GOLONGAN KEMOTERAPI
Disusun Oleh :
YENI SUSILOWATI (182303101004)
SHERLY AMANDA G. (182303101005)
ELSHINTA DIKA M. (182303101006)
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyusun tugas makalah yang mengangkat tentang KEMOTERAPI pada mata
kuliah farmakologi.
Dalam proses penyusunan tugas makalah ini, tentu saja kami kelompok 2 mengalami
banyak kendala dan permasalahan. Namun berkat kekompakan dari anggota kelompok dengan
disertai berbagai sumber materi yang ada, akhirnya tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya maka dari itu kelompok 2 berterima kasih apabila ada kritik
dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa
Program Studi D3 keperawatan universitas Jember.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1..................................................................................................................................................... 36
4
BAB 1 PENDAHULUAN
5
1. Untuk mengetahui deskripsi Kemoterapi
2. Untuk mengetahui cara kerja Kemoterapi
3. Untuk mengetahui indikasi Kemoterapi
4. Untuk mengetahui kontra indikasi Kemoterapi
5. Untuk mengetahui efek samping Kemoterapi
6. Untuk mengetahui peringatan Kemoterapi
7. Untuk mengetahui dosis/aturan pakai Kemoterapi
1.3 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memperkaya pengetahui mahasiswa D3 Keperawatan
mengenai kemoterapi.
6
BAB 2 KONSEP OBAT GOLONGAN KEMOTERAPI
7
- Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA
- Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino,
karboksil, sulfhidril, atau fosfat
- Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik
2) Antimetabolit
- Menghambat enzim-enzim asam nukleat efek lebih toksis pada sel-sel yang sedang
berproliferasi
- Menghambat mitosis (Spindle poisons) mempengaruhi mikrotubulus yang berperan
dalam proses mitosis.
3) Antibiotika
Golongan obat kemoterapi ini bekerja dengan cara masuk ke dalam molekul DNA atau
RNA. Ketika mereka berada di dalam molekul DNA atau RNA, molekul menjadi rusak.
Akhirnya, karena kerusakan DNA dan RNA sel kanker tidak dapat membelah dan mati.
Golongan antibiotik sitotoksik ini diperoleh dari bakteri.
4) Inhibitor protein mikrotubuli
Berikatan dengan protein mikrotubul inti sel tumor, menghambat sintesis dan
polimerisasi mikrotubul, sehingga mitosis berhenti pada metafase, replikasi sel
terganggu.
5) Inhibitor topoisomerase
Golongan obat kemoterapi ini menghambat kerja enzim topoisomerase, baik
topoisomerase I dan II. Enzim topoisomerase merupakan enzim yang mengatur
perubahan struktur DNA. Sekarang ini enzim topoisomerase menjadi target populer bagi
pengobatan kemoterapi. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan bahwa bila enzim ini
dihambat maka tahap ligasi pada siklus sel akan terhambat pula, akibatnya akan terjadi
pemecahan rantai DNA yang menyebabkan kematian sel dan apoptosis.
6) Golongan hormon
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif rendah.
Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula digabungkan
dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu.
7) Golongan target molekular
8
Obat ini tertuju pada target molekul yang menjadi kunci dalam proses timbul dan
berkembangnya kanker, misalnya enzim tirosin kinase (TK), farnesil transverase (FT),
matriks metaloproteinase (MMP), dll.
2.3 Indikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), kemoterapi dapat diberikan sebagai adjuvant,
neoadjuvant tetapi secara umum kemoterapi diberikan bila ukuran tumor besar (T2 dan T3), ada
metafase.
2.4 Kontra Indikasi
a) Penderita dalam keadaan terminal atau tingkat kemampuan berperan di bawah 30
b) Ada penekanan sumsum tulang yang berat (dilihat dari hitung leukosit/trombosit)
c) Pemberian kemoterapi sebelum jangka waktu tiga minggu
d) Adanya infeksi akut
e) Kehamilan (trimester pertama)
f) Pembedah besar, missal : laparotomy, torakotomi, (dalam waktu 10-20 hari)
g) Penderita dalam keadaan senil (gangguan psikiatri berat)
h) Bila tidak mungkin dilakukan pemeriksaan/rawat lanjut yang baik dan lengkap
2.5 Efek Samping
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), efek samping kemoterapi adalah reaksi alergi,
ekstravasi obat, mual, muntah, dehidrasi, stomatitis, anemi, leukopeni, dan trombosipeni.
