Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

( NEKROSIS DAN APOPTOSIS )

Disusun oleh:

Fatmawaty Kasim 1501094


Sucitra Hamidun 1501050
Rustiana 1501053
Nurfajrina Soleman 1501057

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Manado
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Anatomi/Klinik
dengan judul “Nekrosis dan Apoptosis” Karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh
penulis, maka makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Manado 26 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………….

Kata Pengantar ……………………………………………………….... i

Daftar Isi ………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 1

1.3 Tujuan ……………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kematian Sel ………………………………......... 3

2.2 Apoptosis ……………………………................................... 4

2.3 Etiologi.penyebab Apoptosis...........………………………… 5

2.4 Mekanisme Apoptosis...........………………………………… 5

2.5 Nekrosis ………............…………………………………....... 6

2.6 Penyebab Nekrosis ...........…… …………………………...... 8

2.7 Mekanisme Nekrosis…........................……………………….. 9

2.8 Macam-Macam Nekrosis …………………………………… 11

2.9 Pengobatan Nekrosis ............................................................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………….. 16
3.2 Saran…………………………………………………………. 16

Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 1V

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkambangan sel, kematian menjadi

salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat ,menjadi alasan kematian,

yaitu akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar. Kematian

sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut Nekrosis.

Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain

karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kamatian sel

yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.

Sedangkan Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah

mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis

digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh

tubuh. Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur

hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang

disebabkan oleh kerusakan sel secara akut. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah

pemisahan jari pada embrio. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari

menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah pengertian Kematian sel?

b. Apa yang dimaksud dengan Apoptosis?

c. Apa saja penyebab Apoptosis?

d. Bagaimana mekanisme Apoptosis?

e. Apa yang dimaksud dengan Nekrosis?

f. Apa saja Penyebab Nekrosis?

g. Bagaimana Mekanisme Nekrosis?

h. Apa Saja Macam-macam Nekrosis?

i. Bagaimana Pengobatan Nekrosis?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui apa itu kematian sel

b) Untuk mengetahui apa itu Apoptosis

c) Untuk mengetahui penyebab Apoptosis

d) Untuk mengetahui Mekanisme Apoptosis

e) Untuk mengetahui apa itu Nekrosis

f) Untuk mengetahui penyebab Nekrosis

g) Untuk mengetahui Mekanisme Nekrosis

h) Untuk mengetahui macam-macam Nekrosis

i) Untuk mengetahui pengobatan Nekrosis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kematian Sel

a) Kematian Sel

Dewasa ini, perkembangan penyakit sangat pesat, penyakit tersebut dapat

menyebabkan kematian sel. Banyak agen yang dapat menyebabkan kematian sel, salah

satunya adalah mikroba. Mikroba patogen dapat menyebabkan suatu penyakit dalam

tubuh manusia. Salah satu caranya yaitu dengan merusak sel dan organelnya. Kemudian

respon sel yang utama adalah atrofi, hipertrofi,hiperplasia, dam metaplasia. Jika respon

berlebihan akan terjadi jejas (cedera sel) daln berlanjut pada kematian sel (Kumar; Cotran &

Robbins,2007).

Kematian sel bermula dari jejas yang terjadi pada sel. Jejas tersebut dapat

kembali normal apabila keadaan lingkungan mendukung. Namun, jika lingkungan tetap

buruk, cedera akan semakin parah yang mana sel tidak akan kembali normal

(irreversible) dan selanjutnya akan mati. Kematian sel memiliki dua pola yaitu nekrosis

dan apoptosis. Berikut Perbedaannya (Kumar; Cotran & Robbins,2007).

3
Perbedaan antara Nekrosis dan Apoptosis

Nekrosis Apoptosis

Kematian oleh faktor luar sel Kematian diprogram oleh sel

Sel membengkak Sel tetap ukurannya

Pembersihan debris oleh fagosit dan Pembersihan berlangsung cepat

sistem imun sulit

Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit Sel sekarat akan ditelan fagosit karena

maupun sistem imun ada sinyal dari sel

Lisis sel Non-lisis

Merusak sel tetangga (inflamasi) Sel tetangga tetap hidup normal

2.2 Apoptosis

Apoptosis, yaitu kematian sel yang terprogram. Apoptosis adalah suatu proses yang

ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap molekuler yang menyebabkan disintegrasi

sel. Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan namun sel yang

akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan ole sel disebelahnya.

