Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS AGRANULOSITOSIS

Di Susun Oleh Kelompok II :


1. Budi Gunawan
2. Isrok Triana Audy
3. Mizana Adillah
4. Mutia July Rosalinda P
5. Nosa Risandi

Dosen Pengampu :
Ns. Chichi Hafifah Transyah, M.Kep

S1 KEPERAWATAN
STIKES YPAK PADANG
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada kami atas nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Keperawatan Medikal Bedah tentang Agranulositosis, untuk melengkapi tugas yang

diberikan. Dalam Menyusun makalah ini kami mendapat bantuan baik dari pikiran maupun

dari pihak lain. Oleh karena itu dengan segala hormat kami mengucapkan terimakasih kepada

Ns. Chichi Hafifah Transyah, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah yang membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari akan kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu segala kritik membangun

dan saran akan kami terima dengan sepenuh hati agar semakin baiknya makalah ini.

Padang, 18 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................................1
2. Tujuan..................................................................................................................1
3. Manfaat................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
1. Pengertian............................................................................................................2
2. Etiologi................................................................................................................2
3. Patofisiologi/WOC..............................................................................................3
4. Manifestasi Klinis................................................................................................3
5. Komplikasi..........................................................................................................3
6. Pemeriksaan Diasnostik.......................................................................................3
7. Penatalaksanaan...................................................................................................4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BRONKHOGENIK..................5
1. Pengkajian...........................................................................................................5
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................6
3. Rencana Intervensi..............................................................................................6
4. Implementasi.......................................................................................................7
5. Evaluasi...............................................................................................................7
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................8
1. Kesimpulan..........................................................................................................8
2. Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Agranulositosis merupakan keadaan yang sangat serius yang ditandai oleh jumlah
leukosit yang sangat rendah dan penurunan jumlah granulosit (neutrofil, basofil, dan
eosinofil) ditemukan kurang dari 500 sel/mm.
Agranulositosis dapat disebabkan oleh obat-obatan, bahan kimia, bahan infeksius,
radiasi, mekanisme imunologi, dan perubahan ginetik. Obat-obatan dapat menganggu
pembentukan sel atau meningkatkan penghancuran sel. Kejadian agranulositosis yang
disebabkan bahan kimia dan obat-obatan pertama kali dilaporkan ole Kracke pada tahun
1931. Kracke melaporkan kejadian agranulositosis yang disebabkan penggunaan
analgetik aminopirin atau piramidon. Laporan ini menyebabkan dilarangnya penggunaan
aminopirin dan piramidon secara klinis. Bahan kimia yang dapat menginduksi
agranulositosis dapat berupa obat-obatan yang bersifat mielosupresif (menekan sumsum
tulang) atau bahan kemoterapi yang digunakan pada pengobatan keganasan hematologi
dan keganasan lainnya. Obat yang banyak digunakan oleh klinisi seperti analgetik,
antibiotika dan antihistamin diketahui mampu menyebabkan netropenia berat atau
agranulositosis.
Agranulositosis yang diinduksi obat-obatan merupakan keadaan yang jarang
terjadi. Pada sebuah penelitian yang dilakukan di New York pada tahun 2008 dengan
subjek 261 wanita sehat berusia 20-70 tahun dari berbagai etnis didapatkan tingkat
kejadian agranulositosis sebesar 10,5 % pada individu berkulit hitam. Individu Amerika
dan Eropa (berkulit putih) dan orang-orang dari Republik Dominika memiliki tingkat
kejadian 0 % . Kelompok etnis lainnya termasuk orang-orang dari Haiti memiliki tingkat
kejadian sebesar 8,2 % di Barbados - Trinidad Tobago sebesar 6,4 % dan Jamaika 2,7
%.

2. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah kepada
sesama mahasiswa khususnya mahasiswa perawat dan masyarakat secara umum tentang
Agranulositosis. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pembuatan
Asuhan Keperawatan berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.

