Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMUNISASI ANAK
DI RUANG NIFAS
RSUD BERKAH PANDEGELANG

Disusun oleh :

Nama : GINA CAROLIN APRILIANI

NIM : 5022031055

Gerbong :B

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagimaha


penyayang. Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada
kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Imunisasi Anak”.

Makalah ini telah penulis susun sebaik mungkin dan selesai tepat waktu.
Untuk karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang berkontribusi dalam pembuatan SAP ini terutama ke pada:

1. Ns. Nila Marwiyah, M.Kep, selaku dosen koordinator mata kuliah


Maternitas Keperawatan.
2. Lenny Stia Pusporini, M.Kep., Ns.Sp. Kep. Mat. Selaku dosen tim
mata kuliah Maternitas Keperawatan.
3. Ike Puspasari Ayu, M.Kep., Selaku dosen tim mata kuliah Maternitas
Keperawatan.

Dan terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada
kekurangan dibeberapa bagian, baik dari segitata Bahasa maupun yang lainya,
oleh karena itu penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah SAP dengan lebih cermat lagi.

Penulis harap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pandegelang, 11 September 2022

Penulis

UNIVERSITAS FALETEHAN | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I SATUAN ACARA PENYULUHAN...........................................................1

A. Rumusan Masalah.........................................................................................4

B. Tujuan Masalah.............................................................................................4

C. Kegiatan........................................................................................................5

D. Metode..........................................................................................................5

E. Media............................................................................................................5

F. Evaluasi.........................................................................................................5

G. Sumber Pustaka.............................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6

A. Definisi Imunisasi.........................................................................................6

B. Tujuan Imunisasi...........................................................................................6

C. Manfaat Imunisasi.........................................................................................7

D. Jenis-Jenis Imunisasi.....................................................................................8

E. Macam- Macam Imunisasi............................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................14


A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

UNIVERSITAS FALETEHAN | ii
BAB I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Imunisasi
Penyuluh : RSUD Berkah Pandegelang
Kelompok Sasaran : Pasien Ibu Melahirkan
Tanggal/Bulan/Tahun : 12/10/2022
Waktu : 35 menit

A. LATAR BELAKANG
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada
bayi dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka
kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang
ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Pada
tahun 1778, Edward Jenner, berhasil mengembangkan vaksin cacar dari virus
cacar sapi atau cowpox. Sebelum ditemukan vaksin cacar, penyakit ini sangat
ditakuti masyarakat karena sangat mematikan, bahkan penyakit ini sempat
menyebar ke seluruh dunia dan menelan banyak jiwa (Achmadi, 2006).
Namun saat ini, kejadian penyakit cacar jarang ditemukan karena WHO telah
berhasil memberantasnya melalui program imunisasi. Tidak hanya cacar
(smallpox), angka kejadian penyakit-penyakit infeksi lain juga menurun
dengan ditemukannya vaksin terhadap penyakit-penyakit tersebut (Depkes,
2006).
Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan, menjadikan imunisasi
sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat
pencegahan penyakit yang utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi merupakan
andalan program kesehatan (Achmadi, 2006). Imunisasi bayi dan 2anak
dipandang sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan pelayanan

UNIVERSITAS FALETEHAN | 1
kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator
pencapaian pelayanan kesehatan (Marimbi, 2010).
Pada tahun 1974, WHO mencanangkan Expanded Programme on
Immunization (EPI) atau Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam
rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), yaitu dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi pada
anak-anak di seluruh belahan dunia. Hasil dari program EPI ini cukup
memuaskan, dimana terjadi peningkatan angka cakupan imunisasi dunia dari
5% menjadi 80% (Ali, 2003). Di Indonesia, PPI mulai diselenggarakan tahun
1977 dan berfokus pada campak, tuberkulosis, difteri, tetanus, pertusis, polio.
Sementara imunisasi hepatitis B dimasukkan terakhir karena vaksin hepatitis
B baru tersedia pada tahun 1980-an (Depkes, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah
tercapainya Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian UCI merupakan
gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11 bulan) secara nasional hingga ke
tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan
imunisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Pada
tahun 1990, Indonesia telah mencapai target UCI, dimana paling sedikit 80%
bayi di setiap desa telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum
berumur satu tahun (Depkes, 2005). Persentase desa/kelurahan UCI di
Indonesia, selama 6 tahun terakhir belum menunjukkan perkembangan yang
bermakna. Pencapaian tertinggi 3terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar
76,23%. Capaian tahun 2009 hanya sebesar 69,76% desa/kelurahan UCI di
Indonesia, lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 74,02%. Angka
tersebut juga masih di bawah target UCI tahun 2009 sebesar 98% dan standar
pelayanan minimal yang menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada
tahun 2010 untuk setiap kabupaten/kota (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Tengah (2009), pencapaian
UCI desa di Jawa Tengah dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar 83,64%, tahun 2008 meningkat
menjadi 86,83% dan tahun 2009 meningkat kembali menjadi 91,95%. Bila
dibandingkan target SPM tahun 2010 sebesar 100%, pencapaian

