SYOK ANAFILAKSIS
Pembimbing:
Dr. dr. Tasrif Hamdi, M.Ked(An), Sp.An, KMN
Oleh:
Diah Tria Chantika Harepa
Nova Mentari S 190131125
Viranty Sunardo
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................1
1.2 TUJUAN.................................................................................2
1.3 MANFAAT.............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3
2.1 DEFINISI................................................................................3
2.2 EPIDEMIOLOGI....................................................................4
2.3 ETIOLOGI..............................................................................6
2.4 FAKTOR RISIKO................................................................12
2.5 PATOFISIOLOGI.................................................................12
2.6 MANIFESTASI KLINIS......................................................13
2.7 DIAGNOSIS.........................................................................15
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................20
2.8.1 Primary Survey....................................................................20
2.8.2 Prinsip Trauma Muskuloskeletal pada Pediatri..................23
2.8.3 Potentially Life-Threatening Extremity Injuries..................26
2.8.4 Adjuncts to the Primary Survey...........................................30
2.8.5 Limb Threatening Injury......................................................31
2.8.6 Survey Sekunder...................................................................36
2.9 TERAPI DEFINITIF.............................................................39
2.10 KOMPLIKASI....................................................................41
2.11 PROGNOSIS.......................................................................42
BAB III KESIMPULAN..........................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan referat ini adalah:
1. Mengetahui tentang syok anafilaksis
2. Meningkatkan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah di
bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Senior Pendidikan Profesi Kedokteran di Departemen Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman terhadap syok anafilaksis serta penanganan
kegawatdaruratan sesuai kompentensi pada tingkat pelayanan primer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Epedemiologi
Syok anafilaksis relatif jarang terjadi dengan perkiraan prevalensi 0.05-2%
dan berdasarkan data epidemiologi didapatkan 2 sampai 20% kasus mengalami
anafilaksis yang fatal. Berdasarkan systematic review yang dilakukan oleh
European Academy of Allergy and Clinical Immunology Food Allergy &
3
4
cara, dan waktu paparan dapat mempengaruhi reaksi anafilaksis, dimana paparan
oral lebih jarang menimbulkan reaksi.12,13,14
2.5 Patofisiologi
Anafilaksis dikelompokkan dalam Hipersensitivitas Tipe 1 (immediate type
reaction) oleh Coombs dan Gell (1963), timbul segera setelah tubuh terpajan
dengan alergen. Anafilaksis diperantarai melalui interaksi antara antigen dengan
IgE pada sel mast yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator inflamasi.
Reaksi ini terjadi melalui 3 fase mekanisme:
Fase Sensitisasi
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya
oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk
lewat kulit, mukosa saluran nafas atau saluran makan ditangkap oleh makrofag.
Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana
ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-3) yang menginduksi Limfosit B
berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi
Immunoglobulin E (IgE) spesifik untuk antigen tersebut. IgE ini kemudian terikat
15,16
pada reseptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Fase Aktivasi
Adalah waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama.
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan
reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama
kedalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu
terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin,
serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut
dengan istilah preformed mediators. Histamin dianggap sebagai mediator utama
dari syok anafilaksis. Banyak tanda dan gejala anafilaksis yang disebabkan
pengikatan histamin pada reseptor tersebut yaitu mengikat reseptor, H1
menyebabkan pruritus, rhinorrhea, takikardia dan bronkospasme. Disisi lain, baik
H1 dan H2 reseptor berpartisipasi dalam memproduksi sakit kepala dan hipotensi.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel
yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin D2 (PG2) yang
6
terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators.
PGD2 menyebabkan bronkospasme dan dilatasi pembuluh darah. 15,16,17
Fase Efektor
Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmokologik pada
organ-organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan
permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan
vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin
menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi
trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil.
Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi, demikian juga
dengan Leukotrien.
8
9
3. Penurunan tekanan darah setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien
tersebut (beberapa menit sampai beberapa jam) :
a. Bayi dan anak-anak: tekanan darah sistolik yang rendah (tergantung umur)
atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%.
b. Orang dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90mmHg atau
penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah awal.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu menentukan
diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk
memonitor hasil pengobatan serta mendeteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil
darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering
kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi
kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat
alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE pesifik
dengan RAST (radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay test), namun memerlukan biaya yang mahal.16,19,21
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab
yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit
paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian
penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal.
Pemeriksaan lain seperti analisa gas darah, elektrolit dan gula darah, tes fungsi
hati, tes fungsi ginjal, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain. 16,19,21
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
11. Imbawan Eka, Suryana Ketut, Suadarmana Ketut. Asosiasi Cara Pemberian
Obat dengan Onset dan Derajat Klinis Reaksi Hipersensitifitas Akut/Anafilaksis
pada Penderita yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar Bali. J Penyakit Dalam
2010;vol.11:135-139.
12. Estele, et.al. World Allergy Organization Anaphylaxis Guidelines: 2013
Update Of The Evidence Base. Int Arch Allergy Immunol 2013;162:193– 204.
13. Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of
Anaphylaxis. 2011;4:13-37.
14. F Estelle. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ 2013; 1–10
15. Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology,
Recognition and Treatment, Medscape, Available from URL:
http://www.medscape.com/viewarticle/497498 5.
16. Ewan, PW, 1998, Anaphylaxis, ABC Allergies, BMJ, Vol 316, Page 1442-
1445
17. Wiryana M, 2002, Syok dan Penanganannya, Seminar Sehari Traumatologi,
IKAYANA FK UNUD, Denpasar
18. Rengganis I, Sundaru H, 2009, Renjatan Anafilaktik, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Interna Publishing, Jakarta
19. Suryana K, 2003, Diktat Kuliah, Clinical Allergy Immunology, Divisi Allergi
Imunologi Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RS Sanglah, Denpasar
20. Dey Pharma, 2010, Criteria for Diagnosing Anaphylaxis, Available from
URL: http://www.epipen.com/professionals/anaphylaxis/diagnosing
21. Stephen FK, 2011, Anaphylaxis Workup, Medscape, Available from URL:
http://emedicine.medscape.com