Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
KOREKSI I KOREKSI II
(………………………..……...………
(…………………………………………… ………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
……………)
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang mempengaruhi paru-paru.
WHO mendefinisikan pneumonia sebagai episode penyakit akut dengan batuk atau sulit
bernapas dikombinasikan dengan pernapasan cepat (Ari Seyawati, 2018). Pneumonia
memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori
berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan (Ari
Seyawati, 2018).
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
Pola klinis yang khas pada pasien pneumonia umumnya tidak selalu jelas, diantaranya seperti
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
:
a. Demam
b. Menggigil
c. Takipnea
d. Batuk, malaise
e. Nyeri dada akibat pleuritis, retraksi dan iritabilitas akibat sesak respiratori
f. Muntah, diare
g. Nyeri abdomen, anoreksia.
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stridor, dan gejala
demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial. Pneumonia baterial secara
tipikal berasosiasi dengan demam tinggi, menggigil, batuk, dispneu, dan pada
auskultasi ditemukan adanya tanda konsolidasi paru.
Gejala khas lainnya seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada pemeriksaan
auskultasi, distres pernapasan termasuk napas cuping hidung, retraksi intercosta dan
subkosta dan merintih (grunting), dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis. Semua jenis pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir
dan penurunan suara respiratori.
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring, kebocoran
melalui mulut saluran endotraleal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami kolonisasi
dipipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik,
penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invasif pada saluran nafas, faktor risiko kritis
adalah ventilasi mekanik >48 jam lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya
pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebaban
infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saliran nafas bagian bawah setelah
dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel, cilia, dan
mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag,
limfosit dan sitokinin).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru sehingga cairan plasma dan sel
darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi dan saturasi
oksigen menurun. Paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan, dimana sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi adanya dahak dan fungsi paru
menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, sianosis, asidosis respiratorik dan
kematian.
c. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi
dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin mengandung bakteri
anaerobik atau penyebab lain dari pneumonia.
a. Pneumonia bakterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa kuman mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholik dan Staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
c. Pneumonia virus.
d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder, terutama
pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah (Immunocompromised).
a. Pneumonia lobaris adalah pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen dan
kemungkinan disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus, misalnya pada aspirasi benda
asing atau adanya proses keganasan. Jenis pneumonia ini jarang terjadi pada bayi dan
orang tua dan sering pada pneumonia bakterial.
c. Pneumonia interstisial
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumonia viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit
normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/ ) dengan neutrofil yang predominan.
Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa
gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah
bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan.
b. Saturasi oksigen
Untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
c. AGD
Untuk mengetahui nilai dari PO2 dan PCO2, guna menyimpulkan pasien mengalami
asidosis atau alkalosis.
d. Tes urine
Untuk mengidentifikasi bakteri streptococcus pneumonia dan legionella pneumophila
e. Pemeriksaan dahak
Untuk mengetahui penyebab infeksi dari pneumonia
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen
Kesimpulan: Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
b. CT-scan
Kesimpulan : paru-paru yang lebih detail ini dapat dilakukan jika gejala pneumonia tidak
kunjung sembuh, untuk melihat kemungkinan penyebab lainnya.
d. Bronkoskopi
Kesimpulan : dilakukan jika gejala pneumonia sangat parah dan tubuh tidak bereaksi baik
terhadap antibiotik.
8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. Pneumonia ringan
Berikan antibiotik : Kortimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
atau amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV
diberikan selama 5 hari.
b. Pneumonia berat
Berikan ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kg BB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
dipantau dalam 24 jam selama 72 jam. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di
rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/kg BB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
berat (tidak dapat minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau
tidak sadar, sianosis, distres pernafasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25
mg/kg BB/kali IM atau IV setiap 8 jam). Bila tidak membaik dalam 48 jam, maka bila
memungkinkan foto dada. Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotik dengan
gentamisin(7,5 mg/kg BB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kg BB Im atau IV
setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kg BB/hari-3 kali pemberian). Bila keadaan
membaik, lanjutkan kloksasilin atau dikloksasilin secara oral 4 kali sehari sampai secara
keseluruhan mencapai 3.
