Anda di halaman 1dari 23

LITERATURE REVIEW

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Prodi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang

Oleh:

1. Yeni Susilowati 182303101004


2. Dewi Agustin Wulandari 182303101008
3. Dwike Aulya Novitasari 182303101022
4. Hilmi Tri Mahfiroh 182303101028
5. Fitria Dewi 182303101035

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL ................................. 2019

FASILITATOR

Ns. SYAIFUDDIN KURNIANTO, M.Kep


NRP 760017253

DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................v
KONSEP PENYAKIT.................................................................................................................1
Definisi....................................................................................................................................1
Etiologi....................................................................................................................................1
Klasifikasi................................................................................................................................2
Patofisiologi dan Pathway.......................................................................................................5
Manifestasi Klinis...................................................................................................................8
Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................8
Penatalaksanaan......................................................................................................................9
Komplikasi............................................................................................................................10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................11
Pengkajian.............................................................................................................................11
Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)...................................................16
Intervensi Keperawatan.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................20

DAFTAR GAMBAR

iii
Gambar 1 Pathway Pneumonia..................................................................................................7

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan menurut (Sudoyo, 2009). .3
iv
Tabel 2 Jenis, penyebab faktor risiko dan tanda gejala pneumonia menurut (Soemantri, 2008)
.....................................................................................................................................................3
Tabel 3 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.........................................17
Tabel 4 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Pola Napas.........................................................19

v
KONSEP PENYAKIT

Definisi
Pneumonia telah didefinisikan sebagai infeksi paru-paru. Daripada memandangnya
sebagai penyakit tunggal, profesional perawatan kesehatan harus ingat bahwa pneumonia
adalah istilah umum untuk sekelompok sindrom yang disebabkan oleh berbagai organisme
yang menghasilkan berbagai manifestasi dan gejala sisa (Mackenzie, 2016).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus , bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Kusuma, 2015).
Etiologi

Sementara mengidentifikasi agen etiologi untuk pneumonia sangat penting untuk


perawatan yang efektif serta menjaga catatan epidemiologis, ini jarang terlihat dalam praktek
klinis. Ulasan yang luas telah menunjukkan bahwa satu penyebab pneumonia telah sering
diidentifikasi pada kurang dari 10% pasien yang datang ke unit gawat darurat. Meskipun
demikian, organisme paling umum yang menyebabkan pneumonia (Jain & Bhardwaj, 2019).

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Pneumonia komunitas yang diderita oleh masyarakat luar neeri benyak
disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif.
Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
komunitas adalah bakteri gram negatif (PDIP, 2003 dalam Ryusuke, 2017).

Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:

a. Yang terdapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia,


Hemophilus influenza, Legionella pneumophilla, Chlamydia pneumonia, anaerob oral,
adenovirus, influenza tipe A dan B (Wilson, 2012).

b. Yang terdapat di rumah sakit: basil usus gram negatif (E. Coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral (Wilson, 2012).

Klasifikasi
1
Menurut (Hariadi, 2010) membuuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan
epidemiologi, kuman dan predileksi infeksi.

a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi :


1) Pneumonia kominiti (Community-acquired pneumonia) adalah pneumonia infeksius
pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia) adalah pneumonia yang
diperoleh selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi
dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin mengandung bakteri
anaerobik atau penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita Immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada
penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan kuman penyebab :
1) Pneumonia bakterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa kuman mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik dan Staphylococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
2) Pneumonia tipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma.
3) Pneumonia virus
4) Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering merupakan infeki sekunder, terutama
pada penderita dengan dya tahan tubuh lemah (Immunocompromised) .
c. Klasifikasi pneumonia berdasarkan predileksi infeksi :
1) Pneumonia lobari adalah pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen dan
kemungkinan disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus, misalnya pada aspirasi
benda asing atau adanya proses keganasan. Jenis pneumonia ini jarang terjadi pada
bayi dan orang tua dan sering pada pneumonia bakterial.
2) Bronkopneumonia adalah pneumonia yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrate pada lapang paru. Pneumonia jenis ini sering terjadi pada bayi dan orang tua,
disebabkan oleh bakteri maupun virus dan jarang dihubungkan dengan obstruksi
bronkus.