2.6 Peringatan
Prosedur kemoterapi merupakan pengobatan yang dilakukan untuk kondisi yang serius.
Oleh karena itu, perencanaan secara matang dibutuhkan dari pasien dan tim dokter pelaksana.
Perencanaan tersebut menyangkut pertimbangan jenis kemoterapi yang akan dijalankan, efek
samping yang akan muncul, serta tingkat keberhasilan kemoterapi.
Perencanaan kemoterapi dapat dilakukan setelah pasien menjalani serangkaian tes
(misalnya pemeriksaan darah, pemindaian, atau foto Rontgen) guna mengetahui kondisi
kesehatan pasien, apakah cukup kuat untuk menjalani kemoterapi atau tidak. Pemeriksaan infeksi
pada gigi juga dibutuhkan karena infeksi gigi berisiko menyebar akibat efek kemoterapi pada
tubuh.
Setelah mengetahui kondisi pasien, tim dokter dapat menetapkan jenis dan jangka waktu
pelaksanaan kemoterapi. Kemoterapi biasanya diberikan dalam hitungan siklus, yang terdiri dari
9
masa kemoterapi ditambah dengan masa istirahat. Contohnya, kemoterapi selama 1 minggu lalu
diikuti periode istirahat selama 3 minggu. Pelaksanaan kemoterapi umumnya memakan waktu
beberapa bulan yang terdiri dari beberapa siklus.
Salah satu yang perlu diingat adalah kemoterapi tidak dianjurkan untuk wanita hamil
karena dapat menyebabkab bayi atau janin menjadi cacat. Bagi yang akan menjalani kemoterapi,
diharapkan menggunakan kontrasepsi selama kemoterapi agar tidak terjadi kehamilan.
Peringatan yang sama juga diberikan bagi pasien yang mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk
obat herbal. Reaksi obat-obatan tersebut terhadap obat kemoterapi tidak dapat diperkirakan.
Obat-obatan yang biasanya diberikan dalam kemoterapi meliputi obat yang dapat menghalangi
pembelahan sel (alkylating agent), obat yang dapat menghambat pembentukan RNA dan DNA
(antimetabolit), serta antibiotik antitumor yang mengubah DNA dalam sel kanker.
2.7 Dosis / Aturan Pakai
Bergantung dari obat yang diberikan, ada berbagai cara untuk menentukan dosis kemoterapi.
Dosis kemoterapi diukur dalam satuan miligram (mg).
Keseluruhan dosis dapat didasari dari berat badan manusia dalam kilogram (kg) (1 kilogram =
2,2 pounds). Untuk lebih sederhananya, jika standar dosis sebuah obat adalah 10 miligram per
kilogram (10 mg/kg) dan berat badan seseorang adalah 110 pounds (50 kilogram) akan menerima
dosis sebesar 500 mg (10 mg/kg x 50 kg).
Beberapa dosis kemoterapi ditentukan berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body
Surface Area = BSA), dimana dokter akan mengkalkulasikan dosis menggunakan berat dan
tinggi badan Anda. BSA menggunakan satuan meter kuadrat (m2).