4
Apoptosis berperan menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme

yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua sel yang berbahaya,

atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.

2.3 Penyebab Apoptosis

Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut

sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat

hormon, rangsangan antigen, peptida imun dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel

yang menua atau mutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptois,

yang akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel penjamu (host). Hal ini merupakan

satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus

tertentu (misalnya; Virus EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap monunukleosis)

pada gilirannya menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis.

Defisiensi apoptosis telah terpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro

degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit alzhaimer dan skerosis

lateral amiotrofik. (Elizabeth J.Corwin, 2009)

2.4 Mekanisme Apoptosis

Apoptosis ditimbulkan lewat serangkaian kejadian molekuler yang berawal dengan

berbagai cara yang berbeda tapi pada akhirnya berpuncak pada aktivasi enzim kaspase.

Mekanisme apoptosis secara filogenetik dilestarikan; bahkan pemahaman dasar kita tentang

apoptosis sebagian besar berasal dari eksperimen cacing nematoda Caenorhabditis elegans;

pertumbuhan cacing ini berlangsung melalui pola pertumbuhan sel yang sangat mudah

direproduksi, diikuti oleh kematian sel. Penelitian terhadap cacing mutan menemukan adanya

5
gen spesifik (dinamakan gen ced singkatan dari C. elegans death; gen ini memiliki homolog

pada manusia) yang menginisiasi atau menghambat apoptosis.

Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi (kaspase menjadi aktif) dan fase eksekusi, ketika

enzim mengakibatkan kematian sel. Inisiasi apoptosis terjadi melalui dua jalur yang berbeda

tetapi nantinya akan menyatu (konvergen), yaitu: jalur ekstrinsik atau, yang dimulai dari

reseptor, dan jalur intrinsik atau jalur mitokondria (Mitchell; Kumar; Abbas & Fausto, 2008).

2.5 Nekrosis

Kematian sel nekrotik, terjadi apabila suatu rangsangan yang menyebabkan cedera

pada sel terlalu kuat atau berkepanjangan. Nekrosis sel dicirikan dengan adanya

pembengkakan da ruptur organel internal yang kebanyakan mengenai mitokondria dan

jelasnya stimulasi respons peradangan. (Elizabeth J.Corwin, 2009).

Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup.

Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan perubahan tertentu baik secara

makroskopik maupun mikroskopik. Secara makroskopik jaringan nekrotik akan tampak

keruh, tidak cerah lagi, berwarna putih abu-abu. Sedangkan secara mikroskopik, jaringan

nekrotik seluruhnya berwarna kemerahan, tidak mengambil zat warna hematoksilin, sering

pucat. (Pringgoutomo, 2002).

 Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.

Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan

berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat

6
kromatin yang tersebar didalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel

yang mati akan menghilang (kariolisis).

 Perubahan Makroskopis

Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan

yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan

mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya

selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan

dengan gangguan suplai darah.Contohnya gangren.

7
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses

ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada jaringan otak,

jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.

Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada tempatnya

selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan

nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur.Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa,

contohnya pada tuberkulosis paru.

2.6 Penyebab Nekrosis

1. Iskhemi

Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk

suatu alat tubuh terputus.Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat

penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat pembentukan trombus.

Penyumbatan mengakibatkan anoxia. Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang

terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral.Nekrosis lebih mudah terjadi pada

jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia.Jaringan yang sangat rentan

terhadap anoxia ialah otak.

2. Agens biologic

Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan

trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang virulen, baik endo

maupun eksotoksin.Bila toksin kurang keras, biasanya hanya mengakibatkan radang.

Virus dan parasit dapat mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung

atau tidak langsung mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.

