulasi dan visualisasi.

I.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hubungan aktivitas dan struktur dari golongan obat antibiotik


2. Apa yang dimaksud dengan antibiotik dan bagaimana mekanisme kerja dari obat
antibiotik tersebut?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaiamana hubungan struktur aktivitas obat antibiotik dengan


golongan yang berbeda
2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan antibiotik dan
mekanisme kerja antibiotic sehingga dapat memberikan efek terapi

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANTIBIOTIK


Istilah antibiotika berasal dari kata antibiosis yang berarti ‘melawan hidup’. Istilah ini
digagas oleh Ied Vuillemin yang mendefinisikan antibiosis sebagai konsep biologis
kelangsungan hidup, dimana suatu organisme menghancurkan organisme lainnya demi
bertahan hidup. Pada tahun 1942, Waksman mendefinisikan antibiotika sebagai bahan
kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme. Definisi inilah yang kemudian digunakan
hingga saat ini. Meski demikian dengan berkembang pesatnya antibiotika, maka
dibuatlah batasan-batasan pengertian mengenai antibiotika.

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.


Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, bahkan berlebihan dan dalam jangka waktu
panjang menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Dimana resistensi ini akan
menyebabkan tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik
secara sistemik dengan dosis normal.

Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam antibiotika bilamana bahan kimia
tersebut:

1. Merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui


sintesa kimia;
2. Merupakan produk sintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah;
3. Dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisme;
4. Efektif pada konsentrasi rendah.

Antibiotika dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitasnya maupun


mekanisme kerja dan struktur kimianya.

Antibiotika berasal dari sumber-sumber berikut, yaitu Actinomycetales (58,2%), jamur


(18,1%), tanaman tinggi (12,1%), Eubacteriales terutama Bacilli (7,7%), hewan (1,8%),
Pseudomonales (1,2%) dan ganggang atau lumut (0,9%).

7
2.2 PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
 Berdasarkan struktur aktivitasnya
Berdasarkan spektrum aktivitasnya antibiotika dibagi menjadi dua yaitu antibiotika
spektrum luas dan antibiotika spektrum sempit.

Antibiotika spektrum luas merupakan antibiotika yang efektif terhadap bakteri


gram positif dan gram negatif. Adapun obat-obat yang tergolong dalam antibiotika
spektrum luas diantaranya adalah tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida, makrolida,
rifampisin, ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin,
sulbenisilin, tikarsilin, dan sebagian sefalosporin. Adapun antibiotika spektrum
sempit merupakan antibiotika yang efektif hanya pada bakteri gram positif atau
bakteri gram negatif saja. Adapun pembagian antibiotika spektrum sempit beserta
contoh obatnya yakni :

 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif yakni basitrasin,eritromisin,


benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin
Na, Oksasilin Na, Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin, linkosamida, asam
fusidat.

 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negatif yakni kolistin, polimiksin B
sulfat, sulfomisin.

 Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni streptomisin, kanamisin,


sikloserin, rifampisin, viomisin, kapreomisin.

 Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin, nistatin, amfoterisin B


dan kandisidin.

 Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) yakni aktinomisin,


bleomisin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin, mitramisin.

 Berdasarkan mekanisme kerjanya

Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi


menjadi 5 yaitu:

a. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, contohnya penisilin,


sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin, fosfomisin dan isoniazid

8
b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri, mempengaruhi
permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin dan
daptomisin.
c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya kuinolon dan
rifampin
d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom, contohnya
eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif pada ribosom sub unit
50S, aminoglikosida, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada
ribosom sub unit 30S dan linezolid yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma contohnya
sulfonamida dan trimetoprim.

Gambar antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya

 Berdasarkan struktur kimianya

Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi enam


kelompok yakni :
a. Antibiotika β laktam (turunan d. Polipeptida
penisilin dan turunan
e. Makrolida
sefaslosporin)
f. Linkomisin
b. Aminoglikosida
g. lain-lain
c. Tetrasiklin

9
2.3 ANTIBIOTIK β LAKTAM
Antibiotik yang strukturnya mengandung cincin β-laktam, banyak dikembangkan
untuk pengobatan infeksi bakteri. Pada tingkat molekul, mekanisme kerja antibiotika
turunan β-laktam adalah ditunjukkan oleh serangan nukleofil dari gugus hidroksil serin
enzim transpeptidase pada karbonil karbon cincin β-laktam yang bermuatan positif,
sehingga terjadi hambatan biosintesis peptidoglikan. Akibatnya dinding sel menjadi
lemah, dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga
bakteri mengalamikematian.

