Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Prodi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang
Oleh:
FASILITATOR
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................v
KONSEP PENYAKIT.................................................................................................................1
Definisi....................................................................................................................................1
Etiologi....................................................................................................................................1
Klasifikasi................................................................................................................................2
Patofisiologi dan Pathway.......................................................................................................5
Manifestasi Klinis...................................................................................................................8
Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................8
Penatalaksanaan......................................................................................................................9
Komplikasi............................................................................................................................10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................11
Pengkajian.............................................................................................................................11
Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)...................................................16
Intervensi Keperawatan.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 1 Pathway Pneumonia..................................................................................................7
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan menurut (Sudoyo, 2009). .3
iv
Tabel 2 Jenis, penyebab faktor risiko dan tanda gejala pneumonia menurut (Soemantri, 2008)
.....................................................................................................................................................3
Tabel 3 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.........................................17
Tabel 4 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Pola Napas.........................................................19
v
KONSEP PENYAKIT
Definisi
Pneumonia telah didefinisikan sebagai infeksi paru-paru. Daripada memandangnya
sebagai penyakit tunggal, profesional perawatan kesehatan harus ingat bahwa pneumonia
adalah istilah umum untuk sekelompok sindrom yang disebabkan oleh berbagai organisme
yang menghasilkan berbagai manifestasi dan gejala sisa (Mackenzie, 2016).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus , bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Kusuma, 2015).
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Pneumonia komunitas yang diderita oleh masyarakat luar neeri benyak
disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif.
Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
komunitas adalah bakteri gram negatif (PDIP, 2003 dalam Ryusuke, 2017).
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:
b. Yang terdapat di rumah sakit: basil usus gram negatif (E. Coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral (Wilson, 2012).
Klasifikasi
1
Menurut (Hariadi, 2010) membuuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan
epidemiologi, kuman dan predileksi infeksi.
Tabel 1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan menurut (Sudoyo, 2009)
Jenis Pneumonia Inang dan Lingkungan
Pneumonia komunitas Sporadis atau endemik, muda atau orang tua
Pneumonia nosocomial Didahului perawatan di RS
Pneumonia rekurens Terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit
paru kronik
Pneumonia aspirasi Alkoholik, usi tua
2
Penumonia pada gangguan imun Pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
Tabel 2 Jenis, penyebab faktor risiko dan tanda gejala pneumonia menurut (Soemantri, 2008)
Jenis Pneumonia Etiologi Faktor Risiko Tanda dan Gejala
Sindroma Tipikal 1. Streptococcus 1. Sickle cell di 1. Onset mendadak
Pneumonia tanpa diseases dingin, mengigil,
2. Hipogamma-
penyulit demam (39-40˚C)
2. Streptococcus globulinemia 2. Nyeri dada
3. Multiple
Penumonia pleuritis
myeloma 3. Batuk produktif,
dengan penyulit
sputum hijau dan
purulent serta
mungkin
mengandung
bercak darah.
Terkadang
hidung
kemerahan
4. Retraksi
intescostal,
penggunaan otot
aksesorius dan
bisa timbul
sianosis
Sintroma atipikal 1. Haemophilus 1. Usia 1. Onset bertahap
2. COPD
influenza dalam 3-5 hari
3. Flu
2. Staphylococcus 2. Malaise, nyeri
4. Anak-anak
aureus 5. Dewasa muda kepala, nyeri
3. Mycoplasma
tenggorokan dan
pneumonia
batuk kering
4. Virus pathogen
3. Nyeri dada
karena batuk
Aspirasi 1. Aspirasi basil 1. Alkoholisme 1. Pada kuman
gram negatif, debilitas anaerob
2. Perawatan (misal
klebsiela, campuran,
infeksi
pseudomonas, mulanya onset
nosokomial)
enterobacter, perlahan
3. Gangguan
3
Escherichia kesadaran 2. Demam rendah,
proteus, basil batuk
3. Produksi
gram positif
2. Stafilococcus sputum/bau
3. Aspirasi asam
busuk
lambung 4. Foto dada terlihat
jaringan interstial
tergantung bagian
yang parunya
tang terkena
5. Infkesi gram
negatif atau
positif
6. Gambaran klinik
mungkin sama
dengan
pneumonia klasik
7. Distress respirasi
mendadak,
dispnea berat,
sianosis, batuk
hipoksemia dan
diikuti tanda
infkesi sekunder
Hematogen Terjadi bila kuman 1. Kateter IV yang 1. Gejala pulmonal
pathogen menyebarterinfeksi timbul minimal
2. Endocarditis
ke paru melalui aliran disbanding gejala
3. Drug abuse
darah, seperti pada 4. Abses intra septikemi
2. Batuk non
kuman abdomen
5. Pielonefritis produktif dan
staphylococcus, E.
