OLEH :
KELOMPOK 03
SANDRYANY O1B118032
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini, kita dapat
penulis diperoleh dari beberapa sumber beberapa sumber dan pemikiran yang penulisgabu
ngkan sehingga menjadi sebuah makalah yang semog dapat bermanfaat bagi parapembaca.
Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar maka
lah ini akan semakin baik sajiannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semu
a pembaca.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Penyakit Tukak Lambung................................................... 5
B. Patofisiologi ...................................................................................... 13
C. Manifestasi Klinik ………………………..……………………….. 14
D. Diagnosa …………………………………………………………… 44
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………….26
B. Saran ………………………………………………………………...26
A. Latar Belakang
Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal
atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa
lambung (Avunduk, 2008). Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama
tukak lambung, selain NSAID dan penyebab yang jarang adalah Syndrome Zollinger
Ellison dan penyakit Chron disease (Sanusi, 2011). Bakteri tersebut terdapat di mukosa
lambung dan juga banyak ditemukan pada permukaan epitel di antrum lambung (Hadi,
2013). Studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan antara tingkat sanitasi
lingkungan terhadap prevalensi infeksi H. pylory dan diperkirakan 36-46,1 % populasi
telah terinfeksi H. pylory (Rani & Fauzi, 2006).
Pengobatan tukak peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan
komplikasi (Sanusi, 2011). Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit
tukak peptik tergantung pada penyebabnya. Terapi kombinasi obat diperlukan untuk
penyakit tukak peptik. Kombinasi dua jenis antibiotik dengan PPI (Proton Pump
Inhibitor) atau bismuth digunakan untuk terapi eradikasi H. pylory, sedangkan
kombinasi H2 reseptor antagonis, PPI atau sukralfat dapat digunakan untuk terapi yang
disebabkan NSAID. Penggunaan obat yang tidak rasional masih sering dijumpai di
pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Ketidaktepatan indikasi,
obat, pasien, dan dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi. Gaya hidup yang
kurang sehat seperti merokok, konsumsi makanan dan minuman cepat saji serta
minuman beralkohol dapat meningkatkan terjadinya angka kekambuhan dan
komplikasi perdarahan pada saluran cerna, kanker bahkan kematian (Sanusi, 2011).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan tukak lambung ?
2. Bagaimana patofisiologi dari tukak lambung ?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari tukak lambung?
4. Bagaimana diagnosa tukak lambung ?
5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien tukak lambung?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tukak lambung.
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari tukak lambung.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari tukak lambung.
4. Untuk mengetahui diagnosa tukak lambung.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien tukak lambung.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PATOFISIOLOGI
Patofisiologis dari tukak Duodenal (TD) dan tukak lambung (TL) merupakan
faktor refleksi dari kombinasi ketidak normalan patofisiologi dan lingkungan serta faktor
genetik.
Kebanyakan tukak terjadi disebabkan oleh asam dan pepsin dari H.pylori, NSAID
atau kemungkinan factor lain yang menggang petahanan mukosa normal dan
mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari sekresi asam lambung adalah penting
untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi asam pada malam hari biasanya dapat
memperparah pasien dengan penyakit TD.
Kebanyakan pasien dengan penyakit TD dan TL tidak mengkonsumsi NSAID untuk
pengobatan infeksi H. pylori dan gastritis antral. H.pylori dapat menyebabkan
penyakit ulcer dengan merusak pertahanan mukosa melalui kolaborasi racun dan
enzim, dengan mengubah imunitas dan dengan meningkatkan pengeluaran antral
gastrin yang dapat meningkatkan sekresi asam.
NSAID kronis (termasuk Aspirin) digunakan untuk penyakit yang berhubungan
dengan erosi hemoragic gastrik, TD, dan TL.NSAID dapat menyebabkan luka pada
gastroduodenal melalui dua cara yaitu :
1) Secara langsung atau iritasi topical dari jaringan epitel dan
2) Dengan menghambat system dari sintesis endogenous mukosa saluran cerna
prostaglandin.
Hubungan antara kortikosteroid dan tukak sendiri memiliki kontroversi.
Bagaimanapun yang menerima terapi Glukokortikoid dan NSAID secara bersama-
sama dapat meningkatkan resiko pada TL.
Merokok dapat mengakibatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah sebanyak
rokok yang dihisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu proses penyembuhan
penyakit ulcer dan kemungkinan penyakit tersebut dapat kambuh kembali.