UNIVERSITAS FALETEHAN | 2
desa/kelurahan UCI tahun 2009 belum mencapai target. Sedangkan,
pencapaian program imunisasi di Jawa Tengah sudah cukup tinggi bila dilihat
dari cakupan jenis imunisasi, dimana jumlah sasaran bayi pada tahun 2009
adalah 577.750. Sedang capaian masing-masing jenis imunisasi adalah BCG
(102,05%), DPT+HB 1 (100,89%), DPT+HB 3 (99,04%), Polio 4 (99,14%),
Campak (96,59%). Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah di
Jawa Tengah dengan pencapaian UCI belum mencapai target. Dari total 167
desa/kelurahan, yang mencapai UCI sebanyak 165 desa/kelurahan (98,80%),
sehingga masih terdapat dua desa non UCI. Padahal berdasarkan SPM, target
cakupan UCI desa/kelurahan tahun 2010 adalah 100% untuk setiap
kabupaten/kota (Dinkes Sukoharjo, 2010). Sedangkan tahun 2009,
4pencapaian UCI sebesar 91%, namun angka ini belum mencapai target UCI
pada tahun tersebut (98%). Hasil ini juga dianggap lebih rendah apabila
dibandingkan dengan capaian tahun 2008 yaitu sebesar 99% (Dinkes
Sukoharjo, 2009). Selanjutnya, pencapaian jenis imunisasi tahun 2010 dengan
sasaran sebesar 13.636 bayi, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG
sebesar 13.801 bayi (101,9%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar 13.829 bayi
(102%), imunisasi DPT3+HB3 sebesar 13.843 bayi (102%), imunisasi Polio 4
sebesar 13.871 bayi (102,4%), dan imunisasi campak sebesar 13.812 bayi
(101,4%) (Dinkes Sukoharjo, 2010). Capaian jenis imunisasi yang melebihi
angka 100% diperoleh dari penggabungan kunjungan imunisasi selama satu
tahun yang berasal dari Kabupaten Sukoharjo dan dari luar Kabupaten
Sukoharjo.
Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo,
Kecamatan Bulu merupakan Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang
mempunyai persentase cakupan UCI terendah pada tahun 2010. Persentasi
desa/kelurahan UCI selama 3 tahun terakhir di Kecamatan ini mengalami
penurunan. Pada tahun 2008, persentase cakupan desa/kelurahan UCI di
Kecamatan Bulu mencapai 100%. Pada tahun 2009, persentase cakupan
desa/kelurahan UCI turun menjadi 92% dan pada tahun 2010 mengalami
penurunan kembali menjadi 91,66%. Terjadinya penurunan persentase
cakupan desa/kelurahan UCI di Puskesmas Bulu artinya masih ada bayi yang

UNIVERSITAS FALETEHAN | 3
belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang berperan penting terhadap
pemberian imunisasi dasar secara lengkap pada bayi adalah orangtua,
khususnya ibu.
Berdasarkan pendataan dan pengamatan penulis selama dines profesi
ners di RSUD Berkah Pandegelang, pasien di ruangan nifas masih banyak
yang ketidak tahuan tentang pendidikan kesehatan, salah satunya tentang
imunisasi pada anak. Oeleh karna itu pennulis ingin memberikan penkes
tentang imunisasi anak kepada pasien di ruang nifas RSUD Berkah
Pandegelang.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
2. Apa saja manfaat imunisasi bagi bayi?
3. Apa saja jenis-jenis imunisasi?

B. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan tentang efektivitas atau
pengaruhnya imunisasi bagi bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami definisi imunisasi.
2. Pembaca dapat mengetahui manfaat dari imunisasi.
3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis imunisasi.

C. KEGIATAN
 Acara

No Pokok Sub Pokok Alokasi Metode Media Keterangan


Bahasan Bahasan Waktu

UNIVERSITAS FALETEHAN | 4
(Menit)
1. Pembukaa Salam 5 - - MC
pembuka
n
Membaca
susunan
Acara
2. Penjelasan1. Pengertian 28  Cerama  Penyaji
Mengenai 2. Manfaat h  Leaflet
 Dokumenta
imunisasi 3. Jenis-jenis  Demons  Lemba
si
imunisasi r balik
trasi

3 Penutup Evaluasi 2 - - MC
Salam
penutup

D. METODE
Ceramah dan demonstrasi

E. MEDIA
Leaflet dan Lembar Balik

F. EVALUASI
Dapat memahami isi yang disampaikan.

G. SUMBER PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salema Medika.

Hidayat, A. (Jakarta). Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. 2018:


Salemba Medika.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI IMUNISASI

UNIVERSITAS FALETEHAN | 5
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati,
2011). Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Kemenkes RI, 2013). Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan
pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari
imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al, 2011).

B. TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok
masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti
yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh et.al, 2011).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit (Proverawati dan Andhini, 2010). Program
imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I).
 Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
3. Global eradikasi polio pada tahun 2018.

UNIVERSITAS FALETEHAN | 6
4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management) (Kemenkes RI, 2013).

C. MANFAAT IMUNISASI
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu,
sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara
individu, apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan
terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang
mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat penurunan
angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (Ranuh et.al, 2011).
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai
penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang
hidup bersamanya, inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini
5%-20% anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung, disebut Herd
Immunit. Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan biaya pengobatan
dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan yang akan
menjadi beban masyarakat seumur hidupnya. Upaya pencegahan penyakit
infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan kualitas hidup anak dan
meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari anak-anak masa kini adalah
generasi yang akan memegang kendali pemerintahan dimasa yang akan datang
(Ranuh et.al, 2011).
Dalam hal menunjang sistem kesehatan nasional, program imunisasi
sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam cakupan yang luas
secaranasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tentunya
akan lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran untuk
kuratif/pengobatan dapat dialihkan pada program lain yang membutuhkan.
Investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan peningkatan kualitas anak
di masa depan (Ranuh et.al, 2011).

UNIVERSITAS FALETEHAN | 7
D. JENIS-JENIS IMUNISASI
Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-
masing imunitas tubuh (acquired immunity) dapat diperoleh secara aktif
maupun secara pasif.
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat
sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan
sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,
sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon (Maryunani, 2010).
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui
mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat
anti terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi
aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh
sebab itu menjadi imun terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi aktif
antara lain vaksin BCG, vaksin DPT (difteri-pertusis-tetanus), vaksin
poliomielitis, vaksin campak, vaksin typs (typus abdominalis), toxoid
tetanus dan lain-lain (Maryunani, 2010).
Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B,
Campak) yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang dikenal sebagai
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) atau extended program on
immunization (EPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI merupakan
program pemerintah dalambidang imunisasi untuk mencapai komitmen
internasional yaitu Universal Child Immunization (Ranuh et.al,2011).

2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.

UNIVERSITAS FALETEHAN | 8
Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus. Mekanisme
kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin,
opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja antibodi terhadap infeksi virus melalui
netralisasi virus, pencegahan masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel
natural-killeruntuk melawan virus. Dengan demikian pemberian antibodi
akan menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi karena tidak melibatkan
sel memori dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat sementara
selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya
singkat karena tubuh tidak membentuk memori terhadap patogen/ antigen
spesifiknya (Ranuh et.al, 2011).
Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya (Ranuh et.al, 2011). Imunisasi pasif dimana zat
antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum
yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan
hanya berlangsung pendek , yaitu 2 -3 minggu karena zat anti seperti ini
akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak (Maryunani, 2010)

E. MACAM- MACAM IMUNISASI


1. VAKSIN DPT
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspense homogeny yang berisikan
difteri murni, toxoid tetanus, bakteri pertusis inaktif, antigen permukaan
hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius dan komponen Hib
sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophillus
influenza tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein
toksoid tetanus (Kemenkes, 2013). Vaksin ini digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan
infeksi Haemophilus influenza tipe b secara simultan.
Strategic Advisory Group of Expert on Immunization (SAGE)
Merekomendasikan vaksin Hib dikombinasi dengan DPT-HB menjadi
vaksin pentavalent (DPT-HB-Hib) untuk mengurangi jumlah suntikan

UNIVERSITAS FALETEHAN | 9
pada bayi. Penggabungan berbagai antigen menjadi satu suntikan telah
dibuktikan melalui uji klinik, bahwa kombinasi tersebut secara materi
tidak akan mengurangi keamanan dan tingkat perlindungan (Kemenkes,
2013). Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali
pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Pada tahap awal hanya diberikan pada bayi
yang belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah
pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap
dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis
ketiga. Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan imunisasi
lanjutan kepada anak batita sebanyak satu dosis pada usia 18 bulan.
2. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah
penyakit poliomielitis. Vaksin polio telah dikenalkan sejak tahun 1950,
Inactivated (Salk) Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun
1955 dan langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963, mulai
digunakan trivalen virus polio secara oral (OPV) secara luas. Enhanced
potency IPV yang menggunakan molekul yang lebih besar dan
menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan tahun 1988.
Perbedaan kedua vaksin ini adalah IPV merupakan virus yang sudah mati
dengan formaldehid, sedangkan OPV adalah virus yang masih hidup dan
mempunyai kemampuan enterovirulen, tetapi tidak bersifat patogen karena
sifat neurovirulensinya sudah hilang (Ranuh et.al,2011).
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1
tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak. Setiap membuka vial
baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru (Proverawati dan
Andhini, 2010). Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan
respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertinggi
(Lisnawati, 2011).