8
3. Agens kimia

Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga

merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan glukose, tapi

kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan

kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat

merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan

jaringan bila konsentrasinya tinggi.

4. Agens fisik Trauma

suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya

matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma

akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan

inti.

5. Kerentanan (hypersensitivity)

Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan

menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa

dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga

dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah.Dalam imunologi dikenal reaksi

Schwartzman dan reaksi Arthus.

2.7 Mekanisme Nekrosis

Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera

(jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel mengalami gangguan, maka sel akan berusaha

beradaptasi dengan jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia supaya dapat

9
mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak mampu untuk beradaptasi sel

tersebut akan mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapat kembali dalam keadaan

normal, apabila penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi ketika jejas tersebut berlangsung

secara kontinu, maka akan terjadi jejas yang bersifat irreversible (tidak bisa kembali normal)

dan selanjutnya akan terjadi kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran & Robbins, 2007):

1. Deplesi ATP

ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti mempertahankan

osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein, dan jalur metabolik dasar.

Hilangnya sintesis ATP menyebabkan penutupan segera jalur homeostasis.

2. Deprivasi oksigen

Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel pada iskemia.

3. Hilangnya homeostasis kalsium

Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang bergantung

pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium ekstrasel diikuti

pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium sitosol akan menginaktivasi

fosfolipase (pencetus kerusakan membran), protease (katabolisator protein membran dan

struktural), ATPase (mempercepat deplesi ATP), dan endonuklease (pemecah materi

genetik).

4. Defek permeabilitas membran plasma

Membran plasma dpat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus, komponen

komplemen, limfosit sitolitik, agen fisik maupun kimiawi.Perubahan permeabilitas

10
membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau aktivasi fosfolipase

yang dimediasi kalsium.

5. Kerusakan mitokondria

Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan lipid

menyebabkan pembentukan saluran membran mitokondria interna dengan kemampuan

konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan gradien proton melintasi

membran mitokondria sehingga mencegah pembentukan ATP.

2.8 Macam-macam Nekrosis

1. Nekrosis koagulatif

Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan oleh

hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik juga dihambat

sehingga tidak terjadi penghancuran sel (proses autolisis minimal). Akibatnya struktur

jaringan yang mati masih dipertahankan, terutama pada tahap awal (Sarjadi, 2003).

Terjadi pada nekrosis iskemik akibat putusnya perbekalan darah.Daerah yang

terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleh daerah yang hemoragik.Mikroskopik

tampak inti-inti yang piknotik.Sesudah beberapa hari sisa-sisa inti menghilang,

sitoplasma tampak berbutir, berwarna merah tua.Sampai beberapa minggu rangka sel

masih dapat dilihat (Pringgoutomo, 2002).

Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal dengan keadaan sel

yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap sampai beberapa minggu (Kumar;

Cotran & Robbins, 2007).

11
2. Nekrosis likuefaktif (colliquativa)

Perlunakan jaringan nekrotik disertai pencairan.Pencairan jaringan terjadi akibat kerja

enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel mati, seperti pada infark otak, atau akibat kerja

lisosom dari sel radang seperti pada abses (Sarjadi, 2003).

3. Nekrosis kaseosa (sentral)

Bentuk campuran dari nekrosis koagulatif dan likuefaktif, yang makroskopik teraba lunak

kenyal seperti keju, maka dari itu disebut nekrosis perkejuan.Infeksi bakteri tuberkulosis

dapat menimbulkan nekrosis jenis ini (Sarjadi, 2003).

