A12-A Keperawatan
OLEH
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Intervensi Keperawatan Pada Bayi Dan
Anak Dengan Pemberian Kemoterapi , Desferal Dan Terapi Untuk Sakit Kronis/Terminal
”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II .
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemberian Kemoterapi Pada Bayi Dan Anak................................................3
2.2 PEMBERIAN DESFERAL.............................................................................29
2.3 TERAPI ANAK SAKIT KRONIS/TERMINAL..........................................39
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pemberian Kemoterapi Pada Bayi dan Anak ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pemberian Desferal Pada Bayi Dan Anak ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pemberian Terapi lain Pada Anak Sakit Kronis/
Terminal ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana pemberian kemoterai pada bayi dan anak.
2. Untuk Mengetahui bagaimana pemberian desferal pada bayi dan anak.
3. Untuk Mengetahui bagaimana terapi lain pada anak sakit kronis/terminal.
2
BAB 11
PEMBAHASAN
3
12. Depresi sumsum tulang
13. Efek terhadap jantung dan paru
D. Obat-obatan untuk Kemoterapi
Berikut ini nama-nama obat kemoterapi yang sering digunakan termasuk nama kanker
yang diobatinya (Rogers, 1987; Chabner et al. 1996; Jochimsen, 1992; McFarland et al. 2001
dalam Mochammad Fajar Ramdhani) :
1. Agent ankylating (menggangu mitosis perubahan dan pembelahan sel normal)
a. Chlombucil (leukeran,kanker payudara ,paru,ovarium dan testis;penyakit hidgkins
b. Cyclophosphamide (cytoxan ) multiple myeloma ;kanker payudara,paru dan
ovarium.
c. Carmustine(BiCNU) melanoma maligna ,tumor otak.
2. Antimetabolit (mengganggu sintesis asam folat ,purin dan prymidine)
a. Methotheraxate (mekate) leukimia,kanker paru,dan kankerpayudara
b. Fluorouracil(adrucil) kanker kandung kemih,hati,pancreas,paru,payudara
c. Mercaptopurine (purinethol) leukimia akut.
3. Antibiotik (menyebabakan pemecah rantai atau rantai ganda DNA)
a. Actinomycin D (cosmogen)sarkoma kaposi,rhabdomyocarcoma
b. Doxorubicin(andriamycin)leukimia akut,kanker payudara
c. Bleomycin (bleo)limfoma hodgkins /non hodgkins,kanker testis.
4. Produk alami (obat antimitosis ) mencegah mitosis dan menyebabakan penghentian
methaphase)
a. Vinblasthine (velban) limfoma non hodgkin,kanker payudara dan testis
b. Vincristine (oncovine) kanker paru sel kecil,limfoma non hodgkins
c. Paclitaxel (taxol)kanker ovarium dan kanker payudara
5. Agent miscellaneous
a. Hydroxyurea (hydrea) bekerja sebagai anti metabolit dalam fase S;melanoma
maligna ,kanker prostase,kanker payudara lanjut postmenopouse.
E. Macam-macam Kemoterapi
Beberapa bentuk tindakan kemoterapi adalah
1. Melalui tablet atau kapsul. Kemoterapi dengan cara ini paling praktis karean dapat
dilakukan penderita sendiri di rumah dengan mengikuti saran dari dokter.
4
2. Melalui suntikan atau injeksi. Pemberian kemoterapi ini hanya bisa dilakukan oleh
dokter saja di klinik, rumah sakit, ruang praktek dokter atau jika dimungkinkan dokter
bisa datang ke rumah.
3. Melalui infus. Pemberian kemoterapi melalui infus harus dilakukan oleh paramedis yang
berpengalaman. Pemberian kemoterapi ini harus dilakukan di rumah sakit atau klinik
khusus.
F. Dasar Pemberian Kemoterapi
Obat anti kanker yang sekarang ini digunakan secara klinis mempunyai efek sitostatik
dengan cara memengaruhi sintesis atau fungsi DNA. Titik tangkap obat kemoterapi terhadap
sel tumor dapat dibagi menjadi 12 titik tangkap, terutama peran dalam menghambat atau
merusak siklus sel kanker.