3. Manfaat
1. Dapat memberikan gambaran mengenai Agranolusitosis secara umum maupun
terperinci
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi terkait masalah Agranulositosis dan
penerapannya pada bidang ilmu Kesehatan, dan sebagai bahan referensi untuk
pembuatan Asuhan Keperawatan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Agranulositosis
Agranulositosis merupakan suatu keadaan sumsum tulang berhenti membentuk
neutrofil, mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang akan
menyerang jaringan ( Guyton, 1992 ). Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius
yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil
( Price Sylvia A, 1995 ). Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana
hampir tidak terdapat leukosit polimor fonuklear atau jumlah granulosit yang lebih
rendah dari 2000/mm³ ( Brunner, 2002 )
Agranulositosis sering disebut juga sebagai netropenia. Netropenia didefenisikan
sebagai suatu keadaan dimana ANC kurang dari 1500 sel/mm3. Agranulositosis
merupakan bentuk terberat dari netropenia dan dapat dibagi berdasarkan jumlah ANC,
yaitu mild neutropenia apabila ANC 1000 – 1500 sel/mm3, moderate neutropenia
apabila ANC 500 – 1000 sel/mm 3 dan severe neutropenia apabila jumlah ANC < 500
sel/mm3.
Absolut neutrophil count (ANC) adalah jumlah persentasi netrofil baik batang
maupun segmen terhadap jumlah keseluruhan lekosit yang terdapat pada hitung jenis sel
darah tepi.

2. Etiologi
Agranulositosis dapat dibagi berdasarkan penyebabnya menjadi agranulositosis
kongenital dan agranulositosis yang didapat (Aquaried agranulocytosis). Agranulositos
kongenital biasanya terjadi sejak lahir dan agranulositosis yang didapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor antara lain obat-obatan, bahan kimia, bahan-bahan infeksius,
radiasi dan mekanisme imunologis.
Obat-obatan merupakan penyebab tersering agranulositosis. Beberapa obat yang
paling sering menyebabkan agranulositosis adalah :
 Golongan obat anti tiroid : Karbimazole, Profiltiourasil
 Golongan antibiotik: Sefalosporin, Penisilin, Sulfonamid, Kloramfenikol
 Golongan obat antikonvulsan : Karbamazepin, Sodium valproat
 Golongan obat lainnya: Sulfasalazin, obat-obatan anti inflamasi non steroid

3. Patofisiologi / WOC
Lima jenis leukosit yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah neutrofil
(50- 75%), eusinofil (1–2%), basofil (0,5–1%), monosit (6%), limfosit (25-33%). Sel
mengalami proliferasi mitotik, diikuti fase pematangan memerlukan waktu bervariasi
dari 9 hari untuk eusinofil sampai 12 hari untuk neutrofil. Proses ini akan mengalami
percepatan bila ada infeksi. Sumsumtulang memiliki tempat penyimpanan cadangan 10
kali jumlah neutrofil yang dihasilkan per hari. Bilainfeksi cadangan ini dimobilisasi dan
dilepaskan ke dalam sirkulasi. Neutrofil merupakan sistempertahanan priemer tubuh
dengan metode fagositosis. Eusinofil mempunyai fagositosis lemah danberfungsi pada
reaksi antigen antibodi. Basofil membawa faktor pengaktifan histamin. Monosit

2
meninggalkan sikulasi menjadi makrofag jaringan. Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu
limfosit T bergantung pada timus, berumur panjang dibentuk dalam timus, bertanggung
jawab atas respon kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktif antigen.
Limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel ini
bertanggung jawab terhadap kekebalan humoral.