Antibiotika β-laktam hanya dapat membunuh bakteri pada fase pertumbuhan dan
tidak dapat mempengaruhi bakteri yang dalam bentuk tidak aktif atau persisten. Ini
merupakan alasan mengapa pemberian penisilin, suatu bakterisid, bersama-sama dengan
senyawa bakteriostatik, seperti turunan amfenikol, sulfonamida atau tetrasiklin, menjadi
tidakrasional.

Antibiotika β laktam terdiri atas 2 sub kelompok yaitu :

1. Antibiotika Turunan Penisilin

Penisilin merupakan antibiotika paling penting yang pertama kali diekstraksi dari
Penicillium notatum. Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P.
chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar penisilin
terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam, seperti
ditampilkan pada Gambar 1.1 Kedua cincin ini merupakan inti dari turunan penisilin
serta diberi nama 6-amino-penicillanic acid (6-APA). Berbagai turunan penisilin
semisintetis kemudian diproduksi dengan memodifikasi rantai samping yang terikat
pada 6-APA. Baik rantai samping dan 6-APA, keduanya penting untuk aktivitas
antibakteri dari turunan penisilin.

10
Antibiotika turunan Penisilin dapat diklasifikan lebih lanjut menjadi 5 yaitu:

a) Penisilin yang peka terhadap penisilinase

Ciri atau karakteristik penisilin yang peka terhadap penisilinase adalah:

1. Memiliki potensi yang baik melawan staphylococcus dan streptococcus;

2. Berguna melawan beberapa coccus gram positif;

3. Tidak efektif terhadap basilus gram negatif.

b) Aminopenisilin

Ciri atau karakteristik Aminopenisilin adalah:

1. Memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatif dan gram
positif;

2. Tidak efektif terhadap pseudomonas aeruginosa.

c) Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)

Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok


antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin) ditampilkan pada Tabel dibawah ini

Tabel Antibiotik turunan Penisilin yang merupakan


kelompok antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)
d) Ureidopenisilin

11
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
Ureidopenisilin ditampilkan pada Tabel dibawah ini

Tabel Antibiotik turunan Penisilin yang termasuk kelompok Ureidopenisilin


e) Turunan Penisilin lainnya

Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok turunan


penisilin lainnya ditampilkan pada Tabel dibawah ini

Tabel Antibiotik turunan Penisilin yang termasuk kelompok turunan penisilin

12
Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Penisilin

Penisilin alami telah mengalami banyak modifikasi pada molekulnya untuk membuat
turunan penisilin baru dengan sifat yang lebih baik, diantaranya :

a. Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti gugus
fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.

b. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah (bulky)
pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi

c. Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2 pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membran
terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.

Sifat-sifat tersebut antara lain adalah:

1. Penisilin yang tahan asam, yaitu karena ada gugus penarik electron, O atau N pada
posisi Ca misal gugus fenoksi yang terikat pada rantai samping amida. Gugus
tersebut mencegah penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi
dalam suasana asam.
2. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, yaitu karena ada gugus meruah
(bulky) pada rantai samping, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi. Efek halangan ruang gugus tersebut
dapat mempengaruhi pengikatan enzim β- laktamase pada cincin β-laktan dan
menyebabkan perubahan konformasi sehingga enzim kehilangan aktivitas.
3. Penisilin dengan spectrum luas, yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2, pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membrane
terluar bakteri Gram negatif lebih besar.
4. Penisilin yang aktif terhadap bakteri Gram negatif dan Pseudomonas aeruginosa
disebabkan karena adanya gugus yang bersifat asam pada rantai samping seperti –
COOH, SO3H dan –NHCO-
5. Penisilin yang bekerja sebagai pra-obat, didapat melalui beberapa cara sebagai
berikut:
a. membuat bentuk garam contoh: prokain penisilin G dan benzatin

13
b. menutupi gugus amino bebas, misal yang terdapat pada struktur ampisilin
dengan membentuk gugus amida yang akan terurai kembali pada in vivo.
contoh: piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin
c. membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat atom C3 contoh:
bakampisilin, pivampisilin dan talampisilin