Gambaran makroskopis putih, seperti keju didaerah nekrotik sentral.Gambaran

makroskopis, jaringan nekrotik tersusun atas debris granular amorf, tanpa struktur

terlingkupi dalam cincin inflamasi granulomatosa, arsitektur jaringan seluruhnya

terobliterasi (tertutup) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

12
4. Nekrosis lemak

Terjadi dalam dua bentuk:

a. Nekrosis lemak traumatic

Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak mengandung

lemak (Sarjadi, 2003).

b. Nekrosis lemak enzimatik

Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang mengenai sel lemak

di sekitar pankreas, omentum, sekitar dinding rongga abdomen.Lipolisis disebabkan

oleh kerja lypolitic dan proteolytic pancreatic enzymes yang dilepas oleh sel pankreas

yang rusak (Sarjadi, 2003).Aktivasi enzim pankreatik mencairkan membran sel lemak

dan menghidrolisis ester trigliserida yang terkandung didalamnya.Asam lemak yan

13
dilepaskan bercampur dengan kalsium yang menghasilkan area putih seperti kapur

(mikroskopik) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

5. Nekrosis fibrinoid

Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun.Hal ini ditandai dengan adanya

pengendapan fibrin bahan protein seperti dinding arteri yang tampak kotor dan

eosinofilik pada pada mikroskop cahaya.Nekrosis ini terbatas pada pembuluh darah yang

kecil, arteriol, dan glomeruli akibat penyakit autoimun atau hipertensi maligna. Tekanan

yang tinggi akan menyebabkan nekrosis dinding pembuluh darah sehingga plasma masuk

ke dalam lapisan media. Fibrin terdeposit disana.Pada pewarnaan hematoksilin eosin

terlihat masa homogen kemerahan (Sarjadi, 2003).

a. Jenis kelainan tergantung waktu

- 24 - 48 jam : daerah pucat, reaksi radang, serabut (-)

- Beberapa minggu : jaringan mati dibuang  jaringan lemah (rupture pada jantung

10 hari post infark)  diganti jaringan ikat.

- s/d bulan : fibrosis.

14
b. Bentuk tergantung sistem pembuluh darah

- Infark putih, pada organ solid, tanpa anastomosei.

- Infark merah, ada anastomose atau dua pasokan pembuluh darah atau pada infark

vena. Jadi abses bila ada kontaminasi kuman.

2.9 Pengobatan Nekrosis

Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya,

penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani. Sebagai

contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti racun untuk

menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima antibiotik.

Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam

tubuh. Respon kekebalan tubuh terhadap apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur

ulang bahan sel, tidak dipicu oleh kematian sel nekrotik.

Terapi standar nekrosis (luka,luka baring, lukabakar, dll) adalah bedah

pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, ini bisa berkisar dari

penghapusan patch kecil dari kulit, untuk menyelesaikan amputasi anggota badan yang

terkena atau organ. Kimia penghapusan, melalui enzimatik agen debriding, adalah pilihan lain.

Dalam kasus pilih, khusus belatung terapi telah digunakan dengan hasil yang baik.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut

atau trauma, dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat

menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan

masalah kesehatan yang serius. Nekrosis hanya dapat diobati sebelum jaringan sel tersebut

mati.

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah

suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan

pada organisme multiseluler.

3.2 Saran

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut atau

trauma, di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol. Maka kita harus

mempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat dan melakukan

aktivitas yang teratur sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Edisi 3. Jakarta: ECG

Kumar, Vinay; Ramzi S. Cotran; Stanley L Robbins (2007). Buku Ajar Patologi Robbins, Ed.7,
Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG

Lestari, Ajeng S.P dan Agus Mulyono (2011). Analisis Citra Ginjal Untuk Identifikasi Sel
Psikonosis dan Sel Nekrosis. Jurnal Neutrino Vol.4, No.1, Diakses 25 Juli 2019

Pringgoutomo, S.; S. Himawan; A. Tjarta. (2002) Buku Ajar Patologi I. Jakarta: Sagung Seto.
Robbins & Cotran., (2009). Buku Saku Dasar Patologi Penyakit (ed.7). Mitchell, R.N.,
Kumar,V Abbas, A.K., Fausto, N (editor). Jakarta: ECG

Sarjadi (2003). Patologi Umum, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Yunita E.W (2015). Tahap Kematangan Jaringan dan Nekrosis.


Http://yunitaekawati.blogspot.com diakses 25 Juli 2019

17

Anda mungkin juga menyukai