1. Kemoterapi tunggal dan kombinasi
Kemoterapi kombinasi mempunyai keberhasilan lebih tinggi daripada kemoterapi
tunggal. Pada umunya kemoterapi kombinasi menggunakan beberapa obat dengan titik
tangkap yang berbeda. Meskipun keberhasilan kemoterapi kombinasi lebih baik, tetapi
harus dipikirkan sungguh-sungguh tentang efek samping yang lebih berat daripada
kemoterapi tunggal. Keberhasilan kemoterapi kombinasi banyak dipengaruhi oleh
sensitifitas terhadap obat, dan efek sinergis dari kombinasi tersebut. Terapi kombinasi
meningkatkan respon tumor terhadap pengobatan selain itu dapat meminimalkan
toksisitas. Ditambahlagi, kemoterapi kombinasi tampaknya menurunkan terjadinya klon
obat resisten. Makin besar tumor, makin besar penggandaan tumor sebelum mulai
pengobatan kemoterapi, dan karenanya lebih mungkin untuk sel resisten obat atau klon
ada dalam tumor. Terapi agen tunggal tampaknya menigkatkan jumlah sel yanng
resisten obat, akan tetapi terapi kombinasi tampaknya mencegah perkembangan sel
resisten terhadap obat.
2. Kemoterapi ajuvan
Kemoterapi ajuvan berarti kemoterapi tambahan terhadap pengobatan utama.
Misalnya terapi utama adalah pembedahan, maka pasca pembedahan diberikan
kemoterapi tambahan atau kemoterapi ajuvan. Dengan kemoterapi ajuvan angka
kesembuhan lebih tinggi. Hal tersebut dimungkinkan karena kemoterapi ajuvan dapat
5
membunuh sel kanker yang tercecer waktu operasi, dan sel-sel mikrometastasis yang
tidak kelihatan secara klinis.
3. Kemoterapi pra-bedah
Kemoterapi pra-bedah dimaksudkan untuk mengecilkan volume tumor, dan
secepatnya menangkal mikrometastasis. Kemoterapi pra-bedah juga berguna sebagai
tindakan pencegahan kalau ada sel yang tercecer karena ruptur atau pecahan massa
tumor waktu dilakukan tindakan operasi.
4. Kemoterapi dosis tinggi
Kemoterapi dosis tinggi adalah kemoterapi dengan dosis yang tidak lazim.
Sebagai contoh, dosis metotreksat biasanya 30 mg/m2/kali pemberian per oral pada
leukemia limfoblastik akut, tetapi pada fase konsolidasi digunakan 2000-8000 mg/m2.
Penggunaan metotreksat dosis tinggi dimaksudkan untuk sebanyak mungkin mematikan
sel kanker. Tujuan lain adalah untuk mengurangi sifat resistensi sel kanker terhadap
metotreksat. Kalau pada dosis biasa obat anti kanker melewati membran sel secara difusi
aktif, pada penggunaan obat dosis tinggi menjadi difusi pasif karena tingginya kadar
obat diluar sel. Karena penggunaan obat dosis tinggi akan merusak sel normal maka
keberadaan obat didalam tubuh harus segera dieliminasi.
5. Kemoterapi untuk saraf pusat
Kemoterapi untuk saraf pusat menjadi sangat penting setelah diketahui bahwa
salah satu tempat relaps pada leukemia limfoblastik akut adalah dimeningen dan otak.
Secara statistik ternyata kanker pada saraf pusat merupakan tumor padat yang paling
sering dijumpai pada anak.
G. Prinsip-Prinsip Kemoterapi
Beberapa prinsip umum digunakan dalam menjelaskan kemoterapi. Pertama, karena
kemoterapi bekerja terbaik melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi (mis., persentase besar pembelahan sel) ditangani lebih efektif
dengan kemoterapi daripada dengan fraksi pertumbuhan yang rendah. Karena tumor dapat
membesar, biasanya sedikit sel-sel yang sedang aktif memberlah, karena itu tumor yanng
lebih besar mepunyai fraksi pertumbuhan yang rendah dan juga kurang responsif terhadap
kemoterapi. Sebaliknya tumor-tumor yang lebih kecil biasanya mempunyai fraksi
pertumbuahan yang lebih tinggi dan lebih sensitif terhadap kemoterapi. Dengan kata lain
6
kemoterapi biasanya lebih efektif saat ada inti tumor kecil dan kurang efektif pada penyakit
lanjut bila ada inti tumor besar. Prinsip lain adalah bahwa kebanyakan agen kemoterapeutik
mengikuti urutan kinetik pertama, yang menyebabkan sebuah persentase sel yang sulit
dibunuh pada setiap pengobatan kemoterapi, bukan jumlah pasti dari sel. Karena itu, walau
tumor-tumor dengan inti sel kecil mungkin memerlukan beberapa jenis pengobatan
kemoterapi sebelum keuntungan pengobatan sepenuhnya terealisasi.Untuk kebanyakan obat
dosis tinggi, makin besar sel yang terbunuh. Tetapi karena dosis ditingkatkan, toksisitas
mulai membatasi manfaat dari terapi dosis tunggal.