Efek samping penggunaan turunan penisilin antara lain adalah reaksi alergi
(insiden 18%) yang kadang-kadang dapat bersifat fatal. Reaksi alergi tersebut
disebabkan penisilin dapat mengasilasi protein tertentu serum dalam tubuh,
membentuk penisiloil protein yang merupakan suatu protein asing (antigen) yang
merangsang pembentukkan antibodi. Efek samping lain adalah gangguan saluran
cerna, hematologis dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2. Turunan Sefalosporin
Sefalosporin pertama kali diekstraksi dari jamur Cephalosporium acremonium pada
tahun 1948 oleh Pro Tzu, Newton dan Abraham (1953). Produk utama adalah
sefalosporin C, dari molekul inilah berbagai modifikasi dilakukan untuk mendapatkan
berbagai turunan sefalosporin yang digunakan hingga sekarang. Banyak senyawa
semisintetik turunan sefalosporin didapat sebagai hasil reaksi antara asam 7-
aminosefalosporinat (7-ACA), suatu produk hidrolisis sefalosporin C, dengan gugus
atau senyawa yang sesuai. Adapun struktur kimia dari sefalosporin C ditampilkan
pada Gambar 2.2 berikut

2.2 Gambar Struktur Umum Sefalosporin

Turunan sefalosporin adalah antibiotika β-laktam, mempunyai dasar struktur mirip


dengan penisilin, yaitu cincin β-laktam-dihidrotiazin (sefem), mengandung dua pusat
atom asimetrik (C6 dan C7) sehingga dapat membentuk empat senyawa optis-aktif.

14
Penggolongan antibiotik turunan sefalosporin dapat dikelompokkan berdasarkan
struktur kimia, penggunaan klinis, spektrum antibakteri dan ketahanan terhadap
penisilinase, yakni :

1. Sefalosporin yang diberikan secara oral : sefalexin, sefradin, dan sefaklor;

2. Sefalosporin yang diberikan secara parenteral : sefalotin, sefasetril, sefazedon.


Turunan ini sensitive terhadap β-laktamase;

3. Sefalosporin yang resisten terhadap β-laktamase dan diberikan secara parenteral :


sefuroksim, sefamandol, sefoksitin;

4. Sefalosporin yang tidak stabil secara metabolis : sefalotin dan sefapirin.

Turunan sefalosporin berdasarkan system generasi dibedakan menjadi empat


kelompok yakni sefalosporin generasi I, II, III, IV. Masing-masing generasi
sefalosporin diuraikan sebagai berikut.

a. Sefalosporin Generasi I

Obat-obat Sefalosporin Generasi I memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri


gram positif namun aktivitasnya rendah terhadap bakteri gram negatif. Obat-obat yang
masuk dalam Sefalosporin Generasi I ditampilkan pada Tabel dibawah ini

15
b. Sefalosporin Generasi II

Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan
tidak terlalu aktif terhadap bakteri gram positif bila dibandingkan dengan Sefalosporin
Generasi I. Obat-obat yang masuk dalam Sefalosporin Generasi II ditampilkan pada
Tabel dibawah ini

c. Sefalosporin Generasi III

Obat-obat yang termasuk kelompok Sefalosporin Generasi III ini kurang aktif
melawan bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama, tapi memiliki spektrum
yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif. Adapun obat-obat yang termasuk dalam
golongan ini ditampilkan pada Tabel dibawah ini.

16
d. Sefalosporin Generasi IV

Obat-obat dalam kelompok Sefalosporin Generasi IV ini memiliki spektrum yang


lebih luas dalam melawan bakteri dibandingkan turunan sefalosporin sebelumnya.
Obat-obat yang termasuk dalam Sefalosporin Generasi IV ditampilkan pada Tabel
dibawah ini

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Sefalosporin

Struktur umum turunan sefalosporin ditampilkan pada Gambar 2.3. berikut

Uraian tentang hubungan struktur dan aktivitas turunan sefalosporin adalah sebagai
berikut:

a. Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada rantai samping
pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3 dilakukan untuk mendapatkan
sifat fisika kimia yang lebih baik, dan modifikasi substituent pada posisi C7 untuk
mengubah spektrum aktivitasnya.

b. Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan aktivitas


antibakteri.