Dosis bagi anak-anak dan dewasa berbeda. Hal ini dikarenakan proses obat dalam tubuh
anak-anak berbeda dan memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda. Untuk alasan yang sama,
dosis beberapa obat dapat disesuaikan berdasarkan kategori seorang penderita, seperti:
a. Penderita lanjut usia
b. Status kurang nutrisi
c. Obesitas/ kegemukan
d. Sedang atau telah menjalani pengobatan lainnya
e. Sedang atau telah menjalani terapi radiasi
f. Jumlah sel darah merah yang rendah
g. Memiliki penyakit hati atau ginjal
10
11
BAB 3 IMPLIKASI KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT GOLONGAN
KEMOTERAPI
12
3. Perubahan fungsi defekasi berhubungan dengan efek efek merugikan dari kemoterapi
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia karena
kemoterapi
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis dan
infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek kemoterapi
8. Resiko infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan destruksi
secara cepat pembelahan sel hematopoietik normal yang mengakibatkan imunosupressi
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah sekunder terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
nutrisi pasien adekuat
Intervensi Rasional
2. Dasar mengevaluasi
2. Pantau
keefektifan terapi
berat badan setiap minggu
13
3. Memberikan informasi diet
harian untuk perencanaan
3. Pantau masukan makanan dan cairan
serta makanan yang disediakan
4. Mencegah mual
14
terhadap makanan jenis ini
8. Berikan diet halus selama kemoterapi
15
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan perubahan aktual citra tubuh sekunder
terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
pasien akan menunjukkan penghargaan diri yang realistis
Intervensi Rasional
16
reproduksi .anjurkan pasien laki ,biasanya dapat menyebabkan
laki yang usia produktif kemandulan permanen dalam
mendiskusikan dengan dikternya wanita pengentian menstruasi
tentang penyipanan sperma di biasa nyakira kira dua bulan
bank sperma ,sebelum setelah kemoterapi di hentikan
kemoterapi (bila mungkin) ,menstruasi terjadi kembali
17
Intervensi Rasional
Untuk konstipasi :
2. Berikan obat obat pelunak feses 2. Mencegah konstipasi
Untuk diare :
18
saluran gastrointestinal
7. Batasi minuman kopi ,makanan
yang tinggi serat dan susu
7. Kopi merangsang peningkatan
peristaltik makanan tinggi serat
membentuk masa yang banyak
yang menyebabkan terjadinya
distensi usus yang akhirnya
merangsang peristaltik.Susu dapat
membentuk gas juga merangsang
peristaltik karena distensi usus
10. Berikan diet rendah sisa atau 10. Diet ini memberi kesempatan usus
diet cair sampai diare dapat di untuk istirahat:gatorade dapat
kontrol.tambahkan konsumsi membantu mengganti ciran dan
19
cairan elektrolit seperti gatorade elektrolit yang hilang karena diare
terus menerus
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas
berkurang atau hilang
Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan ansietas menurun pada tingkat yang
dapat diatasi
TD : 100-120/70-80 mmHg
Nd : 60-80x/menit
RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5˚C
Intervensi Rasional
20
menyakinkan
3. K/U sedang
Intervensi Rasional
21
2. Meningkatkan kontrol diri
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis dan
infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi perubahan pada mukosa mulut
Kriteria hasil : 1.Mukosa mulut tetap utuh (normal)
2. Hasil pengamatan rongga mulut lembab
3. Warnanya normal
22
4. Mulut tidak nyeri dan kering
Intervensi Rasional
4. Untuk memberikan
4. Gunakan pengganti saliva selama
pelembab alamiah
dibutuhkan
23
6. Berikan mints dan permen keras salivaa
7. Untuk melindungi
7. Berikan salep petrolieum untuk bibir
kekeringan
24
10. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian nistatin pencuci mulut
9. Plak merupakan indikasi
sesuai dengan pesanan
infeksi candida
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Kriteria hasil : 1. Mendemontrasikan tidak ada kerusakn jaringan
permanen
2. Hasil lab tidak tampak maninfestasi toksisitas organ
Intervensi Rasional
Nefrotoksisitas
1. Mendeteksi tanda-tanda dini
1. Pantau:
insufisiensi ginjal.
Masukan dan haluan setiap 8
jam
Lapran hasil asam urat serum
pH urine
laporan hasil BUN dan kreatinin
2. berikan allopurinol (zyloprom)
sesuai pesanan. 2. Agen ini menghambat
formasi asam urat, akibat
cepatnya pengrusakan SDP
oleh agen kemoterapi
25
3. Jaga hidrasi dengan baik. 3. Untuk memelihara volume
Tingkatkan, masukan cairan 2-3 cairan yang cukup melalui
liter sehari, kecuali kalau ada ginjal.
kontraindikasi. Anjurkan untuk
banyak minum.
haluan urine diatas 50ml per jam peningkatan kadar asam urat
indikasi kebutuhan untuk
meningkatkan dosis obat
alloupurinol.