H. Prosedur Kemoterapi
1. Memastikan identifikasi pasien,obat,dosis ,rute,dan waktu pemberian sesuai petunjuk
dokter
2. Meninjau riwayat alergiobat bersama pasien
3. Mengantisipasi dan merencanakan kemungkinan terjadi nya efek samping atau toksisitas
sistemik
4. Membahas data laboratorium dan pemeriksaan lainnya
5. Memastikan persetujuan tindakan bagi terapi
6. Memilih peralatan yang sesuai
7. Menghitung dan menyediakan obat dengan teknik aseptik;mengikuti ppeyunjuk yang ada
8. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukankepada pasien
9. Memberikan antimetik atau obat lain yang disarankan
10. Mempersiapkan lokasi pemasangan infus atau jalur vena sentral
11. Memberikan agens kemoterapi
12. Memantau pasien pada masa interval sesi pemberian obat
13. Membuang seluruh perlatan yang telah di gunakan atau tidak terpakai dalam suatu tempat
yang aman dari kebocoran jauh dari jangkuan pasien
14. Mencatat setiap prosedur menurut ketetepan yang berlaku.
7
I. WOC
Kanker
Sel menyebar
Kemoterapi
8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KEMOTERAPI
A. Pengkajian Dasar
1. Melakukan pengkajian meliputi
a. Identitas (pekerjaan klien dan tempat tinggal memengaruhi riwayat penyakit yang
diderita)
b. Tingkat kesadaran
c. Berat badan (Berat badan pada pasien kemoterapi biasanya akan turun)
d. TTV
e. Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri)
f. Masalah tentang berkemih (rasa terbakar, frekuensi)
g. Perubahan pada fungsi neurologis (sakit kepala,rasa baal, gangguan penglihatan,
berjalan, dan mendengar)
h. Kondisi kulit
i. Bunyi paru
j. Nafsu makan (biasanya nafsu makan turun karena mual dan muntah)
k. Perubahan pada pola defekasi atau warnanya dan konsistensi dari feses
l. Perubahan dalam tingkat aktivitas seperti kelemahan yang terus menerus.
2. Pemeriksaan hasil laboratorium, digunakan untuk memantau reaksi-reaksi yang merugikan :
a. Nilai JDL untuk supresi sumsum tulang
b. Nilai BUN dan kreatinin untuk untuk fungsi ginjal
c. Pemeriksaan fungsi untuk kerusakan hati
d. Nilai sinar-X dada untuk fibrosis pulmoner
e. Nilai EKG untuk kardiotoksisitas
f. Kadar asam urat serum meningkat pada penggunaan beberapa agen
3. Kaji pemahaman tentang kemoterapi dan masalah potensial efek samping terapi
9
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah sekunder terhadap kemoterapi
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan perubahan aktual citra tubuh sekunder
terhadap kemoterapi
3. Perubahan fungsi defekasi berhubungan dengan efek efek merugikan dari kemoterapi
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia karena
kemoterapi
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis dan
infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek kemoterapi
8. Resiko infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan destruksi
secara cepat pembelahan sel hematopoietik normal yang mengakibatkan imunosupressi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah sekunder terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
nutrisi pasien adekuat
Kriteria hasil : 1. Pasien tidak kehilangan berat badan
2. Mual dan muntah berkurang
3. Masukan makanan lebih besar dari 50% setiap makan
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV klien 1. Mengetahui perkembangan
TTV klien
10
3. Pantau masukan makanan dan cairan 3. Memberikan informasi diet
serta makanan yang disediakan harian untuk perencanaan
11
untuk di beri kombinasi antimetik:
Lorezam(ativan) dikombinasi
dengan deksametason
(decadron)atau difenhidramin
HCL(benadryl)
Metoklopramida HCL (reglan)
dikombinasi dengan decadron atau
benadryl
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan perubahan aktual citra tubuh sekunder
terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
pasien akan menunjukkan penghargaan diri yang realistis
Kriteria hasil : 1.Pasien Menyatakan cara-cara masukan perubahan fisik
kedalam gaya hidup
2.Pasien mengukapkan pernyataan positif tentang dirinya
Intervensi Rasional
12
kemoterapi (bila mungkin) ,menstruasi terjadi kembali
Intervensi Rasional
1. Pantau warna ,konsistensi dan 1. Mengenali indikasi kemajuan atau
banyak nya feses penyimpangan dari sasaran
Untuk konstipasi :