17
c. Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi
C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada sefamisin dapat
meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.

d. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O


menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan spektrum antibakteri yang
lebih luas.

2.4 TURUNAN TETRASIKLIN

Turunan tetrasiklin didapat dari hasil isolasi kultur Streptomyces sp. Dan kemudian
dikembangkan secara semisintetik. Tetrasiklin Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan
turunan oktahidronaftasen yang terbentuk oleh gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5
atau 6 pusat atom C asimetrik. Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang
memiliki aktivitas berspektrum luas baik terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri
gram positif. Oleh karena itu tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam
penyakit infeksi. Tetrasiklin bersifat amofoter karena mengandung gugus-gugus yang
bersifat asam, seperti gugus hidroksil dan basa seperti gugus dimetilamino.

Dengan asam kuat tetrasiklin membentuk garam asam yang mudah larut dalam air dan
cukup stabil, melalui protonasi gugus dimetilamino pada C-4. Garam basanya, yang
dibentuk dengan basa kuat seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2, tidak stabil dalam larutan
air. Tetrasiklin mengandung gugus-gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen
intramolekul dan dapat membentuk kompleks dengan garam-garam Ca, Fe atau Mg.
Oleh karena itu tetrasiklin tidak bolek diberikan bersama-sama dengan susu, antasida, obat
antianemia dan lain-lain sediaan yang mengandung garam-garam di atas.

Penggolongan Tetrasiklin Tetrasiklin dapat dikelompok ke dalam tetrasiklin alami,


tetrasiklin semi-sintetis, dan protetrasiklin. Adapun obat-obat serta struktur kimia ketiga
kelompok turunan tetrasiklin tersebut yakni :

1. Tetrasiklin Alami

18
Struktur Tetrasiklin Alami

2. Tetrasiklin semi-sintesis

Struktur Umum Tetrasiklin Semi-Sintesis

19
3. Protetrasiklin

Struktur Umum Protetrasiklin

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Tetrasiklin

Struktur Turunan Tetrasiklin


Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin :

 Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi pada setiap
atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.

20
 Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto enol (C11,
C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.

 Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan cincin A harus
memiliki system keto enol yg terkonjugasi.

 Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada posisi C1,2
dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri adalah pada gugus amin
pada posisi C4 pada cincin A.

Turunan tetrasiklin adalah senyawa bakteriostatik. Karena mempunyai sifat pembentuk


kelat, diduga aktivitas antibakterinya disebabkan oleh kemampuan untuk menghilangkan ion-
ion logam-logam yang penting bagi kehidupab bakteri, seperti ion Mg. Kemungkinan lain,
pembentukan kelat tersebut memudahkan pengangkutan tetrasiklin menuju sisi kerjanya.
Tempat kerja turunan tetrasiklin adalah pada ribosom bakterim turunan ini mencapai sasaran
melalui dua proses, yaitu:

1) Difusi pasif melalui pori hidrofil pada membrane terluar sel. Doksisiklin dan
minosiklin mempunyai kelarutan dalam lemak tinggi sehingga secara langsung dapat
melalui lemak membrane
2) Sistem pengangkutan aktif yang tergantung energy. Pompa dari semua turunan
tetrasiklin adalah melalui membrane sitoplasma terdalam yang kemugkinan dengan
bantuan pembawa protein periplasma.

2.5 TURUNAN AMINOGLIKOSIDA


Aminoglikosida adalah antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi,
mengandung basa deoksistrptamin atau streptidin dan gula amino 3-aminoglukosa, 6-
aminoglukosa, 2,6 diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin, L-N-metilglukosamin,
neosamin dan purpurosamin. Pada umumnya merupakan senyawa bakterisid, dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta efektif terhadap
mikrobakteri. Dalam bentuk garam sulfat untuk hidroklorida bersifat mudah larut dalam
air. Tidak diserap oleh saluran cerna sehingga untuk pemakaian sistemik tidak dapat
diberikan secara oral dan harus diberikan secara parenteral, biasanya melalui injeksi
intramuskular.

21
Turunan aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah streptomisin,
kanamisin, gentamisin, neomisin, tobramisin, amikasin, netilmisin, dibekasin dan
spektinomisin.

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Aminoglikosida


Pada umumnya turunan aminoglikosida mengandung 3 cincin yang dihubungkan melalui
jembatan eter. Sebagai contoh adalah struktur kanamisin.