Tabel 1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan menurut (Sudoyo, 2009)
Jenis Pneumonia Inang dan Lingkungan
Pneumonia komunitas Sporadis atau endemik, muda atau orang tua
Pneumonia nosocomial Didahului perawatan di RS
Pneumonia rekurens Terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit
paru kronik
Pneumonia aspirasi Alkoholik, usi tua

2
Penumonia pada gangguan imun Pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS

Tabel 2 Jenis, penyebab faktor risiko dan tanda gejala pneumonia menurut (Soemantri, 2008)
Jenis Pneumonia Etiologi Faktor Risiko Tanda dan Gejala
Sindroma Tipikal 1. Streptococcus 1. Sickle cell di 1. Onset mendadak
Pneumonia tanpa diseases dingin, mengigil,
2. Hipogamma-
penyulit demam (39-40˚C)
2. Streptococcus globulinemia 2. Nyeri dada
3. Multiple
Penumonia pleuritis
myeloma 3. Batuk produktif,
dengan penyulit
sputum hijau dan
purulent serta
mungkin
mengandung
bercak darah.
Terkadang
hidung
kemerahan
4. Retraksi
intescostal,
penggunaan otot
aksesorius dan
bisa timbul
sianosis
Sintroma atipikal 1. Haemophilus 1. Usia 1. Onset bertahap
2. COPD
influenza dalam 3-5 hari
3. Flu
2. Staphylococcus 2. Malaise, nyeri
4. Anak-anak
aureus 5. Dewasa muda kepala, nyeri
3. Mycoplasma
tenggorokan dan
pneumonia
batuk kering
4. Virus pathogen
3. Nyeri dada
karena batuk
Aspirasi 1. Aspirasi basil 1. Alkoholisme 1. Pada kuman
gram negatif, debilitas anaerob
2. Perawatan (misal
klebsiela, campuran,
infeksi
pseudomonas, mulanya onset
nosokomial)
enterobacter, perlahan
3. Gangguan
3
Escherichia kesadaran 2. Demam rendah,
proteus, basil batuk
3. Produksi
gram positif
2. Stafilococcus sputum/bau
3. Aspirasi asam
busuk
lambung 4. Foto dada terlihat
jaringan interstial
tergantung bagian
yang parunya
tang terkena
5. Infkesi gram
negatif atau
positif
6. Gambaran klinik
mungkin sama
dengan
pneumonia klasik
7. Distress respirasi
mendadak,
dispnea berat,
sianosis, batuk
hipoksemia dan
diikuti tanda
infkesi sekunder
Hematogen Terjadi bila kuman 1. Kateter IV yang 1. Gejala pulmonal
pathogen menyebarterinfeksi timbul minimal
2. Endocarditis
ke paru melalui aliran disbanding gejala
3. Drug abuse
darah, seperti pada 4. Abses intra septikemi
2. Batuk non
kuman abdomen
5. Pielonefritis produktif dan
staphylococcus, E.
6. Empyema
nyeri pleuritik
Coli, anaerob enterik
kandung kemih
sama seperti yang
terjadi pada
emboli paru

Patofisiologi dan Pathway

4
1. Patofisiologi

Ada keseimbangan rumit antara organisme yang berada di saluran pernapasan bawah
dan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik (baik bawaan maupun didapat) yang bila
terganggu menimbulkan peradangan parenkim paru, yaitu pneumonia. Mekanisme pertahanan
umum yang dikompromikan dalam patogenesis pneumonia meliputi:

a. Mekanisme pertahanan sistemik seperti imunitas yang diperantarai humoral dan


komplemen yang dikompromikan pada penyakit seperti variabel imunodefisiensi umum
(CVID), agammaglobulinemia terkait-X (diturunkan), dan asplenia fungsional
(didapat). Imunitas yang diperantarai sel yang terganggu mempengaruhi seseorang untuk
terinfeksi oleh organisme intraseluler seperti virus dan organisme dengan virulensi rendah
seperti Pneumocystis pneumonia (PJP), penyebab jamur (Jain & Bhardwaj, 2019).

b. Pembersihan mukosiliar yang sering terganggu pada perokok, keadaan pasca-virus,


sindrom Kartergerner, dan kondisi terkait lainnya (Jain & Bhardwaj, 2019).

c. Gangguan refleks batuk terlihat pada pasien koma, zat penyalahgunaan tertentu (Jain
& Bhardwaj, 2019).

d. Akumulasi sekresi seperti yang terlihat pada cystic fibrosis atau obstruksi bronkial
(Jain & Bhardwaj, 2019).

