Anda di halaman 1dari 20

KONSEP KEMOTERAPI

Disusun Oleh :

Maulina Putri Rizky Utami


Maiyumna Akhsanun Nadyya
Wilda Lidayani Saiful Bahri
Mona Silvia Putri Yanda Fitria
Rahmatul Fadhilah Cut Alfisyahril
Hendri Mahendra

DOSEN PEMBIMBING

Ns.Maimun Tharida, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu,tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan
yang lurus. Makalah ini kami beri judul "Konsep Kemoterapi"

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai
penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal ibadah untuk meningkatkan ketaatan kita
kepada Allah dan juga mendapat keridhaan dari-nya

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ns.Maimun Tharida,
M.Kes, selaku dosen pembimbing. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah
mendukung penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu
kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas
berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami dan para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEMOTERAPI………………………………………………3
B. KLASIFIKASI KEMOTERAPI……………………………………………….3
C. TUJUAN KEMOTERAPI……………………………………………………..4
D. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI………………………………………...5
E. MEKANISME KERJA KEMOTERAPI……………………………………....7
F. EFEK SAMPING KEMOTERAPI………………………………………….....8
G. JENIS PENYAKIT YANG MEMERLUKAN KEMOTERAPI……………....10
H. DAMPAK KEMOTERAPI TERHADAP GIZI…………………………….....12
I. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI……………….13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………......15
B. SARAN……………………………………………………………………......16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….......17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan zat-zat


kimia untuk menghentikan pertumbuhan ataupun mematikan sel kanker yang ada di dalam
tubuh.Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan sel-sel
kanker.Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup yang diminum,
dan krim yang dioleskan pada kulit. Adapun jenis-jenis kemoterapi yang biasanya
digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan
kemoterapi Paliati ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat
mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.
Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat
mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.Menurut (Sheard, 2020)
Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai tujuan salah satunya.
Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif).Kemoterapi dapat
diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan tanda
dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau respons lengkap).
Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah
perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi
neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain
(biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya
adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan terapi
radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).
Kemoterapi dilakukan melalui injeksi intravena, per oral maupun secara topikal
(American Cancer Society, 2015).Obat kemoterapi secara spesifik tidak hanya membunuh
sel kanker tetapi juga merusak sel normal.Toksisitas obat kemoterapi pada sel normal
berhubungan dengan dosis yang digunakan dan frekuensi penggunaan. Efek samping yang
ditimbulkan akibat kemoterapi adalah weakness (95%), kelelahan (90%), mual(77%),
kerontokan rambut (76%), muntah(75%) xerostomia (75%) dan efek samping lain

1
diantaranya mouth sores, diarrhea, konstipasi, mood swings dan penurunan berat badan
(Parkhill, 2013; Aslam et al., 2014).
Komplikasi rongga mulut akibat kemoterapi diantaranya terjadi oralmucositis,
osteonekrosis rahang, infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal, infeksi
virus, infeksi jamur, lichenoid reaction, kelainan gigi geligi (hypodonsia dan enamel
hypoplasia), hiposialia, xerostomia, melanosis, perdarahan, perubahan rasa,
neurotoxicity, perdarahan, ToxicEpidermal Necrolysis (TEN) dan Steven Johnson
Syndrome (SJS) yang bermanifestasi erythema dan makula pada rongga mulut
(Poulopoulos et al., 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. apa definisi dari kemoterapi ?
2. apa tujuan dari pemberian kemoterapi ?
3. mekanisme apa yang digunakan dalam pemberian pemberian ?
4. apa saja efek samping dari pemberian kemoterapi ?
5. bagaimana peran perawat dalam memberikan pelayanan Kemoterapi kepada Pasien?

1.3 Tujuan Penulisan


untuk mengetahui konsep dari kemoterapi secara menyeluruh, dan efek samping yang
ditimbulkan dari pemberian kemoterapi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan zat-
zat kimia untuk menghentikan pertumbuhan ataupun mematikan sel kanker yang ada di
dalam tubuh.Kemoterapi merupakan sebuah pengobatan yang bersifat paliatif ataupun
adjuvant untuk memperkecil sel yang aktif membelah secara cepat daan progesif dengan
menggunakan obat-obatan sitostatistik.Pengobatan ini memerlukan beberapa fase dan
tahapan secara berulang-ulang (Aminati, 2013).
Kemoterapi adalah salah satu jenis terapi sistemik, dimana obat kemoterapi ini
dapat menyebar ke seluruh tubuh sampai ke sel kanker yang telah jauh bermetastse ke
tempat lain.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan sel-sel
kanker.Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup yang diminum,
dan krim yang dioleskan pada kulit.Adapun jenis-jenis kemoterapi yang biasanya
digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan
kemoterapi Paliatif.
B. Klasifikasi Kemoterapi
Berdasarkan penjelasan fase dan siklus sel diatas, maka dapat dijelaskan terdapat
beberapa klasifikasi kemoterapi, yaitu :
1. Siklus sel spesifik :
a. Alkytaling agent :
(a) Nitrogen mustard : Klorambusil, siklofosfamid, Melfalan
(b) Alkil Sulfonat : Busulfan
(c) Triazin logam berat : Dakarbazen, sisplatin, karboplatin
b. Produk alami :
(a) Antibiotic antitumor : Daktinomisin, Danorubisin, Doksorubisin, Idarubisin
2. Siklus sel nonspesifik : Nitrogen Mustard, Nitrosurea, Metkloretamin, Karmustin.
Adapun Kemoterapi yang biasanya digunakan pada penyakit kanker yaitu
kemoterapi neo-ajuvant, kemoterapi ajuvant, kemoterapi primer dan kemoterapi paliatif.
a. Kemoterapi ajuvant, substansi yang memperkuat dan/atau memodulasi respons imun
terhadap antigen. Dalam kata lain, adjuvan imunologis adalah substansi manapun
yang mempercepat, memperpanjang, atau meningkatkan respons imun spesifik
b. Kemoterapi Neo-adjuvant, emoterapi yang biasanya diberikan mendahului atau
sebelum pengobatan atau tindakan lain seperti pembedahan atau penyinaran yang
kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Kemoterapi neoadjuvan merupakan
salah satu terapi yang diberikan kepada pasien dengan kanker payudara LABC
(Locally Advanced Breast Cancer) yang bertujuan mengecilkan ukuran tumor dari
“inoperable” menjadi “operable” sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan.