9. Terapi Farmakologis
a. Terapi oksigen
Berikan oksigen, tindaka suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > kPa
(SaO2 > 92%). Jika tersedia pulse oximetri gunakan sebagai panduan untuk terapi
oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen
yang cukup). Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%.
b. Terapi cairan
Resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan
ventilasi : ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu, atau
ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau nyeri
pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberikan mukolitik atau
ekspektoran untuk mengurangi dahak.
2) Airway : Kaji Look, Listen and Feel Apakah terdapat sumbatan jalan napas (secret
ataupun darah), lidah jatuh ke belakang, didengar suara napasnya gurgling atau
snoring, apakah pasien kesulitan bernapas, batuk-batuk, pasien kesulitan
mengeluarkan suara, terdengar wheezing atau ronkhi.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
3) Breathing : Frekuensi napas, saturasi O2, pengembangan dada kanan dan kiri,
apakah pasien kesulitan saat bernapas, suara napas, irama napas, pernapas cuping
hidung, apakah adanya penggunaan otot bantu pernapasan. Perkusi dada
4) Circulasi : Kaji tanda-tanda syok (Tekanan Darah, Nadi, nadi teraba lemah atau
cepat, akral dingin atau hangat, turgor kulit, CRT), apakah terdapat sianosis,
apakah ada peningkatan JVP.
5) Disability : GCS (E4, V5, M6) , Laterasi motorik, laterasi pupil (isokor/anisokor,
diameter pupil).
6) Exposure : mengkaji apakah terdapat jejas diarea tubuh pasien (dengan membuka
baju pasien dan cegah hipotermi).
7) Folly Kateter : pasang kateter untuk mengetahuin balance cairan dari urin output.
9) Heart Monitoring : pasang EKG untuk monitoring irama jantung jika diperlukan.
10) Evaluasi : kesadaran (GCS), tekanan darah, nadi, respirasi, urin output.
2) Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan secara lengkap (Head to toe) dan pemeriksaan fisik
fokus pada sistem yang bermasalah (pneumonia : sistem pernapasan).
3) Anamnesa : Jika pasien sadar gunakan anamnesa (K-O-M-P-A-K), Jika pasien tidak
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
11. Patoflow
suplai O2 menurun peningkatan suhu tubuh Bersihan Jalan Napas tidak efektif
TD 130/90 mmHg
Nadi 85 x/menit akumulasi sputum
RR 29 x/menit
Suhu 38,30C Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SpO2 89%
Pola napas tidak teratur
auskultasi terdengar ronkhi
(terdapat akumulasi sputum)
DS : Virus, bakteri, jamur, aspirasi Gangguan Pertukaran Gas b.d
Pasien mengatakan sesak napas melalui droplet perubahan membran alveolus-
Pasien mengatakan merasa lelah kapiler d.d dyspnea, pusing,
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
RR 29 x/menit
Suhu 38,30C edema bronkus/alveolus
Saturasi O2 89%
Klien tampak pucat
suplai O2 menurun
Pernapasan abnormal
sesak napas
DO :
Suhu 38,3 C
0 keringat berlebih
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk tidak efektif,
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023
ronkhi, dispnea
b. Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler d.d dyspnea, pusing,
takikardia, pucat
c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d merasa lemah, suhu tubuh meningkat, volume
urine menurun
4. Untuk menjaga
kestabilan jalan napas
3. Setelah dilakukan
asuhan Manajemen Hipovolemia : 1. Untuk mengetahui
Hipovolemi b.d kehilangan
keperawatan selama 3x24 tanda gejala hipovolemi
cairan aktif d.d merasa 1. Identifikasi tanda
jam, maka teratasinya status
lemah, suhu tubuh gejala hipovolemia 2. Untuk memantau cairan
cairan, dengan kriteria hasil :
meningkat, volume urine (tekanan darah, yang masuk dan cairan
menurun 1. Frekuensi nadi membaik nadi, turgor kulit, yang keluar
2. Tekanan darah membaik mukosa bibir, volume 3. Untuk menilai berapa
DAFTAR PUSTAKA
Ari Seyawati, M. (2018). Tata Laksana Kasus Batuk Dan Atau Kesulitan Bernapas. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 30-52.
Hana Triyoga, A. M. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny.P Dengan Asma
Bronchiale Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen. Surakarta.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan: Jagakarsa.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023