4. Manifestasi klinis
Pada beberapa pasien terkadang asimptomatis. Gejala klinis pada agranulositosis
sering dimulai dengan episode infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh bakteri atau
jamur yang disertai demam tinggi (demam netropenia), nyeri otot, nyeri menelan,
stomatitis, diare, malaise dan takikardi.
Infeksi akut umumnya terjadi pada rongga mulut dan membran mukosa berupa
oral ulcers, faringitis dan periodontitis. Infeksi akut juga sering terjadi pada kulit berupa
rash, ulserasi, abses, dan penyembuhan luka yang lambat. Infeksi juga dapat ditemukan
pada daerah perirektal dan genital.

5. Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, agranulositosis dapat menyebabkan sepsis.
Sepsis merupakan reaksi infeksi yang dapat membuat tekanan darah menurun secara
drastis serta kerusakan pada banyak organ. Kondisi ini adalah kondisi yang berbahaya
karena dapat menyebabkan kematian.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan hematologi rutin
Hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, dan trombosit dalam batas normal. Pada
pemeriksaan hitung jenis lekosit didapatkan netropenia
b. Pemeriksaan Sediaan Apus Darah Tepi
Pada sediaan apus darah tepi dapat ditemukan jumlah sel netrofil sangat berkurang
atau bahkan tidak ada. Sel limfosit dan monosit bisa menurun atau normal.
c. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Gambaran sumsum tulang dapat berupa hiposelularitas prekursor mieloid dengan
maturation arrest neutrofil. Gambaran sumsum tulang juga menunjukkan aktivitas
eritropoiesis dan megakariosit normal.

7. Penatalaksanaan
 Perawatan di Rumah Sakit dan sedapat mungkin ditempatkan di ruangan yang steril
untuk mengurangi risiko infeksi.
 Mencegah infeksi akibat netropenia dengan cara meningkatkan sanitasi pribadi, oral
higiene, mencegah konstipasi dan mengurangi rectal examination.
 Pada keadaan infeksi dapat dilakukan pemberian antibiotik yang tidak memberikan
efek samping agranulositosis antara lain : cephalosporin, gentamisin dan vancomisin
untuk infeksi bakteri. Sedangkan untuk infeksi jamur dapat digunakan triazole.
 Pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan.
 Tranfusi lekosit, pada beberapa kasus dapat bermanfaat.

3
 Pemberian recombinant human granulocyte colony-stimulating factor (rG-CSF) atau
granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF).
G-CSF adalah sitokin yang menstimulasi pembentukan dan perkembangan netrofil
pada sumsum tulang. Suatu rekombinan yang dapat diperoleh secara komersil saat
ini adalah Filgrastim yang memiliki efek farmakologis yang sama dengan G-CSF
yang terdapat pada manusia. Filgrastim dapat meningkatkan aktivasi, proliferasi dan
diferensiasi dari progenitor sel netrofil. Rekombinan G-CSF saat ini telah
digunakan sebelum dan sesudah pemberian kemoterapi pada pasien dengan
keganasan untuk mencegah terjadinya netropenia pada pasien-pasien ini akibat
induksi obat – obatan yang digunakan dalam kemoterapi. Pasien yang mendapat
terapi dengan rekombinan G-CSF ini memperlihatkan peningkatan ANC yang
signifikan.

4
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal
masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain. Riwayat kesehatan :
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kanan, dan nafas sesak disertai nafsu
makan berkurang, tubuh lemah, batuk atau batuk berdarah
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah dirawat dengan tumor paru Biasanya klien pernah merokok,
Biasanya disebabkan oleh polusi udara seperti debu dan asap pabrik Biasanya
klien pernah mengalami penyaki saluran pencernaan
 Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit tumor paru
Biasanya anggota keluarga klien pernah menderita penyakit saluran pernafasan
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk kerja, toleransi terhadap
latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada saat bekerja, letargi, lesu kelemahan otot
dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak bergerak, postur lunglai, berjalan
lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
c. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis, menstruasi
berat, palpitasi (takikardia kompensasi), demam diraba hangat, kulit memerah.
Tanda :
- pada tekanan darah : terjadi peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
- Disritmia : abnrmalitas EKG, mil : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T, takikardi, pada ekstremitas (warna) terjadi pucat pada
kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
- Sklera : berwarna biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi).
- Kuku : mudah patah.
- Rambut : kering, mudah putus, menipis, hiperemia.
d. Makanan/cairan
Gejala : penurunan pemasukan diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dispepsia,
anoreksia, adanya penurunan berat badan, BAB sering.
Tanda : lidah tampak merah (defisiensi asm folat, dan vitamin B12), membran
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut, hilang elastisitas.
Stomatitis dan glositis. Bibir : selitis, misal : inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah, faringitis, ulkus mulut.