3
c. Kemoterapi Paliatif, Kemoterapi paliatif adalah pengobatan yang dirancang untuk
pengidap kanker stadium akhir. Tujuan pengobatan dengan kemoterapi paliatif yaitu
untuk memperpanjang kelangsungan hidup dan meringankan gejala.
d. Kemoterapi primer, yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan medis lainnya,
seperti opersai dan radiasi.
C. Tujuan penggunaan Kemoterapi
Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat
mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.Tujuan penggunaan obat
kemoterapi terhadap kanker adalah mencegah/menghambat multiplikasi sel kanker,
menghambat invasi dana metastase. Karena poliferasi juga merupakan proses yang terjadi
pada beberapa sel organ normal, kemoterapi juga berefek toksik terhadap sel-sel normal
terutama pada jaringan-jaringan yang mempunyai siklus sel yang cepat antara lain
sumsum tulang, epitel mukosa, dan folikel rambut. Oleh karena itu, kemoterapi yang
ideal harus mempunyai efek menghambat yang maksimal terhadap pertumbuhan sel
kanker, tetapi mempunyai efek minimal terhadap sel-sel jaringan tubuh yang
normal.Proses inhibisi ploriferasi sel dan pertumbuhan kanker dapat terjadi pada
beberapa tingkat proses dalam sel
(1) sintesis makromokuler
(2) organ dalam sitoplasma
(3) fungsi sintesis membrane sel.
Kebanyakan obat sitotoksik mempunyai efek yang utama pada proses sintesis dan
fungsi molekul makroseluler, yaitu proses sintesis DNA, RNA, atau protein atau
mempengaruhi kerja molekul tersebut. Proses ini cukup menimbulkan kematian sel.
(Aziz Farid 2006)
Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai alasan:
1. Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif). Kemoterapi dapat
diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan
tanda dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau respons lengkap).
2. Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah
perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya
(terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga
pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi
adjuvan), tujuannya adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa. Kemoterapi
sering diberikan dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).
3. Untuk mengontrol kanker: Bahkan jika kemoterapi tidak dapat mencapai remisi atau
respons lengkap (lihat di atas), kemoterapi dapat digunakan untuk mengontrol
bagaimana kanker tumbuh dan menghentikan penyebarannya untuk jangka waktu
tertentu. Ini dikenal sebagai kemoterapi paliatif.
4. Untuk meredakan gejala: Dengan mengecilkan kanker yang menyebabkan rasa sakit
dan gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup. Ini juga disebut
kemoterapi paliatif.
4
5. Untuk menghentikan kanker datang kembali: Kemoterapi mungkin berlanjut selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah remisi. Ini disebut kemoterapi
pemeliharaan dan dapat diberikan dengan terapi obat lain. Ini bertujuan untuk
mencegah atau menunda kembalinya kanker.
D. Cara pemberian Kemoterapi
Kemoterapi paling sering diberikan ke pembuluh darah (intravena). Kemoterapi
terkadang diberikan dengan cara lain, seperti tablet (kemoterapi oral), krim yang
dioleskan ke kulit atau berupa suntikan ke berbagai bagian tubuh. Pilihannya tergantung
pada jenis kanker yang dirawat dan obat kemoterapi yang digunakan. Tim medis akan
memutuskan cara yang paling tepat untuk memberikan obat (Sheard, 2020).
Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya adalah sama dengan pemberian obat-
obatan yang lain yaitu terdiri dari: Persiapan penderita, Persiapan pemberian obat,
Penilaian respon Monitor efek samping, dan penanganannya.
Persiapan penderita terdiri dari : persiapan penderita dan keluarga, aspek onkologis dan
aspek medis
1. Persiapan penderita
a) Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan
penyakitnya
b) Penjelasan mengenai macam obatnya, jadwal pemberian dan persiapan yang
diperlukansetiap siklus obat kemoterapi diberikan
c) Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita
d) Penjelasan mengenai harga obat
e) Informed consent
2. Aspek onkologis
a) Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (tumor diukur dengan
kaliper ataupenggaris), radiologis dan patologis ( triple diagnostic), kalau
memungkinkan diperiksakan jugatumor marker
b) Tentukan stadium (klinis, imaging)
c) Tentukan tujuan terapi ( neoadjuvant, adjuvant, terapeutik, paliatif)
d) Tentukan regimen kombinasi kemoterapi, dosis dan prosedur pemberiannya
3. Aspek medis
a) Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang
dapatmempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kelainanfungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.
b) Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan
penyakit tersebut di atas( klinis, imaging dan laboratorium). Pemeriksaan
laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsihati, fungsi ginjal, gula darah puasa
dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) ataukalau perlu
ekokardiografi. Bila fasilitas ada, dapat diperiksakan tumor marker CEA, Ca15-3
yangakan dipakai sebagai data dasar dan kelak dapat digunakan dalam follow up
terapi. Pada pemberiankemoterapi siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada
5
pemeriksaan fisik cukup diperiksakandarah lengkap saja. (HB, lekosit, trombosit,
netrofil)
c) Penentuan status performance (Karnoffsky atau ECOG)