1. Modifikasi pada cincin I


Cincin I sangat penting untuk aktivitas oleh karena merupakan sasaran utama dalam
penginaktifkan enzim bakteri dan menentukan karakteristik luas spektrum
antibakteri.
- Gugus-gugus amino pada 6’ dan 2’ berhubungan dengan kekuatan antibakteri.
Kanmisin A yang mengandung kedua gugus tersebut lebih aktif dibandng
kanamisin B (6’-amino, 2’-hidroksil) atau kanamisin C (6’-hidroksil, 2’-amino).
- M etilasi pada posisi C-6’ menyebabakan senyawa tahan terhadap proses
asetilasi enzimatik dari gugus 6’-amino tanpa menurunkan aktivitas antibakteri
secara bermakna.
- Hilangnya gugus 3’hidroksil atau 4’-hidroksil atau keduanya tdak menurunkan
kemampuan anti bakteri kanamisin. Gentamisin, netilmisin, dan sisomisin tidak
mengandung gugus tersebut, sehingga tidak diinaktifkan oleh enzim
fosfotranferase, tetapi kemampuan antiiotik untuk mengikat ribosom bakteri
berkurang.
2. Modifikasi pada cincin II
Cincin II sangat sensitif terhadap perubahan struktur, modifikasi gugus fungsional
akan menghilangkan aktivitas antibakteri, kecuali :
- Asetilasi pada gugus I-amino dari kanamisin. Menghasilkan amikasin, tidak
menyebabkan hilangnya aktivitas.

22
- N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin, memperpanjang masa kerja
senyawa induk karena tahan terhadap penginaktifkan oleh beberapa enzim
endogen.
- Hilangnya atom O dari gugus 5-hidroksil sisomisin, mengasilkan 5-
deoksisisomisin, menyebabkan senyawa tahan terhadap enzim yang
mengasetilasi gugus 3-amino.
3. Modifikasi pada cincin III
Gugus fungsional pada cincin III dapat diganti tanpa menimbulkan penurunan
aktivitas yang bermakna.
Turunan aminoglikosida adalah antibiotika dengan spektrum luas, efektif
terhadap basil Gram-negatif seperti E. coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp., Proteus
sp., salmonella sp., Shigella sp. Serratia sp. Beberpa diantaranya seperti streptomisin
dan kanamisin efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Pada pengobatan infeksi tertentu, turunan aminoglikosida sering dikmbinasi
dengan antibiotika β-laktan karena : 1. Mempunyai efek sinergis; 2. Dapat mencegah
ketahanan yang mendadak; 3. Dapat memperluas spectrum antibakteri. Contoh :
kombinasi penisilin G dengan strptomisin.
Turunan amino glikosida menimbulakn toksisitas pada kedua cabang saraf
cranial VIII dan kemungkinan dapat menyebabkan ketulian yang tak terpulihkan.
Efek samping lain adalah nefrotoksik, pemblok saraf otot, reaksi alergi, kelinan
darah dan menimbulakn suprainfeksi.

2.6 TURUNAN MAKROLIDA


Makrolida merupakan kelompok obat antibiotik yang aktivitasnya disebabkan karena
keberadaan cincin makrolida, cincin lakton besar yang berikatan dengan satu atau lebih
gula deoksi, biasanya kladinose dan desosamine. Cincin laktonnya biasanya tersusun dari
14-, 15-, atau 16- atom.
Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri Gram-positif seperti Streptococcus, Pnemoniae dan Haemophilus
influenzae. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan
dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi
kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit
yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi

23
terhadap penisilin. Spektrum antimikrobial makrolida sedikit lebih luas dibandingkan
penisilin.
Contoh : eritromisin, oleandomisin, spiramisin, roksitromisin dan azithromisin.
Karakteristik makrolida :
1. Cinicin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 – 17 atom;
2. Gugus keton;
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton;
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton;
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa dan
kemungkinan untuk dibuat bentuk garamnya.
Gula-gula yang terikat pada antibiotika turunan makrolida antara Iain adalah L-
kladinosa, D-desosamm. L-oleandrosa dan D-rodosamin.