6. Empyema
nyeri pleuritik
Coli, anaerob enterik
kandung kemih
sama seperti yang
terjadi pada
emboli paru
4
1. Patofisiologi
Ada keseimbangan rumit antara organisme yang berada di saluran pernapasan bawah
dan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik (baik bawaan maupun didapat) yang bila
terganggu menimbulkan peradangan parenkim paru, yaitu pneumonia. Mekanisme pertahanan
umum yang dikompromikan dalam patogenesis pneumonia meliputi:
c. Gangguan refleks batuk terlihat pada pasien koma, zat penyalahgunaan tertentu (Jain
& Bhardwaj, 2019).
d. Akumulasi sekresi seperti yang terlihat pada cystic fibrosis atau obstruksi bronkial
(Jain & Bhardwaj, 2019).
5
2. Pathway
Gambar 1 Pathway Pneumonia
Streptococcus Pneumonia
Inhalasi
Alveoli
Meluas
Hipertermi
Iritasi pleura saat Peradangan meluas ke ↑produksi cairan edema kaya protein dalam alveoli
bernapas pleura visceralis
↓nafsu makan
Sesak
Ketidakseimbangan Nutrisi :
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh
6
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit penumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadanga dapat berwarna kuning hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
Pemeriksaan Penunjang
1. Adanya kultur dahak yang dikatakan positif terdapat bakteri streptococcus pneumoniae
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
2. Foto rontgen untuk memastikan keberadaan pneuminia serta tingkat keparahannya dan
kondisinya yang menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
3. Radiologi : foto toraks dan CT-Scan membantu mendiagnosis dan mendeteksi komplikasi
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
4. Mikrobiologi : tidak ada mikroorganisme yang diisolasi pada 33-50% pasien karena
pemberian terapi antibiotik sebelumnya atau pengumpulan specimen yang tidak adekuat
(Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017).
5. Konsolidasi Paru : merupakan suatu temuan pada gambaran rontgen dada (thorax) berupa
gambaran bercak berawan pada lapang paru (Dahlan, 2009 dalam Ryusuke, 2017)
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm : merupakan ciran infus yang biasa digunakan pada pasien
dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air untuk dehidrasi (Ryusuke, 2017).
7
b. O2 facemask 8-10 liter per menit : memberikan oksigen jika pasien mengalami sesak
(Ryusuke, 2017).
c. Cefoperazone 1 g tiap 12 jam Intra Vena : digunakan untuk mengobati berbagai macam
bakteri dan obat ini termasuk golongan obat antibiotik (Ryusuke, 2017).
d. Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam Intra Vena : merupakan obat golongan quinolone yang
dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, seperti pneumonia (Ryusuke, 2017).
e. N-Acetilcystein 200 mg tiap 8 jam Intra Oral : merupakan obat golongan mukolitik
yang berfungsi untuk mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernapasan
(Ryusuke, 2017).
f. Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam Intra Vena: berfungsi untuk mengobati
berbagai kondisi yang terkait denan peradangan (Ryusuke, 2017).
g. Nebul Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) tiap 8 jam : obat
ipratropium bromide digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mencegah dan
mengontrol gejala sesak napas sedangkan albuterol sulphate merupakan obat yang dapat
melebarkan saluran udara pada paru-paru (Ryusuke, 2017).
2. Non Farmakologi
a. Nebulizer :Terapi oksigen yang melembabkan dilakukan untuk menangani hipoksia
(Ryusuke, 2017).
b. Teknik napas dalam : meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko ateleksasis
(Ryusuke, 2017).
c. Posisikan pasien
Pasien biasanya diposisikan dalam keadaan semi fowler dengan sudut 45 derajat.