Pemberian kemoterapi pada penyakit yang sudah sistemik/metastatic tidak selalu


berarti pemberian baru dimulai pada pasien-pasien yang sudah mengalami kaheksia atau
morbid. Pemberian harus segera diberikan begitu didapatkan tanda-tanda yang
diakibatkan oleh proses penyakit kanker seperti nyeri akibat penekanan syaraf atau sesak
akibat metastase paru-paru. Pada penderita yang tidak simptomatis pun kemoterapi harus
segera diberikan. Akan tetapi durasi pengobatan bergantung pada beberapa faktor, seperti
jenis dan stadium kanker, kondisi kesehatan pasien, dan jenis rejimen kemoterapi yang
diresepkan.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum dan/atau sesudah
pasien menjalani kemoterapi, diantaranya sebagai berikut :
a) Darah tepi (hemoglobin, , leukosit, hitung jenis dan trombosit).
b) Fungsi hepar (SGOT,SGPT, alkali fosfat, dan bilirubin).
c) Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, dan creatinin clearance Testjika ada peningkatan
serum kreatinin).
d) Audiogram (terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi cisplatin)
Rasionalisme pemberian kemoterapi sebagai pengobatan kanker adalah untuk
kemampuan membunuh sel kanker secara selektif. Hipotesis dasar sel killer sebagai
berikut :
1) Ketahanan pasien kanker berbanding terbalik dengan jumlah sel yangada.
2) Satu sel kanker mampu memperbanyak diri sehingga pada saatnyadapat
menyebabkan kematian bost. Pada kebanyakan obat terdapat hubungasn antara dosis
yang diberikan dan kemampuan eradikasi sel- sel kanker.
3) Dosis tertentu dari kemoterapi hanya membunuh sel-sel kanker dalam fraksi yang
konstan tidak bergantung pada berapa jumlah populasi sel.Prinsip keempat yang
berimplikasi terhadap destruksi sel kanker oleh sitostoatik mengikuti kenetik sel yang
awal, seperti pengobatan yang mengurangti populasi sel dari satu juta menjadi 103
sel, selanjutnya akan mengurangi populasi dari 1000 menjadi satu.
Berdasarkan hal tersebut pengobatan pertama adalah yang paling efektif dalam
menurunkan populasi sel. Oleh karena itu, dosis yang diberikan sebesar mungkin sampai
mencapai batas toleransi bost atau mulai terapi pada saat populasi sel sekecil mungkin.