UNIVERSITAS FALETEHAN | 10
3. Imunisasi Campak
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. pemberian vaksin campak diberikan 1 kali
pada umur 9 bulan secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan
secara intramuskuler dengan dosis sebanyak 0,5 ml. Selanjutnya imunisasi
campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up
campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program
BIAS (Ranuh et.al, 2011).
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi
aktif, dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah
kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap
campak adalahbayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi kedua sehingga merekalah yang menjadi target
utama pemberian imunisasi campak. kadar antibodi campak tidak dapat
dipertahankan sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5-7 tahun,
sebanyak 29,3% anak pernah menderita campak walaupun pernah
diimunisasi. Sedangkan kelompok 10-12 tahun hanya 50% diantaranya
yang mempunyai titer antibodi di atas ambang pencegahan. Berarti, anak
usia sekolah separuhnya rentan terhadap campak dan imunisasi campak
satu kali saat berumur 9 bulan tidak dapat memberi perlindungan jangka
panjang (Cahyono, 2010).
4. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu
anggota family Hepadnavirus, suatu virus DNA yang berlapis ganda,
berbentuk bulat dan dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis
yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati
mengeras dan mengecil) atau kanker hati (Cahyono, 2010). Gejala dan
tanda infeksi VHB tergantung pada perjalanan klinisnya, apakah dalam
keadaan akut, kronis, atau sudah dalam keadaan sirosis atau kanker hati.
Pada keadaan akut, keluhan yang dirasakan pasien adalah berupa
lemas, mual, mata kuning, demam, kencing seperti air teh. Sementara pada
hepatitis B kronis, biasanya pasien hanya mengeluh mudah lelah dan lesu.

UNIVERSITAS FALETEHAN | 11
Sementara pada keadaan sirosis, pasien mengeluh perut bengkak (rongga
perut terisi air), mata kuning, lesu dan sebagainya. Bila hepatitis B kronis
telah menjadi kankerhati, keluhan yang dirasakan pasien adalah perut
sebelah kanan atas membesar dan mengeras. Jika demikian keadaannya,
biasanya pasien yang menderitakanker hati tidak akan bertahan sampai
satu tahun (Cahyono, 2010).
5. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis.
Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru tetapi dapat juga mengenai
organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lain-
lain. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi Mycobacterium
tuuberculosis terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan
dengan uji tuberkulin (Ranuh et.al, 2011).
6. Difteri
Difteri adalah penyakit menular akut pada tonsil, faring, hidung,
laring, selaput mukosa, kulit dan terkadang konjungtiva serta vagina.
Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan usia, tetapi lebih sering pada
anak-anak, terutama pada anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap
bakteri penyebab difteri. Difteri merupakan penyakit yang mengancam
jiwa. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae.Tingkat
kematian akibat penyakit ini paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua,
kematian biasanya terjadi pada tiga sampai empat hari pertama timbulnya
penyakit (Cahyono, 2010).
7. Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis
disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi Clostridium tetani. Bakteri ini
tersebar di seluruh dunia menyerang bayi, anak-anak dan remaja terutama
yang tidak memperoleh perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama tetanus
neonatorum, sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius.
Sebab, tetanus menjadi penyebab 8%-69% dari kematian bayi baru lahir

UNIVERSITAS FALETEHAN | 12
(menjadi penyebab kematian utama terutama di negara-negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia) (Cahyono, 2010).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

UNIVERSITAS FALETEHAN | 13
Imunisasi yang diberikan sejak bayi baru lahir sangat penting dan
sangat efektif untuk memperkuat dayatahan tubuh si bayi, karena
mengingat bayi sangat rentan akan ketularan penyakit. Setelah bayi atau
anak-anak diberikan imunisasi secara rutin dan bertahap, tubuh akan
membentuk suatu kekebalan untuk melawalan penyakit yang menyerang
anak-anak.
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai
penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang
hidup bersamanya, inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam
hal ini 5%-20% anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung, disebut
Herd Immunit. Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan
kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat seumur hidupnya. Upaya
pencegahan penyakit infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan
kualitas hidup anak dan meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari
anak-anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali
pemerintahan dimasa yang akan datang (Ranuh et.al, 2011).

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS FALETEHAN | 14
Hidayat, A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salema Medika.

Hidayat, A. (Jakarta). Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. 2008:


Salemba Medika.

UNIVERSITAS FALETEHAN | 15

Anda mungkin juga menyukai