Kematian juga sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis dan
penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa dengan baik, pemberian oksigen yang adekuat untuk
menurunkan perbedaan oksigen di alveoli-arteri dan mencegah hipoksia seluler
(Muttaqin, 2008).
Komplikasi
a. Pneumonia ekstrapulmoner : apabila kuman penyebab pneumonia menginfeksi organ di
luar paru-paru, seperti ginjal, jantung, dan otak (Newsletter, 2016).
b. Efusi Pleura : kondisi dimana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru
(Newsletter, 2016).
c. Sepsis : keadaan yang muncul akibat masuknya bakteri ke aliran darah sehingga tubuh
bereaksi hebat terhadap infeksi tersebut (Newsletter, 2016).
8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Biodata
1) Umur
Pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada orang dewasa, sedangkan
pneumonia loburaris (bronkopneumonia) primer lebih sering terjadi pada anak anak.
Ketika seorang dewaa mempunyai penyakit bronkopneumonia,kemungkinan besar ada
penyakit yang mendahuluinya ( Somantri, 2012).Pneumonia Sering kali menjadi infeksi
terakhir (sekunder) pada orang tua ( lanjut usia) dan orang yang lemah akibat penyakt
tertentu ( Somantri, 2012)
2) Jenis kelamin
9
Penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada laki laki
disbanding perempuan (Muttaqin, 2008)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alsan klien dengan pneumonia untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk dan peningkatan suhu tubuh/demam
(Muttaqin, 2008).
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif , tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulent kekuning –kuningan,kehijau-hijauan ,
kecoklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk.klien biasanya mengeluh
mengalami demem tinggi dan mengigil (onset mungkin tiba tiba dan berbahaya) Adanya
Keluhan nyeri dada pleuritic , sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, lemas, dan
nyeri kepala (Muttaqin, 2008).
10
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas,batuk dalam jangka waktu yang
lama,dan batuk darah dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2008).
c. Pengkajian Psiko-sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,kognitif,dan perilaku
klien.perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat dini.data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian
Psiko-sosio-Spiritual yang seksama.Pada kondisi klinis,klien dengan pneumonia sering
mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.hal lain yang
perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman dimana klien bertempat tinggal,klien dengan
pneumonia sering dijumpai bila bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk
(Muttaqin, 2008).
3) Pola Eliminasi
Dapat ditemukan adanya oliguria (Muttaqin, 2008).
5) Pola Persepsi-Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan
akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien (Muttaqin, 2008). Karena
mengalami penurunan asupan okssigen pada otak klien mengalami penuruna kognitif.
6) Pola istirahat-tidur
Pola tidur, istirahat dan relaksasi. Klien susah tertidur karena mengalami sesak napas.
11
7) Pola konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan
menjadi stressor dalam kehidupan klien (Muttaqin, 2008).
Gangguan pada pernapasan sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupan secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien, bik di
lingkungan rumah tangga, masyarakat, atau lingkungan kerja serta perubahan peran yang
terjadi setelah klien mengalami gangguan pernapasan (Muttaqin, 2008).
9) Pola reproduksi-seksualitas
Pola klien terhadap kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas dan pola
reproduksi.
Perlu dikaji penyebab terjadinya stress, frekuensi dan pengaruh stress terhadap
kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stressor (Muttaqin, 2008).