2. Berikan obat obat pelunak feses 2. Mencegah konstipasi
13
3. Anjurkan untuk masukan cairan 3. cairan membantu kecepatan
2-3 litr sehari gerakan makanan melalui usus
10. Berikan diet rendah sisa atau 10. Diet ini memberi kesempatan usus
diet cair sampai diare dapat di untuk istirahat:gatorade dapat
kontrol.tambahkan konsumsi membantu mengganti ciran dan
cairan elektrolit seperti gatorade elektrolit yang hilang karena diare
terus menerus
11. Lapor dokter jika diare atau 11. Dosis kemotrapi perlu diturunkan.
14
konstipasi
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas
berkurang atau hilang
Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan ansietas menurun pada tingkat yang
dapat diatasi
2. TTV dalam batas normal
TD : 100-120/70-80 mmHg
Nd : 60-80x/menit
RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5˚C
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV klien 1. Mengetahui perkembangan
TTV klien
2. Pantau tingkat kecemasan klien 2. Dasar pembuatan intervensi
yang tepat
15
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia karena
kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
pasien dapat melakukan aktivitas seperti semula
Kriteria hasil : 1. Pasien mempertahankan tingkat aktivitas maksimal
2. Pasien akan memaksimalkan energi dengan beristirahat
untuk meminimalkan efek keletihan pada aktivitas sehari-hari
3. K/U sedang
Intervensi Rasional
1. Pantau pola istirahat/adanya 1. Menentukan data dasar untuk
keletihan pada pasien membantu pasien dengan
keletihan
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis dan
infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi perubahan pada mukosa mulut
Kriteria hasil : 1.Mukosa mulut tetap utuh (normal)
16
2. Hasil pengamatan rongga mulut lembab
3. Warnanya normal
4. Mulut tidak nyeri dan kering
Intervensi Rasional
1. Anjurkan sikat gigi dengan sikat 1. Untuk menurunkan iritasi
gigiberbulu lembut setiap setelah pada gusi. Kebersihan mulut
makan akan tidur adalah pencegahan paling
baik, terhadap stomatitis
17
Hidari makanan yang pedas- waktu akan tidur dan
pedas meningkatkan rasa nyaman
d. Berikan makanan yang lembut
yang mudah dikunyah
e. Keluarkan gigi palsu, kecuali
selama makan.
f. Gunakan larutan pembersih mulut
yang memberikan efek
menyejukkan. Misalnya 1 ons
Benadryl eliksir dicampur
kedalam 0,95 l atau pencuci
mulut viscoain xylocain.
10. Kolaborasi dengan dokter dalam 10. Nistatin adalah obat yang
pemberian nistatin pencuci mulut dipilih untuk pengobatan
sesuai dengan pesanan infeksi jamur
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Kriteria hasil : 1. Mendemontrasikan tidak ada kerusakn jaringan
permanen
2. Hasil lab tidak tampak maninfestasi toksisitas organ
Intervensi Rasional
Nefrotoksisitas
1. Pantau: 1. Mendeteksi tanda-tanda dini
Masukan dan haluan setiap 8 insufisiensi ginjal.
jam
Lapran hasil asam urat serum
pH urine
laporan hasil BUN dan kreatinin
2. berikan allopurinol (zyloprom) 2. Agen ini menghambat
sesuai pesanan. formasi asam urat, akibat
cepatnya pengrusakan SDP
oleh agen kemoterapi
18
liter sehari, kecuali kalau ada ginjal.
kontraindikasi. Anjurkan untuk
banyak minum.
19
volume cairan.
6. Bantu pemenuhan sehari hari(AKS)
sesuai kebutuhan.
6. Untuk menurunkan
Sintisis pengeluaran energy.
1. Beritahu dokter bila px melaporkan
berkemih tidak nyaman, seperti
rasa terbakar, disuria, dorongan, 1. Gejala ini indikasi sistitis,
frekwensi. Dapatkan specimen urin yang sering terjadi bila kadar
untuk kultur dan tes sensivitas leukosit turun dibawah
sasuai pesanan. normal. Kateter membantu
mengisolasi organismen
penyebab infeksi. Kultur dan
tes sensivitas membantu
mengidentifikasi agen
antimikroba yang lebih
efektif untuk menanggulangi
2. Tingkatkan masukan cairan 2-3 infeksi.
liter sehari. Anjurkan banyak
minum. 2. Aliran darah adekuat melalui
ginjal membantu membilas
dan membersihkan sisa-sisa
sampah dari saluran
3. Lakukan hematest urine darah perkemihan.
selama mengalami berkemih tidak
nyaman.