E. mekanisme Kerja
Semua sel dalam tubuh tumbuh dengan membelah atau membelah menjadi dua
sel. Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat.Sebagian besar obat
kemoterapi memasuki aliran darah dan berjalan ke seluruh tubuh untuk menargetkan sel
kanker yang membelah dengan cepat di organ dan jaringan.Ini dikenal sebagai
6
pengobatan sistemik.Terkadang kemoterapi diberikan langsung ke kanker.Ini dikenal
sebagai kemoterapi lokal (Sheard, 2020).
Cara kerja kemoterapi menyembuhkan pasien kanker adalah dengan menghambat
serta menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker di dalam tubuh pasien.Kemoterapi
sebagai metode pengobatan menggunakan obat kimia sangat kuat dalam penanganan
kanker.
Sel sel tubuh normal akan tumbuh dan mati secara terkendali. Bila sel sel tersebut
tumbuh abnormal dan tidak terkendali akan terjadi kanker. Kemoterapi membunuh sel sel
kanker dengan cara menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel sel tersebut. Sel sel
tumbuh normal yang juga sedang aktif membelah juga akan terkena efek kemoterapi.
Itulah sebabnya timbul efek samping kemoterapi. Sel sel normal yang ikut terkena efek
kemoterapi akan memperbaiki diri setelah kemoterapi dihentikan.
Obat kemoterapi dikelompokkan berdasarkan dampaknya terhadap sel kanker.
Misalnya, beberapa obat menyerang DNA sel, tempat kode generiknya disimpan, dan
mencegahnya disalin dan direproduksi oleh sel. Sebaliknya, obat lain menyerang
komponen sel yang disebut mikrotubulus, semacam kerangka yang memungkinkan sel
untuk mempertahankan bentuk dan bergerak. Secara umum, semua obat kemoterapi
mampu membunuh sel kanker melalui proses yang disebut apoptosis. Karena kerusakan
hebat yang ditimbulkan obat, sel kanker menyadari ia tidak dapat pulih atau berfungsi
dengan baik, sehingga ia mati sendiri.
Penderita yang akan menjalani kemoterapi terlebih dahuluharus menjalani
pemeriksaan dan penilaian, sehingga terpenuhinyasyarat-syarat sebagai berikut:
a. Diagnosis Histotologis telah DipastikanPemilihan obat yang digunakan tergantung
pada jenishistologis. Oleh karena itu, diagnosis histologis perluditegakkan. Untuk
kepentingan itu dianjurkan meggunakanklasifikasi histologi menurut WHO tahun
1997. Apabila ahlipatologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka bagikepentingan
kemoterapi minimal harus dibedakan antara jeniskarsinoma sel kecil dan jenis
karsinoma bukan sel kecil, yaitukarsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan
karsinoma selbesar
b. Tampilan/performance status menurut skala Karnofsky minimal60-70 atau skala
WHO
c. Pemeriksaan darah perifer untuk pemberian siklus pertama:
1) Leukosit > 4.000/mm3
2) Trombosit >100.000/mm3
3) Hemoglobin ≥ 10 g%. Bila perlu, transfusi darah diberikansebelum pemberian
obat.Sedangkan untuk pemberian siklus berikutnya, jika nilai-nilai diatas itu lebih
rendah maka beberapa jenis obat masih dapatdiberikan dengan penyesuaian dosis.
d. Sebaiknya faal hati dalam batas normal.
e. Faal ginjal dalam batas normal, terutama bila akan digunakanobat yang nefrotoksik.
Untuk pemberian kemoterapi yangmengandung sisplatin, creatinine clearance harus

7
lebih besardaripada 70 ml/menit. Apabila nilai ini lebih kecil, sedangkankreatinin
normal dan penderita tua sebaiknya digunakankarboplatin.
F. Efek samping kemoterapi
Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat, seperti kanker sel.
Namun, beberapa sel normal seperti sel darah, folikel rambut, dan sel di dalam mulut,
usus, dan organ reproduksi juga membelah dengan cepat. Efek samping terjadi ketika
kemoterapi merusak sel-sel normal ini.Karena tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru,
sebagian besar efek samping bersifat sementara (Sheard, 2020).Di antara efek samping
yang disebabkan kemoterapi yang paling umum adalah supresi sumsum tulang, neuropati,
gangguan gastrointestinal, rambut rontok, kelelahan dan kelainan kulit.(Ismail et al.,
2011).Secara umum, menurut (Sheard, 2020) para pasien akan mengalami efek samping
berupa :
1. Kelelahan dan kurang energi. Merasa sangat lelah dan kurang energi (kelelahan)
adalah efek samping paling umum dari kemoterapi. Pasien mungkin mengalami nyeri
otot dan nyeri, cepat lelah, sulit berkonsentrasi atau sulit melakukan aktivitas sehari-
hari. Kelelahan bisa muncul tiba-tiba dan tidak selalu hilang dengan istirahatatau
tidur. Kelelahan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan setelah siklus
pengobatan berakhir. Tingkat energi biasanya meningkat seiring waktu. Walaupun
kelelahan adalah efek samping umum dari kemoterapi, kelelahan juga bisa menjadi
gejala depresi.
2. Perubahan nafsu makan, mual atau muntah. Nafsu makan biasanya berubah selama
kemoterapi. Terkadang pasien mungkin tidak merasa lapar atau lebih menyukai jenis
makanan yang berbeda.
3. Sembelit atau diare. Beberapa obat kemoterapi, obat pereda nyeri, dan obat antimual
dapat menyebabkan sembelit atau diare.
4. Rambut rontok. Banyak orang yang menjalani kemoterapi khawatir tentang
kerontokan rambut (alopecia). Beberapa orang kehilangan semua rambutnya dengan
cepat, sementara yang lain mungkin hanya kehilangan sedikit rambut atau tidak sama
sekali. Meskipun rambut rontok dari kepala adalah yang paling umum, pasien
mungkin menemukan alis dan bulu mata rontok, dan juga mungkin kehilangan
rambut dari ketiak, kaki, dada, dan area kemaluan.
5. Pemikiran dan ingatan berubah. Beberapa orang mengatakan mereka mengalami
kesulitan berkonsentrasi, fokus dan mengingat sesuatu setelah mereka menjalani
kemoterapi. Ini disebut gangguan kognitif terkait kanker. Istilah lain yang digunakan
untuk menggambarkan hal ini termasuk "otak kemo", "kabut kanker" dan "kabut
otak".
6. Sariawan. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan sariawan, seperti sariawan,
atau infeksi. Ini lebih mungkin terjadi jika pasien pernah atau sedang menjalani terapi
radiasi ke area kepala, leher atau dada, kemoterapi dosis tinggi atau transplantasi sel
induk, atau jika memiliki masalah gigi atau gusi atau memerlukan antibiotic.

