Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
2020
DAFTAR ISI
BAB I..............................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................2
I.1 Latar Belakang........................................................................................................................................2
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................................3
I.3 Tujuan.....................................................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................4
II.1 Klasifikasi Tanaman...............................................................................................................................4
BAB III.............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................................................6
III.1 Definisi Osteoporosis............................................................................................................................6
III.2 Patofisologi Osteoporosis.....................................................................................................................6
III.3 Etiologi Osteoporosis............................................................................................................................7
III.4 Penatalaksanaan Osteoporosis.............................................................................................................8
III.5 Manfaat Daun Kelor............................................................................................................................9
III.5 Terapi Nutrasetikal.............................................................................................................................10
BAB IV.........................................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................................13
IV.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................13
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nutrasetikal (nutraceutical) berasal dari kata nutrition yang berarti “gizi” dan
pharmaceutical yang berarti farmasi. Nutrasetikal adalah produk suplemen makanan atau herbal
yang dapat memberikan manfaat kesehatan dan medis, termasuk pencegahan penyakit (Anonim
2015). Nutrasetikal merupakan jenis makanan yang memiliki manfaat bagi kesehatan medister
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit yang berasal dari bahan–bahan alami. Nutrasetikal
mengandung bahan– bahan yang meningkatkan kesehatan atau kompenen–komponen alamiah
yang memiliki manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh. Nutrasetikal juga dimanfaatkan untuk
terapi berbagai penyakit seperti diabetes, osteoporosis, sebagai imunomodulator, kanker,
antioksidan, probiotik, hipertensi dan lain-lain (Syamsudin 2013).
Penyakit pada dasarnya dapat dicegah atau diobati dengan peningkatan imunitas di dalam
tubuh yang kita kenal dengan sistem imun. Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan
badan untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh.
Saat terjadi serangan pada tubuh, antigen dalam tubuh mulai bertugas. Antigen bertugas
menstimulasi sistem kekebalan tubuh (sistem imun). Sistem inilah yang nantinya akan bekerja
dengan melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti bakteri, virus, jamur dan kuman. Sistem
imun apabila tidak bekerja optimal, maka tubuh akan rentan terhadap berbagai penyakit.
Prinsipnya jika sistem imun seseorang bekerja optimal, maka tidak akan mudah terkena penyakit
dan keseimbangannya juga normal sehingga fungsi biologis tubuh tidak terganggu (Djauzi 2003;
Syamsudin 2013).
Osteoporosis, yang didefinisikan sebagai penurunan massa tulang dan gangguan arsitektur
tulang, menghasilkan penurunan integritas tulang dan peningkatan patah tulang. Lebih dari dua juta
fraktur osteoporosis terjadi setiap tahun di Amerika Serikat . Satu di setiap dua wanita dan satu dari
setiap empat orang di atas usia 50 akan memiliki patah tulang terkait osteoporosis dalam hidup
mereka. Situs utama untuk patah tulang tersebut adalah tulang, pinggul, dan pergelangan tangan.
Bagi mereka dengan patah tulang pinggul, ada kematian secara keseluruhan hingga 33%, banyak
yang tidak mampu berjalan secara independen pada satu tahun, lebih dari setengah memerlukan
bantuan dengan kehidupan sehari-hari , hampir 20% akan memerlukan perawatan di fasilitas
jangka panjang , dan sampai 42% fraktur lagi dalam waktu lima tahun. Dengan demikian, biaya
untuk mengobati pasien dengan fraktur osteoporosis merupakan beban besar untuk seluruh sistem
perawatan kesehatan.
2
Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang saat ini dikenal sebagai “ The
Miracle Tree” (tanaman ajaib), karena hampir seluruh bagian dari tanaman ini mulai dari akar
hingga daun bermanfaat sebagai kesehatan. Bagian dari daunnya mempunyai nilai nutrisi yang
tinggi yang mana sangat bermanfaat untuk manusia ( Mahajan et al, 2013). Kandungan senyawa
flavonoid, polifenol, dan terpenoid yang ada dalam daun kelor mampu memodulasi sistem imun
tubuh yang dikenal sebagai imunomodulator. Hal tersebut dikaitkan dengan aktivitas antioksidan,
antiinflamasi, neuroprotektif, hepatoprotektif, antivirus dan antibakteri (Gaikwad et al 2011).