3. Darah tidak selalu Nampak
Ototoksisitas tapi mungkin dapat dideteksi
1. Selidiki tentang masalah dengan tes litmus.
pendengaran sebelum memulai
kemoterapi.
1. Untuk menentukan data
dasar. Tes audiologi mungkin
dilakukan sebelum terapi
2. Anjurkan pasien untuk melaporkan obat, terutama jika obat
kesulitan pendengaran, tinnitus atau tersebut ototoksik.
pusing.
2. Untuk mencegah kehilangan
Neurotoksisitas pendengar secara permanen,
1. Beritahu dokter jika px mengalami obat tidak diteruskan
sakit rahang, gangguan penglihatan,
sakit kepala, kebar, kesemutan,
gangguan berjalan, konstipasi terus 1. Temuan ini indikasi
menerus parestesia atau sensorium kerusakan saraf dini dan
berkurang. obat-obat tidak diteruskan.
20
Toksisitas pulmonal
1. Pantau :
Bunyi napas setiap 8 jam
TTV setiap 4 jam
1. Untuk mendeteksi
2. Beritahu dokter jika terjadi batuk maninfestasi dini disfungsi
kering terus menerus, rales atau pulmonal.
dispnea. Lakukan sinar x dada dan
pemeriksaan sesuai pesanan. 2. Pnemumonitis dan fibrosis
Berikan kortikosteroid dan hentikan pulmonal adalah efek toksis
kemoterapi utama. Kejadian toksisitas
pulmonal terjai perlahan
diatas beberapa bulan,
dengan gejala-gejala paling
dini adalah meningkatnya
dispnea. Kortikosteroid
3. Dorong napas dalam setiap 2 jam diberikan untuk menurunkan
bila masalah paru terdeteksi atau inflamasi.
bila px tirah baring.
Hepatotoksisitas
1. Pantau hasil fungsi hati (bilirubin, 2. EKG mempertegas kelainan
lakalin fosfatase serum). jantung, obat dihentikan bila
2. Beritahu dokter jika px mengalami terdapat gangguan pada
kuning, urine coklat tua, feses jantung.
seperti tanah liat, pruritus atau nyeri
perut. 1. Untuk mendeteksi tanda dini
3. Intruksikan px untuk menghindari keterlibatan hati
minum alcohol dan aspirin 2. Penemuan ini member kesan
sementara menjalani kemoterapi. kerusakan hati dan perlu
untuk menghentikan
Nekrosis jaringan local : pemberian obat.
1. Selalu periksa untuk ketepatan 3. Zat-zat ini menyebabkan
letakk dari alat-alat intravena (port kerusakan hati untuk
implant, kateter atrium eksternal, pemakaian lama.
atau intravena perifer) sebelum
mulai infuse kemoterapi. Amati sisi
infuse setiap jam untuk melihat 1. Agen kemoterapi sangt toksik
21
tanda-tanda infiltrasi (bengkak, untuk jaringan. Rasa
aliran tidak lancar). Anjurkan pada terbakar, nyeri, bengkak pada
px untuk member tahu bila nyeri sisi infuse merupakan tanda
atau rasa terbakar pada daerah infiltrasi. Regitine diberikan
tusukan. Hentikan infuse dengan untuk menetralkan toksisitas
segera bila terjadi infiltrasi. Berikan
obat. Kompres dingin
kompres dingin. Berikan regitine membantu menurunkan
secara langsung kedalam jaringan flebitis dan edema jaringan.
yang sakit atau antidote yang Aliran balik darah
ditentukan oleh protocol fasilitas. menjami8n ketepatan
masuknya alat-alat (jarum)
2. Selalu menggunakan pompa infuse kedalam pembuluh.
bila memberikan obat-obatan Ektravasasi agen yang
kemoterapi secara terus menerus berbahaya dapat
melalui drip IV. menyebabkan nekrosis dan
mengelupaskan jarigan.
2. Untuk mengatur aliran lebih
akurat yang dengan
demikian menurunkan
kemungkinan kelebihan.