26
Laporan hasil JDL
Status umum (apendik D) setiap
8 jam
2. Mulai tindakan perawatan 2. Jumlal leukosit yang rendah
perlindungan jika jumlah leukosit merupakan predisposisi px
turun sampai 1000/mm3atau untuk infeksi.
kurang .
4. Istirahat menurunkan
4. Berikan periode istirahat diantara
pengeluaran energy.
pengobatan.
6. Untuk menurunkan
6. Bantu pemenuhan sehari hari(AKS)
pengeluaran energy.
sesuai kebutuhan.
Sintisis
1. Beritahu dokter bila px melaporkan 1. Gejala ini indikasi sistitis,
27
berkemih tidak nyaman, seperti yang sering terjadi bila kadar
rasa terbakar, disuria, dorongan, leukosit turun dibawah
frekwensi. Dapatkan specimen urin normal. Kateter membantu
untuk kultur dan tes sensivitas mengisolasi organismen
sasuai pesanan. penyebab infeksi. Kultur dan
tes sensivitas membantu
mengidentifikasi agen
antimikroba yang lebih
efektif untuk menanggulangi
infeksi.
28
2. Untuk mencegah kehilangan
pendengar secara permanen,
obat tidak diteruskan
29
3. Napas dalam membentu
ekspansi alveoli.
Kadiotoksisitas
30
sementara menjalani kemoterapi. 1. Agen kemoterapi sangt toksik
untuk jaringan. Rasa
terbakar, nyeri, bengkak pada
Nekrosis jaringan local :
sisi infuse merupakan tanda
1. Selalu periksa untuk ketepatan infiltrasi. Regitine diberikan
letakk dari alat-alat intravena (port untuk menetralkan toksisitas
implant, kateter atrium eksternal, obat. Kompres dingin
atau intravena perifer) sebelum membantu menurunkan
mulai infuse kemoterapi. Amati sisi flebitis dan edema jaringan.
infuse setiap jam untuk melihat Aliran balik darah
tanda-tanda infiltrasi (bengkak, menjami8n ketepatan
aliran tidak lancar). Anjurkan pada masuknya alat-alat (jarum)
px untuk member tahu bila nyeri kedalam pembuluh.
atau rasa terbakar pada daerah Ektravasasi agen yang
tusukan. Hentikan infuse dengan berbahaya dapat
segera bila terjadi infiltrasi. Berikan menyebabkan nekrosis dan
kompres dingin. Berikan regitine mengelupaskan jarigan.
secara langsung kedalam jaringan 2. Untuk mengatur aliran lebih
yang sakit atau antidote yang akurat yang dengan
ditentukan oleh protocol fasilitas. demikian menurunkan
kemungkinan kelebihan.
32
7. Kolaborasi dengan dokter pertumbuhan bakteri
dalam pemberian antibiotik
3.5 Implementasi Keperawatan
1. Mengobservasi TTV
2. Menanyakan keluhan klien
3. Menanyakan pola makan, BAB BAK, pola istirahat dan tidur serta aktivitas
4. Mengobservasi keadaan umum klien dan melakukan pemeriksaan fisik
5. Memberikan antibiotik dengan resep dokter
3.4 Evaluasi Keperawatan
1. Daerah penyuntikan IV akan tetap terbebas dari tanda dan gejala ekstravasasi selama
pemberian agen kemoterapi vesikan
2. Jika ekstravasasi terjadi, ini dapat diidentifikasi dan ditangani secara dini untuk
meminimalkan kerusakan jaringan
33
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang
sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastatis.
Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik
mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi
pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut
local. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
4.2 Saran
Kemoterapi adalah salah satu pengobatan untuk penyakit kanker, tetapi kemoterapi tidak
bisa menghilangkan sel – sel kanker semuanya. Kemoterapi dalam pengobatan kanker hanya
sebagai penghilang sel – sel kanker saja, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terkena dan sel
kanker akan meyebar ke jaringan yang lainnya. Jangan terlalu dalam menggunakan terapi
kemoterapi karena ada efek negatif dari sinar yang digunakan untuk kemoterapi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. D., Harsono, A. B., Sasotya, R. S., Amarullah, M. N., & Hidayat, D. (2013).
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY.
Jakarta: Sagung Seto.
Gale, D., & Charette, J. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
35
LAMPIRAN
Gambar 1
36