Mekanisme Kerja
Turunan makrolida, seperti eritromisin adalah senyawa bakteriostatik dan hanya
efektif pada mikroorganisme yang aktif membelah. Turunan ini mengikat secara
takterpulihkan subunit ribosom 50-S bakteri atau dekat dengan donor P sehingga
memblok ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah translokasi peptida-peptida
dari tempat aseptor A ke tempat donor P, pengikatan ini hanya terjadi bila subunit 50-S
bebas dari molekul tRNA yang berhubungan dengan rantai peptida nasen sehingga yang
diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang peptida-peptida kecil tetap
diproses secara normal.
Efek samping relatif rendah antara lain gangguan saluran cerna yang ringan (sakit
kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi.

2.7 TURUNAN POLIPEPTIDA


Antibiotik polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks, mengandung
polipeptida yang biasa membentuk suatu siklik .Sumber utama turunan antibiotika ini
adalah Bacillus sp.Dan strpomyces sp.
Polipeptida adalah suatu rangkaian yang terbentuk dari asam-asam amino di dalam
ribosom Polipeptida adalah rantai panjang bercabang yang terbuat dari asam amino.
Polipeptida, seperti yang ditunjukkan oleh namanya, adalah kumpulan beberapa peptida.

24
Peptida adalah rangkaian asam amino rantai pendek. Oleh karena itu, polipeptida adalah
rangkaian asam amino rantai panjang.
Asam amino dihubungkan secara kovalen untuk membentuk rantai polipeptida yang
tidak bercabang panjang ini. Ikatan kovalen ini disebut ikatan peptida. Ikatan peptide
terbentuk dari reaksi kondensasi antara dua molekul asam amino. Disini, gugus karboksil
dari satu asam amino akan bereaksi dengan gugus amino asam amino lain. Ini
menghilangkan molekul air dengan menggabungkan -OH dari gugus karboksil dan H
dari gugus amino. Maka ikatan yang dihasilkan adalah ikatan -CONH. Oleh karena itu,
untuk mengidentifikasi keberadaan ikatan peptida, kita dapat menemukan adanya ikatan
-CONH. Polipeptida digunakan untuk membentuk protein. Protein dapat terdiri dari satu
atau lebih rantai polipeptida. Oleh karena itu struktur utama protein adalah rantai
polipeptida tidak bercabang. Dalam sistem biologis, kita dapat menemukan rantai
polipeptida kecil dan besar. Misalnya, sebagian besar hormon vertebrata adalah
polipeptida kecil seperti insulin, glukagon, kortikotropin, dll.

Struktur Kimia

Turunan ini mempunyai karakteristik tertentu yang unik bila dibandingkan dengan
peptida hewan atau tanaman alam, yaitu:

a. Sebagian besar mikroorganisme yang mensintesis antibiotika polipeptida


menghasilknn banyak senyawa yang gugus-gugus kimianya saling berhubungan,
daripada substansi tunggal.
b. Antibiotika peptida yang sama dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dengan
taksonomi yang berbeda.
c. Banyak dari antibiotika polipeptida mengandung Iemak selain asam amino, yang
tidak terdapat pada peptida hewan atau tanaman alam.

25
d. Aktivitas antibakteri antibiotika polipeptida secara langsung berhubungan
dengan struktur kimianya. Sedikit modifikasi kimia menghasilkan perubahan
yang nyata dari sifat biologis.
e. Antibiotika peptida yang strukturnya bervariasi kemungkinan menghambat
pertumbuhan bakteri melalui mekanisme kerja yang sama.

Penggunaan antibiotika polipeptida terbatas karena menimbulkan toksisitas yang besar,


terutama pada ginjal. Berdasarkan sifatnya antibiotika polipeptida dibedakan dalam tiga
kelompok, yâitu:

1. Antibiotika yang bersifat asam, mengandung gugus karboksilat bebas dan


menunjukkan bagian struktur yang nonsiklik.
2. Antibiotika yang bersifat basa, mengandung gugus amino bebas dan juga
menunjukkan bagian struktur yang nonsiklik.
3. Antibiotika yang bersifat netral, tidak mempunyai gugus karboksilat dan
amino bebas, karena struktumya dalam bentuk siklik, atau gugus reaktif di atas
dinetalkan melalui formilasi.