22
3. Pantau TTV meliputi suhu setiap mengindikasikan munculnya
4 jam dan lebih sering lagi yang infeksi pada pasien
diperlukan granulositopenia
4. Membantu mengidentifikasi
4. Pantau semua daerah prosedur infeksi
invasif terhadap kemungkinan
adanaya tanda infeksi 5. Keletihan dapat menekan fungsi
5. Anjurkan pasien istirahat imun
6. Mencegah sepsis dan infeksi
6. Ganti balutan setiap hari pada daerah invasif atau daerah
termasuk pada jalur sentral lain
7. Antibiotik dapat menghambat
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pertumbuhan bakteri
pemberian antibiotik
D. Evaluasi
1. Daerah penyuntikan IV akan tetap terbebas dari tanda dan gejala ekstravasasi selama
pemberian agen kemoterapi vesikan
2. Jika ekstravasasi terjadi, ini dapat diidentifikasi dan ditangani secara dini untuk
meminimalkan kerusakan jaringan
23
Desferal (deferoxamine) merupakan obat cair yang diberikan di bawah kulit. Biasanya
obat ini diberikan dengan menggunakan alat semacam “portable pump”.
B. Tujuan :
Menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu hemochromatosis
(penumpukan Fe di bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe dalam organ)
C. Indikasi & Kontraindikasi :
Indikasi :
a. Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi darah
secara rutin (berulang)
b. Kadar Fe ≥ 1000 mg/ml
c. Dilakukan 4-7 kali dalam seminggu post transfuse
Kontraindikasi :
Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal.
Konsep Yang Mendasari :
Thalasemia
1. DEFINISI
Thalasemia adalah kelainan herediter berupa defisiensi salah satu rantai globin
pada hemoglobin sehingga dapat menyebabkan eristrosit imatur (cepat lisis) dan
menimbulkan anemia.
Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta,
sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor
( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 ).
2. KLASSIFIKASI THALASEMIA :
1. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek
yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a. Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat dengan
hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
24
kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat
sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat
pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang
bervariasi, dan hepatosplenomegali.
b. Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan
splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi,
normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum
meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.
c. Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a.
3. ETIOLOGI
Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang
membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin
sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang
berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai
energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada,maka pasokan
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi,
sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan
aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan
yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari
keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah
penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan
pembentukan sel darah merah.
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi
pendek(kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin
yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena
adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh :
25
a) Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal)
b) Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada
Thalasemia)
Penyebab Thalasemia β mayor.
Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang tua.
Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh menurunkan
thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri
tersebut maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka akan mnderita
penyakit tersebuat
4. PATOFISIOLOGI
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan
beta polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan
dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya
peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi
rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi
hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah
terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang
parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam
jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi
transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
5. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal
pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama
kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir.
Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan
anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan
dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya
menyebabkan pembesaran jantung.
26
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan
pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system
eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan
kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat
anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang
ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu.
Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat
sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan
perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung
(aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium (perikerditis).
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Sesak nafas
Tebalnya tulang kranial
27
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah,
yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang
immature, penurunan hemoglobin dan hematrokrit. Elektroforesis hemoglobin :
peningkatan hemoglobin. Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang
hiperaktif terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang
akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla,
penipisan korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar. Analisis DNA, DNA probing,
gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis
pemeriksaan yang lebih maju.
7. PENATALAKSANAAN
Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel
darah merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.
Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau subkutan.
Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya lebih
rendah dari desferal dan memberikan bahaya fibrosis hati.
Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama bila ada tanda – tanda
hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena sangat besarnya
limpa.
Transplantasi sum
sum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.
28
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti Turki,
Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan
merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat sejak anak
berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa
ke RS setelah usia 4 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini
dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
Sering didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak masih bayi.
Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan
adanya keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput
pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia
minor, sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5. Pola Makan
Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan tidak sesuai
usia.
6. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat
karena anak mudah lelah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga
mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor.
8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko
talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang
mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
29
9. Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia
a. KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
b. Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa
pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
e. Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung
dan disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek
nomegali).
g. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai
dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan
mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik.
i. Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi warna
kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat
besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah normal.
4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan
neurologis.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan
Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.
6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx 1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan Kriteria hasil :
30
a. Tidak terjadi palpitasi
b. Kulit tidak pucat
c. Membran mukosa lembab
d. Keluaran urine adekuat
e. Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen
f. Tidak terjadi perubahan tekanan darah
g. Orientasi klien baik.
h. untuk pengiriman O2 ke sel.
Intervensi :
a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar
kuku.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan
hipotensi).
c. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
d. Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
e. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai
indikasi.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll.
g. Kolaborasi dalam pemberian transfusi.
h. Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi.