Kumpulan makrofag ini berfungsi untuk melindungi paru-paru dari patogen


asing. Ironisnya, reaksi inflamasi yang dipicu oleh makrofag yang bertanggung jawab atas
temuan histopatologis dan klinis yang terlihat pada pneumonia. Makrofag menelan patogen
ini dan memicu molekul sinyal atau sitokin seperti TNF-a, IL-8, dan IL-1 yang merekrut sel-
sel inflamasi seperti neutrofil ke lokasi infeksi. Mereka juga berfungsi untuk menyajikan
antigen ini ke sel T yang memicu mekanisme pertahanan seluler dan humoral, mengaktifkan
komplemen dan membentuk antibodi terhadap organisme ini. Hal ini, pada gilirannya,
menyebabkan peradangan parenkim paru-paru dan membuat lapisan kapiler "bocor," yang
mengarah pada kongesti eksudatif dan menggarisbawahi patogenesis pneumonia (Jain &
Bhardwaj, 2019).

5
2. Pathway
Gambar 1 Pathway Pneumonia

Streptococcus Pneumonia

Inhalasi

Alveoli

Menstimulasi Reaksi Makrofak

Mengundang sel-sel radang ke arah infeksi

Meluas

Menstimulasi ↑produksi sputum pada


Pneumonia
Bronkiolus

HIpotalamus Pirogen endogenous Obstruksi jalan napas

PG Set Poin ↑ Demam Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Hipertermi

Iritasi pleura saat Peradangan meluas ke ↑produksi cairan edema kaya protein dalam alveoli
bernapas pleura visceralis

Barter pertukaran gas


Nyeri

Perubahan asam-basa pada


Merangsang korteks cerebri darah

↓nafsu makan
Sesak

Asupan nutrisi tidak


Gangguan pertukaran gas
adekuat

Ketidakseimbangan Nutrisi :
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh

6
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit penumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadanga dapat berwarna kuning hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).

a. Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pnemonia antara lain:


1) Batuk produktif
2) Ingus (nasal discharge)
3) Suara napas lemah
4) Penggunaan otot bantu napas
5) Demam
6) Syanosis (kebiru-biruan)
7) thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
8) sakit kepala
9) ketakutan dan nyeri otot
10) sesak napas
11) mengigil
12) berkeringat lelah
13) terkadang kulit menjadi lembab

Pemeriksaan Penunjang
1. Adanya kultur dahak yang dikatakan positif terdapat bakteri streptococcus pneumoniae
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
2. Foto rontgen untuk memastikan keberadaan pneuminia serta tingkat keparahannya dan
kondisinya yang menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
3. Radiologi : foto toraks dan CT-Scan membantu mendiagnosis dan mendeteksi komplikasi
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
4. Mikrobiologi : tidak ada mikroorganisme yang diisolasi pada 33-50% pasien karena
pemberian terapi antibiotik sebelumnya atau pengumpulan specimen yang tidak adekuat
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
5. Konsolidasi Paru : merupakan suatu temuan pada gambaran rontgen dada (thorax) berupa
gambaran bercak berawan pada lapang paru (Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017)

Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm : merupakan ciran infus yang biasa digunakan pada pasien
dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air untuk dehidrasi (Ryusuke, 2017).

7
b. O2 facemask 8-10 liter per menit : memberikan oksigen jika pasien mengalami sesak
(Ryusuke, 2017).
c. Cefoperazone 1 g tiap 12 jam Intra Vena : digunakan untuk mengobati berbagai macam
bakteri dan obat ini termasuk golongan obat antibiotik (Ryusuke, 2017).
d. Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam Intra Vena : merupakan obat golongan quinolone yang
dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, seperti pneumonia (Ryusuke, 2017).
e. N-Acetilcystein 200 mg tiap 8 jam Intra Oral : merupakan obat golongan mukolitik
yang berfungsi untuk mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernapasan
(Ryusuke, 2017).
f. Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam Intra Vena: berfungsi untuk mengobati
berbagai kondisi yang terkait denan peradangan (Ryusuke, 2017).
g. Nebul Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) tiap 8 jam : obat
ipratropium bromide digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mencegah dan
mengontrol gejala sesak napas sedangkan albuterol sulphate merupakan obat yang dapat
melebarkan saluran udara pada paru-paru (Ryusuke, 2017).
2. Non Farmakologi
a. Nebulizer :Terapi oksigen yang melembabkan dilakukan untuk menangani hipoksia
(Ryusuke, 2017).
b. Teknik napas dalam : meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko ateleksasis
(Ryusuke, 2017).
c. Posisikan pasien
Pasien biasanya diposisikan dalam keadaan semi fowler dengan sudut 45 derajat.
Kematian juga sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis dan
penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa dengan baik, pemberian oksigen yang adekuat untuk
menurunkan perbedaan oksigen di alveoli-arteri dan mencegah hipoksia seluler
(Muttaqin, 2008).