Antibiotika polipeptida pada umumnya mempunyai spektrum aktivitas sempit, contoh:


gramisidin hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif sedang polimiksin hanya aktif terhadap
bakteri Gram-negatif

2.8 TURUNAN LINKOSAMIDA


Turunan linkosamida adalah antibiotika yangmengandung sulfur, dikarakterisasi oleh 4-
alkilasam pipekolat atau asam higrat yang terikat padaalkil 6-amino-α-tiooktopiranosida
melaluisambungan amida. Turunan ini mengandung gugusyang bersifat basa, yaitu N-
pirolidin atau N-piperidin, dan dapat membentuk garam yangmudah larut dalam air.

MEKANISME KERJA

Turunan linkosamida dapat mengikat secara kuatribosom subunit 50-S bakteri dan
menghambat reaksi enzim peptidil transferase sehingga mencegah pembentukan ikatan
peptide dan menghambat sintesis protein bakteri. Linkosamid terutama bersifat bakteriostatik,
tetapi dapat juga bakterisid, tergantung pada kadar antibiotika, organism penyebab dan

26
besarnya inokulum. Linkosamida aktif terhadap sebagian besar bakteria Gram positif dan
Gram negatif yang anaerobik.

EFEK SAMPING

Turunan linkosamida menimbulkan efek samping antibiotic associated pseudo


membranous colitis (AAPMC), dengan gejala-gejala diare, nyeri abdominal, demam, tinja
berlendir dan ada darah, yang kadang-kadang berakibat fatal. Insiden AAPMC terjadi pada 1-
10% penderita. AAPMC disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium difficile
yang telah tahan terhadap klindamisin. Oleh karena itu turunan linkosamida hanya digunakan
bila ada indikasi yang jelas. Efek samping lain dari turunan linkosamida adalah mual, pusing
dan reaksi alergi, iritasi gastrointestinal, stomatitis. Linkomisin HCl (Lincobiotic, Lincocin,
Lincomec, Nichomycin) Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat (+ 40%), kadar darah
tertinggi dicapai dalam 2-4 jam setelah pemberian secara oral dan efektif selama 6-8 jam.
Pada pemberian secara intramuskular, kadar dalah tertinggi obat dicapai dalam waktu 0,5 jam
dan tetap efektif selama 24 jam. Waktu parobiologisnya + 5,4 jam. Dosis oral : 500 mg 3 dd,
I.M. atau I.V. : 600 mg 1 dd.

2.9 TURUNAN POLIEN

Antibiotik polien diproduksi oleh Streptomices sp.dikarakterisasi oleh adanya cincin


bessr yang mengandung lakton dan ikatan rangkap terkonjungasi. Antibiotika polien tidak
mempunyai aktivitas antibakteri atau antiriketsia, tetapi aktif terhadap jamur dan yeast.

27
Contoh antibiotika polien banyak digunakan sebagai antijamur adalah amfoterisin B,
kandisidin dan nistatin.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan
dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu
spesies atau lebih mikroorganisme.
2. Dalam penggunaannya, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Karena tidak
semua antibiotika dapat digunakan untuk menghambat pertubuhan maupun
membunuh bakteri, dikarena daya hambat dan daya bunuh antibiotika berbeda-beda.
3. Struktur kimia merupakan salah satu bagian penting dari suatu senyawa sehingga dapat
memberikan suatu efek biologis tertentu dan juga sifat kimia merupakan dasar yang
penting dalam menjelaskan suatu aktivitas biologis obat. Sifat fisika kimia yang penting
dan berhubungan dengan aktivitas biologis obat antara lain ialah ionisasi, ikatan
hidrogen, pembentukan kelat, potensial redoks dan aktivitas permukaan.
4. Yang merupakan dasar dalam aktivitas suatu obat ialah proses-proses kimia yang
kompleks dimulai dari saat obat diberikan hingga terjadinya suatu respons biologis.
5. Hubungan struktur aktivitas suatu obat merupakan bagian yang penting dalam
membuat suatu rancangan obat dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru
dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, serta toksisitas atau
efek samping yang lebih rendah.

29
DAFTAR PUSTAKA

- Siswandono S. 2016. Kimia Medisinal 2, Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga


University Press.
- Vuillemin, P.: Assoc. Fr. Avance Sc.: 2:525, 1889.
- Waksman, S. A.: Science 110:27, 1949.
- Wilson and Gisvold’s. 2011. Textbook of: Organic Medicinal and
Pharmaceutical Chemistry, Twelfth Edition. Edited by John&John.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
- Kimia Medisinal ebook

30

Anda mungkin juga menyukai