5
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.
2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi radiasi;
kebersihan mukut tak efektif.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal :
penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi
tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal : kerusakan kulit, penyakit kronis,
malnutrisi.
4. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi.

3. Intervensi

Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik


Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam Hipertermia sudah mulai turun
Kriteria : TTV (suhu) dalam batas normal
Rencana intervensi Rasional
vital sign adalah salah satu pengukuran
untuk mengetahui status kesehatan, salah
satunya pengukuran suhu untuk
Observasi vital sign tiap 8 jam mengetahui terjadinya peningkatan suhu
tubuh. Bila panas kadang nadi dan
respirasi juga mengalami perubahan
sehingga perlu diukur.
pemberian kompres hangat merangsang
Beri kompres dengan air hangat pada
penurunan panas melalui efek kerja
lipatan paha, ketiak, perut, dan dahi.
konduksi.
air merupakan pengatur suhu tubuh,
setiap kenaikan suhu tubuh kebutuhan
Beri dan anjurkan banyak minum.
metabolisme akan air juga meningkat dari
kebutuhan biasa.
Anjurkan pasien menggunakan pakaian
baju tipis akan mudah menyerap keringat
yang tipis hindari penggunaan selimut
sehingga mengurangi penguapan
yang tebal.
antiperik bekerja untuk menurunkan
Kolaborasi pemberian antipiretik panas dengan bekerja pada hipotalamus
untuk rangsangan penurunan panas.

Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam diare sudah tidak sering lagi
Kriteria : TTV dalam batas normal, secara subjektif klien menyatakan nyeri
berkurang, klien tampak rileks, klien dapat tidur, dan berpartisipasi dalam aktifitas.

Rencana intervensi Rasional


Observasi dan catat frekuensi defekasi, membantu membedakan penyakit

6
karakteristik, jumlah dan faktor pencetus individu dan mengkaji bertanya periode.
Identifikasi makanan dan cairan yang menghindarkan iritan, meningkatkan
mencetuskan diare. istirahat usus.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. mengobati infeksi supuratif lokal.

4. Implementasi
Melaksanakan seluruh intervensi yang telah di susun sesuai dengan SOP pada
klien dengan penyakit diatas agar diperoleh kondisi klien yang optimal.

5. Evaluasi
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37°C)
b. Integritas membran mukosa oral kembali normal
c. Tidak terjadi infeksi
d. Kebutuhan nutrisi adekuat
e. Frekuensi BAB kembali normal
f. ADL pasien terpenuhi
g. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

7
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Agranulositosis merupakan suatu keadaan sumsum tulang berhenti membentuk
neutrofil, mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang akan
menyerang jaringan ( Guyton, 1992 ). Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius
yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil
( Price Sylvia A, 1995 ). Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana
hampir tidak terdapat leukosit polimor fonuklear atau jumlah granulosit yang lebih
rendah dari 2000/mm³ ( Brunner, 2002 )

2. Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para
pembaca dapat memahami materi tentang Agranulositosis. Saran dari penyusun agar para
pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian
pembaca dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit Agranulositosis dan
mengetahui cara mengobatinya.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Hera, Maria Yosefina Mau. Agranulositosis Akibat Induksi Obat. Bandung, 2015.

file:///C:/Users/HP/Downloads/66618441-agranulositosis.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai