Disusun oleh:
Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Anatomi/Klinik
dengan judul “Nekrosis dan Apoptosis” Karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh
penulis, maka makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………….. 16
3.2 Saran…………………………………………………………. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat ,menjadi alasan kematian,
yaitu akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar. Kematian
sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut Nekrosis.
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kamatian sel
yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
Sedangkan Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah
mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis
digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh. Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur
hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang
disebabkan oleh kerusakan sel secara akut. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah
pemisahan jari pada embrio. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui apa itu kematian sel
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Kematian Sel
menyebabkan kematian sel. Banyak agen yang dapat menyebabkan kematian sel, salah
satunya adalah mikroba. Mikroba patogen dapat menyebabkan suatu penyakit dalam
tubuh manusia. Salah satu caranya yaitu dengan merusak sel dan organelnya. Kemudian
respon sel yang utama adalah atrofi, hipertrofi,hiperplasia, dam metaplasia. Jika respon
berlebihan akan terjadi jejas (cedera sel) daln berlanjut pada kematian sel (Kumar; Cotran &
Robbins,2007).
Kematian sel bermula dari jejas yang terjadi pada sel. Jejas tersebut dapat
kembali normal apabila keadaan lingkungan mendukung. Namun, jika lingkungan tetap
buruk, cedera akan semakin parah yang mana sel tidak akan kembali normal
(irreversible) dan selanjutnya akan mati. Kematian sel memiliki dua pola yaitu nekrosis
3
Perbedaan antara Nekrosis dan Apoptosis
Nekrosis Apoptosis
Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit Sel sekarat akan ditelan fagosit karena
2.2 Apoptosis
Apoptosis, yaitu kematian sel yang terprogram. Apoptosis adalah suatu proses yang
ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap molekuler yang menyebabkan disintegrasi
sel. Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan namun sel yang
akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan ole sel disebelahnya.
4
Apoptosis berperan menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme
yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua sel yang berbahaya,
sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat
hormon, rangsangan antigen, peptida imun dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel
yang menua atau mutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptois,
yang akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel penjamu (host). Hal ini merupakan
satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus
Defisiensi apoptosis telah terpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro
degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit alzhaimer dan skerosis
berbagai cara yang berbeda tapi pada akhirnya berpuncak pada aktivasi enzim kaspase.
Mekanisme apoptosis secara filogenetik dilestarikan; bahkan pemahaman dasar kita tentang
apoptosis sebagian besar berasal dari eksperimen cacing nematoda Caenorhabditis elegans;
pertumbuhan cacing ini berlangsung melalui pola pertumbuhan sel yang sangat mudah
direproduksi, diikuti oleh kematian sel. Penelitian terhadap cacing mutan menemukan adanya
5
gen spesifik (dinamakan gen ced singkatan dari C. elegans death; gen ini memiliki homolog
Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi (kaspase menjadi aktif) dan fase eksekusi, ketika
enzim mengakibatkan kematian sel. Inisiasi apoptosis terjadi melalui dua jalur yang berbeda
tetapi nantinya akan menyatu (konvergen), yaitu: jalur ekstrinsik atau, yang dimulai dari
reseptor, dan jalur intrinsik atau jalur mitokondria (Mitchell; Kumar; Abbas & Fausto, 2008).
2.5 Nekrosis
Kematian sel nekrotik, terjadi apabila suatu rangsangan yang menyebabkan cedera
pada sel terlalu kuat atau berkepanjangan. Nekrosis sel dicirikan dengan adanya
Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup.
Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan perubahan tertentu baik secara
keruh, tidak cerah lagi, berwarna putih abu-abu. Sedangkan secara mikroskopik, jaringan
nekrotik seluruhnya berwarna kemerahan, tidak mengambil zat warna hematoksilin, sering
Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.
Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan
berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat
6
kromatin yang tersebar didalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel
Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan
yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan
selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan
7
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses
ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada jaringan otak,
jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada tempatnya
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan
nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur.Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa,
1. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk
suatu alat tubuh terputus.Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat
terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral.Nekrosis lebih mudah terjadi pada
2. Agens biologic
trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang virulen, baik endo
Virus dan parasit dapat mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung
8
3. Agens kimia
merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan glukose, tapi
kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat
merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan
suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya
matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma
akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan
inti.
5. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan
dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga
Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera
(jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel mengalami gangguan, maka sel akan berusaha
beradaptasi dengan jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia supaya dapat
9
mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak mampu untuk beradaptasi sel
tersebut akan mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapat kembali dalam keadaan
normal, apabila penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi ketika jejas tersebut berlangsung
secara kontinu, maka akan terjadi jejas yang bersifat irreversible (tidak bisa kembali normal)
dan selanjutnya akan terjadi kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran & Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti mempertahankan
osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein, dan jalur metabolik dasar.
2. Deprivasi oksigen
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang bergantung
pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium ekstrasel diikuti
pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium sitosol akan menginaktivasi
genetik).
Membran plasma dpat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus, komponen
10
membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau aktivasi fosfolipase
5. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan lipid
konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan gradien proton melintasi
1. Nekrosis koagulatif
Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan oleh
hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik juga dihambat
sehingga tidak terjadi penghancuran sel (proses autolisis minimal). Akibatnya struktur
jaringan yang mati masih dipertahankan, terutama pada tahap awal (Sarjadi, 2003).
sitoplasma tampak berbutir, berwarna merah tua.Sampai beberapa minggu rangka sel
Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal dengan keadaan sel
yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap sampai beberapa minggu (Kumar;
11
2. Nekrosis likuefaktif (colliquativa)
enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel mati, seperti pada infark otak, atau akibat kerja
Bentuk campuran dari nekrosis koagulatif dan likuefaktif, yang makroskopik teraba lunak
kenyal seperti keju, maka dari itu disebut nekrosis perkejuan.Infeksi bakteri tuberkulosis
makroskopis, jaringan nekrotik tersusun atas debris granular amorf, tanpa struktur
12
4. Nekrosis lemak
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak mengandung
Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang mengenai sel lemak
oleh kerja lypolitic dan proteolytic pancreatic enzymes yang dilepas oleh sel pankreas
yang rusak (Sarjadi, 2003).Aktivasi enzim pankreatik mencairkan membran sel lemak
13
dilepaskan bercampur dengan kalsium yang menghasilkan area putih seperti kapur
5. Nekrosis fibrinoid
Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun.Hal ini ditandai dengan adanya
pengendapan fibrin bahan protein seperti dinding arteri yang tampak kotor dan
eosinofilik pada pada mikroskop cahaya.Nekrosis ini terbatas pada pembuluh darah yang
kecil, arteriol, dan glomeruli akibat penyakit autoimun atau hipertensi maligna. Tekanan
yang tinggi akan menyebabkan nekrosis dinding pembuluh darah sehingga plasma masuk
- Beberapa minggu : jaringan mati dibuang jaringan lemah (rupture pada jantung
14
b. Bentuk tergantung sistem pembuluh darah
- Infark merah, ada anastomose atau dua pasokan pembuluh darah atau pada infark
penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani. Sebagai
contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti racun untuk
menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima antibiotik.
Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam
tubuh. Respon kekebalan tubuh terhadap apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur
pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, ini bisa berkisar dari
penghapusan patch kecil dari kulit, untuk menyelesaikan amputasi anggota badan yang
terkena atau organ. Kimia penghapusan, melalui enzimatik agen debriding, adalah pilihan lain.
Dalam kasus pilih, khusus belatung terapi telah digunakan dengan hasil yang baik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma, dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan
masalah kesehatan yang serius. Nekrosis hanya dapat diobati sebelum jaringan sel tersebut
mati.
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan
3.2 Saran
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut atau
trauma, di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol. Maka kita harus
mempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat dan melakukan
16
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay; Ramzi S. Cotran; Stanley L Robbins (2007). Buku Ajar Patologi Robbins, Ed.7,
Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Lestari, Ajeng S.P dan Agus Mulyono (2011). Analisis Citra Ginjal Untuk Identifikasi Sel
Psikonosis dan Sel Nekrosis. Jurnal Neutrino Vol.4, No.1, Diakses 25 Juli 2019
Pringgoutomo, S.; S. Himawan; A. Tjarta. (2002) Buku Ajar Patologi I. Jakarta: Sagung Seto.
Robbins & Cotran., (2009). Buku Saku Dasar Patologi Penyakit (ed.7). Mitchell, R.N.,
Kumar,V Abbas, A.K., Fausto, N (editor). Jakarta: ECG
17