Walaupun observasi klinik menyarankan agar pasien penyakit tukak menghindari
stress namun saran tersebut gagal dijalankan (G.Wells, Barbara;et all, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada penyakit tukak lambung, yaitu :
Kebanyakan pasien dengan penyakit TD mengalami kesakitan pada malam hari
sehingga membangunkan mereka dari tidur, itu terjadi antara jam 12 malam dan jam 3
pagi.
Kesakitan berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah makan dan biasanya rasa sakit
akan berkurang dengan makan. Antasida dapat cepat meringankan rasa sakit pada
kebanyakan pasien tukak.
Pasien dengan ulkus sering mendapatkan sindrom dispeptik seperti rasa panas dalam
perut dan perut kembung, mual, muntah, anoreksia, dan turun berat badan.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan adalah dari pasien ke pasien dan beberapa dari
penyakit pasien tersebut adalah penyakit musiman biasanya terjadi pada musim semi
dan hujan.
Komplikasi dari penyakit ulcer disebabkan oleh H. pylori dan NSAID termasuk
pendarahan saluran cerna atas, peforasi ke dalam peritoneal, penetrasi ke dalam
bagian tubuh seperti pankreas dan hati (G.Wells, Barbara;et all, 2009).
D. DIAGNOSA TUKAK LAMBUNG
Diagnosa untuk penyakit tukak lambung, yaitu : Pemeriksaan fisik menunjukan rasa
sakit epigastik meliputi daerah dari bawah tulang dada hingga daerah sekitar pusar, jarang
melebar ke bagian belakang tubuh. Tes laboratorium yang rutin tidak menolong
menegakan diagnosis ulkus tanpa komplikasi. Hematocrit, hemoglobin dan hemoccult test
(tes untuk mendeteksi darah di tinja) digunakan untuk mendeteksi perdarahan. Diagnosis
dari H. pylori dapat dengan digunakan tes invasive dan non invasive. Terapi invasive
dengan melakukan endoskopi dan biopsy mukosa atas lambung untuk histologi, kultur
bakteri dan mendeteksi aktivitas urease. Tes non invasive meliputi uji pernafasan urea
dan tes deteksi antibody. Uji pernafasan urea, berdasarkan produksi urease oleh H. pylori.
Deteksi antibody berguna untuk mendeteksi IgG yang mengatasinya H. pylori, tetapi tes
tidak biasa dilakukan untuk mengetahui teratasinya H. pylori, karena titer antibody
memerlukan waktu 0,5-1 tahun untuk kembali ke kisaran tidak terinfeksi. Tes diteksi
antiobodi adalah awal dari tes skrinning karena prosesnya cepat, tidak mahal, dan kurang
invasive dibandingkan tes biopsy endoskopi. Diagnosis ulkus tergantung dari visualisasi
dari lubang tukak melalui radiografi saluran cerna atas. Radiografi lebih dipilih sebagai
prosedur diagnosis awal pada pasien yang dicurigai menderita tukak tanpa komplikasi.
Jika penyakit tukak ditemukan pada radiografi, maka keganasan harus dipastikan dengan
visualisai endoskopi langsung dan histologi (Sukandar E.Y, Dkk, 2009).
6) Bismuth subsitrat
Bismuth subsitrat dapat melindungi ulkus dari asam lambung, pepsin dan
empedu dengan membentuk lapisan di dasar ulkus. Obat ini lebih efektif
dibandingkan dengan antagonis reseptor H2 histamin dan agen
penyembuhan tukak lainnya (Truter, 2009).
Tindakan operasi
Ada dua tujuan terapi pembedahan pada tukak peptik, yakni:
1) Untuk menekan faktor agresif (asam dan pepsin) terhadap patogenesis
tukak peptik.
2) Untuk mengeluarkan tempat yang paling resisten di antrum, dan
mengoreksi stasis di lambung.
Terapi pembedahan diperlukan jika terjadi indikasi seperti hal-hal berikut:
1) Tukak yang mengalami perforasi atau penetrasi.
2) Sering mengalami perdarahan
3) Sulit disembuhkan dengan terapi farmakologi (kegagalan terapi)
4) Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun
5) Perdarahan aktif yang tidak dapat dikontrol dengan terapi endoskopi.
Terapi pembedahan sering diperlukan pada tukak peptik akut yang
mengalami perdarahan awal selama 48 jam.