8
7. Perubahan kulit dan kuku. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit
mengelupas, menggelap atau menjadi kering dan gatal. Selama perawatan dan
beberapa bulan setelahnya, kulit cenderung lebih sensitif terhadap sinar matahari.
8. Anemia. Jika jumlah sel darah merah turun di bawah normal, ini disebut anemia.
Jumlah oksigen yang berkurang beredar ke seluruh tubuh yang dapat membuat
merasa lelah, lesu, pusing atau sesak napas.
9. Infeksi. Kemoterapi dapat menurunkan kadar sel darah putih, sehingga tubuh lebih
sulit melawan infeksi. Virus seperti pilek, flu, dan COVID-19 mungkin lebih mudah
tertular dan lebih sulit dihilangkan, dan goresan atau luka mungkin lebih mudah
terinfeksi
10. Masalah pendarahan. Tingkat trombosit yang rendah (trombositopenia) dapat
menyebabkan masalah. Pasien mungkin mengalami pendarahan lebih lama dari
biasanya setelah luka kecil atau goresan, mimisan atau gusi berdarah, atau mudah
memar. Periode mungkin lebih lama atau lebih berat.
11. Efek saraf dan otot. Beberapa obat kemoterapi dapat merusak saraf yang
mengirimkan sinyal antara sistem saraf pusat dan lengan serta kaki. Ini disebut
neuropati perifer. Gejala berupa kesemutan ("kesemutan"), mati rasa atau nyeri di
tangan dan kaki, dan kelemahan otot di kaki.
12. Masalah seksualitas dan kesuburan. Kemoterapi dapat memengaruhi seksualitas dan
kesuburan secara emosional dan cara fisik. Perubahan ini biasa terjadi.Beberapa
perubahan mungkin hanya sementara sementara yang lainnya bersifat permanen.
13. Perubahan pendengaran. Beberapa obat kemoterapi dapat memengaruhi pendengaran.
14. Mata berair. Ini bisa menjadi gejala saluran air mata yang tersumbat, yang bisa
disebabkan oleh beberapa obat kemoterapi.
15. Bau badan. Kemoterapi dapat memengaruhi indra penciuman dan mungkin lebih
merasakan bau yang tidak sedap.
Efek samping kemoterapi terbagi menjadi efek samping jangka pendek dan
jangka panjang. Adapun efek samping nya adalah sebagai berikut :
Kemungkinan efek samping dari obat-obatan kemo dalam jangka pendek yang
biasanya akan hilang setelah perawatan berhenti, meliputi Kelelahan yang membuat
pasien kanker kesulitan melakukan aktivitas harian.Alami gangguan pencernaan,
seperti mual, muntah, atau sembelit.Sangat mudah terluka, mengalami perdarahan,
dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh menurun.Warna urine berubah menjadi
oranye, merah, hijau, atau kuning pekat kadang timbul bau menyengat yang biasanya
akan hilang dalam waktu 24-72 jam setelah perawatan.Sering kali mengalami
sariawan atau luka sekitar mulut, serta lidah terasa seperti logam.
Efek samping ini dapat bertahan sangat lama, bahkan bisa menetap seumur hidup
karena adanya kerusakan.Kadang ini muncul dalam waktu lama atau ketika pasien
kembali mengalami secondary cancer sehingga perlu menjalani kemo lagi. Efek
samping kemo jangka panjang yang mungkin menyerang pasien kanker, antara lain:
a. Masalah jantung dan pembuluh darah
9
Beberapa obat kemo kemungkinan dapat melemahkan otot jantung,
merusak pembuluh darah, menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia),
sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung.
b. Masalah pendengaran
Banyak obat kemoterapi yang bersifat ototoksitas (dapat menimbulkan
gangguan pendengaran) karena kerusakan koklea, yaitu sel-sel rambut sensorik
pada telinga bagian dalam.Akibatnya, hal tersebut dapat menghambat suara ke
saraf pendengaran, sehingga suara tidak mencapai otak.
c. Penurunan kesuburan
Pengobatan kanker dapat menyebabkan masalah seks, seperti
menghentikan produksi hormon seks (progesteron dan estrogen) dan kerja indung
telur sehingga menyebabkan menopause lebih awal, serta merusak rahim pada
wanita.Sementara pada pria, produksi sperma terganggu, hormon testosteron
berkurang, serta saraf dan pembuluh darah sekitar pervis sehingga sulit untuk
ereksi.
d. Gangguan pada otak
Kemoterapi juga menimbulkan masalah pada otak, termasuk dapat
menurunkan fungsi kognitif, perubahan kognitif akut (delirium, seperti
kebingungan, menjadi pendiam, disorientasi, dan berhalusinasi), serta
meningkatkan risiko demensia.
G. Jenis penyakit yang memerlukan Kemoterapi
1. kanker sumsum tulang adalah penyakit yang memengaruhi sumsum tulang dan sel
darah. Penyakit ini biasanya dapat diobati dengan transplantasi sumsum tulang, juga
dikenal sebagai transplantasi sel induk. Kemoterapi sering digunakan untuk
mempersiapkan transplantasi sumsum tulang.
2. Penyakit Lupus, Methotrexate adalah salah satu obat kemoterapi yang dapat
digunakan untuk mengobati lupus. Obat methotrexate bisa digunakan untuk
mengobati penyakit autoimun dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang terlalu
aktif.
3. Vaskulitis, Vaskulitis merupakan kondisi adanya masalah peradangan di pembuluh
darah. Ketika mengalami vaskulitis, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel di
pembuluh darah karena dianggap sebagai zat atau benda asingp
4. penyakit Rheumatoid Arthritis
RA adalah kondisi peradangan sendi.Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh secara keliru menyerang jaringan sendi.Gejala rheumatoid arthritis dapat
berupa nyeri, bengkak, serta kaku di bagian sendi kaki dan tangan.
5. Skleroderma
Skleroderma merupakan salah satu jenis penyakit autoimun.Kondisi ini terjadi
saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan ikan sendiri.Akibatnya, pembuluh
darah dan organ dalam menjadi menebal.Scleroderma menjadi satu kondisi yang
mungkin bisa diatasi dengan kemoterapi.
10
6. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan,
terutama di saluran pencernaan.
7. Polimiositis
Polimiositis adalah penyakit yang berhubungan peradangan di otot.Peradangan ini
bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, termasuk di pembuluh darah sekitar otot.
Adapun jenis-jenis Kemoterapi adalah sebagai berikut :
a. Terapi Kombinasi
Kemoterapi kombinasi bertujuan untuk memperbaiki laju respons dan
memperbaiki laju respons dan memperbaiki daya ketahanan hidup.Efektivitas
kemoterapi kombinasi meningkatkan karena mencegah timbulnya klon yang
resisten. Efek sitolitik akan meningkatkan karena menggabungkan 2 macam obat
yaitu fase spesifik dan dan fase nonspesifik sehingga dapat membunuh sel baik
yang berada dalam pembelahan maupun sel dalam fase inaktif.
1) Prinsip pemilihan kemoterapi kombinasi adalah :
i. Obat yang dipilih adalah obat yang aktif secara individual
ii. Obat tersebut harus mempunyai toksisitas yang berbeda
iii. Kombinasi obat hendaknya rasional secara biokimiawi
2) Penilaian yang harus dilakukan sebelum pengobatan kemoterapi pada
penderita kanker :
i. Penegakkan diagnosis
ii. Sebelum pemberian kemoterapi diagnosis kanker harus
ditegakkansecara histopatologi atau sitology yang konsisten dengan
diagnosisklinik
iii. Penentu stadium
iv. Penetapan status penampilan
Status penampilan pasien merefleksikan tingkat efektivitas pasien
dan seberapa jauh penyakit kanker berdampak pada pasien dan
merupakan indicator prognosis sebagaimana pengaruh pengobatan
terhadap keadaan umum penderita.