Komplikasi
a. Pneumonia ekstrapulmoner : apabila kuman penyebab pneumonia menginfeksi organ di
luar paru-paru, seperti ginjal, jantung, dan otak (Newsletter, 2016).
b. Efusi Pleura : kondisi dimana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru
(Newsletter, 2016).
c. Sepsis : keadaan yang muncul akibat masuknya bakteri ke aliran darah sehingga tubuh
bereaksi hebat terhadap infeksi tersebut (Newsletter, 2016).

8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
a. Biodata
1) Umur
Pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada orang dewasa, sedangkan
pneumonia loburaris (bronkopneumonia) primer lebih sering terjadi pada anak anak.
Ketika seorang dewaa mempunyai penyakit bronkopneumonia,kemungkinan besar ada
penyakit yang mendahuluinya ( Somantri, 2012).Pneumonia Sering kali menjadi infeksi
terakhir (sekunder) pada orang tua ( lanjut usia) dan orang yang lemah akibat penyakt
tertentu ( Somantri, 2012)

2) Jenis kelamin

9
Penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada laki laki
disbanding perempuan (Muttaqin, 2008)

3) Lingkungan / tempat tinggal


Klien dengan pneumonia sering dijumpai bila bertempat tinggal di lingkungan yang
memiliki polusi udara yang buruk (Muttaqin, 2008).

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alsan klien dengan pneumonia untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk dan peningkatan suhu tubuh/demam
(Muttaqin, 2008).

2) Riwayat penyakit Saat Ini


Pengkajian dilakukan untuk mendukung keluhan utama.lakukan pertanyaan yang
ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak”, atau hanya
dengan anggukan dan gelengan kepala.apabila keluhan utama hanya batuk ,maka perawat
harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset) pada klien
pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran (Muttaqin, 2008).

Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif , tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulent kekuning –kuningan,kehijau-hijauan ,
kecoklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk.klien biasanya mengeluh
mengalami demem tinggi dan mengigil (onset mungkin tiba tiba dan berbahaya) Adanya
Keluhan nyeri dada pleuritic , sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, lemas, dan
nyeri kepala (Muttaqin, 2008).

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya,apakah klien permah mengalami infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok,kongesti nasal,bersin,
dan dengan ringan (Muttaqin, 2008).

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Pengkajian riwayat penyakit keluarga sistem pernafasan merupakan hal yang
mendukung kekuhan klien,perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan

10
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas,batuk dalam jangka waktu yang
lama,dan batuk darah dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2008).

c. Pengkajian Psiko-sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,kognitif,dan perilaku
klien.perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat dini.data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian
Psiko-sosio-Spiritual yang seksama.Pada kondisi klinis,klien dengan pneumonia sering
mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.hal lain yang
perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman dimana klien bertempat tinggal,klien dengan
pneumonia sering dijumpai bila bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk
(Muttaqin, 2008).

d. Pola Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Persepsi tentang kesehatan ,menguraikan pola yang dirasakan klien tentang
kesehatan,kesejahteraan dan bagaimana kesehatan dikelola (Muttaqin, 2008).

2) Pola Metabolisme atau nutrisi


Klien dengan pneumonia akan mengalami mual/muntah dan penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan juga bisa terjadi (Muttaqin, 2008).

3) Pola Eliminasi
Dapat ditemukan adanya oliguria (Muttaqin, 2008).

4) Pola Aktifitas dan latihan


Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum menyebabkan ketergantungan klien
terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Muttaqin, 2008).

5) Pola Persepsi-Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan
akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien (Muttaqin, 2008). Karena
mengalami penurunan asupan okssigen pada otak klien mengalami penuruna kognitif.

6) Pola istirahat-tidur

Pola tidur, istirahat dan relaksasi. Klien susah tertidur karena mengalami sesak napas.

11
7) Pola konsep diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan
menjadi stressor dalam kehidupan klien (Muttaqin, 2008).

8) Pola hubungan dan peran

Gangguan pada pernapasan sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupan secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien, bik di
lingkungan rumah tangga, masyarakat, atau lingkungan kerja serta perubahan peran yang
terjadi setelah klien mengalami gangguan pernapasan (Muttaqin, 2008).

9) Pola reproduksi-seksualitas

Pola klien terhadap kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas dan pola
reproduksi.