c) Mata : kelopak mata, konjungtiva, pupil, sclera, bola mata dan ketajaman
penglihatan
12
f) Gigi : jumlah, karies, gusi, kebersihan
i) Pada leher meliputi : pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea, distensi vena
jugolaris, kaku kuduk
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada klien pneumonia dapat ditemukan tanda tanda letargi, kelemahan, kelelahan,
penampilan kekaksia dan penampilan kemerahan atau pucat. Hasil pemeriksaan tanda tanda
vital pada klien dengan peneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh 38,5-39,6 C
(doenges ,2000) lebih dari 40 C (Muttaqin 2008). Frekuensi nafas meningkat dari frekuensi
normal, denyut nadi biasanya miningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernafasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah. Konjungtiva bisa
anemis dan jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung (Muttaqin,2008)
2) B1(breathing)
a) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan simetris. Pada klien pneumonia sering
ditemukan peningkatan fekuensi nafas cepat dan dan dangkal,serta adanya retraksi
sternum dan intercostals space (ICS). Nafas cuping hidung padasesak berat dialami
terutama pada anak-anak. Bentuk dan sputum,saat dilakukan pengkajian batuk pada
klien dengan pneumonia,biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang purulent. Dapat juga ditemukan
sputum berwarna merah muda atau berkarat. (muttakin, 2008)
b) Palpasi
13
normal. Taktil dan vocal fremitus terhadap meningkat dengan konsolidasi (Muttaqin,
2008)
c) Perkusi
d) Auskultasi
Pada klien pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan
rhonki basah pada sisi yang sakit
3) B2 (blood)
a) Inspeksi
b) Palpasi
Denyut nadi periver melemah. Dapat juga ditemukan takikardi, bounding, atau
brakikardi relative. Kulit kering dan turgor buruk
c) Perkusi
d) Auskultasi
Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan
4) B3 (brain)
5) B4(bladder)
14
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.Oleh karena
itu,perawat perlu memonitoring adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syock ( muttaqin,2008)
6) B5(bowel)
7) B6(BONE)
Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan 1 (Ketidakefektifan bersihan jalan napas)
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas (Herdman, 2018).
b. Batasan Karakteristik
1) Tidak ada batuk
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan pola napas
4) Perubahan frekuensi napas
5) Sianosis
6) Kesulitan verbalisasi
7) Penurunan bunyi panas
8) Dispnea
9) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
10) Batuk yang tidak efektif
11) Ortopnea
12) Gelisah
13) Mata terbuka lebar
(Herdman, 2018)
c. Faktor Yang Berhubungan
15
1) Berlebihan
2) Terpajan asap
3) Benda asing dalam jalan napas
4) Sekresi yang tertahan
5) Perokok pasif
6) Perokok
(Herdman, 2018)
d. Rencana tindakan
Tabel 3 Rencana Tindakan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC NIC
1) Tujuan Manajemen jalan napas
Status pernapasan : pertukaran i. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
gas dengan skala....(1-5) setelah ventilasi
ii. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien
diberikan perawatan selama ....
untuk memasukkan alat membuka jalan napas
hari dengan kriteria hasil
iii. Lakukan fisioterapi dada, sebagai mestinya
2) Kriteria hasil
iv. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
a) Frekuensi pernapasan skala 5
b) Irama pernapasan skala 5 melakukan batuk atau menyedot lendir
c) Kedalaman inspirasi skala 5 v. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
d) Kemampuan untuk
batuk tidak efektif
mengeluarkan sekret skala 5 vi. Kelola udara atu oksigen yang dilembabkan,
e) Terdapat suara tambahan
sebagai mestinya
f) Dispnea pada saat aktifitas
vii. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan
ringan
keseimbangan cairan
(Moorhead, 2013)
viii. Posisikan untuk meringankan sesak napas
ix. Monitor status pernapasan dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya
(Bulechek, 2013)
17
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, B.D.W., 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam ed.
Yogyakarta: Moco Media.
Dahlan, J., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V ed. Universitas Indonesia: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Hariadi, D., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Penyakit Paru FK
Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Herdman, H., 2018. NANDA-I diagnosis keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
11th ed. Jakarta: EGC.
Jain, V. & Bhardwaj, A., 2019. Pneumonia Pathology. Amerika Serikat: University of
Pennsylvania.
Kusuma, N.&., 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. 3rd ed. Jogjakarta: Mediaction.
Mackenzie, G., 2016. Definisi dan Klasifikasi Pneumonia. Amerika: BMC.
Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, J.M.S., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Kelima ed.
Yogyakarta: Moco Media.
Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.
Newsletter, L., 2016. Pneumonia. Welfare solutions.
PDIP, 2003. Pneumonia Kominiti-Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Ryusuke, K.D.&.O., 2017. 2017. Pneumonia, 40, pp.33-34.
Sattar SBA, S.S., 2019. Pneumonia Bakteri. Treasure Island: StatPearls.
Soemantri2, I., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V ed. Jakarta: Interna Publising.
Whittlesca, W.&., 2012. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Edisi kelima ed. London:
Churchill Livingstone Elsevier.
Wilson, L., 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penyakit Pernapasan
Restriktif dalam Price SA, Vol.2, pp.796-815.
18