Oleh
AMELYA PRADIPTA
NO BP. 1411011003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
yang timbul sejak lahir hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu
seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang
bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira
neonatal Goa Medical College dari tahun 1999-2001 dilaporkan 166 mengalami
informasi tentang paparan prenatal disebabkan beberapa faktor, salah satu nya
adalah hasil efek samping yang merugikan dari pengaruh faktor lingkungan pada
perkembangan prenatal (Brent, 2001). Ini berarti bahwa 1 dari 250 kelahiran bayi
memiliki kecacatan struktur yang disebabkan oleh paparan lingkungan dan dapat
organ, menghambat perkembangan atau kematian embrio atau fetus (Frias &
Gilbert, 2008).
Brent (2001) mencatat bahwa suatu faktor tidak tepat dikatakan sebagai
agen teratogen tanpa karakteristik dosis, rute pemaparan, dan masa kehamilan
ketika terjadi pemaparan. Hal ini dikarenakan efek dari faktor lingkungan pada
embrio atau fetus sangat bergantung pada sifat kimia atau fisik dari teratogen dan
beberapa faktor lain, seperti dosis, rute, panjangnya waktu pemaparan, tahap
perkembangan pemaparan, kerentanan genetik ibu dan janin. (Wilson & Fraser,
1977).
fetus.
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara lama paparan panas pada perlakuan penjemuran mencit
hamil terhadap fetus mencit dalam waktu tertentu memberikan efek teratogenik.
Untuk mengetahui lama waktu paparan panas yang mampu menimbulkan efek
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertermia
bahwa panas menjadi penyebab terhadap masalah reproduksi pada sebagian besar
mamalia. Masalah-masalah ini berkisar dari kematian embrio dan aborsi janin
cacat akibat induksi teratogenik dan sangat bergantung dosis dan waktu paparan
panas (Edwards, 1986; Edwards,et al.,1995). Efek merugikan pada sebagian besar
spesies dimulai pada kenaikan suhu 1,5°C diatas temperatur tubuh normal. Secara
umum, suhu yang lebih tinggi dan pemaparan yang lebih lama paling
embriogenesis jika paparan terjadi pada tahap kritis masa perkembangan (Barish,
2004).
2. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir,
tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian
lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam
sebagai berikut:
1. Malformasi
malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, defek
penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat jantung
2. Deformasi
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal
terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan
ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu
yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus
3. Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini
fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh
tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam
sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian
1. Spina Bifida
Spina bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu suatu
celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. ( Kadri, 1991).
yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan
atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini
cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-
3. Hidrosefalus
4. Anensefalus
dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf
yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada
5. Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi
6. Hernia Umbilikalis
subkutis menutupi benjolan herniasi pada defek tersebut, pada otot rektus
7. Atresia Esofagus
Secara klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus
meleleh atau berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak
Jenis kelainan kongenital ini merupakan salah satu obstruksi usus yang
Salah satu obstruksi pada usus besar yang agak sering dijumpai adalah
gangguan fungsional pada otot usus besar yang dikenal sebagai Hirschsprung
Disease dimana tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon
(Kadri, 1991).
struktur ectoderm dalam pembentukan rektum dan traktus urinarius bagian bawah
(Kadri, 1991).
3. Teratologi
perkembangan konseptus.
paparan. Masa yang paling sensitif untuk timbulnya cacat lahir saat
minggu ketiga sampai kedelapan kehamilan. Masing-masing sistem organ
abnormal.
Metode ini dapat dilakukan secara in vitro, in vivo dan kajian epidemiologi pada
(Almahdy, 2012).
dilakukan delama periode tertentu dari siklus atau daur seksualnya, yaitu periode
estrus. Pada tikus dan mencit biasanya siklus estrus empat sampai lima hari.
Secara fisiologis, siklus estrus dapat terjadi dalam ovarium, tapi juga dapat amati
Daur estrus terdiri dari beberapa fase antara lain (Almahdy, 2012).
1. Fase Metaestrus
Pada fase ini ditemukan sedikit leukosit pada sediaan hapus vagina
hewan uji.
2. Fase Diestrus
Pada apusan vagina banyak ditemukan sel leukosit dan sel epitel
basah.