H. Dampak Kemoterapi terhadap status gizi

Penanganan kanker yaitu dengan pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Kemoterapi


adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk
membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel- sel kanker. Kemoterapi dapat diberikan
dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara
diminum (tablet/kapsul).Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek
menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri. Jadi, sel
normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel
akar rambut, sel darah, sel selaput lendir dan mulut. Sel tubuh tersebut adalah yang paling

11
parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah,
sariawan, dll (Hendry, 2007).Efek samping yang timbul dari kemoterapi ini akan
mempengaruhi asupan makanan, pencernaan dan penyerapan zat gizi sehingga akan
mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari
pengobatan kanker dan membuat penderita merasa lebih baik (Eryn, 2016).
Status gizi dapat memperkirakan toleransi serta respons pasien terhadap terapi dan
berkaitan dengan lama kelangsungan hidup pasien.Status gizi merupakan faktor penentu
prognosis yang penting yaitu dalam penanganan pasien kanker yang menjalani
radioterapi atau kemoterapi.Penurunan berat badan merupakan gejala pertama yang
mengarah pada diagnosa kanker dan menggambarkan penurunan status kesehatan pasien.
DeWys et.al.,(1980) secara retrospektif meneliti 3047 orang pasien yang menderita 11
jenis tumor, menemukan bahwa pasien yang berat badannya turun memperlihatkan
kelangsungan hidup yang secara bermakna lebih pendek. Berdasarkan data status gizi
pasien kanker dengan metode PG-SGA diketahui bahwa 16 % memiliki status gizi
kategori kurang (Susetyowati,dkk, 2010)
Penderita kanker membutuhkan asupan zat gizi melebihi kebutuhan normalnya
agar dapat membantu meningkatkan status gizi dan membantu masa penyembuhan.Zat
gizi yang sangat dibutuhkan yaitu protein.Protein memiliki fungsi sebagai zat
pembangun, zat energi, dan zat pengatur.Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk
memelihara fungsi system imun secara optimal dan mencegah terjadinya kakeksia.
Penyakit kanker stadium lanjut mengakibatkan keadaan katabolik dimana simpanan
protein akan dirombak untuk menghasilkan energi sehingga status gizi dan status protein
pasienmenurun. Status protein pasien kanker yang rendah mengindikasikan prognosis
yang buruk bagi pasien. Indikator status protein adalah kadar Total Lymphocyte Count
(TLC) dan albumin serum (Subowo,2009). Penurunan TLC, berat badan dan kadar
albumin serum sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup pasien. Albumin merupakan
salah satu indikator untuk memprediksikan mortalitas, karena albumin berkorelasi dengan
kelangsungan hidup pasien. Penurunan massa otot rangka menyebabkan pengurangan
kandungan total protein tubuh dan keseimbangan nitrogen yang negative sehingga sintesa
albumin menurun.
Penurunan kadar neutrofil menyebabkan penurunan berat badan secara progresif
menyebabkan kehilangan massa otot sehingga kebutuhan protein meningkat namun tidak
didukung asupan protein yang cukup, imbang nitrogen negative yang mengakibatkan
penuruanan status protein. Hal tersebut terjadi karena protein rangka akan dikatabolisasi
dan asam-asam amino ditarik untuk proses glukoneogenesis guna memenuhi kebutuhan
sel kanker terhadap glukosa. Diperkirakan akan kehilangan 30 % atau lebih protein
jaringan. Pada saat tersebut jelas akan disertai penurunan kualitas hidup yang
berhubungan dengan penyebab kematian pada pasien kanker (Wilkes,G, 2000).Apabila
jumlah limfosit atau Total Lymphocyte Count (TLC) dan albumin rendah berarti terjadi
penurunan protein visceral yang dapat dihitung.Abnormalitas pada imunitas seluler yaitu
penurunan julah TLC berhubungan dengan malnutrisi kronis dan beresiko terhadap
infeksi bakteri.

I. Peran perawat dalam pemberian Kemoterapi

12
Banyaknya manfaat kemoterapi dalam membunuh sel kanker tetapi pemberian
kemoterapi intravena juga dapat menimbulkan potensi cedera pada pasien yaitu kejadian
ektravasasi.Ektravasasi adalah masuknya sytematic anti-cancer (SACT) ke dalam
subktitan atau jaringan subdermis yang dapat menyebabkan nyeri, nekrosis dan jaringan
saraf (Gozzo, dkk 2017; Toland, Sam, 2017).Kejadian ekstravasasi dapat disebabkan oleh
tidak adekuatnya identifikasi faktor risiko penyebab ekstravasasi.Faktor risiko
ekstravasasi yaitu faktor pasien, faktor prosedur kanulasi dan infus, dan faktor
peralatan.Dua faktor risiko penyebab ektsravasasi tersebut berkaitan dengan perawat
(Toland, Sam, 2017).Perawat mempunyai tugas fungsional melakukan tata kelola pada
pasien dengan kemoterapi (pre, intra, dan post). Perawat harus memahami apa yang harus