Senyawa flavonoid, polifenol dan terpenoid yang ada dalam daun kelor diharapkan dapat
diformulasikan sebagai produk nutrasetikal sebagai inovasi salah satunya adalah dengan dibuat
gummy candies (permen jelly). Gummy cadies adalah makanan yang disukai anak-anak karena
kenyal saat dikunyah dan rasanya manis.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari osteoporosis ?
2. Apakah patiofisiologi dari osteoporosis?
3. Bagaimana etiologi dari osteoporosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari osteoporosis?
5. Bagaimana kualitas sediaan nutrasetikal yang dipengaruhi oleh daun kelor?
I.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami defisini dari osteoporosis.
2. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari osteoporosis.
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan osteoporosis.
5. Untuk mengetahui kualitas sediaan nutrasetikal yang dipengaruhi oleh daun kelor?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi Tanaman
A. Daun Kelor
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Brassicales
Suku : Moringaceae
Marga : Moringa
Jenis : Moringa oleifera Lam. ( Depkes 2001).
B. Morfologi Tanaman
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti While Gopalan et al tahun 2010
menjelaskan bahwa serbuk daun kelor mengandung asam amino – asam amino esensial,
Vitamin pokok seperti A, C, E dan vitamin lainnya serta mineral seperti kalsium, besi, fosfor,
4
dan lain – lain yang lebih banyak dibandingkan sayur dan buah sehingga disebut sebagai
tanaman sumber nutrisi (Krisnadi 2015).
Jurnal yang dilaporkan oleh Gopi dan Varma (2015) menerangkan dalam
pengkajiannya mengenai khasiat ekstrak daun kelor berkhasiat untuk berbagai macam
penyakit seperti antifertilitas, hepatoprotektif, proteksi kardiovaskuler, antidiabetes, diuretik,
analgesik dan antipiretik, antikanker, antioksidan, dan antibakteri. Ekstrak etanol daun kelor
dengan dosis 600 mg/Kg BB yang diberikan peroral pada tikus secara signifikan
meningkatkan isi kalsium pada tulang dan membantu kepadatan tulang sehingga mampu
mencegah osteoporosis ( Burali et al. 2010).
D. Kandungan Kimia
Tanaman Moringa oleifera dari akar, daun dan kulit batangnya mengandung saponin
dan polifenol, di samping itu kulit batangnya mengandung alkaloida dan daunnya
mengandung minyak atsiri (Depkes 2001). Daun kelor telah dikarakterisasi mengandung
banyak nutrisi, diantaranya berisi vitamin, mineral, asam amino, asam lemak (Moyo et al.
2011; Teixeira et al. 2014; Razis et al. 2014).
Vitamin yang paling diketahui banyak terdapat dalam daun kelor selain vitamin lainnya
adalah vitamin A yang 10 kali lebih banyak dari wortel, beta carotene yang 4 kali lebih
banyak dari wortel dan vitamin C yang 10 kali lebih banyak dari anggur dan 7 kali lebih
banyak dari jeruk (Krisnadi 2015). Ekstrak etanol daun kelor yang telah diuji fitokimia
dengan pembanding pelarut petroleum eter, kloroform, dan air secara kualitatif mengandung
tanin, alkaloid, tepenoid, flavonoid, glikosida jantung, hidroksiantrakuinon, karbohidrat,
asam amino (Nair et al, 2013).
5
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari
berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
6
sementara kerangka aksiai terbentuk oleh tulang kanselaus dan tulang kortikal. Karena daerah
permukaan tulang kanselaus jauh melebihi daerah permukaan tulang kortikal, dan karena daerah
permukaan tulang kanselaus lebih aktif secara metabolic, maka tulang kanseluas akan mengalami
gangguan lebih berat ketika perubahan bentuk tulang terlepas dari sambungannya.