10) Pola toleransi, stress dan koping

Perlu dikaji penyebab terjadinya stress, frekuensi dan pengaruh stress terhadap
kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stressor (Muttaqin, 2008).

11) Pola kepercayaan dan nilai-nilai

Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat


meningkatkan kekuatan klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan mendekatkan diri
kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif (Muttaqin,
2008).

12) Kepala, Leher

Pada kepala meliputi :

a) Rambut : warna, distribusi, kebersihan, kuku, ketombe

b) Muka : raut muka, warna, kebersihan, jerawat, luka

c) Mata : kelopak mata, konjungtiva, pupil, sclera, bola mata dan ketajaman
penglihatan

d) Hidung : kebesihan, sekresi, dan penafasan cuping hidung

e) Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah dan tosil

12
f) Gigi : jumlah, karies, gusi, kebersihan

h) Telinga : kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan pendengaran

i) Pada leher meliputi : pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea, distensi vena
jugolaris, kaku kuduk

e. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Pada klien pneumonia dapat ditemukan tanda tanda letargi, kelemahan, kelelahan,
penampilan kekaksia dan penampilan kemerahan atau pucat. Hasil pemeriksaan tanda tanda
vital pada klien dengan peneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh 38,5-39,6 C
(doenges ,2000) lebih dari 40 C (Muttaqin 2008). Frekuensi nafas meningkat dari frekuensi
normal, denyut nadi biasanya miningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernafasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah. Konjungtiva bisa
anemis dan jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung (Muttaqin,2008)

2) B1(breathing)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan


focus,berurutan,pemeriksaan ini terdiri ata inspeksi,pLPai,perkusi dan auskultasi.

a) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan simetris. Pada klien pneumonia sering
ditemukan peningkatan fekuensi nafas cepat dan dan dangkal,serta adanya retraksi
sternum dan intercostals space (ICS). Nafas cuping hidung padasesak berat dialami
terutama pada anak-anak. Bentuk dan sputum,saat dilakukan pengkajian batuk pada
klien dengan pneumonia,biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang purulent. Dapat juga ditemukan
sputum berwarna merah muda atau berkarat. (muttakin, 2008)

b) Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior, pada palpasi klien dengan pneumonia,


gerakan dada saat saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (fremitus vokal); taktil fremitus dengan pneumonia biasanya

13
normal. Taktil dan vocal fremitus terhadap meningkat dengan konsolidasi (Muttaqin,
2008)

c) Perkusi

Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi


resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan
pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi satu sarang (konfluens).
Pekak pada area yang konsolidasi

d) Auskultasi

Pada klien pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan
rhonki basah pada sisi yang sakit

3) B2 (blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang di dapat meliputi :

a) Inspeksi

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Penampilan kemerahan atau


pucat dan sianosis/ pucat pada bibir / kuku

b) Palpasi

Denyut nadi periver melemah. Dapat juga ditemukan takikardi, bounding, atau
brakikardi relative. Kulit kering dan turgor buruk

c) Perkusi

Batas jantung tidak mngalami pergeseran

d) Auskultasi

Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan

4) B3 (brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,didapatkan


sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif,wajah
klien tampak meringis,menangis,mrintih,meregang dan menggeliat (muttaqin,2008)

5) B4(bladder)

14
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.Oleh karena
itu,perawat perlu memonitoring adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syock ( muttaqin,2008)

6) B5(bowel)

Klien biasanya mengalami mual,muntah,penurunan nafsu makan, danpenurunan berat


badan. Dapat ditemukan distensi abdomen dan hiperaktif bunyi usus (muttaqin,2008)

7) B6(BONE)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum menyebabkan ketergantungan klien


terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari (muttaqin,2008)

Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Nyeri
d. Hipertermi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
(Herdman, 2018)

Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan 1 (Ketidakefektifan bersihan jalan napas)
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas (Herdman, 2018).