dilakukan selama pre kemoterapi seperti jenis obat kemoterapi yang diberikan kepada
pasien dan faktor risiko yang dapat menyebabkan ekstravasasi yang berhubungan dengan
pasien. Selama intra kemoterapi perawat harus mengetahui jika ekstravasasi terjadi apa
yang harus dilakukan dan post kemoterapi kemungkinan terjadinya delay ekstravasasi
(Gozzo, dkk, 2017; European Oncology Nursing Society, 2020).
Pengetahuan perawat yang kurang baik tentang ekstravasasi akan berdampak pada
semakin memburuknya tanda dan gejala ekstravasasi yang terjadi pada pasien. Dampak
kejadian ekstravasasi kepada pasien adalah dapat mengakibatkan nyeri dan inflamasi
pada kulit jika dibiarkan tidak diobati akan menyebabkan kematian jaringan. Berdasarkan
Common Terminology Criteria for Asverse Event (CTCAE) tahun 2018 bahwa kejadian
ekstravasasi dibagi ke dalam 5 derajat :
1. edema pada area penusukan,
2. adanya eritema dan nyeri,
3. terjadi ulserasi
4. harus dilakukan tindakan operasi, dan
5. kematian
Pengetahuan perawat terhadap ekstravasasi juga berkaitan dengan delay ekstravasasi
yang kemungkinan bisa terjadi sampai 7 hari setetelah kemoterapi. Perawat yang
mempunyai pengetahuan yang baik tentang pencegahan ekstravasasi dan manajamen
ekstravasasi yang dilakukan di rumah maka dapat memberikan edukasi sebagai bagian
dari discharge planning sehinga tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien yang
mengalami ekstravasasi tidak semakin memburuk.Kejadian ekstravasasi tersebut dapat
dicegah dengan penatalaksanaan sistematis, adanya standar operasional prosedur, dan
teknik penatalaksanaan ekstravasasi berdasarkan evidence-based.Untuk meminimalkan
risiko terjadinya ekstravasasi, perawat yang bertugas langsung dalam pemberian obat
kemoterapi harus mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap
ekstravasasi.
Perawat yang melakukan prosedur kemoterapi yang telah memberikan penjelasan
tentang lokasi vena yang akan digunakan, sehingga pasien mengerti dan kooperatif, serta
pasien dapat meminimalisir pergerakan dari tangan yang terpasang infus kemoterapi.
Perawat yang sudah memiliki pengetahuan ekstravasasi yang baik dapat memberikan
edukasi kepada pasien.Pasien memiliki peran penting dalam pengenalan esktravasasi.
Pasien akan melaporkan segera jika adanya perubahan sensasi, menyengat atau terbakar
selama pemberian kemoterapi. Pelaporan yang lebih cepat akan berguna dalam
manajemen risiko untuk budaya keselamatan pasien (Toland, Sam, 2017).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien penderita kanker sebagian besar memilih terapi kemoterapi, terapi ini menjadi
pilihan utama yang tersedia saat ini untuk mengatasi penyakit kanker.Kemoterapi dilakukan
14
untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker.Frekuensi pemberian kemoterapi dapat
menimbulkan beberapa efek yang dapat memperburuk status fungsional pasien, salah
satunya adalah kecemasan.Oleh Karna itu, Kemoterapi pada pasien penderita kanker
berpengaruh pada kecemasan.Kemoterapi memiliki peranan penting dalam melawan sel
kanker.Meski demikian, metode pengobatan ini juga memiliki efek samping yang tidak
sedikit. Jenis pengobatan kemoterapi tentunya tergantung pada jenis dan lokasi kanker serta
apakah kanker telah menyebar ke organ lain.untuk kemoterapi yang biasanya digunakan
pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi
Paliatif ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat
dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.
selain itu ada juga beberapiaefek samping yang muncul dari pemberian kemoterapi
yaitu kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri akibat kerusakan saraf,
gangguan konsentrasi, perubahan mood, hingga masalah pada sistem reproduksi. Efek
samping tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai.selain itu,
Kemoterapi juga bisa membawa ragam manfaat. Di antaranya adalah: Memperkecil ukuran
tumor ganas dan meringankan rasa sakit. Mencegah penyebaran, memperlambat
pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh lain
(metastasis).
Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah
perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi
neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain
(biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya
adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan terapi
radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Disarankan bagi tenaga gizi untuk memberikan konseling gizi sesuai dengan keluhan
dan gangguan makan yang dialami oleh pasien kanker dengan kemoterapi.
2. Disarankan bagi pasien, setelah mendapat informasi terkait perubahan fisik dan
psikis yang terjadi pasca kemoterapi diharapkan pasien dapat mempersiapkan diri dan