3. Dx. 3 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna / ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah normal.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.
b. Tidak ada malnutrisi.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
c. Timbang BB tiap hari.
d. Beri makanan sedikit tapi sering.
e. Observasi dan catat kejadian mual, muntah, platus, dan gejala lain yang berhubungan.
f. Pertahankan higiene mulut yang baik.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi.
h. Kolaborasi Dx. Laboratorium Hb, Hmt, BUN, Albumin, Transferin, Protein, dll.
i. Berikan obat sesuai indikasi yaitu vitamin dan suplai mineral, pemberian Fe tidak
dianjurkan.
4. Dx. 4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
nourologis.
Kriteria hasil :
a. Kulit utuh.
Intervensi :
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan
ekskoriasi.
b. Ubah posisi secara periodik.
c. Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun.
5. Dx. 5. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat: penurunan Hb,
leukopenia atau penurunan granulosit.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada demam
32
b. Tidak ada drainage purulen atau eritema
c. Ada peningkatan penyembuhan luka
Intervensi :
a. Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan.
b. Dorong perubahan ambulasi yang sering.
c. Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
d. Pantau dan batasi pengunjung.
e. Pantau tanda-tanda vital.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.
6. Dx. 6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencana pengobatan.
b. Mengidentifikasi faktor penyebab.
c. Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik.
b. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia.
c. Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis.
d. Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin
melalui air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah
dengan sesama penderita thalasemia, baik mayor maupun minor.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi
E. EVALUASI
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diberikan pada pasien :
1. Apakah pasien terbebas dari tanda-tanda kecemasana ?
2. Apakah pasien merasa nyaman ?
3. Apakah gas dalam darah berada dalam batas normal dan apakah pasien mudah
bernapas ?
4. Apakah peredaran gas telah mencukupi, apakah air seni dan penglihatan cukup baik ?
5. Apakah pasien terbebas dari tanda-tanda infeksi ?
33
6. Apakah pasien merasa puas dengan gaya hidupnya, hubungan seksual, dan peran
dalam keluarganya ?
7. Apakah pasien dapat menyatakan sifat penyakitnya dan keadaan dari gejala yang
membuat lebih parah ?
Evaluasi hasil yang diharapkan :
1. Mampu bertoleransi dengan aktivitas normal
2. Mengikuti rencana progresif istirahat, aktivitas, dan latihan
3. Mengatur irama aktivitas sesuai tingkat energy
4. Mencapai / mempertahanakan nutrisi yang adekuat
5. Makan makanan tinggi protein, kalori dan vitamin
a. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung
b. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal
c. Tidak mengalami komplikasi
d. Menghindari aktivitas yang menyebabkan takikardi, palpitasi, pusing, dan
dispnu
e. Mempergunakan upaya istirahat dan kenyamanan untuk mengurangi
dispnu
f. Mempunyai tanda vital normal
g. Tidak mengalami tanda retensi cairan ( mis. Edema perifer, curah urin
berkurang, distensi vena leher )
h. Berorientasi terhadap nama, waktu, tempat, dan situasi
Pasien terminal adalah pasien – pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
Kematian adalah suatu tahap akhir kehidupan, yang bisa dating secara tiba – tiba
tanpa peringatan atau melalui suatu priode penyakit yang panjang.
Jenis – jenis penyakit terminal meliputi diabetes militus, penyakit kanker, congestik renal
falure, stroke, Aids, gagal ginjal kronik, akibat kecelakaan fatal.
1) Fisiologis
Peningkatan frekuensi jantung
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi pernapasan
Diaforesis
Dilatasi pupil
Suara tremor / perubahan nada
Gelisah
Gemetar, kedutan
Berdebar-debar
Sering berkemih
Diare
Kegelisahan
Insomnia
Keletihan dan kelemahan
Pucat dan kemerahan
Mulut kering, mual, atau muntah
Sakit dan nyeri tubuh (khususnya dada, punggung dan leher)
Pusing/ mau pingsan
Parestesia
Ruam panas atau dingin
Anoreksia
2. Emosional
Individu menyatakan bahwa dia :
a. Ketakutan
b. Ketidakberdayaan
c. Gugup
d. Kurang percaya diri
e. Kehilangan kontrol
f. Ketegangan dan merasa dikunci
35
g. Tidak dapat rileks
h. Antisipasi
Kegagalan Individu memperlihatkan
Peka rangsang/ tidak sabar
Marah berlebihan
Menangis
Cennderung menyalahkan orang lain
Kontak mata buruk
Kritisme pada diri sendiri
Menarik diri
Kurang inisiatif
Mencela diri
Reaksi kaku
2) Kognitif
Tidak dapat berkonsentrai (ketidakmampuan untuk mengingat)
Kurang kesadaran tentang sekitar
Mudah lupa
Rumination
Orientasi pada masa lalu dari pada masa kini dan masa depan
Blok pikiran (tidak dapat mengingat)
Terlalu perhatian
36
2.Perubahan Proses Keluarga
a. Data Mayor
Sistem keluarga tidak dapat atau tidak :
b. Data Minor
Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan penderitaan
Mempertanyakan kredibelitas sistem keyakinan
Mendemonstrasikan keputusan atau ketidakberanian
Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa dilakukan
Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan
Mengekspresikan bahwa dia tidak mempunyai alasan untuk hidup
Merasakan kekosongan spiritual
Menunjukkan pelepasan emosi dari diri sendiri dan orang lain
Mengekspresikan perhatian-marah, dendam ketakutan- melebihi arti kehidupan,
penderitaan, kematian.