b. Batasan Karakteristik
1) Tidak ada batuk
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan pola napas
4) Perubahan frekuensi napas
5) Sianosis
6) Kesulitan verbalisasi
7) Penurunan bunyi panas
8) Dispnea
9) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
10) Batuk yang tidak efektif
11) Ortopnea
12) Gelisah
13) Mata terbuka lebar
(Herdman, 2018)
c. Faktor Yang Berhubungan
15
1) Berlebihan
2) Terpajan asap
3) Benda asing dalam jalan napas
4) Sekresi yang tertahan
5) Perokok pasif
6) Perokok
(Herdman, 2018)
d. Rencana tindakan
Tabel 3 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC NIC
1) Tujuan Manajemen jalan napas
Status pernapasan : pertukaran i. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
gas dengan skala....(1-5) setelah ventilasi
ii. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien
diberikan perawatan selama ....
untuk memasukkan alat membuka jalan napas
hari dengan kriteria hasil
iii. Lakukan fisioterapi dada, sebagai mestinya
2) Kriteria hasil
iv. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
a) Frekuensi pernapasan skala 5
b) Irama pernapasan skala 5 melakukan batuk atau menyedot lendir
c) Kedalaman inspirasi skala 5 v. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
d) Kemampuan untuk
batuk tidak efektif
mengeluarkan sekret skala 5 vi. Kelola udara atu oksigen yang dilembabkan,
e) Terdapat suara tambahan
sebagai mestinya
f) Dispnea pada saat aktifitas
vii. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan
ringan
keseimbangan cairan
(Moorhead, 2013)
viii. Posisikan untuk meringankan sesak napas
ix. Monitor status pernapasan dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya
(Bulechek, 2013)

2. Masalah Keperawatan 1 (Gangguan pertukaran gas)


a. Definisi
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran
alveolar-kapiler (Herdman, 2018).
b. Batasan karakteristik
1) Gas darah arteri abnormal
2) pH arteri abnormal
3) Warna kulit abnormal
4) Konfusi
5) Penurunan karbon dioksida
6) Diaforesis
7) Dispnea
8) Sakit kepala saat bangun
9) Hiperkapnia
10) Hipoksemia
16
11) Hipoksia
12) Iritabilitas
13) Napas cuping hidung
14) Gelisah
15) Somnolen
16) Takikardia
17) Gangguan penglihatan
(Herdman, 2018)
c. Faktor yang berhubungan
1) Akan dikembangkan
(Herdman, 2018)
d. Rencana tindakan
Tabel 4 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Pola Napas
NOC NIC
3) Tujuan Monitor pernapasan
Status pernapasan : 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
Ketidakefektifan pola napas kesulitan bernapas
2) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok
dengan skala .... (1-5) setelah
atau mengi
diberikan perawatan selama ....
3) Monitor pola napas (misalnya bradipneu,
hari dengan kriteria hasil
takipneu, hiperventilasi, pernapasan kusmaul)
4) Kriteria hasil
4) Kaji perlunya penyedotan pada jalan napas
a) Frekuensi pernapasan skala 5
b) Irama pernapsan skala 5 dengan auskultasi suara napas ronki di paru
c) Kedalaman inspirasi skala 5 5) Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan
d) Suara auskultasi napas skala 5
dan kekurangan udara pada pasien
e) Kepatenan jalan napas
6) Monitor sekresi pernapasan pasien
f) Kapasitas vital skala 5
7) Posisikan pasien miring ke samping, sesuai
g) Dispnea dengan aktifitas
indikasi untuk mencegah aspirasi
ringan
8) Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
h) Gangguan ekspirasi
9) Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan
(Moorhead, 2013)
(misalnya nebulizer)
(Bulechek, 2013)

17
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, B.D.W., 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam ed.
Yogyakarta: Moco Media.
Dahlan, J., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V ed. Universitas Indonesia: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Hariadi, D., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Penyakit Paru FK
Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Herdman, H., 2018. NANDA-I diagnosis keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
11th ed. Jakarta: EGC.
Jain, V. & Bhardwaj, A., 2019. Pneumonia Pathology. Amerika Serikat: University of
Pennsylvania.
Kusuma, N.&., 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. 3rd ed. Jogjakarta: Mediaction.
Mackenzie, G., 2016. Definisi dan Klasifikasi Pneumonia. Amerika: BMC.
Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, J.M.S., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Kelima ed.
Yogyakarta: Moco Media.
Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.
Newsletter, L., 2016. Pneumonia. Welfare solutions.
PDIP, 2003. Pneumonia Kominiti-Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Ryusuke, K.D.&.O., 2017. 2017. Pneumonia, 40, pp.33-34.
Sattar SBA, S.S., 2019. Pneumonia Bakteri. Treasure Island: StatPearls.
Soemantri2, I., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V ed. Jakarta: Interna Publising.
Whittlesca, W.&., 2012. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Edisi kelima ed. London:
Churchill Livingstone Elsevier.
Wilson, L., 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penyakit Pernapasan
Restriktif dalam Price SA, Vol.2, pp.796-815.

18

Anda mungkin juga menyukai