15
dapat mengantisipasi berbagai respon fisik dan psikologis yang terjadi pasca
kemoterapi khususnya perubahan system pencernaan makanan
3. Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama
tentang fungsi pemberi informasi ataupun pendidikan kesehatan tentang pengetahuan
gejala, program pengobatan penyakit dan cara perawatan pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi.
4. disarankan bagi keluarga pasien untuk memberikan dukungan dari keluarga dan
masyarakat agar pasien merasa nyaman dan merasa diperhatikan selama menjalani
proses pelaksanaan kemoterapi terhadap pasien, sehingga dapat meningkatkan
semangat pasien dan juga meningkatkan pemahaman pasien tentang arti hidup
walaupun dalam kondisi yang tidak baik pasien masih dapat mengambil hikmah dari
kondisi tersebut sehingga hidupnya lebih bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Caring Keperawatan 2018, Vol 7i2.355, Gambaran Pengetahuan Keluarga Tenttang Efek
Samping Kemoterapi.
Jurnal Of Medicine 2019, The Effect Of Chemotherapy In Cancer Patient To Anxity

16
UM Surabaya Repository 2019, Pemberi Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Efikasi Diri
Pasien Kanker Serviks Dengan Kemoterapi.
Amalia,L. Mengobati Kanker Serviks Dan 33 Jenis Kanker Lainnya. 2018
Rahmawati, Evy. Efek Samping Kemoterapi. Repository Malang 2020
Jurnal MAJORITY, Vol 4. No. 4, Februari 2018
Smeltzer, S.C. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ( Edisi 8 ): Penerbit Buku Kedokteran.
2009
Indonesian Journal Of Canter Vol.Lll, No.1, January 2018
Hesketh, Paul J. 2009. Drug Therapy; Chemotheraphy-Induced Nusea and Vomiting. July 2009
Rasjidi, Imam. 2019. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta;
Sagung Seto. Hal 1-12
Nipt Puspa. 2018. Hubungan Kadar Neutrofil Dengan Status Gizi Pasien Kanker Dengan
Kemoterapi

R Fathonah. 2019. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Memberikan Kemoterapi Tentang


Ekstravasasi di Rumah Sakit

17

Anda mungkin juga menyukai