37
A. KEBUTUHAN ANAK YANG TERMINAL
1. Komunikasi dalam hal ini anak sangat perlu diajak berbicara dengan yang lain terutama
oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak berkomunikasi atau
berbicara anak berasa bahwa ia tidak sendiri.
2. Memberitahu kepada anak bahwa dia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut.
3. Berdiskusi dengan siblings atau sodara kandung agar saudara kandung mau ikut
berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat.
B. KONSEP KEMATIAN PADA ANAK
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.
Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat lain dan
orang dapat kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari. Kematian adalah
topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan mereka biasanya
menghindarkan anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan bahwa orang mati
akan pergi atau berada di surga atau hanya tidur.
C. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Peningkatan Kenyamanan
Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian kenyamanan
bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi.
Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya untuk pemenuhan
kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi
keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.
2. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif,
pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di
rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga
danklien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya.
Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan,
membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan
partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi
tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk
membiarkan klien membuat keputusan.
38
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan yang
baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta
rohaniawan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien
terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang
maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan
cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh
simpati dari perawat dan keluarga.
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian
dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada
klien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu jantung.
Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada
keluarga.
39
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis pasien pada penyakit terminal , sistem
1. Riwayat psikososial
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3. Kemampuan koping
4. Tingkat perkembangananya reaksi sedih dan kehilangan
b. Faktor sosio kultur
Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan , pola kultur terhadap kesehatan ,
penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal
c. Faktor presipitasi
1. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian
2. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3. Support dari keluarga dan orang terdekat
4. Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik
diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.
40
d. Faktor perilaku
1. Respon terhadap klien
2. Respon terhadap diagnose
3. Isolasi sosial
e. Mekanisme koping
1. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang
berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap.
2. Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3. Kompensasi
Suara tindakan dimana klien tidak mampun mengatasi keterbatasan karena
41
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal,
sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek
negative pada gaya hidupnya.
2. Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres (tempat perawatan)
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx : Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat
dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada
gaya hidupnya.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, client tidak
menunjukkan ansietas atau ketakutan dengan kriteria hasil
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan
gaya hidup.
Intervensi :
42
Dx 2 : Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian dan dihadapi,
penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, client sedikit
menunjukkan gejala berduka dengan kriteria hasil :
Intervensi :
2. Berikan dorongan pada client untuk mengekspresikan atribut diri yang positif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan client tidak
menunjukkan adanya perubahan pada proses keluarga dengan kriteria hasil anggota
keluarga atau kerabat terdekat akan :
Intervensi :
1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat client dan tunjukkan
pengertian yang empati
43
D. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien.
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemoterapi merupakan bentuk terapi yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
atau menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker yang masih tertinggal. Kemoterapi dapat
menimbulkan banyak efek samping. Efek samping yang timbul secara umum dari
kemoterapi seperti mual, muntah, rambut rontok, dan penurunan berat badan.
Desferal (deferoxamine) merupakan obat cair yang diberikan di bawah kulit. Biasanya
obat ini diberikan dengan menggunakan alat semacam “portable pump”.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kondisi
terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalanmelalui suatu
proses penurunan fisik ,psikososial, dan spiritual bagi individu
3.2 Saran
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien dengan kemoterapi
merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan yang
dapat diberikan meliputi tindakan dependen,independen,dan kolaborasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Purnomo, dkk. 2012. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta :
EGC.
Gale, Danielle dan Jane Charette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.
Otto, Shirley E.. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : EGC.
46