Selama periode hilangnya masa tulang tidak lama setelah menopause, hilangnya tulang kanselaus
naik 3 kali lipat, sementara hilangnya tulang kortikal terjadi lebih lambat.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang paling sering menyerang orang dewasa.
“masalah tulang pada lansia” memunculkan suatu streotipe korban osteoporosis karena penyakit
ini paling sering menyerang orang yang udah tua, terutama wanita yang telah menupause.
Kejadian fraktur Osteoporosis naik secara konstan akibat meningkatnya usia harapan hidup. Rata-
rata tulang padat mengandung sekitar 30% matriks dan 70% garam. Osteoporosis terjadi akibat
berkurangnya matriks organic tulang. Aktivitas osteoblastik di dalam tulang biasanya tidak
normal, dan akibatnya, kecepatan endapan osteoid tulang menjadi tertekan. Wanita dewasa
memiliki massa lang yang lebib rendah dibandinglcan pria. Setelah menopause, wanita mulai
kehilangan massa tulang secara lebih cepat daripada yang dialami pria dengan usia yang sama.
Akibatnya, wanita lebib rentan mengalami osteoporosis yang serius.
8
III.5 Manfaat Daun Kelor
Menurut hasil penelitiannya, daun Kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin C, Vit B,
kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna dan
diasimilasi oleh tubuh manusia. Bahkan, seperti tampak pada
(1999)
jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai
sumber nutrisi untuk perbaikan gizi di banyak belahan negara. Tidak hanya itu, Kelor
pun diketahui mengandung lebih
dari 40 antioksidan. Kelor
dilaporkan mengandung 539
senyawa yang dikenal dalam
pengobatan tradisional Afrika
dan India (Ayurvedic) serta telah
digunakan dalam pengobatan
tradisional untuk mencegah lebih
dari 300 penyakit.
Bradykinin yang disuntikkan ke rongga artikular pada lutut kiri tikus putih 3 kali
sehari selama 2 hari kemudian diberikan chondroitin sulfat melalui oral pada tikus
putih tersebut selama 14 hari dan ditemukan mampu menghambat deplesi
proteoglycan yang diinduksi oleh bradykinin pada kartil . ago artikular. Khasiat ini
tergantung kepada dosis obat. Temuan ini menunjukkan bahwa pengurangan
kandungan proteoglycan pada kartilago (proses yang sama terjadi pada
osteoarthritis) bisa dihambat oleh chondroitin sulfat. Dalam sebuah studi lain,
chondroitin sulfat ditemukan menghambat enzim aggrecanase sesuai dosis yang
digunakan : artinya, chondroitin sulfat memberikan efek pelindung. Enzim
aggrecanase diyakini memperantarai degradasi aggrecans pada penderita OA.
Sejumlah studi lain melaporkan efek chondroitin sulfat yang sama dalam
10
menghambat enzim-enzim penyebab degradasi. Karena ukuran molekul chondroitin
sulfat yang besar, laporan-laporan terdahulu masih meragukan bioavailabilitas-nya.
Namun, chondroitin sulfat yang dilabel radioaktif yang diberikan secara oral kepada
manusia diserap sebanyak 70%. Afinitasnya terhadap cairan synovial dan kartilago
artikular juga telah terlibat. Selain itu, banyak uji klinis yang menemukan khasiat
chondroitin sulfat dalam mengobati OA, dengan memperbaiki gejala dan efek
pengubah struktur tulang.
2. Terapi Kombinasi
12
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, diantaranya :
1. Nutrasetikal (nutraceutical) berasal dari kata nutrition yang berarti “gizi” dan
pharmaceutical yang berarti farmasi. Nutrasetikal adalah produk suplemen makanan atau
herbal yang dapat memberikan manfaat kesehatan dan medis, termasuk pencegahan
penyakit (Anonim 2015). Nutrasetikal merupakan jenis makanan yang memiliki manfaat
bagi kesehatan medister dalam pencegahan dan pengobatan penyakit yang berasal dari
bahan–bahan alami.
2. Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini sebagai
akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau
kombinasi dari keduanya.
13
Daftar Pustaka
14