3. Fase Proestrus
Pada apusan vagina dijumpai banyak sel epitel berinti dan sedikit
4. Fase Estrus
Fase ini merupakan fase terpenting dalam daur estrus, karena pada fase
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan lebih kurang tiga bulan dimulai dari bulan Juni -
3.2.1 Alat
: pinset, kaca arloji, cawan petri, pipet tetes, gelas ukur dan gelas
beker.
sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Mencit putih betina berumur lebih kurang 2 bulan dan mencit putih
Air suling
Bahan untuk pembuatan larutan Alizarin Merah dan larutan
KELOMPOK PERLAKUAN
Hewan yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit betina berumur
lebih kurang 2 bulan, sehat, nullipara, memiliki daur estrus yang teratur yaitu
dengan cara pengamatan vagina mencit secara visual, mencit dalam masa
estrus ditandai dengan vagina mencit berwarna lebih merah dan bergetah.
Hewan yang digunakan dianggap sehat apabila perubahan bobot badan tidak
Pada masa estrus hewan di kawinkan dengan perbandingan jantan dan betina
1:4. Mencit jantan dimasukkan ke kandang mencit betina pada pukul empat
sore dan dipisahkan lagi besok paginya. Pada pagi hari dilakukan
mengalami kopulasi dan berada pada hari kehamilan ke-0. Mencit yang telah
hamil dipisahkan dan yang belum kawin dicampurkan kembali dengan mencit
diberi air suling. Kelompok dua perlakuan selama 30 menit, kelompok tiga
Setiap hari dilakukan penimbangan dan diamati kenaikan berat badan, jika
tersebut harus dibunuh dan diperiksa. Pada selama pemaparan panas juga di
perhatikan adanya mencit yang sakit karena perlakuan atau karena penyakit
merah pada satu liter larutan kalium hidroksida 1%. Larutan ini digunakan
dengan cara melarutkan asam pikrat dalam air panas dan dibuat jenuh,
digunakan untuk melihat bagian visceral fetus mencit (Manson,et al., 1982)
3.3.8 Laparatomi
fetus mencit. Cara nya mencit dibedah pada bagian abdomen kearah atas
sampai terlihgat uterus yang berisi fetus. Fetus dikeluarkan dengan memotong
uterus dan plasenta. Selanjutnya diamati ada atau tidaknya tapak resorpsi
fetus. Jumlah fetus ditung pada masing-masing bagian uterus, fetus yang
masih hidup dan fetus yang telah mati. Setelah itu fetus dikeringkan dengan
kelahiran. Kemudian amati ada atau tidaknya kelainan secara visual misalnya
ekor, daun telinga, kelopak mata, jumlah kaki depan dan belakang (Almahdy,
2012).
Setelah diamati secara visual, sepertiga dari jumalh fetus dari satu induk di
fiksasi dengan larutan Bouin’s selama 14 hari, sampai berwarna kuning fetus
Sisanya dua pertiga bagian lagi direndam dengan larutan merah Alizarin,
biarkan dua sampai tiga hari, sambil sesekali di goyang sampai fetus menjadi
dalam larutan yang terdiri dari etanol 70%, gliserin dan formaldehid14%.
Pengamatan dilakukan terhadap tulang dada, tulang kaki, dan jari-jari kaki,
sampai laparatomi.
2. Jumlah fetus
Alizarin Merah.
Berat badan induk mencit, jumlah fetus, berat badan fetus, jumlah fetus
(ANOVA) satu arah. Jika hasil nsignifikan (P < 0,05), analisa di lanjutkan
Range Test). Sedangkan pengamatan jenis cacat dan hasil fiksasi dengan
JADWAL KEGIATAN
1. Persiapan Penelitian
2. Penelitian Laboratorium
3. Anilisis Data
4. Pembuatan Laporan
BAB V
PERKIRAAN BIAYA
Total Rp830.000,-
Total Rp712.500,-
=Rp1.542.500,-
Terbilang : Satu juta lima ratus empat puluh dua ribu lima ratus rupia
DAFTAR PUSTAKA
Press.
Kadri, N.1991. Kelainan Kongenital. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Manson, J. M., Zenick, H., & Costlow, R. D. (1982). Teratology test methods for