BAB III
STUDI KASUS
Pasien BD 45 tahun laki-laki bekerja sebagai pengatur arus lalu lintas di bandar udara.
Dia mengeluh sudah 2 minggu merasa bagian perut nyeri terbakar, kembung dan susah
makan, nyeri terjadi beberapa kali sehari terutama diantara waktu makan dan membuatnya
terbangun dimalam hari dan frekuensinya meningkat sejak 1 minggu lalu. Awalnya nyeri
hilang dengan mengkonsumsi makanan dan antasida. Minngu lalu si bapak mengkonsumsi
obat OTC golongan antagonis reseptor H2 tetapi gejala tidak berkurang. Si bapak pernah
mengalami nyeri yang sama di umur 12 tahun dan mengkonsumsi omeprazole untuk dugaan
peptic ulser. Selama 20 tahun terakhir merokok 1 pak/hari, minum kopi 4 – 6 gelas setiap
hari. Si bapak juga menggunakan asetaminofen untuk sakit kepalanya dan multivitamin. Si
bapak mengaku tidak pusing, mual dan muntah, anoreksia dan BB tidak turun. Dia juga tidak
alergi obat dan makanan.
Penampilan fisik normal kecuali nyeri epigastrik.
Suhu : 37,1
TD : 132/80
HR : 78/menit
Hgb : 14.0 g/Dl
Hct 44%.
Pertanyaan :
1. Berdasarkan tanda dan gejala apa pasien kategori peptic ulser?
2. Pasien positif H pylori, faktor risiko rekurensi?
3. Apa tujuan terapi pasien?
4. Bagaimana tatalaksana terapi, untuk eradikasi H pylori? (First line?)
5. Jika pasien diberi 3 obat mengandung PPI, informasi apa yang sebaiknya diberikan pada
pasien?
6. JIka pasien alergi penisilin apa alternative terapi?
7. Jika menggunakan 4 kombinasi berbasis PPI dan bismuth, apa terapi yang
direkomendasikan?
8. Bagaimana monitoring terapi pada pasien, apa parameter monitoring respon terapi
pasien?
Penyelesaian Kasus menggunakan metode SOAP
Tujuan Terapi
1. Eradikasi H. pylori
2. Menghilangkan rasa nyeri
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien
4. Menyembuhkan Peptic ulcer . (American International Health Alliance, 2005).
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease, didefinisikan sebagai:
1. Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan, yang didefinisikan dengan kelainan dari struktur dan
fungi ginjal, dengan atau tanpa penurunan GFR.
2. Penyebab terjadinya CKD menurut Price, 2002 disebabkan oleh penyakit Infeksi
saluran kemih, Penyakit Peradangan, Nifrosklerosis, Hipertensif, Gangguan
Kongenital dan Herediter, Gangguan Metabolik, Nefropati Toksik.
3. Patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan
cairan penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan
bergantung pada bagianginjal yang sakit hingga fungsi ginjal turun kurang dari 25 %.
4. Manifestasi klinik menurut Smeltzer (2001) antara lain hipertensi, gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner serta perikarditis.
5. Pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosis ulkus peptik antara lain
pemeriksaan USG,
6. Penatalaksanaan terapi untuk penyakit ulkus peptik dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
American International Health Alliance, 2005, Protocol for Diagnosis and Treatment of
Peptic Ulcer in Adults, www.aiha.com, diakses tanggal 23 Maret 2012.
Dipiro, Joseph T., Barbara G.Wells., Terry L.Schwinghammer., Cynthia W.Hamilton. 2006.
Pharmacotherapy Handbook 6th edition. The Mc Graw.USA : Hill Companies Inc.
Dipiro, J.T., Robert, L. T., Gary, C. Y., Gary, R. M., Barbara, G. W., & Michael, P. 2008.
Pharmacotherapy, A Pathophysiologic
Green B.D, MD; et all. 2004. The Washington Manual of Medical Therapeutics 31st Ed.
Washington University School of Medicine. Lippincott Williams & Wilkins
Publishing , diakses pada tanggal 2 oktober 2012.
G.Wells, Barbara;et all. 2009. Pharmacotherapy Handbook 7st Ed. The Mc-Graw Hill
Companies,Inc. Page 314-320.
Sukandar E.Y, Prof. Dr, Apt; Dkk,. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Hal.428-445.